PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI PELAKSANAAN PEKERJAAN
4.1
Umum Tugas konsultan perencana sesuai dalam Term Of Reference (TOR) mencakup pekerjaan pokok, yaitu Perencanaan Teknis Jalan, Rekayasa Lalu Lintas dan Pengembangan Teknologi, rincian kegiatan pelaksanaan Perencanaan Teknis Kegiatan Peningkatan Jalan di Kecamatan Cilincing Pekerjaan perencanaan teknis ini adalah untuk mendapatkan konsep perencanaan detail design dan gambar teknis serta spesifikasi teknis, volume/RAB, sehingga dapat menjadi panduan pada waktu pelaksanaan pembangunan di lapangan nantinya. Hasil dari perencanaan teknis mencakup kumpulan dokumen teknis yang dapat memberikan gambaran produk yang ingin diwujudkan, dengan memperhatikan ketentuan Teknis yang terdapat di dalam TOR sehingga didapat hasil optimal sesuai dengan kebutuhan pemakai dengan biaya seoptimal mungkin. Tahapan pokok dari pekerjaan yang harus dilakukan oleh konsultan perencana secara garis besarnya mencakup tahapan-tahapan sebagai berikut: 1).
Tahap Persiapan Perencanaan Pada tahap ini dilakukan Pencatatan data-data kondisi existing (data inventoryreconaisance survey) untuk semua kondisi awal lokasi yang direncanakan baik bangunan, fasilitas yang ada, patok RUMIJA, bangunan umum, drainase, pohon, dan lain-lain yang akan terkena pekerjaan pembangunan jalan tersebut. Persiapan desain ini bertujuan untuk : a.
Mempersiapkan dan mengumpulkan data-data awal.
Perencanaan Teknis Kegiatan Peningkatan Jalan di Kecamatan Cilincing
II - 1
b.
Menetapkan desain sementara dari data awal untuk dipkai sebagai panduan survey pendahuluan.
c. 2).
Menetapkan prioritas jalan yang akan disurvey.
Tahap Pengumpulan Data di Lapangan : Pengumpulan Data di lapangan didapatkan dari hasil : -
Pengukuran topografi
-
Penyelidikan tanah dan perkerasan
-
Survey Drainase
3). Tahap Perencanaan Teknis Pada Tahap Perencanaan Teknis hal-hal yang harus dilakukan adalah sebagai berikut : a. Analisa data lapangan (Data Sekunder) b. Perencanaan perkerasan c. Perencanaan drainase d. Penggambaran topografi e. Perencanaan geoteknik f. Perencanaan geometrik 4).
Tahap Penyusunan Rencana Detail Pada Tahapan ini hal-hal yang dikerjakan antara lain adalah sebagai berikut : a. Membuat gambar rencana, profil memanjang dan melintang. b. Membuat gambar plan dan profil. c. Membuat gambar detail konstruksi d. Membuat gambar detail bangunan pelengkap jalan. e. Membuat gambar standar jalan f. Membuat rincian volume pekerjaan dan Rencana Anggaran Biaya (RAB).
5. Tahap Akhir Output Tahap Akhir dari pelaksanaan perencanaan teknis jalan adalah : a.
Menyusun dokumen perencanaan
b.
Menyusun dokumen pelelangan
Penyusunan pada tahapan pekerjaan ini disesuaikan dengan kebutuhan pelaksanaan perencanaan dimana rincian tujuan dari setiap tahapan tersebut diatas adalah sebagai berikut :
Perencanaan Teknis Kegiatan Peningkatan Jalan di Kecamatan Cilincing
II - 2
4.2.
Tahap Persiapan Perencanaan Dalam tahap persiapan, konsultan akan mengumpulkan sebanyak mungkin data yang diperlukan untuk perencanaan lebih lanjut. Untuk itu Konsultan akan melakukan hal-hal sebagai berikut : 1. 2.
Mempersiapkan dan mengumpulkan data-data awal. Mengumpulkan dan mereview data mengenai alinyemen jalan yang ada dan situasinya serta informasi lainnya secara umum, termasuk didalamnya konfirmasi data-data ruas jalan yang telah ada.
3.
Menetapkan
desain
sementara
dari
data
awal
untuk
panduan
survai
pendahuluan. 4.
Mengumpulkan dan mereview lokasi/prioritas jalan yang akan disurvai atau daerah-daerah khusus yang diperkirakan banyak membantu dalam tahap selanjutnya.
5.
Mengumpulkan dan mereview data mengenai bahan-bahan/material maupun peralatan yang tersedia untuk dapat menentukan jenis konstruksi.
6.
Mengumpulkan dan mereview data mengenai bahan-bahan/material di lokasi.
7.
Membuat foto-foto dokumentasi mengenai kondisi lapangan yang bersangkutan dan khusus untuk kepentingan pelaksanaan pekerjaan dan perlu direkam situasi lokasi dan sekitarnya dengan foto panoramik.
8.
Memperhatikan
usulan
lainnya
baik
dari
Dinas
Pekerjaan
Umum
Propinsi/Kotamadya maupun Pengguna Anggaran di daerah. 9.
Menyusun rencana jadwal di lapangan.
10. Mengumpulkan data sekunder lainnya yang diperlukan dan dianggap penting. Dari tahap persiapan ini diharapkan Konsultan sudah dapat menyajikan metode perencanaan yang akan diterapkan, dan mengindentifikasi masalah-masalah yang mungkin timbul. Semua hasil persiapan ini akan dilaporkan dalam bentuk Laporan Survai Pendahuluan lengkap dengan foto asli untuk dikonsultasikan kepada Pengguna Anggaran dan sebagai persiapan langkah selanjutnya.
4.3.
Tahap Pengumpulan Data Lapangan Survai yang dilaksanakan pada tahap pengumpulan data lapangan adalah sebagai berikut :
Perencanaan Teknis Kegiatan Peningkatan Jalan di Kecamatan Cilincing
II - 3
1.
Survai Pendahuluan Sebelum dimulainya survai detail maka terlebih dahulu dilakukan survai ke lokasi rencana jalan.
2.
Survai Detail Survai detail ini terdiri atas : Pengukuran Topografi Pengukuran topografi yang dilakukan disepanjang sumbu (as jalan) rencana jalan dan jalan masuk/keluar serta daerah-daerah sekitarnya yang diperlukan dalam pembuatan rencana detail, meliputi lebar daerah milik jalan ditambah dengan daerah kiri dan kanan dari daerah lajur jalan, sesuai dengan kebutuhan untuk perencanaan teknis. Pekerjaan pengukuran ini meliputi pekerjaanpekerjaan : a). Pengukuran titik kontrol horisontal dan vertikal (Poligon Utama) Titik kontrol poligon utama dibuat pada titik awal/akhir dari setiap jarak maksimal 500 m pada sumbu jalan dimaksud. b). Pengukuran situasi,penampang memanjang dan penampang melintang − Pengukuran Situasi Pengukuran situasi akan dilakukan secara cermat, semua data lapangan bangunan permanen diukur misalnya : bangunan-bangunan gedung, rumah-rumah permanen, pinggir bahu jalan, pinggir selokan, letak gorong-gorong serta dimensinya, tiang-tiang telepon serta bangunanbangunan lain yang dianggap perlu. Patok Km dan Hm jika ada,serta patok-patok tanda-tanda penting lainnya yang ada di tepi jalan akan diambil dan dihitung koordinatnya. − Pengukuran Penampang Memanjang Pengukuran penampang memanjang diambil pada sumbu dari lintasan yang diusulkan. Pengukuran beda tinggi titik-titik stasiun diambil untuk setiap jarak 50 meter. Titik-titik tersebut diberi tanda patok di lapangan. − Pengukuran Penampang Melintang Pengukuran penampang melintang diambil setiap jarak 50 m pada bagian yang lurus dan landai dan setiap jarak 25 m untuk daerah-daerah tikungan/miring terjal yang diusulkan. Lebar pengukuran meliputidaerah seluas/sejauh 50 m sebelah kiri-kanan sumbu jalan pada bagian yang lurus dan 25 m kesisi luar dan 50 m ke sisi dalam pada bagian jalan yang menikung atau sesuai kebutuhan.
