LIMBAH CAIR INDUSTRI PERIKANAN dan PERTANIAN
DISUSUN
Oleh : 2016312006
Masitho Mega Maharani
Dosen Pembimbing :
Rully Masriantini ST.,MT.
TAHUN AJARAN 2017
Program Studi Teknik Kimia
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Makalah Limbah Cair Industri Perikanan dan Pertaninan yang berjudul Pengolahan Limbah Cair Industri Perikanan dan Pertanian dapat terselesaikan. Makalah ini disusun sebagai tugas mata kuliah Teknologi Pengolahan Limbah Cair yang dibimbing oleh ibu Rully Masriantini,ST.,MT. Saya ucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini. Atas segala bantuannya semoga mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Esa. Saya juga menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran guna kelengkapan makalah ini. Akhir kata semoga Makalah Limbah Cair Industri Perikanan dan Pertanian ini dapat memberikan manfaat dan inspirasi bagi pembaca. Palembang, 22 November 2017 Penyusun,
Masitho Mega Maharani
DAFTAR ISI Halaman Judul Kata Pengantar Daftar Isi BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang
B.
Rumusan Masalah
C.
Tujuan
BAB II PEMBAHASAN A. LIMBAH CAIR INDUSTRI PERIKANAN a. Pengertian b. Pengolahan Limbah Industri Perikanan B. LIMBAH CAIR INDUSTRI PERTANIAN a. Pengertian b. Pengolahan Limbah Industri Pertanian c. Dampak Limbah Industri Pertanian BAB III PENUTUP a. Saran b. Kesimpulan Daftar Pustaka
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Limbah adalah bahan sisa atau sampah yang dihasilkan dari berbagai aktivitas manusia dan mahluk lainnya. Macam – macam limbah berdasarkan sifatnya yaitu limbah padat, limbah cair, dan limbah gas. Limbah padat adalah hasil buangan industri yang berupa padatan, lumpur, bubur yang berasal dari sisa kegiatan dan atau proses pengolahan. Contohnya dari bidang pengolahan perikanan dan pertanian. yaitu cangkang udang, jeroan ikan, ampas padi, sekam, dan lain - lain. Limbah Cair adalah sisa dari proses usaha dan/atau kegiatan yang berwujud cair. Contohnya antara lain air cucian udang atau ikan yang mengandung klorin. Limbah gas/asap adalah sisa dari proses usaha dan/atau kegiatan yang berwujud gas/asap. Limbah gas diantaranya adalah berupa karbon monokida (CO). Metode dan tahapan proses pengolahan limbah cair yang telah dikembangkan sangat beragam. Limbah cair dengan kandungan polutan yang berbeda kemungkinan akan membutuhkan proses pengolahan yang berbeda. Proses – proses yaitu pengolahan primer sebagian besar berupa proses pengolahan secara fisika seperti penyaringan, pengolahan awal, pengendapan dan pengapungan ( floation).
Pengolahan
sekunder
merupakan
pengolahan
secara
biologis
menggunakan mikroorganisme umumnya bakteri aerob. Metode yang dilakukan yaitu metode penyaringan dengan tetesan (tricking filter), metode lumpur (activated sludge), dan metode kolam (treatment ponds/lagoons). Pengolahan tersier dilakukan jika setelah pengolahan primer dan sekunder masih terdapat zat tertentu dalam limbah cair. Pengolahan tersier umumnya menghilangkan zat zat anorganik terlarut, seperti nitrat, fosfat, dan garam. Aplikasi pemanfaatan limbah dapat dimanfaatkan sebagai pupuk nitrogen dan akuaponik. Limbah cair perikanan mengandung unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang tinggi seperti N, P, dan K serta mineral-mineral yang lain sehingga dapat digunakan menjadi pupuk. Selain sebagai pupuk nitrogen dapat dijadikan metode akuaponik. Akuaponik adalah suatu kombinasi sistem akuakultur dan budidaya tanaman hidroponik. Sistem akuaponik yang dilakukan
adalah ikan dan tanaman tumbuh dalam satu sistem yang terintegrasi, dan menciptakan suatu simbiotik antara keduanya. Prinsip dari akuaponik yaitu memanfaatkan secara terus – menerus air dari pemeliharaan ikan ke tanaman dan sebaliknya dari tanaman ke kolam ikan IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) didesain sebagai cara atau upaya untuk meminimalkan kadar pencemar yang terkandung dalam limbah cair tersebut sehingga dapat memenuhi Baku Mutu dan layak untuk dibuang ke lingkungan maupun dimanfaatkan kembali. B. Rumusan Masalah a. Apa pengertian Limbah ? b. Macam – macam Limbah ? c. Apa pengertian Limbah Cair Industri Perikanan ? d. Bagaimana Pengolahan Limbah Cair Industri Perikanan ? e. Apa pengertian Limbah Cair Industri Pertanian ? f.
