Disusun oleh : Konny Liane Rako Shelny Ponge Stefannie Maryam Mamondol
POLTEKKES POLTEKKES KEMENKES MANADO MANAD O JURUSA JU RUSANN KEPERA KEP ERAW WATAN
PENGERTIAN
Tuberkolosis adalah infeksi penyakit menular yang disebabk disebabkan an oleh mycobacterium tuberculosis, suatu basil aerobik tahan tahan asam yang ditularkan melalui udara (airborne) (Niluh (Nil uh dan Christantie, 2003).
ETIOLOGI
Penyebab Peny ebab dari tuberculos tuberculosis is adalah mycobacterium tuberculosis
PATOFISIOLOGI
Penyebab tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk dan kelembaman. Dalam suasana lembab dan gelap kuman dapat tahan berhari-hari sampai berbulanbulan. BCG partikel infeksi ini terhisap oleh orang sehat, maka akan menempel pada jalan nafas atau paru-paru. Kuman akan dihadapi pertama kali oleh neutrofil, kemudian baru oleh makrofag. Kebanyakan partikel ini akan mati atau dibersihkan oleh makrofag keluar dari cabang trakea bronchial bersama gerakan silia dalam sekretnya. Bila kuman menetap di jaringan paru, maka akan berkembang biak dalam sitoplasma makrofag. Disini kuman dapat terbawa masuk ke organ tubuh lainnya. Bila, masuk ke arteri pulmonalis maka terjadi penjalaran ke seluruh bagian paru menjadi TB milier. Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening menuju hilus dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah bening virus. Semua proses ini memakan waktu 3-8 minggu.
MANIFESTASI MANIFEST ASI KLINIK KLINIK
•
Gejala respiratorik
•
•
•
•
Gejala sistemik
Batuk lebih dari 3 minggu Batuk darah Nyeri dada
Demam Gejala sistemik lain: malaise, keringat malam, anoreksia dan berat badan menurun.
PEM ERIK SAA N PEN UNJA NG
PENGOBATAN Penderita tuberkulosis harus diobati, dan pengobatanya harus adekuat. Pengobatan tuberkulosis memakan waktu minimal minimal 6 bulan Obat anti tuberkulosis tub erkulosis dibagi dalam dal am dua golongan golongan besar besar,, yaitu obat lini pertama dan obat lini lini kedua. Yang Y ang termasuk obat anti tuberkulosis tuberkulosis lini pertama adalah isoniazid (H), etambutol et ambutol (E), streptomisin streptomisin (S), pirazinamid (Z), rifampisin (R) dan tioasetazon (T). sedangkan yang termasuk obat lini kedua adalah etionamide, sikloserin, PAS, amikasin, kanamisin, kapreomisin, siprof siprofloksasin, loksasin, ofloksasin, of loksasin, klofazimin dan rifabutin.
KOMPLIKASI Pneumothorax Batuk darah
Gagal nafas
Efusi pleura pleura
Luluh paru Gagal jantung
PENCEGAHAN Vaksinasi Vaksinasi BCG pada bayi dan anak.
Terapi pencegahan
Diagnosis dan Diagnosis pengobatan tuberculosis pengobatan (+) untuk mencegah penularan
1. Pengkajian
Identitas Pasien
Yang Yang terdiri terdiri dari nama, umur, umur, jenis kelamin, agama, dan lainlain.
Riwayat Kesehat Kesehatan an
Keluhan utama
Kebanyakan kasus dijumpai klien masuk dengan keluhan batuk yang lebih dari 3 minggu minggu.
Riwayat keluhan utama
Biasanya batuk dialami lebih dari 1 minggu disertai peningkatan suhu tubuh, penurunan nafsu makan dan kelemahan tubuh.
Kebutuhan Dasar Manusia (Gordon)
Persepsi Kesehatan dan Manajemen Kesehatan
Pandangan pasien tentang penyakitnya dan cara yang dilakukan pasien menangani penyakitnya penyakitnya.
Aktifitas dan latihan latihan
Biasanya pasien mengalami penurunan aktifitas aktif itas berhubungan dengan kelemahan tubuh yang dialami.
Istirahat dan tidur
Istirahat Istirahat dan tidur sering mengalami gangguan gan gguan karena batuk yang dialami pada malam hari.
Nutrisi metabolic
Kemampuan pasien dalam mengkonsumsi mengkonsumsi makanan mengalami penurunan akibat nafsu makan yang kurang / malaise.
Eliminasi
Pasien dengan TB Paru jarang ditemui mengalami gangguan eliminasi BAB dan BAK.
Kognitif Perseptual.
Daya ingat pasien TB Paru kebanyakan dijumpai tidak mengalami gangguan.
Konsep Diri
Perasaan menerima dari pasien dengan keadaannya, kebanyakan pasien tidak mengalami gangguan konsep diri.
