Arus Minyak & Oil Movement by H. Amrizal, S.S.T
Tiada lelah mengabdi energi untuk negeri “
”
Materi Arus Minyak •
Perencanaan Perencanaan penerimaan crude
•
Perencanaan produksi
•
Perencanaan Perencanaan lifting
•
Supply Loss
Materi Arus Minyak •
Perencanaan Perencanaan penerimaan crude
•
Perencanaan produksi
•
Perencanaan Perencanaan lifting
•
Supply Loss
Materi Oil Movement •
Penerimaan dan handling umpan
•
Penerimaan dan handling produk
•
Pelaksana proses blending
•
Penyaluran/lifting Penyaluran/lifting produk
•
Pengelolaan limbah
•
Pengelolaan dermaga
1. Materi Arus Minyak 1.1 Perencanaan penerimaan crude 1.2 Perencanaan produksi 1.3 Perencanaan lifting 1.4 Supply Loss
Bisnis Pertamina Pengolahan
Hulu
Crude
Floating Storage
e d u r C
r o p m I
Pemasaran
Depot Kilang
Impor BBM
Kilang Pertamina KAPASITAS KILANG EFFEKTIF :1,057.30 MBSD Kapasitas Operasi (terpakai)
: 965.26 MBCD
BONTANG
RU - VII-KASIM Kap. Efektif : 9.5 MBCD Kap. Terpakai : 9.16 MBCD
B. PAPAN
UP I – P. BRANDAN Kap. Efektif : 4.50 MBCD Kap. Terpakai : 2.42 MBCD
MUSI
(Tutup 2007)
RU II – DUMAI / S. PAKNING Kap. Efektif : 176.00 MBCD Kap. Terpakai : 169.43 MBCD
RU III - MUSI Kap. Efektif : 125.50 MBCD Kap. Terpakai : 97.80 MBCD
RU - VI BALONGAN Kap. Efektif
CEPU Kap. Efektif : 3.8 MBCD Kap. Terpakai : 2.8 MBCD
: 125.00 MBCD
Kap. Terpakai : 112.14 MBCD
RU IV - CILACAP Kap. Efektif : 348.00 MBCD Kap. Terpakai : 341.04 MBCD
RU V - BALIKPAPAN Kap. Efektif
: 265.00 MBCD
Kap. Terpakai : 230.45 MBCD
Arus Minyak Indonesia Entitlement KKKS 300.000 b/d
*) 7 Sisters dan Afiliasi/Kroninya
Hasil Refinery 900.000 b/d Kebutuhan BBM 1,6 Juta b/d
Ent. Negara: 430.000 b/d
*) 7 Sisters dan 860.000 b/d Afiliasi/Kroninya
Pertamina 130.000 b/d
Minyak Mentah 800.000 b/d
*) 7 Sisters dan Afiliasi/Kroninya
Bahan Bakar Minyak 700.000 b/d
*) 7 Sisters dan Afiliasi/Kroninya
Alur Pengadaan Crude
STOCK CRUDE ON HAND YANG TERSEDIA DI TANKI
KETERSEDIAAN DOMESTIC CRUDE DAN ALOKASINYA
KETERSEDIAAN IMPORT CRUDE (TERM CONTRACT)
RENCANA PENGOLAHAN
PENGADAAN SPOT CRUDE
Faktor dasar pemilihan crude 1. Harga crude, termasuk biaya pengadaan (landed price basis) 2. Komposisi product yields dan komposisi hidrocarbon, pada crude assay 3. Harga produk hasil pengolahan 4. Ketersediaan (Availability) 5. Refinery configuration (susunan) dan constraint (kompleksitas, kondisi tanki dan dermaga)
Siapa yang melakukan perencanaan? Unit
Pusat/Korporat
Refinery Planning & Optimization (RPO)
RPO Refinery Planning
Perencanaan
Supply Chain & Distribution
Penjadwalan
Badget & Performance
Pelaporan
BAHAN BAKU
RPO
REN & EKON Crude & Intermedia
KILANG
Kehandalan Jadual Stop
QUALITY CONTROL
Kualitas Produk (on/off spec)
PRODUK
Ditentukan berdasarkan: •
Perencanaan tahunan (RK) - Alokasi crude
•
Perencanaan bulanan (STS) - RCC meeting
•
GRTMPS (Generalized Refinery, Transportation, Marketting, Planning System)
•
Crude Master Program
•
Product Master Program
•
LPG Master Program
•
Intermedia Meeting
Tugas dan Fungsi Utama RPO •
Merencanakan dan mengatur pengolahan/operasi Kilang untuk mendapatkan refinery margin yang maksimum, meliputi: Jenis, waktu dan jumlah crude yang diolah Pola operasi kilang Jenis, waktu dan jumlah penyaluran produk
•
•
•
Mencari terobosan agar side product bisa menjadi final product yang laku di pasar dengan nilai jual yang lebih baik. Mencari terobosan alternatif crude lain selain SLC/DCO (harga murah, spec sama)
Pelaporan (margin)
Peran RPO Garis besar peran RPO: 1. Merencanakan pengolahan & produksi, berdasarkan suplai crude permintaan, kondisi kilang serta rencana perbaikan. 2. Mengatur operasional pengolahan & produksi berdasarkan ketersediaan crude, rencana lifting, serta kapasitas tanki. 3. Optimasi perencanaan maupun operasional pola pengolahan & produksi untuk memaksimalkan produk2 valuable, sehingga diperoleh margin yang optimal. 4. Evaluasi terhadap perencanaan pengembangan produk baru beserta spesifikasi-nya, baik atas permintaan konsumen maupun dari potensi serta kemampuan kilang.