Bagaimana Pengolahan Limbah Cair Industri Pertanian ?
g. Baku Mutu Limbah Cair Industri C. Tujuan a. Mengetahui apa itu limbah dan macam-macam limbah pada industri perikanan dan pertanian. b. Mengetahui teknik-teknik penanganan limbah cair. c. Mengetahui proses pengolahan limbah cair. d. Mengetahui beberapa aplikasi pemanfaatan air limbah.
BAB II PEMBAHASAN A. Limbah Cair Industri Perikanan
a. Pengertian Limbah cair adalah bahan-bahan pencemar berbentuk cair. Limbah cair industri perikanan mengandung bahan organik yang tinggi. Tingkat pencemaran limbah cair industri pengolahan perikanan sangat tergantung pada tipe proses pengolahan dan spesies ikan yang diolah. Setiap operasi pengolahan ikan akan menghasilkan cairan dari pemotongan, pencucian, dan pengolahan produk. Cairan ini mengandung darah dan potongan-potongan kecil ikan dan kulit, isi perut, kondensat dari operasi pemasakan, dan air pendinginan dari kondensor. Kandungan limbah cair industri perikanan tergantung pada derajat kontaminasi dan juga mutu air yang digunakan untuk proses. Bau yang timbul dari limbah cair perikanan disebabkan oleh dekomposisi
bahan – bahan
organik
yang
menghasilkan
senyawa
amina mudah menguap, diamina dan amoniak. Limbah cair industri perikanan memiliki kandungan nutrien, minyak, dan lemak yang tinggi sehingga menyebabkan
tingginya
nilai
COD,
terutama
berasal
dari
proses penyiangan usus dan isi perut serta proses dari pemasakan. Limbah cair industri hasil perikanan mengandung bahan organik (protein dan lemak) yang tinggi, ditandai dengan BOD, TSS dan TKN yang tinggi. Produksi perikanan Indonesia mencapai 5,3 juta ton dalam tahun 2000 (DKP 2000). Dari jumlah produksi ini ada yang langsung dikonsumsi segar dan ada juga yang diproses oleh industri pengolahan menjadi berbagai macam produk. Rata-rata industri perikanan mengkonsumsi air lebih dari 20 m3 / ton produk yang dihasilkan (River et al. 1998). Akibatnya banyak air limbah yang terbuang setelah proses pencucian, pemasakan dan sanitasi proses, yang mengandung bahan organik yang tinggi terutama protein (Battistoni et al. 1992). Jika limbah cair industri perikanan ini dibuang ke perairan umum tanpa pengolahan terlebih dahulu akan mencemari lingkungan, yaitu menyebabkan bau, eutrofikasi perairan dan pendangkalan (Park et al. 2001).
