PROBLEM FILSAFAT Bulletin Komunitas Marx STF Driyarkara No. 2 / 2009
No. 2 / Tahun I / November 2009
Problem Filsafat
Editorial:
Problem Filsafat kali ini memuat makalah kawan Anom Astika pada seri diskusi tanggal 30 November 2009. Dalam makalahnya ia membahas mengenai bagian Pengantar Marx untuk Kapital edisi pertama. Bagian yang diketengahkan ini penting sebab di sana lah terletak rumusan dasar Marx tentang proyek Kapital secara keseluruhan. Dengan membaca Pengantar tersebut kita mendapatkan pengertian tambahan mengenai posisi Marx pada fase penulisan Kapital terhadap posisinya yang terdahulu. Dalam barisbaris tulisan Marx ini kita seolah mendengar kembali gema perkataan Marx dua dekade sebelumnya: “Kritisisme atas agama adalah premis dari segala bentuk kritisisme.” Dalam Pengantar di tahun 1867 itu Marx meneruskan intuisi dasar ini ke dalam analisis ekonomi politik: atheisme saja tidak cukup sebab kini ia hanyalah dosa kecil (culpa levis) semata, ia masih bisa diampuni. Sebagaimana ditulis Marx: “Gereja akan lebih memaafkan serangan-serangan terhadap 38 dari 39 ayat-ayat kepercayaannya daripada terhadap 1/39 dari penghasilannya.” Marx hendak melampaui analisis tentang takhayul religius, yakni dengan masuk ke dalam analisis tentang sistem takhayul ekonomi-politik yang mengajak kita untuk percaya bahwa penghisapan adalah sesuatu yang alamiah saja. Pengantar Kapital adalah sketsa umum dari proyek de-takhayulisasi materialis ini.
Problem Filsafat
No. 2 / Tahun I / November 2009
Kata Pengantar Marx untuk Edisi Pertama Kapital diterjemahkan oleh: Oey Hay Djoen
Karya jilid pertama yang saya sajikan kepada pembaca, berisi kelanjutan karangan saya mengenai “Kritik Ekonomi Politik“ yang dipublikasikan pada tahun 1859. Jarak waktu yang panjang antara permulaan dan kelanjutan disebabkan karena penyakit yang bertahun-tahun yang terus menerus mengganggu pekerjaan saya. Isi karangan terdahulu, diresume dalam tiga bab pertama jilid ini. Hal itu dilakukan tidak hanya untuk kepentingan kesinambungan dan penyempurnaan. Penyajiannya sendiri diperbaiki. Sejauh keadaan memungkinkannya, banyak hal yang dulu hanya disinggung, di sini dikembangkan lebih lanjut, dan sebaliknya yang dulu dikemukakan secara rinci di sini hanya disinggung. Tentu saja, bagian-bagian tentang sejarah teori nilai dan teori uang, kini dihapuskan sama sekali. Walaupun demikian para pembaca karya terdahulu akan dapat menemukan sumber-sumber baru tentang sejarah teori-teori itu di dalam catatancatatan untuk jilid pertama. Setiap permulaan adalah sulit, hal ini berlaku untuk setiap ilmu pengetahuan. Untuk memahami bab pertama, khususnya bagian yang mengandung analisis mengenai barangbarang dagangan, akan, oleh karenanya, merupakan kesulitan-kesulitan yang paling besar. Yang khususnya menyangkut analisis tentang substansi nilai dan besaran nilai, telah saya tulis sepopuler mungkin.1 Bentuk-nilai, yang mendapatkan bentuknya yang sepenuhnya dalam bentuk uang, adalah sangat mendasar dan sederhana. Walau demikian otak manusia telah dengan sia-sia berusaha menyelidikinya lebih dari 2000 tahun lamanya untuk memahaminya secara mendasar, sedangkan di lain pihak, sekurang-kurangnya telah ada suatu perkiraan analisis yang berhasil mengenai ben-
No. 2 / Tahun I / November 2009
tuk-bentuk yang isinya jauh lebih kaya dan lebih rumit. Mengapa? Karena keseluruhan tubuh lebih mudah dipelajari daripada sel-sel tubuh itu. Lebih-lebih lagi dalam menganalisis bentuk-bentuk ekonomi, tidak mungkin menggunakan mikroskop maupun bahan-bahan reaksi kimia. Daya abstraksi harus menggantikan kedua-duanya. Akan tetapi bagi masyarakat borjuis, bentuk barang-dagangan produk kerja, atau bentuk-nilai barang-dagangan adalah bentuk-sel ekonomi. Bagi pengamat yang dangkal, analisis bentuk-bentuk itu tampaknya beralih pada hal-hal remeh. Tetapi ia memang membahas hal-hal remeh, seperti yang juga dilakukan oleh anatomi mikroskopik. Kecuali bagian tentang bentuk-nilai ini, buku ini tidak sulit dipahami. Tentu saja saya maksudkan bagi seorang pembaca yang berkeinginan mempelajari sesuatu yang baru, dan karenanya mau berpikir sendiri. Seorang ahli fisika mengamati proses-proses fisikal dalam bentuknya yang paling tipikal dan paling bebas dari pengaruh yang mengganggu, atau, sejauh dimungkinkan, melakukan eksperimen-eksperimen dengan syarat-syarat yang menjamin berlangsungnya proses itu dalam kewajarannya. Yang mesti saya selidiki dalam karya saya ini adalah cara produksi kapitalis dan hubungan-hubungan produksi dan bentuk-bentuk lalu-lintas/pertukaran [Verkehrsverhältnisse] yang bersesuaian dengannya. Itulah sebabnya mengapa Inggris dipakai sebagai gambaran utama perkembangan-perkembangan teoretikal yang saya lakukan. Akan tetapi, jika para pembaca Jerman mengangkat bahunya berkenaan dengan kondisi-kondisi kaum pekerja industrial dan agricultural Inggris, atau secara optimistik menghibur dirinya sendiri dengan pikiran bahwa di Jerman keadaan tidaklah seburuk
Problem Filsafat
itu; maka saya mesti dengan tegas memberitahukan padanya, De te fabula narratur! (Kisah yang diceritakan adalah tentang dirimu!) Pada hakekatnya, masalahnya bukan masalah tingkat perkembangan yang lebih tinggi atau lebih rendah dari antagonismeantagonisme sosial, yang timbul dari hukumhukum wajar produksi kapitalis. Masalahnya adalah hukum-hukum itu sendiri, tentang tendensi-tendensi yang menempuh jalannya dan memberlakukan dirinya dengan keharusan membaja. Negeri yang secara industrial lebih berkembang hanya menunjukkan gambaran hari depan bagi negeri yang industrinya kurang berkembang. Tetapi betapapun juga, dan di luar semua ini, di mana produksi kapitalis telah membuat dirinya sepenuhnya mantap di antara kita [yaitu di antara orang-orang Jerman], misalnya di pabrik-pabrik dalam arti sesungguhnya, keadaannya jauh lebih buruk daripada di Inggris, sebab kita (Jerman) tidak mempunyai pengimbang (counterpoise) Undang-undang Pabrik. Di semua bidang lainnya, kita, seperti halnya negeri-negeri daratan Eropa Barat lainnya, tidak saja menderita disebabkan oleh perkembangan industri kapitalis, tetapi juga karena ketidak-lengkapan perkembangan itu. Di samping keburukan-keburukan modern, kita ditindas oleh serangkaian kebatilan-kebatilan warisan lainnya, yang timbul dari terus bertahannya secara pasif cara-cara produksi kuno dan yang sudah ketinggalan zaman, dengan serangkaian hubungan sosial dan politik anakronistik yang mengiringinya. Kita tidak saja menderita oleh karena yang hidup, tetapi juga oleh karena yang mati. Le mort saisit le vif! (Yang mati menyergap yang hidup!) Dibandingkan dengan yang dari Inggris, statistik sosial Jerman dan negeri-negeri daratan Eropa Barat lainnya adalah sungguh menyedihkan sekali. Akan tetapi mereka telah menyingkap tabir secukupnya hingga kita dapat menangkap sekilas gambaran kepala Mendusa di baliknya. Kita akan dikejutkan oleh keadaan kita sendiri, bila seandainya pemerintah dan parlemen kita, seperti yang diperbuat di Inggris, secara berkala membentuk komisi penyelidikan tentang kondisi-kondisi ekonomi; bila komisi-komisi ini dipersenjatai dengan mandat penuh yang sama sebagaimana halnya di Inggris, untuk sampai pada keadaan yang sebenarnya; seandainya mereka untuk keper-
Problem Filsafat
luan ini berhasil menemukan orang-orang yang kompeten, yang tidak-berpihak dan menghormati orang, seperti inspektur-inspektur pabrik Inggris, para pelapor medikalnya mengenai “Kesehatan Umum,” para komisaris penyelidik tentang eksploitasi kaum wanita dan kanakkanak, tentang keadaan perumahan, makanan dan sebagainya. Perseus memakai topi ajaib agar raksasa-raksasa yang dikejarnya tidak melihat dirnya. Kita justru memakai topi ajaib itu menutupi mata dan telinga kita sehingga kita menyangkal akan adanya raksasa-raksasa itu. Tentang hal itu tidak seharusnya orang menipu diri sendiri. Sama halnya seperti dalam perang kemerdekaan Amerika pada abad ke-XVIII membunyikan lonceng tanda bahaya bagi kelas menengah Eropa, demikianlah Perang Saudara Amerika pada abad keXIX membunyikan lonceng bahaya itu bagi kelas pekerja Eropa. Di Inggris proses transformasi sosial itu sudah nyata. Setelah mencapai tingkat tertentu, ia mesti bereaksi pada daratan (Eropa). Di sana ia akan mengambil bentuk yang lebih kejam atau lebih manusiawi, tergantung pada tingkat perkembangan kelas pekerja sendiri. Dengan demikian terlepas dari motif-motif yang lebih luhur, kepentingan-kepentingan sendiri yang paling mendesak bagi kelas-kelas yang berkuasa memerintahkan agar mereka membersihkan/menyingkirkan semua rintangan yang secara legal dapat disingkirkan bagi perkembangan kelas pekerja. Karena alasan ini, maupun karena alasan-alasan lain, saya telah menyediakan ruang yang luas dalam jilid ini bagi sejarah, rincian-rincian dan hasil-hasil perudang-undangan pabrik di Inggris. Suatu bangsa dapat dan harus belajar dari bangsabangsa lain. Dan bahkan jika suatu masyarakat mulai hukum-hukum alam dari gerakannya— dan menjadi tujuan akhir karya ini untuk mengungkapkan setelanjang-telanjangnya hukum gerak ekonomi dari masyarakat modern—ia tidak dapat melompati tahap-tahap alamiah perkembangannya ataupun menyingkirkannya secara tahap-demi-tahap. Tetapi ia dapat mempersingkat atau mengurangi royan-royan kelahiran. Demi untuk mencegah kemungkinan salah-paham, biar saya mengatakan beberapa patah-kata. Tokoh-tokoh kaum kapitalis dan pemilik-pemilik tanah sama sekali tidak saya gambarkan dalam couleur de rose (dalam warnawarna yang indah-indah). Akan tetapi di sini
No. 2 / Tahun I / November 2009