Peran RPO (lanjutan…) 5. Fungsi kontrol terhadap tingkat kepuasan pelanggan, serta sebagai koordinator tindak lanjut adanya keluhan pelanggan. 6. Melakukan monitoring serta evaluasi data operasional harian, mingguan, bulanan maupun tahunan. 7. Penyediaan data untuk pengambilan keputusan
Peran Perencanaan & Keekonomian dalam Era Pertamina Baru 1.Menangkap keinginan pasar, memformulasi, mengkoordinasi, serta menyusun RTL dalam suatu Rencana Kerja. 2.Sebagai koodinator minor kehandalan operasi, untuk menjamin pelaksanaan Rencana Kerja. 3.Menyusun suatu perencanaan pengolahan maupun produksi yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, dengan tetap memperhatikan keinginan pasar.
Peran Perencanaan & Keekonomian dalam Era Pertamina Baru 4. Mengoptimalkan supply chain management antar RU’s, untuk memaksimalkan produk valuable korporat, sehingga diperoleh profit maksimal dengan tetap menjamin kontinuitas suplai. 5. Melakukan optimasi pola produksi, sebagai upaya pengembangan produk berdasarkan informasi pasar maupun potensi unit kilang. 6. Melihat secara korporat potensi-potensi yang ada di RU’s untuk dioptimalkan secara korporat.
Tujuan perencanaan pengolahan dan optimalisasi pengolahan 1. Pengolahan crude dan produksi BBM/NBM dengan margin maksimum 2. Pengaturan Penerimaan Crude, LSWR, HOMC dan Penyaluran Produk BBM/NBM 3. Peningkatan nilai jual intermedia menjadi final product 4. Optimasi pengolahan unti produksi dan mencari alternatif crude baru
Perencanaan Pengolahan Perencanaan pengolahan dan produksi terdiri atas: •
•
Perencanaan Jangka Panjang (RK tahunan) Perencanaan Jangka Pendek (STS bulanan) dengan mempertimbangkan: 1. 2. 3. 4.
Rencana Stop Unit Kehandalan Unit operasi Alokasi Minyak Mentah Penyaluran Produk
Review STS •
•
•
Penjabaran Rencana Kerja tahunan, baik arus minyak maupun rencana stop kilang (time frame bulanan) Mengakomodir kondisi bisnis terbaru (alokasi crude dan kebutuhan pasar) Mengakomodir performance unit kilang terbaru (deviasi terhadap RK)
Perencanaan Bahan Baku/Raw Material 1. 2. 3. 4. 5.
CRUDE LSWR HVGO NAPHTHA INTERMEDIA LAINNYA LSWR
R E F
CRUDE
I N
INTERMEDIA
-
LSWR HVGO NAPHTHA DLL
E R Y
PRODUCTS
Rencana Stop Unit Adalah untuk: 1. Turn Around atau Overhaul 2. Change of Catalyst (COC) 3. Cleaning & Retube HE 4. Steam Air Decoking (SAD) pada unit Delayed Coking Uniy (DCU)
Kehandalan Unit operasi
1. End of Run (EOR) Catalyst 2. Fouling atau korosi HE 3. Kehandalan pompa & kompresor 4. dll
Alokasi Minyak Mentah
1. Alokasi Minyak Mentah Pertamina 2. Rencana Arus Minyak Koorporat 3. Perkiraan Harga Minyak Mentah
Penerimaan Dalam Perencanaan Penerimaan Raw Material berupa Crude dan Intermedia (LSWR, HOMC) baik jumlah maupun waktunya mengacu pada :
1. Hasil Rapat RCC (Optimasi Hilir) 2. Master Program Crude 3. 10 Harian/mingguan Supply Crude
Realisasi Pengolahan Realisasi pengolahan di unit operasi mengacu pada : 1. STS (bulanan) / RK (tahunan) 2. Ketersediaan stock crude dan prediksi jadual kedatangan crude 3. Ketersediaan umpan HVU (LSWR), dan jadwal kedatangan LSWR ex Spk dan atau RU’s
4. Kondisi Unit Operasi dan ketersediaan ullage saat itu
Materi Arus Minyak •
Perencanaan penerimaan crude
•
Perencanaan produksi
•
Perencanaan lifting
•
Supply Loss
Rencana produksi Pasar Pertamina adalah : 1. Berdasarkan Cuptive market untuk PSO 2. Mencari sendiri untuk industri dan BBM Non Subsidi, serta industri petrokimia Sebagai Public Service Obligation (PSO), Pertamina merencanakan produksi berdasarkan permintaan dari Direktorat Marketing & Trading sesuai dengan alokasi/kuota BBM yang sudah ditentukan Pemerintah per bulan atau pertahunnya berdasarkan populasi masyarakat suatu daerah
Rencana Pengolahan & Produksi Mempertimbangkan: 1. Ketersediaan bahan baku
2. Kehandalan kilang 3. Objective Thruput BBM 4. Objective Thruput LPG 5. Harga Produk Crude/BBM/NBM Dibicarakan dan direncanakan dalam: 1. Rapat master Program BBM 2. Rapat master Program LPG
Rencana Pengolahan & Produksi •
•
Berdasarkan Rapat RCC (Refinery Crude Committee) Di RU II rencana pengolahan di tuangkan dalam RPH (Rencana Pengolahan Harian) yang didasarkan pada STS bulan berjalan
