PANDUAN ICRA RS PUSPA HUSADA
TIM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT RUMAH SAKIT PUSPA HUSADA 2018
BAB I DEFINISI PENILAIAN RISIKO ( RISK ASSESSMENT )
A.
Pengertian
Risiko adalah adalah bahaya, akibat atau atau konsekuensi yang dapat terjadi akibat sebuah sebuah proses yang sedang berlangsung atau kejadian yang akan datang. Dalam bidang asuransi, risiko dapat diartikan sebagai suatu keadaan ketidakpastian, di mana jika terjadi suatu keadaan yang tidak dikehendaki dapat menimbulkan suatu kerugian. Risiko Adalah potensi terjadinya kerugian yang dapat ditimbulkan dari proses kegiatan saat sekarang atau kejadian dimasa datang Suatu proses penilaian untuk menguji sebuah proses secara rinci dan berurutan, baik kejadian yang aktual maupun yang potensial berisiko ataupun kegagalan dan suatu yang rentan melalui proses yang logis, dengan dengan memprioritaskan memprioritaskan area yang akan akan di perbaiki perbaiki berdasarkan dampak yang akan di timbulkan baik aktual maupun potensial dari suatu proses perawatan, pengobatan ataupun service yang diberikan. Proses untuk membantu organisasi menilai tentang luasnya risiko yg dihadapi, kemampuan mengontrol frekuensi dan dampak risiko. Harus dilakukan dilakukan oleh seluruh staf dan semua pihak pihak yg terlibat termasuk Pasien dan Publik dapat dapat terlibat bila memungkinkan ICRA adalah proses multidisiplin yang berfokus pada pengurangan infeksi, pendokumentasian pendokumentasian bahwa dengan mempertimbangkan populasi populasi pasien, fasilitas dan program yang berfokus pada : • Pengurangan Pengurangan risiko infeksi, • Tahapan perencanaan perencanaan fasilitas, desain, desain, konstruksi, konstruksi, Renovasi, pemeliharaan fasilitas, dan dan • Pengetahuan tentang infeksi, infeksi, agen infeksi, dan lingkungan perawatan, yang memungkinkan organisasi untuk mengantisipasi dampak potensial.
BAB II RUANG LINGKUP PENILAIAN RISIKO
A.
Menentukan Risiko atau Sasaran
Setiap kegiatan yang dilakukan berdampak atau berisiko menimbulkan penularan infeksi ke pasien, antar pasien, ke petugas, atau antar petugas serta lingkungan. Oleh karena itu penilaian risiko infeksi ( i nfection control risk assessment ) dilakukan pada : a. Seluruh fasilitas rumah sakit ( facility wide ), contohnya pengadaan fasilitas kebersihan tangan. b. Instalasi atau bangsal perawatan ( ward or department based ) , contohnya area penyiapan makanan, linen kamar operasi, area kamar operasi, CSSD c. Individu / perseorangan ( Individual ), contohnya Infeksi saluran Kemih pada pasien yang menggunakan kateter B.
Menyusun Daftar Risiko ( Risk Register )
C.
Penentuan Skor
Dalam menentukan skor dan tingkat risiko, digunakan quantitative risk assessment tool yang terdiri dari kemungkinan terjadinya ( probability ), dampak yang ditimbulkan ( severity ), potensial perubahan yang diharapkan ( potensial respons required ) serta kesiapan organisasi / rumah sakit ( organizational preparedness ), seperti penjelasan di bawah ini : 1.
Kemungkinan terjadinya ( probability ):
a.
Tinggi (Score 4):
Kekerapan hampir pasti / sangat mungkin akan terjadi /hampir dipastikan akan terjadi pada semua kesempatan. Terjadi beberapa kali dalam sehari/ minimal sekali dalam sehari ( ≥1x/ hr ) b.
Sedang (Score 3):
Mungkin akan terjadi atau bukan sesuatu hal yang aneh untuk terjadi ( 50 – 50 kesempatan) Terjadi seminggu sekali atau antara seminggu sampai sebulan (1x/ minggu - ≥1x/ bulan )
c.
Rendah ( Score 2):
Kecil kemungkinannya untuk terjadi / sesuatu yang kebetulan . Terjadi beberapa kali dalam setahun atau minimal terjadi sekali dalam setahun ( . ≥1x/ tahun ) d.
Tidak ada (Score 1):
Belum pernah terjadi sebelumnya di manapun / merupakan sesuatu yang tidak mungkin untuk terjadi. 2.
Dampak / potensial keparahan ( severity )
a.
Ancaman hidup ( Score 4):
Insiden infeksi, ketidak patuhan serta masalah keterbatasan fasilitas mengakibatkan: •
Disaster / bencana
•
Kematian
•
Menyebabkan penyakit yang bersifat komunitas/endemik pada karyawan atau pasien
•
Menyebabkan terhambatnya pelayanan hingga lebih dari 1 hari
•
Sebagian proses berhenti
•
Kerugian keuangan berat – sangat berat.
b.