para individu dibahas hanya sejauh mereka itu personifikasi-personifikasi kategori-kategori ekonomi, para pemikul/penanggung hubungan-huungan kelas dan kepentingan-kepentingan kelas tertentu. Pendirian saya, yang darinya evolusi pembentukan ekonomi masyarakat dipandang sebagai suatu proses sejarah alam, tidak dapat lebih daripada pendirian yang lain menjadikan si individu bertanggung jawab atas hubungan-hubungan yang secara sosial dirinya tetap sebagai makhluknya, betapapun tingginya ia secara subjektif dapat mengangkat dirinya sendiri di atas mereka. Di bidang Ekonomi Politik, penyelidikan ilmiah yang bebas tidak semata-mata menghadapi musuh-musuh yang sama seperti dalam semua bidang lainnya. Sifat khusus bahan yang dibahasnya, menimbulkan nafsunafsu manusia yang paling kasar, paling picik dan paling hina dalam dada manusia, kegeraman-kegeraman kepentingan perseorangan. Begitulah misalnya, Gereja Inggris akan lebih memaafkan serangan-serangan terhadap 38 dari 39 ayat-ayat kepercayaannya daripada terhadap 1/39 pendapatan/penghasilannya. Dewasa ini atheisme sendiri merupakan culpa levis [dosa ringan], dibandingkan dengan kritik terhadap hubungan pemilikan yang berlaku. Sekalipun demikian, di sinipun terdapat suatu kemajuan yang tak-dapat diragukan. Saya mengacu, umpamanya, pada buku Biru yang diterbitkan minggu-minggu terakhir ini: “Correspondence with Her Majesty’s Missions Abroad, Regarding Industrial Questions and Trades’ Unions.” Para wakil mahkota Inggris di luar negeri menyatakan dengan cara terus terang, bahwa di Jerman, Prancis, singkatnya di semua negara beradab Daratan Eropa, suatu perubahan radikal dalam hubungan-hubungan yang ada antara kapital dan kerja adalah sama terbukti dan tidak terelakkan seperti di Inggris. Seiring dengan itu, di seberang sana samudera Atlantik, Mr. Wade, Wakil-Presiden Amerika Serikat, telah menyatakan dalam rapat-rapat terbuka bahwa, sesudah penghapusan perbudakan, suatu perubahan radikal dalam hubungan-hubungan kapital dan pemilikan tanah merupakan acara berikutnya dalam agenda! Inilah tanda-tanda zaman, yang tak mungkin disembunyikan dengan jubah-jubah warna kesumba (kebesaran), atau jubah-jubah hitam (kependetaan). Itu tidak berarti bahwa esok
No. 2 / Tahun I / November 2009
akan terjadi suatu keajaiban. Mereka menunjukkan bahwa, di dalam kelas-kelas berkuasa sendiri, sudah mulai samar-samar terbayang, bahwa masyarakat dewasa ini bukanlah hablur yang solid, tetapi suatu organisme yang mampu berubah dan terus-menerus terlibat dalam suatu proses perubahan. Buku kedua karya ini akan membahas proses peredaran kapital (Buku II), dan berbagai bentuk yang diambil oleh kapital di dalam keseluruhannya (Buku III), Buku III dan terakhir (Buku IV), membahas sejarah teori. Saya menyambut setiap pendapat yang berdasarkan kritik ilmiah. Mengenai prasangka-prasangka dari yang disebut pendapat umum [public opinion], yang kepadanya saya tak pernah memberi konsesi-konsesi, kini, seperti dulu-dulu, semboyan saya adalah semboyan Florentin yang besar itu: Segui il tuo corso, e lascia dir le genti! (Jalan terus, dan biarkan mereka menggerutu) Karl Marx London, 25 juli 1867
Catatan Akhir
1. Ini menjadi semakin perlu, karena bahkan seksi karya Ferdinand Lassalle terhadap SchulzeDelitzch, di mana ia mengaku memberikan inti intelektual mengenai penjelasan-penjelasanku tentang hal-hal ikhwal ini mengandung kesalahan-kesalahyan penting. Jika Ferdinand Lassalle telah meminjam boleh dikata secara harfiah dari tulisan-tulisanku, dan tanpa pengakuan apapun, semua proposisi teoretikal umum dalam karya-karya ekonominya, misalnya, yang mengenai sifat historikal kapital, mengenai keterkaitan antara kondisi-kondisi produksi dan alat-alat produksi, dsb., dsb., bahkan mengenai terminologi yang kuciptakan, hal ini barangkali disebabkan karena maksudmaksud propaganda. Di sini aku, sudah tentu, tidak berbicara mengenai penyusunan secara rinci dan penerapan proposisi-proposisi ini, yang dengannya aku tidak mempunyai urusan apapun.
Problem Filsafat
Artikel 6
Enam Alinea Pengantar oleh: I Gusti Anom Astika Pendahuluan Buku Das Kapital, di dalam banyak hal mengandung banyak gagasan yang rancak dan menarik untuk selalu didiskusikan. Mulai dari hal-hal yang berkait dengan hakekat manusia dan kemanusiaan sehubungan dengan filsafat kerja, sampai dengan problem-problem yang diakibatkan oleh kapitalisme seperti fetisisme komoditi, relasi-relasi sosial kelas-kelas di dalam masyarakat kapitalis, dan banyak lainnya lagi seluruhnya berperan di dalam pembahasan bab-bab dalam Das Kapital. Setidaknya seperti yang sudah saya ungkapkan dalam bulletin Problem Filsafat nomor pertama, di dalam buku Das Kapital pemikiran Marx tentang ekonomipolitik, filsafat dan sejarah berdaya sebagai unsur-unsur yang membentuk pemikiran tentang problem-problem kapitalisme, dan sebagai landasan filosofis untuk melihat realitas perubahan dan keberubah-ubahan. Oleh karenanya, baik jika kita mulai membaca buku ini secara perlahan dari pengantar ke pengantar, dan terus berlanjut dari bagian dan bagian ke bab dan bab, tanpa harus membatasi diri pada lingkar urut-urutan bab seperti yang tertera dalam daftar isi buku ini. Mengapa demikian? Alasannya sederhana. Pertama, untuk membebaskan kita di dalam melakukan interpretasi terhadap isi buku ini. Kedua, kebebasan itu memang mengandaikan adanya banyak upaya dari kalangan intelektual Marxis di dalam melakukan pembacaan. Marx sendiri dalam suratnya kepada Kugelman, menyarankan agar membaca dulu Bagian VIII untuk mengerti Bagian I. Lenin berpendapat bahwa mustahil bisa memahami Das Kapital tanpa membaca karya Hegel, Science of Logic. Sementara Althusser justru menyarankan agar membaca Das Kapital mulai dari Bagian II. Mana yang lebih tepat, saya sendiri belum mampu menilainya. Tetapi yang jelas antara satu Bagian dengan bagian yang lain, antara satu bab dengan bab yang lain selalu berada
Problem Filsafat
dalam pengandaian dialektika. Sehingga, mulai dari bagian manapun kita membaca, setersesat apapun kita sampai di rimba kebingungan, dari sana pulalah kita mulai bertukar pikiran, berbagi pengetahuan tanpa henti di dalam memahami isi buku Das Kapital. Karenanya, sekali lagi kita akan mulai pembacaan ini dari beberapa kalimat dalam bagian Pengantar untuk edisi pertama buku Das Kapital dan kemudian beranjak ke Bagian I dengan menggarisbawahi kata-kata, kalimat-kalimat ataupun alineaalinea yang terdapat di dalamnya. Sebagai keterangan perlu disampaikan bahwa untuk teks-teks bahasa Indonesia dari buku Das Kapital, diambil dari terjemahan versi Oey Hay Djoen, sementara untuk teks teks pendukung diterjemahkan sendiri oleh penulis dengan memperbandingkannya pada teks bahasa Inggris. Selain itu, semua kalimat yang digarisbawahi adalah kutipan langsung dari kalimat per kalimat yang terdapat dalam pengantar maupun isi buku Das Kapital. Bab I: Dari Pengantar ke Pengantar Kalimat 1, Alinea 1, Pengantar Edisi Pertama Das Kapital: Karya jilid pertama yang saya sajikan kepada pembaca, berisi kelanjutan karangan saya mengenai “Sumbangan Pemikiran untuk Kritik Ekonomi Politik“ yang dipublikasikan pada tahun 1859. Pada kalimat pertama Marx menjelaskan tentang asal-muasal dari buku Kapital, yang merupakan kelanjutan dari karya Contribution to the Critique of Political Economy. Akan tetapi perlu dipahami juga bahwa di dalam berbagai tulisan Marx, persoalan-persoalan ekonomi-politik dan filsafat dituliskannya sebagai campuran yang berkolase di berbagai peristiwa sejarah dan diskursus filsafat. Selalu demikian, dan belum sederhana juga
No. 2 / Tahun I / November 2009
untuk memahaminya secara terpisah-pisah. Lebih-lebih apabila kita membaca Preface to a Contribution of the Critique of Political Economy, di sana jelas jelas Marx menyatakan bahwa gagasannya mempelajari sistem ekonomi borjuis, sistem ekonomi kapitalis, berada dalam kerangka filsafat dan sejarah1; subyek yang disubordinasi filsafat dan sejarah, sembari menjelaskan asal-usul ketertarikannya pada isu-isu ekonomi politik yang bermula setahun setelah lulus dari Universitas Berlin dan mulai bekerja sebagai jurnalis pada tahun 1842. Artinya kalimat pertama di muka juga bermakna bahwa Das Kapital adalah karya filsafat dan sejarah dalam bahasa ekonomi politik. Kalimat 2, alinea 1, Pengantar Edisi Pertama Das Kapital: Jarak waktu yang panjang antara permulaan dan kelanjutan disebabkan karena penyakit yang bertahun-tahun yang terus menerus mengganggu pekerjaan saya. Kalimat kedua pada alinea pertama ini seperti sebuah permakluman kepada pembaca. Tetapi sesungguhnya tidak hanya penyakit yang mengakibatkan ketertundaan dari 1859 hingga 1867. Aktivitas politik dan aktivitas intelektual Marx ditemani sang penyakit terus berjalan selama periode tersebut. Mulai dari pertemuanpertemuan dengan para pimpinan gerakan Kiri di Eropa pada masa itu, lalu menulis 40 laporan untuk The Daily Tribune, melanjutkan korespondensi dengan teman temannya, sampai aktivitas membaca ulang gagasan Adam Smith, David Ricardo, dan Robert Malthus bersama dengan tulisan-tulisan tentang anatomi dan fisiologi.2 Di tengah berbagai aktivitas tersebut, berbagai macam jenis penyakit mendera Marx. Jadi perlu dipahami bahwa frase permulaan dan kelanjutan di dalam kalimat di muka adalah refleksi dari dialektika antara aktivitas politik dan intelektual dengan pengandaian bahwa aktivitas intelektual semacam menulis dan membaca selalu berada dalam kerangka membangun gerakan. Kalimat 3-6, alinea 2, Pengantar Edisi Pertama Das Kapital: Isi karangan terdahulu, diresume dalam tiga bab pertama jilid ini. Hal itu dilakukan tidak hanya untuk
No. 2 / Tahun I / November 2009