Rencana Penimbunan Produk Gas Premium/Pertalite/ Pertamax/Pertamax Plus/ Pertamax Turbo/Pertamax Racing Avtur/Kerosene Solar/Bio Solar/ Pertadex/Dexlite Minyak Bakar/ NBBM/Lube Oil Intermedia Petrokimia
Kilang
Produk
Storage
Produk Lain dari Kilang RU II
•
•
•
•
•
•
Refinery Fuel Oil : Bahan bakar boiler/ketel uap penghasil steam Solphy-2 : solven (pelarut), pembersih komponen mesin pesawat udara Smooth Fluid : Bahan penunjang drilling (pengeboran) dengan tingkat sulfur yang rendah Pertadex : Bahan akar motor diesel yang mempunyai CN 58, low sulfur, hight performance Pertamax : Bahan bakar motor gasoline yang menggunakan spark plug UCO : Umpan untuk kilang Lube Base Oil Patra SK –
Rencana Penimbunan Produk • •
•
Diatur beradasarkan jenis minyak Disalurkan sesuai tanki/tempat penampungan/ storage yang telah ditentukan/ditetapkan Rencana penyaluran ke storage diatur dalam Rencana Penyaluran Produk (RPP) atau untuk RU II dikenal dengan nama Instruksi Penyaluran Hasil-Hasil Produksi (IPHM)
Rencana Penimbunan Produk Contoh IPHM Rencana penyaluran produk & blending, serta pengaturan pengolahan
Pengaturan & Realisasi 1. Order harian ke Unit Operasi berdasarkan STS, dan kehandalan kilang 2. Eksekusi di Unit Operasi 3. Monitoring jumlah (yield) dan kualitas
4. Penyaluran 5. Evaluasi realisasi terhadap target
Materi Arus Minyak •
Perencanaan penerimaan crude
•
Perencanaan produksi
•
Perencanaan lifting
•
Supply Loss
Perencanaan Lifting (= Pengangkatan) Produk yang sudah diproduksi di Kilang dan ditampung di tangki harus dikeluarkan karena terkait keterbatasan jumlah tangki penampung & kontinuitas produksi. Penyaluran produk dikenal dengan istilah lifting (pengangkatan), yang disalurkan melalui beberapa alat transportasi: 1. Kapal 2. Mobil tangki (Tank Car)/Bridger 3. Truk/kontainer
4. Pipeline/transfer line
Moda Transprotasi penyaluran No Sarana
Produk
1
Kapal
Semua produk
2
Mobil tangki (Tank Car)/ Bridger
Aspal, LPG, BBG, Avtur, BBM, Solphy, dll
Keterangan
Tergantung jenis produksi Berupa padatan (Lilin/wax, dari masingmasing kilang sulfur, coke, dll)
3
Truk/kontainer
4
Pipeline/transfer BBM line
Administrasi penyaluran STS
Diperoleh jumlah produksi
RCC Master Program Hadir: 1. OO 2. ISC 3. M&T 4. MOR 5. S&D 6. Pengolahan 7. Perkapalan
Alokasi Crude
Rencana Pengapalan/ Lifting
- DO - SO - KN - PO
Memo rencana pengapalan/ penyaluran: 1. 10 harian 2. Mingguan 3. Harian
System mySAP
Penyaluran (Kapal, Tank Car, Pipe Line, Truck/Kontainer) Penyaluran dilakukan pada produk yang sudah on spec (batching) berdasar : 1. Rencana Penyaluran BBM/NBM (berdasarkan MP) 2. Surat Permintaan Transfer (Bon Permintaan LPG & Gas Products Reg I, Dokumen Instruksi Pengapalan, Fax lifting Mingguan dari S&D) 3. Alokasi Indent untuk green coke, solphy
Perintah penyaluran Setelah terbit DO/PO dari mySAP, Fungsi RPO melalui Bagian SC&D mengeluarkan perintah muat atau bongkar, output-nya berupa order (perintah) penyaluran: Jenis Perintah
Order
Moda Transportasi
•
Loading Order (LO)
•
•
Discharging Order (DO)
•
•
Instruksi Penyaluran Minyak (IPM)
•
Muat crude/produk ke kapal Penerimaan/bongkar crude/produk dari kapal Penyaluran produk via mobil tangki atau pipa
Rencana Pengapalan Pengapalan Order penyaluran penyaluran yang dikeluarkan dikeluarkan ditujukan ke ke Bagian terkait terkait seperti: 1. Oil Oil Mov Movem emen entt Bagian yang melakukan eksekusi penyaluran/penerimaan 2. Labo Laborratori torium um Bagian yang bertugas melakukan pemeriksaan kualitas minyak yang akan dikeluarkan dikeluarkan atau diterima 3. Marine penyandaran kapal Bagian yang melakukan penyandaran 4. Finance Bagian yang melakukan kalkulasi jumlah/ kuantitas minyak yang disalurkan (menerbitkan Bill of lading) atau quantity of discharge
Perintah muat/bongkar tersebut disebutkan juga dalam IPHM
Rencana Pengapalan Pengapalan Contoh IPHM
Rencana penyaluran produk ke/dari kapal (rencana pengapalan)
Materi Arus Minyak •
Perencanaan penerimaan crude
•
Perencanaan produksi
•
Perencanaan lifting
•
Supply Loss