Cacat permanen / kehilangan fungsi tubuh (Score 3):
Insiden infeksi, ketidak patuhan serta masalah keterbatasan fasilitas mengakibatkan : •
Memperberat atau menambah penyakit pada beberapa pasien atau karyawan
• Menyebabkan penyakit yang bersifat permanen atau kronis (HIV / AIDS, hepatitis, keganasan, tuli, gangguan fungsi organ menetap). •
Menyebabkan cidera serius seperti cacat atau kehilangan anggota tubuh permanen
•
Menyebabkan terhambatnya pelayanan lebih dari 30 menit hingga 1 hari
•
Perawatan sangat serius / prolonged length of stay
•
Kerugian keuangan sedang – berat.
c.
Cacat sementara (Score 2):
Insiden infeksi, ketidak patuhan serta masalah keterbatasan fasilitas mengakibatkan : • Menyebabkan kecacatan dalam kurun waktu tertentu atau penyakit yang memerlukan perawatan medis lebih dari 7 hari dan dapat disembuhkan. •
Menyebabkan terhambatnya pelayanan kurang dari 30 menit
•
Kerugian keuangan ringan - sedang
d.
Tidak ada ( Score 1):
Insiden infeksi, ketidak patuhan serta masalah keterbatasan fasilitas tidak mengakibatkan dampak yang fatal , seperti : •
Cidera tidak serius seperti lecet, luka kecil yang hanya perlu penanganan P3K
•
Kerugian keuangan sangat ringan
3.
Potensial tanggapan yang dibutuhkan ( perubahan dalam perawatan, perlakuan )
a.
Tinggi ( Score 4):
Bila kejadian infeksi ataupun masalah sangat sulit untuk ditangani, memerlukan tanggapan atau respon segera ,memerlukan perhatian sampai ke tingkat direktur ( top managemen). Masalah memerlukan investigasi dan kajian secara detail ( RCA ). b.
Sedang ( Score 3):
Bila kejadian infeksi ataupun masalah perlu ditangani segera serta membutuhkan tanggapan dari middle - top mangemen dan perlu mendapat pengawasan/monitoring. Masalah memerlukan investigasi sederhana. c.
Rendah ( Score 2):
Bila kejadian infeksi ataupun masalah memerlukan tindaklanjut, dengan melakukan investigasi sederhana dan penanganannya cukup dengan melaksanakan prosedur rutin. d.
Tidak perlu ( Score 1):
Bila kejadian infeksi atau masalah dapat dengan mudah ditangani, dan ditindaklanjuti serta tingkat keberhasilannya tinggi.
4.
Kesiapan rumah sakit / unit.
a.
Rendah (3):
Rumah Sakit tidak/belum memiliki standar (SPO), pedoman atau kebijakan tentang penatalaksanaan pencegahan dan pengendalin infeksi serta tidak ada prasarana pendukung untuk menerapkan pencegahan dan pengendalian infeksi. b.
Sedang (2):
Rumah sakit memilki standar (SPO), pedoman atau kebijakan tentang penatalaksanaan pencegahan dan pengendalian infeksi, tetapi tidak/ belum disosialisasikan, tidak/ belum diterapkan di tiap-tiap unit, atau ada prasarana pendukung tetapi tidak lengkap. c.
Baik (1):
Rumah Sakit telah memiliki standar (SPO), pedoman atau kebijakan tentang penatalaksanaan pencegahan dan pengendalin infeksi, prasarana pendukung yang memadai dan ada dukungan dari menejemen rumah sakit (direktur).
D.
Menetukan Prioritas Masalah
Daftar risiko di atas merupakan acuan dalam menyusun fokus program PPI tahunan, berdasarkan tinggi rendahnya skor.
E.
Analisa Risiko
Berdasarkan beberapa hasil penilaian risiko infeksi di atas, maka dapat dilakukan analisa sebagai berikut : 1.
Sumber Daya Manusia (Man)
Kegiatan PPI di RS PUSPA HUSADA selama tahun 2018 dikelola oleh TIM PPI dengan pelaksana harian adalah 1 orang perawat PPI (IPCN) yang purna waktu, sesuai dengan Kebijakan Kementerian Kesehatan tentang Pedoman Menejerial PPI di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya yaitu setiap 100-150 tempat tidur harus memiliki 1 orang IPCN.
Mengingat cakupan kegiatan PPI yang sangat luas mencakup hampir seluruh kegiatan yang berhubungan dengan pelayanan dan perawatan pasien di rumah sakit, sehingga perlu dilakukan focus program berdasarkan prioritas risiko yang ditetapkan oleh TIM PPI RS PUSPA HUSADA. Peran tenaga IPCLN yang ada di setiap unit yang telah mendapat pelatihan PPI dasar belum maksimal karena IPCLN juga harus mengerjakan tugas utamanya dalam mengelola pasien di unitnya masing-masing. Diharapkan IPCLN berkoordinasi dengan Kepala Ruangan dan bekerja sama dengan IPCN dalam pelaksanaan program PPI di setiap unit. Pada staf RS PUSPA HUSADA telah dilakukan pelatihan PPI (inhouse training) yang diselenggarakan oleh diklat RS PUSPA HUSADA setiap tahunnya, namun dalam praktek sehari – hari kepatuhan staf dalam mengaplikasikan kewaspadaan standar masih belum optimal karena ketidak tahuan ataupun ketidakmauan staf. Sehingga memerlukan monitoring dan evaluasi yang berkesinambungan dari petugas IPCN. Petugas kebersihan (CS) juga perlu mendapat pelatihan lebih intensive tentang pembersihan lingkungan dan alat serta monitoring secara berkesinambungan, untuk menekan laju transmisi kuman MDRO terutama di area beresiko tinggi seperti ICU, bangsal perawatan dan kamar operasi.
