PEMBUATAN PREPARAT MASERAT KAYU LAPORAN PRAKTIKUM
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Mikroteknik yang Dibimbing Oleh Drs. Sulisetijono,M.Si
Disusun oleh Offering GHI-Kesehatan Arrum Larasati Rohmania
(150342605291) (150342605291)
UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN BIOLOGI PROGRAM STUDI S1 BIOLOGI Maret 2018
PEMBUATAN PREPARAT MASERAT KAYU
A. TUJUAN 1. Untuk mengetahui pembuatan preparat maserat kayu dari tumbuhan pinus ( Pinus Pinus mercusii), mercusii ), sawo kecik ( Manlkara kauki), kauki ), mahoni (Switenia (Switenia mahagoni), mahagoni ), bunga Sepatu ( Hibiscus rosa var. sinensis), sinensis), melinjo (Gnetum (Gnetum gnemon), gnemon), juwet/jamblang (Syzygium (Syzygium cumini), cumini), manga ( Mangivera indica), indica ), dan sikat boto ( Melaleuca Melaleuca citrina). citrina). B. DASAR TEORI Maserasi merupakan metode pemisahan sel-sel sehingga diperoleh sediaan sel yang utuh (Sulisetijono, 2010). Spesimen batang misalnya, dibelah menjadi potongan-potongan kecil yang tipis sebagai bilah-bilah dan bukan sebagai potongan mirip tusuk gigi. Jika potongan itu kering perlu direbus dalam air terlebih dahulu. Penyiapan preparat maserasi dapat dilakukan dengan berbagai metode yaitu metode menurut Schultze, metode Jeffrey, metode Harlow dan metode Frankin Frankin (Sulisetijono, 2010). Maserasi berasal dari bahasa latin Macerace Macerace berarti mengairi dan melunakkan. Maserasi merupakan cara ekstraksi yang paling sederhana. Preparat maserat kayu merupakan preparat yang dihasilkan dari proses maserasi kayu untuk menghsilkan serat kayu yang lunak. Proses pembuatannya melibatkan maserasi dengan cara perebusan, pelunakan menggunakan asam kromat dan asam pikrat, juga pewarnaan menggunakan safranin. Pembuatan preparat maserat kayu ini digunakan pada batang tumbuhan. Batang merupakan merupakan bagian pokok tumbuhan karena karena merupakan tempat kedudukan daun, bunga dan buah bagi tumbuhan tinggi (Kartini,2012). Selain iu batang dapat digunakan untuk menyalurkan zat-zat bahan makanan dari akar ke organ lain terutama daun. Pada batang xilem dan floem terletak dalam satu radius, floem berada di sebelah luar dan xilem di sebelah dalam. Jaringan penguat pada batang dapat berupa kolenkima dan skelerenkima tergantung jenis tumbuhannya. Stele terdiri dari tiga bagian yaitu perisikel, berkas pengangkut dan empulur. empulur. Sel tersusun atas dinding sel dan isi sel. Ketebalan dinding sel ditentukan oleh lapisan-lapisan penyusunnya. Penebalan dinding sel sangat beragam, karena fungsi dinding sel banyak sehingga bentuk penebalan disesuaikan dengan fungsi selnya (Kartini,2012) . Dinding sel yang telah mengalami penebalan sekunder tebal. Ciri khas dinding sekunder umumnya mengandung lignin, lignin atau zat kayu mempunyai afinitas yang tinggi terhadap zat warna safranin, sehingga sel yang berdinding sekunder sekunder berkayu memperlihatkan dinding sel berwarna merah pada preparat yang diwarnai dengan safranin. Pada dinding sel ada bagian yang tidak mengalami penebalan
disebut dengan noktah. Noktah pada dinding sel tumbuhan dibedakan menjadi 2 yaitu noktah sederhana dan noktah halaman (Kartini,2012). Sel-sel penyusun jaringan penguat memiliki dinding yang mengalami penebalan. Penebalan dinding sel dapat tersusun dari selulosa, lignin, pektin. Jaringan penguat ini dapat digolongkan menjadi kolenkima dan sklerenkima. Kolenkima dapat berupa lingkaran yang utuh atau berkelompok terputus putus. Penebalan dinding sel dapat terjadi pada sudut-sudut sel yang demikian itu dinamakan kolenkim sudut atau anguler. Kolenkim lameler memiliki penebalan dinding luar dan dinding dalamnya berkesinambungan antara sel ayng berbatasan sehingga berbentuk seperti pita kolenkima lakuner, dinding sel penyusunnya menebal pada daerah yang berbatasan pada ruang antar sel. Penebalan dinding sel sklerenkima berupa selulosa dan lignin. Bentuk sel sklerenkima ada 2 macam yaitu sel serabut dan sel batu. Jaringan pengangkut terdiri dari 2 macam yaitu xilem dan floem. Jaringan yang mengangkut air dan zat-zat yang terlarut di dalamnya dari akar menuju daun disebut xilem. Xilem terdiri dari beberapa macam sel yaitu sel parenkima xilem, serabut xilem, sel buluh trakea, dan trakeida. Sel-sel trakea dan trakeida memiliki penebalan dinding dengan berbagai pola yakni berupa cincin, berbentuk spiral, jala, noktah.Penebalan pada trakea dapat dilihat pada gambar 1. Floem berfungsi untuk mengangkut makanan dari daun ke seluruh tubuh tumbuhan.