Skema Pengiriman Crude & Produk dari Produsen sampai ke Tangki Pengolahan Pertamina Loading Port
B/L
Tangki Dit.P
R1
SFAL
Diawasi Surveyor *B/L SFAL SFBD A/R
= Bill of Lading = Ship Figure After Loading = Ship Figure Before Discharge = Actual Received
SFBD
R3
A/R
R2
R4
Loading Master
1. Actual Receipt (A/R) adalah kuantitas Minyak Mentah atau Produk yang diterima oleh tanki penerima secara aktual. 2. Bill of Lading (B/L) adalah dokumen berharga yang mencantumkan kuantitas berdasarkan Certificate of Quantity Loaded dan tujuan pengiriman yang dibuat oleh pengirim untuk setiap jenis muatan kapal yang ditandatangani oleh Nakhoda Kapal guna diserahkan kepada penerima. 3. Loading Master adalah pejabat yang mewakili perusahaan dan bertanggung jawab atas kelancaran kegiatan bongkar-muat, kualitas dan kuantitas serta administrasi dalam penerimaan minyak mentah atau produk di pelabuhan bongkar/muat atau di Floating Storage. Sumber: Pedoman Penanganan & Pengawasan Susut MM & Produk
4. R-1 adalah selisih antara angka B/L (angka darat) dengan angka kapal setelah muat (ship’s figure after loading) di pelabuhan muat. (max 0,2 %) 5. R-2 adalah selisih antara angka kapal sesudah muat (Ship’s Figure After Loading) di pelabuhan muat dengan angka kapal sebelum bongkar (Ship’s Figure Before Discharged) di pelabuhan bongkar. (max 1,5 %) 6. R-3 adalah selisih antara angka kapal (Ship’s Figure Before Discharged) dengan angka penerimaan aktual di tanki darat (actual receipt). (max 0,2 %) 7. R-4 adalah selisih antara angka B/L dengan angka penerimaan aktual di pelabuhan bongkar (actual receipt) berdasarkan angka penerimaan aktual di tangki darat. (max 0,2%) Sumber: Pedoman Penanganan & Pengawasan Susut MM & Produk
8. Ship’s Figure After Discharge (SFAD) adalah kuantitas minyak mentah atau produk berdasarkan perhitungan diatas kapal sesudah bongkar. 9. Ship’s Figure After Loading (SFAL) adalah kuantitas minyak mentah dan produk berdasarkan perhitungan diatas kapal setelah pemuatan. 10. Ship’s Figure Before Discharge (SFBD) adalah kuantitas minyak mentah atau produk berdcasarkan perhitungan diatas kapal sebelum bongkar. 11. Susut adalah selisih kurang kuantitas serah-terima minyak mentah atau produk karena kegiatan pemindahan dari satu tempat ke tempat lainnya. Sumber: Pedoman Penanganan & Pengawasan Susut MM & Produk
12. Susut Angkutan Air adalah selisih kurang kuantitas minyak mentah atau produk karena kegiatan pemindahan dari satu tempat ke tempat lain menggunakan alat angkutan air (laut dan sungai). 13. Susut Angkutan Darat adalah selisih kurang kuantitas minyak mentah atau produk karena pemindahan dari satu tempat ke tempat lain menggunakan angkutan darat. 14. Susut Kilang adalah selisih kurang kuantitas baik minyak mentah, intermedia maupun produk yang ada di Kilang karena pemindahan dari satu tempat ke tempat lain akibat operasional kilang yang tergambar dalam laporan MQAR (monthly of quantity accounting report). Sumber: Pedoman Penanganan & Pengawasan Susut MM & Produk
15. Susut Penyimpanan dan Penanganan (storage & handling) adalah selisih kurang antara jumlah persediaan minyak mentah, intermedia dan produk di tanki timbun menurut angka pembukuan dengan angka pengukuran fisik. 16. Susut Serah Melalui Pipa adalah susut kurang kuantitas minyak mentah atau produk karena kegiatan pemindahan dari satu tempat ke tempat lain melalui pipa
Sumber: Pedoman Penanganan & Pengawasan Susut MM & Produk
Materi Oil Movement •
Penerimaan dan handling umpan
•
Penerimaan dan handling produk
•
Pelaksana proses blending
•
Penyaluran/lifting produk
•
Pengelolaan limbah
•
Pengelolaan dermaga
Overview Oil Movement Pergerakan arus minyak di Pertamina khususnya dalam proses pengolahan minyak bumi hingga menjadi produk berada dalam wewenang dan pengawasan satu Bagian yang bernama Oil Movement (OM). Di Pertamina, nama Bagian Oil Movement telah melalui beberapa kali perubahan: -
TIM Tanki Instalasi & Movement
-
ITP Instalasi Tangki & Pengapalan
-
OM Oil Movement
Di Unit Pengolahan lain awalnya ada yang bernama Terminal, tetapi saat ini semuanya menjadi OM.