kepentingan kesinambungan dan penyempurnaan, Penyajiannya sendiri diperbaiki. Sejauh keadaan memungkinkannya, banyak hal yang dulu hanya disinggung, di sini dikembangan lebih lanjut, dan sebaliknya yang dulu dikemukakan secara rinci di sini hanya disinggung. Tentu saja, bagian-bagian tentang sejarah teori nilai dan teori uang, kini dihapuskan sama sekali. Walaupun -demikian para pembaca karya terdahulu akan dapat menemukan sumber-sumber baru tentang sejarah teori-teori itu di dalam catatan-catatan untuk jilid pertama. Pada alinea ini Marx berpikir tentang bangunan dari buku Das Kapital. Perbaikan dari tulisan A Contribution to the Critique of Political Economy sudah tampak pada bagian awal, di mana Marx misalnya membuat penjelasan yang lebih sederhana mengenai Komoditi di dalam Das Kapital. Walaupun demikian, kesederhanaan itu berlaku sebagai titik pijak (standpoint) bagi pemahaman tentang komoditi secara keseluruhan. Adanya komoditi tidak lagi dilihat sebagai hasil realitas politik yang dibentuk lewat pemikiran-pemikiran para ekonom tentang komoditi sebagaimana yang terdapat dalam seksi A, Historical Notes on the Analysis of Commodities dalam tulisan sebelumnya. Melainkan sebagai hasil dari gerak sejarah perkembangan masyarakat, yang secara rinci dijelaskan oleh Marx dalam Bab VIII dari Das Kapital. Selain itu, penggantian istilah “wealth of bourgeoise society” di karya sebelumnya menjadi “wealth of those societies” di dalam Das Kapital menunjukkan pemahaman Marx yang lebih mendalam terhadap realitas sejarah perkembangan masyarakat, dan oleh karenanya relasi di antara kelas borjuis dan proletar tidak berada dalam ranah pendefinisian masyarakat, tetapi sebagai bentuk yang dihasilkan dari perkembangan masyarakat. Karenanya pemahaman terhadap sejarah menjadi penting di dalam melakukan pembacaan terhadap Das Kapital. Kalimat 1-2, alinea 3, Pengantar Edisi Pertama Das Kapital: Setiap permulaan adalah sulit, hal ini berlaku untuk setiap ilmu pengetahuan.
Problem Filsafat
Untuk memahami bab pertama, khususnya bagian yang mengandung analisis mengenai barang-barang dagangan, akan, oleh karenanya merupakan kesulitan-kesulitan yang paling besar. Pada bagian ini Marx coba memberikan gambaran yang lebih rinci tentang isi buku Das Kapital. Di sini pembahasan tentang barang dagangan atau Komoditi bersandar pada dialektika di antara barang dagangan sebagai hasil kerja manusia/masyarakat dengan substansi nilai yang terkandung di dalam barang dagangan. Sebagai penjelasan baik jika kita perhatikan bagaimana Marx menggambarkan produksi masyarakat sebagai latar belakang dari terciptanya komoditi sebagaimana yang ditulisnya di dalam The German Ideology:3 Teks Asli: The production of life, both of one’s own in labour and of fresh life in procreation, now appears as a double relationship: on the one hand as a natural, on the other as a social relationship. By social we understand the co-operation of several individuals, no matter under what conditions, in what manner and to what end. It follows from this that a certain mode of production, or industrial stage, is always combined with a certain mode of co-operation, or social stage, and this mode of co-operation is itself a “productive force.” Further, that the multitude of productive forces accessible to men determines the nature of society, hence, that the “history of humanity” must always be studied and treated in relation to the history of industry and exchange. Terjemahan Bebas: Produksi kehidupan, baik yang berasal dari kerja seseorang maupun yang berasal dari aktivitas prokreasi, sekarang muncul sebagai sebuah hubungan ganda: sebagai sesuatu yang alami, dan sebagai hubungan sosial. Makna sosial di sini dipahami sebagai kerjasama dari sejumlah individu lepas dari kondisi kondisi yang melingkupinya, melalui cara apa, dan untuk tujuan apapun. Selanjutnya dari sini sebuah cara produksi tertentu, atau tahap industrial selalu bersinggungan dengan cara
Problem Filsafat
kerja sama tertentu, atau tahap sosial, dan cara kerjasama ini sendiri adalah ‘kekuatan produktif’. Lebih jauh lagi, keberlimpahan dari kekuatan-kekuatan produktif memungkinkan manusia menentukan hakekat masyarakat; karenanya ‘sejarah kemanusiaan’ harus selalu dipelajari dan diperlakukan dalam hubungan dengan sejarah industri dan pertukaran. Berangkat dari apa yang dikemukakan oleh Marx maka kelihatan jelas bahwa problematik dialektika di antara perkembangan kehidupan manusia dan relasi-relasi sosial yang berada di dalamnya selalu berlangsung bersama, dalam perspektif kerja manusia yang menggerakkan sejarah. Artinya dalam konteks pembacaan terhadap komoditi, maka produksi masyarakat juga yang menghasilkan barang-barang dan relasi-relasi sosial di dalam masyarakat lah yang menentukan sebuah atau beberapa barang menjadi barang dagangan atau komoditi. Karenanya di dalam pembacaan terhadap bab-bab dalam Das Kapital, istilah komoditi atau barang dagangan perlu dipahami dalam konteks produksi masyarakat. Kalimat 3-4, alinea 3, Pengantar Edisi Pertama Das Kapital: Yang khususnya menyangkut analisis tentang substansi nilai dan besaran nilai, telah saya tulis sepopuler mungkin. Bentuk-nilai, yang mendapatkan bentuknya yang sepenuhnya dalam bentuk uang, adalah sangat mendasar dan sederhana. Pada bagian ini, Marx coba membuat penjelasan tentang problem pemahaman tentang nilai. Sebagai ilustrasinya baiklah dicuplikkan pemaparan Marx mengenai problematik tersebut di dalam Poverty of Philosophy:4 Teks Asli: Exchange has a history of its own. It has passed through different phases. There was a time, as in the Middle Ages, when only the superfluous, the excess of production over consumption, was exchanged. There was again a time, when not only the superfluous, but all products, all industrial existence, had passed into commerce,
No. 2 / Tahun I / November 2009
when the whole of production depended on exchange. Finally, there came a time when everything that men had considered as inalienable became an object of exchange, of traffic and could be alienated. This is the time when the very things which till then had been communicated, but never exchanged; given, but never sold; acquired, but never bought— virtue, love, conviction, knowledge, conscience, etc.—when everything, in short, passed into commerce. It is the time of general corruption, of universal venality, or, to speak in terms of political economy, the time when everything, moral or physical, having become a marketable value, is brought to the market to be assessed at its truest value. Terjemahan Bebas: Pertukaran memiliki sejarahnya sendiri dengan melalui tahap yang berbedabeda. Ada masanya, seperti di Abad Pertengahan, ketika produksi yang berlangsung menghasilkan barang yang berlimpah-limpah, dan hanya surplus itu yang dipertukarkan. Ada juga masanya, ketika tidak hanya kelebihan produk, tetapi semua produk, semua eksistensi industrial, disalurkan ke dalam perdagangan, ketika seluruh produksi bergantung pada pertukaran. Akhirnya tiba masa ketika segala sesuatu yang dianggap oleh manusia sebagai yang tak mampu diasingkan menjadi obyek pertukaran, perdagangan lintas negara, dan akan dapat diasingkan. Inilah masanya segala sesuatu yang tiba setelah dikomunikasikan tidak pernah dipertukaran; terberi tapi tak pernah dijual; diperoleh, tetapi tidak pernah dibeli—seperti keutamaan, cinta, keyakinan, pengetahuan, kesadaran, dsb—singkatnya saat segala sesuatu disalurkan ke perdagangan. Ini masanya korupsi umum, penyuapan universal, atau dalam peristilahan ekonomi politik, masa ketika segala sesuatu, moral atau fisik menjadi memiliki nilai jual pasar, dibawa ke pasar untuk ditaksir nilai sesungguhnya. Dari ilustrasi di muka bisa ditangkap bahwa Marx, sebagai kritik terhadap Proudhon,
No. 2 / Tahun I / November 2009
mencoba menggambarkan bagaimana dinamika nilai pakai dan nilai tukar itu bergerak dan berkembang secara historis. Benar dalam kelanjutan paparan di muka, Marx menegaskan bahwa besaran atau ukuran dari nilai tukar itu sangat ditentukan oleh hukum permintaan dan penawaran. Tetapi secara historis juga, Marx menekankan bahwa hukum permintaan dan penawaran ini tidak lepas dari relasi-relasi sosial yang membentuk pertukaran itu sendiri. Baiknya kita perhatikan lagi penjelasan Marx dalam buku yang sama.5 Teks Asli: He completely forgets that there are people who produce it, and that it is to their interest never to lose sight of demand. … ...On the contrary, he should have concluded that abundance, the production of very useful things, should be restricted if their price, their exchange value is to be raised. The old vine-growers of France in petitioning for a law to forbid the planting of new vines; the Dutch in burning Asiatic spices, in uprooting clove trees in the Moluccas, were simply trying to reduce abundance in order to raise exchange value. Terjemahan Bebas: Dia (Proudhon) sepenuhnya melupakan bahwa ada orang orang yang memproduksi barang barang, dan adalah kepentingan mereka untuk terus memperhatikan permintaan. … Sebaliknya, seharusnya dia (Proudhon) menyimpulkan bahwa keberlimpahan, produksi atas segala sesuatu yang berguna harus dibatasi jika nilai tukarnya dinaikkan. Para petani anggur di Prancis mengajukan petisi untuk adanya hukum yang melarang pembukaan lahan anggur baru; orang orang Belanda membakari rempah-rempah Asiatik, memangkas pohon pohon cengkeh di Maluku, sekedar untuk mengurangi keberlimpahan agar dapat meningkatkan nilai tukar. Sehingga jika dihubungkan dengan pembacaan terhadap tema nilai dalam buku Das Kapital, perspektif historis menjadi pengandaian mendasar dari relasi di antara nilai guna dan nilai tukar.
