REFERAT
Mei 2017
OMPHALITIS
Nama
: Sidik Pribadi
No. Stambuk
: N 111 16 043
Pembimbing
: dr. Suldiah, Sp.A
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA PALU 2017
BAB I PENDAHULUAN
Tali pusat adalah jaringan pengikat yang menghubungkan plasenta dan janin. Tali pusat merupakan saluran kehidupan bagi janin selama dalam kandungan. Disebut sebagai saluran kehidupan karena saluran inilah yang selama 9 bulan 10 hari menyuplai zat-zat gizi dan oksigen ke janin. Sisa tali pusat yang masih menempel di perut bayi (umbilical stump) akan mengering dan biasanya akan terlepas sendiri dalam waktu 1-3 minggu, meskipun ada yang lepas setelah 4 minggu. 1 Kebudayaan di masyarakat yang mempengaruhi pengetahuan ibu dalam merawat tali pusat menyebabkan ibu masih takut atau ragu-ragu merawat tali pusat bayi mereka sehingga ibu masih berperilaku salah dalam merawat tali pusat bayi dengan menaburi tali pusat menggunakan kunyit atau daun-daunan sehingga memungkinkan berkembangnya spora Clustridium yang dapat menyebabkan infeksi pada neonates. 1 Perawatan tali pusat adalah pengobatan dan pengikatan tali pusat yang menyebabkan pemisahan fisik terakhir antara ibu dan bayi, kemudian tali pusat dirawat dalam keadaan steril, bersih, kering, dan terhindar dari infeksi tali pusat 2 Dampak dari perawatan tali pusat yang tidak benar adalah bayi akan mengalami tetanus neonatorum dan dapat mengakibatkan kematian. Sehingga dalam hal ini pengetahuan yang baik tentang perawatan tali pusat sangatlah menentukkan perilaku ibu yang mempunyai bayi baru lahir dalam perawatan tali pusat 2 Umumnya di Negara berkembang, 25% kematian bayi dan 50% kematian neonatal disebabkan oleh infeksi pada tali pusat, sepsis sampai dengan tetanus. Berdasarkan penelitian WHO diseluruh dunia terdapat kematian bayi sebesar 56 per 10.000 menjadi sekitar 280.000 terjadi setiap 18-20 menit sekali. Penyebab kematian tersebut antara lain karena asfiksia neonatorum 40-60%, infeksi 2434%. Infeksi tersebut disebabkan karena perawatan tali pusat yang kurang hygienis. Hasil laporan dari petugas Survailans Depkes RI pada tahun 1992-1996
ditemukan bahwa kasus Tetanus Neonatorum pada tahun 1993-1996 terjadi peningkatan dengan kisaran 10,8-55%. Bila dilihat penyebarannya menurut provinsi kasus tertinggi terdapat di Provinsi Jawa Barat sebesar 246 kasus, menyusul Jawa Tengah dengan 94 kasus, Jawa Timur sebesar 88 kasus, Ponorogo kematian bayi di tahun 2009 sebanyak 116 anak, tahun 2010 sebanyak 168 anak, dan tahun 2011 sebanyak 178 anak. 3 Dalam refarat ini akan membahas tentang infeksi tali pusat atau omphalitis lebih mendalam lagi.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
I.
Definisi
Omfalitis didefinisikan sebagai infeksi umbilikus, khususnya tali pusat, pada bayi baru lahir. Hal ini terutama mempengaruhi neonatus, di antaranya kombinasi dari tunggul tali pusat dan penurunan kekebalan yang ditemukan saat infeksi. Hal ini jarang dilaporkan di luar masa neonatus. Variasi pada keadaan kongenital merupakan faktor predisposisi terjadinya infeksi pada tali pusat. 4 Omfalitis dapat menyebar ke vena porta dan menyebabkan berbagai macam komplikasi akut yang memerlukan intervensi medis serta bedah. Meskipun kondisi ini jarang terjadi di negara maju, maka tetap menjadi penyebab morbiditas dan mortalitas yang signifikan di Afrika dan bagian lain di dunia, dimana perawatan kesehatan kurang tersedia. Infeksi tali pusat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap infeksi bayi baru lahir dan kematian neonatus di Afrika, terutama bagi bayi yang dilahirkan di rumah tanpa bidan yang terampil dan berada pada kondisi yang tidak higienis.
