BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan belajar mengajar merupakan suatu proses
yang
mengandung serangkaian kegiatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut Winarno (1983) bahwa pembelajaran adalah proses berlangsungnya kegiatan belajar dan membelajarkan siswa dikelas. Pelaksanaan pembelajaran adalah interaksi guru dan siswa dalam rangka menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa dan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dari definisi tersebut diketahui bahwa dalam proses pembelajaran terdapat beberapa unsur diantaranya adalah pembelajaran sebagai sebuah proses yang bertujuan untuk membelajarkan siswa di dalam kelas. Dalam kegiatan pembelajaran terjadi proses interaksi yang bersifat edukatif antara guru dengan siswa. Kegiatan yang dilaksanakan tersebut bermuara pada satu tujuan yaitu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Diantara salah satu tujuan belajar yang paling terlihat adalah prestasi belajar yang dihasilkan oleh masing-masing siswa. Kegiatan belajar mengajar merupakan langkah awal yang dapat meningkatkan keberhasilan peserta didik dalam suatu pendidikan di sekolah. Karena keberhasilan dalam pendidikan sangat tergantung pada kinerja dari proses belajar mengajar. Guru mempunyai peran penting didalammnya, diantara peran guru adalah mampu membangun prestasi dan 1
mewujudkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran di kelas. Dalam pembelajaran, guru merupakan salah satu tolok ukur berhasil atau tidaknya pembelajaran di sekolah melaui prestasi siswa . Namun faktor lain yang sangat berpengaruh terhadap prestasi siswa tidak lain adalah cara belajar peserta didik itu sendiri. Cara belajajar siswa merupakan salah satu faktor penting yang sangat berpengaruh terhadap prestasi atau hasil belajar yang diperoleh. Dalam pendidikan sering diketahui bahwa siswa yang mempunyai cara belajar yang terstruktur dengan baik maka ia akan memperoleh nilai yang baik. Begitu pula siswa yang cara belajarnya tidak teratur secara sistematis, maka ia akan memperoleh hasil yang kurang memuaskan bahkan bisa dikatakan tidak memuaskan. Namun selama ini cara belajar yang teratur tidak menjamin seorang siswa untuk memperoleh nilai akademik yang memuaskan. Kemungkinan hal seperti ini disebabkan oleh berbagai faktor, baik faktor internal dan eksternal siswa itu sendiri. Tidak semua siswa ahli dalam bidang akademik. Ada sebagian siswa yang kurang mahir dalam hal akademik, akan tetapi ia berprestasi dalam bidang non akademik dan sebaliknya. Jadi pada hakikatnya tidak ada siswa yang bodoh, semua siswa bisa. Hanya kekurangan mungkin yang membuat mereka dikatakan bodoh, padahal dengan belajar yang baik, mempunyai cara belajar yang baik pula,tentunya akan meminimalisir hasil belajar yang kurang baik. Keberhasilan belajar seorang siswa dalam menguasai pelajaran di sekolah tidak lepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor
2
tersebut bisa dari dalam diri siswa maupun dari luar diri siswa. Faktor dari dalam diri siswa diantaranya cara belajar dan kebiasaan belajar. Oemar Hamalik, (2008: 10) mengemukakan bahwa “seseorang yang ingin berhasil dalam belajar hendaknya mempunyai sikap serta kebiasaan belajar yang baik karena prestasi belajar yang baik dapat diperoleh melalui proses belajar yang baik”1. Cara belajar siswa disekolah ataupun dirumah sangat menentukan prestasi belajar yang akan dihasilkan. Cara belajar akan berbanding lurus dengan hasil yang didapatkan. Siswa yang mempunyai cara belajar yang baik, aktif, dan disiplin maka akan memperoleh hasil belajar yang memuaskan dan begitu pula sebaliknya. Namun cara belajar yang baik tidak sepenuhnya menjamin prestasi belajar yang baik dan memuaskan. Namun setidaknya dengan mempunyai cara belajar yang baik, diharapkan dapat meminimalisir hasil belajar atau prestasi belajar yang tidak diinginkan. Pada dasarnya setiap siswa mempunyai cara belajar yang berbedabeda antara satu dengann yang lainya. Diantara perbedaan tersebut seharusnya bisa menjadi keunikan tersendiri diantara masing-masing individu, bukan malah menjadi hal yang membebankan masing-masing siswa. Karena dengan perbedaan itu, antara satu individu dengan individu lain dapat saling melengkapi. Perbedaan itu dapat dilihat dari dua segi, yakni horizontal dan vertikal. Perbedaan segi horizontal adalah perbedaan individu dalam aspek mental, seperti tingkat kesadaran, bakat, minat, ingatan, emosi, dan sebagainya. Perbedaan vertikal adalah perbedaan
1
Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. hlm.10.
3
individu dalam aspek jasmaniah, seperti: bentuk, tinggi dan besarnya badan, tenaga, dan sebagainya. Masing-masing aspek individu tersebut besar pengaruhnya terhadap kegiatan dan keberhasilan belajar. Dewasa ini kecerdasan dalam proses pendidikan dianggap sangat penting dan dapat menentukan berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar. Mungkin pandangan seperti ini lebih condong tehadap kemampuan kognitif siswa. Siswa yang kurang cerdas menunjukkan ciriciri belajar lebih lamban, memerlukan banyak latihan, membutuhkan waktu yang lebih lama untuk maju, tidak mampu melakukan abstraksi sedangkan siswa yang memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi pada umumnya memilki perhatian yang lebih baik, belajar lebih cepat, kurang memerlukan latihan, mampu menyelesaikan pekerjaannya dalam waktu yang singkat, mampu menarik kesimpulan dan melakukan abstraksi. Dari berbagai permasalahan yang telah dikemukakan diatas maka peneliti berkesimpulan untuk melakukan suatu penelitian terhadap tiga siswa berprestasi dan tiga siswa kurang berprestasi, hal ini ditujukan untuk mengetahui cara belajar yang digunakan dan perbedaan cara belajar keduanya.
B. Fokus Peneleitian Fokus penelitian ini adalah meneliti cara belajar siswa berprestasi pada siswa kelas VII C yang masuk rangking tiga besar teratas dan rangking tiga besar terbawah di SMP Negeri 32 Surabaya. Penelitian ini hanya dibatasi untuk satu kelas saja.
4
C. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana cara belajar siswa yang masuk ranking 3 besar teratas kelas VII C SMP Negeri 32 Surabaya Tahun Ajaran 2013/2014? 2. Bagaimana cara belajar siswa yang masuk ranking 3 besar terbawah kelas VII C SMP Negeri 32 Surabaya Tahun Ajaran 2013/2014 3. Bagaimana perbedaan cara belajar siswa yang masuk ranking 3 besar teratas dan 3 besar terbawah kelas VII C SMP Negeri 32 Surabaya Tahun Ajaran 2013/2014?
D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. Cara belajar siswa yang masuk ranking 3 besar teratas kelas VII C SMP Negeri 32 Surabaya Tahun Ajaran 2013/2014. 2. Cara belajar siswa yang masuk ranking 5 besar terbawah kelas VII C SMP Negeri 32 Surabaya Tahun Ajaran 2013/2014. 3. Perbedaan cara belajar siswa yang masuk ranking 3 besar teratas dan 3 besar terbawah kelas VII C SMP Negeri 32 Surabaya Tahun Ajaran 2013/2014.
5
E. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis yang diharapkan dari penelitian ini adalah mampu memberikan wawasan dan sumber keilmuan tentang cara belajar yang baik bagi siswa ataupun pendidik, guna menunjang prestasi belajar yang memuaskan. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa Dapat membantu siswa dalam memahami cara belajar yang baik, yang dapat mendukung prestasi belajar yang dihasilkan.
b. Bagi Guru Dapat digunakan sebagai acuan guru dalam menerapkan kegiatan belajar mengajar dikelas yang lebih efektif dan efisien. Sehingga pembelajaran lebih menarik, serta memotivasi guru untuk lebih kreatif dan inovatif dalam kegiatan belajar mengajar.
c. Bagi Peneliti lain Untuk memberi pengalaman dalam mempersiapkan strategi mengajar yang baik pada kegiatan belajar mengajar sekaligus memanfaatkan ilmu pengetahuan yang telah peneliti peroleh selama di bangku perkuliahan. Selain itu juga sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian serupa bagi peneliti lain.
6
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar Belajar menurut pengertian secara psikologis, adalah merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Menurut Slameto pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut: .Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil
pengalamannya
sendiri
dalam
interaksi
dengan
lingkungannya ( Slameto. 2003 : 2 )2 Belajar merupakan proses dari perkembangan hidup manusia. Melalui belajar, manusia mengalami proses perubahan sehingga pengetahuan, tingkah laku, pemahaman maupun keterampilannya pun berubah. Belajar merupakan kegiatan penting yang harus dilakukan setiap orang secara maksimal untuk dapat menguasai atau memperoleh sesuatu. Gagne dalam Sri Anita (2008: 13)3 menyatakan bahwa “ belajar adalah suatu proses dimana organisme berubah perilakunya akibat pengalaman”. Seseorang dikatakan telah belajar sesuatu jika telah terjadi
2
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta. Hlm
2 3
Anita Sri, dkk.2008.Strategi Pembelajaran. Jakarta. Universitas Terbuka.hlm.13.
7
perubahan tertentu misalnya seseorang siswa tidak dapat mengoperasikan komputer kemudian dia belajar komputer akhirnya mahir menggunakan komputer. Belajar juga dapat diartikan proses perubahan perilaku akibat interaksi individu dengan lingkungannya (Sumiati dan Asra, 2009: 38)4. Lingkungan yang baik untuk belajar adalah lingkungan yang memacu dan menantang siswa belajar. Belajar dapat melalui pengalaman langsung maupun tidak langsung. Belajar dari pengalaman langsung hasilnya akan lebih baik karena siswa akan lebih memahami dan lebih menguasai pelajaran. M. Ngalim Purwanto dalam bukunya Psikologi Pendidikan, mengemukakan bahwa belajar adalah tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti: perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah atau berpikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap (Purwanto, 2003: 85)5 Garry dan Kengsley dalam Sunarya Kartadinata dkk (2002:46)6 menyatakan bahwa “belajar adalah proses tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek dan latihan”. Bayi yang tadinya belum bisa merangkak kemudian dapat merangkak, perubahan tersebut terjadi kematangan dan merupakan proses perkembangan pertumbuhan.
4
Sumiati dan Asra, M, 2009. Metode Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima. hlm.38.
5
Purwanto, M. Ngalim. 2003. Psikologi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.Hlm 85
6
Kartadinata, Sunaryo, dkk. 2002. Bimbingan Di Sekolah dasar. Bandung; CV.Maulana.hlm.46.
8
Kematangan ini merupakan faktor penting yang mempengaruhi hasil belajar. Oleh karena itu belajar membutuhkan waktu. James
O.
Whittaker
(dalam
Aunurrahman
2009:35)7
mengemukakan bahwa belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman. Slameto (2003:2)8 juga menyatakan bahwa “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan”. Dalam kepustakaan pendidikan kita mengenal konsep learning yaitu belajar. Menurut Skiner dalam Noehi Nasution (1992:77)9 proses belajar melalui tiga tahapan yaitu Pertama
:
: adanya rangsangan atau stimulus atau situasi (S) yang
dihadapi oleh atau
dihadapkan pada murid,
Kedua
: lahirnya perilaku atau behavior (B),
Ketiga
: penguatan atau Reinforcement (R). Mengenai perubahan bentuk atau proses transformasi belajar
Bruner dalam Noehi Nasution (1992: 78)10 berlangsung dalam tiga bentuk yaitu : 7
Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung. Alfabeta.hlm.35.
8
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta. PT Rineka Cipta. hlm.2. 9
Nasution, Noehi, dkk 1992. Psikologi pendidikan.Jakarta: Dikti Depdikbud. hlm.77.