Perencanaan Teknis Kegiatan Peningkatan Jalan di Kecamatan Cilincing
II - 4
c). Pemasangan patok-patok untuk titik ikat serta patok-patok tanda − Titik awal dan titik akhir sumbu jalan diikatkan pada masing-masing dua buah patok ikat beton yang diletakkan di tepi kiri dan kanan daerah penguasaan jalan sebagai titik-titik ikat/BM penolongnya. − Patok beton dengan ukuran 10 cm x 10cm x 75 cm ditanam sedemikian rupa sehingga bagian patok yang ada di bagian atas tanah adalah kurang lebih 25 cm atau dengan patok besi berdiameter 5 cm sebagai titik ikat/BM penolongnya. − Patok poligon dan profil dibuat dari kayu dengan ukuran 5 cm x 7 cm 60 cm atau sesuai dengan kebutuhan. Pada patok poligon maupun patok profil diberi tanda cat kuning dengan tulisan merah yang diletakkan di sebelah kiri ke arah jalannya pengukuran. Khusus untuk profil memanjang titik yang terletak disumbu jalan diberi paku dengan dilingkari cat kuning sebagai tanda. − Untuk memperbanyak titik tinggi yang tetap perlu ditempatkan titik tinggi referensi pada tempat lain yang permanen dan mudah ditemukan kembali. − Patok
beton
patok
tanda
referensi
dan
titik
tinggi
referensi
didokumentasikan dan dijadikan acuan penggambaran. d). Perhitungan dan Penggambaran Peta Titik poligon utama dihitung koordinatnya berdasarkan metode kuadrat terkecil. Penggambaran titik poligon tersebut tidak menggunakan cara grafis. Gambar ukur yang berupa gambar situasi digambar pada kertas milimeter dengan skala 1:1000 dan garis ketinggian dengan interval jadi 1 m. Ketinggian titik detail dicantumkan dalam gambar ukur, begitu pula semua keterangan yang penting. Titik ikat atau titik mati serta titik ikat baru dimasukkan dalam gambar dengan diberi tanda khusus. Koordinat beserta ketinggian poligon utama dicantumkan dalam gambar dan dilampiri data koordinat dan ketinggiannya akan dilampirkan. e). Prosedur Pekerjaan Pengukuran − Pemeriksaan dan koreksi alat ukur Sebelum melakukan pengukuran, setiap alat ukur yang akan digunakan diperiksa dan dikoreksi sebagai berikut : Pemeriksaan theodolith : Sumbu I vertikal, dengan koreksi nivo kotak dan nivo tabung Sumbu II tegak lurus sumbu I Garis bidik tegak lurus sumbu II Kesalahan kolimasi horizontal = 0
Perencanaan Teknis Kegiatan Peningkatan Jalan di Kecamatan Cilincing
II - 5
Kesalahan indeks vertikal = 0 Pemeriksaan alat sipat datar : Sumbu I vertikal, dengan koreksi nivo kotak dan nivo tabung Garis bidik harus sejajar dengan garis arah nivo. Hasil pemeriksaan dan koreksi alat ukur dicatat dan dilampirkan dalam laporan. − Pemasangan patok-patok
Patok-patok BM
Patok-patok kayu, dan dalam keadaan khusu ditambahkan patok bantu
Untuk memudahkan pencarian patok, sebaiknya pada daerah sekitar patok diberi tanda-tanda khusus
Pada lokasi-lokasi khusus dimana tidak mungkin dipasang patok, misalnya diatas permukaan jalan beraspal atau diatas permukaan batu, maka titik-titik poligon dan sipat datar ditandai dengan paku seng dilingkari cat kuning dan diberi nomor.
− Pengukuran titik kontrol horizontal
Pengukuran titik kontrol horizontal dilakukan dengan sistem poligon, dan semua titik ikat (BM) dijadikan sebagai titik poligon.
Sisi poligon atau jarak antar titik poligon, diukur dengan meteran atau dengan alat ukur secara optis ataupun elektronis.
Sudut-sudut poligon diukur dengan alat ukur theodolith dengan ketelitian baca dalam detik. Disarankan untuk menggunakan theodolith jenis T2 atau yang setingkat.
Ketelitian untuk pengukuran poligon adalah sebagai berikut : o
Kesalahan sudut yang diperbolehkan adalah 10” kali akar jumlah titik poligon.
o
Kesalahan azimuth pengontrol tidak lebih dari 5” Pengamatan matahari dilakukan pada titik awal dan titik akhir
pengukuran. Setiap pengamatan matahari dilakukan dalam 2 seri
(4
biasa dan 4 luar biasa) − Pengukuran titik kontrol vertikal
Pengukuran
ketinggian
dilakukan
dengan
cara
2
kali
berdiri/pembacaan (double standard).
Pengukuran sipat datar mencakup semua titik pengukuran (poligon, sipat datar, dan potongan melintang) dan titik BM.
Perencanaan Teknis Kegiatan Peningkatan Jalan di Kecamatan Cilincing
II - 6
Pengukuran sipat datar disarankan dilakukan dengan alat sipat datar orde II dengan ketelitian tidak boleh lebih besar dari 10 mm kali akar jumlah jarak (Km).
Rambu-rambu ukur yang dipakai harus dalam keadaan baik, berskala benar, jelas dan sama.
Pada setiap pengukuran sipat datar dilakukan pembacaan ketiga benangnya, yaitu Benang Atas (BA), Benang Tengah (BT), dan Benang Bawah (BB), dalam satuan milimeter. Pada setiap pembacaan harus dipenuhi 2 BT = BA + BB.
− Pengukuran situasi
Pengukuran situasi dilakukan dengan sistem tachimetry, yang mencakup semua obyek yang dibentuk oleh alam, maupun manusia yang ada disepanjang jalur pengukuran.
Dalam pengambilan data perlu diperhatikan keseragaman penyebaran dan kerapatan titik yang cukup sehingga dihasilkan gambar situasi yang benar.
Pada lokasi-lokasi khusus (misalnya : sungai,persimpangan dengan jalan yang sudah ada) pengukuran perlu dilakukan dengan tingkat kerapatan yang lebih tinggi.
Untuk pengukuran situasi digunakan alat theodolith..
− Pengukuran penampang melintang
Waktu pembidikan, rambu harus diletakkan diatas alas besi.
Pengukuran
penampang
melintang
dilakukan
dengan
persyaratan: Tabel 4.1. Persyaratan Pengukuran Penampang Melintang Kondisi
Lebar koridor (m)
Interval (m)
- Datar, landai, dan lurus
50 + 50
50
- Pegunungan
50 + 50
25
25 (luar) + 50 (dalam)
25
- Tikungan − Perhitungan koordinat
Perhitungan koordinat poligon dibuat setiap seksi, antara pengamatan matahari yang satu dengan pengamatan berikutnya. Koreksi sudut tidak boleh diberikan atas dasar nilai rata-rata, tapi harus diberikan berdasarkan panjang kaki sudut (kaki sudut yang lebih pendek mendapatkan koreksi yang lebih besar), dan dilakukan di lokasi pekerjaan.
Perencanaan Teknis Kegiatan Peningkatan Jalan di Kecamatan Cilincing
II - 7
− Perhitungan sipat datar Perhitungan sipat datar dilakukan hingga 4 desimal (ketelitian 0,5 mm), dan
perlu dilakukan
kontrol perhitungan pada
setiap lembar
perhitungan dengan menjumlahkan beda tingginya. − Perhitungan ketinggian detail Ketinggian detail dihitung berdasarkan ketinggian patok ukur yang dipakai sebagai titik pengukuran detail dan dihitung secara tachimetric. 3.
Survai Kondisi Jalan Survai kondisi jalan dilakukan untuk mengetahui jenis konstruksi, sruktur, jenis kerusakan yang terjadi dan seberapa berat kerusakannya dan kondisi lainnya untuk mendapatkan data yang diperlukan guna perencanaan lebih lanjut.
4.
Survai Lalu-Lintas Survai lalu-lintas dilakukan untuk mengetahui volume dan komposisi lalu lintas yang akan dilayani oleh sistem persimpangan yang di usulkan selama masa pelayanannya untuk merencanakan struktur perkerasan dan geometrik jalan. Survai
persimpangan
dimaksudkan
untuk
mengetahui
kondisi
persimpangan/pertemuan jalan baik situasi fisik maupun kondisi lalu lintas antara lain komposisi, distribusi menurut waktu dan arah, dan lain-lain. 5.
Survai Inventarisasi Jalan Kota Survai ini dilakukan untuk menginventarisasi tentang situasi, panjang jalan, lebar perkerasan, lebar bahu, trotoar, median, drainase, persimpanganpersimpangan, dengan jalan lain, bangunan-bangunan pelengkap jalan dan lainlain dengan jarak interval pengamatan setiap jarak minimal 50 meter dan maksimal 100 meter di daerah yang lurus dan untuk daerah tikungan minimal setiap jarak 25 meter atau sesuai dengan kebutuhan.
6.
Penyelidikan Tanah dan Perkerasan Penyelidikan tanah dilapangan disertai dengan foto-foto dan membuat laporan hasil survai tersebut termasuk hasil laboratorium dan rekomendasinya. Kegiatan penyelidikan lapangan meliputi : a.
Pemetaan geologi teknis
b.
Pemetaan tanah dasar antara lain : Gerakan tanah
Perencanaan Teknis Kegiatan Peningkatan Jalan di Kecamatan Cilincing
II - 8
Tebal tanah dasar Kondisi air tanah dan air permukaan c.