Tugas & Fungsi Oil Movement Secara Umum • Penerimaan Crude Oil. • Menyiapkan Dry Stock Crude Oil & umpan lainnya untuk diolah di Refinery (unit proses). • Penerimaan berbagai produk stream dari unit produksi. • Melaksanakan pencampuran (Blending), baik produk, dan fuel oil. • Melakukan pengapalan/penyaluran & penerimaan produk. • Melakukan pemeliharaan dan cleaning tangki. • Pengendalian Losses Minyak akibat dari kebocoran, drainage, down grade dan evaporation di tanki. • Pengendalian pencemaran.
Materi Oil Movement •
Penerimaan dan handling umpan
•
Penerimaan dan handling produk
•
Pelaksana proses blending
•
Penyaluran/lifting produk
•
Pengelolaan limbah
•
Pengelolaan dermaga
Overview Oil Movement Produk dari Kilang dihasilkan dari umpan yang diolah di masing-masing unit proses. Umpan yang dimasukkan ke unit proses mulai dari primary porcess hingga secondary process mesti melalui tahapan persiapan agar setiap umpan yang diolah sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan lain yang mesti dipenuhi, seperti: •
Jumlah
•
Komposisi crude
•
Kandungan air
Overview Oil Movement Untuk jumlah, OM harus memastikan jumlah minyak yang ada di tanki cukup dan tersedia sesuai perintah dari Fungsi RPO (sesuai RPH & IPHM). Untuk komposisi crude, OM harus melaksanakan pencampuran/blending crude (mix crude) harus sesuai yang direkomendasikan oleh Engineering berdasarkan karakteristik crude atau umpan yang lainnya.
Overview Oil Movement Untuk kandungan air, OM mesti menjaga dan memastikan kandungan B&SW (Basic Sedimen & Water)* dan kandungan air bebas (WC= water content) tidak melebihi batas yang diperkenankan (max 0,5 %). Tingginya kandungan air dapat mengganggu proses pengolahan di kilang. Selain terhadap proses juga dapat meimbulkan karat pada peralatan serta berpotensi merusak spesifikasi produk (WC >). BS&W, spesifikasi teknis dari kotran tertentu dalam minyak mentah. Kandungan air dapat sangat bervariasi dari lapangan ke lapangan dan mungkin ada kemungkinan terdapat kandungan air yang lebih besar karena adanya teknologi injeksi steam (uap air) - Wikipedia
Sumber Crude & Intermedia Sumber perolehan crude & intermedia sebagai umpan kilang yang diterima oleh OM dapat berasal dari: Crude domestik Crude impor Intermedia antar kilang Intermedia impor •
• •
•
Supply dapat diterima melalui: Kapal Jalur pipa • •
Crude atau umpan intermedia yang diterima dimasukkan ke dalam tangki yang sudah disiapkan dan sesuai dengan peruntukannya.
Blending crude Crude dan intermedia sebagai umpan kilang tidak selalu tersedia cukup hanya dari satu jenis crude. Ada beberapa alasan, yaitu: 1. Disesuaikan dengan karakteristik operasional kilang (desain). 2. Perubahan pola operasional kilang. 3. Berkurangnya ketersediaan crude awal karena berbagai alasan. 4. Mencari harga umpan yang lebih murah agar diperoleh keuntungan (margin) yang lebih besar. 5. Terpaksa berpindah crude karena mempertahankan operasional kilang agar tetap berproduksi.
Blending crude Oleh sebab itu, untuk memenuhi jumlah umpan dan sesuai dengan karakteristik kilang, dan alasan-alasan maka umpan perlu diblending/dicampur menjadi mix crude atau coctail crude. Contoh untuk kilang Refinery Unit II: Karakteristik awal kilang RU II adalah mengolah 85 % sweet crude (crude yang mempunyai kandungan sulfur rendah), yaitu SLC (Sumatera Light Crude) dan 15 % DCO (Duri Crude Oil).