Gambar 1. Penebalan pada Trakea Sumber : (Kartini,2012)
C. ALAT DAN BAHAN ALAT
BAHAN
Pinset
Kayu Mangga ( Magifera Indica)
Tabung reaksi
Kayu Pinus ( Pinus mercusii)
Beaker Glass 50 ml
Kayu Mahoni (Switenia mahagoni)
Penangas Air
Kayu Jamblang (Syzyginnum cumini)
Kaca Benda
Kaca Penutup
Jarum Preparat
Kayu Melinjo (Gnetum gnemon)
Mikroskop
Kayu Sikat Botol ( Melaleuca citrina)
Cawan Petri
Kayu Sawo Kecik ( Manilkara kauki)
KOH 10%
Asam Kromat
Asam Pikrat
Safranin 1% Dalam Aquades
Kayu Bunga Sepatu ( Hibiscus rosa var. sinensis)
Set Dehidrasi (Alkohol 50%, 70%, 80%, 95% dan Absolut) Set Dealkoholisasi (Xylol : Alkohol 1:3, 2:2, 3:1, Xylol murni)
Aquades
Entelan
Tissue
Spiritus
D. CARA KERJA
PERSIAPAN BAHAN
Diambil kayu spesimen
Dipotong dengan panjang sekitar 5 cm
Dibersihkan kulit kayunya
Diiris membujur spesimen sehingga berupa berbilah-bilah tipis
Direbus hingga kayu tenggelam
TAHAP PELUNAKAN DAN PEWARNAAN
Dipotong spesimen menjadi berukuran kira-kira 0,5cm , lalu dipotong lagi menjadi 3 bagian
Direbus spesimen menggunakan KOH 10% selama 3 menit
Dicuci dengan air mengalir
Ditambahkan asam pikrat dan asam kromat dengan perbandingan yang sama
Ditunggu selama 2-3 jam
Dicuci dengan air mengalir
Pencucian dilakukan beberapa kali
Ditambahkan safranin 1%
Didiamkan selama 24 jam
TAHAP DEHIDRASI
Safranin dicuci dengan air mengalir berulang hingga air cucian tidak begitu merah
Air dibuang dan dehidrasi dengan alkohol : 50%, 70%, 85%, 95%, dan alkohol absolut selama 3 menit setiap alkohol, setiap pergantian alkohol , alkohol yang sebelumnya dibuang, lalu diberi alkohol sesuai tahapan pemberian alkohol
Alkohol dibuang dan dilakukan dealkoholisasi dengan Xylol = Alkohol murni :xylol (3:1) , alkohol murni : xylol (2 :2), alkohol murni : xylol (1 : 3), xylol 1 , xylol 2 selama 2 menit setiap Xylol : Alkohol, setiap pergantian Xylol : Alkohol, Xylol : alkohol sebelumnya dibuang, lalu diberi Xylol : alkohol sesuai tahapan pemberian
Disiapkan kaca benda dan maserat kayu dipisah-pisah menggunakan jarum preparat
Ditutup dengan kaca benda
Dicari bagian yang memiliki trakeid, trakea, noktah, dan komponen xylem pada mikroskop