Test pit Test pit diperlukan untuk mengetahui susunan atau komposisi dan ketebalan lapis perkerasan jalan yang ada, baik yang sudah beraspal maupun yang belum. Test pit dilakukan pada setiap jenis satuan tanah yang berbeda,
dengan
kedalaman
1-2
meter,
bila
sepanjang
daerah
penyelidikan hanya dijumpai satu atau beberapa jenis satuan batuan, maka penggalian sumur uji masing-masing berjarak tidak lebih dari 1 Km. Pada kasus tertentu (jalan segera dilaksanakan) perlu dilakukan penggalian sumur uji tambahan. Pada setiap test pit dilakukan pengamatan/deskripsi struktur dan jenis tanah, di foto dan diambil sampelnya serta dilakukan analisa sebagai berikut : Indeks properties Atterberg limits Compaction standard CBR d.
Untuk sudut lereng pada daerah-daerah dengan galian cukup tinggi diperlukan desain terhadap keruntuhan dengan faktor keamanan F > 1,5 dengan berbagai variasi perbandingan sudut lereng.
e.
Pengisian lembar isisan kondisi geoteknik sekitarnya, setiap jarak 500 – 1000 meter. 1).
Penyelidikan tanah dan perkerasan Penyelidikan
tanah
dan
perkerasan
dilakukan
dengan
cara
pengamatan langsung dilapangan dan pengujian laboratorium. a.
Penyelidikan lapangan Konsultan akan melakukan penyelidikan lapangan yang mencakup pengamatan visual, pengambilan contoh tanah tak terganggu (undisturbed samples). Pengamatan visual Meliputi pemberian sifat tanah (konsistensi, jenis tanah, warna, perkiraan persentase butiran kasar/halus) sesuai dengan metoda USCS. Pengambilan tanah tak terganggu Dilakukan dengan bor mesin menggunakan tabung contoh tanah (split tube untuk tanah keras atau piston tube untuk tanah lunak). Setiap contoh tanah diberi identitas yang jelas ( nomor bor, lokasi dan kedalaman).
Perencanaan Teknis Kegiatan Peningkatan Jalan di Kecamatan Cilincing
II - 9
Semua contoh tanah diamankan baik selama penyimpanan dilapangan maupun dalam pengangkutan ke laboratorium. b. Penyelidikan laboratorium Semua contoh tanah yang diambil dari lapangan diuji di laboratorium. Pengujian di laboratorium meliputi antara lain dan tidak terbatas pada : Penentuan klasifikasi tanah Pemeriksaan CBR Pemeriksaan konsolidasi Pemeriksaan pemadatan Pemeriksaan kadar air asli pemeriksaan berat jenis Pemeriksaan kuat geser langsung Pemeriksaan triaksial c.
Soil Investigation Jenis soil investigation yang akan dilaksanakan untuk pekerjaan perencanaan teknik disesuaikan dengan keperluan. Jenis pengujian laboratorium
yang
akan
dilaksanakan
tergantung
kepada
jenis/keadaan tanah, dan jenis konstruksi yang direncanakan. Jenis pengujian laboratorium yang dipilih harus memberikan data yang diminta. Beberapa pekerjaan soil test secara garis besar disajikan sebagai berikut : 1.
Bor mesin Cara ini digunakan untuk semua jenis tanah yang mencapai kedalaman maksimum 30 m. Contoh tidak terganggu dan terganggu dapat diperoleh dan juga Standard Penetration Test (SPT) dapat dilakukan. Jarak pengambilan contoh tidak terganggu dan SPT maksimum 3m. Kegunaannya untuk mendapatkan keterangan mengenai tanah, jenisnya, sifatsifat fisisnya dan keadaan tanah itu sendiri.
2.
Pengambilan contoh asli (undisturbed sample) Untuk pengambilan contoh tanah ini diperlukan tabung contoh
dengan
ukuran6,8
cm.
Untuk
memudahkan
pemeriksaan dilaboratorium, minimal 60% dari tabung harus terisi tanah. Stang bor kemudian diputar dengan arah terbalik sehingga contoh tanah terlepas dari kelilingnya dan contoh dapat diangkat keatas.
Perencanaan Teknis Kegiatan Peningkatan Jalan di Kecamatan Cilincing
II - 10
Setelah tabung contoh diangkat keluar, dilepas dari kepala tabung. Ujung tanah diratakan dan dibersihkan kemudian diberi lilin/parafin pada ujung-ujungnya sebagai isolator. Setelah lilin/parafin mengering contoh diberi label dan ditempatkan pada tempat yang terlindung. 3.
Tinggi muka air tanah Kedalaman tinggi muka air tanah dalam banyak hal akan mempengaruhi perencanaan pondasi dan cara pelaksanaan. Pengamatan biasanya dengan mengamati muka air tanah dalam lubang pengeboran selama 24 jam. Untuk tanah tembus air (pasir dan kerikil lepas) dalam beberapa jam adalah cukup, sedangkan untuk tanah tembus air yang rendah
(lanau
dan
lempung)
memerlukan
beberapa
hari/minggu untuk menentukan kedalaman yang pasti tinggi muka air tanah. 4.
Ukuran butir Ukuran dan gradasi butir tanah ditentukan dengan saringan dan
analisa
hydrometer.
Analisa
saringan
untuk
menentukan gradasi pasir dan kerikil, sedangkan analisa Hydrometer untuk menentukan gradasi lanau dan lempung. Tanah
harus
diklasifikasikan
mempunyai
karakteristik
seperti bahan berbutir kasar (pasir atau kerikil) atau bahan berbutir halus (lanau atau lempung). Deskripsi mengenai pasir dan kerikil atas dasar ukuran butir : kasar, sedang, halus. Tanah dengan penyebaran ukuran berbutir yang baik dari yang kasar sampai ke yang halus disebut gradasi baik (well graded), sedangkan untuk tanah dengan ukuran butir satu jenis disebut gradasi seragam dan untuk tanah yang kekurangan ukuran butir tertentu disebut gradasi celah (gap graded). Disamping komposisinya pasir dan kerikil juga diuraikan bentuk butirnya : bulat, hampir bulat, tajam, hampir tajam. 5.
Berat jenis Berat jenis ditetapkan sebagai perbandingan berat butir tanah dengan berat air dengan volume yang sama pada suatu suhu tertentu. Berat jenis tanah tergantung kepada bahan tanah.
Perencanaan Teknis Kegiatan Peningkatan Jalan di Kecamatan Cilincing
II - 11
6.
Berat satuan Berat satuan masa tanah, ditentukan sebagai perbandingan berat masa dengan volume masa tersebut.
7.
Moisture contents Untuk menentukan kadar air tanah, yaitu perbandingan berat air yang terkandung dalam tanah dengan berat kering, dinyatakan dalam %.
8.
Batas atterberg Untuk petunjuk atau indikasi pengaruh air, lebih lanjut diadakan pengujian yang meliputi batas cair ( Liquid Limit = LL ), batas plastis ( Plastic Limit = PL ) dan Index plastis ( Plasticity Index = PI ). Batas cair adalah batas kadar air apabila perubahan tanah dari tingkat cair ke plastis. Batas plastis adalah kadar air minimum dimana tanah masih dalam tingkat plastis. Perbedaan antara batas cair dan batas plastis disebut index plastis. Batas atterberg digunakan sebagai suatu dasar untuk membedakan
bahan
yang
berplastisitas
cukup
tinggi
(lempung), plastis sebagian dan tidak plastis. Penjelasan batas atterberg yang bersangkutan adalah suatu dukungan dalam menentukan jenis pondasi. 9.
Konsolidasi Untuk menentukan sifat kemampuan suatu jenis tanah, yaitu sifat-sifat perubahan isi dan proses keluarnya air dari dalam tanah yang diakibatkan adanya perubahan tekanan vertikal pada tanah tersebut. Pengujian hasil konsolidasi dapat digunakan untuk memilih jenis pondasi yang aman dan perhitungan besaran serta waktu penurunan.
10.
Pengujian triaxial Pengujian triaxial digunakan untuk menentukan kohesi, sudut geser dalam dan tekanan air yang dituangkan kedalam tanah. Data ini digunakan untuk menentukan daya dukung pondasi. Contoh mutu yang jelek tidak boleh digunakan, karena hasilnya akan memberikan gambaran yang menyesatkan.
11.
Direct shear test Tujuan pengujian ini adalah serupa dengan pengujian triaxial. Dibandingkan dengan pengujian triaxial, hasil
Perencanaan Teknis Kegiatan Peningkatan Jalan di Kecamatan Cilincing
II - 12
pengujian ini kurang teliti, karena bidang rusak terjadi dalam geser langsung (direct shear) ditekan oleh cara pengujian, sedangkan pengujian triaxial, contoh rusak melalui bidang yang paling lemah. Apabila diharuskan uji geser tanah atau batuan sepanjang bidang tertentu, direct shear dapat dilaksanakan. 12.