5
Gambar 1. Proses lepasnya tali pusat Tali pusat biasanya puput satu minggu setelah lahir dan luka sembuh dalam 15 hari. Sebelum luka sembuh merupakan jalan masuk untuk kuman
dan infeksi yang dapat menyebabkan sepsis. Pengenalan secara dini infeksi tali pusat sangat penting untuk mencegah sepsis.
II.
4
Epidemiologi
Omfalitis jarang terjadi di negara maju, dengan angka kejadian 0.20.7%. Untuk kejadian di negara berkembang, terjadi antara 2-7 dalam setiap 100 kelahiran hidup. Namun, kejadian ini bahkan lebih tinggi di masyarakat dengan aplikasi praktek di rumah yang tidak steril. Rumah sakit berbasis penelitian memperkirakan bahwa 2-54 bayi per 1000 kelahiran akan mengembangkan kejadian omfalitis. 6
III.
Faktor Risiko
Faktor risiko yang dapat menyebabkan omfalitis yakni:
7
- Penanganan tali pusat yang tidak pantas (misalnya aplikasi budaya seperti pemberian oli mesin, kotoran sapi, bedak bubuk, atau minyak sawit serta kopi pada tali pusat). - Infeksi sekunder: o
Ketuban pecah dini
o
Ibu dengan infeksi
o
Proses kelahiran yang tidak steril
o
Prematuritas: umumnya imunitas bayi kurang bulan lebih rendah dari pada bayi cukup bulan. Transpor imunuglobulin melalui plasenta terutama terjadi pada paruh terakhir trimester ketiga. Setelah lahir, konsentrasi imunoglobulin serum terus menurun, menyebabkan hipogamaglobulinemia berat. Imaturitas kulit juga melemahkan pertahanan kulit. Kerentanan neonatus terhadap infeksi dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain kulit dan selaput lendir yang tipis dan mudah rusak, kemampuan fagositosis dan leukosit immunitas masih rendah.
o
Bayi berat lahir rendah: merupakan faktor resiko terjadinya infeksi.
o
Ibu tidak mandi (mencuci perineum dengan air dan sabun) atau mencukur sebelum proses kelahiran
- Faktor risiko lain: o
Neonatus
dengan
sistem
kekebalan
tubuh
yang
lemah
atau
imunodefisiensi atau yang dirawat di rumah sakit dan mengalami prosedur invasif. Neonatus bisa mengalami kekurangan IgG spesifik, khususnya terhadap Streptokokus atau Haemophilus influenza. IgG dan IgA tidak melewati plasenta dan hampir tidak terdeteksi dalam darah tali pusat. Dengan adanya hal tersebut, aktifitas lintasan komplemen terlambat, dan C3 serta faktor B tidak diproduksi sebagai respon terhadap lipopolisakarida. Kombinasi antara defisiensi imun dan penurunan antibodi total dan spesifik, bersama dengan penurunan fibronektin,
menyebabkan
sebagian
besar
penurunan
aktivitas
opsonisasi. o
Sindrom kekurangan leukocyte adhesion (LAD) dan mobilitas neutrofil.
IV.
