PENCEGAHAN PENULARAN HIV DARI IBU KE ANAK (PPIA)
Dr. Milwiyandia , MARS Direktorat Bina Kesehatan Ibu Disampaikan pada: Pertemuan TOT Layanan Layanan Komprehensif Komprehensif Berkesinambungan (LKB) Jakarta, 4 Desember 2014
KERANGKA PENYAJIA PENYAJIAN N
(Pengertian, tujuan tujuan dan sasaran PPIA) 1. PPIA (Pengertian, 2. Kebijakan PPIA 3. Tatalaksana Kehamilan , Persalinan dan Nifas Pada
Ibu HIV 4. Tatalaksana Bayi Lahir Dari Ibu HIV 5. Indikator PPIA
Pengertian ,T ,Tujuan dan sasaran Program Program PPIA
Pengertian PPIA PPIA adalah upaya yang ditujukan untuk mencegah penularan HIV dari ibu ke anak yang dilakukan secara terintegrasi dan kompre- hensif dengan program-program lainnya yang berkaitan dengan pengendalian HIV-AIDS. Tujuan PPIA:
Menurunkan jumlah kasus baru HIV pada anak serendah
Menurunkan kematian ibu dan anak akibat AIDS serendah mungkin
Meningkatkan kualitas hidup ibu hamil dan anak dengan HIV
Lanjutan,
Sasaran Program PPIA 1.
Perempuan usia reproduktif (15-49 tahun), termasuk remaja dan populasi risti
2.
Perempuan HIV dan pasangannya
3.
Perempuan HIV yang hamil dan pasangannya
4.
Perempuan HIV, anak dan keluarganya.
Mengapa diperlukan PPIA ?
RISIKO PENULARAN HIV DARI IBU KE BAYI-ANAK Selama kehamilan
5 - 10 %
Saat persalinan
10 - 20 %
Selama menyusui (rata-rata 15%)
5 - 15 %
Keseluruhan
20-45 %
Kegiatan PPIA Komprehensif
kegiatan komprehensif yang meliputi 4 komponen/ Prong meliputi:
1.
Prong (1)Mencegah terjadinya penularan HIV pada perempuan usia reproduksi
2.
Prong (2) Mencegah kehamilan yang tidak direncanakan pada ibu dengan HIV
3.
Prong (3) Mencegah terjadinya penularan HIV dari ibu hamil HIV ke bayi yang dikandungnya
4.
Prong (4) Memberikan dukungan psikologis, sosial dan perawatan kepada ibu HIV beserta bayi dan keluarganya.
Prong 1. Mencegah terjadinya penularan HIV pada perempuan usia reproduksi
Langkah dini yang paling efektif untuk mencegah terjadinya penularan HIV pada bayi adalah dengan mencegah perempuan usia reproduksi tertular HIV.
Komponen ini dapat juga dinamakan pencegahan primer (Primary
prevention)
Untuk menghindari penularan HIV, dengan menggunakan konsep “ABCDE” sebagai berikut.
1. A ( Abstinence): artinya Absen seks atau tidak melakukan hubungan seks bagi yang belum menikah. 2. B (Be faithful ): artinya Bersikap saling setia kepada satu pasangan seks (tidak berganti-ganti pasangan). 3. C (Condom): artinya Cegah penularan HIV melalui hubungan seksual dengan menggunakan kondom. 4. D (Drug No): artinya Dilarang menggunakan narkoba. 5. E (Education) : artinya pemberian Edukasi dan informasi yang benar mengenai HIV, cara penularan, pencegahan dan pengobatannya
Lanjutan Prong 1,
1. Kegiatan yang dapat dilakukan untuk pencegahan primer antara lain : 2. KIE tentang HIV-AIDS dan kesehatan reproduksi, baik secara individu atau kelompok kepada masyarakat dengan sasaran khusus perempuan usia reproduksi. 3. Dukungan psikologis kepada perempuan usia reproduksi dengan perilaku berisiko, pekerjaan berisiko dan rentan tertular HIV (penerima donor darah, pasangan dengan perilaku/pekerjaan berisiko) agar bersedia melakukan pemeriksaan HIV. 4. Dukungan sosial dan perawatan bila hasil tes positif
Prong 2. Mencegah kehamilan yang tidak direncanakan pada ibu dengan HIV Perempuan dengan HIV dan pasangannya perlu merencanakan dengan seksama sebelum memutuskan untuk ingin punya anak. Perempuan dengan HIV memerlukan kondisi khusus yang AMAN untuk hamil, bersalin, nifas dan menyusui. Aman untuk ibu terhadap komplikasi kehamilan akibat keadaan daya tahan tubuh yang rendah, dan aman untuk bayi terhadap penularan HIV selama kehamilan, proses persalinan dan masa laktasi. Perempuan dengan HIV dan pasangannya harus dapat mengakses layanan yang menyediakan informasi dan sarana kontrasepsi guna mencegah kehamilan yang tidak direncanakan.