Kekuatan tekan bebas Pengujian tekan bebas adalah suatu pengujian tekanan yang tidak satu sumbu, tanpa ada tekanan potongan melintang pada contoh selama pembebanan vertikal. Pengujian ini dilaksanakan untuk mengukur kekuatan tekan contoh yang mempunyai suatu bentuk silinder tanah kohesif/batu. Pengujian ini tidak digunakan untuk tanah yang tidak kohesif atau kohesif yang amat lembek karena contoh tidak dapat menahan berat sendiri dan runtuh sebelum
dibebani.
Biasanya
pengujian
semacam
ini
dilaksanakan untuk contoh yang tidak terganggu dengan kadar air yang asli. Pengujian ini dapat mengurangi pengujian triaxial yang harus dilakukan, karena kekuatan geser pengujian ini dapat digunakan sebagai perbandingan kekuatan geser tanah dengan pengujian triaxial. 13.
Proctor compaction test Untuk menentukan hubungan antara kadar air dengan kepadatan tanah sehingga dapat diketahui kepadatan maksimum dan kadar air optimum.
14.
Test CBR Berdasarkan cara mendapatkan contoh tanahnya, CBR dapat dibagi atas : CBR lapangan Gunanya untuk mendapatkan nilai CBR asli dilapangan sesuai dengan kondisi tanah dasar saat itu. Umumnya digunakan untuk perencanaan tebal lapisan perkerasan yang lapisan tanah dasarnya tidak akan dipadatkan lagi. Pemeriksaan dilakukan dalam kondisi kadar air tanah tinggi (musim penghujan) atau dalam kondisi terburuk yang mungkin terjadi.
Perencanaan Teknis Kegiatan Peningkatan Jalan di Kecamatan Cilincing
II - 13
CBR lapangan rendaman Gunanya untuk mendapatkan nilai CBR asli dilapangan pada keadaan jenuh air dan tanah mengalami pengembangan yang
maksimum.
Hal
ini
sering
digunakan
untuk
menentukan daya dukung tanah di daerah yang lapisan tanah dasarnya sudah tidak akan dipadatkan lagi, terletak didaerah yang badan jalannya sering terendam air pada musim hujan dan kering pada musim kemarau. Sedangkan pemeriksaan dilakukan pada musim kemarau. CBR laboratorium Nilai CBR yang diperoleh dari contoh tanah yang dibuatkan mewakili keadaan tanah tersebut setelah dipadatkan. CBR ini disiapkan di laboratorium. Pengujian lapangan dan pengujian laboratorium yang lain, disesuaikan
dengan
kebutuhan
guna
menunjang
perencanaan teknis. 7.
Survai Material Kegiatan yang dilakukan adalah untuk memberikan informasi tentang lokasi sumber material yang ada di sekitar lokasi proyek tersebut, menyangkut jenis, komposisi, kondisi beserta perkiraan jumlah dan lain-lainnya, yang dapat digunakan sebagai bahan konstruksi yang proporsional untuk pekerjaan struktur jalan dimaksud, dan akan dibuat petanya untuk dimasukkan kedalam gambar rencana.
8.
Traffic Management Penyedia
jasa
konsultansi/konsultan
perencana
akan
membuat
dan
merencanakan pengaturan dan perencanaan lalu lintas (traffic management) berupa : Pengaturan lalu lintas pada saat survai. Pengaturan lalu lintas pada persimpangan. Perencanaan lajur jalan dan pemisah. Perencanaan fasilitas pejalan kaki. Pengaturan lalu lintas dan perencanaan lajur jalan dan fasilitas pejalan kaki akan diuraikan sebagai berikut :
0).
Pengaturan lalu lintas pada saat survai Perlengkapan,
alat-alat
keamanan
dan
keselamatan
kerja
serta
pengaturan lalu lintas, mengikuti standar yang berlaku, antara lain :
Perencanaan Teknis Kegiatan Peningkatan Jalan di Kecamatan Cilincing
II - 14
Perlengkapan pekerjaan survai disiapkan sebelumnya, untuk kelancaran pada waktu survai
Kendaraan survai diberi identitas/tanda khusus
Perlengkapan/alat-alat keamanan dan keselamatan kerja survai lapangan
perijinan untuk pelaksanaan survai
Rubber cone, rambu lalu lintas, rambu/papan informasi traffic survai, penandaan batas daerah survai
Rompi reflector
Flagman
Bantuan polisi, untuk legalitas survai, dan untuk pengaturan lalu lintas pada saat survai.
1).
Pengaturan lalu lintas pada persimpangan Tujuan utama dari pengaturan lalu lintas umumnya adalah untuk menjaga keselamatan arus lalu lintas dengan memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas dan terarah, tidak menimbulkan keraguan. Pengaturan lalu lintas di simpang dapat dicapai dengan menggunakan sistem persimpangan yang tak sebidang, lampu lalu lintas, marka dan rambu, dan pulau-pulau lalu lintas. Pemilihan jenis pengaturan simpang didasarkan pada karakter fisik dari simpang maupun kondisi lalu lintasnya. a.
Titik konflik pada simpang Titik – titik konflik yang timbul pada simpang bervariasi menurut jenis manufernya. Jumlah dari potensi titik-titik konflik pada simpang tergantung dari :
Jumlah kaki simpang
Jumlah lajur dari setiap kaki simpang
Jumlah pengaturan simpang
Jumlah arah pergerakan
Ada dua tipe konflik, yaitu : primer dan sekunder. Konflik primer termasuk konflik antara arus lalu lintas dari arah tegak lurus. Konflik sekunder termasuk konflik antara arus lalu lintas belok kanan dan arah lalu lintas arah lainnya atau antara arus belok kiri dan pejalan kaki. Sinyal lalu lintas terutama menghilangkan konflik primer dan mungkin juga sekunder. b.
Jenis-jenis pengaturan simpang
Perencanaan Teknis Kegiatan Peningkatan Jalan di Kecamatan Cilincing
II - 15
Makin tinggi tingkat kompleksitas suatu simpang makin tinggi kebutuhan pengaturannya. Pengaturan simpang dapat dibedakan / dilakukan sebagai berikut :
Simpang dibuat tidak sebidang ( fly over, underpass)
Simpang sebidang
Kombinasi antara sebidang dengan tidak sebidang (khusus persimpangan yang sangat kompleks).
2).
Penambahan jumlah lajur pada persimpangan Penambahan jumlah lajur pada persimpangan akan meningkatkan kapasitas. Jika waktu siklus juga dapat dikurangi, tundaan untuk kendaraan dan pekalan kaki juga menurun. Pengaruh penambahan lajur terbaik jika digunakan sebagai lajur bersama (shared-lane), kecuali arus belok kanan cukup besar (lebih besar dari 200 – 400 kendaraan / jam).
3).
Desain geometrik dan layout persimpangan Berbagai
jenis
persimpangan
sebidang
ataupun
tidak
sebidang
mencerminkan pola pengaturan dari jalan-jalan, derajat pemisahan dari gerakan-gerakan berlawanan tertentu, volume lalu-lintas yang harus ditampung, kecepatan lalu-lintas, dan luas daerah yang disediakan untuk fasilitas itu. Disain persimpangan perlu mengikuti persyaratan / standar radius lengkungan dan super-elevasi. Seluruh marka jalan harus jelas terlihat, dan harus sedekat mungkin dengan persimpangan, tanpa menggangu kendaraan lalin atau pejalan kaki. Parkir didekat persimpangan mengurangi jarak pandangan, dan harus dibatasi antara 10 – 50 m dari persimpangan, tergantung dari kelas jalan. Jika parkir mengurangi efektifitas lebar entry dan exit, sehingga parkir dekat persimpangan harus dibatasi. Pelebaran jalan dan konstruksinya : metode yang sederhana untuk meningkatkan kapasitas persimpangan adalah dengan memperbesar lebar exit dan entry. Jika batas kapasitas praktis pada tipe kontrol ini telah dicapai dengan meningkatkan lebar jalan, maka pertemuan tidak sebidang adalah merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kapasitas.
Perencanaan Teknis Kegiatan Peningkatan Jalan di Kecamatan Cilincing
II - 16
4).
Fasilitas pejalan kaki Problem utama adalah adanya konflik antara pejalan kaki dengan kendaraan. Sehubungan dengan masalah ini, adalah penting untuk tidak menganggap
bahwa
pejalan
kaki
adalah
penduduk
kelas
dua,
dibandingkan dengan orang yang mempunyai mobil. Prioritas utama adalah untuk melihat apakah tersedia fasilitas pejalan kaki cukup tersedia, kedua adalah apakah fasilitas tersebut terpelihara dan beroperasi dengan baik. Setiap jalan didaerah perkotaan (kecuali jalan tol atau jalan bebas hambatan) harus menyediakan jalur pejalan kaki pada kedua sisinya. Jalur tersebut harus tetap terpelihara dan selalu beroperasi dengan baik. Dua tipe daerah yang diharuskan untuk disediakan jalur pejalan kaki adalah : Jalan pada daerah pertokoan utama Daerah permukiman
5).