Etiologi
Organisme yang dapat menyebabkan omfalitis yaitu:
5
- Bakteri aerob: o
Staphylococcus aureus (penyebab tersering): ada dimana mana dan didapat pada masa awal kehidupan hampir semua bayi, saat lahir, atau selama masa perawatan. Biasanya Staphylococcus aereus sering dijumpai
pada
terkolonisasi.
kulit, Untuk
saluran
pernafasan,
pencegahan
dan
saluran
terjadinya infeksi
tali
cerna pusat
sebaiknya tali pusat tetap dijaga kebersihannya, upayakan tali pusat agar tetap kering dan bersih, pada saat memandikan di minggu pertama sebaiknya jangan merendam bayi langsung ke dalam air mandinya karena akan menyebabkan basahnya tali pusat dan memperlambat proses pengeringan tali pusat. o
Streptokokus grup A
o
Escherichia coli
o
Klebsiella
o
Proteus
- Bakteri anaerob (penyebab sepertiga kasus omfalitis): o
Bacteroides fragilis
o
Peptostreptococcus
o
V.
Clostridium perfringens
Patofisiologi
Tali pusat menyajikan substrat yang unik untuk kolonisasi bakteri, tanpa penghalang normal pertahanan kulit, dan mengalami iskemia dan degradasi sehingga tali pusat mengering dan lepas. Biasanya, daerah tali pusat menjadi tempat kolonisasi bakteri patogen intrapartum atau segera setelah kelahiran. Bakteri memiliki potensi untuk menyerang tali pusat, yang menyebabkan terjadinya omfalitis. 8 Spektrum bakteriologis dalam omfalitis sedang mengalami perubahan, dimana terjadi perubahan dalam perawatan tali pusat, penggunaan antibiotik, resistensi bakteri, dan praktek-praktek lokal lainnya.
VI.
6
Klasifikasi
a. Infeksi tali pusat lokal atau terbatas Jika tali pusat bengkak, mengeluarkan nanah, atau berbau busuk, dan di sekitar tali pusat berwarna kemerahan dan pembengkakan terbatas pada daerah kurang dari 1 cm di sekitar pangkal tali pusat local atau terbatas. 7 b. Infeksi tali pusat berat atau meluas Jika kemerahan atau bengkak pada tali pusat meluas melebihi area 1 cm atau kulit di sekitar tali pusat bayi mengeras dan memerah serta bayi mengalami pembengkakan perut, disebut sebagai infeksi tali pusat berat atau meluas. 7
Gambar 2. Infeksi Tali Pusat Berat
VII. Gejala Klinik
- Gejala lokal: 4 o
Discharge yang purulen dan berbau busuk dari umbilicus atau tali pusat.
o
Eritema, edema, dan nyeri tekan di daerah periumbilikal
- Gejala sistemik: 5 o
Takikardi (denyut jantung lebih dari 180 kali per menit)
o
Hipotensi dan capillary refill menurun
o
Takipneu (nafas lebih dari 60 kali per menit)
o
Tanda-tanda gagal nafas atau apneu
o
Distensi abdomen dengan penurunan bising usus.
o
Keterlibatan sistem saraf pusat:
Iritabilitas
Letargi
Penurunan refleks menghisap
Hipotonus atau hipertonus
VIII. Diagnosis
Usap mikrobiologi dari umbilikus harus dikirim untuk kultur aerob dan anaerob. Kultur darah harus disertakan pada saat yang tepat. Pada pemeriksaan laboratorium darah, dapat ditemukan neutrofilia (kadangkadang neutropenia).
6
Diagnostik dapat ditegakkan melalui pemeriksaan penunjang berupa:
8
- Rontgen abdomen sangat diperlukan jika dicurigai terjadi necrotizing enterokolitis. Dapat dijumpai gas di intraperitoneal dimana terjadi peritonitis (disebabkan oleh bakteri penghasil gas). Multiple fluid levels dapat mengarah ke obstruksi adhesi tapi dapat pula dijumpai pada ileus. - USG abdomen berguna untuk memberikan gambaran mengenai dinding abdomen jika dicurigai terjadi kista. Sangat berguna untuk mendiagnosis abses intraperitoneal, abses retroperitoneal, dan abses hepar. - USG Doppler dilakukan jika dicurigai terjadi thrombosis vena portal. - Fistulogram diindikasikan jika terjadi fistula ke umbilikus. - MRI atau CT-scan dapat digunakan untuk menilai fistula kongenital.