Lanjutan Prong 2 1. Kegiatan yang dapat dilakukan antara lain sebagai berikut.
2. Meningkatkan akses ODHA ke layanan yang menyediakan informasi dan sarana pelayanan kontrasepsi yang aman dan efektif 3. Memberikan pelayanan dan Konseling yang berkualitas mengenai perencanaan kehamilan dan pemilihan metode kontrasepsi yang sesuai dan kehidupan seksual yang aman termasuk penanganan komplikasi. 4. Menyediakan alat dan obat kontrasepsi yang sesuai untuk perempuan dengan HIV. 5. Memberikan Dukungan psikologis , sosial, medis dan keperawatan
Prong 3. Mencegah terjadinya penularan HIV dari ibu hamil HIV positif ke bayi yang dikandungnya kegiatan sebagai berikut: 1. tes HIV 2. Diagnosis HIV 3. Pemberian terapi antiretroviral Konseling persalinan serta KB pasca persalinan. 4. 5. Konseling menyusui dan pemberian makanan bagi bayi dan anak , menyusui dan KB. Konseling pemberian profilaksis ARV dan kotrimoksazol pada anak. 6. 7. Persalinan yang aman dan pelayanan KB pasca persalinan. 8. Pemberian profilaksis ARV pada bayi 9. Memberikan dukungan Psikologis, sosial dan keperawatan bagi ibu selama hamil, bersalin dan bayinya.
Prong 4. Memberikan dukungan psikologis, sosial dan Medis perawatan kepada ibu HIV beserta bayi dan keluarganya Dukungan Medis Keperawatan
Dukungan bagi ibu: 1.
pemeriksaan dan pemantauan kondisi kesehatan
2.
pengobatan dan pemantauan terapi ARV
3.
pencegahan dan pengobatan infeksi oportunistik
4. 5.
konseling dan dukungan kontrasepsi dan pengaturan kehamilan konseling dan dukungan asupan gizi
6.
layanan klinik dan rumah sakit yang bersahabat
7.
kunjungan rumah.
Prong 4. Memberikan dukungan psikologis, sosial dan perawatan kepada ibu HIV beserta bayi dan keluarganya
Dukungan bagi bayi: 1. diagnosis HIV pada bayi dan anak. 2. pemberian kotrimoksazol Profilaksis 3. pemberian ARV pada bayi HIV. 4. informasi dan edukasi pemberian makanan bayi dan anak 5. Pemeliharaan kesehatan dan Pemantauan tumbuh kembang anak 6. Pemberian imunisasi Dukungan Bagi Keluarga Penyuluhan kepada anggota keluarga tentang cara penularan HIV dan pencegahannya serta penggerakan dukungan masyarakat bagi keluarga dengan atau terdampak HIV.
Lanjutan Prong 4,
Dukungan Psikososial Pemberian dukungan psikologis dan sosial kepada ibu HIV dan keluarganya adalah penting, mengingat ibu HIV maupun ODHA menghadapi masalah psikososial, seperti stigma dan diskriminasi, depresi, pengucilan dari lingkungan sosial dan keluarga, masalah dalam pekerjaan, ekonomi dan pengasuhan anak.
Dukungan psikososial dapat diberikan oleh pasangan dan keluarga, kelompok dukungan sebaya, kader kesehatan, tokoh agama dan masyarakat, tenaga kesehatan dan Pemerintah. Bentuk dukungan psikososial ada 4, yaitu: 1.
Dukungan emosional, berupa empati dan kasih sayang
2.
Dukungan penghargaan, berupa sikap dan dukungan positif
3.
Dukungan instrumental, berupa dukungan untuk ekonomi keluarga
4.
Dukungan informasi, berupa semua informasi terkait HIV-AIDS dan seluruh layanan pendukungnya, termasuk informasi tentang kontak petugas kesehatan/ LSM/ kelompok dukungan sebaya
Kebijakan Terkait PPIA 1.
SE Menkes No GK/ Menkes/001/1/2013 tentang layanan PPIA
2.
Permenkes no 51 Tahun 2013 Tentang Pedoman PPIA
3.
Permenkes No 21 tahun 2013 tentang Penanggulangan HIV dan AIDS
4.
5.
6.
SE Menkes No 129 tahun 2013 tentang pelaksanaan Pengendalian HIV AIDS dan IMS SE Dirjen P2PL No HK.02.03/0/III/2/823/2013 tentang alokasi pembiayaan Logistik Program Pengendalian HIV-AIDS dan IMS SE Dirjen BUK tentang Penyelenggaraan Pelayanan orang dengan HIV AIDS di Rumah sakit
Surat Edaran Menteri Kesehatan No.GK/MENKES/001/I/2013 Tentang Layanan Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA)
Kebijakan PPIA(SE MENTERI KESEHATAN NO.GK/MENKES/001/I/2013)
1.