Penyeberangan jalan Fasilitas terbatas ke : Refugee Zebra crossing (tidak digunakan pada jalan arteri primer). Refugee sentral diperlukan untuk 4 jalur, kadang-kadang 2 jalur Pelican crossing Jembatan penyebrangan (pedestrian bridge) atau bawah tanah, digunakan jika adanya penyeberang akan mengakibatkan penurunan kapasitas jalan, jembatan atau subway untuk penyeberang orang diperlukan untuk jalan dengan lebih dari 4 jalur, dan lalu-lintas berkecepatan tinggi. Penyebrangan harus disediakan dimana terdapat konsentrasi arus pejalan kaki, biasanya yang dibangkitkan oleh adanya akses ke tepi jalan atau ke suatu tata-guna tanah utama. Jumlah titik-titik penyebrangan harus dibatasi, tetapi prioritas pejalan kaki harus ditingkatkan. Sistem pagar dapat digunakan untuk mengalihkan arus, dan membatasi kesempatan untuk menyeberang pada lokasi yang lain.
6).
Rambu dan marka jalan a. Fungsi rambu Rambu sesuai dengan fungsinya dikelompokan menjadi : Rambu peringatan Rambu larangan
Perencanaan Teknis Kegiatan Peningkatan Jalan di Kecamatan Cilincing
II - 17
Rambu perintah Rambu petunjuk b. Papan tambahan Papan tambahan adalah papan yang memberikan penjelasan lebih lanjut dari suatu rambu yang berisi ketentuan waktu, jarak, jenis kendaraan dan ketentuan lainnya yang dipasang untuk melengkapi rambu lalu-lintas. c. Warna dasar dan lambang rambu Rambu peringatan : warna dasar kuning dengan lambang atau tulisan berwarna hitam Rambu larangan : warna dasar putih dengan tepi berwarna merah dengan pengecualian apabila ada garis serong berwarna merah lambang dan atau tulisan berwarna hitam, kecuali kata-kata tulisan warna merah Rambu perintah : warna dasar biru dengan lambang atau tulisan berwarna putih Rambu petunjuk : Rambu petunjuk yang menyatakan tempat fasilitas umum, batas wilayah suatu daerah, situasi jalan, serta tempat khusus, warna dasar biru Waktu petunjuk pendahulu jurusan, jurusan dan penegas jurusan yang menyatakan petunjuk arah untuk mencapai tujuan antara lain kota, daerah / wilayah serta rambu yang menyatakan nama jalan dinyatakan dengan warna dasar hijau dengan lambang dan atau tulisan warna putih Khusus rambu penunjuk jurusan kawasan dan objek wisata dinyatakan dengan warna dasar coklat dengan lambang dan atau tulisan warna putih Papan tambahan : warna dasar putih dengan tulisan dan bingkai berwarna hitam. d. Penempatan rambu Rambu ditetapkan disebelah kiri menurut arah lalu-lintas, diluar jarak tertentu dari tepi paling luar bahu jalan atau jalur lalu-lintas Penempatan rambu dilakukan sedemikian rupa, sehingga mudah terlihat dengan jelas bagi pemakai jalan dan tidak merintangi lalulintas kendaraan atau pejalan kaki Dengan pertimbangan teknis tertentu, sesuatu rambu dapat ditempatkan disebelah kanan atau diatas daerah manfaat jalan.
Perencanaan Teknis Kegiatan Peningkatan Jalan di Kecamatan Cilincing
II - 18
e. Bentuk dan lambang rambu Bentuk dan lambang rambu dapat dilihat pada gambar dalam lampiran Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 17 Tahun 1991. f. Marka jalan Garis terputus Garis sumbu dan pemisah : Dua jalur dua arah, warna garis putih. Hanya garis sumbu : Dua jalur dua arah. Garis peringatan : Untuk jalur percepatan / perlambatan dan penghampiran pada penghalang, warna garis putih. Yield line (pada pertemuan tanpa stop). Garis penuh Garis sumbu dan pemisah : Jalur jamak, tanpa median. Untuk 3 jalur
tidak
digunakan
garis
sumbu
pemisah.
Kecuali
pada
penambahan jalur (jalur pendakian) diperlukan sebagai jalur jamak. Digunakan juga pada tikungan dimana jarak pandangan tidak memenuhi. Garis tepi : Tepi perkerasan dalam, tepi perkerasan luar, garis pada marginal strip. Garis pengarah : Untuk pengarah pada persimpangan. Garis dilarang pindah jalur atau mendahului : Ditempat tertentu atau pada daerah tikungan dengan jarak pandangan yang kurang memadai. Garis stop : Digunakan pada pertemuan major dan minor road. Garis pendekatan. cross dipersimpangan Persimpangan siku Persimpangan tidak siku Garis stop dan zebra cross (persimpangan siku) Garis stop dengan zebra cross (persimpangan tidak siku) Chevron Garis penuh, warna putih, miring garis disesuaikan dengan arah kendaraan. Garis dilarang parkir Garis diatas kerb, menerus. Garis diantara tepi perkerasan dan garis marginal Tanda pengarah jalur Digunakan terutama pada pertemuan-pertemuan jalan. Digunakan tanda panah. Warna putih.
Perencanaan Teknis Kegiatan Peningkatan Jalan di Kecamatan Cilincing
II - 19
Marka simbol Digunakan pada pertemuan berprioritas. Marka pulau (Island) pada persimpangan Digunakan untuk persimpangan yang menggunakan pulau-pulau. Warna putih.
4.4
Tahap Perencanaan Teknis Tahapan-tahapan yang akan dilakukan pada tahap perencanaan teknis adalah sebagai berikut : 1. Analisis Data Lapangan Sebelum dimulainya perrencanaan teknis maka Konsultan akan melakukan analisa data dimana analisis data ini akan dilakukan dengan mengacu kepada jenis dan macam identifikasi yang ingin diketahui. Selanjutnya, data-data tersebut akan dipergunakan sebagai dasar untuk proses evaluasi dan perumusan rekomendasi sesuai dengan ruang lingkup pekerjaan. Dalam hal ini Konsultan akan melakukan kompilasi data, komparasi data, analisis hasil pengujian, analisis dengan menerapkan prinsip – prinsip keilmuan dan evaluasi data menurut cara atau metode yang sudah teruji dan dapat dipertanggung jawabkan. Evaluasi data untuk merumuskan indikasi dan rekomendasi sangat tergantung kepada akurasi hasil kegiatan analisis. Konsultan akan melakukan evaluasi kualitatif maupun kuantitatif secara terfokus dan mengacu kepada tujuan dan sasaran yang ingin dicapai. Oleh karena itu, maka serangkaian diskusi dan pembahasan akan dilakukan secara terus menerus dengan Pemberi Tugas dan semua instansi terkait. Pada tahap ini, Konsultan akan melakukan kegiatan : a.
Analisis Kondisi Eksisting Lokasi Pekerjaan Analisis kondisi lokasi pekerjaan dilakukan untuk mengetahui kondisi eksisting dari seluruh lokasi yang direncanakan sebagai lokasi jalan, seperti kondisi topografi, hidrologi, luas lahan, tata guna lahan serta kondisi lingkungan di sekitarnya.
b. Analisis Data Tanah Analisis data tanah dilakukan berdasarkan hasil uji laboratorium. Dari hasil analisis tersebut akan diperoleh gambaran tentang profil lapisan-lapisan tanah/batuan.
Perencanaan Teknis Kegiatan Peningkatan Jalan di Kecamatan Cilincing
II - 20
2. Perencanaan Geometrik Jalan Geometrik jalan harus sudah ditentukan dengan menggunakan hasil survei topografi, serta didasarkan pada karekteristik dan volume lalu lintas yang ada maupun prediksi untuk jangka waktu 20 tahun kedepan. Perencanaan geometric jalan meliputi : a. Standard Dalam tahap perencanaan teknis, Konsultan akan menggunakan semaksimal mungkin standar perencanaan yang telah ada dan berlaku di Indonesia, antara lain : A. PERENCANA JALAN Standar Perencanaan Geometrik Jalan Perkotaan, Maret 1992. Spesifikasi Standar Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, Desember1990. Panduan Penentuan Klasifikasi Fungsi Jalan di Wilayah Perkotaan No. 103/T/BNKT/1990. Tata Cara Perencanaan Persimpangan Sederhana Jalan Perkotaan, No. 002/T/BNKT/1991. Petunjuk Perencanaan Trotoar, No. 007/TBNKT/1990. Tata Cara Perencanaan Pemisah Jalan Kota, No. 014?T/BNKT/1990. Petunjuk Perencanaan Marka Jalan, No. 012/T/BNKT/1990. Undang – undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Undang-undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan Peraturan Pemerintah Nomor 34 tahun 2006 tentang jalan Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1986 tentang Analisa Dampak Lingkungan B. PERENCANAAN PERKERASAN
Peraturan Penentuan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya dengan Metode Analisa Komponen, SNI-1732-1989-F (SK BI-2.3.26.1987).