Problem Filsafat
Problematik tentang uang sebagai bentuk nilai yang dianggap Marx sebagai sesuatu yang sederhana, sebenarnya bukan sesuatu yang sederhana juga. Sebab uang di dalam penggambaran Marx—dengan merujuk pada tulisan tulisan Marx terdahulu—lebih serupa problematik filsafat ketimbang problematik ekonomi politik. Seperti yang dituliskannya di dalam bagian ke tiga dari Manuskrip Paris 1844:6 Teks Asli: By possesing the property of buying everything, by possesing the property of appropriating all objects, money is thus the object of eminent possesion. The universality of its property is the omnipotence of its being. It is therefore regarded as omnipotent. … Money is the procurer between man’s need and the object, between his life and his means of life. But that which mediates my life for me, also mediates the existence of other people for me. For me it is the other person. Terjemahan Bebas: Dengan memiliki properti untuk membeli segala sesuatu, dengan memiliki properti untuk merampas semua obyek, maka uang dengan demikian adalah obyek dari milik yang berkuasa. Universalitas dari kepemilikan atas uang adalah keberkuasaan atas keberadaan uang. Karenanya dianggap sebagai yang melampaui segala-galanya. … Uang adalah mucikarinya kebutuhan manusia dan obyek, mucikarinya hidup manusia dengan sarana hidup manusia. Tetapi uang yang memediasikan hidup saya dan saya, juga memediasikan eksistensi orang lain bagi saya. Bagi saya uang adalah person yang lain. Artinya di sini uang tidak bisa dipahami sebagai sekedar alat tukar, tetapi dalam pengertiannya yang paling primer yaitu sebagai mediasi antara manusia dengan dunianya. Luar biasa! Konsekuensinya, sebuah sistem sosial yang menakar nilai manusia sehubungan dengan uang, dan membuat moralitas sebagai fungsi kredibilitas finansial adalah sesuatu yang tak bermakna bagi kehidupan manusia.7 Apabila diperhatikan
Problem Filsafat
10
lebih lanjut bab Power of Money dapat diperbandingkan dengan bagaimana Adam Smith memahami uang.8 Teks Asli: It is in this manner that money has become in all civilized nations the universal instrument of commerce, by the intervention of which goods of all kinds are bought and sold, or exchanged for one another. What are the rules which men naturally observe in exchanging them either for money or for one another, ... These rules determine what may be called the relative or exchangeable value of goods. The word VALUE, is to be observed, has two different meanings, it and sometimes expresses the utility of some particular object, and sometimes the power of purchasing other goods which the possession of that object conveys. The one may be called ‘value in use;’ the other, ‘value in exchange.’ The things which have the greatest value in use have frequently little or no value in exchange; and, on the contrary, those which have the greatest value in exchange have frequently little or no value in use. Nothing is more useful than water: but it will purchase scarce any thing; scarce any thing can be had in exchange for it. A diamond, on the contrary, has scarce any value in use; but a very great quantity of other goods may frequently be had in exchange for it. Terjemahan Bebas: Melalui sejarah inilah, di dalam semua peradaban bangsa-bangsa uang menjadi instrumen universal perdagangan, melalui intervensi di mana segala macam barang diperjualbelikan, atau dipertukarkan satu dengan yang lain. Apa kemudian aturan alamiah yang memungkinkan manusia mempertukarkan barang barang dengan uang atau dengan barang lainnya? …. Aturan-aturan ini menentukan apa yang disebut sebagai nilai relatif atau nilai kebertukaran dari barang-barang. Kata nilai, ketika diamati, memiliki dua makna yang berbeda. Kadang
No. 2 / Tahun I / November 2009
mengungkapkan kegunaan dari beberapa obyek khusus, dan kadang mengungkap kekuatan pembelian atas barang barang lain oleh karena sesuatu yang dimiliki oleh karena obyek yang terkandung di dalamnya. Bisa saja nilai itu disebut ‘nilai dalam kegunaan’, dan yang lain ‘nilai dalam pertukaran’. Benda-benda yang memiliki nilai terbesar dalam kegunaan kerap kali nilainya kecil dalam pertukaran; dan sebaliknya yang memiliki nilai terbesar dalam pertukaran kerap kecil atau tidak ada nilainya dalam kegunaan. Tidak ada yang lebih berguna daripada air, tetapi hampir tidak ada yang dapat dibeli dengan air, hampir tidak ada yang dapat dipertukarkan dengan air. Sebuah berlian, sebaliknya, sedikit nilai gunanya, tetapi banyak barang yang dapat dipertukarkan dengan berlian. Penjelasan Adam Smith di sini begitu sederhana dan begitu mudah dihafal oleh para pelajar sekolah menengah pertama. Dalam kaitannya dengan pembacaan terhadap buku Das Kapital, apa yang diberikan oleh Adam Smith di sini begitu lebar luas dan sulit untuk dipelajari secara partikular. Oleh sebab pendefinisian Adam Smith tentang uang sebatas alat tukar, dan oleh sebab perkembangan jumlah barang dan kebutuhan manusia diletakkan dalam kerangka dialektika permintaan dan penawaran maka keberadaan uang di sini lebih serupa realisasi dari kebutuhan manusia. Bahkan dialektika permintaan dan penawaran itu akan dengan mudah diselesaikan dengan motto “Ada Uang Ada Barang”. Sehingga apa yang kemudian dapat dipelajari dari Adam Smith? Begitu luas pendefinisiannya tentang uang hingga kedalamannya pun berpangkal dari kesulitannya berpikir tentang hakekat dari uang. Sehingga begitu sulit bagi Adam Smith untuk menjawab problematik yang diajukan oleh Ademaintus, teman diskusi Sokrates, “Tidak ada perubahan yang begitu cepat dan begitu pasti dari seorang pemuda yang mencintai kehormatan lalu menjadi seseorang yang mencintai uang”9, kecuali secara vulgar menerjemahkan gagasan uang menurut Aristoteles.10
No. 2 / Tahun I / November 2009
Kalimat 5-7, alinea 3, Pengantar Edisi Pertama Das Kapital: Walau demikian otak manusia telah dengan sia-sia berusaha menyelidikinya lebih dari 2000 tahun lamanya untuk memahaminya secara mendasar, sedangkan di lain pihak, sekurangkurangnya telah ada suatu perkiraan analisis yang berhasil mengenai bentuk-bentuk yang isinya jauh lebih kaya dan lebih rumit. Mengapa? Karena keseluruhan tubuh lebih mudah dipelajari daripada sel-sel tubuh itu. Lebih-lebih lagi dalam menganalisis bentuk-bentuk ekonomi, tidak mungkin menggunakan mikroskop maupun bahan-bahan reaksi kimia. Daya abstraksi harus menggantikan kedua-duanya. Kutipan-kutipan Platon dan Aristoteles di muka setidaknya menjelaskan angka 2000 tahun dalam anak kalimat dari kalimat pertamanya di muka, sekaligus menjelaskan kegagalan dua filsuf tersebut maupun filsuf-filsuf selanjutnya di dalam memahami persoalan uang dalam lingkup kehidupan sosial. Mengapa terjadi kegagalan oleh karena metodologi yang dipergunakan di dalam membahas persoalan uang direduksi sampai pada persoalan ‘uang dalam genggaman manusia’, serta uang dalam kondisi ‘sedang dipertukarkan’. Sementara hakekat dan logika uang itu sendiri tidak pernah diperbincangkan lebih jauh. Boleh jadi, berangkat dari persoalan uang ini sudut pandang Marx kemudian terbentuk di dalam melihat persoalan-persoalan lain sebagai akibat dari keberadaan uang. Tetapi apabila demikian sudut pandangnya, maka persoalan uang tidak akan dapat menjawab persoalan politik dan filsafat yang diajukan dalam kalimat selanjutnya, yaitu persoalan “keseluruhan” dan “kekhususan”. Problematik ‘keseluruhan’ dan ‘kekhususan’ sebagaimana yang berlaku dalam teks di muka sebenarnya dapat dilacak dalam pemikiran Hegel.11 Akan tetapi, dalam konteks pemahaman tentang uang tentunya perlu dipelajari juga bagaimana uang di dalam keseluruhan sistem ekonomi berkemampuan membentuk kesadaran politik seseorang dan bahkan masyarakat. Artinya, uang sebagai alat tukar yang memiliki nilai guna dan nilai tukar
11
Problem Filsafat
berikut relasi relasi sosial yang melingkupinya perlu dipahami dalam kerangka perubahan perubahannya. Dalam hal ini menarik jika kita memperhatikan yang ditulis oleh Marx dalam disertasinya tentang filsafat Epikuros:12 Teks Asli: Quite otherwise with Epicurus. Time, excluded from the world of essence, becomes for him the absolute form of appearance. That is to say, time is determined as accidens of the accidens. The accidens is the change of substance in general. The accidens of the accidens is the change as reflecting in itself, the change as change. This pure form of the world of appearance is time. Terjemahan Bebas: Cukup berbeda dengan Epikuros. Waktu, setelah dikeluarkan dari dunia esensi, menjadi bentuk pemunculan absolut, bagi Epikuros. Artinya, waktu ditentukan sebagai aksiden atas aksiden. Aksiden adalah perubahan substansi secara umum. Aksiden dari aksiden adalah perubahan sebagaimana yang terefleksi dalam dirinya, perubahan sebagai perubahan. Bentuk murni dunia pemunculan adalah waktu. Sehingga, perdebatan ataupun wacana tentang ‘keseluruhan’ hanya dapat dipahami lewat perkembangan keberadaan dari si ‘keseluruhan’ itu. Realisasi dari penjelasan Marx di muka dapat diperiksa dari pemahamannya tentang konsep ideologi sebagaimana yang dituliskannya dalam The Poverty of Philosophy:13 Teks Asli: Social relations are closely bound up with productive forces. In acquiring new productive forces men change their mode of production; and in changing their mode of production, in changing the way of earning their living, they change all their social relations. The hand-mill gives you society with the feudal lord; the steam-mill society with the industrial capitalist. The same men who establish their social relations in conformity with the material productivity, produce also principles, ideas, and categories, in conformity with their social relations.