Blending crude Tetapi saat ini komposisinya sudah berubah, dimana SLC tidak lagi dominan. SLC 30 – 50 % DCO 15 – 20 % BUCO 30 – 50 % Aseng 3 – 8 % Doba 8 – 10 % Mudi 10 – 15 % • •
• •
•
•
Tergantung jumlah crude yang tersedia
Blending crude Selain crude untuk umpan di primary process, ada juga intermedia untuk umpan di secondary process, seperti: HVU (Height Vacuum Unit) LSWR (Low Sulfur Waxy Residue) HCU (Hydrocracking Unit) HVGO (Heavy Gas Oil) dari HVU. DCU (Delayed Cooking Unit) Vacuum Bottom/Short Residue dari HVU. DHDT (Dehydrotreating Unit) LCGO dari DCU. NRU (Naphtha Rerun Unit) SR. Naphtha dari CDU. PL-I (Platforming Unit) H. Naphtha dari NRU PL-CCR Naphtha Threating dari NHDT Amin Unit Gas dari HCU •
•
•
• •
• •
•
Materi Oil Movement •
Penerimaan dan handling umpan
•
Penerimaan dan handling produk
•
Pelaksana proses blending
•
Penyaluran/lifting produk
•
Pengelolaan limbah
•
Pengelolaan dermaga
Penerimaan dan handling produk Produk (stream produk) yang dihasilkan dari kilang disalurkan ke tangki yang sudah diperuntukkan untuk masing-masing produk. Tidak semua produk itu menjadi produk jadi dan tidak semua produk jadi berasal dari satu produk saja. Contoh produk Solar: - Solar bisa langsung jadi begitu keluar dari pabrik - Harus dicampur baru menjadi produk (LGO + HGO) - Atau dari campuran Diesel HCU + HCGO + H. Kero DHDT + Kerosene + LCGO
Penerimaan dan handling produk Proses ini dinamakan inline blending untuk mendapatkan nilai lebih dari masing-masing intermedia tersebut yang kesemuanya dikerjakan oleh OM atas dasar IPHM dari RPO. Produk yang masuk ke tangki mesti dijaga ukurannya setiap saat, jangan sampai penuh dan luber (melimpah). Serta mesti dijaga kualitasnya sampai produk itu disalurkan/dikapalkan bekerja sama dengan Bagian Laboratorium selaku yang mempunyai otoritas memeriksa mutu minyak.
Materi Oil Movement •
Penerimaan dan handling umpan
•
Penerimaan dan handling produk
•
Pelaksana proses blending
•
Penyaluran/lifting produk
•
Pengelolaan limbah
•
Pengelolaan dermaga
Pelaksana proses blending Instruksi blending dan produk dari RPO dilaksanakan oleh OM sesuai dengan perintah. OM mesti menjamin jumlah yang diblending haruslah sesuai untuk mendapatkan produk yang sesuai spesifikasi. Keselahan dalam pencampuran dapat berdampak pada kerugian yang sangat besar. Karena untuk memperbaiki kembali spesifikasi yang sudah terlanjur rusak (off spect) membutuhkan waktu, biaya dan tenaga.
Materi Oil Movement •
Penerimaan dan handling umpan
•
Penerimaan dan handling produk
•
Pelaksana proses blending
•
Penyaluran/lifting produk
•
Pengelolaan limbah
•
Pengelolaan dermaga
Penyaluran/lifting produk OM bertugas untuk menyalurkan produk sesuai dengan order yang telah diberikan. Order dapat dalam bentuk: Loading Order Discharge Order IPM Ketiga ini dibuat secara system terkoneksi (system ROAS = Refinery Oil Accounting System) yang dapat diakses melalui jaringan internet sesuai distribusinya. •
• •
Berdasarkan order yang diberikan, OM langsung bergerak aktif untuk menghubungi semua Bagian yang terkait (Marine untuk menanyakan posisi kapal, Lab untuk menanyakan kualitas produk, Finance untuk .
Penyaluran/lifting produk Finance untuk membuat dokumen, dll). Jika penyaluran via kapal, maka OM akan membuat izin sandar dan menentukan dermaga/jetty mana yang akan digunakan. Dalama proses penyaluran, OM bertindak mewakili Perusahaan untuk melakukan transaksi (custody transfer) seperti berdiskusi dengan Pihak Kapal terkait nominasi, kesiapan kapal, dsb.
Jika penyaluran melalui pipa (ker TBBM), maka OM berhubungan dengan Pihak TBBM untuk koordinasi penyaluran.