Petunjuk
Perencanaan
Perkerasan
Kaku
(Rigid
Pavement),
Departemen Pekerjaan Umum, 1988
Petunjuk
Pelaksanaan
Perkerasan
Kaku
(Beton
Semen),
No.
009/T/BNKT/1990
SNI Bidang Pekerjaan Umum Mengenai Perkerasan Jalan, 1990.
Perencanaan Teknis Kegiatan Peningkatan Jalan di Kecamatan Cilincing
II - 21
Metode AASHTO
C. LAIN-LAIN
Panduan Analisa Harga Satuan No. 028/T/BM/1985.
Urban Drainase Guidelines and Technical Design Standards tahun 1994, Direktorat Jendral Cipta Karya.
Tata Cara Perencanaan Drainase Permukaan Jalan , SK SNI T-221991-03.
Tata Cara Perencanaan Teknik Lansekap Jalan, No. 033/T/BM/1996, Maret 1996 Untuk aspek-aspek studi dan perencanaan yang belum tercakup dalam standar yang diuraikan diatas, Konsultan akan menggunakan spesifikasi teknis yang diterbitkan oleh negara asing seperti ASTM/AASHTO (Amerika Serikat), BS (Inggris), dan lain-lain atau sesai petunjuk dari Pemberi Tugas. Selain itu, untuk lebih menjamin ketelitian perencanaan dan ketepatan
waktu
pelaksanaan,
Konsultan
akan
menggunakan
komputer dan perangkat lunak yang memang sudah dimiliki dan dioperasikan secara baik pada proyek-proyek perencanaan jalan dan jembatan sebelumnya. Perangkat lunak tersebut antara lain :
DCA untuk perencanaan geometrik jalan.
SAP-90 untuk perencanaan teknik jalan.
AutoCAd untuk penggambaran.
D. UJI LABORATORIUM Uji laboratorium yang dilakukan pada contoh tanah asli (undisturbed sample) dimaksudkan untuk mendapatkan karakteristik identifikasi umum (Index Properties) maupun sifat mekanika tanah (Engineering Properties) dari contoh tanah yang bersangkutan. b. Penetapan Alinyemen Horizontal Konsultan akan menetapkan kembali alinyemen horisontal yang mungkin menyimpang dari hasil studi kelayakan dengan memperhatikan :
Lokasi (STA) dan nomor-nomor titik kontrol horizontal.
Pertimbangan ekonomi.
Data lengkung horisontal (curva data) yang direncanakan.
Lokasi dari bangunan pelengkap rencana jembatan.
Perencanaan Teknis Kegiatan Peningkatan Jalan di Kecamatan Cilincing
II - 22
c. Penetapan Alinyemen vertical Konsep alinyemen vertical (penampang memanjang) dapat dimulai setelah konsep alinyemen horizontal disetujui pemberi tugas dan digambar dibagian bawah dari gambar alinyemen horizontal. Penetapan alinyemen vertical didasarkan pada :
Tinggi muka air tanah asli.
Ketentuan kemiringan maksimum diagram super-elevasi.
Data lengkung vertical.
Elevasi bangunan-bangunan pelengkap, bangunan-bangunan drainase, dan bangunan disekitar rencana jalan.
Elevasi jembatan.
Pertimbangan ekonomi.
Ketentuan panjang kritis landai maksimum.
d. Penetapan potongan melintang Didalam
merencanakan
standar
potongan
melintang
konsultan
akan
memperhatikan hal-hal sebagai beriut : Rencana pengaturan lalu lintas, jalur hijau tanaman dan bangunan pelengkap lainnya yang diperlukan. Penetapan rencana konstruksi perkerasan dan badan jalan. Penetapan rencana drainase. Penetapan rencana lansekap. e. Keselamatan lalu lintas Dalam perencanaan geometric jalan konsultan akan mempertimbangkan aspek keselamatan pengguna jalan, baik selama pelaksanaan pekerjaan konstruksi maupun pada saat pengoperasian jalan. Konsultan perlu menjamin bahwa semua elemen geometric yang direncanakan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam standar geometric jalan dan sesuai dengan kondisi lingkungan setempat. f. Tinjauan geometric jalan Standard perencanaan geometric yang perlu diperhatikan antara lain dan tidak terbatas pada : 1. Klasifikasi perencanaan 2. Lalulintas (traffic) 3. Kecepatan rencana 4. Potongan melintang 5. Jalur lalulintas 6. Bahu jalan 7. Jarak pandang henti
Perencanaan Teknis Kegiatan Peningkatan Jalan di Kecamatan Cilincing
II - 23
8. Jarak pandang menyiap 9. Alinyemen horizontal Jari-jari tikungan minimum Jari-jari minimum untuk bagian jalan dengan kemiringan normal Superelevasi Bagian peralihan Pelebaran pada tikungan 10.
Kemiringan melintang
11.
Alinyemen vertical
Landai maksimum Panjang landai kritis Jalur pendakian Lengkung vertical 12.
Persimpangan sebidang
Kontrol/pengendalian lalulintas pada persimpangan Kecepatan rencana Alinyemen dan konfigurasi Jarak antara persimpangan Jari-jari minimum persimpangan Potongan melintang dekat persimpangan, pergeseran jalur (lane shife) Jalur belok kanan Jalur belok kiri Uraian Detail dari perencanaan geometric jalan antara lain adalah sebagai berikut : 1). Klasifikasi jalan Berdasarkan buku standar dan spesifikasi geometric desain untuk jalan perkotaan Maret 1992 dan klasifikasi perencanaan desain jalan perkotaan maka klasifikasi jalan dibagi atas dua kategori sebagai berikut : a.
Tipe I, meliputi kategori : Jalan arteri primer termasuk dalam desain klas I Jalan Kolektor Primer termasuk dalam desain klas II
b. Tipe I, meliputi kategori : Jalan arteri primer termasuk dalam desain klas I Jalan Kolektor Primer termasuk dalam desain klas I atau II Jalan Arteri Sekunder termasuk dalam desain klas I atau II Jalan Kolektor Sekunder termasuk dalam desain klas II atau III Jalan Lokal Sekunder termasuk dalam desain klas III atau IV
Perencanaan Teknis Kegiatan Peningkatan Jalan di Kecamatan Cilincing
II - 24
Desain klas seperti disebutkan diatas sangat ditentukan oleh kondisi/volume lalu-lintas yang ada. 2). Jumlah lajur (lane width) Banyaknya lajur yang diperlukan sangat tergantung dari volume lalulintas dan tingkat pelayanan jalan yang diharapkan 3). Kemiringan melintang jalur lalu-lintas Kemiringan melintang dijalan lurus diperuntukkan terutama untuk drainase, kemiringan melintang antara 1 -3 % untuk jalan beraspal. Untuk jalan tanpa bahan pengikat, kemiringan melintang sampai 5 %. 4). Bahu jalan Bahu jalan adalah jalur yang terletak berdampingan dengan jalur lalu-lintas, berfungsi untuk: Ruangan untuk tempat berhenti sementara Ruangan untuk menghindarkan diri dalam keadaan darurat Memberikan kelegaan pengemudi Memberikan sokongan konstruksi jalan dari arah samping Ruangan pembantu pada waktu mengadakan pekerjaan perbaikan jalan Ruangan untuk lintasan kendaraan patroli, ambulan a. Jenis bahu jalan : Bahu yang tidak diperkeras : material tanpa bahan pengikat. Bahu yang diperkeras : material dengan bahan pengikat. b. Letak bahu jalan : Bahu kiri/luar (left/outer shoulder) : bahu yang terletak ditepi sebelah kiri dari jalur lalu-lintas. Bahu kanan/dalam (right/inner shoulder) : bahu yang terletak ditepi sebelah kanan dari jalur lalu-lintas. c. Lebar bahu jalan : Lebar bahu jalan dipengaruhi oleh : Fungsi jalan Volume lalu-lintas Kegiatan disekitar jalan Ada atau tidaknya trotoar Biaya Lebar bahu jalan antara 0,50-2,50 m.