2.
Kebijakan dan prosedur (Method)
Kebijakan dan prosedur yang terkait tentang PPI sudah ada dan beberapa diantaranya perlu mendapat revisi atau dibuatkan yang baru sesuai dengan permasalahan yang dihadapi, seperti SPO surveilans HAIs, pemantauan alat single use reuse, pemantauan bundle HAIs, managemen data, dll. Serta perlu diadakan sosialisasi tentang SPO tersebut. Program surveilans perlu dilakukan revisi pada bagian difinisi operasional untuk lebih mempertajam data yang akan diperoleh sehingga menggambarkan mutu pelayanan yang sesungguhnya. Kegiatan audit, edukasi perlu ditingkatkan lagi agar data yang diperoleh lebih aktual dan tajam, serta unit yang terkait mendapatkan sosialisasi tentang hasil kegiatan tersebut. Kebijakan yang mengatur tentang renovasi dan rekonstruksi bangunan di area RS PUSPA HUSADA juga perlu disosialisasikan ulang kepada vendor ataupun pihak ketiga yang melakukan kegiatan yang berhubungan dengan pemeliharaan gedung , renovasi ataupun rekonsturksi bangunan.
3.
Alat dan peralatan (Materials)
Peralatan yang digunakan untuk lebih mendekatkan program PPI kepada petugas, pasien dan pengunjung seperti leaflet, poster, spanduk, atau text reading sudah ada tetapi perlu diperbanyak dan penempatannya disesuaikan dengan kebutuhan. Namun peralatan yang mendukung pelayanan pasien dan berhubungan dengan pengendalian infeksi seperti set rawat luka, instrument bedah serta alat pendukung kebersihan perlu ditambah jumlah dan jenisnya. 4.
Sumber daya Keuangan (Money)
Cakupan kegiatan PPI tahun 2018 telah dibuat dalam RAB (Rencana Anggaran Biaya) rumah sakit untuk mendukung kegiatan PPI seperti sarana kebersihan tangan, alat pelindung diri, edukasi staf dan pelatihan IPCN serta kegiatan lainnya.
5.
Mesin (Machine)
Kebutuhan mesin untuk mendukung pengendalian infeksi seperti mesin ventilator, mesin washer dan dryer untuk di CSSD juga diperlukan. Termasuk pula penambahan fasilitas pendukung ventilasi udara di kamar operasi gawat darurat.
F.
Kesimpulan
1. Penyusunan Program PPI RS didasarkan pada pengkajian risiko infeksi yang dilakukan pada akhir tahun 2018 , dengan acuan masalah yang didapatkan pada tahun 2018 2. Setiap risiko infeksi harus dilakukan pengkajian, analisa dan tindak lanjut dengan sebaik baiknya untuk mencegah penularan infeksi. 3. Pengkajian risiko infeksi RS menetapkan kejadian infeksi kuman multi drug resisten (MDR) sebagai masalah paling prioritas untuk segera ditangani dibandingkan risiko lainnya. 4. Melihat dampak dari permasalahan atau risiko yang ada , maka dukungan dari managemen rumah sakit sangat dibutuhkan demi berjalannya program pencegahan dan pengendalian infeksi di tahun 2018 dan tahun mendatang.
BAB III TATALAKSANA PENILAIAN RISIKO INFEKSI
A.
Penilaian Risiko Infeksi HAIs
Suatu proses penilaian untuk menguji sebuah proses secara rinci dan berurutan, baik kejadian yang aktual maupun yang potensial berisiko ataupun kegagalan dan suatu yang rentan melalui proses yang logis, dengan memprioritaskan area yang akan di perbaiki berdasarkan dampak yang akan di timbulkan baik aktual maupun potensial dari suatu proses perawatan, pengobatan ataupun service yang diberikan. Proses untuk membantu organisasi menilai tentang luasnya risiko yg dihadapi, kemampuan mengontrol frekuensi dan dampak risiko.” Harus dilakukan oleh seluruh staf dan semua pihak yg terlibat termasuk Pasien dan Publik dapat terlibat bila memungkinkan Untuk mencegah dan mengurangi risiko terjadinya HAIs pada pasien, petugas dan pengunjung di rumah sakit dengan cara : 1. Mencegah dan mengontrol frekuensi dan dampak risiko terhadap : a. Paparan kuman patogen melalui petugas, pasien dan pengunjung b. Penularan melalui tindakan /prosedur invasif yang dilakukan baik melalui peralatan, tehnik pemasangan, ataupun perawatan terhadap risiko infeksi (HAIs). 2. Melakukan penilaian terhadap masalah yang ada agar dapat ditindak lanjuti berdasarkan hasil penilaian skala prioritas Infection Control Program Risk Assesment External Terkait dengan komunitas Terkait dengan bencana
Persyaratan peraturan dan akreditasi Internal Terkait pasien Terkait petugas Terkait prosedur Peralatan Lingkungan Pengobatan Sumber daya Risiko External Bencana alam : tornado, banjir, gempa, dll Kecelakaan massal : pesawat, bus, dll Kejadian KLB dikomunitas yg berhubungan dengan penyakit menular : 1.