9
a) Bentuk enactive merupakan yang sangat operasional tidak menggunakan citra (bayangan) tetapi dalam bentuk tindakan. b) Bentuk iconic merupakan yang nampak lebih maju dalam penggunaan bayangan tetapi masih belum menggunakan bahasa. c) Bentuk symbolik merupakan proses yang lebih dari tindakan dan imajinasi yakni dengan menggunakan bahasa. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah sesuatu yang dilakukan oleh manusia untuk memperoleh perubahan tingkah laku secara bertahap dan berkelanjutan sebagai hasil dari latihan dan pengalaman serta interaksi dengan lingkungan yang melibatkan kognitif. 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Belajar dan cara belajar memiliki faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya. Diantara faktor-faktor tersebut dapat dibagi menjadi dua, yaitu faktor instrinsik yang berasal dari dalam diri sendiri dan faktor ekstrinsik yang berasal dari luar diri individu. Nana Sudjana (2005: 39-40) menyebutkan faktor-faktor yang menentukan pencapaian hasil belajar antara lain 11 : Faktor yang berasal dari dalam diri siswa yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa misalnya kemampuan yang dimilikinya, motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial 10
Nasution, Noehi, dkk 1992. Psikologi pendidikan.Jakarta: Dikti Depdikbud. hlm.78.
11
Sudjana, N. 1997. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo
10
ekonomi, faktor fisik dan psikis. Dan Faktor yang berasal dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Salah satu lingkungan belajar yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar di sekolah adalah kualitas pengajaran, yaitu efektif tidaknya proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan
pengajaran.
Menurut
Winarno
Surachmad
(1984:
77)
mengemukakan bahwa faktor fisiologik yang mempengaruhi belajar siswa adalah:
Cara mengajar dan sistem pembelajaran yang diterapkan di sekolah
Gangguan visual yang tidak nampak sering kali disertai gejalagejala pusing, mual, sakit kepala, malas dan kehilangan konsentrasi pada pelajaran.
Kelelahan dalam belajar dapat dibedakan antara kelelahan mental dankelelahan fisik. Orang yang mengalami kelelahan fisik di dalam badannya terdapat substansi yang meracun. Sedangkan orang yang mengalami kelelahan mental dapat dilihat adanya kelesuan dan kebosanan sehingga akan kehilangan minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu.
Umur, jenis kelamin dan perkembangan jasmani Sedangkan menurut Sumardi Suryabrata (2002:233)12 adapun
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap cara belajar dibagi menjadi dua : Intrinsik ( dari dalam diri siswa ), yang meliputi faktor psikis a) Bakat adalah kemampuan untuk belajar. b) Kecerdasan 12
Suryabrata, Sumadi. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Grafindo Perkasa Rajawali. hlm.233.
11
c) Minat adalah kecenderungan untuk tetap memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. d) Motivasi adalah kondisi psikologis untuk melakukan sesuatu. e) Kemampuan kognitif yaitu kemampuan menalar pelajaran yang diberikan. f) Faktor fisiologis dibedakan menjadi 2 yaitu:
Keadaan
tonus
jasmani
pada
umumnya,
hal
tersebut
melatarbelakangi aktivitas belajar, keadaan jasmani yang segar akan lain pengaruhnya dengan keadaan jasmani yang kurang segar,
Keadaan fungsi-fungsi fisiologis tertentu.
Ekstrinsik ( dari luar diri siswa ), a) Faktor pengatur belajar mengajar di sekolah yaitu kurikulum pengajaran, disiplin sekolah, fasilitas belajar, pengelompokan siswa b) Faktor-faktor sosial di sekolah yaitu sistem sekolah, status sosial siswa, interaksi guru dengan siswa. c) Faktor situasional yaitu keadaan sosial ekonomi, keadaan waktu dan tempat, dan lingkungan. Menurut Gagne dalam Noehi Nasution (1992: 35)13 kondisi eksternal atau dari luar dapat diatur oleh guru seperti adanya kegiatan guru menimbulkan
motivasi,
pemilihan
cara
mengajar
yang
tepat,
menyenangkan serta sesuai dengan tahap perkembangan siswa sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. 13
Nasution, Noehi, dkk 1992. Psikologi pendidikan.Jakarta: Dikti Depdikbud. hlm.35.
12
3. Cara Belajar Cara belajar pada dasarnya merupakan satu cara atau strategi belajar yang diterapkan siswa, hal ini sesuai dengan pendapat The Liang Gie (1987:48) yang mengemukakan bahwa “cara belajar adalah rangkaian kegiatan yang dilaksanakan dalam usaha belajarnya”14. Dari pendapat-pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa cara belajar siswa adalah kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan siswa pada situasi belajar tertentu, kegiatan-kegiatan tersebut merupakan pencerminan usaha belajar yang dilakukannya. Slameto (2003:82)15 juga berpendapat tentang cara-cara yang dilakukan oleh siswa dalam belajar sebagai berikut : “Kebiasaan belajar yang
mempengaruhi
buat
catatan,
mengulangi
bahan
pelajaran,
konsentrasi dan mengerjakan tugas”. Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil suatu pengertian bahwa cara-cara belajar siswa meliputi a) Cara membuat jadwal dan pelaksanaannya b) Cara membaca buku c) Cara membuat catatan d) Cara mengikuti pelajaran e) Cara mengulangi pelajaran f) Cara melakukan konsentrasi
14
The Liang Gie. 1987. Cara Belajar Yang Efisisen. Yogyakarya: Liberty.Tim Tetap Penulis Universitas Negeri Malang.hlm.48.
15
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta. PT Rineka Cipta. hlm.82.
13
g) Cara menghafal pelajaran h) Cara menempuh ujian Cara-cara belajar tersebut di atas, agar mencapai hasil belajar yang optimal dapat dijelaskan sebagai berikut: a) Cara Membuat Jadwal dan Pelaksanaannya Mengatur waktu belajar merupakan salah satu masalah yang dihadapi sebagian besar oleh siswa. Mereka kurang memiliki keteraturan dan disiplin untuk menggunakan waktu secara efisien. Kesulitan penggunaan waktu tersebut disebabkan karena siswa kurang dapat memanfaatkan waktunya untuk bermacam-macam kegiatan dan tidak mengetahui waktu-waktu terbaik untuk belajar. Siswa juga tidak mempunyai rencana atau jadwal belajar yang tepat. Menurut Slameto (2003:82)16 bahwa “Jadwal adalah pembagian waktu untuk sejumlah kegiatan yang dilaksanakan oleh seseorang setiap harinya”. Jadwal juga berpengaruh terhadap belajar. Seorang siswa perlu mempunyai jadwal yang baik dan melaksanakan secara teratur dan disiplin agar belajarnya dapat berjalan dengan baik dan berhasil. b) Cara Membaca Buku Menurut The Liang Gie (1998:11)17 mengemukakan bahwa “Membaca adalah serangkaian kegiatan pikiran seseorang yang dilakukan dengan penuh perhatian untuk memahami sesuatu keterangan yang disajikan kepada indera penglihatan dalam bentuk lambar huruf dan tanda 16
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta. PT Rineka Cipta. hlm.82. 17
The Liang Gie. 1998. Cara Belajar Yang Efisien. Yogyakarta. Pusat Kemajuan Studi.hlm.11.
14
lainnya”. Berdasarkan pengertian tersebut, membaca bukanlah kegiatan mata untuk memandang serangkaian kalimat dalam bahan bacaan, melainkan kegiatan pikiran memahami suatu keterangan melalui indera penglihatan. Siswa harus memperhatikan kebiasaan-kebiasaan dalam membaca agar dapat memberikan hasil yang sebesar-besarnya. c) Cara Membuat Catatan Membuat catatan, mempunyai pengaruh yang besar terhadap hasil belajar siswa. Diharapkan dalam setiap pembelajaran siswa mampu mencatat poin-poin penting terhadap apa-apa yang disampaikan guru .Hal tersebut dikarenakan dengan memiliki catatan singkat sangat memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran.
Dengan pemahaman yang
dimiliki siswa tentunya hasil belajar juga akan meningkat. d) Cara Mengikuti Pelajaran Menurut Hasbullah Thabrany (1995:69) ada tiga proses yang dapat siswa lakukan jika hadir di dalam suatu kelas yaitu “Pertama, mendengarkan guru atau dosen berbicara, kedua kita melihat tulisan, ilustrasi atau grafik, dan ketiga kita mencatat atau menggambar”. Ada juga berbagai kemungkinan peristiwa lain yang dapat membantu siswa mengingat di dalam kelas. Misalnya, jika terjadi perdebatan atas suatu konsep atau dalam melakukan diskusi di dalam kelas, siswa akan lebih mudah mengingatnya. Cara-cara atau petunjuk untuk mengikuti pelajaran di kelas, menurut The Liang Gie (1998)18 adalah:
18
The Liang Gie. 1998. Cara Belajar Yang Efisien. Yogyakarta. Pusat Kemajuan Studi.
15
Persiapan Sarana
Persiapan Jasmani
Persiapan tekad
Persiapan pikiran Dengan penjelasan sebagai berikut: Persiapan Sarana Persiapan pertama yang perlu dilakukan setiap siswa ialah persiapan sarana, yaitu menyediakan perlengkapan tulis dan lembar catatan untuk keperluan mengikuti dan mencatat pelajaran. Persiapan Jasmani Persiapan jasmani berarti seorang siswa melakukan usaha-usaha mempersiapkan tubuhnya sehingga dalam keadaan sehat untuk mengikuti pelajaran sebaik-baiknya, proses belajar akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu. Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalu banyak istirahat, tidur teratur, makan, olahraga, rekreasi. Persiapan Tekad Persiapan tekad dilakukan berwujud suatu hasrat yang bersungguh sungguh untuk mengikuti dan mempelajari mata pelajaran yang akan disajikan oleh pengajar. Persiapan Pikiran Persiapan pikiran ini berupa usaha membaca buku pelajaran wajib atau bahan pelajaran lainnya sebelum mengikuti pelajaran.
e) Cara Mengulangi Pelajaran
16
Bahan atau materi pelajaran tidak mungkin dikuasai hanya satu kali belajar saja. Materi yang dipelajari agar tidak mudah lupa harus dipelajari berulangulang, sehingga benar-benar tertanam erat dalam ingatan. Slameto (2003:85)19 berpendapat bahwa “Mengulangi besar pengaruhnya dalam belajar, karena dengan adanya pengulangan (review) bahan yang belum begitu dikuasai serta mudah terlupakan akan tetap tertanam
dalam otak
seseorang”. Berdasarkan pendapat
tersebut
dinyatakan bahwa dengan mengulangi pelajaran yang sudah dipelajari akan menjadi lebih bermakna dan memahami bahan pelajaran yang diulang secara sungguh-sungguh. Belajar dengan cara mengulangi bahan pelajaran yang baru diserap dapat dibantu dengan membandingkannya dengan buku paket atau buku penunjang lainnya yang berhubungan. Cara tersebut bertujuan untuk memudahkan tingkat pemahaman. Penjelasan yang diberikan oleh guru biasanya akan menjadi lebih jelas apabila kita mengulangi pelajaran sendiri. f) Cara Melakukan Konsentrasi Menurut
Slameto
(2003:86)20
bahwa
“Konsentrasi
adalah
pemusatan pikiran terhadap suatu hal dengan mengesampingkan semua hal yang lainnya yang tidak berhubungan”. Berdasarkan pengertian tersebut,
19
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta. PT Rineka Cipta. hlm.85. 20
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta. PT Rineka Cipta. hlm.86.
17
belajar konsentrasi berarti pemusatan pikiran terhadap suatu mata pelajaran dengan mengesampingkan semua hal lainnya yang tidak berhubungan dengan pelajaran. Slemeto (2003:87)21 juga mengatakan bahwa: Agar dapat berkonsentrasi dengan baik (untuk mengembangkan kemampuan konsentrasi lebih baik) perlulah diusahakan sebagai berikut: pelajar hendaknya berminat atau punya motivasi yang tinggi, ada tempat belajar tertentu dengan meja belajar yang bersih dan rapi, mencegah timbulnya kejemuan/kebosanan, menjaga kesehatan dan memperhatikan kelelahan, menyelesaikan soal/masalah-masalah yang mengganggu dan bertekad untuk mencapai tujuan/hasil terbaik setiap kali belajar. Siswa yang sudah biasa berkonsentrasi dalam belajar, maka hasil yang diperolehnya akan lebih baik. Konsentrasi dalam belajar merupakan kunci untuk menentukan keberhasilan siswa. g) Cara Menghafal Pelajaran Menghafal dalam belajar pada dasarnya bukanlah tujuan utama, namun yang lebih penting adalah memahami/mengerti pelajaran. Menghafal pelajaran juga penting dalam belajar, dalam hal ini hafal bukan hanya hafal kata demi kata tetapi harus paham/mengerti betul dengan apa yang anda hafal. Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2004:44)22 “Ilmu pengetahuan yang bersifat hafalan diakui sebagai bahan yang siap pakai, terutama untuk menjawab soal-soal ujian/tentamen yang menghendaki jawaban yang bersifat hafalan”. Berdasarkan hal tersebut, dapat dijelaskan 21
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta. PT Rineka Cipta. hlm.87. 22
Syaiful Bahri Djamarah. 2002. Rahasia Sukses Belajar. Jakarta. Rineka Cipta.hlm.44.