Perencanaan Teknis Kegiatan Peningkatan Jalan di Kecamatan Cilincing
II - 25
d. Lereng melintang bahu jalan : Kemiringan melintang bahu lebih besar dari kemiringan melintang jalur perkerasan jalan, yaitu antara 4 – 6 % 5). Saluran Samping Fungsi saluran samping : Mengalirkan air dari permukaan jalan atau dari luar jalan. Menjaga supaya konstruksi jalan selalu dalam keadaan kering. Umumnya bentuk saluran samping adalah trapesium atau segi-empat. Lebar saluran berdasar debit rencana, minimum 30 cm. Kelandaian dasar saluran biasanya mengikuti kelandaian jalan. Bila kelandaian dasar saluran cukup besar, perlu dibuat terasering. 6). Talud Talud umumnya dibuat kemiringan 2H : 1V, atau dibuat sesuai dengan landai yang aman. Berdasarkan keadaan tanah atau kondisi jalan, mungkin juga dibuat dinding penahan tanah (retaining wall). 7). Pengaman Tepi Pengaman tepi bertujuan untuk memberikan ketegasan tepi badan jalan. Jika terjadi kecelakaan dapat mencegah kendaraan keluar dari badan jalan. Umumnya dipergunakan pada : Sepanjang jalan yang menyusur jurang Tanah timbunan dengan tikungan yang tajam Pada jalan-jalan dengan kecepatan. Jenis pengaman tepi : Pengaman tepi dari besi yang digalvanised (guard rail) Pengaman tepi dari beton (parapit) Pengaman tepi dari tanah timbunan Pengaman tepi dari batu kali Pengaman tepi dari balok kayu. 8). Daerah Manfaat Jalan (damaja) Daerah manfaat jalan meliputi : badan jalan, saluran tepi jalan, dan ambang pengamannya. Badan jalan meliputi lalu lintas dengan atau tanpa jalur pemisah dan bahu jalan.
Perencanaan Teknis Kegiatan Peningkatan Jalan di Kecamatan Cilincing
II - 26
9). Daerah Milik Jalan (damija) Daerah milik jalan merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar dan tinggi tertentu yang dikuasai oleh Pembina Jalan dengan suatu hak tertentu. Biasanya pada setiap 1 km dipasang patok DMJ warna kuning. 10).Daerah Pengawasan Jalan (dawasja) Daerah pengawasan jalan adalah selajur tanah tertentu yang terletak di luar daerah milik jalan, yang penggunaanya diawasi oleh pembina jalan, dengan maksud agar tidak mengganggu pandangan pengemudi dan konstruksi bangunan jalan, dalam hal tidak cukup luasnya daerah milik jalan. 11).Parameter Perencanaan Geometrik Jalan Parameter perencanaan : Kendaraan rencana Kecepatan rencana Volume dan kapasitas jalan Tingkat pelayanan. a. Kendaraan rencana Kendaraan rencana umumnya dikelompokan : Mobil penumpang Bus / truck Semi trailer Trailer. Untuk perencanaan geometrik jalan : Ukuran lebar kendaraan rencana akan mempengaruhi lebar jalur Sifat membelok kendaraan akan mempengaruhi perencanaan tikungan dan lebar median (bila ada) dimana mobil diperkirakan untuk memutar (U turn) Daya kendaraan mempengaruhi tingkat kelandaian yang dipilih Tinggi tempat duduk pengemudi akan mempengaruhi jarak pandangan pengemudi.
Perencanaan Teknis Kegiatan Peningkatan Jalan di Kecamatan Cilincing
II - 27
Tabel 4.2 Ukuran kendaraan rencana (satuan m)
Panjang Lebar Depan Jenis Kendaraan Tinggi Total Total Tergantung Kendaraan 4,7 1,7 2,0 0,8 Penumpang Truck / Bus tanpa 12,0 2,5 4,5 1,5 gandengan Kombinasi
16,5
2,5
4,0
1,3
Jarak Gandar
Belakang Radius Tergantung Putar Min.
1,2
2,7
6,0
6,5
4,0
12,0
4,0 (depan) 9,0 (belakang)
2,2
12,0
b. Kecepatan rencana Kecepatan rencana adalah suatu kecepatan yang ditetapkan untuk disain dan korelasi segi-segi fisik dari suatu jalan raya yang mempengaruhi operasi kendaraan. Kecepatan ini adalah kecepatan maximum yang aman yang dapat dipertahankan pada tempat tertentu di jalan raya itu apabila kondisinya begitu menyenangkan sehingga kendaraan hanya diatur oleh aspek disain jalan raya. Sebagai acuan lain, AASHTO (American Association of State Highway and Transportation Office) menyarankan agar kecepatan rencana ditetapkan pada tingkat terbesar yang masih mungkin memenuhi tuntutan pengemudi pada saat ini maupun diwaktu mendatang selama umur rencana jalan. Jalan dikelompokan sebagai datar, perbukitan dan penggunungan. Kecepatan rencana 80 km/jam dilihat dari sifat kendaraan pemakai jalan, dan kondisi jalan merupakan kecepatan rencana tetinggi untuk jalan tanpa pengawasan jalan masuk. Kecepatan rencana 20 km/jam merupakan kecepatan terendah yang masih mungkin untuk dipergunakan. Perubahan kecepatan rencana yang dipilih disepanjang jalan tidak boleh terlalu besar dan tidak dalam jarak yang terlalu pendek. Perbedaan sebesar 10 km/jam dapat dipertimbangkan karena akan menghasilkan beda rencana geometrik yang cukup berarti.
Perencanaan Teknis Kegiatan Peningkatan Jalan di Kecamatan Cilincing
II - 28
c. Volume dan kapasitas jalan Volume lalu lintas menunjukan jumlah kendaraan yang melintas satu titik pengamatan dalam satu satuan waktu. Satuan volume lalu lintas yang umum dipergunakan sehubungan dengan penentuan jumlah dan lebar lajur adalah :
Lalu lintas Harian Rata-rata
Kapasitas
Lalu lintas harian rata-rata : Dari cara memperoleh data tersebut dikenal 2 jenis yaitu :
Lalu Lintas Harian Rata-Rata Tahunan (LHRT)
Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR) Lalu lintas harian rata-rata (LHR) adalah volume lalu lintas rata-rata dalam satu hari atau hasil bagi jumlah kendaraan yang
diperoleh
selama
pengamatan
dengan
lamanya
pengamatan. LHR atau LHRT untuk perencanaan jalan baru dari analisa data yang diperoleh dari survai asal dan tujuan serta volume lalu lintas disekitar jalan tersebut. Kapasitas : Kapasitas adalah jumlah kendaraan maksimum yang dapat melewati suatu penampang jalan pada jalur jalan selama 1 jam dengan kondisi serta arus lalu lintas tertentu. d. Tingkat pelayanan jalan Lebar dan jumlah lajur yang dibutuhkan tidak dapat direncanakan dengan baik walaupun LHR telah ditentukan. Hal ini disebabkan oleh karena tingkat kenyamanan dan keamanan yang akan diberikan oleh jalan rencana belum ditentukan. Lebar lajur yang dibutuhkan akan lebih lebar jika pelayanan jalan diharapkan lebih tinggi. Kebebasan bergerak yang dirasakan pengemudi akan lebih baik pada jalan-jalan dengan kebebasan samping yang memadai. 12).Jarak pandangan Jarak pandangan adalah panjang jalan didepan kendaraan yang masih dapat dilihat dengan jelas diukur dari titik kedudukan pengemudi. Jarak pandangan berguna untuk: Menghindarkan terjadinya tabrakan.
Perencanaan Teknis Kegiatan Peningkatan Jalan di Kecamatan Cilincing
II - 29
Memberi kemungkinan untuk mendahului kendaraan lain. Menambah efesiensi jalan. Sebagai pedoman bagi pengatur lalu lintas dalam penempatan rambu-rambu lalu lintas. 13). Pelebaran perkerasan pada lengkung horizontal Kendaraan yang bergerak dari jalan lurus menuju ke tikungan seringkali tak dapat mempertahankan lintasannya pada lajur yang disediakan. Hal ini disebabkan karena : Pada waktu membelok yang diberi belokan pertama kali hanya roda depan, sehingga lintasan roda belakang agak keluar lajur (off tracking). Jejak lintasan kendaraan tidak lagi berimpit, karena bemper depan dan belakang kendaraan mempunyai lintasan yang berada dengan lintasan roda depan dan roda belakang. Pengemudi
mengalami
kesukaran
dalam
mempertahankan
lintasannya tetap pada lajur jalannya terutama pada tikungantikungan yang tajam atau pada kecepatan-kecepatan yang tinggi. Untuk menghindari hal tersebut diatas maka pada tikungan-tikungan yang tajam perlu perkerasan jalan diperlebar. Faktor-faktor pelebaran perkerasan yang dipergunakan sebagai dasar perencanaan : Jari-jari lengkung Kecepatan kendaraan Jenis dan ukuran kendaraan rencana Pada umumnya truck tunggal merupakan jenis kendaraan yang dipergunakan sebagai dasar penentuan tambahan lebar perkerasan yang dibutuhkan. Tetapi pada jalan-jalan dimana banyak melewati kendaraan berat, jenis kendaraan semi trailer merupakan kendaraan yang cocok dipilih untuk kendaraan rencana. Elemen-elemen pelebaran perkerasan tikungan terdiri dari : Off tracking Kesukaran dalam mengemudi ditikungan
Perencanaan Teknis Kegiatan Peningkatan Jalan di Kecamatan Cilincing
II - 30
3. Perencanaan Perkerasan Pemilihan type dan material perkerasan akan didasarkan pada pertimbangan dari
segi
ekonomi,
kondisi
setempat,
tingkat
kebutuhan,
kemampuan
pelaksanaan dan syarat teknis lainnya. Perhitungan tebal perkerasan lentur dilakukan dengan metode analisa komponen Bina Marga besrta AASHTO 1986 dan Road Note 31 sebagai desain pembanding dengan umur rencana 10 dan 20 tahun. a). Standar Rujukan yang dipakai untuk perhitungan konstruksi perkerasan jalan dalam pekerjaan ini adalah : 1. Peraturan perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metoda
Analisa
Komponen
SNI-1732-1989-F,
SKBI-2.3.26.1987,
UDC:625.73(02). 2. Petunjuk Perencanaan Perkerasan Kaku (Rigid Pavement), Departemen Pekerjaan Umum, 1988 3. Petunjuk
Pelaksanaan
Perkerasan
Kaku
(Beton
Semen),
No.