Influenza, meningitis
2. Penyakit lain yg berhubungan dengan kontaminasi pada makanan, air seperti hep A dan salmonella Risiko Internal 1. Pasien a. Karakteristik pasien Perempuan, anak-anak Perawatan akut pada pasien dewasa Populasi kebutuhan khusus Perawatan jangka panjang Rehabilitasi
b. Usia pasien : - Anak-anak, dewasa dan lansia *
status imunologi
*
penyakit yg berhubungan dengan isu-isu gaya hidup
* manula yang sakit cendrung akan mengalami perubahan pola pikir dan kemudian sakitsakitan 2. Risiko terkait peralatan Pembersihan, desinfektan dan sterilisasi untuk proses peralatan :
Instrumen bedah
Prostesa
Pemrosesan alat sekali pakai
Pembungkusan kembali alat
Peralatan yang dipakai
3. Risiko terhadap petugas kesehatan
Kebiasaan kesehatan perorangan.
Budaya keyakinan tentang penyakit menular
Pemahaman tentang pencegahan dan penularan penyakit
Tingkat kepatuhan dalam mencegah infeksi (HH, pemakaian APD,
penanganan peralatan pasien, tehnik isolasi, dll)
Skrening yg tidak adekuat terhadap penyakit menular
Kejadian Needle Stick Injury
PENILAIAN PROBABILITAS/FREKUENSI
TINGKAT RIsK
Deskripsi
Frekuensi kejadian
0
Never
Tidak pernah
1
Rare
Jarang (Frekuensi 12 x/tahun)
2
Maybe
Kadang (Frekuensi 3-4 x/tahun )
3
likely
Agak sering Frekuensi x/tahun )
4
Expect it
Sering ( Frekuensi > 6 - 12 x/tahun )
( 4-6
PENILAIAN DAMPAK RISIKO
TINGKAT RIKS
Deskripsi
Dampak
1
Minimal clinical
Tidak ada cedera
2
Moderate clinical
•
Cedera ringan , mis luka lecet
•
Dapat diatasi dng P3K
3
Prolonged length of stay
•
•
•
4
Temporer loss of function
•
•
5
Katatropik
Cedera sedang, mis : luka robek Berkurangnya fungsi motorik/sensorik/psikologis atau intelektual (reversibel ). Tdk berhubungan dg penyakit Setiap kasus yg meperpanjang perawatan Cedera luas/berat, mis : cacat, lumpuh Kehilangan fungsi motorik/sensorik/ psikologis atau intelektual (irreversibel), tdk berhubungan dng penyakit
Kematian yg tdk berhubungan dg perjalanan penyakit
Sistem yang ada TK RISK
Deskripsi
Kegiatan
1
Solid
Peraturan ada, fasilitas ada, dilaksanakan
2
Good
Peraturan ada, fasilitas ada, tidak selalu dilaksanakan
3
Fair
Peraturan ada, dilaksanakan
4
Poor
Peraturan yang ada, fasilitas tidak ada, tidak dilaksanakan
5
None
Tidak ada peraturan
fasilitas
ada,
tidak
SKOR : Nilai Probabilitas X Nilai Risiko/Dampak X Nilai Sistem yang ada
Untuk kasus yang membutuhkan penanganan segera Tindakan sesuai Tingkat & Band Risiko LEVEL/BANDS
TINDAKAN
EKSTREM
Risiko ekstrem, dilakukan RCA paling lama 45 hari, membutuhkan tindakan segera, perhatian sampai ke Direktur RS : perlu pengkajian yang sangat dalam
(SANGAT TINGGI)
HIGH (TINGGI)
MODERATE (SEDANG)
LOW (RENDAH)
Risiko tinggi, dilakukan RCA paling lama 45 hari, kaji dng detail & perlu tindakan segera, serta membutuhkan tindakan top manajemen : perlu penanganan segera Risiko sedang dilakukan investigasi sederhana paling lama 2 minggu. Manajer/pimpinan klinis sebaiknnya menilai dampak terhadap bahaya & kelola risiko : menggunakan monitoring / audit spesifik Risiko rendah dilakukan investigasi sederhana paling lama 1 minggu diselesaikan dng prosedur rutin
B.
Penilaian Risiko (ICRA) Rekonstruksi Bangunan
adalah penilaian yang dilakukan terhadap kontrol infeksi oleh komite PPI bila adarencana perbaikan, renovasi, dan pembangunan baru ataupembangunan kembali bangunan yang ada di rumah sakit, yangmemungkinkan terjadinya infeksi bagi pasien, bekerja dan orangyang beraktivitas di rumah sakit. Rekomendasi dari komite PPIsangat diperlukan untuk mencegah terjadinya infeksi akibat LANGKAH 1 Tipe kegiatan renovasi Tipe A
PEMERIKSAAN DAN KEGIATAN PEMELIHARAAN UMUM Termasuk namun tidak terbatas pada: •
Pengangkatan plafon untuk inspeksi visual ( terbatas untuk 1 ubin per 5m 2);
•
pengecatan (tetapi bukan pengamplasan);
•
Instalansi penutup dinding
•
Pekerjaan listrik; Pekerjaan pipa saluran air yang ringan;
• Kegiatan apa saja yang tidak menghasilkan debu atau perlu memotong dinding atau akses ke langit-langit, selain untuk pemeriksaan visual. Tipe B
SKALA KECIL, KEGIATAN JANGKA PENDEK, YANG MENGHASILKAN DEBU SEDIKIT Termasuk, tetapi tidak terbatas pada, instalasi pemasangan kabel telepon dan komputer, akses ke ruang chase, memotong dinding atau langit-langit di mana migrasi debu dapat dikendalikan.