Melaksanakan pelayanan pencegahan penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA) untuk diintegrasikan pada layanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Keluarga Berencana (KB) dan konseling remaja di setiap jenjang pelayanan kesehatan dengan ekspansi secara bertahap dan dapat melibatkan peran swasta serta LSM.
2.
PPIA dalam pelayanan KIA merupakan bagian dari Program Nasional Pengendalian HIV-AIDS dan IMS.
3.
Setiap perempuan yang datang ke layanan KIA-KB dan remaja harus mendapat informasi mengenai PPIA.
4.
5.
6.
Di daerah epidemi HIV meluas dan terkonsentrasi, tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan wajib menawarkan tes HIV kepada semua ibu hamil secara inklusif pada pemeriksaan laboratorium rutin lainnya saat pemeriksaan antenatal atau menjelang persalinan. Di daerah epidemi HIV rendah, penawaran tes HIV oleh tenaga kesehatan diprioritaskan pada ibu hamil dengan IMS dan TB secara inklusif pada pemeriksaan laboratorium rutin lainnya saat pemeriksaan antenatal atau menjelang persalinan. Untuk daerah yang belum mempunyai tenaga kesehatan yang mampu / berwenang memberikan pelayanan PPIA dapat dilakukan dengan cara : Merujuk ibu hamil ke fasilitas pelayanan HIV yang memadai a. Pelimpahan wewenang ( task shifting) kepada tenaga kesehatan lain yang b. terlatih. Penetapan daerah yang memerlukan task shifting petugas
ibu hamil yang positif HIV wajib diberi obat ARV dan mendapatkan pelayanan perawatan, dukungan dan pengobatan lebih lanjut (PDP).
7. Setiap
8. Kepala Dinas Kesehatan merencanakan ketersediaan logistik (obat dan pemeriksaan tes HIV) berkoordinasi dengan Ditjen P2PL, Kemenkes. 9. Pelaksanaan pertolongan persalinan baik secara per vaginam atau per abdominam harus memperhatikan indikasi obstetrik ibu dan bayinya serta harus menerapkan kewaspadaan standar 10.Sesuai dengan kebijakan program bahwa makanan terbaik untuk bayi adalah pemberian ASI secara ekslusif selama 0-6 bulan, maka ibu dengan HIV perlu mendapat konseling laktasi dengan baik sejak perawatan antenatal pertama. Namun apabila ibu memilih lain (pengganti ASI) maka, ibu, pasangan, dan keluarganya perlu mendapat konseling makanan bayi yang memenuhi
KTIP
Tes HIV
Positif
Negatif
Konseling pasca Tes HIV
Konseling Pasca Tes HIV
Rujuk Ke RS PDP untuk mendapatkan ARV
INTEGRASI PPIA DALAM LAYANAN KIA
Alur integrasi PPIA di pelayanan KB Klien pelayanan KB
Poli KB/Klinik KB
Anamnesis : identitas, metode KB yang diinginkan, status kesehatan (riwayat penyakit), status Kespro (hamil/tidak hamil/pasca keguguran, 4T, risiko IMS)
Konseling pra pelayanan: Informasi ringkas berbagai metode kontrasepsi, pemilihan metode KB
Klien KB dengan Faktor risiko/keluhan dan gejala IMS
Pemeriksaan Fisik Umum, organ reproduksi dan gejala IMS ( Duh tubuh, ulkus/luka pada alat kelamin,vegetasi dll ) Pelayanan Kontrasepsi : Informasikan hasil pemeriksaan, bahas kondisi dengan metode yang dipilih, berikan pelayanan kontrasepsi dan penjelasan tindakan
Konseling pasca pelayanan : Informasi lengkap tenang metode KB yang diberikan, termasuk kunjungan ulang
•Rujuk ke KTS/Poli IMS •Tawarkan tes HIV • Anjurkan pengunaan kondom secara konsisten
Klien KB
Reaktif
Non Reaktif
Konseling agar tetap negatif Ingin hamil
Tidak mau Hamil
Memenuhi Syarat
Tawarkan pilihan Kontrasepsi Ya
Boleh Hamil
Tidak
Perencanaan Kehamilan
INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN REMAJA
Informasi dan edukasi HIV-AIDS termasuk PPIA Remaja
Sekolah: UKS
Luar Sekolah/masyarakat
Puskesmas PKPR,
PIK-R,PIK-M
KIE : -Penyuluhan pada Masa Orientasi Sekolah (MOS) -Penyuluhan rutin
Konseling Pribadi : Guru BK, KS, dll
KIE
Konseling
Rujuk bila tidak dapat ditangani
Konseling dan KIE
PENATALAKSANAAN PADA KEHAMILAN, BERSALIN DAN NIFAS PADA IBU HIV
Penatalaksanaan Antenatal
1/4