18
bahwa siswa yang memahami dan hafal suatu konsep, maka dengan mudah untuk menggunakannya sewaktu-waktu dalam menjawab soal. Syarat-syarat untuk menghafal bahan pelajaran dengan baik menurut Slameto (2003:86)23 sebagai berikut: a) Menyadari sepenuhnya tujuan belajar. b) Mengetahui betul-betul tentang makna bahan yang dihafal. c) Mencurahkan perhatian sepenuhnya sewaktu menghafal. d) Menghafal secara teratur sesuai dengan kondisi badan yang sebaik-baiknya serta daya serap otak terhadap bahan yang harus dihafal. h) Cara Mengikuti Ujian Ujian mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar mengajar. Ujian merupakan alat untuk mengukur seberapa jauh penguasaan siswa atas materi pelajaran yang telah dipelajari selama kurun waktu tertentu. Ujian dapat mendorong siswa untuk membaca, menelaah, membahas dan mengulangi pelajaran. Ujian dapat mendidik siswa untuk percaya pada kemampuannya sendiri. Cara-cara belajar di atas bukanlah hal yang mutlak bagi setiap orang, karena tiap-tiap orang mempunyai sifat dan karakteristik yang berbeda-beda. Cara-cara belajar tersebut hanya merupakan garis besarnya saja, maka tiap-tiap orang bisa mengembangkan caranya sendiri dengan kemampuan masing-masing.
23
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta. PT Rineka Cipta. hlm.86.
19
4. Prestasi Belajar Dalam proses belajar mengajar dikelas untuk mengetahui berhasil atau tidaknya pembelajaran yang dicapai siswa harus dilakukan evaluasi yang hasilnya berupa prestasi belajar siswa. Kata prestasi belajar terdiri dari dua suku kata, yaitu ‘prestasi’ dan ‘belajar’. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan presatasi adalah: .Hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya) 24. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 895) prestasi adalah hasil yang telah dicapai atau dilakukan,dikerjakan,dan sebagainya. 25 Belajar adalah proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan ia mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Belajar memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian dan persepsi manusi (Catharina, 2004: 4).26 Menurut Sumadi (1998: 7) prestasi belajar adalah merupakan ukuran keberhasilan belajar paling luas dipakai dalam penelitian. Pada umumnya prestasi belajar terdapat pada buku raport setelah siswa melakukan aktivitas belajar di sekolah dalam kurun waktu tertentu, seperti catur wulan atau semester. Dengan prestasi belajar maka guru, siswa dan orang tua akan mengetahui hasil yang dicapai dalam pembelajaran atau pendidikan.27 24
Gepdikbud, 2002:895
25
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional: Balai Pustaka.Hlm 895 26
Chatarina Tri Anni. 2004. Psikologi Belajar. Semarang: IKIP Press . Hlm 4
20
Menurut Sardiman M.S dalam Green Heroes (2010) menyatakan bahwa “Prestasi adalah kemampuan nyata yang merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi baik dari dalam maupun dari luar individu dalam belajar”. Sedangkan menurut Arif Gunarso (1993:77) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Prestasi belajar adalah hasil dari berbagai upaya dan daya yang tercermin dari partisipasi belajar yang dilakukan siswa dalam mempelajari materi pelajaran yang diajarkan oleh guru (Abdorrakhman, 2008: 87).28 Berdasarkan definisi yang dikemukakan beberapa tokoh di atas, maka peneliti dapat mengambil suatu kesimpulan, bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang merupakan sebagai akibat dari pengalaman atau latihan. 5. Fungsi dan Kegunaan Prestasi Belajar Untuk mengetahui seberapa jauh prestasi belajar telah dicapai peserta didik, maka diadakan kegiatan evaluasi pembelajaran. Evaluasi pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan secara sistematis dengan mengumpulkan bukti-bukti untuk menentukan keberhasilan belajar. Oemar Hamalik (2001:159) dalam bukunya menyatakan tentang evaluasi hasil belajar merupakan (pengumpulan
data
dan
keseluruhan kegiatan pengukuran
informasi),
pengolahan,
penafsiran,
dan
pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang 28
Abdurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung. Alfabeta. Hlm 87
21
dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Hasil belajar menunjuk kepada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya dan derajat perubahan tingkah laku.29 Tujuan diadakannya kegiatan evaluasi adalah untuk mengetahui keefektifan dan keberhasilan kegiatan belajar mengajar sehingga dalam pelaksanaannya evaluasi harus dilakukan secara terus-menerus baik itu pada awal, pada saat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar maupun pada akhir tatap muka kegiatan belajar mengajar. Evaluasi pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar peserta didik, terutama hasil yang berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran. Zainal Arifin (1991:2)30 mengemukakan fungsi utama prestasi belajar antara lain:
Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kualitas pengetahuan yang telah dikuasai anak didik.
Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu.
Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.
Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan.
Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap (kecerdasan) anak didik.
29
Hamalik, Oemar. 2001. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.Hlm 159
30
Arifin, Zainal. 1990. Evaluasi Instruksional Prinsip Teknik Prosedur. Bandung: Remaja Rosdakarya.Hlm 2
22
Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat diketahui bahwa betapa pentingnya mengetahui prestasi belajar siswa, baik individual maupun kelompok karena prestasi belajar tidak hanya sebagai indikator keberhasilan, dan juga berguna bagi guru yang bersangkutan sebagai umpan balik dalam melaksanakan pembelajaran dikelas apakah akan diadakan perbaikan dalam proses belajar mengajar ataupun tidak. 6. Evaluasi Prestasi Belajar Prestasi belajar meliputi segenap ranah kejiwaan yang berubah sebagai akibat dari pengalaman dan proses belajar siswa yang bersangkutan. Prestasi belajar dapat dinilai dengan cara: Penilaian formatif. Penilaian formatif adalah kegiatan penilaian yang bertujuan untuk mencari umpan balik (feedback), yang selanjutnya hasil penilaian tersebut dapat digunakan untuk memperbaiki proses belajar-mengajar yang sedang atau yang sudah dilaksanakan. Penilaian Sumatif. Penilaian sumatif adalah penilaian yang dilakukan untuk memperoleh data atau informasi sampai dimana penguasaan atau pencapaian belajar siswa terhadap bahan pelajaran yang telah dipelajarinya selama jangka waktu tertentu (Purwanto, 2001:26).31 7. Jenis-jenis Prestasi Belajar Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Yang dapat dilakukan guru dalam hal ini adalah mengambil cuplikan perubahan tingkah laku yang dianggap penting yang 31
Purwanto, M. Ngalim. 2001. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Hlm 26
23
dapat mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar siswa, baik yang berdimensi cipta dan rasa maupun karsa. Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa adalah mengetahui garisgaris besar indikator (penunjuk adanya prestasi belajar) dikaitkan dengan jenis-jenis prestasi yang hendak diukur (Muhibbin Syah, 1999:150)32 Dalam
sebuah
situs
yang
membahas
Taksonomi
Bloom,
dikemukakan mengenai teori Bloom yang menyatakan bahwa, tujuan belajar siswa diarahkan untuk mencapai ketiga ranah. Ketiga ranah tersebut adalah ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Dalam proses kegiatan belajar mengajar, maka melalui ketiga ranah ini pula akan terlihat tingkat keberhasilan siswa dalam menerima hasil pembelajaran atau ketercapaian siswa dalam penerimaan pembelajaran. Dengan kata lain, prestasi belajar akan terukur melalui ketercapaian siswa dalam penguasaan ketiga ranah tersebut. 8. Kerangka Berpikir Belajar adalah sesuatu yang dilakukan oleh manusia untuk memperoleh perubahan tingkah laku secara bertahap dan berkelanjutan sebagai hasil dari latihan dan pengalaman serta interaksi dengan lingkungan yang melibatkan kognitif. Cara belajar siswa adalah kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan siswa pada situasi belajar tertentu, kegiatan-kegiatan tersebut merupakan pencerminan usaha belajar yang dilakukannya.
32
Syah, Muhibbin. 2005. Psikologi Belajar, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999, Cet. Ke-2. Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan dan Perspektif Islam, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Hlm 150
24
Prestasi adalah suatu kecakapan atau hasil yang telah diperoleh seseorang dari proses pembelajaran dengan penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari ketekunan dalam berusaha. Dari beberapa pengertian diatas dapat dibuat kerangka berpikir bahwa cara belajar seorang siswa dapat mempengaruhi hasil belajar yang berpengaruh pula pada prestasi siswa tersebut. Jika cara belajar siswa efektif dan baik, maka prestasi belajarnya juga baik atau tinggi. Tetapi jika cara belajar siswa tidak efektif, maka mengakibatkan prestasi belajarnya rendah. Siswa yang ingin berhasil dalam belajar, maka perlu adanya caracara belajar yang efisien agar tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai. Cara belajar yang digunakan antara siswa yang satu berbeda dengan siswa yang lain, artinya cara belajar yang cocok untuk seseorang belum tentu sesuai dengan orang lain. Cara belajar yang baik akan membantu siswa mempelajari dan memahami materi pelajaran yang telah diterimanya. Siswa yang dapat mengembangkan cara-cara belajar yang paling cocok dan paling baik bagi dirinya, maka dapat membantu meningkatkan prestasi belajarnya. Siswa yang dapat menerapkan cara-cara belajar yang baik, seperti cara membuat jadwal dan pelaksanaannya, cara membaca buku, cara membuat catatan, cara mengikuti pelajaran, cara mengulangi pelajaran, cara melakukan konsentrasi, cara menghafal pelajaran dan cara menempuh ujian serta dapat belajar mandiri, yang mana dari kemandirian akan tumbuh sikap-sikap positif yang akan membantu keberhasilan belajar
25
dalam hal ini percaya diri, tidak tergantung terus-menerus pada orang lain, tegas dalam mengambil keputusan dan memiliki sikap kreatif dalam belajar, maka prestasi belajar yang dicapai merupakan hasil yang optimal.
26
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian dan Jenis Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode kualitatif. Karena masalah yang akan dibahas dalam penelitian belum jelas dan belum diketahui oleh peneliti. Masalah akan diketahui selanjutnya setelah peneliti melakukan observasi dilapangan terlebih dahulu. Permasalahan yang akan dikaji oleh peneliti merupakan masalah yang bersifat sosial dan dinamis. Oleh karena itu, peneliti memilih menggunakan metode penelitian kualitatif untuk menentukan cara mencari, mengumpulkan, mengolah dan menganalisis data hasil penelitian tersebut. Penelitian kualitatif ini dapat digunakan untuk memahami interaksi sosial, misalnya dengan teknik wawancara dan sebagainya. Sehingga akan ditemukan pola-pola yang jelas. Moleong ( 2007 : 6 ) menjelaskan, bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistic ( utuh ) dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah, serta dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah yang salah satunya bermanfaat untuk keperluan meneliti dari segi prosesnya. Senada dengan Moleong, Bungin ( 2003 ) dalam Andi ( 2010 : 13 ) mengungkapkan, data dalam penelitian kualitatif bukanlah berdasarkan
27
atas tabel angka-angka hasil pengukuran atau penilaian secara langsung yang mana dianalisis secara statistik. Moleong ( 2008 : 9 ) kembali menjelaskan, dalam penelitian kualitatif, peneliti itu sendiri dengan bantuan orang lain merupakan alat pengumpul data utama dengan menggunakan metode penelitian yang meliputi pengamatan, wawancara dan penelaahan dokumen. Data data yang akan dikumpulkan berupa kata-kata dan gambar. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan secara sederhana, bahwa metode penelitiann ini berusaha mendeskripsikan objek penelitian berdasarkan data dan fakta sebenarnya, serta berusaha menganalisis konsep-konsep yang telah dikembangkan sebelumnya dengan peneliti sebagai instrumen itu sendiri dalam memecahkan permasalahanya. B. Tempat dan Waktu Penelitian Suatu penelitian memerlukan tempat penelitian yang akan dijadikan obyek untuk memperoleh data yang diperlukan guna mendukung tercapainya tujuan penelitian. Tempat penelitian ini adalah lokasi yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan penelitian. Sedangkan penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 32 Surabaya.