Problem Filsafat
12
Thus the ideas, these categories, are as little eternal as the relations they express. They are historical and transitory products. There is a continual movement of growth in productive forces, of destruction in social relations, of formation in ideas; the only immutable thing is the abstraction of movement — mors immortalis. Terjemahan Bebas: Hubungan-hubungan sosial terikat dekat dengan kekuatan-kekuatan produktif. Untuk mendapatkan kekuatan kekuatan produktif yang baru, manusia mengubah cara produksinya, mengubah cara mencari nafkah bagi hidupnya, mereka mengubah semua hubungan-hubungan sosialnya. Penggilingan manual memberikanmu masyarakat dengan tuan-tuan feodal, penggilingan bermesin uap ada pada masyarakat dengan kapitalis industrial. Manusia yang sama yang membangun hubungan hubungan sosialnya dalam kesesuaian dengan produktivitas material, memproduksi juga prinsipprinsip, ide-ide dan kategori-kategori yang bersesuaian dengan relasi sosialnya. Sehingga ide-ide, kategori-kategori ini, demikian kecil keabadiannya sebagaimana relasi sosial yang mereka ekspresikan. Ide ide maupun kategori kategori itu adalah produk historis dan peralihan. Terdapat gerak pertumbuhan yang berkelanjutan dalam kekuatan kekuatan produktif, dari penghancuran relasi relasi sosial, dari pembentukan ide ide; satu satunya yang tak berubah hanyalah abstraksi dari gerak—mors imortalis.14 Apa yang dikemukakan oleh Marx di dalam kutipan barusan lebih serupa gambar tentang gerak dari ‘keseluruhan’. Keseluruhan di sini tidak mengandaikan adanya sebuah ruang yang menampung hal-hal yang hanya bisa dilihat secara mikroskopik dan oleh karenanya keseluruhan bukanlah sekedar deduksi atas atas hal-hal yang kecil. Tetapi keseluruhan adalah relasi-relasi dari berbagai hal yang masing-masingnya bergerak tanpa batas,
No. 2 / Tahun I / November 2009
dan pemunculannya adalah dengan melalui waktu, melalui sejarah, yang dibentuk dari satu kejadian ke kejadian yang lain. Sehingga, sekali lagi menurut Marx, daya abstraksi harus menggantikannya. Kalimat 8-10, alinea 3, Pengantar Edisi Pertama Das Kapital: Akan tetapi bagi masyarakat borjuis, bentuk barang-dagangan produk kerja, atau bentuk-nilai barang-dagangan adalah bentuk-sel ekonomi. Bagi pengamat yang dangkal, analisis bentuk-bentuk itu tampaknya beralih pada hal-hal remeh. Tetapi ia memang membahas hal-hal remeh, seperti yang juga dilakukan oleh anatomi mikroskopik. Pada bagian ini Marx mengajukan kritik terhadap para pemikir ekonomi sejamannya, atau yang dominan pada masa itu seperti Adam Smith, David Ricardo, dan sebagainya. Akan tetapi pengertiannya tidak sebatas sebagaimana yang tertulis di dalam bagian alinea di muka. Pengertian sel ekonomi di sini berkait dengan dilema yang dihadapi oleh Adam Smith dan David Ricardo di dalam menyelesaikan problem pendistribusian barang yang tidak merata sebagai akibat dari pemikiran ekonomi liberal mereka. Problematik tersebut tampak dalam tulisan Adam Smith di Wealth of Nations.15 Teks Asli: Restraints, either by prohibitions or by taxes, upon the exportation of goods which are partially, but not completely manufactured, are not peculiar to the manufacture of leather. As long as any thing remains to be done, in order to fit any commodity for immediate use and consumption, our manufacturers think that they themselves ought to have the doing of it. Terjemahan Bebas: Halangan-halangan, baik oleh karena pelarangan ataupun oleh karena pajak, terhadap pengeksporan barang barang yang terpisah, tetapi tidak sepenuhnya diolah, tidaklah berlaku khusus bagi pengolahan (manufaktur) kulit. Sepanjang segalanya berjalan lancar, dalam rangka memenuhi kebutuhan
No. 2 / Tahun I / November 2009
penggunaan dan konsumsi komoditas, para pengusaha kita berpikir bahwa mereka sendiri harus menyesuaikan diri dengan kondisi itu. Sementara pada buku pertama, Adam Smith berperan sebagai penyelamat ekonomi, lewat pernyataan bijaknya bahwa:16 Teks Asli: As the efficacy of human industry, in increasing the quantity either of wool or of raw hides, is limited, so far as it depends upon the produce of the country where it is exerted; so it is uncertain so far as it depends upon the produce of other countries. It so far depends, not so much upon the quantity which they produce, as upon that which they do not manufacture; and upon the restraints which they may or may not think proper to impose upon the exportation of this sort of rude produce. These circumstances, as they are altogether independent of domestick industry, so they necessarily render the efficacy of its efforts more or less uncertain. In multiplying this sort of rude produce, therefore, the efficacy of human industry is not only limited, but uncertain. Terjemahan Bebas: Ketika kemampuan manusia industri, dalam meningkatkan baik wol maupun bahan bahan mentah begitu terbatas, sejauh kemampuan itu bergantung atas produk negeri di mana itu dihasilkan, maka sedemikian tidak pastinya sepanjang barang itu bergantung atas produk dari negeri lain Demikian jauh bergantung, tidak sebanyak atas kuantitas yang mereka produksi, sebagaimana juga tidak atas yang tidak mereka manufakturkan; dan tidak atas halangan-halangan yang mungkin dan mungkin tidak mereka pikirkan pantas untuk ditempatkan atas pengeksporan terhadap jenis produk kasar ini. Situasisituasi ini yang sepenuhnya independen dari industri domestik, karenanya perlu mendorong kemampuan dari usaha manusia industri sebisa mungkin. Dalam menggandakan bentuk produk kasar ini, karenanya kemampuan manusia industri bukan hanya tidak
13
Problem Filsafat
terbatas, tetapi tak pasti. Dari dua kutipan di muka, setidaknya kita bisa membuat pemaknaan bahwa apa pun yang dihasilkan oleh manusia industri sedemikian tidak pastinya, dan oleh karenanya perlu mempersiapkan diri untuk menyesuaikan dengan berbagai situasi yang tidak pasti. Oleh karenanya lagi problem keberadaan manusia di sini direduksi sedemikian rupa sampai pada tingkat kemampuannya berinteraksi dengan situasi. Artinya, walau bagaimanapun manusia adalah makhluk yang serba kekurangan lepas dari segala sesuatu yang melingkupinya, dan karenanya ‘pandai pandailah kau bergaul nak,’ kata pepatah versi logika Adam Smith. Dan dengan demikian keberadaan manusia sebagai penggerak ekonomi dikecilkan sampai pada bentuk sel-sel perilaku ekonomi manusia yang perlu terus berkompromi dengan situasi perdagangan. Karenanya ketika berhadapan dengan problematik distribusi hasil-hasil kerja manusia, Smith tidak mampu menjelaskan lebih lanjut kecuali bergantung pada argumen ketidakpastian. David Ricardo, beberapa puluh tahun kemudian berupaya menjawab problematik distribusi tersebut dengan berpendapat bahwa pajak akan dapat mengendalikan produksi dan distribusi barang dagangan seperti yang terungkap dalam tulisannya:17 Teks Asli: A tax on the profits of capital would also affect the stockholder if all commodities were to rise in proportion to the tax, although his dividends continued untaxed; but if, from the alteration in the value of money, all commodities were to sink to their former price, the stock-holder would pay nothing towards the tax; he would purchase all his commodities at the same price, but would still receive the same money dividend. … It appears to me absolutely certain, that a well regulated tax on profits, would ultimately restore commodities both of home and foreign manufacture, to the same money price which they bore before the tax was imposed. Terjemahan Bebas: Pajak terhadap keuntungan kapital juga akan mempengaruhi stockholder
Problem Filsafat
14
jika semua komoditi dinaikkan harganya sesuai dengan proporsi pajak, walaupun deviden si stockholder tidak dikenai pajak; tetapi jika dari perubahan di dalam nilai uang, semua komoditi jatuh ke harga sebelumnya, maka stockholder tidak akan membayar apapun terhadap pajak; dia akan membeli semua komoditinya dengan harga yang sama, tetapi akan tetap menerima dividen uang yang sama. … Tampak jelas bagi saya, bahwa aturan pajak atas keuntungan pastinya akan memulihkan harga komoditi, baik yang diproduksi di dalam maupun di luar negeri, pada harga yang sama seperti sebelum komoditi komoditi itu dikenai pajak. Pemahaman Ricardo dan Smith, sebagaimana yang sudah dikutip di muka, tetap perlu dilihat dalam kerangka ketidakpastian. Oleh sebab, Ricardo beranggapan bahwa elemen-elemen ekonomi yang terdapat dalam produksi dan distribusi barang dagangan baik itu produsen maupun konsumen barang dagangan selalu berada dalam posisi dapat dikendalikan melalui kebijakan ekonomi negara. Dengan kata lain, kecenderungan kecenderungan perilaku ekonomi manusia, yang dibahasakan oleh Marx sebagai sel-sel ekonomi, perlu diawasi, dikontrol ataupun dikendalikan melalui berbagai peraturan perpajakan. Problematiknya kemudian, seperti apa bentuk ekonomi yang dikendalikan oleh negara, dan dalam hal ini Marx menunjukkan lewat Preface to A Contribution to the Critique of Political Economy:18 Teks Asli: In the year 1842-43, as editor of the Rheinische Zeitung, I first found myself in the embarrassing position of having to discuss what is known as material interests. The deliberations of the Rhenish Landtag on forest thefts and the division of landed property; the officials polemic started by Herr von Schaper, then Oberprasident of the Rhine Province, against the Rheinische Zeitung about the condition of the Moselle peasantry, and finally the debates on free trade and protective tariffs caused me in the first instance to turn my attention to