Asuhan Antenatal seperti biasanya Ukur Tinggi Badan, Berat Badan, LILA, Tinggi Fundus Uteri, Tekanan Darah, DJJ Bayi, Status Tetanus Toksoid, tablet tambah darah Laboratorium Hemoglobin, Proteinurin, GD puasa, Golongan darah dll Deteksi dini faktor resiko atau penyulit
Pelihara kesehatan secara umum Pola hidup sehat (diit seimbang, tidak merokok, tidak minum alkohol, olahraga teratur, istirahat cukup) Minum roboransia
Kurangi kadar virus (Viral Load) Minum ARV profilaksis secara teratur Dianjurkan untuk pemeriksaan VL pada usia kehamilan 36 minggu ke atas
Penatalaksanaan Antenatal
3/4
Hindari penularan ke pasangan Perilaku seksual sehat, setia pada pasangan Selalu menggunakan kondom Periksa status serologis HIV pasangan seksual
Konseling persiapan persalinan Perlu dilakukan konseling kepada ibu, pasangan dan keluarga mengenai manfaat dan risiko persalinan pervaginam dan persalinan dengan seksio sesarea berencana Cara persalinan: Seksio sesarea/ pervaginam Tempat persalinan dianjurkan di RS rujukan ARV
Penatalaksanaan Antenatal
4/4
Konseling pemberian makanan bayi Perlu dilakukan konseling kepada ibu, pasangan dan keluarga mengenai manfaat dan risiko pemberian ASI Eksklusif dan Susu Formula Eksklusif Perlu diberikan dukungan terhadap ibu mengenai keputusan terhadap pilihan pemberian makanan bayi. Apabila pilihan adalah ASI Eksklusif maka dijelaskan mengenai manajemen laktasi. Apabila pilihan adalah Susu Formula Eksklusif maka dijelaskan mengenai syarat AFASS dan cara mencapainya.
Tujuan Penatalaksanaan Obstetri
Persalinan yang aman Kondisi ibu baik Tidak terjadi penularan Ke Bayi Ke Tim Penolong Ke Pasien lainnya
Tindakan efektif dan efisien
Risiko penularan masa persalinan
His
tekanan
pada plasenta meningkat
Terjadi sedikit pencampuran antara darah ibu dengan darah bayi Lebih sering terjadi jika plasenta meradang/ terinfeksi
Bayi terpapar darah dan lendir serviks pada saat melewati jalan lahir Bayi kemungkinan terinfeksi karena menelan darah dan lendir serviks pada saat resusitasi
Penatalaksanaan Persalinan
1/4
Pemilihan rute persalinan tergantung Status obstetri Status PPIA: ARV dan viral load Kesiapan petugas medis: Kewaspadaan standar, SDM, sarana medis & non medis
Persyaratan untuk persalinan pervaginam Ibu sdh minum ARV teratur ≥ 6 bulan dan atau, Muatan virus/ kadar viral load < 1000 kopi/mm3 pada minggu ke-36 )
Penatalaksanaan Masa Nifas
1/2
Perawatan nifas umum Pemeriksaan tanda vital, involusi uterus Higiene genitalia dan payudara Nutrisi cukup, istirahat cukup
Perawatan nifas khusus Pastikan ibu telah menentukan pilihan pemberian makanan untuk bayi Supresi laktasi apabila ibu memilih untuk tidak menyusui Anjuran pemeriksaan CD4, untuk menilai kelayakan terapi ARV berikutnya
Halaman 32
Keluarga Berencana dan Perencanaan Kehamilan
KONTRASEPSI UNTUK ODHA Halaman 33
1. Kontrasepsi mantap atau sterilisasi: dengan adanya risiko penularan HIV ke bayi, bila ibu dengan HIV sudah memiliki jumlah anak yang cukup, dipertimbangkan kontrasepsi mantap. 2. Kontrasepsi jangka panjang: a. Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR): bila risiko IMS rendah dan pasangannya tidak berisiko IMS. Syaratsyarat pemasangan AKDR mengikuti standar b.
Hormonal : ₋ Pil KB kombinasi: aman dan efektif untuk perempuan dengan HIV yang tidak dalam terapi obat ARV dan obat lain yang dapat meningkatkan enzim hati. ARV dapat menurunkan efektivitas pil KB kombinasi. ₋ Pil progesteron: direkomendasikan bagi perempuan dengan HIV yang tidak dalam terapi obat ARV, karena ARV menurunkan efektivitas pil progesteron. ₋ Suntik progesteron jangka panjang: DMPA dapat digunakan bagi perempuan dengan HIV yang diberi ART tanpa kehilangan efektivitas kontrasepsi. Metabolisme DMPA tidak dipengaruhi oleh obat ARV dan tetap dapat diberikan dengan interval 12 minggu.