b. Proses Pengolahan Limbah Cair Industri Perikanan
o
Pengolahan dengan cara anaerobik
Pengolahan dengan cara anaerobik telah digunakan sejak lama untuk menurunkan nilai BOD/COD yang tinggi. Metode ini digunakan untuk mengolah limbah cair pengolahan cumi-cumi, dan berhasil menurunkan BOD secara nyata mencapai 80% dengan laju peningkatan lumpur yang tinggi juga (Park et al., 2001). Balslev-Olesen et al. (1990) dan Mendez et al. (1992) mendapatkan efisiensi penyisihan COD mencapai 75-80% dari limbah pengalengan tuna dan kerang dengan beban limbah organik 4 kg/m3 .hari. Kelebihan dari pengolahan limbah dengan anaerobik :1) tidak diperlukan penambahan nutrien, 2) ammonia yang diperoleh dari perombakan senyawa kaya protein menyebabkan peningkatan alkalinitas dan membuat sistem menjadi lebih stabil bila terjadi kelebihan beban organik. Berdasarkan hasil studi proses anaerobik yang telah dilakukan, tidak ada yang melaporkan adanya penyisihan nitrogen. Pengolahan dengan anaerobik merupakan hasil dari beberapa reaksi yaitu: beban organik dalam limbah dikonversi menjadi bahan organik terlarut yang kemudian dikonsumsi oleh bakteri penghasil asam, kemudian menghasilkan asam lemak mudah menguap, karbondioksida dan hidrogen. Senyawa yang dihasilkan ini kemudian dikonsumsi oleh bakteri penghasil metana, yang kemudian menghasilkan produk akhir gas metana dan karbondioksida. Prosesproses ini dianjurkan untuk diterapkan pada limbah yang mengandung beban organik yang tinggi (misalnya: bloodwater dan stickwater) (Gonzales, 1996). o
Pengolahan dengan aerobik
Pengolahan biologis limbah cair perikanan secara aerobik dapat dilakukan dengan sistem sebagai berikut: sistem lumpur aktif, kolam aerasi, dan sistem media pertumbuhan (trickling filter dan rotating disk contactor). Pada semua sistem lumpur aktif, pengadukan memegang peranan yang penting dalam menjaga keseragaman dan kestabilan kelarutan bahan organik, oksigen dan mencegah pengendapan lumpur aktif. Pada industri perikanan gangguan
kestabilan terjadi pada saat puncak konsentrasi organik dan aliran tertinggi dalam influen. Penyisihan bahan organik pada sistem ini bisa mencapai 85 – 95% (Gonzales, 1996). Waktu tinggal hidrolik yang dibutuhkan rata-rata 3-6 jam dan waktu tinggal sel berkisar antara 3 dan 15 hari (Gonzales, 1996). Berbagai ragam kondisi yang dihasilkan untuk mencapai hasil yang maksimum disebabkan banyaknya faktor yang mempengaruhi proses dengan lumpur aktif. Penelitian telah banyak dilakukan untuk mencari kondisi optimal dari berbagai faktor yang mempengaruhinya, misalnya kelarutan oksigen, rasio Food/Microorganism (rasio F/M), interaksi kandungan mineral dan lumpur dalam pengendapan lumpur. (Argaman, 1981; Casey et al., 1992; Piirtola et al., 1999). Kolam aerasi saat ini paling banyak diterapkan oleh industri perikanan, karena paling sederhana dan dianggap murah. Akan tetapi kualitas limbah yang dihasilkan tidak menjamin sesuai dengan baku mutu yang ditentukan dan sulit untuk dikendalikan. Shipin et al. (1999) telah menghasilkan cara yang baik dalm mengintegrasikan antara sistim kolam dan lumpur aktif untuk penyisihan nitrogen melalui peningkatan proses nitrifikasi dengan meningkatkan kemampuan flokulasi dari simbiose antara bakteri nitrifier dan algae. Sementara teknologi pengolahan dengan lumpur aktif membutuhkan biaya yang relatif mahal untuk industri skala kecil, maka saat ini perkembangan diarahkan pada pengolahan yang dapat mengkondisikan terjadinya reaksi anaerobik dan aerobik sekaligus. Trickling adalah salah satu cara yang telah dicobakan pada limbah cair perikanan. Pada limbah cair pengolahan cumi-cumi diperoleh penyisihan BOD sampai 87% dengan beban 3,5 lb BOD/1000 ft media/hari (Parker et al., 2001). Menurut Battistoni et al. (1992) pada penelitian terhadap berbagai jenis ikan, efisiensi penyisihan akan meningkat bila beban limbah menurun. Dalam memilih teknologi aerobik yang akan digunakan tergantung beberapa aspek, yaitu luas lahan yang tersedia, kemampuan beroperasi berkala (intermitten) dengan pertimbangan bahwa industri perikanan beroperasi secara musiman, kemampuan dan ketrampilan SDM, dan biaya (termasuk biaya investasi dan biaya operasi. Beberapa pertimbangan mendasar untuk memilih sistem aerobik menurut Gonzales (1996).