C. Subyek Penelitian Subyek penelitian ini di khususkan untuk siswa kelas VII C SMP Negeri 32 Surabaya tahun ajaran 2014/2015.
28
D. Instrumen Penelitian Instrumen adalah alat yang digunakan untuk memperoleh data, Instrumen yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. Lembar angket respon siswa Angket ini digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap cara belajar yang digunakan . Angket ini diisi sendiri oleh siswa tanpa pengaruh dari orang lain. Lembar angket dalam penelitian ini di khususkan untuk siswa. 2. Lembar Wawancara Peneliti menggunaan tabel pertanyaan wawancara yang ditujukan kepada guru salah satu mata pelajaran. Sedangkan lembar wawancara dikhususkan untuk guru mapel dalam kelas tertentu. 3. Peneliti Sendiri Selain kedua instrumen diatas, disini peneliti berperan aktif sebagai subyek penelitian sekaligus berperan sebagai instrumen penelitian itu sendiri. Dikarenakan peneliti mempunyai peran penting dalam menjalankan penelitian yang sedang dilakukan. Dalam penelitian kualitatif, peneliti merupakan alat ( instrumen ) pengumpul data utama, karena peneliti adalah manusia yang dapat berhubungan dengan respondem atau objek lainya, serta mampu memahami kaitan kenyataan-kenyataan dilapangan. Oleh karena itu peneliti juga berperan serta dalam pengamatan atau observation ( Moleong, 2007 : 9 ).
29
participant
Sedangkan menurut Nasution ( 2003 : 55 ) menjelaskan bahwa tidak ada pilihan lain dari pada manusia sebagai instrumen penelitian utama dalam penelitian kualitatif, karena segala sentuhanya belum mempunyai kepastian dan masih perlu dikembangkan lebih lanjut. Sehingga hanya peneliti itu sendiri sebagai alat yang dapat mencapainya. E. Sampel Sumber Data Sumber data menurut Arikunto ( 2005 : 88 ) adalah benda, hal atau orang tempat peneliti, mengamati, membaca, atau bertanya tentang data. Lebih lanjut dikatakan bahwa, secara umum sumber data dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis yang disingkat dengan 3P, yaitu : a. Person ( orang ) adalah tempat peneliti bertanya mengenai variabel yang sedang diteliti. b. Paper ( kertas ) adalah berupa dokumen, warkat, keterangan, arsip, pedoman, surat keputusan ( SK ), dan sebagainya. c. Place ( tempat ) adalah sumber data keadaan ditempat berlangsungnya suatu kegiatan yang berhubungan dengan penelitian. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sumber data ini adalah tempat, orang atau benda yang dapat memberikan data sebagai bahan penyusunan informasi bagi peneliti. Menurut Lofland ( dalam Moleong, 2007 : 157 ) sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.
30
Sehingga sampel sumber data dalam penelitian kualitatif ini dapat diambil dari informan, tempat dan peristiwa serta arsip atau dokumen yang berhubungan dengan permasalahan penelitian. Berdasarkan pertimbangan jenis data yang dibutuhkan maka sumber data pada penelitian ini adalah : 1. Informan Pengertian informan dalam penelitian kualitatif adalah seseorang yang dipandang mengetahui permasalahan yang sedang dikaji dalam penelitian dan bersedia untuk memberikan informasi kepada peneliti yang berupa kata-kata. Peneliti akan memilih informan sesuai dengan judul penelitian, sehingga diharapkan akan diperoleh data yang obyektif. Dalam penelitian ini peneliti memilih informan yaitu siswa kelas VII C SMP Negeri 32 Surabaya dan guru maata pelajaran IPS yang mengajar dikelas tersebut. 2. Tempat dan Peristiwa Kegiatan penelitian kualitatif tidak lepas dari wawancara dan observasi yang akan melibatkan tempat, pelaku dan peristiwa yang terjadi. Hal tersebut dilakukan agar peneliti dapat berhasil memperoleh data obyektif sesuai dengan tujuan. Lokasi yang digunakan sebagai tempat dalam penelitian ini adalah kelas VII C di SMP Negeri 32 Surabaya. 3. Dokumen dan Arsip Dokumen dan arsip merupakan sumber data tambahan yang berupa catatan-catatan tertulis. Dokumen dan arsip yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar absensi siswa, daftar nilai siswa dalam satu semester, kecuali nilai uas atau ujian akhir semester.
31
F. Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah: 1. Purposive Sampling Maksud dari purposive sampling ( sampel yang sudah tertuju ) yaitu peneliti menentukan langsung obyek yang akan dijadikan penelitian.Teknik pengambilan sampel sumber data dilakukan dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tersebut adalah dipilihnya individu atau sekumpulan individu yang mengetahui tentang apa yang diharapkan peneliti atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek atau situasi sosial. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Teknik Purposive Sampling dengan cara memilih siswa kelas VII C SMP Negeri 32 Surabaya. Dalam satu kelas tersebut akan dilakukan serangkaian seleksi. Pertama melaui wawancara guru, kedua melaui akumulasi nilai belajar selama satu semester ( kecuali nilai uas ), ketiga melalui akumulasi nilai jawaban angket dan yang terakhir yaitu melalui sejumlah jawaban angket yang disesuaikan dengan seberapa besar indikator yang dijawab oleh obyek penelitian ( sesuai indikator yang ditentukan oleh peneliti ). Dalam hal ini siswa kelas VII C yang dijadikan obyek penelitian. Dari serangkaian tahapan tersebut peneliti akan menentukan tiga siswa yang paling berprestasi dan tiga siswa yang kurang berprestasi. Dan selanjutnya akan dilakukan penelitian untuk mengetahui cara belajar siswa berprestasi.
32
G. Teknik Pengumpulan Data dan Alat Pengumpulan Data Dalam
penelitiaan
ini,
peneliti
menggunakan
tiga
teknik
pengumpulan data, yaitu : 1. Observasi Menurut Nasution dalam Sugiono (2014: 226)33 menyatakan bahwa,“observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan”. Observasi juga memiliki pengertian yaitu, pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala atau gejala-gejala dalam objek penelitian. Observasi menurut Raco ( 2010 : 112 ) adalah bagian dalam pengumpulan data. Observasi berarti mengumpulkan data langsung dari lapangan. Adapun menurut Sutrisno Hadi ( 1987 ) dalam Andi Prastowo ( 2010 : 27 ) mengartikan observasi adalah sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap suatu gejala yang tampak pada objek penelitian. Dalam penelitian ini observasi yang dilakukan terhadap tingkah laku subjek (siswa) selama kegiatan proses belajar mengajar di kelas sehingga dapat memberikan data tambahan terhadap hasil wawancara. Dalam pada itu peneliti juga melakukan observasi secara terbuka dimana peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan sebenarnya kepada sumber data, bahwa sedang melakukan penelitian. Jadi mereka yang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir tentang aktifitas peneliti ( 33
Sugiyono. 2014. Alfabeta.hlm.226.
Metode
Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif, Dan
33
R&D.
Bandung:
Moleong : 2007 : 176). Oleh karena itu fakta atau fenomena yang akan diobservasi adalah terkait unsur cara belajar siswa berprestasi, yang meliputi tiga siswa paling terbaik di suatu kelas, tiga siswa kurang berprestasi dalam suatu kelas, cara belajar dari siswa tersebut. 2. Wawancara Menurut Esterberg ( 2002 ) dalam sugiyono ( 2007 : 72 ) mengungkapkan wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Sedangkan menurut Moleong ( 2007 : 186 ) wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
(interviewer)
dan
terwawancara
(interviewee)
yang
memberikan jawaban atas pertanyaan. Wawancara dilakukan dengan empat bentuk yaitu terstruktur, semi terstruktur, tidak terstruktur dan kombinasi. Dalam hal ini peneliti menggunakan teknik wawancara semi terstruktur yaitu : a. Wawancara semi terstruktur Dalam penelitian ini wawancara peneliti menggunakan metode wawancara semiterstruktur, dimana dalam pelaksanaanya lebih bebas. Tujuan dari wawancara ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diwawancarai dimintai pendapat. Dalam hal ini pihak yang diwawancarai adalah salah satu guru yang mengajar dikelas VII C SMP Negeri 32 Surabaya yaitu guru IPS. Wawancara ini dilakukan untuk memperoleh data tentang pengalaman guru dalam
34
mengajar kelas VII C. Mengetahui siswa yang paling berprestasi dan kurang berprestasi menurut persepsi
guru tersebut berdasarkan
pengalamannya mengajar dikelas tersebut. Hal ini dilakukan dalam rangka memperoleh penjelasan atau informasi tentang hal-hal yang belum tercantum dalam observasi dan dokumentasi. Sebagaimana yang disarankan oleh ( Esterberg : 2002 ) dalam Sugiyono ( 2008 : 73 ) peneliti akan mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang akan dikemukakan oleh informan. 3. Dokomentasi Analisis dokumen dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber dari arsip dan dokumen baik yang berada di sekolah ataupun yang berada di luar sekolah, yang ada hubungannya dengan penelitian tersebut. Teknik dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya. Andi ( 2010 : 192 ) mengungkapkan dokumen merupakan rekaman bersifat tertulis atau film dan isinya merupakan peristiwa yang telah berlalu. Jadi, dokumen bukanlah catatan peristiwa yang terjadi saat ini dan masa yang akan datang, namun catatan masa lalu. Ditambahkan pula oleh Usman dan Akbar ( 1996 ) dalam Andi ( 2010 : 192 ) bahwa data-data yang dikumpulkan dengan teknik dokumentasi cenderung
merupakan
data
sekunder
sedangkan
data-data
yang
dikumpulkan dengan teknik pengamatan, dan wawancara cenderung merupakan data primer atau data yang langsung didapat dari pihak
35
pertama. Merujuk Arikunto ( 2000 : 135 ), dokumentasi merupakan bendabenda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturen, notulen, catatan harian, dan sebagainya. Adapun panduan pengambilan data dokumentasi yang diperlukan. Dalam penelitian ini teknik dokumentasi yang digunakan adalah dokumentasi selama proses penelitian di kelas ( lapangan ), dokumentasi nilai belajar siswa selama satu semester, kecuali nilai uas. 4. Alat Pengumpulan Data a. Buku Catatan Buku catatan ini berfungsi untuk mencatat semua perckapan dengan sumber data. b. Kamera Diantara fungsi kamera dalam penelitian ini adalah untuk mengambil gambar ketika peneliti sedang melakukan pembicaraan dengan informan atau sumber data. Dengan adanya foto ini maka dapat meningkatkan keabsahan penelitian. Penelitian akan lebih terpercaya, karena penliti betul-betul melakukan pengumpulan data.
H. Rencana Pengujian Keabsahan Data Dalam penelitian kualitatif, kesahihan data dapat diperoleh melalui: 1.
Keabsahan Konstruk (Construct validity) Keabsahan bentuk batasan berkaitan dengan suatu kepastian bahwa yang diukur benar-benar merupakan variabel yang akan di ukur. Keabsahan ini juga dapat dicapai dengan proses pengumplan data yang
36
tepat. Salah satu caranya adalah dengan proses triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Menurut Wiliam Wierisma dalam Sugiono (2014:370-371)34 ada 3 macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan untuk mencapai keabsahan, yaitu: a. Triangulasi sumber Menguji keabsahan data dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber, data yang telah dianalisis oleh peneliti sehingga menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya dimintakan kesepakatan (member check) dengan beberapa sumber tersebut; b. Triangulasi teknik Teknik untuk menguji data dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya data yang diperoleh dengan wawancara, alu dicek dengan observasi,dokumentasi atau kuasioner; c. Triangulasi waktu Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dilakukan dengan teknik wawancara maupun observasi maka hasilnya akan berbeda, untuk itu dalam rangka pengujian keabsahan 34
Sugiyono. 2014. Metode Alfabeta..hlm.370-371.
data
dapat
Penelitian
dilakukan
dengan
cara
Kuantitatif, Kualitatif, Dan
37
melakukan
R&D.