No. 2 / Tahun I / November 2009
economic questions... My inquiry led me to the conclusion that neither legal relations nor political forms could be comprehended whether by themselves or on the basis of a so-called general development of the human mind, but that on the contrary they originate in the material conditions of life, the totality of which Hegel, following the example of English and French thinkers of the eighteenth century, embraces within the term “civil society”; that the anatomy of this civil society, however, has to be sought in political economy. Terjemahan Bebas: Di tahun 1842-43, sebagai editor Rheinische Zeitung, untuk pertama kalinya saya menyadari berada dalam posisi yang memalukan untuk berlibat dalam diskusi tentang kepentingan material. Pembiaran Rhenish Landtag terhadap pencurian hutan dan pembagian kepemilikan tanah, polemik resmi yang dimulai oleh Herr von Schaper19, yang kemudian menjabat sebagai Oberprasident dari propinsi Rhine, untuk melawan Rheinische Zeitung mengenai kondisi petani Moselle, dan akhirnya perdebatan tentang perdagangan bebas dan pajak proteksi20, semuanya membuat saya untuk pertama kalinya mengubah perhatian ke soal-soal ekonomi... Penyelidikan saya menyimpulkan bahwa hubungan hubungan hukum maupun bentuk bentuk politik tidak dapat dipahami baik melalui dirinya sendiri atau di atas basis perkembangan umum pemikiran manusia. Sebaliknya, hubungan dan bentuk itu berasal dari kondisi material kehidupan, dari totalitas di mana Hegel, mengikuti contoh para pemikir Inggris dan Prancis abad ke XVII, mencakupnya dalam peristilahan ‘masyarakat sipil’; namun anatomi dari masyarakat sipil ini harus dicari di dalam ekonomi politik. Problematik produksi dan distribusi yang muncul dalam tulisan-tulisan Ricardo dan Smith, dijawab oleh Marx dengan argumen bahwa segala bentuk perilaku dan kecenderungan perilaku ekonomi manusia
No. 2 / Tahun I / November 2009
dibentuk melalui perkembangan ekonomi dan struktur sosial yang melingkupi kehidupan manusia. Sehingga regulasi apapun yang ditetapkan atas dasar analisa terhadap perilaku ekonomi manusia, tetap akan menghasilkan kecenderungan untuk memperdaya peraturanperaturan tersebut. Bagi Marx, problematiknya bukan pada perumusan pajak seperti apa yang dapat mengendalikan produksi dan distribusi, tetapi justru perdagangan dan industri yang berlawanan dengan produksi masyarakat yang akan menghasilkan ketidakadilan. Kalimat 1-2, alinea 4, Pengantar Edisi Pertama Das Kapital: Kecuali bagian tentang bentuk-nilai ini, buku ini tidak sulit dipahami. Tentu saja saya maksudkan bagi seorang pembaca yang berkeinginan mempelajari sesuatu yang baru, dan karenanya mau berpikir sendiri. Pada bagian ini Marx berpikir dalam kerangka bahwa realisasi dari ilmu pengetahuan berbasis pada pemahaman terhadap fakta-fakta kongkret, yang kemudian diabstraksikan menjadi pemahaman teoritik dengan berdasar pada metode dialektik yang sifatnya historis. “Berpikir sendiri” sebagai sebuah peristilahan, berulangkali dipergunakan oleh Marx di dalam berbagai tulisannya dengan berbagai ungkapan. Seperti misalnya dalam Revelations of the Diplomatic History of the 19th Century,21 sebuah karya Marx yang tidak pernah dipublikasikan, tetapi merupakan riset sejarahnya di perpustakaan British Museum: Teks Asli: To understand a limited historical epoch, we must step beyond its limits and compare it with other historical epochs. To judge Governments and their acts, we must measure them by their own times and the conscience of their contemporaries. Terjemahan Bebas: Untuk memahami epik historis yang terbatas, kita harus melangkah melampaui batas-batasnya, dan membandingkannya dengan epik historis yang lain. Untuk menilai pemerintahan dan tindakan tindakannya, kita harus mengukurnya menurut waktu mereka dan kesadaran
15
Problem Filsafat
dari yang sejamannya. Lalu dalam The German Ideology, Marx juga menulis:22 Teks Asli: … All idealists, philosophic and religious, ancient and modern, believe in inspirations, in revelations, saviours, miracle-workers; whether their belief takes a crude, religious, or a refined, philosophic, form depends only upon their cultural level, just as the degree of energy which they possess, their character, their social position, etc., determine whether their attitude to a belief in miracles is a passive or an active one, i.e., whether they are shepherds performing miracles or whether they are sheep; they further determine whether the aims they pursue are theoretical or practical. … None of these great thoughts of Saint George are exactly original and there was really no need for him to have bothered to come all the way from Holstein to Switzerland, nor to have descended from the ,,solitude of the spirit” to the level of the artisans, nor to have “revealed” himself, merely in order to present this “vision” to the “world”. Terjemahan Bebas: … Semua dari kaum idealis, baik yang filosofis maupun yang religius, yang kuno dan yang modern, percaya akan inspirasi, akan penyingkapan, penyelamat, perdukunan; apakah kepercayaan mereka mengambil bentuk yang kasar, yang religius, atau yang diperbaharui, yang filosofis, semuanya bergantung hanya atas level budaya mereka, sebagaimana juga tingkat energi yang mereka miliki, karakter mereka, posisi sosial mereka, dsb., menentukan apakah sikap mereka pada sebuah kepercayaan akan keajaiban adalah sesuatu yang aktif atau pasif, misalnya, apakah mereka para gembala yang mencipta keajaiban ataukah mereka dombanya; lebih jauh semuanya menentukan apakah tujuan yang mereka kejar adalah sesuatu yang teoritis atau praktis. …... Tidak ada satu pun dari pemikiran
Problem Filsafat
16
agung Saint George yang benar benar asli, dan tiada perlunya bagi dirinya untuk merasa terganggu dari Holstein sampai Swiss, tidak ada juga yang diturunkan dari ‘kesucian roh’ hingga pada tingkat seni, tidak juga ‘menyingkap’ dirinya, sekedar untuk menampilkan ‘visi’ ini pada ‘dunia’. Arti ‘berpikir sendiri’ di sini tidak sama dengan mencari ilham sebagaimana yang digambarkan dalam kutipan di muka. Akan tetapi berdasar pada pemahaman atas perkembangan pemikiran manusia yang dipengaruhi oleh perkembangan struktur sosial, ekonomi dan politik, dan artinya pemahaman atas perkembangan kesadaran dan tindakan politik manusia. Pada titik ini proses berpikir sendiri perlu diandaikan sebagai membangun kerangka berpikir berdasar atas pemahaman terhadap berbagai macam bentuk pengetahuan. Kalimat-kalimat alinea 5, Pengantar Edisi Pertama Das Kapital: Seorang ahli fisika mengamati prosesproses fisika dalam bentuknya yang paling tipikal dan paling bebas dari pengaruh yang mengganggu, atau, sejauh dimungkinkan, melakukan eksperimen-eksperimen dengan syaratsyarat yang menjamin berlangsungnya proses itu dalam kewajarannya. Yang mesti saya selidiki dalam karya saya ini adalah cara produksi kapitalis dan hubungan-hubungan produksi dan bentuk-bentuk lalu-lintas/pertukaran [Verkehrsverhältnisse] yang bersesuaian dengannya. Itulah sebabnya mengapa Inggris dipakai sebagai gambaran utama perkembangan-perkembangan teoretikal yang saya lakukan. Akan tetapi, jika para pembaca Jerman mengangkat bahunya berkenaan dengan kondisi-kondisi kaum pekerja industrial dan agrikultural Inggris, atau secara optimistik menghibur dirinya sendiri dengan pikiran bahwa di Jerman keadaan tidaklah seburuk itu; maka saya mesti dengan tegas memberitahukan padanya, De te fabula narratur! (Kisah yang diceritakan
No. 2 / Tahun I / November 2009