o
Contoh Penanganan Limbah Cair pada Industri Pengolahan Surimi Beku di PT Bintang Karya Laut, Rembang
Limbah cair yang dihasilkan dari pengolahan surimi ini berasal dari pencucian ikan. Pencucian ikan menggunakan banyak sekali air pada setiap prosesnya. Limbah cair tersebut mengalir pada setiap selokan-selokan kecil di pojokan ruang produksi yang alirannya langsung kepada pusat pengolahan limbah cair yang berada di luar ruang produksi. Limbah cair tersebut tidak hanya berisi air cucian, namun ada limbah padat seperti sisik ikan yang ikut tercampur di dalam limbah tersebut. Dalam penanganan limbah cair dilakukan tahap penghilangan sisik ikan menggunakan mesin khusus, sehingga sisiksisik yang tercampur dalam limbah cair dapat diambil. Limbah cair yang dihasilkan tidak hanya berasal dari air cucian ikan saja, namun juga berasal dari cucian alat-alat yang digunakan pada proses pengolahan surimi. Pencucian air tersebut menggunakan klorin yang berbeda konsentrasi dan volume yang digunakan. Penanganan limbah cair pada PT. Bintang Karya Laut ini bertahap pada setiap prosesnya hingga mencapai air bersih yang dibuang ke laut. Menurut Azizah (2013), pengelolaan limbah cair yang diterapkan di PT. Bintang Karya Laut melalui 5 tahap penanganan yaitu tahap pertama penanganan pendahuluan (Pre Treatment), tahap kedua yaitu penanganan pertama ( Primary Treatment ), tahap ketiga penanganan kedua ( Biological Treatment ), dan tahap keempat pengendapan dan tahap yang terakhir yaitu penanganan pemeliharaan bakteri. Masing-masing unit penanganan dapat dirincikan sebagai berikut.
Penanganan Pendahuluan (Pre Treatment)
Penanganan pendahuluan merupakan proses atau tahapan fisik untuk memisahkan padatan yang mengendap dan mengapung dengan cara penyaringan padatan kasar menggunakan alat penyaring. Alat penyaring limbah berfungsi untuk memisahkan padatan kasar yang terbawa air limbah. Padatan berupa serpihan daging dan sisik ikan. Pemisahan padatan dapat
mengurangi resiko penyumbatan pipa akibat pengendapan padatan dan mengurangi beban pengolahan biologis. Pada tahap penanganan ini lemak terbentuk dari limbah cair yang terus-menerus mengalir pada bak atau kolam yang tersedia. Kolam pada penanganan pendahuluan ini berukuran 2 x 3 m 2. Kolam tahap penanganan pendahuluan dapat dilihat pada Gambar 9.
Penanganan Pertama ( Primary Treatment )
Penanganan pertama pada IPAL bertujuan untuk menghilangkan padatan yang tercampur melalui proses pengendapan atau pengapungan. Tahap penanganan pertama yaitu dengan menggunakan bak atau kolam ekualisasi. Bak atau kolam ekualisasi merupakan bak pendukung pada proses pengolahan pendahuluan. Bak ekualisasi digunakan setelah proses pemisahan padatan kasar yang berfungsi untuk menampung air limbah sementara sebelum memasuki proses berikutnya. Fungsi dari bak ekualisasi adalah untuk menstabilkan debit air limbah yang akan memasuki proses pengolahan biologis, yaitu dengan mengatur volume pemompaan sehingga jumlah air limbah yang memasuki proses selanjutnya dapat dikontrol. Selain itu, bak ekualisasi juga berfungsi untuk menghomogenkan air limbah karena air limbah yang masuk dengan konsentrasi yang berbeda akan tercampur dan tecapai konsentrasi yang homogen. Pada tahapan ini terdapat alat semacam blower yang berada di dasar kolam yang berguna sebagai aerasi. Dengan adanya blower maka lemak-lemak yang berada pada air limbah akan menggumpal ke atas dan bergerak secara berputar-putar seperti siklus. Lemak-lemak yang telah terbentuk dan menggumpal biasanya diambil oleh petugas pengelolaan limbah cair, lemak tersebut dibuang maupun ditampung dalam wadah untuk dijual kepada pengepul.
Penanganan Kedua ( Biological Treatment )
Pengolahan biologis merupakan tahapan pengolahan air limbah yang melibatkan mikroorganisme dalam prosenya dengan tujuan untuk mengurangi
padatan tersuspensi dan bahan organik yang terkandung dalam air limbah. Penanganan limbah secara biologis pada industri perikanan ini hanya dengan cara aerob, yaitu membutuhkan oksigen dalam prosesnya. Mikroorganisme atau bakteri digunakan dalam proses pengolahan air limbah ini bertujuan agar menguraikan bahan-bahan organic di dalam limbah tersebut dengan bantuan oksigen di dalamnya memecah lemak, karbohidrat, dan protein. Oksigen berfungsi untuk membuat partikel yang berukuran besar menjadi kecil atau dapat menyederhanakan limbah. Pada kolam ini terdapat pula blower sebagai aerasi bakteri. Mikroorganisme seperti alga, bakteri, jamur/khamir digunakan untuk memecah limbah. Bakteri dapat memecah protein menjadi asam amino, sedangkan jamur/khamir dapat memecahkan karbohidrat menjadi glukosa. Protein yang mengandung asam amino akan terurai menjadi NH3, H2S, dan N 2. Lemak yang mengandung asam lemak akan terurai menjadi asam karboksilat dan karbohidrat yang mengandung gula akan terurai menjadi CO2 dan H2O. Bahan-bahan hasil dari penguraian tersebut apabila terkena panas akan menguap dan menghasilkan bau limbah yang kurang enak.