Apabila hasil yang ditemukan pada mikroskop telah bagus, lalu ditandai, setelah itu diberi entelan , lalu tutup dengan kaca penutup
E. DATA PENGAMATAN DAN ANALISIS DATA N
Gambar
Keterangan
o
1
Maserat Kayu Pinus ( Pinus mercusii)
Panah :
10 x 10
Hitam
Menunjukkan Sistem Aksial trakeid protoxylem dengan penebalan dinding spiral Biru
Menunjukkan serat trakeid
Panah
:
Hitam
Menunjukkan ujung
dari
trakeid dalam bentuk
serat
sklerenkim Kuning
Menunjukkan sel penunjang berupa parenkima xylem
2
Maserat Kayu Sawo Kecik ( Manilkara kauki) Perbesaran 10 x 10
Panah : Menunjukkan trakeid protoxylem dengan penebalan sirkuler yang terurai Hitam dan utuh Biru Hijau
Menunjukkan trakeid
Panah : Hitam
Menunjukkan noktah antar 2 trakeid
3
Panah : Masserat Kayu Bunga Sepatu ( Hibiscus rosa var. sinensis) Perbesaran 10 x 10
Hitam
Menunjukan trakeid
Biru
Menunjukkan parenkima
Panah : Menunjukkan gambar trakea. Hitam
menunjukkan garis antar 2 trakea, Kuning satu
tabung trakea Hijau
lempeng perforasi sederhana.
4.
Maserat Kayu Melinjo (Gnetum gnemon)
Panah :
Perbesaran 10 x 10
Hitam
Menunjukkan trakeid dalam bentuk serat sklerenkim Hijau
Trakeid dengan penebalan sel type anular
Panah : Hitam
Trakea Kuning
Parenkim xylem
5.
Maserat Kayu Jamblang (Syzyginum cumini)
Panah :
40 x 10
Hitam
Trakea Kuning
Noktah Biru
Pelat perforasi sederhana
Panah : Biru
trakeid begitu juga dengan panah Hitam dalam bentuk serat sklereid. Kuning
menunjukkan parenkim xylem
6.
Panah : Maserat Kayu Mangga ( Mangifera indica)
Hitam
10 x 10
Trakea Kuning
Menunjuukka n noktah sederhana di sepanjang trakea Biru
Parenkim Hijau
Trakeid dalam bentuk serat skereid
7.
Panah : Hitam
Maserat Kayu Sikat Boto ( Melaleuca citrina) 10 x 10
Menunjukkan satu serat skereid, sementara
panah Kuning menunjukkan noktah
Panah : Hitam
menunjukkan serat sklereid
8.
Maserat Kayu Mahoni (Switenia mahagoni)
Panah :
40 x 10
Hitam
menunjukkan penebalan dinding pada trakea sementara panah Biru menunjukkan noktah
Panah : Hitam
menunjukkan sklereid
Dari data pengamatan didapati hasil bahwa hamper di semua kayu di temui trakeid baik dalam bentuk trakeid maupun ditemui dalam bentuk serat sklereid.