Implan progesteron: implan etonorgestrel adalah kontrasepsi yang amat efektif dan aman pada
Persiapan ODHA Yang Ingin Punya Anak Halaman 34
Pasangan ODHA
Perempuan ODHA
Pemeriksaan Pemeriksaan kadar CD4 dan viral load, untuk mengetahui apakah sudah layak untuk hamil Bila VL tidak terdeteksi atau kadar CD4 lebih dari 350 sel/mm3, sanggama tanpa kontrasepsi dapat dilakukan, terutama pada masa subur. subur. Bila kadar CD4 masih kurang dari 350 sel/mm3, minum ARV secara teratur dan disiplin minimal selama enam bulan dan tetap menggunakan kondom selama sanggama
Bila dipastikan serologis HIV non-reaktif (negatif), maka kapan pun boleh sanggama tanpa kondom, setelah pihak perempuan dipastikan layak untuk hamil. Apabila serologis reaktif (positif), perlu dilakukan pemeriksaan viral load, untuk mengetahui risiko penularan. Apabila VL tidak terdeteksi terdeteksi sanggama tanpa kontrasepsi dapat dilakukan pada masa subur pasangan. Apabila VL masih terdeteksi atau kadar CD4 kurang dari 350 sel/mm3, maka sebaiknya rencana kehamilan ditunda dulu.
TATALAKSANA BAYI BAYI YANG LAHIR LAH IR DARI DAR I IBU I BU HIV HI V (+)
Penanganan bayi saat persalinan
Gunakan sarung tangan saat terpapar dengan darah atau cairan tubuh Jepit dan potong tali pusat dengan hati-hati untuk mengurangi kontaminasi percikan darah Keringkan dan bersihkan kulit bayi dengan kain hangat untuk mengurangi kontaminasi darah atau cairan tubuh ibu sebelum pindah ke ruang perawatan Hindari penggunaaan gastric tube yang tidak perlu untuk mencegah trauma mukosa Berikan vitamin K dan vaksinasi vaksinasi rutin
Profilaksis ARV
Pemberian AZT pada bayi normal AZT 4mg/ KgBB/, 2Xsehari mulai hari pertama hingga 6 minggu (golden peroide 12 jam setelah lahir)
Pemberian AZT (Zidovudine) pada bayi prematur :
Bayi <30 minggu: dosis 2 mg/kg/12 jam selama 4 minggu 2mg/kg/8 jam selama 2 minggu
Bayi 30-35 minggu: dosis 2 mg/kg/12 jam selama 2 minggu pertama 2mg/kg/8 jam selama 2 minggu kedua 4 mg/kg/12 jam selama 2 minggu terakhir
Profilaksis Kotrimoksasol
Diberikan pada semua bayi terekspos HIV (bayi lahir dari ibu HIV) dari usia 6 minggu (termasuk atau tidak dalam program PMTCT) Diberikan sampai infeksi HIV sudah disingkirkan DAN ibu sudah tidak memberikan lagi ASI Mencegah Pneumocystis Jirovecii Pneumonia dan juga efektif mencegah toxoplasmosis dan beberapa infeksi bakteri seperti Salmonella, Haemophilus, Staphylococcus
JOINT WHO/UNAIDS/UNICEF STATEMENT ON USE OF COTRIMOXAZOLE AS PROPHYLAXIS IN HIV EXPOSED AND HIV INFECTED CHILDREN
Profilaksis Kotrimoksasol
Dosis: 4-6 mg/kg BB TMP 1x/hari, setiap hari Sediaan: Sirup 40 mg (TMP) tiap 5 mL, tablet 80 mg (TMP) dan 160 mg (TMP) Efek samping: reaksi berat seperti Stevens Johnson syndrome, insufisiensi ginjal dan/atau hati atau toksisitas hematologi berat jarang pada bayi
Nutrisi apa yang terbaik untuk bayi dari ibu HIV ?