Tahap Pengendapan
Tahap selanjutnya adalah tahap pengendapan. Pengendapan adalah kegiatan utama dalam tahap pengolahan air limbah dan berlangsung dalam kondisi yang tenang. Proses pengendapan dapat menggunakan atau tidak penambahan bahan kimia untuk menetralkan air limbah. Proses pengendapan dapat mengurangi kebutuhan oksigen pada pengolahan biologis dan pengendapan dilakukan secara grvitasi (Sugiharto, 1987). Panas yang dihasilkan dari pengolahan air limbah pada tahap ini dapat menimbulkan proses penguapan biomassa yaitu lumpur ( sludge). Lumpur mengandung bakteri yang dimanfaatkan pada kolam sebelumnya. Tahapan pengendapan
ini
terdapat
sistem
lumpur
aktif
konvensional
yang
menggunakan sistem aerasi untuk memasok kebutuhan oksigen dan memanfaatkan lumpur aktif sebagai sumber kebutuhan nutrient untuk
pertumbuhan mikroorganisme. Sistem lumpur aktif mampu menstabilkan zatzat organik terlarut sampai tingkat kadar yang rendah dalam waktu yang relatif singkat, percepatan terjadi karena massa mikroorganisme membentuk flokflok zat biologis padat pada konsentrasi tinggi yang realtif tetap. Kestabilan konsentrasi
diperoleh
dengen
mengembalikan
sebagian
lumpur
dari clarifier akhir ke tangki aerasi, selain itu juga mendorong terjadinya inokulasi lumpur aktif terus-menerus agar waktu tinggal lumpur lebih panjang dan mikroorganisme mampu beradaptasi dengan nutrient yang ada (Tyoso, 1991). Tujuan dari proses lumpur aktif adalah untuk memisahkan bahan organik terlarut dan yang tidak terlarut dari limbah dan mengkonversikan material tersebut menjadi suspense flokulan microbial yang siap diendapkan dengan teknik pemisahan padatan cairan secara gravitasi (Eckenfelder, 1989). Bentuk dari clarifier yaitu persegi empat dengan dasar mengerucut ke bawah. Di bagian tepi permukaan clarifier terdapat parit dengan lebar ± 40 cm. Parit tesebut berfungsi untuk menampung air pada permukaan clarifier yang telah jernih dan kemudian mengalir menuju kolam penampungan akhir atau kolam outlet. Tahapan pengendapan pada PT. Bintang Karya Laut dapat dilihat pada Gambar 10.
Penanganan Pemeliharaan Bakteri
Tahap penangana pemeliharaan bakteri terletak di sebelah pada kolam tahap pengendapan. Kolam ini berisi cadangan bakteri yang digunakan untuk penguraian limbah pada kolam-kolam sebelumnya.
Apabila tidak ada
produksi, maka bakteri-bakteri tersebut mendapatkan makanan atau nutrient dari petugas yang memberikan bahan campuran gula dan tepung untuk makanan dari bakteri.
B. Limbah Cair Industri Pertanian
a. Pengertian Limbah pertanian berupa limbah tanaman merupakan hasil sampingan dari tanaman yang dibudidayakan dan kaya bahan organik yang dapat dimanfaatkan kembali sebagai pupuk tanaman. Selain itu limbah pertanian juga dapat berupa sisa pestisida. Limbah Pertanian diartikan sebagai bahan yang dibuang di sektor pertanian,misalnya sabut dan tempurung kelapa,jerami dan dedak padi, kulit.. Secara garis besar limbah pertanian itu dibagi ke dalam limbah pra dan Saat panen serta limbah pasca panen. Limbah pasca panen juga bisa terbagi dalam kelompok limbah sebelum diolah dan limbah setel ah diolah ataulimbah industri pertanian. Limbah pertanian terbagi atas dua kelompok yaitu : 1. Limbah Pertanian Pra Limbah pertanian pra panen yaitu materi-materi biologi yang terkumpul sebelum atau sementara hasil utamanya diambil. Sebagai contoh daun, ranting, atau daun yang gugur sengaja atau tidak biasanya dikumpulkan sebagai sampah dan ditangani umumnya hanya dibakar saja. 2. Limbah Pertanian Panen Limbah pertanian saat panen cukup banyak berlimpah. Golongan tanamanserealia misalnya yang populer di Indonesia antara lain batang atau jerami saat panen padi, jagung, dan mungkin sorgum.