IX.
Penatalaksanaan
a. Farmakologi 7 - Antibiotik: ampicillin, cloxacillin, flucloxacillin, methicillin yang dikombinasi dengan gentamycin. - Untuk
bakteri
anaerob,
dapat
diberikan
antibiotik
berupa
metronidazole. - Terapi diberikan selama 10-14 hari. - Untuk omfalitis sederhana yang tidak terjadi komplikasi, dapat diberikan terapi antibiotik jangka pendek selama 7 hari. b. Nonfarmakologi 7 Penatalaksanaan omfalitis berdasarkan klasifikasi: a. Infeksi tali pusat lokal atau terbatas - Biasakan untuk selalu mencuci tangan sebelum memegang atau membersihkan tali pusat, untuk mencegah berpindahnya kuman dari tangan. - Bersihkan
tali pusat menggunakan larutan
antiseptik
(misalnya
klorheksidin atau iodium povidon 2,5%) dengan kain kassa yang bersih. - Oles sekitar tali pusat dengan antiseptik (misalnya gentian violet 0,5% atau iodium povidon 2,5%) 8x/hari sampai tidak ada nanah lagi.
- Anjurkan Ibu melakukan ini kapan saja bila memungkinkan. Jika kemerahan atau bengkak pada tali pusat meluas melebihi area 1 cm, obati seperti infeksi tali pusat berat atau meluas. b. Infeksi tali pusat berat atau meluas - Lakukan pemeriksaan laboratorium
untuk pemeriksaan kultur dan
sensivitasi. - Dapat
diberikan
pemberian
antibiotik
sesuai
indikasi
seperti
Kloksasilin oral selama lima hari jika terdapat pustule / lepuh kulit dan selaput lendir. - Cari tanda-tanda sepsis. - Lakukan perawatan umum seperti dijelaskan untuk infeksi tali pusat lokal atau terbatas.
X.
Komplikasi
Patofisiologi komplikasi omfalitis erat kaitannya dengan anatomi umbilikus. Infeksi dapat menyebar sepanjang arteri umbilikalis, vena umbilikalis, sistem limfatik dinding abdomen, dan dengan penyebaran langsung ke daerah perbatasan.
4
Komplikasi yang dapat terjadi pada omfalitis berupa:
8
a. Necrotizing fasciitis Adalah salah satu komplikasi serius yang paling sering dilaporkan dan tercatat terjadi pada 13.5% neonatus dengan omfalitis. Kondisi ini dimulai dengan selulitis periumbilikalis, yang tanpa pengobatan, dengan cepat menjadi nekrosis kulit dan jaringan subkutan, dan dalam beberapa kasus, mionekrosis. Skrotum adalah yang paling sering terpengaruh oleh necrotizing fasciitis, dinding perut juga mungkin terlibat. Jika diobati dini, selulitis periumbilikalis dapat dikontrol dengan menggunakan antibiotik parenteal spectrum luas. Rezim antibiotik harus selalu menyertakan sebuah antianaerob seperti metronidazole.
Necrotizing fasciitis harus ditangani dengan debridement cepat, menghapus semua jaringan mati, diikuti dengan perawatan luka harian. Jika bayi terlalu sakit untuk anastesi umum, debridement dapat dilakukan dengan menggunakan parasetamol parenteral atau per rektal. Luka yang dihasilkan nantinya akan memerlukan penutupan sekunder (atau pencangkokan kulit jika cacat besar). Namun, luka skrotum dapat sembuh dengan baik tanpa penutupan sekunder atau pencangkokan kulit.
