MANAJEMEN KEPERAWATAN “
”
MANAJEMEN PERENCANAAN ASUHAN KEPERAWATAN
Oleh: Nama Kelompok: Ni Kadek Puspa Sari Yandhi M.P
(P07120014046)
Cokorde Istri Wulan Divyasita
(P07120014052)
Tingkat III.2 DIII Keperawatan
KEMENTERIAN KESEHATAN RI POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR JURUSAN KEPERAWATAN TAHUN AJARAN 2017
MANAJEMEN PERENCANAAN ASUHAN KEPERAWATAN I.
KONSEP MANAJEMEN PERENCANAAN ASUHAN KEPERAWATAN
A. Definisi Manajemen Perencanaan Asuhan Keperawatan Manajemen adalah koordinasi dan integrasi sumber-sumber melalui perencanaan, pengorganisasian, koordinasi, pengarahan dan pengawasan dalam mencapai tujuan Menurut Huber (1996). Sedangkan manajemen keperawatan dapat diartikan sebagai pelaksanaan pelayanan p elayanan keperawatan melalui staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman, kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat (Gillies, 1998). Manajemen keperawatan mempunyai lingkup manajemen operasional yang merencanakan, mengatur, dan menggerakkan para staf untuk memberikan pelayanan keperawatan
yang
sebaik-baiknya
kepada
pasien
melalui
manajemen
asuhan
keperawatan. Supaya dapat memberikan pelayanan keperawatan dengan sebaik-baiknya, maka diperlukan suatu Standar Asuhan Keperawatan (SAK) yang akan digunakan sebagai target maupun alat kontrol pelayanan keperawatan. Dalam manajemen, diperlukan peran tiap orang yang terlibat di dalamnya untuk menyikapi posisi masing-masing. Oleh sebab itu, diperlukan adanya fungsi-fungsi yang jelas mengenai manajemen. Ada empat fungsi manajemen yang harus diperhatikan, yaitu perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan. Dalam manajemen keperawatan ada beberapa elemen utama berdasarkan fungsinya, salah satunya adalah perencanaan ( planning). planning). Perencanaan adalah satu proses berkelanjutan yang diawali dengan merumuskan tujuan dan rencana tindakan yang akan dilaksanakan, menentukan personal, merancang proses dan kriteria hasil, memberikan umpan balik pada pe rencanaan yang sebelumnya & memodifikasi rencana yang diperlukan Swansburg (1999). Perencanaan formal menekankan pada apa yang akan dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya yang didasarkan pada komitmen bersama (Robbin,1997). Perencanaan adalah fungsi terpenting dalam manajemen karena perencanaan merupakan tuntutan terhadap proses pencapaian tujuan secara efektif dan efisien.
B. Tujuan Manajemen Perencanaan Asuhan Keperawatan Dalam proses keperawatan perencanaan membantu untuk menjamin bahwa klien atau pasien akan menerima pelayanan kesehatan yang mereka butuhkan serta pelayanan ini diberikan oleh pekerja keperawatan agar mendapat hasil yang memuaskan sesuai tujuan. Adapun tujuan perencanaan adalah: 1. Sebagai upaya koordinasi dalam memberikan arahan sehingga semua anggota paham akan kondisi organisasi dan mengerti kontribusinya dalam mencapai tujuan baik secara mandiri maupun tim 2. Mengurangi dampak perubahan 3. Memininimalkan hasil yang tidak efektif dan tidak efisien serta menghindari pengulangan kegagalan 4. Menetapkan standar pengontrolan/ pengendalian: membandingkan kinerja dan tujuan, deviasi dan tindakan korektif yang diperlukan 5. Menimbulkan keberhasilan dalam mencapai sasaran dan tujuan 6. Efektif dalam hal biaya.