Sisa potongan bagian bawah jerami padi yang termasuk akar tanaman padi belum digunakan dengan baik, selain bagian ini dirasakan kurang efisien kalau diambil, juga bisa dikembalikan untuk kesuburan tanah. Sawah direndam ,lalu dibajak sehingga sisa tanaman padi ini masuk ke dalam tanah dan dibiarkan membusuk. Potongan atasnya setelah diambil gagang dan bulir padinya daun dan sebagian batangnya dibakar, dibuat atap, ataudibenamkan ke dalam lumpur untuk pupuk. Daun dan batang atau jerami padi dapat difermentasikan atau dibuat silase jadi pakan ternak ruminansia. Panen jagung menyisakan batang dan daun yang mengering. Sering sisa batang dan daun ini cukup dibakar saja, demikian juga halnya pada
panen sorgum, sisa tanaman jarang dimanfaatkan lebih optimal. Beberapa peternak dapat membuat silase yang terkadang ditambahkan tetes tebu. Hampir semua tanaman setahun masih menyisakan sisa tanaman yang sampai sejauh ini hanya dibuang atau dibakar atau dimanfaatkan sebagian untuk makanan ternak, kompos, bibit (misalnya ubi jalar), dan belum ada pemanfaatannya yang lebih baik misalnya diekstrak klorofilnya untuk bahan pewarna makanan dan lain sebagainya. Sisa panen pisang berupa batang, pelepah dan daun di perkebunan pisang perlu dipikirkan cara penanganannya yang lebih baik. Serat batang pisang masih bisa dimanfaatkan untuk karung misalnya. Sama halnya di kebun nenas setelah diambil tunas batangnya untuk bibit, sisanya kebanyakan dipotong lalu dibuang walaupun peremajaannya dilakukan setelah tanaman pokok berumur 3-4 tahun bahkan ada yang membiarkannya terus. Serat yang ada di daun-daunnya mungkin masih bisa dimanfaatkan. Di penggilingan padi limbah bisa dikumpulkan antara lain sekam kasar, dedak, dan menir. Sekam banyak dimanfaatkan sebagai bahan pengisi untuk pembuatan bata merah, dipakai sebagai bahan bakar, media tanaman hias, diarangkan untuk media hidroponik, diekstrak untuk diambil silikanya sebagai bahan empelas dan lain-lain. Dedak halus digunakan sebagai pakan ternak ayam, bebek atau kuda, sementara menirnya dimanfaatkan sebagai campuran makanan bayi karena kandungan vitamin B1 nya tinggi, makanan burung, dan diekstrak minyaknyamenjadi minyak katul (bran oil).Hasil panen jagung menghasilkan limbah dalam bentuk klobot jagung yangbisa dimanfaatkan sebagai bahan pengemas makanan secara tradisional(wajik,
dodol),
tongkolnya
kurang
dimanfaatkan
walaupun
sebenarnyamungkin masih bisa untuk media jamur atau lainnya. Hasil penggilinganjagung menjadi tepung, lembaganya bisa diekstrak menjadi minyak jagungdan tentu saja ampasnya masih bisa diberdayakan karena kandungan proteinnya dan mungkin lemaknya masih ada. Limbah
industri
pertanian
adalah
buangan
dari
pabrik/industri
pengolahan hasil pertanian. Seperti industri-industri lainnya justru limbah ini yang banyak menimbulkan polusi lingkungan kalau tidak ditangani secara baik.
Jenis industri
ini
juga
cukup
banyak.
Untuk
memudahkan
penanganannya limbah industri pertanian ini bisa dikelompokkan berdasarkan komponen bahan bakunya, apakah limbah karbohidrat, protein atau lemak demikian juga bisa dikelompokkan berdasarkan fasanya yang terbesar apakah cairan atau padatan. Untuk penanganannya, lim bah cair biasanya dikelompokkan lagi berdasarkan BOD (Biological Oxygen Demand)-nya. Berdasarkan jenis wujudnya limbah pertanian diklasifikasikan atas tiga jenis yaitu limbah padat, limbah cair dan limbah gas. Ketiga jenis limbah ini dapat dikeluarkan sekaligus oleh satu industri ataupun satu persatu sesuai dengan proses yang ada di industri pertanian. 1.