adalah tentang dirimu!) Dalam satu alinea ini, Marx coba membandingkan pendekatan yang dipergunakannya dengan pendekatan yang biasa dipergunakan di dalam ilmu ilmu eksakta. Walaupun demikian, adanya pendekatan itu tidak mendasarkan diri pada perdebatan ataupun perbincangan yang ada di dalam ilmu-ilmu eksakta. Melainkan, ia meletakkan hukum-hukum perkembangan alam dan proses produksi masyarakat dalam hubungan yang dialektis. Seperti yang ditulisnya dalam Poverty of Philosophy:23 Teks Asli: Each principle has had its own century in which to manifest itself. The principle of authority, for example, had the 11th century, just as the principle of individualism had the 18th century. In logical sequence, it was the century that belonged to the principle, and not the principle which belonged to the century. When, consequently, in order to save principles as much as to save history, we ask ourselves why a particular principle was manifested in the 11th century or in the 18th century rather than in any other, we are necessarily forced to examine minutely what men were like in the 11th century, what they were like in the 18th, what were their respective needs, their productive forces, their mode of production, the raw materials of their production — in short, what were the relations between man and man which resulted from all these conditions of existence. To get to the bottom of all these questions — what is this but to draw up the real, profane history of men in every century and to present these men as both the authors and the actors of their own drama? But the moment you present men as the actors and authors of their own history, you arrive—by detour—at the real starting point, because you have abandoned those eternal principles of which you spoke at the outset. Terjemahan Bebas: Setiap prinsip memiliki abadnya sendiri untuk memanifestasikan dirinya. Prinsip otoritas, misalnya berpangkal di abad ke 11, sebagaimana juga prinsip individualisme yang berhulu di abad
No. 2 / Tahun I / November 2009
ke 18. Dalam sekuen logisnya, adalah abad itu yang menjadi milik prinsip, dan bukan prinsip itu yang menjadi milik abad. Konsekuensinya, ketika menjaga prinsip sebanyak seperti menjaga sejarah, kita bertanya pada diri kita sendiri mengapa sebuah prinsip yang partikular termanifestasi di abad ke-11 atau di abad ke-18 lebih daripada yang lainnya, kita perlu didorong untuk memeriksa secara rinci seperti apa manusia di abad ke-11 dan di abad ke-18, apa kebutuhan utama mereka, kekuatan-kekuatan produktif mereka, cara produksi mereka, bahan bahan baku produksi mereka—pendeknya, seperti apa relasi di antara manusia dengan manusia yang dihasilkan dari semua kondisi eksistensi ini. Untuk mencapai dasar dari semua pertanyaan ini—apakah semua ini dapat menggambarkan sejarah nyata manusia di dalam setiap abad dan untuk menampilkan semua manusia ini baik sebagai penulis dan aktor dari drama mereka sendiri? Tetapi ketika anda menampilkan manusia sebagai aktor dan penulis dari sejarahnya sendiri, anda tiba—melalui putaran balik (detour)—pada titik awal yang nyata, karena anda telah meninggalkan semua prinsip prinsip keabadian itu yang telah anda bicarakan di awal. Sehingga di dalam pembeberan atas pemahaman terhadap realitas, dan selalu demikian berlakunya, proses berpikir selalu berdialektika dengan proses-proses produksi di dalam struktur sosial masyarakat. Boleh-boleh saja dianggap bahwa Marx lebih menekankan perihal proses produksi masyarakat ketimbang proses berpikir manusia. Akan tetapi problematik proses berpikir itu sendiri, di dalam pemikiran Marx, adalah sesuatu yang selalu dipengaruhi oleh faktor-faktor material, sesuatu yang tidak independen walau seharusnya independen. Begitu juga dengan kapitalisme, yang merupakan hasil pemikiran manusia, hasil kerja manusia, yang perkembangannya berbeda-beda di setiap negeri, dan pasti menghasilkan beragam pemikiran baik yang mendukung, menolak kapitalisme, dan bahkan yang tidak perduli sama sekali dengan
17
Problem Filsafat
adanya kapitalisme. Oleh karenanya, di dalam mendiskusikan sebuah pemikiran, ataupun sebuah realitas yang berlangsung di sebuah negeri, atau di sebuah jaman tertentu tidak sama arti dengan membuat sebuah gambaran yang partikularistik dan berkemampuan mendorong adanya identitas tertentu tentang kewilayahan ataupun pemikiran tertentu, tetapi gambaran itu berlaku sebagai pembanding untuk apa yang berlangsung di wilayah yang lain, ataupun di ranah pemikiran yang lain. Kalimat-kalimat alinea 6, Pengantar Edisi Pertama Das Kapital: Pada hakekatnya, masalahnya bukan masalah tingkat perkembangan yang lebih tinggi atau lebih rendah dari antagonisme-antagonisme sosial, yang timbul dari hukum-hukum wajar produksi kapitalis. Masalahnya adalah hukum-hukum itu sendiri, tentang tendensi-tendensi yang menempuh jalannya dan memberlakukan dirinya dengan keharusan membaja. Negeri yang secara industrial lebih berkembang hanya menunjukkan gambaran hari depan bagi negeri yang industrinya kurang berkembang. Problem dialektika kembali dimunculkan oleh Marx di sini, dan oleh karenanya menjadi penting untuk melihat yang ditulis oleh Marx di dalam Eighteenth Brumaire of Louis Bonaparte:24 Teks Asli: As in 1849 so during this year’s parliamentary recess — the party of Order had broken up into its separate factions, each occupied with its own restoration intrigues, … Bonaparte, in his turn, was therefore entitled to make tours of the French departments, and according to the disposition of the town he favored with his presence, ... to divulge his own restoration plans and canvass votes for himself. ... On the pretext of founding a benevolent society, the lumpen proletariat of Paris had been organized into secret sections, each section led by Bonapartist agents, with a Bonapartist general at the head of the whole. ... were vagabonds, discharged soldiers, discharged jailbirds, escaped
Problem Filsafat
18
galley slaves, swindlers, mountebanks, lazzaroni, pickpockets, tricksters, gamblers, maquereaux [pimps], brothel keepers, porters, literati, organ grinders, ragpickers, knife grinders, tinkers, beggars — ...; from this kindred element Bonaparte formed the core of the Society of December 10 ... This Bonaparte, who constitutes himself chief of the lumpenproletariat, who here alone rediscovers in mass form the interests which he personally pursues, who recognizes in this scum, offal, refuse of all classes the only class upon which he can base himself unconditionally, is the real Bonaparte, … Terjemahan Bebas: Selama masa reses parlemen di tahun 1849,—partai berkuasa pecah menjadi beberapa faksi, yang masing masingnya dipenuhi dengan pikiran intrik restorasi, ... Bonaparte, pada gilirannya, karenanya merasa perlu menjelajah ke departemen departemen pemerintahan Prancis, dan ke kota kota yang dianggapnya pantas menerima kehadirannya, … untuk menyingkap rencana restorasinya sendiri dan mengampanyekan pilihan suara untuk dirinya sendiri ... Sebagai awal dari pembangunan kelompok pendukung, lumpenproletariat Paris telah diorganisasikan ke dalam sejumlah seksi rahasia, tiap seksi dipimpin oleh agen agen Bonapartis, dengan seorang jendral Bonapartis sebagi pucuk pimpinannya. ... Merekalah kaum gelandangan, serdadu yang dipecat, residivis, pelarian kapal budak, penjual riba, penjual obat palsu, kaum preman dari napoli, pencopet, penipu, penjudi, germo, penjaga rumah bordil, portir, kaum terdidik, tukang reparasi organ, pengasah pisau, pengemis— … dari elemen inilah Bonaparte membentuk perkumpulan 10 Desember ... Bonaparte ini yang lalu menyatakan dirinya sebagai pimpinan kaum lumpenproletariat, yang ditemukannya sendiri untuk kepentingan dirinya, menolak keberadaan klas klas lain di dalam masyarakat kecuali klas dimana si Bonaparte dapat membasiskan dirinya tanpa syarat...
No. 2 / Tahun I / November 2009
Teks yang ditampilkan di muka memang tidak berhubungan langsung dengan topik ekonomi politik maupun filsafat yang sebelum dibicarakan dalam tulisan ini. Tetapi apabila diperhatikan lebih lanjut maka dari teks di muka kelihatan jelas seperti itulah antagonisme kelas berlangsung dalam kehidupan politik sehari-hari masyarakat. Antagonisme kelas yang dipikirkan oleh Marx bukan kategorisasi siapa yang kaya, ataupun siapa yang miskin menurut ukuran ukuran jumlah pendapatan. Melainkan soal bagaimana mereka yang memiliki akses ke barang-barang dagangan, dan dengan demikian juga ke alat-alat produksi berskala besar dapat berlaku sebagai mediator, sebagai perantara untuk keselamatan duniawi, dengan memanfaatkan mereka yang tidak berpunya sebagai penjaga dan atau pekerja dari keberlangsungan kekuasaannya. Demikian juga dengan kapitalisme yang berkembang sebagai hasil dari penghancuran dan atau perampasan alat-alat produksi dari kelas-kelas yang berproduksi mandiri, untuk kemudian diorganisasikan kembali menjadi basis pendukung dari kapitalisme. Itulah tendensi-tendensi yang menempuh jalannya sendiri dan memberlakukan dirinya dengan keharusan membaja. Pembacaan terhadap pengantar yang langsung berhubungan dengan Bagian I buku Das Kapital saya akhiri sampai di sini untuk sementara, karena alinea-alinea selanjutnya, ataupun pengantar pengantar untuk edisi kedua dan ketiga, walaupun cukup penting untuk dipelajari lebih serupa pembuktian Marx, ataupun serangan balas Marx terhadap berbagai kritik atas buku Das Kapital, disamping penekanan tentang arti penting pemahaman atas cara produksi kapitalis. Selanjutnya kita akan mulai pembacaan terhadap Bagian I.