Transmisi vertikal HIV Tanpa intervensi: Risiko 5-10%
Risiko 10-20%
Intrauterin
Antiretrovirus (ARV)
Risiko 10-15%
intrapartum
Pasca persalinan
ARV SC/Pervaginam
Bayi: ARV, Pemberian Nutrisi Pada Bayi
•
•
Intervensi/PMTCT
Probabilitas kumulatif terinfeksi HIV 40 35 30 25 20 15 10 5 0
Mixed feeding
No Breastfeeding Exclusive breastfeeding
Prinsip Pemberian Nutrisi Pada Bayi Lahir dari Ibu HIV
Konseling pemilihan makanan bayi yang terkait risiko penularan HIV diberikan sejak sebelum persalinan. Pengambilan keputusan dapat dilakukan oleh ibu/keluarga setelah mendapat informasi dan konseling secara lengkap. Pilihan apapun yang diambil seorang ibu haruslah didukung. Pilihan yang diambil haruslah antara ASI saja atau susu formula saja ( tidak boleh mixed feeding). Jika Ibu memilih ASI berikan pengetahuan mengenai Manajemen Laktasi, bila memilih susu formula berikan pengetahuan mengenai cara penyiapan susu formula yg baik
ASI ?
ASI memberikan nutrisi optimal bagi bayi selama 612 bulan pertama ASI menurunkan risiko morbiditas dan mortalitas pada satu tahun pertama .
(WHO Collaborative Study, Lancet
2002) Photo from Kenya - IBFAN-Africa
Masalah: ASI memiliki risiko transmisi HIV
Meski ASI mengandung semua unsur yang diperlukan untuk nutrisi bayi yang sempurna, ASI juga bisa mengandung virus HIV Penularan bisa terjadi sepanjang masa menyusui Risiko absolut ibu menularkan HIV melalui ASI adalah 10% (40% bayi yang terinfeksi HIV: melalui pemberian ASI)
Jika bayi telah diketahui HIV positif
Sangat dianjurkan ASI eksklusif untuk usia 6 bulan pertama
Setelah usia 6 bulan diberi MP-ASI dan ASI diteruskan hingga 2 tahun.
Metode pemanasan ASI 1. Cara cepat ( flash heating) Letakkan ASI perah dalam wadah terbuka berbahan gelas dalam panci berisi air, panaskan panci sampai air mendidih. Matikan api, segera angkat ASI perah, tutup dan biarkan berangsur dingin
2. Pasteurisasi cara Pretoria letakkan ASI dalam tempat berbahan gelas, tutup, masukkan kedalam air panas yang sudah dididihkan selama 20 menit, lalu angkat dan biarkan dingin
Donor ASI
Harus memenuhi syarat:
Permintaan ibu kandung atau keluarga bayi yang bersangkutan; Identitas, agama, dan alamat pendonor ASI diketahui dengan jelas oleh ibu atau keluarga dari bayi penerima ASI; Persetujuan pendonor ASI setelah mengetahui identitas bayi yang diberi ASI; Pendonor ASI dalam kondisi kesehatan baik dan tidak mempunyai indikasi medis yang menjadi kontraindikasi pemberian ASI; dan ASI tidak diperjualbelikan.
Susu formula ?
Harus memenuhi syarat AFASS
Tidak boleh mixed feeding
Pilihan harus ditentukan sebelum bayi lahir
Pilihan dilakukan setelah konseling dan harus didukung oleh petugas kesehatan
AFASS Acceptable
Feasible
Affordable
Sustainable
Safe
• Ibu & keluarga tidak mengalami hambatan dalam memberikan PASI. Hambatan: budaya,
sosial, ketakutan akan stigma atau diskriminasi
• Ibu & keluarga memiliki waktu, pengetahuan dan keterampilan serta sumber daya yang
cukup untuk menyiapkan PASI dan memberikannya pada bayi sampai 12 kali dalam 24 jam
• Ibu & keluarga, didukung masyarakat jika perlu, dapat membayar biaya pembelian, penyiapan & penggunaan PASI. Termasuk susu formula, bahan bakar, air bersih, sabun, tanpa mengganggu kesehatan & nutrisi seluruh keluarga • Ibu dan keluarga memiliki akses yang tidak terputus terhadap suplai seluruh komponen
yang diperlukan utk PASI yang aman selama diperlukan bayi, sedikitnya sampai usia 1 tahun atau lebih
•Ibu dan keluarga mampu secara benar & higienis menyimpan & menyiapkan peralatan yg bersih: •Memiliki akses terhadap penyediaan air bersih •Menyiapkan PASI dengan gizi cukup dan bebas mikroba •Mampu mencuci tangan dan peralatan dengan sabun dan secara teratur mensterilkan peralatan dgn merebud •Dapat merebus air untuk menyiapkan PASI •Dapat menyimpan formula yang belum dipakai dalam wadah yang bersih dan tertutup dan terlindungi dari tikus,
Early Infant Diagnosis
Diagnosis dini penting untuk memberikan inisiasi ART dini
Inisiasi ART dini memberi prognosis klinis lebih baik
Kendala:
Teknik pemeriksaan
Biaya
Pemberian ASI diperiksa setelah 6 minggu penghentian ASI
Teknik Pemeriksaan •
•
•
•
Antibodi HIV ibu dapat ditransfer ke janin melalui plasenta. Baru hilang pada usia sekitar 12-18 bulan Antibodi HIV (rapid test, ELISA) tidak bisa dijadikan alat diagnostik pada anak <18 bulan Menggunakan PCR RNA HIV/viral load: mahal, hanya tersedia di kota besar. Idealnya PCR DNA HIV menggunakan kertas saring (dried blood spot)
Waktu Pemeriksaan
4-6 minggu:
4-6 bulan:
18 bulan:
PCR HIV
PCR HIV
Antibodi HIV
HIV task force, Indonesia Pediatric Society
Diagnosis pasti infeksi:
Dua kali uji virologi positif, usia berapa saja
ATAU
Usia >18 bulan dengan hasil uji positif atau uji serologi positif
Diagnosis pasti tidak ada infeksi pada bayi tanpa ASI:
Dua kali hasil uji virologi negatif, dilakukan pada usia >1 bulan dan pada usia >4 bulan, dan tidak pernah positif
ATAU
Dua kali atau lebih hasil uji serologi HIV negatif pada usia >6 bulan
Imunisasi 1.