Bandung:
pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai ditemukan kepastian datanya. Penjelasan Triangulasi Dalam hal ini Triangulasi dapat dikatakan sebagai teknik pengumpulan data yang sekaligus menguji kredibiitas atau keabsahan data. Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data
yang
bersifat
menggabungkan
dari
berbagai
teknik
pengumpulan data dari sumber yang telah ada ( Sugiyono, 2008 : 83 ), bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus melakukan uji kredibilitas atau keabsahan data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber. Tujuan dari Triangulasi bukan untuk mencari kebenaran tentang beberapa fenomena, tetapi lebih pada peningkatan pemahaman peneliti terhadap apa yang telah ditemukan. Oleh karena itu, teknik triangulasi yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah pengecekan data yang diperoleh dari berbagai
teknik
pengumpulan
data.
Data
dari
observasi
dikonfirmasi melalui wawancara dan dokumentasi, data hasil wawancara di konfirmasi melalui observasi dan dokumentasi, dan data dari dokumentasi juga dikonfirmasi dari wawancara dan
38
observasi. Namun jika dalam penelitian menemui kejanggalan antara data satu dengan data lainya, maka peneliti mengambil jalan akhir yaitu mengambil data sesuai keyakinan kebenaran dari peneliti seperti angket, dan menyesuaikan dengan indikator yang telah ditentukan peneliti sebelumnya.
2. Keabsahan Internal (Internal validity) Keabsahan internal merupakan konsep yang mengacu pada seberapa jauh kesimpulan hasil penelitian menggambarkan keadaan yang sesungguhnya. Keabsahan ini dapat dicapai melalui proses analisis dan interpretasi yang tepat. Aktivitas dalam melakukan penelitian kualitatif akan selalu berubah dan tentunya akan mempengaruhi hasil dari penelitian tersebut. Walaupun telah dilakukan uji keabsahan internal, tetap ada kemungkinan munculnya kesimpulan lain yang berbeda. 3. Keabsahan Eksternal (Eksternal validity) Keabsahan ekternal mengacu pada seberapa jauh hasil penelitian dapat digeneralisasikan pada kasus lain. Walaupun dalam penelitian kualitatif memeiliki sifat tidak ada kesimpulan yang pasti, penelitiaan kualitatif tetapi dapat dikatakan memiliki keabsahan ekternal terhadap kasus-kasus lain selama kasus tersebut memiliki konteks yang sama. 4. Keajegan (Reliabilitas) Reliabilitas merupakan konsep yang mengacu pada seberapa jauh penelitian berikutnya akan mencapai hasil yang sama apabila
39
mengulang penelitian yang sama. Dalam penelitian ini, keajegan mengacu pada kemungkinan peneliti selanjutnya memperoleh hasil yang sama apabila penelitian dilakukan sekali lagi dengan subjek yang sama. Hal ini menujukan bahwa konsep keajegan penelitian kualitatif selain
menekankan
pada
desain
penelitian,
juga
pada
cara
pengumpulan data dan pengolahan data. I. Metode Analisis Data Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, menyeleksi berbagai data yang ada dan menjadikan satu kesatuan
yang dapat dikelola,
mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceriterakan kepada orang lain. Dalam menganalisa penelitian kualitatif terdapat beberapa tahapantahapan yang perlu dilakukan, diantaranya : 1. Mengorganisasikan Data Peneliti
mendapatkan
data
langsung
dari
subjek
melalui
wawancara mendalam (indepth inteviwer), dimana data tersebut direkam dengan tape recorder atau sejenisnya dan dibantu alat tulis lainya. Kemudian dibuatkan transkipnya dengan mengubah hasil wawancara dari bentuk rekaman menjadi bentuk tertulis secara verbatim. Data yang telah didapat dibaca berulang-ulang agar penulis mengerti benar data atau hasil yang telah di dapatkan.
40
2. Pengelompokan berdasarkan Kategori, Tema dan Pola Jawaban Pada tahap ini dibutuhkan pengertiaan yang mendalam terhadap data, perhatiaan yang penuh dan keterbukaan terhadap hal-hal yang muncul di luar apa yang ingin digali. Berdasarkan kerangka teori dan pedoman wawancara, peneliti menyusun sebuah kerangka awal analisis sebagai acuan dan pedoman dalam melakukan coding. Dengan pedoman ini, peneliti kemudian kembali membaca transkip wawancara dan melakukan coding, melakukan pemilihan data yang relevan dengan pokok pembicaraan. Data yang relevan diberi kode dan penjelasan singkat, kemudian dikelompokan atau dikategorikan berdasarkan kerangka analisis yang telah dibuat. Pada penelitian ini, analisis dilakukan terhadap sebuah kasus yang diteliti.
Peneliti
menganalisis
hasil
wawancara
berdasarkan
pemahaman terhadap hal-hal diungkapkan oleh responden. Data yang telah dikelompokan tersebut oleh peneliti dicoba untuk dipahami secara utuh dan ditemukan tema-tema penting serta kata kuncinya. Sehingga peneliti dapat menangkap pengalaman, permasalahan, dan dinamika yang terjadi pada subjek. 3. Menguji Asumsi atau Permasalahan yang ada terhadap Data Setelah kategori pola data tergambar dengan jelas, peneliti menguji data tersebut terhadap asumsi yang dikembangkan dalam penelitian ini. Pada tahap ini kategori yang telah didapat melalui analisis ditinjau kemabali berdasarkan landasan teori yang telah dijabarkan dalam bab II, sehingga dapat dicocokan apakah ada kesamaan antara landasan
41
teoritis dengan hasil yang dicapai. Walaupun penelitian ini tidak memiliki hipotesis tertentu, namun dari landasan teori dapat dibuat asumsi-asumsi mengenai hubungan antara konsep-konsep dan faktorfaktor yang ada. 4. Mencari Alternatif Penjelasan bagi Data Setelah keterkaitan antara kategori dan pola data dengan asumsi terwujud, peneliti masuk ke dalam tahap penejelasan. Dan berdasarkan kesimpulan yang telah didapat dari kaitanya tersebut, penulis merasa perlu mencari suatu alternative penjelasan lain tentang kesimpulan yang telah didapat. Sebab dalam penelitian kualitatif memang selalu ada alternative penjelasan yang lain. Dari hasil analisis, ada kemungkinan terdapat hal-hal yang menyimpang dari asumsi atau tidak terfikir sebelumnya. Pada tahap ini akan dijelaskan dengan alternative lain melalui referensi atau teori-teori lain. Alternatif ini akan sangat berguna pada bagian pembahasan, kesimpulan dan saran. 5. Menulis Hasil Penelitian Penulisan data subjek yang telah berhasil dikumpulkan merupakan suatu hal yang membantu penulis untuk memeriksa kembali apakah kesimpulan yang dibuat telah selesai. Dalam penelitian ini, penulisan yang dipakai adalah presentase data yang didapat yaitu, penulisan datadata hasil penelitian berdasarkan wawancara dan observasi dengan subjek melalui lembar dan hal-hal penting lainya. Proses dimulai dari data-data yang diperoleh dari subjek penelitian, dibaca
berulang
kali
sehinggga
42
penulis
mengerti
benar
permasalahanya, kemudian dianalisis, dibandingkan antara satu data dengan data yang lainya. Dalam penelitian ini ditemukan beberapa kejanggalan data. Kejanggalan data tersebut seperti data wawancara guru tidak sesuai dengan data observasi melalui akumulasi nilai belajar dan angket siswa. Sehingga
peneliti
menempuh
jalan
akhir
yaitu
dengan
menyesuaikan indikator peneliti terhadap jawaban angket siswa. Maksudnya siswa yang paling banyak menjawab angket sesuai delapan indikator yang ditentukan peneliti, maka mereka akan dikategorikan sebagai siswa berprestasi begitu pula sebaliknya. Selanjutnya dilakukan interprestasi secara keseluruhan, dimana di dalamnya mencangkup keseluruhan kesimpulan dari hasil penelitian. Jadi disini peneliti lebih yakin menggunakan data hasil lembar angket dari pada data yang lain.
43
BAB IV PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penemuan Data Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan mencari informasi mengenai cara belajar siswa berprestasi. Dalam penelitian ini dimulai dari pencarian tiga siswa peringkat teratas, dan tiga siswa peringkat terbawah. Penelitian di awali dari penyeleksian dari sejumlah siswa yang ada dalam satu kelas. Dari beberapa tahapan tersebut kemudian diambil tiga siswa dengan peringkat teratas dan tiga siswa peringkat terbawah. Penyeleksian ini dilakukan karena tidak adanya korelasi antara satu data dengan data lainya. Sehingga peneliti membutuhkan analisis lebih mendalam, guna menemukan kesimpulan secara objektif. Diawal penelitian sebenarnya peneliti telah menemukan jawaban sementara dari salah satu guru yang mengajar di kelas tersebut. Namun jawaban tersebut masih diragukan kebenarnya oleh peneliti. Hal tersebut dikarenakan, data yang diambil masih dari satu persepsi saja mengenai siswa berprestasi dan kurang berprestasi dalam suatu kelas. Disini peneliti tidak mungkin mengambil data hanya dari salah satu guru dikelas tersebut. Dan tentunya peneliti juga tidak mungkin untuk mewawancarai seluruh guru mata pelajaran yang mengajar dikelas obyek penelitian. Namun dalam penelitian selanjutnya peneliti menemukan ketidaksesuaian antara
44
data satu dengan data lainya. Misalnya saja ketidaksesuaian antara data wawancara guru dengan hasil
nilai belajar siswa. Menurut peneliti
anggapan berprestasi menurut guru hanya sebatas nilai kognitif, dan kurang memperhatikan kemampuan siswa di luar akademik. Mungkin hal seperti ini yang menjadi kelemahan pendidikan di Indonesia saat ini. Dikarenakan masih banyaknya guru menganggap siswa berprestasi yang mempunyai nilai akademis tinggi. Padahal masih banyak prestasi lain diluar akademik yang kurang medapatkan perhatian dari pihak guru atau sekolah bersangkutan. Berikut peneliti akan mencantumkan berbagai penemuan data dalam penelitian : 1. Berikut data hasil wawancara guru yang membahas mengenai siswa berprestasi : Daftar pertanyaan wawancara terhadap guru
:
1. Bagaimana cara belajar siswa berprestasi ? 2. Bagaimana kriteria penilaian anda terhadap prestasi siswa ? 3. Menurut anda, apa yang membedakan siswa berprestasi dan siswa kurang berprestasi ? 4. Seperti apakah bentuk apresiasi anda terhadap siswa yang berprestasi ? Berikut Jawaban Guru terhadap pertanyaan diatas : 1. Berdasarkan data yang diperoleh dari sumber penelitian yaitu guru mengenai cara belajar siswa berprestasi dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Selalu duduk di depan dan aktif dalam proses belajar mengajar di kelas
45
b. Mempunyai kepribadian yang pendiam, suka menyendiri. Kurang mau bergaul dengan teman yang mempunyai kemampuan dibawahnya c. Mengumpulkan tugas tepat waktu d. Untuk secara detail mengenai cara belajar siswa yang berprestasi, narasumber belum bisa memberi keterangan lebih detail. Dikarenakan narasumber hanya mengetahui cara belajar dan prestasi siswanya melalui keaktifan di kelas, nilai ulangan harian, ujian tengah semester ( UTS ) dan ujian akhir semester ( UAS ). 2. Untuk pertanyaan kedua ini dapat dijelaskan sebagi berikut : a. Dijelaskan bahwa rata-rata atau secara umum siswa yang berprestasi mampu menguasai seluruh mata pelajaran. Namun juga ada siswa yang hanya menguasai mata pelajaran tertentu. Seperti Matematika, IPA, IPS dan sebagainya. Sekali lagi, guru hanya mengetahui prestasi siswa dari keaktifanya dikelas,nilai ulangan harian, ujian tengah semester, dan ujian akhir sekolah. Namun kebanyakan guru di SMP Negeri 32 Surabaya masih meragukan keotentikan hasil dari ulangan harian. Hal ini dikarenakan masih banyaknya siswa yang mencontek. Beda halnya dengan ujian tengah semester yang hasilnya lebih bisa dipercaya, dikarenakan penjagaanya lebih ketat oleh para guru dari masing-masing mata pelajaran. 3. Untuk pertanyaan ketiga ini, narasumber menjelaskan bahwa dirinya tidak pernah membeda-bedakan antara siswa berprestasi dengan siswa