C. Prinsip Manajemen Perencanaan Asuhan Keperawatan Perencanaan dalam manajemen asuhan keperawatan yang baik harus memiliki prinsip prinsip sebagai berikut: 1. Mengetahui sifat atau ciri suatu rencana yang baik yaitu: 1) Mempermudah tercapainya tujuan organisasi karena rencana merupakan suatu keputusan yang menentukan kegiatan yang akan dilakukan dalam rangka mencapai tujuan. 2) Dibuat oleh orang-orang yang mengerti organisasi 3) Dibuat oleh orang yang sungguh-sungguh mendalami teknik perencaan 4) Adanya suatu perencanaan yang teliti,yang berarti rencana harus di ikuti oleh program kegiatan terinci 5) Tidak boleh terlepas dari pemikiran pelaksanaan, artinya harus tergambar bagaimana rencana tersebut dilaksanakan. 6) Bersifat sederhana, yang berarti disusun secara sistematis dan prioritasnya jelas terlihat.
7) Bersifat luwes, yang berarti bisa diadakan penyesuaian bila ada perubahan 8) Terdapat tempat pengambilan risiko karena tidak
ada seorangpun yang
mengetahui apa yang akan terjadi di masa yang akan datang 9) Bersifat praktis, yang berarti bisa dilaksanakan sesuai dengan kondisi organ isasi 10) Merupakan prakiraan atau peramalan atas keadaan yang terjadi. 2.
Memandang proses perencanaan sebagai suatu rangkaian kegiatan yang harus dijawab dengan memuaskan menggunakan pendekatan 5W1H 1) What : kegiatan apa yang harus dijalankan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah disepakati. 2) Where : dimana kegiatan akan dilakukan? 3) When : kapan kegiatan tersebut akan dilakukan? 4) Who : siapa yang harus melaksanakan kegiatan tersebut? 5) Why : mengapa kegiatan tersebut perlu dilaksanakan? 6) How :bagaimana cara melaksanakan kegiatan tersebut kearah pencapaian tujuan?
3.
Memandang proses perencanaan sebagai suatu masalah yang harus diselesaikan dengan menggunakan teknik ilmiah, artinya harus disusun dengan cara sistematis dan didasarkan pada langkah sebagai berikut: 1) Mengetahui sifat hakiki dan masalah yang dihadapi 2) Mengetahui data yang akurat sebelum menyusun rencana 3) Menganalisis dan menginterpretasi data yang telah terkumpul 4) Menetapkan data alternatif pemecahan masalah 5) Melaksanakan rencana yang telah tersusun 6) Memilih cara yang terbaik untuk menyelesaikan masalah 7) Menilai hasil yang telah dicapai
II.
MODEL DALAM SISTEM PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN
Dalam memberikan asuhan keperawatan, model asuhan keperawatan yang yang lazim dipakai meliputi metode kasus, metode fungsional, tim keperawatan, keperawatan primer dan sistem manajemen kasus. 1. Metode kasus Metode kusus disebut juga sebagai perawatan total (total care) yang merupakan metode paling awal. Pada metode ini seorang perawat bertanggung jawab umtuk memberikan perawatan pada sejumlah pasien dalam waktu 8-12 jam setiap shift. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda pada setiap pergantian shift, metode ini banyak dipakai pada keadaan kurang tenaga perawat. Jalan keluarnya adalah dengan merekrut tenaga perawat yang baru. 2. Metode fungsional Sistem tugas mengacu pada ilmu manajemen dalam bidang administrasi bisnis yang berfokus pada tugas yang harus diselesaikan. Perawat dengan pendidikan kurang akan melakukan tindakan yang lebih ringan dibandingkan dengan perawatan profesional. Dalam model ini dibutuhkan pembagian tugas (job description), prosedur, kebijakan dan alur komunikasi yang jelas. Metode ini cukup ekonomis dan efisien serta mengarahkan pemusatan pengendalian. Kelemahan dari metode ini adalah munculnya fragmentasi keperawatan dimana pasien menerima perawatan dari berbagai kategori tenaga keperawatan.