Tipe C
KERJA APAPUN YANG MENGHASILKAN DEBU SEDANG ATAU TINGKAT TINGGI Termasuk, tetapi tidak terbatas pada: •
Pembongkaran atau pengangkatan komponen bangunan built-in atau rakitan,
•
Pengamplasan dinding untuk mengecat atau memasang lapisan dinding,
•
Pengangkatan lapisan lantai/ wallpaper , plafon, dan casework
•
Konstruksi dinding baru,
Tipe D
•
Pekerjaan ringan saluran dan listrik di plafon
•
Kegiatan perkabelan yang banyak.
PENGHANCURAN BESAR DAN PROYEK KONSTRUKSI Termasuk, tetapi tidak terbatas pada, penghancuran berat, penghapusan sistem plafon yang lengkap, dan konstruksi baru.
LANGKAH 2 IDENTIFIKASI PENGENDALIAN RISIKO INFEKSI BERDASARKAN LOKASI KELOMPOK 1
KELOMPOK 2
KELOMPOK 3
KELOMPOK 4
RENDAH
SEDANG
SEDANG TINGGI
TINGGI
- UGD
- Unit Onkologi
- Radiology
- Terapi Radiasi
- Recovery Rooms
- Area klinis
- Ruang Maternitas / VK
- Chemo Infusion
- Area kantor
- Perawatan pasien dan tidak tercakup dalam Grup - Tanpa pasien/ 3 atau 4 area resiko rendah yang - Laundry tidak terdaftar - Cafeteria dimanapun - Dietary - Manajemen Material
- High Dependency Unit
- PT/OT/Speech
- Kamar bayi
-Penerimaan/Pemulangan
- Pediatrik
- MRI
- Lab Microbiologi
- Obat-obatan nuklir
- Unit sub-akut jangka panjang
- Echocardiography Laboratorium tidak spesifik seperti Grup 3
- Farmasi - Dialisis
- Koridor Umum (yang - Endoskopi dilewati pasien, suplai, -Area dan linen) Bronchoskopi
- Transplant - Pharmacy Admixture Ruang bersih - Kamar Operasi - Departemen Proses Sterilisasi - Kateterisasi Jantung Kamar prosedur invasif pasien rawat jalan - Area Anastessi pompa jantung
&
- Newborn Intensive Care Unit (NICU)
- Semua Intensive Care Unit
LANGKAH 3 MATRIKS AKTIFITAS KONSTRUKSI LEVEL RESIKO AKTIFITAS TIPE A KONSTRUKSI
TIPE B
TIPE C
TIPE D
GRUP 1
Kelas I
Kelas II
Kelas II
Kelas III/IV
GRUP 2
Kelas I
Kelas II
Kelas II
Kelas IV
GRUP 3
Kelas I
Kelas II
Kelas III/IV
Kelas IV
GRUP 4
Kelas II
Kelas III/IV
Kelas III/IV
Kelas IV
LANGKAH 4 PEDOMAN PENCEGAHAN DARI INFEKSI KONTROL KELAS I
•
Melaksanakan pekerjaan dengan metode yang meminimalkan debu dari lokasi konstruksi.
•
Mengganti plafon yang dilepaskan untuk inspeksi visual sesegera mungkin.
KELAS II
Menyediakan sarana aktif untuk mencegah debu terbang ke dalam atmosfer.
Segel pintu yang tidak terpakai dengan lakban.
Tempatkan sampah konstruksi dalam wadah yang tertutup rapat sebelum dipindahkan.
Pel basah dan/atau vakum dengan alat vacuum dengan filter HEPA.
Tempatkan keset di pintu masuk dan keluar dari area kerja, dan diganti atau dibersihkan ketika sudah tidak efektif.
Isolasi sistem HVAC pada lokasi tempat berlangsungnya pekerjaan.
Pembersihan area kerja dan permukaan horizontal pada penyelesaian proyek.
KELAS III
•
Isolasi sistem HVAC pada lokasi tempat berlangsungnya pekerjaan untuk mencegah kontaminasi sistem saluran.
•
Lengkapi semua barier konstruksi sebelum konstruksi dimulai.
•
Pertahankan tekanan udara negatif di lokasi kerja menggunakan unit ventilasi dengan filter HEPA atau metode lain untuk mempertahankan tekanan negatif. Keamanan publik akan memonitor tekanan udara.
•
Jangan menghilangkan barier dari area kerja sampai proyek selesai dibersihkan secara menyeluruh.
•
Pel basah atau vakum dua kali per 8 jam pada kegiatan konstruksi, atau sebagaimana diharuskan untuk meminimalkan pelacakan.
•
Buang material barier dengan hati-hati untuk meminimalkan penyebaran kotoran dan debris yang terkait dengan konstruksi. Material barier harus diseka basah, divacum dengan HEPA atau disemprot air sebelum dibuang.