Catatan Akhir
1. Karl Marx, Preface to A Contribution to the Critique of Political Economy, diambil dari situs www.marxists.org. 2. Gambaran lengkap tentang periode tersebut terdapat dalam Maximilien Rubel and Margaret Manale, Marx without Myth, Basil Blackwell, 1975, hlm. 153-230. Begitu juga dengan penjelasan yang dibuat oleh Oey Hay Djoen sebagai keterangan penerjemah di halaman
No. 2 / Tahun I / November 2009
lampiran buku Das Kapital edisi bahasa Indonesia halaman 867-891. 3. Karl Marx, The German Ideology, bab The Essence of the Materialist Conception of History Social Being and Social Consciousness, seksi History: Fundamental Conditions, diambil dari situs www.marxists.org. 4. Karl Marx, Poverty of Philosphy, bab Antithesis on Use Value and Exchange Value, diambil dari situs www.marxists.org. 5. Ibid. 6. Karl Marx, Economic and Philosophical Manuscript 1844, bab Power of Money, diambil dari situs www.marxists.org. 7. Maximilien Rubel and Margaret Manale, Marx without Myth, Basil Blackwell, 197, hlm. 42. 8. Adam Smith, An Inquiry to the Nature and Causes of the Wealth of Nations, Buku I, Liberty Classics, Indianapolis, 1981, hlm. 44-45. 9. Platon, Republic, Buku VIII, (553d), dalam Platon: Complete Works, diedit oleh John M. Cooper dan D.S. Hutchinson, Hackett Publishing Company, 1997, h.1165. Kutipan lengkap teks asli, “He makes rational and spirited parts sit on the ground beneath appetite, one on either side, reducing them to slaves. He won’t allow the first to reason about or examine anything except how a little money can be made into great wealth. And he won’t allow the second to value or admire anything but wealth and wealthy people or to have any ambition other than the acquisition of wealth or whatever might contribute to getting it. … There is no other transformation of a young man who is an honor-lover into one who is a money-lover that’s as swift and sure as this”. 10. Aristoteles, Nicomachean Ethics, Buku V, Bab V, (1133a19-23) dalam The Complete Works of Aristotle, Volume II, Princeton University Press, 1984, hlm. 1788, yang berbunyi, “Untuk tujuan inilah uang diperkenalkan, dan uang menjadi berada dalam kerangka intermediasi; karena uang mengukur segala sesuatu dan karenanya kelebihan dan kekurangan—seberapa banyak sepatu yang setara dengan sebuah rumah atau setara dengan sejumlah makanan”. 11. Lih. G.W.F. Hegel, Science of Logic, diambil dari situs www.marxists.org. 12. Karl Marx, Difference Between the Democritean and Epicurean Philosophy of Nature, Part II: On the Difference Between Democritean and Epicurean Physics in Detail, Chapter 4: Time, diambil dari
19
Problem Filsafat
situs www.marxists.org. 13. Karl Marx, The Poverty of Philosophy, bab The Method, Second Observation, diambil dari situs www.marxists.org. 14. Istilah ini diambil oleh Marx dari puisi Lucretius, On the Nature of Things, Buku III, Baris 869, “mortalem vitam mors cum immortalis ademit” (ketika hidup yang fana dibawa lari oleh kematian abadi), diambil dari situs www. marxists.org. 15. Adam Smith, op.cit., Buku II, hlm. 655. 16. Adam Smith, op.cit., Buku I, hlm. 252. 17. David Ricardo, On the Principles of Political Economy and Taxation, Chapter 15: Taxes on Profits, diambil dari situs www.marxists.org. 18. Karl Marx, Preface to A Contribution to the Critique of Political Economy, diambil dari situs www.marxists.org. 19. Von Schapper menuduh Rhenische Zeitung membuat berita palsu, dan memunculkan keresahan masyarakat, lihat Maximilien Rubel and Margaret Manale, Marx Without Myth, hlm. 26. 20. Sehubungan dengan pajak proteksi ini Marx menyatakan, “Perdagangan dan industri memang harus dilindungi, tetapi sebenarnya poin debatnya adalah apakah pajak proteksi benar benar melindungi perdagangan dan industri. Kami melihat sistem pajak proteksi itu lebih serupa organisasi penyelenggaraan perang di masa damai, penyelenggaraan perang yang awalnya ditujukan untuk melawan negeri negeri asing, namun pada gilirannya akan menyerang juga negeri negeri yang mengorganisasikannya”, Karl Marx, Editorial Note of Rhenische Zeitung, “The Industrialists of Hanover and Protective Tariffs”, dalam Marx-Engels Collected Works, Volume 1, Progress Publisher, hlm. 286. 21. Karl Marx, Revelations of the Diplomatic History of the Nineteenth Century, dalam Marx Engels Collected Works, Progress Publisher, hlm. 25, diambil dari situs www.marxists.org 22. Karl Marx, The German Ideology, Volume II, bab Doctor Georg Kuhlmann Of Holstein Or The Prophecies of True Socialism diambil dari situs www.marxists.org. 23. Karl Marx, Poverty of Philosophy, bab Metaphysic of Political Economy, Fifth Observation diambil dari situs www.marxists.org. 24. Karl Marx, The Eighteenth Brumaire of Louis Bonaparte, bab V, diambil dari situs www.
Problem Filsafat
20
marxists.org.
Profil Komunitas Marx 1. Organisasi Kerja Komunitas Marx Komunitas Marx pada tahun pertama, 2009-2010, dikoordinatori oleh Berto Tukan. Di dalam penyelenggaraan serial diskusi “Membaca Kapital” ini secara organisasional Komunitas dibagi dalam empat divisi kerja: 1. Divisi Materi: bertanggung jawab atas pengadaan materi bagi peserta diskusi, baik materi primer maupun sekunder. Termasuk juga bertanggung jawab atas notulensi hasil diskusi. Divisi ini dipegang oleh Anom Astika. 2. Divisi Kepesertaan: bertanggung jawab untuk mengorganisasikan peserta berdasarkan formulir kepesertaan yang sudah dibagikan ke biara-biara maupun peserta dari kalangan awam. Divisi ini dipegang oleh Togap Jaya Alam. 3. Divisi Presentasi: bertanggung jawab atas presentasi dan presentator diskusi. Divisi ini dipegang oleh Martin Suryajaya. 4. Divisi Publikasi: bertanggung jawab a tas pengundangan peserta, pe ngumuman acara diskusi dan publikasi hasil-hasil diskusi. Divisi ini dipegang oleh Priscilia Hanu. 3. Metode Diskusi Membaca Kapital Buku Kapital terdiri atas 8 bagian dan 32 bab. Berdasarkan pembagian ini kami merencanakan akan menyelenggarakan diskusi sebanyak 16 kali pertemuan, setiap dua minggu sekali. Serial diskusi yang seluruhnya berjumlah 16 pertemuan ini akan kita bagi ke dalam dua bentuk pertemuan. Pertemuan pertama adalah presentasi pembacaan teks Kapital (dengan corak tekstual), sementara pertemuan jenis kedua adalah presentasi dan diskusi atas elaborasi lebih lanjut (dengan acuan teks ekstra-Kapital) atas tema yang didiskusikan dalam pertemuan pertama. Jad manakala dalam pertemuan minggu pertama kita membahas bagian teks Kapital yang berjudul “Transformasi Uang Menjadi Kapital” maka pada pertemuan berikutnya dua minggu kemudian kita akan masuk ke dalam elaborasi lebih lanjut tentang tema tersebut, misalnya dengan mengkomparasikannya terhadap pemikiran Marx pada teks sebelum Kapital atau
No. 2 / Tahun I / November 2009
No. 2 / Tahun I / November 2009
dengan membaca tradisi penafsiran atas tema tersebut oleh para komentator Marx. 4. Kepesertaan dan Presentasi Diskusi Peserta diskusi adalah mahasiswa S1/S2 STF Driyarkara yang mengisi formulir kepesertaan. Peserta diskusi diharapkan membaca teks-teks yang dibagikan dan membuat teks presentasi (dalam pertemuan pertama) maupun teks komentar (dalam pertemuan kedua). Peserta yang berhalangan hadir diharap melaporkan ketakhadirannya pada Divisi Kepesertaan. Peserta presentator yang berhalangan hadir sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan harap berkoordinasi dengan Divisi Presentasi. 5. Publikasi Hasil Diskusi Publikasi yang akan dikeluarkan oleh Komunitas Marx sepanjang perjalanan serial diskusi “Membaca Kapital” ialah Bulletin Komunitas Marx yang akan terbit setiap dua minggu sekali berselingan dengan jadwal diskusi (jadi apabila minggu ini adalah jadwal diskusi, maka Bulletin akan diterbitkan pada minggu antara minggu ini dan diskusi selanjutnya pada dua minggu kemudian). Rubrik yang menyusun Bulletin tersebut adalah sebagai berikut: 1. Editorial 2. Paper presentasi 3. Notulensi diskusi 4. Paper ringkasan terjemahan 5. Pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab dalam diskusi Selain Bulletin dwi-mingguan, Komunitas Marx juga berencana akan menerbitkan hasil diskusi, setelah dirumuskan ke dalam proposal riset, sebagai buku hasil riset bersama atas teks Kapital. Catatan: Silahkan mendaftar pada formulir yang telah diedarkan.
21
Problem Filsafat
Jadwal Diskusi Membaca Kapital Acara diskusi dilangsungkan setiap Senin dua minggu sekali pada pukul 11.00 di ruang diskusi atau ruang IV. Perkiraan jadwal dwi-mingguannya adalah sebagai berikut. 30 November 2009 (Bagian I: Komoditas dan Uang) Presentator: I Gusti Anom Astika 14 Desember 2009 (Elaborasi Bagian I) Presentator: Martin Suryajaya 25 Januari 2009 (Bagian II: Transformasi Uang menjadi Kapital) Presentator: Fulgentius 8 Februari 2010 (Elaborasi Bagian II) Presentator: ...... 22 Februari 2010 (Bagian III: Produksi Nilai-Lebih Absolut) Presentator: Aditya Permana
Presentator: Jonathan P. 31 Mei 2010 (Elaborasi Bagian VI) Presentator: ...... 14 Juni 2010 (Bagian VII: Proses Akumulasi Kapital) Presentator: Berto Tukan & Ebit 28 Juni 2010 (Elaborasi Bagian VII) Presentator: ...... 12 Juli 2010 (Bagian VIII: Akumulasi Primitif) Presentator: Muhammad Sholeh 26 Juli 2010 (Elaborasi Bagian VIII) Presentator: ...... Catatan: Bagi yang berminat untuk mempresentasikan makalahnya dalam serial diskusi ini, dapat terlibat dalam pos-pos kosong (yang dihadirkan di sini sebagai titik-titik) dan menghubungi contact person Komunitas Marx: -Anom Astika: 081318706037 -Berto Tukan: 02194712167
8 Maret 2010 (Elaborasi Bagian III) Presentator: ...... 22 Maret 2010 (Bagian IV: Produksi Nilai-Lebih Relatif) Presentator: Prastowo 5 April 2010 (Elaborasi Bagian IV) Presentator: ...... 19 April 2010 (Bagian V: Produksi Nilai-Lebih Absolut dan Relatif) Presentator: David Tobing & Oktaviano Donald 3 Mei 2010 (Elaborasi Bagian V) Presentator: ...... 17 Mei 2010 (Bagian VI: Upah) Problem Filsafat
22
No. 2 / Tahun I / November 2009
No. 2 / Tahun I / November 2009
23
Problem Filsafat
Daftar Isi
.
Editorial.........................................................................................................................................2 Kata Pengantar Marx untuk Edisi Pertama Kapital.................................................................3 Artikel VI: Enam Alinea Pengantar...........................................................................................6 Profil Komunitas Marx..............................................................................................................21 Jadwal Diskusi Membaca Kapital..............................................................................................22
Problem Filsafat
24
No. 2 / Tahun I / November 2009