Limbah Padat Bahan-bahan buangan baik dari limbah pra panen, limbah panen, limbah pasca panen dan limbah industri pertanian yang wujudnya padat dikelompokkan pada limbah padat, contoh : Daun-daun kering, jerami, sabut dan tempurung kelapa. Jikalimbah-limbah tersebut di atas kalau dibiarkan
menumpuk
saja
tanpa
penanganan
tertentu
akan
menyebabkan/menimbulkan keadaan tidak higienis karena menarik serangga (lalat,kecoa) dan tikus yang seringkali merupakan pembawa berbagai jenis kuman penyakit.Limbah padat dapat diolah menjadi pupuk dan makanan ternak. 2. Limbah cair Limbah cair industri pertanian sangat banyak karena air digunakan untuk : o
membersihkan bahan pangan dan peralatan pengolahan.
o
menghanyutkan bahan-bahan yang tidak dikehendaki (kotoran).
Limbah
cair
yang
berasal
dari
industri
pertanian
banyak
mengandung bahan-bahan organik (karbohidrat, lemak dan protein) karena itu mudah sekali busuk dengan menimbulkan masalah polusi udara (bau) dan polusi air. Sifat-sifat limbah cair dibedakan atas tiga kelompok yaitu : o
sifat fisik misalnya suhu, pH, warna bau dan endapan.
o
sifat kimiawi misalnya adanya kandungan organik (karbohidrat, protein, lemak dll) dan kandungan an organik (nitrogen, khlorida, fosfor dll).
o
sifat biologis misalnya ada tidaknya mikroorganisme. Untuk mengukur kadar bahan organik dari limbah cair biasanya dilakukan analisis BOD (Biochemical Oxygen Demand), COD (Chemical Oxygen Demand).
3. Limbah gas Limbah gas adalah limbah berupa gas yang dikeluarkan pada saat pengolahan hasil-hasil pertanian, misalnya gas yang timbul berupa uap air pada proses pengurangan kadar air selama proses pelayuan teh dan proses pengeringannya. Limbah gas ini supaya tidak menimbulkan bahaya yang harus disalurkan lewat cerobong.
b. Proses Pengolahan Limbah Cair Industri Pertanian Limbah merupakan bagian dari produk hasil pertanian yang pengelelolaannya perlu mendapat perhatian, karena dapat menjadi sumber bencana bagi manusia. Jika tidak dikelola dengan baik maka limbah pertanian sering menjadi tempat bersarang/berkembangbiak hama dan penyakit, terjadinya pencemaran (polusi) udara berupa gas Metan (CH4), CO2 dan N2O.
Tanaman penyumbang terbesar
biomassa antara lain : Tebu (40 ton, 92% limbah ), Jagung (15 ton= 70% limbah), Padi (10 ton, 80% limbah), Kelapa sawit (96,5%) kakao (92% = 6 ton limbah kulit buah/ha), dan sayur-sayuran (60%).
Limbah jika dikelola dengan tepat, akan menjadi sumber pendapatan baru bagi petani, untuk menangani limbah pertanian limbah dapat diolah berbagai macam produk antara lain :
Biogas adalah gas yang dihasilkan oleh aktifitas anaerobic atau fermentasi dari bahan-bahan organic seperti kotoran manusia dan hewan atau sisa-sisa limbah pertanian.
Biofull adalah jenis bahan bakar terbaru biasanya ditemukan dalam bentuk cair yang telah disuling dan diproduksi dari berbagai bentuk biji-bijian dan lemak nabati, biasanya jagung yang digunakan.
Asap cair adalah campuran larutan dari disperse asap kayu dalam air yang dibuat dengan mengkondensasi asap cair hasil pirolisis.
Briket adalah sumber energy alternative pengganti minyak tanah dan LPG dari bahan-bahan bekas atau bahan yang sudah tidak terpakai lagi.
Pupuk Organik adalah pupuk kompos yang kaya akan keanekaragaman mikroorganisme
dengan
komposisi
bakteri
106-1010
cfu,
aktinomycetes 104-108 dan cendawan 104-106 cfu/gram. Kompos berfungsi sebagai soil conditioner yang dapat memperbaiki struktur, sifat kimia, fisik dan biologi tanah dan sebagai soil ameliorator yang dapat meningkatkan kemampuan pertukaran kation baik dladang maupun ditanah sawah.