2. 3.
Prinsip umum semua vaksinasi tetap diberikan seperti pada bayi lainnya, termasuk memberikan vaksin hidup (BCG, polio oral, campak), kecuali bila terdapat gejala klinis infeksi HIV. Jadwal pemberian imunisasi mengikuti buku KIA . Tidak boleh ada pelabelan HIV, namun kewaspadaan standar tetap dilakukan
Jadwal kunjungan bayi Kegiatan
Saat lahir
10 Hr
4 Mgg
6 Mgg
2 Bln
3 Bln
4 Bln
6 Bln
9 Bln
12 Bln
18 Bln
Evaluasi klinis
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Berat Badan & Panjang Badan
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Pemberian makanan
SF/ASIe
SF/ASI
SF/ASI
SF/ASI
SF/eASI
SF/ASI
SF/ASI
SF+MP
SF+MP
ARV Profilaksis
√
√
√
√ √
√
√
√
√
√
Kotrimoksazol Profilaksis
SF+MP
Tiap 6 Bln
SF+MP
Sesuai dengan jadwal imunisasi Depkes/IDAI
Imunisasi
Perhatian khusus untuk BCG
Laboratorium Hb & Leukosit
Kadar CD4 PCR (RNA/DNA)
√
√
Dilakukan bila pasien terbukti terinfeksi HIV atau ada tanda terinfeksi HIV Dilakukan bila pasien mampu, paling dini pada usia 6 minggu √
Serologi HIV ASIe= Air Susu Ibu eksklusif
BCG= Bacillus Calmette Guerrin
HIB= Hemofilus Influenza B
PCR= Polimerase Chain Reaction
SF= Susu Formula
DTP= Difteri Tetanus Pertusis
OPV= Oral Polio Vaccine
DNA= Deoxy Ribonucleic Acid
MP= Makanan Padat
HepB= Hepatitis B
Hb= Hemoglobin
RNA= Ribonucleic Acid
57
Indikator dan Target PPIA
INDIKATOR PPIA
No
Indikator
Definisi Opersional
1
Proporsi perempuan usia subur (15-49) dengan HIV
Adalah jumlah perempuan usia subur HIV dibagi dengan jumlah perempuan usia subur, dikalikan 100%
2
Proporsi ODHA usia subur yang mendapatkan konseling KB
Adalah jumlah ODHA usia subur yang mendapatkan koseling KB dibagi dengan jumlah ODHA usia subur, dikalikan 100%
3
Cakupan tes HIV pada ibu hamil
adalah jumlah ibu hamil yang di-tes HIV dibagi dengan jumlah seluruh ibu hamil, dikalikan 100%.
4
Proporsi ibu hamil yang datang ke pelayanan dan mendapat tes HIV
adalah jumlah ibu hamil yang di-tes HIV dibagi dengan jumlah ibu hamil yang datang ke pelayanan antenatal, dikalikan 100%.
5
Angka positif HIV pada ibu hamil
adalah jumlah ibu hamil dengan HIV dibagi dengan jumlah ibu hamil yang dites HIV, dikalikan 100%.
INDIKATOR PPIA
No
Indikator
Definisi Opersional
6
Cakupan ibu hamil HIV yang mendapatkan ARV
adalah jumlah ibu hamil HIV yang mendapatkan ARV dibagi dengan jumlah ibu hamil HIV, dikalikan 100%.
7
Cakupan ibu hamil HIV yang bersalin di fasilitas Kesehatan
dalah jumlah ibu hamil HIV yang bersalin di fasilitas kesehatan dibagi dengan jumlah ibu hamil HIV, dikalikan 100%.
8
Cakupan pengobatan profilaksis ARV pada bayi
adalah jumlah bayi lahir dari ibu HIV mendapatkan ARV profilaksis dibagi dengan jumlah bayi lahir hidup dari ibu HIV, dikalikan 100%.