F. PEMBAHASAN
Pada pembuatan preparat maserat kayu ini menggunakan batang tumbuhan yang berkayu meliputi kayu mangga ( Magifera Indica),kayu pinus ( Pinus mercusii), kayu mahoni (Switenia mahagoni), kayu jamblang (Syzyginnum cumini), kayu bunga sepatu ( Hibiscus rosa var. sinensis), kayu melinjo (Gnetum gnemon) , kayu sikat botol ( Melaleuca citrina), Kayu Sawo Kecik ( Manilkara kauki). Preparat maserat kayu merupakan preparat yang dihasilkan dari proses maserasi kayu. Proses pembuatannya yakni melalui tahap maserasi dengan diawali dengan perebusan, pelunakan dengan asam chromat dan asam pikrat, pewarnaan dengan safranin, dehydrasi dengan alkohol, dan dealkoholisasi dengan xylol , pengamatan dan diberi entelan. Perebusan digunakan untuk melepaskan ikatan sekunder akan microfibril lignin juga serat hemiselulosa sehingga kayu akan menjadi lebih lunak. Pewarnaan dengan safranin yakni supaya pada saat pengamatan hasil yang diperoleh lebih jelas dengan pewarnaan. Safranin merupakan noda biologis yang digunakan dalam histologi dan sitologi sebagai pewarna dalam beberapa pewarnaan dan memberikan warna merah pada preparat. Dehydrasi dengan alkohol bertingkat bertujuan untuk menarik atau mengeluarkan air dalam jaringan dengan bahan dehidran yang umum digunakan (Miranti,2010). Dealkoholisasi dengan xylol ini bertujuan untuk menarik alkohol keluar dari jaringan dan digantikan dengan xylol. Pada saat melakukan pewarnaan safranin terdapat beberapa faktor yang dapat berefek terhadap hasil dari pewarnaan safranin. Lama perendaman spesimen dalam safranin sangat berpengaruh pada hasil pewarnaan spesimen. Apabila perendaman spesimen dalam safranin kurang dari 24 jam maka hasil yang diperoleh yakni pewarnaan safranin tidak begitu meresap pada dinding sel . Lama pencucian merupakan salah satu faktor juga dari efek pewarnaan safranin. Apabila pencucian yang dilakukan lama, maka pewarnaan safranin yang dilakukan akan hilang sehingga hasil yang diperoleh pewarnaan safranin tidak berefek pada dinding sel. Pada saat setelah direndam safranin selama 24 jam , dilakukan pencucian pada air yang mengalir, apabila pada saat pencucian pada air yang mengalir terlalu deras kucuran air cuciannya maka pewarnaan safranin juga dapat hilang. Jenis tumbuhan juga dapat berpengaruh terhadap hasil dari pewarnaan safranin, tumbuhan yang berkayu keras juga akan sulit menyerap pewarnaan safranin, membutuhkan perendaman yang lama untuk pewarnaan safranin agar menyerap pada spesimen. Pada hasil praktikum pembuatan maserat kayu mangga ( Magifera Indica) ditemukan unsur vasal yakni trakeida dan trakea. Trakeida pada kayu mangga ( Magifera Indica) dalam
bentuk serat skereid. Pada dinding sel tidak begitu tebal , tetapi keras karena mengandung zat kayu (lignin). Pada dinding selnya terdapat banyak noktah halaman. Trakea terdapat di bagian kayu yang hampir semua tumbuhan Angiopermae kecuali beberapa anggota ordo Ranales (Sulisetijono, et al, 2013). Tumbuhan mangga termasuk tumbuha n Angiospermae. Pada hasil pengamatan pada maserat kayu ditemukan parenkim. Bentuk sel parenkima bermacam-macam umumnya membulat, tetapi bentuk memanjang, bertonjolan atau seperti bintang juga ditemukan (Sulisetijono, et al, 2013). Ciri khas parenkima antara lain sel-selnya banyak mempunyai ruang antar sel. Pada umumnya ruang antar sel pada tumbuhan tingkat tinggi terjadinya menurut cara sisogen, lisigen, sisolisigeen, dan reksigen. Pada mangga ( Magifera Indica) terjadinya menurut cara lisigen. Pada hasil preparat maserat kayu pinus ( Pinus mercusii) ditemukan sistem aksial trakeid protoxylem dengan penebalan dinding yang spiral, dan terdapat serat trakeid yang ujung dari trakeid dalam bentuk serat sklerenkim. Selain itu juga terdapat parenkim xylem. Penebalan dinding bentuk spiral dapat tunggal atau lebih dari satu spiral yang terdapat dalam satu unsur.