Kepala Ruangan
Perawat Pengobatan
Perawat Merawat Luka
Perawat Injeksi
Pasien/ Klien
Skema 1: Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Fungsional
Perawat Merawat Luka
3. Metode tim Metode ini dirancang oleh Elanor Lambertson pada tahun 1950-an yang digunakan untuk mengatasi fragmentasi dari metode orientasi pada tugas dan memenuhi peningkatan tuntutan kebutuhan perawat profesional yang muncul karena kemajuan teknologi, kesehatan dan peralatan. Tim keperawatan terdiri dari perawat profesional (registered nursing), perawat praktis yang mendapat izin serta pembantu perawat. Tim bertanggung jawab dalam memberikan asuhan keperawatan kepada sejumlah pasien selama 8-12 jam. Metode ini lebih menekankan segi manusiawi pasien dan para perawat anggota dimotivasi untuk belajar. Hal pokok yang harus diketahui adalah konfrensi tim yang dipimpin ketua tim, rencana asuhan keperawatan dan keterampilan kepemimpinan. Tujuan metode keperawatan tim adalah untuk memberikan perawatan yang berpusat pada klien. Perawatan ini memberikan pengawasan efektif dari memperkenalkan semua personil adalah media untuk memenuhi upaya kooperatif antara pemimpin dan anggota tim. Melalui pengawasan ketua tim nantinya dapat mengidentifikasi tujuan asuhan keperawatan, mengidentifikasi kebutuhan anggota tim, memfokuskan pada pemenuhan tujuan dan kebutuhan, membimbing anggota tim untuk membantu menyusun dan memenuhi standar asuhan keperawatan.
Kepala Ruangan
Ketua Tim
Ketua Tim
Ketua Tim
Staf
Staf
Staf
Pasien/ Klien
Pasien/ Klien
Pasien/ Klien
Skema 2 : Sistem pemberian Asuhan Keperawatan Tim
4. Keperawatan Primer Metode ini merupakan sistem dimana perawat bertanggung jawab selama 24 jam sehari, 7 hari/ minggu. Ini merupakan metode yang memberikan perawatan secara komprehensif, individual dan konsisten. Metode keperawatan primer membutuhkan pengetahuan dan keterampilan manajemen. Perawat primer mempunyai tugas mengkaji dan membuat prioritas setiap kebutuhan klien, mengidentifikasi diagnosa keperawatan, mengembangkan rencana keperawatan, dan mengevaluasi keefektivan keperawatan. Sementara perawat lain memberikan tindakan keperawatan, perawat primer mengkoordinasikan keperawatan dan menginformasikan tentang kesehatan klien kepada perawat atau tenaga kesehatan lainnya. Keperawatan primer melibatkan semua aspek peran profesional termasuk pendidikan kesehatan, advokasi, pembuatan keputusan dan kesinambungan perawatan. Perawat primer merupakan manejer garis terdepan bagi perawatan pasien dengan akuntabilitas dan tanggung jawab yang menyertainya.
Dokter
Kepala Ruangan
Sarana/ Prasarana
Perawat
PP Pagi
PP
PP
Skema 3 : Sistem Pemberian Keperawatan ”Primary Nursing” 5. Sistem manejemen kasus Metode ini merupakan sistem pelayanan keperawatan, dimana para manajer kasus (case manager) bertanggung jawab terhadap muatan kasus pasien selama dirawat. Para manejer dapat terkait dengan muatan kasus dalam beberapa cara seperti :
a.
Dengan dokter dan pasien tertentu.
b.
Dengan pasien secara geografis berada dalam satu unit atau unit-unit
c.
Dengan mengadakan diagnosa.
Metode ini mempertahankan filsafat keperawatan primer dan membutuhkan seorang sarjana keperawatan atau perawat dengan pendidikan tingkat master untuk mengimplementasikan praktek keperawatan dengan budget yang tinggi.