Pola Koping
Mekanisme pertahanan diri yang biasa digunakan oleh pasien adalah dengan meminta pertolongan orang lain.
Pola seksual reproduksi
Kemampuan pasien untuk melaksanakan peran sesuai dengan jenis kemalin. kemalin. Kebanyak Kebanyakan an pasien tidak melakukan hubungan seksual karena kelemahan tubuh
Pola peran Hubungan
Perubahan pola peran hubungan dalam tanggung jawab atau perubahan kapasitas fisik untuk melakukan peran.
Nilai dan kepercayaan kepercayaan
Agama yang dianut oleh pasien dan ketaatan ketaatan pasien dalam melaksanakan ajaran agama biasanya pasien tidak mengalami gangguan dalam sisitem nilai dan kepercayaan.
DIAGNOSA
TUJUAN
INTERVENSI INTER VENSI
Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan sekresi yang tertahan/sisa sekresi, mukus dalam jumlah berlebihan, eksudat dalam alveoli, materi asing jalan napas
Dalam waktu 2x24 jam setelah setelah di berikan intervensi, inter vensi, bersihan jalan napas kembali efektif.
1. Kaji fungsi 1. pernapasan (bunyi napas, kecepatan, irama, kedalaman, dan penggunaan otot bantu napas).
Kriteria hasil : Klien mampu melakukan batuk efektif Pernapasan klien normal (16-20x/m) tanpa ada penggunaan otot bantu napas
RASIONAL Penurunan bunyi napas menunjukkan atelektasis, ronkhi menunjukkan akumulasi sekret dan ketidakefektifan pengeluaran sekresi yang selanjutnya dapat menimbulkan penggunaan otot bantu napas dan peningkatan kerja pernapasan .
3. Berikan posisi 3. Posisi fowler fowler/semifow memaksimalka ler tinggi dan n ekspansi paru bantu klien dan berlatih napas menurunkan dalam dan upaya napas. batuk efektif. Ventilasi V entilasi 4. Pertahankan maksimal intake cairan membuka area sedikitnya atelektasis dan 2500ml/hari meningktakan kecuali tidak gerakan sekret diindikasikan ke jalan napas besar untuk di keluarkan. 4. Hidrasi yang adekuat memnamtu mengencerkan sekret dan mengefektifka n pembersihan jalan napas
5. Bersihkan sekret dari mulut dan trakhea, bila perlu lakukan pengisapan/suc tion. 6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat sesuai indikasi OAT Agen mukolitik mukolitik Bronkodilator kortikosteroid •
•
•
•
5. Mencegah obstruksi dan aspirasi. Pengisapan diperlukan bila klien tidak mampu mengeluarkan sekret. 6. Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase , yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan (4-7 bulan ). Paduan obat yang digunakan terdiri atas obat utama dan obat tambahan. Jenis obat utama yang digunakan sesuai dengan
rekomendasi WHO adalah Rifampisisn, INH, Pirazinamid, Streptomisisn, dan Etambutol.
Agen mukolitik menurunkan kekentalan dan perlengketan sekret paru untuk memudahkan pembersihan. •
Bronkodilator meningkatkan diameter lumen percabangan trakeobronkhial sehingga menurunkan tahanan terhadap aliran udara. •
Kortikosteroid berguna dengan keterlibatan luas pada hipoksemia dan bila reaksi inflamasi mengancam kehidupan •
DIAGNOSA
TUJUAN
Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan menurunnya ekspansi paru sekunder terhadap penumpukan cairan dalam rongga pleura.
Dalam waktu 3x24 jam setelah setelah di berikan intervensi pola napas kembali efektif.
INTERVENSI INTER VENSI
RASIONAL
1. Identifik fikasi 1. Dengan faktor penyebab mengidentifikasi 2. Kaji fu fungsi penyebab, kita pernapasan, catat dapat menetukan kecepatan,pernap jenis efusi pleura asan, dispnea, sehingga dapat Kriteria hasil : sianosis, dan mengambil Klien mampu perubahan tanda tindakan yang melakukan batuk vital. tepat. efektif. 2. Distres Irama, frekuensi, dan pernapasan dan kedalam pernapasan perubahan tanda berada pada batas vital dapat terjadi normal, pada sebagai akibat pemeriksaan rontgen stress fisiologi dada tidak dan nyeri atau ditemukan adanya dapat akumulasi cairan, menunjukkan dan bunyi napas terjadinya syok terdengar jelas. akibat hipoksia.
3. Berikan posisi fowler/semifowler tinggi dan bantu klien berlatih napas dalam dan batuk efektif
3. Posisi fowler memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya napas. Ventilasi maksimal membuka area 4. Auskultasi bunyi atelektasis dan napas meningktakan gerakan sekret ke jalan napas besar untuk di keluarkan. 4.SBunyi napas dapat menurun/ tak ada pada area kolaps yang meliputi satu lobus, segmen paru, atau seluruh area paru (unilateral).