•
Tempatkan sampah konstruksi dalam wadah yang tertutup rapat sebelum dipindahkan
•
Tempatkan keset di pintu masuk dan keluar dari area kerja, dan diganti atau dibersihkan ketika sudah tidak efektif.
KELAS IV
•
Bersihkan area kerja dan permukaan horizontal pada penyelesaian proyek.
•
Isolasi sistem HVAC pada lokasi tempat berlangsungnya pekerjaan untuk mencegah kontaminasi sistem saluran.
•
Lengkapi semua barier konstruksi sebelum konstruksi dimulai.
•
Pertahankan tekanan udara negatif di lokasi kerja menggunakan unit ventilasi dengan filter HEPA atau metode lain untuk mempertahankan tekanan negatif. Keselamatan publik akan memonitor tekanan udara.
•
Segel lubang, pipa, saluran, atau tusukan untuk mencegah migrasi debu
•
Buat ruang serambi/anteroom dan pastikan semua personil untuk
melewati ruangan ini. Pel basah atau vacuum dengan HEPA setiap hari. •
Selama pembongkaran, untuk kerja yang menghasilkan debu atau pekerjaan di langit-langit, sepatu sekali pakai dan baju harus dipakai dan dibuang di Serambi/anteroom ketika meninggalkan area kerja.
•
Jangan menghilangkan barier dari area kerja sampai proyek selesai dibersihkan secara menyeluruh.
•
Buang material barier dengan hati-hati untuk meminimalkan penyebaran kotoran dan debris yang terkait dengan konstruksi
•
Material barier harus diseka, divacum dengan HEPA atau disemprot air sebelum dibuang.
•
Tempatkan sampah konstruksi dalam wadah yang tertutup rapat sebelum dipindahkan
•
Tempatkan keset di pintu masuk dan keluar dari area kerja, dan diganti atau dibersihkan ketika sudah tidak efektif.
•
Pertahankan lokasi kerja tetap bersih dengan menyapu dan membersihkan debris setiap hari.
•
Pel basah seluruh area keras dengan disinfektan setelah proyek selesai.
•
Vacuum seluruh area berkarpet dengan HEPA seletah proyek
•
Bersihkan area kerja dan permukaan horizontal pada penyelesaian
proyek.
FORMULIR PEMANTAUAN SELAMA RENOVASI / KONSTRUKSI BANGUNAN
Area Renovasi
:
Tanggal pemantauan :
KELAS III NO KEGIATAN 1
Mengisolasi sistem HVAC di area kerja untuk mencegah kontaminasi sistem saluran.
2
Siapkan pembatas area kerja atau terapkan metode kontrol kubus (menutup area kerja dengan plastik dan menyegel dengan vakum HEPA untuk menyedot debu keluar) sebelum konstruksi dimulai.
3
Menjaga tekanan udara negatif dalam tempat kerja dengan menggunakan unit penyaringan udara HEPA.
4
Letakkan limbah kontruksi dalam wadah yang tertutup rapat sebelum dibuang.
5
Tutup wadah atau gerobak transportasi limbah.
YA
TIDAK NA
KETERANGAN
KELAS IV NO KEGIATAN 1
Mengisolasi sistem HVAC di area kerja untuk mencegah kontaminasi sistem saluran.
2
Siapkan pembatas area kerja atau terapkan metode kontrol kubus (menutup area kerja dengan plastik dan menyegel dengan vakum HEPA untuk menyedot debu keluar) sebelum konstruksi dimulai.
3
Menjaga tekanan udara negatif dalam tempat kerja dengan menggunakan unit penyaringan udara HEPA.
4
Menyegel lubang, pipa, dan saluran.
5
Membuat anteroom dan mewajibkan semua personel untuk melewati ruangan ini sehingga mereka dapat disedot menggunakan vacuum cleaner HEPA sebelum meninggalkan tempat kerja atau mereka bisa memakai pakaian kerja yang lepas setiap kali mereka meninggalkan tempat kerja.
6
Semua personil memasuki tempat kerja diwajibkan untuk memakai penutup sepatu. Sepatu harus diganti setiap kali keluar dari area kerja.
YA
TIDAK NA
KETERANGAN
Petugas yang mengobservasi
(…………………………………….)
Izin Konstruksi Pengendalian Infeksi No Izin:
Lokasi Konstruksi:
Tanggal Mulai Proyek:
Koordinator Proyek:
Perkiraan Durasi:
Kontraktor Kerja
Tanggal Izin Kadaluarsa:
Supervisor:
Telepon:
YA
TIDAK
AKTIVITAS KONSTRUKSI
YA
TIDAK
KELOMPOK RISIKO PENGENDALIAN INFEKSI
TIPE A: Inspeksi, aktivitas noninvasif
KELOMPOK 1: Risiko Rendah
TIPE B: Skala kecil, durasi singkat, tingkat sedang sampai tinggi
KELOMPOK 2: Risiko Sedang
TIPE C: Aktivitas menghasilkan debu tingkat sedang sampai tinggi, memerlukan lebih dari 1 shift kerja untuk penyelesaian
GROUP 3: Risiko Medium / Tinggi
V
KELAS I
TIPE D: Durasi lama dan aktivitas V konstruksi membutuhkan shift kerja yang berturutan.