009/T/BNKT/1990 4. Metode AASHTO 1986 dan Road Note 31 sebagai pembanding. b). Analisa lalu lintas Konsultan akan melakukan analisis lalu lintas untuk penetapan lebar dan tebal konstruksi perkerasan. c). Pemilihan jenis bahan Konsultan akan mengutamakan penggunaan bahan setempat sesuai dengan masukan dari laporan penyelidikan tanah dan survai material. Bila bahan setempat tidak dapat digunakan langsung sebagai bahan konstruksi, maka Konsultan akan mengusulkan usaha-usaha peningkatan sifat-sifat teknis bahan sehingga dapat dipakai sebagai bahan konstriksi jalan. d). Prinsip perencanaan tebal perkerasan Perkerasan jalan direncanakan menggunakan jenis perkerasan lentur. Prinsip-prinsip perencanaan perkerasan lentur menggunakan metode / cara Bina Marga Analisa Komponen : Jumlah jalur dan koefisien distribusi kendaraan Angka ekivalen beban sumbu kendaraan (E) Lalu Lintas Harian Rata-Rata (LHR)
Perencanaan Teknis Kegiatan Peningkatan Jalan di Kecamatan Cilincing
II - 31
Lintas Ekivalen Permulaan (LEP) Lintas Ekivalen Akhir (LEA) Lintas Ekivalen Tengah Lintas Ekivalen Rencana Daya Dukung Tanah Dasar (DDT) dan CBR Faktor Regional (FR) Indeks Permukaan (IP) Indeks Permukaan Pada Awal Umur Rencana (IPo) Koefisien Kekuatan Relatif (a) Indeks Tebal Perkerasan (ITP) Pelapisan Tambahan Konstruksi bertahap 4. Perencanaan Drainase Fasilitas drainase akan direncanakan berdasarkan standart yangtelah ditentukan oleh pemerintah yaitu antara lain tata cara perencanaan drainase permukaan jalan SK SNI T-22-1991-03, yang akan ditambah dengan standar internasional umum bila keadaan membutuhkan. Berikut contoh umur rencana perencanaan struktur drainase tentative. Struktur
Umur Rencana
Saluran samping
5
Storm sewers
10
Gorong-gorong, pipa
10
Sungai kecil < Q < 200 CMS
> 25
Sungai besar < Q > 200 CMS
> 50
Perencanaan hidrologi & drainase meliputi : Perencanaan drainase jalan, meliputi perencanaan saluran samping dan gorong-gorong pengganti. Menghitung dimensi dan jenis bangunan pengaman yang diperlukan. Menentukan
rencana
elevasi
aman
untuk
jalan/jembatan
termasuk
pengaruhnya akibat adanya bangunan air (aflux) Merencanakan bangunan pengaman jalan/jembatan terhadap gerusan samping atau horizontal dan vertical.
Perencanaan Teknis Kegiatan Peningkatan Jalan di Kecamatan Cilincing
II - 32
Perencanaan drainase bawah tanah (bilamana perlu). Drainase bawah tanah didesain berfungsi sebagai sub-drainase, dan tidak berfungsi menggantikan drainase permukaan. Gunanya untuk menerima aliran dari ketinggian yang berbeda, untuk mengatur kadar air dalam lapis pondasi, pondasi bawah, atau kombinasi keduanya. 5. Penggambaran Topografi Penggambaran topografi antara lain meliputi dan tidak sebatas pada : Gambar lokasi pekerja Gambar plan & profil Gambar bentuk penampang melintang Gambar detail struktur Gambar utilitas Dan gambar lainnya yang diperlukan a.
Alinyemen Horizontal Alinyemen horizontal digambar diatas peta situasi skala 1 : 1.000 dengan interval garis tinggi satu meter dan dilengkapi dengan index antara lain : Lokasi (STA) dan nomor-nomor titik kontrol horizontal/vertikal Batas-batas lokasi dari semua data topografi yang penting seperti batas rawa, kebun, hutan lindung, rumah, sungai dan lain-lain. Elemen-elemen lengkung horizontal (curva data) yang direncanakan
dengan bentuk tikungan full circle atau lengkung peralihan untuk sudut lengkung > 200. b.
Alinyemen Vertikal0 Alinyemen vertikal digambar dengan skala horizontal 1 : 1.000 dan skala vertikal 1 : 100 yang mencakup hal-hal sebagai berikut : Tinggi muka tanah asli dan tinggi nomor potongan melintang. Pengetrapan kemiringan maksimal dari lengkung horizontal (diagram super elevasi). Elemen-elemen/data-data lengkung vertikal. Lokasi bangunan-bangunan pelengkap dan bangunan-bangunan drainase.
c.
Potongan Melintang Gambar potongan melintang dibuat dengan skala horizontal 1 : 100 dan skala vertikal 1 : 50. Stationing dilakukan interval 25 – 50 meter. Gambar ini memuat semua detail yang perlu,antara lain : penampang pada daerah galian dan daerah timbunan pada ketinggian yang berbeda-beda.
Perencanaan Teknis Kegiatan Peningkatan Jalan di Kecamatan Cilincing
II - 33
4.5
Tahap Penyusunan Rencana Detail Pekerjaan yang dilakukan pada tahapan ini adalah sebagai berikut : a. Membuat gambar rencana / situasi, detail konstruksi jalan termasuk bangunan pelengkapnya termasuk potongan melintang & memanjang dimana gambargambar tersebut terlebih dahulu didiskusikan dengan Pemberi Tugas dengan berpedoman sesuai ketentuan yang berlaku. b. Membuat rincian Perhitungan volume pekerja & Rencana Anggaran Biaya (RAB).
Volume Pekerjaan Program pembangunan jalan ini akan dibagi dalam satu atau beberapa paket pelaksanaan sesuai dengan lokasi dan kemampuan pelaksana bangunan. Untuk setiap ruas jalan harus dihitung jumlah pekerjaan untuk tiap bagian dengan masing- masing kontrak pelaksanaannya dan diringkas dalam beberapa pekerjaan sebagai berikut : g.
Membuat gambar rencana, profil memanjang dan melintang.
h.
Membuat gambar plan dan profil.
i.
Membuat gambar detail konstruksi
j.
Membuat gambar detail bangunan pelengkap jalan.
k.
Membuat gambar standar jalan
l.
Membuat rincian volume pekerjaan dan Rencana Anggaran Biaya (RAB).
Rencana anggaran biaya Setelah proses perencanaan selesai maka akan dilakukan perhitungan perkiraan biaya yang tetap serta analisa harga satuan dari setiap jenis pekerjaan berdasarkan faktor- faktor : Material, peralatan, sosial, pajak, overhead, keuntungan dan pengawasan yang didapat dari keteranganketerangan daerah setempat sehingga didapatkan harga yang sesuai untuk pekerjaan tersebut.
Perencanaan Teknis Kegiatan Peningkatan Jalan di Kecamatan Cilincing
II - 34
4.6
Tahap Akhir Pekerjaan pada tahap ini adalah penyusunan dokumen pelelangan. Konsultan akan menyiapkan Dokumen Pelelangan dan Surat Perjanjian untuk setiap pembagian pelaksanaan yang telah ditetapkan meliputi : Buku 1
Instruksi kepada Peserta Lelang Memuat ketentuan- ketentuan pelelangan yang berlaku menurut ketentuan Pemerintah, Bentuk Surat Penawaran Pekarjaan. dan Volume Pekerjaan.
Buku 2
Syarat- Syarat Kontrak Memuat syarat- syarat dan ketentuan-ketentuan yang mengatur hak dan kewajiban Pemberi Tugas maupun Pelaksana Pekerjaan.
Buku 3
Spesifikasi Memuat syarat- syarat dan ketentuan teknis pelaksanaan pekerjaan baik yang bersifat umum maupun khusus.
Buku 4
Gambar Rencana Memuat gambar-gambar standar dan khusus yang berlaku untuk setiap paket proyek.
Buku 5
Daftar Kuantitas Memauat data-data kuantitas untuk setiap item pekerjaan yang terdapat dalam setiap paket proyek.
Perencanaan Teknis Kegiatan Peningkatan Jalan di Kecamatan Cilincing
II - 35