Gambar 4. Necrotising fasciitis awal yang dimulai dari umbilikus b. Evisceration Evisceration intestinal merupakan komplikasi serius yang sering dilaporkan. Yang biasanya mengalami eviscerasi adalah usus halus, tetapi usus besar mungkin terlibat. Secara jarang, presentasi klinik dapat timbul lama, dan dapat menjadi gangren. Eviserasi intestinal ini harus ditutupi oleh kain kasa lembab yang bersih, dan ditempatkan dalam kantong usus (atau dapat juga pada kantong plastik transparan). Perawatan dilakukan untuk memastikan bahwa usus tidak terpelintir. Di bawah anastesi umum, usus dibersihkan dan dikembalikan ke rongga peritoneal dan umbilikus diperbaiki. Jika terdapat gangren peritonitis
atau usus,
sebuah laparotomi
perlu dilakukan untuk
mengeringkan dan membersihkan setiap abses rongga peritoneal.
Gambar 5. Evisceral intestinal c. Peritonitis Peritonitis dapat terjadi dengan atau tanpa abses intraperitoneal. Jika tidak terdapat abses, infeksi bisa diterapi dengan penggunaan antibiotik intravena spectrum luas, dan operasi biasanya tidak diperlukan. Jika abses intraperitoneal dikonfirmasi oleh USG, atau jika tidak ada fasilitas untuk USG, maka laparotomi diperlukan. Abses apapun dikeringkan dan rongga peritoneal dibersihkan. d. Abses Abses
dapat
terjadi
intraabdominal.Abses
di
berbagai
intraperitoneal
tempat,
dilakukan
namun
drainase
sering dengan
laparotomi. Abses retroperitoneal dilakukan drainase dengan pendekatan ekstraperitoneal, tetapi jika terletak anterior di retroperitoneal tersebut, pendekatan intraperitoneal mungkin diperlukan. Abses
hati
harus
benar-benar
diketahui
lokasinya
dengan
ultrasonografi atau CT-scan. Abses disedot oleh jarum dengan lubang yang lebar di bawah bimbingan pencitraan, dan rongga abses tersebut diairi dengan normal salin. Hal ini dapatdiulangi sekali lagi jika masih terdapat abses. Dalam kasus-kasus sulit, atau kekambuhan setelahaspirasi jarum, drainase terbuka mungkin diperlukan. Jika abses multipel,
antibiotik
parenteral
saja
mungkin
cukup,
dan
aspirasi/drainase
disediakan untuk kasus yang persisten. Abses dapat terletak di dinding perut anterior atau di lokasi dangkal lainnya. Keadaan ini akan membutuhkan drainase.
Komplikasi lanjut yang dapat terjadi yakni:
5
a. Thrombosis vena porta Portal
vein
thrombosis
(PVT)
adalah
komplikasi
dengan
konsekuensi serius.Meskipun komplikasi awal, konsekuensi utama dihasilkan dalam jangka panjang. Dalam satu laporan dari 200 pasien yang menjalani porto systemic shunt untuk hipertensi portal karena PVT, 15% dari PVT diduga merupakan hasil dari omfalitis neonatal. Trombosis dapat menghasilkan carvernoma, yang dapat menyebabkan obstruksi empedu. Sebuah shunt porto systemic mungkin diperlukan jika hipertensi portal meningkat. b. Hernia umbilikalis Hernia umbilikalis adalah masalah umum pada anak-anak di Afrika, dan beberapa adalah hasil dari melemahnya sikatriks umbilikus dari omfalitis neonatus.
XI.