Bioremediasi adalah proses penguraian limbah organik/anorganik polutan secara biologi dalam kondisi terkendali.
Biopestisida adalah agen biologi atau produk-produk alam yang digunakan untuk mengkontrol hama pada tanaman.
c. Dampak Limbah Cair Industri Pertanian Seperti yang disampaikan sebelumnya jika limbah pertanian termasuk dalam jenis limbah organik. Artinya dapat terurai dalam waktu yang cepat. Namun, jika limbah pertanian tidak secepatnya di atasi, maka akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Beberapa dampak limbah pertanian terhadap lingkungan antara lain : 1) Gangguan terhadap Kehidupan Biotik Dengan banyaknya zat pencemar yang ada di dalam air limbah, maka akan menyebabkan menurunnya kadar oksigen yang terlarut di dalam air limbah. Selain kematian kehidupan di dalam air disebabkan karena kurangnya oksigen di dalam air dapat juga disebabkan karenaadanya zat beracun yang berada di dalam air limbah tersebut. Panasnya air limbah ini dapat mematikan
semua
organisme
apabila
tidak
dilakukan
pendinginan terlebih dahulu sebelum dibuang ke dalam saluran air limbah. 2) Gangguan terhadap Kesehatan Limbah cair sangat berbahaya terhadap kesehatan manusia mengingat bahwa banyak penyakit yang dapat ditularkan melalui air limbah. Limbah cair ini ada yang hanya berfungsi sebagai media pembawa saja seperti penyakit kolera, radang usus, hepatitis infektiosa, serta skhistosomiasis. Selain sebagai pembawa penyakit di dalam limbah cair itu sendiri banyak terdapat bakteri patogen penyebab penyakit seperti : Virus (penyebab penyakit polio myelitis dan hepatitis), Vibrio Kolera (penyebab kolera), Shigella Spp .(penyebab disentri bacsillair), dll. 3) Gangguan terhadap Keindahan Dengan semakin banyaknya zat organik yang dibuang oleh perusahaan ampas yang berasal dari pabrik ini perlu dilakukan pengendapan terlebih dahulu sebelum dibuang ke saluran air limbah, akan tetapi memerlukan waktu yang sangat lama akibat selanjutnya adalah timbulnya bau hasil pengurangan dari zat organik
yang
sangat
menusuk
hidung.
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa limbah pertanian dan perikanan sangat berpeluang besar untuk mencemari lingkungan, apabila hal itu dibiarkan begitu saja tanpa ada penanganan yang lebih lanjut. Ditambah lagi dampak yang akan ditimbulkan begitu besar hubungannya dengan semua aspek lingkungan. Tapi jika dilihat dari limbah tersebut masih banyak yang bisa dimanfaatkan lebih lanjut, misalnya limbah pertanian masih bisa digunkan
untuk
pakan
ternak,
sedangkan
limbah
perikanan jika
memperhatikan komposisinya, seperti tulang ikan masih dapat dimanfaatkan sebagai pembuatan tepung ikan, kemudian tepung ikan dapat dijadikan pakan ternak, atau bisa menjadi bahan untuk pembuatan roti. Pemanfaatan limbah pertanian dan perikanan akan mengurangi tingkat pencemaran lingkungan baik pencemaran air, tanah, maupun udara.
B. Saran
Dengan kesimpulan diatas, saya berharap dengan adanya limbah pertanian dan perikanan yang sekarang masih kurang penanganannya bisa digunakan atau dibuat sesuatu atau produk yang bermanfaat sehingga pencemaran lingkungan dapat diatasi, serta pemanfaatan tersebut bisa bernilai ekonomis.
Daftar Pustaka http://akhmadawaludin.web.ugm.ac.id/teknik-penanganan-dan-pemanfatanlimbah-cair-industri-perikanan/ http://pupungpriono.blogspot.co.id/2017/02/makalah-penanganan-dan pengolahan.html http://syamsir123.blogspot.co.id/2016/12/v-behaviorurldefaultvmlo_5.html http://sinandapunya2.blogspot.co.id/2015/10/q3a-limbah-pertanian-danlimbah.html http://www.pelajaran.co.id/2016/17/pengertian-dan-cara-penanganan-limbahterlengkap.html https://utamisubardo.wordpress.com/2013/04/21/pengolahan-dan-penangananlimbah/