Flow Diagram Distribusi BBM dari Refinery Unit II
PERENCANAAN PENGATURAN PRODUKSI BBM RU II
PERENCANAAN PENGATURAN DISTRIBUSI BBM DIIKUTI OLEH KANTOR PUSAT, M&T/MOR, RU’S, P&O, ISC, SHIPPING
PIPA / MOBIL
KAPAL ALOKASI MOR I
DEPOT DUMAI
DEPOT SIAK
PLN BELAWAN
INSTRUKSI PENYALURAN BELAWAN BATAM
PROGRAM PELAYANAN TRANSFER/PEMUATAN di RU II DUMAI & SUNGAI PAKNING
PULAU SANBU KAPAL ALOKASI S&D KANTOR PUSAT
PENYALURAN BBM OLEH PERTAMINA BERDASARKAN KUOTA YANG DITETAPKAN OLEH PEMERINTAH (PUSAT, DAERAH/SETEMPAT)
TANJUNG UBAN
TELUK KABUNG
TANJUNG GUREM
HARGA BBM YANG DIJUAL DIPASARAN DITETAPKAN OLEH PEMERINTAH (KEMENTRIAN ESDM) 72
KIJANG
JAKARTA NAD
Kontribusi Refinery Unit II Kontribusi RU II terhadap Total Supply BBM Nasional cukup signifikan 18 % RU II
RU III
RU IV
RU V
RU VI
Eksport - LSWR
NAD BBM
30% 11%
SUMUT BBM-Avtur-LPG
18%
SUMBAR BBM-Avtur-LPG RIAU BBM Avtur - LPG –
RU II Dumai
KEP. RIAU BBM
DKI- Avtur
73
23% 18%
Process Flow Diagram Refinery Unit II Hulu
Refinery Unit II
Marketing Operational Region
BANYU CRUDE MUDI CRUDE
MUDI CRUDE
TBBM DUMAI
74
Materi Oil Movement •
Penerimaan dan handling umpan
•
Penerimaan dan handling produk
•
Pelaksana proses blending
•
Penyaluran/lifting produk
•
Pengelolaan limbah
•
Pengelolaan dermaga
Pengelolaan limbah Dalam proses pengolahan minyak bumi, terdapat buangan dari kilang yang adakalanya dalam air terikut minyak. Buangan dari kilang dapat berasal dari air pendingin, dan drain tanki. Semua buangan ini sebelum masuk ke perairan diolah terlebih dahulu. Pengelolaan yang dimaksud adalah memisahkan antar air dengan minyak. Dimana minyaknya di pompakan ke tangki dan air yang sudah bersih dibuang ke perairan
Materi Oil Movement •
Penerimaan dan handling umpan
•
Penerimaan dan handling produk
•
Pelaksana proses blending
•
Penyaluran/lifting produk
•
Pengelolaan limbah
•
Pengelolaan dermaga
Pengelolaan dermaga Penerimaan minyak mentah dan penyaluran produk sebagian besar disalurkan melalui kapal, ini dikarenakan jauhnya letak antara sumber dengan lokasi supply. Agar penerimaan minyak mentah maupun penerimaan/penyaluran produk berjalan dengan lancar, maka dibutuhkan dermaga (jetty). Di semua unit Pengolahan Pertamina, yang melakukan pengelolaan dermaga adalah Bagian OM. Meliputi semua fasilitas yang ada di atas dermaga. Mulai dari penerimaan kapal hingga pelepasan kapal (selama kapal sandar).
Pengelolaan dermaga Untuk proses lepas sandar kapal dilakukan oleh Fungsi Marine yang bekerja sama dengan Pihak Kesyahbandaran. Tetapi berbeda pelabuhan/dermaga yang di kelola oleh MOR – Direktorat MT. Dimana pelabuhan dihandle sendiri oleh Fungsi Marine petugas di TBBM.
Pola Penyaluran Produk
Pertamina menangani distribusi BBM yang paling kompleks di dunia Operational Area Marketing and Distribution in Indonesia
SABANG
: Refining Units
: Fuel Depot
: Fuel Distribution Line
: Back Loading Terminal
: Transit Terminal
: Ship to Ship
KRUENGRAYA LHOKSEUMAWE
MEULABOH
P.NATUNA
UP.I-PKL.BRANDAN
TARAKAN
TAHUNA
LAB.DELI SIBOLGA
BITUNG UP.II-DUMAI
G.SITOLI
P.BATAM
TOBELO
TOLI-TOLI
SIAK MOUTONG
SINTANG
P.SAMBU
SAMARINDA
PONTIANAK
TT.TLK. KABUNG
JAMBI
DONGGALA
MANOKWARI
PARIGI
CILIKRIWUT
LUWUK
TT. WAYAME
SANANA
KOLONDALE BANGGAI
P.PISANG
KENDARI
PARE-PARE
BANJARMASIN
SERUI BULA
PALOPO PKL.BUN
BIAK SORONG
POSO
SAMPIT
UP.III-PLAJU
PABUHA
SUBUNG
BALIKPAPAN
BENGKULU
TERNATE
GORONTALO
BONTANG
JAYAPURA
NAMLEA
NABIRE MASOHI FAK-FAK
KOLEKA RAHA
KOTABARU
PANJANG
BAU-BAU
TLK. SEMANGKA
UJ.PANDANG
UP.VI
PLUMPANG
SEMARANG
TT.