Prognosis
Omfalitis uncomplicated yang diterapi dengan baik biasanya sembuh tanpa morbiditas serius. Namun, jika lambat diketahui dan pengobatan tertunda, angka kematian bisa tinggi mencapai 7-15%. Morbiditas dan mortalitas yang serius dapat terjadi akibat komplikasi seperti necrotizing fasciitis, peritonitis, dan eviserasi. Thrombosis vena portal dapat berakibat fatal. 4 Kematian dapat mencapai 38-87% mengikuti necrotizing fasciitis dan mionekrosis. Selain itu, faktor-faktor risiko tertentu seperti prematuritas, kecil masa kehamilan, jenis kelamin (laki-laki), dan proses kelahiran yang sepsis, terkait dengan prognosis yang buruk. 7
XII. Pencegahan
Insiden omfalitis rendah di negara-negara kaya sumber daya dan untuk mereka yang lahir di rumah sakit. Di negara-negara berkembang, dan terutama setelah melahirkan di rumah, bagaimanapun, kejadian cukup tinggi dan dipertimbangkan profilaksis untuk mencegah morbiditas dan mortalitas yang mungkin dapat terjadi.
6
Akses persalinan yang tepat membantu mengurangi kejadian omfalitis. Kewaspadaan juga penting untuk mengidentifikasi komplikasi utama dan merujuk pasien awal untuk cepat dilakukan intervensi. Dalam pengaturan rumah sakit di Afrika, alkohol dan gentian violet biasanya digunakan untuk perawatan tali pusat. Di negara lain, digunakan betadine, bacitracin dan silver sulfadiazine direkomendasikan. 9 Saat ini, sudah tidak digunakan pencucian tali pusat dengan bahan medis, tetapi hanya menggunakan perawatan kering tali pusat sampai tali pusat tersebut kering dan lepas dengan sendirinya. Merawat tali pusat dengan prinsip bersih dan kering. Jadi, saat memandikan bayi, tali pusat juga digosok dengan air dan sabun, lalu dikeringkan dengan handuk bersih terutama daerah tali pusat yang masih berwarna putih di bagian pangkalnya (tali pusat yang bermuara ke perut bayi). Bagian pangkal ini bisa dibersihkan dengan cotton bud dan povidone iodin serta biarkan terbuka sehingga cepat mengering, atau dibungkus dengan kasa kering yang steril.
9
Proses kelahiran yang steril, yang dipelopori oleh United Nations Population Fund (UNFPA), telah ditemukan untuk mengurangi infeksi tali pusat. Bayi dari ibu yang tidak menggunakan prosedur tersebut, 13 kali lebih mungkin untuk terjadi infeksi tali pusat dibandingkan bayi dari ibu yang menggunakan prosedur tersebut. Laporan yang sama juga tercatat bahwa bayi dari ibu yang tidak mandi sebelum persalinan adalah 3,9 kali lebih mungkin untuk terjadi infeksi tali pusat dibandingkan bayi dari ibu yang dimandikan sebelum persalinan.
9
Hindari kontak langsung tali pusat dengan air kencing bayi karena air kencing tersebut adalah salah satu penyebab timbulnya infeksi pada tali pusat bayi. Menggunakan popok sekali pakai sebaiknya di bawah pusar.
8
BAB III KESIMPULAN
Tali pusat adalah jaringan pengikat yang menghubungkan plasenta dan janin. Tali pusat merupakan saluran kehidupan bagi janin selama dalam kandungan. Disebut sebagai saluran kehidupan karena saluran inilah yang selama 9 bulan 10 hari menyuplai zat-zat gizi dan oksigen ke janin. Sisa tali pusat yang masih menempel di perut bayi (umbilical stump) akan mengering dan biasanya akan terlepas sendiri dalam waktu 1-3 minggu, meskipun ada yang lepas setelah 4 minggu.
Tali pusat biasanya puput satu minggu setelah lahir dan luka sembuh dalam 15 hari. Sebelum luka sembuh merupakan jalan masuk untuk kuman dan infeksi yang dapat menyebabkan sepsis. Pengenalan secara dini infeksi tali pusat sangat penting untuk mencegah sepsis. Organisme yang dapat menyebabkan omfalitis yaitu:
5
- Bakteri aerob: o
Staphylococcus aureus (penyebab tersering)
o
Streptokokus grup A
o
Escherichia coli
o
Klebsiella
o
Proteus
- Bakteri anaerob (penyebab sepertiga kasus omfalitis): o
Bacteroides fragilis
o
Peptostreptococcus
o
Clostridium perfringens
Gejala lokal: o
Discharge yang purulen dan berbau busuk dari umbilicus atau tali pusat.