GROUP 4: Risiko Paling Tinggi
1. Melaksanakan kerja dengan metode yang meminimalkan debu dari lokasi konstruksi. 2. Mengganti plafon yang dilepaskan untuk inspeksi sesegera mungkin. 3. Pembongkaran minor untuk perombakan ulang.
KELAS II
1. Menyediakan sarana aktif untuk mencegah debu terbang ke atmosfer. 2. Basahi permukaan kerja untuk mengontrol debu saat pemotongan. 3. Segel pintu yang tidak terpakai dengan lakban. 4. Tutup dan segel ventilasi udara. 5. Seka permukaan dengan pembersih/disinfektan. 6. Tempatkan sampah konstruksi dalam wadah yang tertutup rapat sebelum dipindahkan. 7. Pel basah dan/atau vakum dengan alat vacuum dengan filter HEPA sebelum meninggalkan area kerja. 8. Tempatkan keset di pintu masuk dan keluar area kerja. 9. Isolasi sistem HVAC pada lokasi tempat berlangsungnya pekerjaan; kembalikan seperti semula saat pekerjaan selesai.
KELAS III
1. Dapatkan izin pengendalian infeksi sebelum konstruksi dimulai.
Tanggal
2. Isolasi sistem HVAC pada lokasi tempat berlangsungnya pekerjaan untuk mencegah kontaminasi sistem saluran. 3. Lengkapi semua barier kritis atau implementasikan pengontrolan kubus sebelum konstruksi dimulai. 4.
Paraf
metode
Pertahankan tekanan udara negatif di lokasi kerja menggunakan unit filtrasi udara dengan filter HEPA.
5. Jangan menghilangkan barier dari area kerja sampai proyek selesai dan diperiksa oleh Pencegahan dan Pengendalian Infeksi serta dibersihkan secara menyeluruh oleh Layanan Lingkungan.
6. Vakum area kerja dengan alat vakum dengan fil ter HEPA. 7.
Pel basah dengan pembersih/disinfektan.
8. Buang material barier dengan hati-hati untuk meminimalkan penyebaran kotoran dan debris yang terkait dengan konstruksi. 9. Tempatkan sampah konstruksi dalam wadah yang tertutup rapat sebelum dipindahkan. 10. Tutupi tempat sampah atau troli yang dipakai untuk transportasi. Plester penutupnya. 11. Setelah selesai, kembalikan sistem HVAC seperti semula pada lokasi pekerjaan.
KELAS IV
1. Dapatkan izin pengendalian infeksi sebelum konstruksi dimulai. 2. Isolasi sistem HVAC pada lokasi tempat berlangsungnya pekerjaan untuk mencegah kontaminasi sistem saluran.
Tanggal
3. Lengkapi semua barier kritis atau implementasikan pengontrolan kubus sebelum konstruksi dimulai.
metode
4. Pertahankan tekanan udara negatif di lokasi kerja menggunakan unit filtrasi udara dengan filter HEPA. Paraf
5. Segel lubang, pipa, saluran, atau tusukan dengan benar. 6. Buat ruang serambi/ anteroom dan pastikan semua personil untuk melewati ruangan ini sehingga mereka dapat divakum menggunakan alat vakum dengan filter HEPA sebelum meninggalkan area kerja atau mereka dapat memakai baju kerja dari kain atau kertas yang dilepaskan setiap kali meninggalkan area kerja. 7. Semua personil yang memasukki area kerja diwajibkan untuk memakai penutup sepatu. 8. Jangan menghilangkan barier dari area kerja sampai proyek selesai dan diperiksa oleh Pencegahan dan Pengendalian Infeksi serta dibersihkan secara menyeluruh oleh Layanan Lingkungan. 9. Vakum area kerja dengan alat vakum dengan filter HEPA. 10. Pel basah dengan disinfektan.
11. Buang material barier dengan hati-hati untuk meminimalkan penyebaran kotoran dan debris yang terkait dengan konstruksi. 12. Tempatkan sampah konstruksi dalam wadah yang tertutup rapat sebelum dipindahkan. 13. Tutupi tempat sampah atau troli yang dipakai untuk transportasi. Plester penutupnya. 14. Setelah selesai, kembalikan sistem HVAC seperti semula pada lokasi pekerjaan.
Persyaratan Tambahan:
Pimpinan Proyek
Komite PPIRS/ IPCN
________________
_____________
Tanggal
Tanggal
Paraf
Paraf
Pengecualian/Tambahan terhadap izin ini tercantum pada memorandum yang dilampirkan. Izin diminta oleh:
Izin disahkan oleh:
Tanggal:
Tanggal:
CHECK LIST PRE KONSTRUKSI KRITERIA A. Apakah konstruksi dapat mempengaruhi akses keluar dari area perawatan yang berbatasan dengan lokasi pembangunan? B. Apakah terdapat salah satu dari bahaya lingkungan di bawah ini? 1) Asbes 2) Bahan kimia berbahaya 3) Ruang sempit j4) Lainnya (misalnya masalah pengendalian infeksi) C.
Apakah salah satu dari sistem berikut ini dapat berdampak buruk?