46
yang kurang berprestasi. Guru tetap memberikan perhatian yang sama diantara semua siswa. Narasumber tidak ingin adanya kecemburuan sosial antar siswa dikelak kemudian hari. 4. Sampai saat ini khususnya di SMP Negeri 32 Surabaya, siswa yang memperoleh nilai akademik tinggi di setiap kelas hanya sebatas diberikan reward (hadiah ) oleh masing-masing guru mata pelajaran yang bersangkutan. Tidak jarang wali kelas juga ikut memberikan hadiah terhadap siswa yang berprestasi. Hadiah yang diberikan biasanya berupa makanan ringan atau snack, buku dan perlengakapan tulis menulis. Sampai saat ini pun pihak sekolah belum memberikan piagam penghargaan atau sertifikat resmi kepada siswa yang memperoleh prestasi akademik di masing-masing kelas. 2. Data dari Jawaban Guru terhadap siswa berprestasi Dari data wawancara dengan guru menyebutkan bahwa siswa yang paling berprestasi dikelas VII C SMP Negeri 32 Surabaya adalah Ninda Irsanti Nur Azizah dan yang sangat kurang berprestasi adalah Fitria Ulfatul Khasanah. Disini guru hanya menyebutkan satu siswa yang memiliki nilai akademik teratas dan satu siswa yang memiliki nilai akademik terendah. Data ini mungkin hanya sebatas persepsi guru. Peneliti juga belum bisa menyakini keterangan ini. Alasan narasumber menyebut Ninda sebagai siswa berprestasi karena ia dianggap siswa yang aktif dikelas, memiliki rata-rata nilai yang bagus, hampir mampu menguasai seluruh mata pelajaran. Sedangkan Fitria dianggap sebagai siswi yang pembolos, jarang masuk sekolah, tidak
47
mau bergaul dengan teman sebayanya, mempunyai nilai yang jelek bahkan sangat kurang. 3. Hasil penentuan tiga Siswa berprestasi dan tiga siswa kurang berprestasi berdasarkan total nilai belajar siswa, kecuali nilai UAS : a. Peringkat tiga teratas ( dari nilai tertinggi ke terendah )
Devira Nabilah R, memperoleh total nilai 724 ( paling tinggi )
Dewi Rahmmadhani H., memperoleh total nilai 712
Puspa Dwi Liestiyanti, memperoleh total nilai 711
b. Peringkat tiga terbawah ( dari nilai tertinggi ke terendah )
Sefrian Bima Adi S, memperoleh total nilai 648 ( paling rendah )
M. Zidane Alfarisy, mempeoleh total nilai 652
Della Putri Amelia Narno, memperoleh total nilai 653
4. Hasil penentuan tiga Siswa berprestasi dan tiga siswa kurang berprestasi berdasarkan total jawaban angket siswa secara keseluruhan. Yang didalamnya terdapat kriteria siswa berprestasi dan kurang berprestasi : Kriteria
:
Kurang berprestasi
: 35 – 46
Berprestasi
: 47 – 58
Setelah dilakukan verifikasi data, maka dapat ditentukan seperti berikut : a. Tiga peringkat teratas
Naufal Hafidz, memperoleh total nilai angket 49
48
Muflihatul Fadhilah, memperoleh total nilai angket 47 Disini sebenarnya ada beberapa siswa yang memperoleh nilai 47, akan tetapi untuk menghindari kesamaan tersebut. Peneliti membandingkan siswa yang memperoleh nilai 47 dengan total nilai belajar yang paling tinggi. Sehingga ditemukan siswa yang mempunyai nilai tertinggi urutan kedua yaitu Muflihatul Fadhilah
Moch. Farid Amin Wibowo, memperoleh nilai total 46 Disini sebenarnya ada beberapa siswa yang memperoleh nilai 46, akan tetapi untuk menghindari kesamaan tersebut. Peneliti membandingkan siswa yang memperoleh nilai 46 dengan total nilai belajar yang paling tinggi. Sehingga ditemukan siswa yang mempunyai nilai tertinggi urutan ketiga yaitu Moch. Farid Amin Wibowo
b. Tiga peringkat terbawah
Bintang Anggry A.D.C, memperoleh total nilai 35
Fitri Rizkya, memperoleh total nilai 38
Ayu Sagita, memperoleh total nilai 39
5. Jumlah keseluruhan siswa kelas VII C SMP Negeri 32 Surabaya
Laki-Laki
: 18 Siswa
Dan terdapat satu siswa yang tidak diikut sertakan dalam penelitian, dikarenakan ia merupakan siswa berkebutuhan khusus, yaitu absen nomor 27 atas nama Nugroho Prasetyo.
Perempuan
: 18 Siswa
49
Jadi jumlah keseluruhan siswa adalah 36 dan dikurangi satu siswa berkebutuhan khusus menjadi 35 siswa ( yang diikut sertakan dalam penelitian ini ) 6. Hasil jawaban angket sesuai jumlah indikator, yang telah ditentukan peneliti Ketentuan Penelitian : Jika siswa memperoleh nilai tertinggi dari pemenuhan indikator yang ada didalam angket. Maka ia dikategorikan sebagai siswa berprestasi dan begitu pula sebaliknya. Berikut peneliti cantumkan delapan indikator siswa berprestasi berdasarkan kriteria peneliti sendiri : i) Cara membuat jadwal dan pelaksanaannya j) Cara membaca buku k) Cara membuat catatan l) Cara mengikuti pelajaran m) Cara mengulangi pelajaran n) Cara melakukan konsentrasi o) Cara menghafal pelajaran p) Cara menempuh ujian Dari delapan indikator diatas telah tercantumkan disetiap masingmasing soal angket secara acak. Jadi setiap pertanyaan yang ada dalam angket sudah terdapat indikator didalamnya. Jumlah pertanyaan angket adalah 15 Dengan ketentuan sebagai berikut, Kunci Jawaban dari Peneliti
:
50
SS : Sangat Setuju, S : Setuju, TS : Tidak Setuju, STS : Sangat Tidak Setuju No Instrumen
Pertanyaan
Indikator
Kunci
1
Menepati daftar atau jadwal waktu untuk belajar pada tiap hari justru membuat saya menjadi tertekan Apabila guru mulai masuk kelas, saya segera menyiapkan buku pelajaran dan alat tulis yang diperlukan Ketika guru menjelaskan pelajaran, saya mendengarkan tapi tidak mencatat Pelajaran yang belum saya kuasai selalu saya pelajari lagi pada malam hari karena dengan pengulangan, maka materi pelajaran lebih tertanam dalam ingatan saya Selama pelajaran, pikiran saya dipenuhi masalah-masalah dari luar pelajaran Saya berusaha mendengarkan dengan penuh konsentrasi dan mencatat hal-hal terpenting pada keteragan yang disampaikan guru Saya sering membaca buku diperpustakaan Saya lebih suka memilih ringkasan atau rangkuman materi, karena dengan ringkasan tidak perlu membaca buku lagi untuk kedua kalinya Saya belajar semalam suntuk bila esok hari akan dilaksanakan ujian atau Test Saya tidak pernah menanyakan materi pelajaran yang belum saya mengerti kepada guru, karena takut dianggap bodoh Saya mencatat hal-hal yang tidak atau kurang dimengerti kemudian menanyakanya kepada guru Saya selalu berusaha mengerjakan soal-soal yang ada di buku dan
1
STS
4
SS
4
TS
5
SS
6
STS
6
SS
2
SS
3
SS
8
STS
4
STS
3
SS
5
SS
2
3
4
5
6
7 8
9
10
11
12
51
selalu berlatih dengan tekun Saya merasa takut, gugup, khawatir dalam menghadapi ujian atau ulangan, maka saya berusaha keras dengan banyak membaca, menghafal, dan berlatih mengerjakan soal. Saya membuat pesiapan-persiapan sebelum ujian, misalnya pembagian waktu belajar, bahan-bahan pelajaran, latihan mengerjakan soal sendiri dan sebagainya Untuk menghafal suatu pelajaran, saya lakukan dengan menulis diatas kertas kecil. Sehingga mudah dibawa kemanapun pergi
13
14
15
8
SS
8
SS
7
S
Data Hasil dari Jumlah jawaban Angket sesuai Indikator Tiga Peringkat teratas 1. M.Yusuf Zaldan
: ( Memenuhi 8 Indikator Angket ), Masuk
Kategori Siswa Berprestasi berdasarkan Kategorisasi Angket 2. Muflikhatul Fadhilah
( Memenuhi 7 Indikator Angket ), Masuk
Kategori Siswa Berprestasi berdasarkan Kategorisasi Angket 3. Nimas Wulan Puspita
( Memenuhi 7 Indikator Angket ), Masuk
dalam Kategori Siswa Kurang berprestasi berdasarkan Kategorisasi Angket Disini ditemukan tiga siswa yang memenuhi tujuh Indikator Angket, namun untuk menentukan siswa berprestasi urutan kedua dan ketiga, kami membandingkanya dengan total nilai hasil belajar. Untuk Muflihatul Fadhilah memperoleh nilai total hasil belajar 704, sedangkan Nimas Wulan Puspita memperoleh nilai Total belajar 685.
52
Tiga Peringkat terbawah : 1. Anas Ibnu I
( Memenuhi 2 Indikator Angket ), Masuk
Kategori Siswa kurang berprestasi berdasarkan kategorisasi angket 2. Devina Halla M
( Memenuhi 3 Indikator Angket ), Masuk
Kategori Siswa kurang berprestasi berdasarkan kategorisasi angket 3. El Yana Bahagianto
( Memenuhi 3 Indikator Angket ), Masuk
Kategori Siswa Kurang berprestasi berdasarkan kategorisasi angket Disini ditemukan dua siswa yang memenuhi tujuh Indikator Angket, namun untuk menentukan siswa terbawah urutan ke dua dan ketiga, kami membandingkanya dengan total nilai hasil belajar. Devina Halla M memperoleh nilai total hasil belajar 704, sedangkan El Yana Bahagianto memperoleh nilai Total belajar 688. B. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Berdirinya SMP Negeri 32 Surabaya SMP Negeri 32 Surabaya merupakan lembaga pendidikan negeri yang berada dibawah naungan Pendidikan Nasional (Diknas) berdiri pada 22 Agustus 1988 dan telah terakriditasi A dengan nilai 92,92 (Amat baik). SMP tersebut merupakan sekolah negeri yang mendapatkan kepercayaan dari masyarakat Surabaya, karena selain mampu menempatkan suasana proses belajar mengajar yang kondusif juga mampu mencetak siswa yang sangat berprestasi. Lembaga SMP Negeri 32 Surabaya yang berada diperbatasan kota Surabaya dan Sidoarjo tepatnya di wilayah Surabaya timur yang strata
53
sosialnya beragam, masyarakatnya ada yang peduli dengan dunia pendidikan, adapula yang peduli terhadap peningkatan mutu pendidikan. Untuk itu SMP Negeri 32 Surabaya dituntut untuk mampu menyamakan visi dan misi sekolah dan meningkatakan pendidikannya. 2. Letak Geografis Sekolah SMP Negeri 32 Surabaya terletak di Kecamatan wonokromo Jalan. Ahmad Yani No. 6- 8 Surabaya. Sekolah ini mempunyai posisi yang strategis dengan berbagai fasilitas umum. Posisi sekolah ini berdampingan dengan Rumah Sakit Islam Surabaya ( RSI ), Lembaga 56 Pendidikan Islam Khodijah, berdekatan dengan Universitas Surabaya (UNESA) dan sekolah negeri sederajat, beberapa pusat perbelanjaan besar seperti DTC, stasiun kereta api, akomodasi dan transportasi dapat dijangkau dengan mudah oleh masyarakat. 3. Visi Dan Misi SMP Negeri 32 Surabaya a. Visi Terwujudnya siswa yang cerdas dan kreatif yang dilandasi iman dan taqwa (imtaq) b. Misi 1) Mengoptimalkan kegiatan belajar mengajar 2) Memotivasi siswa terhadap minat baca 3) Meningkatkan kegiatan seni dan budaya 4) Meningkatkan kegiatan olah raga 5) Meningkatkan kegiatan keagamaan 4. Struktur Organisasi Sekolah
54
Struktur Organisasi Sekolah adalah susunan orang-orang yang duduk sebagai pelaksana dan penanggung jawab sebagai bidang tertentu dan ikut membantu terlaksananya proses belajar mengajar yang lancar, tertib dan teratur. Struktur Organisasi SMP Negeri 32 Surabaya sebagai berikut :
Kepala Sekolah Dra. Istuningsih, M.Pd NIP. 131 561 351
Ketua Komite Sarbini SH
Wakil Kepala Sekolah
Wakil Kepala Sekolah
Dra. Maskuroh
Drs. Agus Soemanto
Kaur. Kurikulum 5. Asrumi, S.Pd 6. 131 100 279 NIP.