o
Eritema, edema, dan nyeri tekan di daerah periumbilikal
Gejala sistemik: o
Takikardi (denyut jantung lebih dari 180 kali per menit)
o
Hipotensi dan capillary refill menurun
o
Takipneu (nafas lebih dari 60 kali per menit)
o
Tanda-tanda gagal nafas atau apneu
o
Distensi abdomen dengan penurunan bising usus.
o
Keterlibatan sistem saraf pusat:
Iritabilitas
Letargi
Penurunan refleks menghisap
Hipotonus atau hipertonus
Farmakologi - Antibiotik: ampicillin, cloxacillin, flucloxacillin, methicillin yang dikombinasi dengan gentamycin. - Untuk
bakteri
anaerob,
dapat
diberikan
antibiotik
berupa
metronidazole. - Terapi diberikan selama 10-14 hari. - Untuk omfalitis sederhana yang tidak terjadi komplikasi, dapat diberikan terapi antibiotik jangka pendek selama 7 hari. Nonfarmakologi Penatalaksanaan omfalitis berdasarkan klasifikasi: 1. Infeksi tali pusat lokal atau terbatas - Biasakan untuk selalu mencuci tangan sebelum memegang atau membersihkan tali pusat, untuk mencegah berpindahnya kuman dari tangan. - Bersihkan
tali pusat menggunakan larutan
antiseptik
(misalnya
klorheksidin atau iodium povidon 2,5%) dengan kain kassa yang bersih. - Oles sekitar tali pusat dengan antiseptik (misalnya gentian violet 0,5% atau iodium povidon 2,5%) 8x/hari sampai tidak ada nanah lagi. - Anjurkan Ibu melakukan ini kapan saja bila memungkinkan. Jika kemerahan atau bengkak pada tali pusat meluas melebihi area 1 cm, obati seperti infeksi tali pusat berat atau meluas.
2. Infeksi tali pusat berat atau meluas - Lakukan pemeriksaan laboratorium untuk pemeriksaan kultur dan sensivitasi. - Dapat
diberikan
pemberian
antibiotik
sesuai
indikasi
seperti
Kloksasilin oral selama lima hari jika terdapat pustule / lepuh kulit dan selaput lendir. - Cari tanda-tanda sepsis. - Lakukan perawatan umum seperti dijelaskan untuk infeksi tali pusat lokal atau terbatas.
DAFTAR PUSTAKA
1. Gary FC, etc. 2005. Obstetri Williams. Jakarta: EGC. 2. Sankar MJ, Sankar J, Chawia D, Nangia S. 2009. Antibiotic Usage In Neonates-Guidelines and Current Practices. Journal of Neonatology; 23: 68-77. 3. Yefri R, Mayetti, Machmud R. 2010. Kolonisasi Kuman dan Kejadian Omfalitis pada Tiga Regimen Perawatan Tali Pusat pada Bayi Baru Lahir. Sari Pediatri; 11(5): 341-347. 4. Ameh EA, Nmadu PT. 2007. Major Complications of Omphalitis in Neonates and Infant. 5. Brook
I.
2009.
Pediatric
Anaerobic
Infections.
Diagnosis
and
Management. Edisi ketiga. Washington DC: Georgetown University 6. Farrer H. 2007. Perawatan Maternitas. Jakarta: EGC. 7. Gerdes JS. 2004. Diagnosis and Management of Bacterial Infections in The Neonate. Pediatri Clin North Am; 51: 939-959. 8. Mochtar R. 2005. Sinopsis Obsetri. Jakarta: EGC. 9. Sawardekar KP. 2004. Changing Spectrum of Neonatal Omphalitis . Pediatric Infectious Disease.