1) Alarm Kebakaran 2) Sprinkler/Penyemprot air 3) Listrik 4) Air Domestik 5) Oksigen 6) Limbah 7) Heating Ventilation Air Conditioner ( HVAC ) D. Pengendalian Infeksi Tanggal/Waktu Survey Area Proyek
YA
TIDAK NA
Melakukan edukasi kepada manajer, staf medis, petugas kesehatan lingkungan, dan staf lain tentang risiko pasien immuno-supresi terhadap debu konstruksi. 1) Kontraktor diberikan salinan, pengelolaan bahan berbahaya, definisi kode darurat , dan dokumentasi lainnya yang harus dikaji untuk mengurangi risiko cedera dan penyakit pada karyawan. 2) Dokumen tersebut dikaji bersama kontraktor beserta pertanyaan dan jawabannya. 3) Pengkajian lokasi dan metode pemasangan barrier debu sementara 4) Menilai efisiensi yang berkaitan dengan kemampuan penghambat debu (dust barriers) terhadap pencegahan keluarnya partikulat udara. 5) Menilai efektifitas ventilasi aliran udara negatif dan sistem filtrasi 6) Terdapat peralatan untuk menangkap partikulat seperti vakum dan peralatan HEPA yang sesuai dengan urutan kerja. 7) Evaluasi rencana pembersihan dan pengendalian 8) Pengkajian dan evaluasi pola kontrol sirkulasi dan lalu lintas 9) Pengkajian pembatasan / larangan untuk kegiatan konstruksi / pembongkaran dengan kontraktor. 10) Terdapat exhaust fan dan berfungsi dengan baik. 11) Terdapat unit filtrasi HEPA di daerah perawatan pasien yang berdekatan dengan area konstruksi dan berfungsi dengan baik. 12) Tersedianya ruang isolasi yang memadai. 13) Pembahasan permasalahan rumah tangga 14) Matras rekat yang tersedia di lokasi. E. Keselamatan Jiwa 1)
Apakah ada jalan keluar yang disetujui diblokir?
2)
Apakah lalu lintas ke Emergency Room diblokir? Jika ya, apakah itu
3)
Apakah renovasi mempengaruhi area yang digunakan?
4)
Apakah modifikasi signifikan terjadi untuk asap atau api dinding
5)
Apakah proyek menambahkan selain struktur yang ada?
Ka. IPSRS _____________________________________
Tanggal ____________________
Ka. KPPI_______________________________________ Tanggal____________________ Bag. Sanitasi ___________________________________
Tanggal ____________________
Petugas K3 ______________________________________ Tanggal ____________________
CHECK LIST POST KONSTRUKSI
Tangga/Time of Survey Facility Engineer
Area supervisi Proyek
Kegiatan A. Penyelesaian Proyek 1) Pembilasan sistem air utama untuk membersihkan debu pada pipa 2) Pembersihan zona konstruksi sebelum memindahkan barrier konstruksi . 3) Pemeriksaan jamur dan lumut. Bila ditemukan lakukan pembersihan. 4) Verifikasi parameter ventilasi pada area baru sesuai kebutuhan. 5) Jangan menerima apabila terdapat kekurangan ventilasi terutama di daerah perawatan khusus. 6) Bersihkan atau ganti filter HVAC sesuai prosedur penahanan debu yang tepat. 7) Pindahkan barrier dan bersihkan daerah dari semua debu yang dihasilkan selama pekerjaan / proyek. 8) Pastikan bahwa keseimbangan tekanan udara di kamar operasi dan lingkungan sekitarnya dapat dicapai sebelum ruangan digunakan. 9) Kondisi ruang sesuai indikasi terutama di kamar operasi dan lingkungan sekitarnya, pastikan bahwa spesifikasi teknis sesuai yang disyaratkan. B. Apakah system berikut ini diuji dan berfungsi baik?
YA
Tdk
Ket
Kegiatan
YA
Tdk
1) Alarm kebakaran – lepaskan penutup detektor & lakukan pengujian dari 2) Sprinkler/Penyemprot air - terhubung ke saluran utama dan betekanan 3) Listrik – pengujian switch/tombol dan pengontrolan 4) Sumber air buka, dan cek suhu 5) Gas Medis 6) Limbah – hilangkan sumbatan 7)
HVAC -
pemasangan filter,
menghilangkan
penyumbatan, uji
C. Lingkungan 1) Bersihkan
puing-puing, peralatan, perlengkapan, & bahan-bahan
2) Vacuum & bersihkan permukaan di semua area konstruksi untuk D. Isolation barriers 1) Pelindung harus di lap basah, disedot dengan hepa, atau diberi uap air sebelum dibongkar 2) Pelindung harus dipindahkan dengan hati-hati untuk meminimalkan penyebaran kotoran & puing-puing E. Pengendalian infeksi Tinjau indikasi untuk melakukan kultur lingkungan dengan satker terkait. Periksa daerah konstruksi setelah pembersihan akhir dan menyetujui F. Keamanan Kebakaran Tersedianya peralatan pemadam kebakaran G. Keselamatan Jiwa 1) Pintu keluar & rute ke UGD dibuat kembali 2) Penempatan tanda pintu keluar dengan tepat
Ka. IPSRS_____________________________________Tanggal____________________ Petugas K3____________________________________Tanggal____________________
Ket