5. Kaji pengembangan dada dan posisi trakhea 6. Kolaborasi untuk tindakan thorakosentesis atau kalau perlu WSD.. WSD
5. Ekspansi paru menurun pada area kolaps. Deviasi trakhea kearah sisi yang sehat pada tension pneumothoraks. 6. Bertujuan sebagai evakuasi cairan atau udara dan memudahkan ekspansi paru secara maksimal.
DIAGNOSA
TUJUAN
INTERVENSI INTER VENSI
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan,
Dalam waktu 3x24 jam setelah setelah diberikan tindakan keperawatan intake nutrisi klien terpenuhi
1. Kaji aji statu tatuss nutris trisii 1. Memvalidasi da dan klien, turgor menetapkan kulit, berat derajat masalah badan, integritas untuk mukosa oral, menetapkan kemampuan piihan intervensi menelan, riwayat yang tepat. tepat. mual/muntah 2. Berg erguna dal dalam dan diare. mengukur 2. Panta antau u inta intak ke kefektifan intake output, timbang gizi dan berat badan dukungan cairan. secara periodik 3. Menu enurun runkan rasa asa (sekali seminggu) tak enak karena 3. Lak Lakukan dan sisa makanan, ajarkan sisa sputum atau perawatan mulut obat sistem sebelum dan pernapasan yang sesudah dapat intervensi/pemer merangsang iksaan peroral. pusat muntah.
Kriteria hasil : Klien dapat mempertahankan status gizinya dari yang semula semula kurang kurang menjadi adekuat. Pernyataan motivasi kuat untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya
RASIONAL
–
4.Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menetapkan komposisi dan jenis yang yang tepat TKTP
5.Fasilitasi pemberian diet TKTP,, berikan TKTP be rikan dalam porsi kecil tapi sering.
4.Merencanakan diet dengan kandungan gizi yang cukup untuk memnuhi peningkatan kebutuhan energi dan kalori sehubungan dengan status hipermetabolik klien. 5.Memaksimalkan intake nutrisi tanpa kelelahan dan energi besar serta menurunkan iritasi saluran cerna.
6. Kolaborasi untuk pemeriksaan laboratorium khususnya BUN, protein serum dan albumin.
6. Menilai kemajuan terapi diet dan membantu perencanaan intervensi selanjutnya.
7. Kolaborasi untuk pemberian multivitamin.
7. Multivitamin bertujuan untuk memenuhi kebutuhan vitamin yang tinggi sekunder dari rosres pemkeberhasilan peningkatan laju metabolisme umum.
DIAGNOSA
TUJUAN
INTERVENSI INTER VENSI
Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang pajanan informasi tentang kondisi, proses penyakit, aturan pengobatan.
Dalam waktu 1x24 jam klien mampu melaksanakan apa yang telah telah diinformasikan.
1. Kaji aji kemamp ampuan 1. klien untuk mengikuti pembelajaran (tingkat kecemasan, kelelahan umum, pengetahuan klien sebelumnya, dan 2. suasana yang tepat). 2. Jelas elaska kan n ten tenta tang ng dosis obat, frekuensi pemberian, kerja yang diharapkan, diharapkan, dan alasan mengapa pengobatan TB berlangsung dalam waktu
Kriteria hasil : Klien mampu memahami apa yang di jelaskan perawat tentang proses penyakit, dan pengobatan. •
Pasien mampu me njelaskan kembali apa yang telah di jelaskan oleh perawat. •
RASIONAL Keberhasilan proses pembelajaran dipengaruhi oleh kesiapan fisisk, emosional, dan lingkungan yang kondusif. Menin ening gkatk atkan partisipasi klien dalam program pengobatan dan mencegah putus obat karena membaiknya kondisi fisik klien sebelum jadwal terapi selesai.
3. Ajarkan dan nilai kemampuan klien untuk mengidentifikasi gejala/tanda reaktivasi penyakit (hemoptisis, demam, nyeri dad, kesulitan bernapas, kehilangan pendengaran dan vertigo ). 4.Tekankan pentingnya mempertahankan intake nutrisi yang mengandung protein dan kalori yang tinggi serta intake cairan yang cukup setiap hari.
3. Dapat menunjukkan pengaktifan ulang proses penyakit dan efek obat yang memerlukan evaluasi lanjut. 4. Diet TKTP dan cairan yang adekuat memnuhi peningkatan kebutuan metabolik tubuh. Pendidikan kesehatan tentang hal itu akan meningkatkan kemandirian klien dalam perawatan penyakitnya.
4. IMPLEMENTASI
5. EVALU EVALUAS ASI I
TERIMA
KASIH