KALBUT MENENG
UP.IV CILACAP
TT.TLK MANGGIS
MERAUKE
MAUMERE
BADUNG
AMPENAN
IMPORT
KALABAHI
REO BIMA
SAUMLAKI L.TUKA
DILI
ENDE WAINGAPU
ATAPUPU
KUPANG
IMPORT
4,509 unit SPBU
118 Depot (82 sea-fed depots, 18 in land and 18 major depot)
202 LPG Filing Stations
54 Aviations Depot
166 vessels (35 own, 1 17 chartered, 14 chartered LPG tanker)
1,272 km pipelines 81
DOBO
CAMPLONG SURABAYA
TG.GEREM/MERAK
TUAL
BALONGAN
POLA PENYALURAN PRODUK
MARKETING & TRADING REGION I SUMBAGUT I COVERAGE AREA Working Area
Sumatera Utara Kantor Region : 1 Terminal BBM : 5
NAD Kantor Sales : 1 Terminal BBM : 5
Kep. Riau Kantor Sales : 1 Terminal BBM : 5
Sumatera Barat Kartor Sales :1 Terminal BBM : 1
Riau Kantor Sales : 1 Terminal BBM: 3
MARKETING & TRADING REGION I SUMBAGUT I POLA SUPPLY BBM SABANG LHOKSEUMAWE
KRUENG RAYA MEDAN GROUP
SIMELUE
IMPOR NATUNA
MEULABOH
KISARAN P. SIANTAR
RU II & DEPOT DUMAI P. SAMBU
SIBOLGA
GN. SITOLI
TG. UBAN SIAK KABIL TEMBILAHAN
KIJANG
TELUK KABUNG
LEGENDA
KILANG/REFINERY UNIT INSTALASI/ T. BBM REGULAR SUPPLY
–
CILACAP
MARKETING & TRADING REGION I SUMBAGUT I SUPPLY & DISTRIBUSI BBM AVTUR AVIGAS
DPPU
PREMIUM SOLAR PERTAMAX
AIRLINERS
KONSUMEN UMUM
SPBU PREMIUM SOLAR
KONSUMEN & NELAYAN
APMS/SPDN/ PIPA INSTALASI/DEPOT KILANG PERTAMINA/ IMPORT
MOBIL TANKI
SOLAR M.BAKAR
AGEN INDUSTRI INDUSTRI/PLN KEROSENE
AMT
PREMIUM SOLAR AVTUR
PANGKALAN TNI/POLRI
PIPA
INDUSTRI/PLN TANKER
SOLAR
BUNKER SERVICE
SPBB
KAPAL LAUT
KAPAL MOTOR SPEED BOAT
86
SARFAS BBMNPSO NON PERTAMINA SUBSIDI KESIAPAN I KESIAPAN SARFAS PERATURAN PERUNDANGAN MIGAS PERTAMINA
Keterangan: Outlet Pertamax SPBU Tersedia Solar Non Subsidi
FRM REG II
MARKETING & TRADING REGION I SUMBAGUT I POLA SUPPLY LPG MGL
KUTA LHOKSEUMAWE ZPP
HULAJ U
Depot Pangkalan Susu GAS
IGL
DEPOT TANDEM
WDS/ WD DMI CTS GAL
CTM
TN/SM MSW J SMC NIJA SW L
PMI
SMM S TG
BBPT
RMJ
NASANGG A
KILANG DUMAI CAHAYA RIAU
PKSG SIGI
RSS
SIG
ABM K
SPM
DEPOT TJ. UBAN
SJA SRM
GCS G
MAS RBK M MAS
ABBP
PRIZACO PUTRA SINDO
MARKETING & TRADING REGION I SUMBAGUT I POLA DISTRIBUSI LPG
Modern outlet
Retailer / Toko
SPPEK
Sub Agen Kilang Pertamina
Agen
Kilang Swasta
LPG FP Pertamina
Rumah Tangga
Komersil
Industry
Import SPPBE
MARKETING & TRADING REGION I SUMBAGUT I KONVERSI LPG
NAD Telah NAD Telah terdistribusi : 902.555 paket - On Progress RIAU Telah RIAU Telah terdistribusi : 1.111.366 paket. Close 2011
SUMUT Telah SUMUT Telah terdistribusi : 2.594.163 paket.Close 2012
SUMBAR Estimasi : 971.420 – Belum Progress
Kepri Telah Kepri Telah terdistribusi : 298.221 paket . Close 2011
MARKETING & TRADING REGION I SUMBAGUT I MONITORING SAFETY LPG
Depot
SPPBE
Agen
Pangkalan
Monitoring & Pembinaan: Monitoring & Pembinaan: •
•
•
Tabung Bocor Tabung Rusak/Afkir
•
•
•
Tabung Ilegal •
Monitoring
= Monitoring, Pembinaan, Sosialisasi
Rumah Tangga & Usaha Mikro
Monitoring & Pembinaan: Tabung Bocor
Tabung Bocor
•
Tabung Rusak/Afkir
•
Tabung Ilegal
•
Pengoplosan
Tabung Ilegal Pengoplosan
Sosialisasi Berkala & Koordinasi dengan Aparat Terkait
91
MENGAPA PERLU KEEKONOMIAN ? •
Perubahan hubungan bisnis Pertamina dengan pemerintah
•
Ketersediaan Crude
•
Tuntutan peningkatan kualitas produk
PERUBAHAN HUBUNGAN BISNIS
•
Semula COST & FEE
•
Sekarang OPTIMUM MARGIN
Diperlukan OPTIMASI
GRTMPS •
•
Tool yang membantu kalkulasi perencanaan secara kompleks, menyangkut pemilihan pengolahan crude dan perencanaan produksi dengan mengakomodir utilisasi unit kilang. Model yang dipakai : –
Model individual Refinery Unit
–
Model Global