Kaur Sarpras Sumiati, M.Pd NIP. 131 600 356
Waka Humas Rr. Soelistiyowati, S.Pd NIP. 131 261 047
DEWAN GURU
SISWA
55
Kaur. Kesiswaan Sariati, S.Pd NIP. 131 472 044
4. Keadaan Guru, Siswa dan Tenaga Pendukung a. Keadaan guru Keadaan guru mata pelajaran saat ini sudah terpenuhi, SMP Negeri 32 Surabaya mempunyai guru-guru yang profesional dengan bidang studinya, 2 orang guru bergelar master (S2), 50 orang guru bergelar sarjana (S1), 5 orang guru berpendidikan D3, 2 guru D2 dan 1 guru D1.
Tabel 1 Jumlah Guru
No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Guru
IPA Matematika Bahasa Indonesia Bahasa Inggris Pendidikan Agama IPS Penjaskes Seni Budaya PKN TIK/Keterampilan Bimbingan kongseling Lainnya: Lab. Bahasa Inggris Bahasa Jawa Jumlah
Jumlah Guru dengan latar belakang pendidikan sesuai dengan tugas mengajar D1/ D2 2 1 -
1 -
S1/ D4 7 6 7 5 2 5 3 1 5 4
S2/ S3 -
-
1
-
D3/Sarmud
Jumlah Guru dengan latar belakang pendidikan yang TIDAK sesuai dengan tugas mengajar D1/ S1/ S2/ D3/Sarmud D2 D4 S3 1 1 2 1 1 1
-
-
-
Jum lah
7 7 7 5 4 5 3 3 5 5 4 3
-
-
2
-
-
-
-
-
2
3
1
48
0
4
0
2
2
60
Tabel 2 Jumlah Tenaga Pendukung
No
Tenaga Pendukung
Jumlah tenaga pendukung berdasarkan status dan jenis kelamin PNS Honorer
Jumlah tenaga pendukung dan kualifikasi pendidikannya SMP
SMA
D1
56
D2
D3
S1
L
P
L
P
Jum lah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Tata Usaha Perpustakaan Laboran Lab IPA Teknisi Lab. Komputer Bahasa PTD (pend Dasar) Kantin Penjaga Sekolah Tukang Kebun Keamanan Lainnya : UKS Jumlah
-
-
-
-
-
4 1 1 -
-
1 1 1 -
4 1 1 -
4 1 1 0
-
-
1 1 -
1 -
-
-
1
-
1 1
1 0 0 1 1 1 1
2
1
0
0
1
7
0
0
3
8
11
b. Keadaan Sarana dan Prasarana Keadaan sarana dan prasarana di SMP Negeri 32 Surabaya sudah cukup baik dan memenuhi suatu standart persyaratan lembaga pendidikan yang berkualitas, dimana tahun demi tahun terus berbenah diri untuk meningkatkan
sarana
dan
prasarana
supaya
tetap
mendapatkan
kepercayaan masyarakat terhadap pendidikan tersebut. Tabel 3 Sarana dan Prasarana SMP Negeri 32 Surabaya No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Jenis Sarana Sarana Sarana Sarana Sarana Sarana Sarana Sarana Sarana Sarana Sarana Sarana Sarana Sarana Sarana Sarana Sarana
Nama Meja Siswa Kursi Siswa Meja Guru Kursi Guru Meja TU Kursi TU Papan Tulis Lemari / Filling Cabinet Komputer TU Printer TU Alat Peraga IPS Mesin Ketik Foto Copy Komputer Alat Peraga Pendidikan Jasmani Alat Peraga Matematika Alat Peraga IPA
18 19 20
Prasarana Ruang Teori/Kelas Prasarana Kamar Mandi/WC Siswa Laki-laki Prasarana Koperasi/Toko
57
Jumlah 882 unit 882 unit 26 unit 50 unit 7 unit 12 unit 31 unit 27 unit 4 unit 4 unit 21 unit 5 unit 1 unit 49 unit 140 unit 20 unit 1193 unit 20 unit 12 unit 7 unit
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39
Prasarana Prasarana Prasarana Prasarana Prasarana Prasarana Prasarana Prasarana Prasarana Prasarana Prasarana Prasarana Prasarana Prasarana Prasarana Prasarana Prasarana Prasarana Prasarana
Kamar Mandi/WC Guru Laki-laki Laboratorium IPA Ruang Olahraga Ruang TU Kamar Mandi/WC Guru Laki-laki Koperasi/Toko Ruang TU Ruang Keterampilan Ruang Guru Lainnya Ruang Kepala Sekolah Ruang Ibadah Laboratorium Bahasa Ruang UKS Ruang BP/BK Laboratorium Komputer Ruang Perpustakaan Laboratorium Multimedia Ruang Multimedia
2 unit 2 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit
C. Pembahasan Dalam penelitian ini di SMP Negeri 32 Surabaya kami mengambil sampel 3 siswa berprestasi dan 3 siswa kurang berprestasi dari 35 siswa di kelas VII C. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana cara belajar siswa berprestasi dan siswa kurang berprestasi. Pada data akhir kami menentukan pilihan bahwa, siswa dikatakan berprestasi jika memenuhi 8 indikator penilaian tentang cara belajar siswa berprestasi dan sebaliknya siswa dianggap kurang berprestasi jika tidak memenuhi dari 8 indikator penilaian tentang cara belajar siswa. Delapan indikator tersebut sudah dijelaskan di bagian penemuan data. Peneliti meyakini bahwa 8 indikator yang telah peneliti tentukan telah memenuhi data yang valid untuk dijadikan rujukan siswa berprestasi dan kurang berprestasi dalam penelitian ini. Dengan hasil akhir sebagai berikut :
58
Siswa Berprestasi
:
1. M. Yusuf Zaldan 2. Muflihatul Fadhilah 3. Nimas Wulan Puspita Siswa Kurang Berprestasi : 1. Anas Ibnu I 2. Devina Halla M 3. El Yana Bahagianto Dengan rincian cara belajar dari masing-masing siswa sebagai berikut
:
a. Cara Belajar Siswa Berprestasi 1. M. Yusuf Zaldan Siswa ini dikategorikan berprestasi karena berdasarkan data yang ada telah memenuhi delapan indikator ( 1,2,3,4,5,6,7 dan 8) berprestasi yang telah ditentukan peneliti. Delapan indikator tersebut adalah cara membuat jadwal dan pelaksanaannya, cara membaca buku, cara membuat catatan, cara mengikuti pelajaran, cara mengulangi pelajaran, cara melakukan konsentrasi, cara menghafal pelajaran, dan cara menempuh ujian. Dengan memenuhi semua indikator yang telahc ditentukan peneliti, berarti secara umum siswa ini mempunyai cara belajar yang baik, tekun, disiplin dan teratur. Pertama, selalu membuat jadwal belajar disetiap harinya. Ia tidak merasa terikat atau keberatan dengan jadwal yang dibuatnya sendiri. Dan melaksanakan jadwal belajar secara teratur ( continue ) tanpa
59
melanggar jadwal yang dibuatnya sendiri. Terkecuali ada alasan yang mendadak dan dapat menghambat kelangsungan jadwal belajar yang sedang berlangsung. Kedua, mempunyai cara atau trik membaca buku yang baik. Siswa ini sering membaca buku diperpustakaan. Sehingga pengetahuan yang didapatkanya lebih banyak dari pada teman lainya yang jarang ke perpustakaan. Ketiga, sering mencatat hal-hal penting atau kurang jelas dalam sebuah mata pelajaran ( materi ), dan kemudian menanyakan kepada guru. Kesulitan tersebut biasanya didapatkan dari penjelasan guru yang sulit difahami, dari buku-buku bacaan dan sebagainya. Lebih memilih ringkasan materi sebagai alternatif belajar. Karena dengan demikian tak perlu lagi membaca buku inti Keempat, selalu mempersiapkan segala alat-alat yang dibutuhkan dalam PBL ( Proses Belajar Mengajar ) di kelas, sebelum guru masuk ke dalam kelas. Ketika pelajaran dimulai selalu mengikuti pelajaran dengan baik. Mendengar penjelasan guru dengan penuh konsentrasi dan mencatat hal-hal penting yang perlu untuk dicatat. Kelima, selalu mengasah kemampuan sendiri dengan mengerjakan latihan soal-soal dan mengulang segala materi pelajaran yang belum difahami pada malam harinya. Karena dengan mengulangi pelajaran maka bahan pelajaran akan tetap tertanam dalam otak serta penjelasan yang diberikan oleh guru akan menjadi lebih jelas apabila kita mengulangi pelajaran sendiri. Keenam, dalam PBL selalu konsentrasi atau fokus terhadap materi yang disampaikan guru dan menyingkirkan segala pikiran yang tidak berhubungan dengan pelajaran. Ketujuh,
60
selalu menulis-nulis inti pelajaran di selembar atau secarik kertas untuk mempermudah menghafal dan menguasai materi pelajaran. Kedelapan, tidak measa ketakutan ketika hendak menghadapi ujian. Karena
telah
menyiapkan
segela
sesuatunya
jauh-jauh
hari
sebelumnya. Sehingga pikiran tetap rilek dan tak terbebani. 2. Muflihatul Fadhilah Siswa ini dikategorikan siswa berpestasi urutan kedua karena telah memenuhi tujuh indikator berprestasi (1,2,3,4,5,7 dan 8 ) yang sudah ditentukan peneliti. Dengan rincian cara belajar sebagai berikut : Pertama, selalu membuat jadwal belajar disetiap harinya. Tidak tidak merasa terikat atau keberatan terhadap jadwal yang dibuatnya sendiri. Dan melaksanakan jadwal belajar secara teratur ( continue ) atau tepat waktu tanpa melanggar jadwal yang dibuatnya sendiri. Terkecuali ada alasan yang mendadak dan dapat menghambat kelangsungan jadwal belajar yang sedang berlangsung. Kedua, untuk menambah wawasan, siswa ini sering membaca buku diperpustakaan. Ketiga, memilih ringkasan materi hasil sendiri sebagai alternatif belajar tanpa harus membaca buku inti untuk kedua kalinya. Dan selalu mencatat hal-hal yang kurang jelas, ambigu dan kemudian menanyakan kepada guru yang bersangkutan. Kelima,senang berlatih mengerjakan soal-soal latihan yang ada dibuku. Selalu mengulang kembali materi pelajaran pada malam hari. Dengan demikian maka materi pun akan mudah diingat dan dipelajari kembali. Keenam, untuk mempermudah menghafal dan memahami pelajaran yang disampaikan
61
guru dan lainya maka yang ia lakuakan adalah mencatat hal-hal penting ( mengenai pelajaran ) diatas kertas. Ketujuh, merasa biasabiasa
saja
ketika
hendak
menghadap
ujian.
Karena
seduah
mempersiapkan segala sesuatunya di jauh – jauh hari. Kekurangan dari cara belajar siswa ini adalah dia tidak memenuhi indikator keenam yakni cara melakukan konsentrasi, karena jarang berkonsentrasi diwaktu pelajaran, mungkin dalam pikiran siswa ini ada pikiran-pikiran atau masalah lain yang difikirkan diluar pelajaran. 3. Nimas Wulan Puspita Siswa ini masuk dalam kategori siswa berprestasi urutan ketiga, karena telah memenuhi tujuh indikaator angket (1,2,3,4,5,7 dan 8). Maing masing indikator telah dijelaskan diatas. Berikut rincian dari cara belajar siswa ini : Pertama, siswa ini menerapkan pembuatan dan penerapan jadwal dengan baik dan merasa tidak terikat atas jadwal yang dibuatnya sendiri. Jadwal yang sudah dibuat kemudian dilaksanakan dengan disiplin, karena bagaimanapun baiknya jadwal yang dibuat tidak akan berarti bila tidak dikerjakan. Kedua, untuk menambah pengetahuan yang didapatnya dari kelas, siswa ini selalu membaca buku diperpustakaan. Ia selalu menyempatkan waktu luang untuk membaca buku diperpustakaan dengan rajin dan continue. Ketiga, selalu mencatat hal-hal penting
yang kurang dimengerti, kemudian
ditanyakan kepada guru. Keempat, siswa ini selalu mempersiapkan perlengkapan tulis dan lembar catatan untuk keperluan mengikuti dan
62
mencatat pelajaran sebelum pelajaran dimulai serta menanyakan materi yang tidak dipahami kepada guru dan tidak merasa takut dianggap bodoh oleh guru. Kelima, selalu mengasah kemampuan sendiri dengan mengerjakan latihan soal-soal dan mengulang segala materi pelajaran yang belum difahami pada malam harinya. Karena dengan mengulangi pelajaran maka bahan pelajaran akan tetap tertanam dalam otak serta penjelasan yang diberikan oleh guru akan menjadi lebih jelas apabila kita mengulangi pelajaran sendiri. Keenam, selalu menulis-nulis inti pelajaran di selembar atau secarik kertas untuk mempermudah menghafal dan menguasai materi pelajaran. Ketujuh, tenang ketika akan menghadapi ujian. Diusahakan agar tidak down, dikarenakan sudah mempersiapkan segala sesuatunya jauh-jauh hari sebelum ujian dimulai. Kekurangan dari cara belajar siswa ini adalah dia tidak memenuhi indikator keenam yakni cara melakukan konsentrasi, karena jarang berkonsentrasi diwaktu pelajaran, mungkin dalam pikiran siswa ini ada pikiran-pikiran atau masalah lain yang difikirkan diluar pelajaran. Mengenai cara mengulangi pelajaran, mungkin siswa ini merasa hanya dengan mengerjakan latihan-latihan soal saja sudah cukup untuk mengulang materi yang telah disampaikan oleh guru, sehingga jarang melakukan pengulangan pelajaran pada tiap malam hari di setiap harinya.