9
Cakupan pengobatan profilaksis kotrimoksasol pada bayi
adalah jumlah bayi yang lahir dari ibu HIV mendapatkan kotrimoksasol profilaksis dibagi dengan jumlah bayi lahir hidup dari ibu HIV, dikalikan 100%.
10
Jumlah bayi yang terdiagnosis HIV
Adalah jumlah bayi dengan hasil tes HIV positif dibagi dengan jumlah bayi lahir hidup dari ibu dengan HIV, dikalikan 100%.
Target Ibu Hamil di Tes HIV pada Pemeriksaan Antenatal (RAN PPIA Tahun 2013-2017)
Daerah
Jumlah ibu hamil
Ibu Hamil ANC
2013
2014
2015
2016
2017
Kabupaten/kota epidemi meluas (Papua dan Papua Barat
82.714
50.721
60%
70%
80%
90%
100%
Kab/Kota epidemi terkonsentrasi
2.842.341
2.776.673
15%
35%
60%
90%
100%
Kab/Kota epidemi rendah
2.509.329
2.397.342
10%
15%
20%
25%
30%
Total
5.434.384
5.224.736
686.668
1.366.942
2.186.049
3.143.990
3.546.597
TREND PENINGKATAN IBU HAMIL DI TES HIV TAHUN 2011 JUNI 2014
JUMLAH IBU HAMIL DI TES HIV PER PROVINSI JAN – JUNI TAHUN 2014 45.000 40.000
39.450
35.000 30.000 25.000
23.829
20.000 16.205
15.000 10.000 5.000
10.072 8.976 8.610 7.023 3.870 2.2932.161 2.1292.0512.020 1.932 1.7411.658
761
742
281
-
Bumil di tes HIV
213
168
163
115
102
102
43
8
5
2
1
CASCADE PPIA DI INDONESIA JANUARI – JUNI TAHUN 2014
Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan
Hasil layanan PPIA dan sifilis pada ibu hamil di unit pelayanan kesehatan dicatat pada Rekam Medis, Kartu Ibu dan Kohort Ibu, Kohort Bayi dan Balita, formulir Registrasi layanan IMS, formulir registrasi layanan TIPK dan formulir registrasi layanan PPIA.
Puskesmas : 1.
Hasil pelayanan antenatal terpadu termasuk HIV di catat di kartu ibu, kohort dan buku KIA.
2.
Formulir registrasi layanan TIPK di isi oleh pemberi layanan
3.
Formulir registrasi layanan PPIA hanya diisi bila ibu hamil positif HIV. Pengelola petugas yang di tunjuk akan mengisi formulir registrasi layanan PPIA dengan memindahkan data hasil pelayanan dari kartu ibu.
4.
Pemantauan dan tumbuh kembang bayi dan balita lahir dari ibu HIV di catat di kohort bayi dan Balita
Pelaporan Puskesmas 1.
2.
3.
Bidan/petugas KIA di polindes/poskesdes, pustu/kelurahan dan bidan praktek mandiri /klinik swasta akan melaporkan hasil pelayanan antenatal terpadu ke bidan koordinator Puskesmas . Bidan koordinator Puskesmas akan merekapitulasi data dan melaporkan hasil pelayanan ANC terpadu melalui format yang tersedia (F1-F6) . Bidan koordinator akan berbagi data dengan Pengelola program IMS/P2/Petugas yang ditunjuk Pengelola program IMS/P2/Petugas yang ditunjuk akan merekapitulasi data layanan HIV pada ibu hamil yang berasal dari formulir registrasi layanan IMS, formulir regitrasi layanan TIPK, formulir registrasi layanan PPIA dan melaporkan dengan mengunakan format pelaporan yang sudah tersedia /aplikasi SIHA (Sistem Informasi HIV dan AIDS)
Lanjutan Pelaporan…
Pelaporan hasil pelayanan PPIA dan sifilis dilakukan setiap bulan, mengikuti jadwal pelaporan program HIV, sebagai penanggung jawab pencacatan dan pelaporan adalah pengelola Program Pengendalian Penyakit (P2). 1. Puskesmas melaksanakan entry data sampai tanggal 25 dan melaporkan ke kabupaten/kota paling lambat tanggal 30 . 2. dari kabupaten/kota ke provinsi paling lambat tanggal 5. 3. dari provinsi ke pusat paling lambat tanggal 10.
KARTU IBU
71
72
Kegiatan Komprehensif PPIA
Mencegah infeksi baru HIV Mencegah kehamilan yang tidak di rencanakan
Perempuan Usia Reproduksi
Perempuan
mencegah PIA
HIV Perempuan HIV Hamil bayi terinfeksi HIV