Pada unsur-unsur trakea selanjutnya yang berbentuk spiral akan bersatu di
tempat-tempat tertentu sehingga akan membentuk penebalan yang seperti tangga dimana disebut skalariform (Susanto et al ,2015). Penebalan ini dibentuk oleh protoxylem yang mana penebalannya yaitu spiral. Pada hasil preparat maserat kayu mahoni (Switenia mahagoni) yakni hasil dari pewarnaan safranin pada dinding sel tergolong yang kurang , karena pada preparat dihasilkan warna yang merah padam. Pada preparat maserat kayu mahoni ditemukan penebalan dinding pada trakea, ditemukan sklereid dan juga noktah. Penebalan pada dinding pada trakea memiliki berbagai pola yakni bentuk cincin, jala, tangga, spiral, dan spiral ganda (Sulisetijono, et al, 2013). Pada hasil preparat yang didapat tidak dapat terlihat jelas bentuk penebalan dinding trakea. Pada hasil maserat kayu jamblang (Syzyginnum cumini) yakni hasil dari pewarnaan safranin pada dinding sel tergolong yang kurang , karena pada preparat dihasilkan warna yang merah padam. Pada preparat maserat kayu jamblang ditemukan trakea, noktah, trakeid,serat sklereid dan parenkim xylem. Sel-sel parenkim yang hidup, terdapat baik pada xilem primer maupun sekunder. Pada hasil maserat kayu bunga sepatu ( Hibiscus rosa var. sinensis) yakni ditemukan adanya trakeid, adanya parenkima, trakea, dan lempeng perforasi sederhana. Seharusnya lempeng perforasi sederhana ditemukan pada tumbuhan gymnospermae dan tteridophyta yang
tidak mempunyai trakea, sel-sel penyusun trakea
umumnya mengalami perforasi (berlubang) dikedua ujungnya, sehingga bentuk sel menjadi seperti pipa atau tong. Bagian dinding trakea yang mengalami perforasi disebut lempeng
perforasi yang biasanya terletak diujung , tetapi kadang-kadang di dekat bagian ujung atau disebelah lateral (Sulisetijono, et al, 2013). Pada preparat kayu melinjo (Gnetum gnemon) yakni ditemukan trakeid dalam bentuk serat sklerenkim, trakeid dalam bentuk serat sklerenkim, dan trakeid dengan penebalan sel type anular. Selain itu juga ditemukan trakea dan parenkim xylem. Pada preparat kayu sikat botol ( Melaleuca citrina) yakni ditemukan satu serat sklereid dan juga noktah. Noktah yang ditemukan pada kayu sikat botol merupakan noktah sederhana. Pada preparat kayu Sawo Kecik ( Manilkara kauki) ditemukan trakeid protoxylem dengan penebalan sirkuler yang terurai , adanya noktah diantara trakeid. Pada preparat maserat kayu antara dinding sel dengan lumen sel belum semunya jelas terlihat perbedaannya. Dinding sel tumbuhan tersusun oleh zat-zat organik dan anorganik. Zat-zat organik yang terdapat pada dinding sel antara lain : selulose, lignin, hemiselulose, suberin dan khitin. Jumlah sel dalam satu preparat terdiri dari banyak sel dengan berbagai bentuk sel. Bentuk-bentuk sel meliputi bentuk sel serabut, bentuk sel silindris pada trakea xilem. Ketuaan batang sumber spesimen juga berpengaruh terhadap hasil yang diperoleh. Pada saat praktikum pembuatan preparat maserat kayu ini dicari batang yang tidak terlalu tua dan juga tidak terlalu muda, jadi mencari batang yang sedang tingkat ketuaanya. Pada pembuatan preparat maserat kayu ini ditemukan beberapa noktah yang jelas. Noktah yang ditemukan ada yang termasuk noktah sederhana.
G. KESIMPULAN
Pembuatan maserat kayu menggunakan metode maserasi dan juga dilakukan pewarnaan safranin. Proses pembuatannya yakni melalui tahap maserasi dengan diawali dengan perebusan, pelunakan dengan asam chromat dan asam pikrat, pewarnaan dengan safranin, dehydrasi dengan alkohol, dan dealkoholisasi dengan xylol, pengamatan dan diberi entelan.
DAFTAR RUJUKAN
Miranti, P.I.2010. Pengolahan Jaringan untuk Penelitian Hewan Coba. Semarang : Universitas Diponegoro. Sulisetijono; Kartini,Endang;Sulasmi,E.S;Sunarmi;Saptasari,Murni.2013. Bahan Ajar Struktur Perkembangan Tumbuhan I.Malang: FMIPA Universitas Negeri Malang Sulisetijono. 2010. Penentuan Praktikum Mikroteknik Tumbuhan.Malang: Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang. Susanto,P,C; Mahmudati,N, Rofieq,Ainur. 2015. Perbandingan Ciri Mikroskopis Jaringan Trakea Pada Beberapa Varietas Batang Bunga Mawar Melalui Metode Preparat Maserasi dan Sem. Semarang Tim Pengampu Anatomi Tumbuhan. 2013. Petunjuk Praktikum Anatomi Tumbuhan.Malang: FMIPA Universitas Negeri Malang