63
b. Cara Belajar Siswa Kurang Berprestasi Dari pengelolahan data yang ada, pada akhirnya dapat dijelaskan sebagai berikut yaitu tiga siswa yang masuk dalam kategori kurang berprestasi, tentunya tetap disesuaikan dengan kriteria yang telah peneliti tetapkan pada indikator penilaian cara belajar siswa kurang berprestasi. Berikut adalah penjelasan mengenai cara belajar siswa kurang berprestasi : 1. Anas Ibnu I Siswa ini dikategorikan kurang berprestasi karena hanya memenuhi tiga indikator ( 4,7 dan 8 ) dari delapan indikator cara belajar siswa berprestasi. Dapat dijelaskan bahwa siswa ini memiliki cara belajar yang kurang baik dan tidak disiplin. Pertama, tidak membuat jadwal belajar harian secara terstruktur. Sehingga secara tidak langsung ia merasa tertekan dengan cara belajarnya sendiri.Kedua, siswa ini merasa sudah cukup dengan pengetahuan yang didapatnya di kelas. Tidak ada kemauan untuk menambah pengetahuan dengan pergi ke perpustakaan. Ketiga, siswa ini lebih suka belajar dengan cara apa adanya. Seperti membaca buku pelajaran yang bertumpuk-tumpuk, tanpa membuat ringkasan singkat tentang materi yang sedang dipelajari. Sehingga cara ini secara tidak langsung mempersulit cara belajar yang diterapkanya.
Keempat,
menyiapkan
segala
hal-hal
yang
dibutuhkan sebelum guru masuk ke dalam kelas. Seperti menyiapkan alat-alat tulis, buku lks dan lain-lain. Mendengarkan
64
materi yang sedang dijelaskan guru secara seksama atau serius. Kelima, siswa ini mempelajari kembali pelajaran yang sudah diperoleh saat dikelas pada malam harinya jika ia sedang menginginkannya. Jadi dapat disimpulkan bahwa siswa hanya belajar pada waktu-waktu tertentu saja. Keenam,tidak pernah berlatih mengerjakan soal-soal latihan secara pribadi. Hanya mengerjakan soal-soal ketika disuruh guru semata. Ketujuh, mencatat materi inti dari masing-masing mata pelajaran di sebuah kertas atau lainya. Tujuanya untuk memudahkan menghafal materi-materi yang telah diajarkan.Ketujuh, merasa gugup ketika hendak menjelang ujian. Sebenarnya siswa ini telah membuat persiapan jauh hari sebelum ujian dimulai. 2. Devina Halla M Siswa ini dikategorikan kurang berprestasi karena hanya memenuhi 3 indikator penilaian ( indikator 5 dan 7 ) tentang cara belajar siswa berprestasi. Dapat dijelaskan bahwa siswa ini melaksanakan cara belajar yang tidak teratur dan tidak disiplin. Pertama, siswa ini tidak membuat jadwal belajar, ia akan belajar ketika ada tugas atau saat ada ujian. Kedua, siswa ini jarang membaca buku dan pergi ke perpustakaan. Ketiga,tidak pernah mencatat hal-hal penting yang disampaikan guru dalam kelas. Keempat, tidak serius ketika mendengarkan materi yang dijelaskan guru atau tidak konsentrasi dalam pembelajaran. Kelima, siswa ini mempelajari kembali pelajaran yang sudah diperoleh saat dikelas
65
pada malam harinya jika ia sedang menginginkannya. Keenam, siswa ini jarang membuat catatan hal-hal penting dari penjelasan yang disampaikan gurunya dan ia juga jarang membaca buku-buku pelajaran.Ketujuh,
kurang
konsentrasi
dalam
PBL
karena
terfikirkan masalah-masalah yang ada diluar pelajaran. Merasa takut
dan
gugup
ketika
menjelang
ujian.
Karena
tidak
mempersiapkan segala sesuatunya jauh hari sebelum ujian dimulai. Ketika ujian akan dimulai, siswa ini lebih sering menggunakan cara belajar sks ( sistem kebut semalam ). 3. El Yana Bahagianto Siswa ini dikategorikan berprestasi karena hanya memenuhi 3 indikator penilaian ( indikator 4,5 dan 6 ) tentang cara belajar siswa berprestasi Dapat dijelaskan bahwa siswa ini melaksanakan cara belajar yang tidak disiplin dan tidak teratur. Pertama, siswa ini tidak membuat jadwal belajar karena hal tersebut akan membuatnya menjadi tertekan. Kedua, jarang membaca buku pelajaran baik di rumahdiperpustakaan. Ketiga, siswa ini tidak berusaha menanyakan hal-hal tentang pelajaran yang belum ia mengerti dari penjelasan yang disampaikan guru saat proses pembelajaran. Dan tidak pernah membuat catatan atau ringkasan untuk memudahkan dalam belajar. Keempat, saat guru sedangkan menjelskan siswa ini mendengarkan dan meperhatikan tapi tidak mancatatnya.
Kelima,
siswa
ini
tidak
berusaha
latihan
mengerjakan soal-soal yang ada dibuku dan sebagai persiapan
66
untuk menghadapi ujian.
Keenam, berkonsentrasi dalam
mendengarkan materi pelajaran yang disampaikan guru serta mencatat hal-hal penting yang perlu untuk dicatat. Ketujuh, tidak perlu menghafal materi pelajaran, yang terpenting membaca buku secara teratur. Dan tidak pernah membuat catatan-catatan kecil di kertas untuk mempermudah menghafal materi pelajaran yang ada. Kedelapan, merasa takut dan gugup menjelang ujian. Hal tersebut dilatar belakangi tidak adanya kesiapan mental yang matang jauh hari sebelum ujian. c. Perbedaan Cara Belajar Siswa Berprestasi dan Kurang Berprestasi Siswa dikatakan berprestasi jika memenuhi sebanyak mungkin dari delapan indikator cara belajar siswa berprestasi, yaitu seperti cara membuat jadwal dan pelaksannannya, cara membuka buku, cara membuat catatan, cara mengikuti pelajaran, cara mengulangi pelajaan, cara melakukan konsentrasi, cara menghafal pelajaran, dan cara menempuh ujian. Jadi perbandingan secara umum antara siswa yang berprestasi dan kurang berprestasi menurut peneliti adalah siswa yang berprestasi lebih banyak menjawab kriteria-kriteria cara belajar yang telah ditentukan oleh peneliti. Sedangkan siswa yang kurang berprestasi lebih sedikit jawaban yang sesuai dengan indikator cara belajar yang telah ditentukan oleh peneliti. Selain dari itu perbandingan juga dapat dilihat dari cara belajar mereka. Siswa yang berprestasi lebih cenderung mempunyai cara belajar yang baik dan disiplin. Untuk siswa yang
67
kurang berprestasi lebih dominan mempunyai cara belajar yang kurang disiplin. Meskipun cara belajar yang baik tidak menjamin akan menghasilkan prestasi yang optimal. Namun sekiranya dengan memiliki cara belajar yang baik dapat meminimalisir hal-hal yang tak diinginkan.
68
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di SMP Negeri 32 Surabaya kelas VII C, dapat diambil kesimpulan bahwa, cara belajar siswa menentukan prestasi atau hasil belajar. Sebagian besar siswa berprestasi memiliki cara belajar yang dapat dibilang sempurna, yaitu dengan memenuhi kriteria yang diberi oleh peneliti. Sedangkan siswa yang kurang berprestasi lebih dominan memiliki cara belajar yang kurang disiplin. Siswa yang berprestasi tentunya akan lebih mudah dalam menerima materi pelajaran. Karena sebagian besar dari mereka telah berhasil memenuhi indikator cara belajar yang ditentukan peneliti. Siswa yang mempunyai cara belajar yang baik, teratur dan disiplin akan menghasilkan prestasi belajar yang memuaskan dan begitu juga sebaliknya. Jadi cara belajar siswa berbanding lurus terhadap hasil belajar ataupun prestasi yang didapatkan. B. Saran Setiap individu mempunyai cara belajar yang berbeda-beda. Dari cara-cara belajar yang bervariasi tersebut secara langsung dapat berpengaruh terhadap hasil belajar yang didapatkan. Dan pada hakikatnya tidak ada siswa yang bodoh di dunia ini, khususnya dalam dunia pendidikan. Setiap individu mempunyai keahlian masing-masing yang mungkin dari sebagian besar mereka belum mengetahui bakat terpendam tersebut. Siswa yang ahli dalam bidang akademik, belum tentu ahli dalam bidang non akademik, seperti seni,
69
olahraga dan lain-lain. Dan juga apabila ada siswa yang berprestasi di setiap kelas sebaiknya pihak sekolah utamanya SMP Negeri 32 Surabaya dapat memberikan reward atau piagam penghargaan yang pantas. Siswa yang berprestasi mendapatkan jam belajar tambahan dalam mengasah keahlianya baik di bidang akademik atau non akademik. Karena selama ini pihak SMP Negeri 32 Surabaya masih kurang dalam memberikan penghargaan kepada siswanya yang berprstasi. Dengan begitu maka siswa yang berprestasi itu akan menjadi suatu kebanggaan tersendiri bagi sekolahnya. Selain itu peran orang tua harus dikedepankan dalam menentukan cara belajar yang baik bagi anakanaknya. Dengan demikian peran guru dan oran tua juga sangat berperan terhadap siswa dalam memperoleh hasil belajar yang optimal
70
DAFTAR PUSTAKA
Sudjana, N. 1997. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta. Purwanto, M. Ngalim. 2003. Psikologi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional: Balai Pustaka. Chatarina Tri Anni. 2004. Psikologi Belajar. Semarang: IKIP Press . Hamalik, Oemar. 2001. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Arifin, Zainal. 1990. Evaluasi Instruksional Prinsip Teknik Prosedur. Bandung: Remaja Rosdakarya. Syah, Muhibbin. 2005. Psikologi Belajar, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999, Cet. Ke-2. Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan dan Perspektif Islam, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Anita Sri, dkk.2008.Strategi Pembelajaran. Jakarta. Universitas Terbuka. Abdurrahman. 2008. Belajar dan Pembelajaran. Bandung. Alfabeta. Harahap, Nasrun, dkk. 2000. Teknik Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: Bulan Bintang.
71
Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara Kartadinata, Sunaryo, dkk. 2002. Bimbingan Di Sekolah dasar. Bandung; CV.Maulana. Nasution, Noehi, dkk 1992. Psikologi pendidikan.Jakarta: Dikti Depdikbud Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sumiati dan Asra, M, 2009. Metode Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima Suryabrata, Sumadi. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Grafindo Perkasa Rajawali. Syaiful Bahri Djamarah. 2002. Rahasia Sukses Belajar. Jakarta. Rineka Cipta. The Liang Gie. 1987. Cara Belajar Yang Efisisen. Yogyakarya: Liberty.Tim Tetap Penulis : Universitas Negeri Malang. The Liang Gie. 1998. Cara Belajar Yang Efisien. Yogyakarta. Pusat Kemajuan Studi.
72