Kepala Ruangan
Staf Perawat
Staf Perawat
Staf Perawat
Pasien/Klien
Pasien/Klien
Pasien/Klien
Skema 4 : Sistem Pemberian Keperawatan Manajemen Kasus
6. Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) yaitu suatu sistem (struktur proses dan nilai-nilai profesional) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan yang dapat menopang pemberian asuhan keperawatan (Hoffart dan Woods, 1996). Lima Komponen dalam Model Praktek Keperawatan Profesional menurut Hoffart dan Woods (1996): a. nilai-nilai profesional yang merupakan inti dari model praktek keperawatan profesional (MPKP) b. hubungan antar professional c. metode pemberian asuhan keperawatan d. pendekatan manejemen dalam perubahan pengambilan keputusan e. sistem kompetensi dan penghargaan.
III.
ISSUE-ISSUE DALAM MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN
Di Indonesia pada era keterbukaan ini, masyarakat mempunyai kebebasan untuk mengemukakan
pendapatnya,
sehingga
apabila
masyarakat
mendapatkan
pelayanan kesehatan yang tidak bermutu maka masyarakat berhak menuntut pada pemberi pelayanan kesehatan. Namun kondisi keterbukaan pada masyarakat saat ini sepertinya belum didukung dengan kesiapan pelayanan kesehatan, salah satunya dalam memenuhi ketersediaan dokumentasi yang lengkap di pelayanan kesehatan, khususnya rumah
sakit.
Perkembangan
teknologi
informasi
dan
komunikasi
dewasa
ini
di Indonesia belum secara luas dimanfaatkan dengan baik khususnya di pelayanan rumah sakit, terutama pelayanan keperawatan. Tenaga perawat sebagai salah satu tenaga yang mempunyai kontribusi besar bagi pelayanan kesehatan, mempunyai peranan penting untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, seorang perawat harus mampu melaksanakan asuhan keperawatan sesuai standar, yaitu dari mulai pengkajian sampai dengan evaluasi dan yang sangat penting adalah disertai dengan sistem pendokumentasian yang baik. Namun pada realitanya di lapangan, asuhan keperawatan yang dilakukan belum disertai dengan sistem pendokumentasian yang baik, sehingga perawat mempunyai potensi yang besar terhadap proses terjadinya kelalaian dalam praktek. Dengan adanya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, maka sangat dimungkinkan
bagi
perawat
untuk
memiliki
sistem
pendokumentasian
asuhan
keperawatan yang lebih baik dengan menggunakan Sistem Informasi Manajemen. Isu yang berkembang di Indonesia saat ini, terutama di area pelayanan kesehatan rumah sakit adalah apabila Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit sudah dipergunakan apakah akan menyebabkan biaya yang dikeluarkan menjadi lebih besar atau berkurang, apakah sistem ini membantu mencapai tujuan yang diharapkan, apakah jumlah
SDM
keperawatan
dapat
dikurangi
serta
apakah
sistem
ini
akan
berkesinambungan dan secara terus-menerus akan dipergunakan, bagaimana kalau terjadi kerusakan sistem yang fatal. Isu ini sepertinya sangat mempengaruhi pihak manajemen rumah sakit dalam memutuskan dilaksanakannya pemanfaatan dan pengembangan sistem tersebut. Isu tentang SIM keperawatan di Indonesia sampai saat ini ad alah :
Perawat di Indonesia memiliki keinginan yang tinggi untuk memiliki program SIM keperawatan
Belum dilaksanakannya SIM keperawatan di Indonesia berdampak terhadap semakin tingginya beban kerja perawat. Sehingga perawat berharap pihak manajemen RS segera mengaplikasikan program SIM keperawatan.
Beberapa rumah sakit di Indonesia, sampai saat ini yang berkembang adalah Sistem Informasi Rumah Sakit yang baru berupa billing system.
Rumah Sakit di Indonesia 99% masih melaksanakan pendokumentasian keperawatan secara manual .
Untuk aplikasi sistem informasi manajemen asuhan keperawatan baru beberapa rumah sakit saja yang sudah menerapkan dan itu pun masih terbatas, seperti Rumah Sakit Fatmawati Jakarta dan rumah sakit Charitas Palembang.
Pihak manajemen rumah sakit masih memandang SIM keperawatan belum menjadi suatu prioritas utama untuk diaplikasikan karena salah satu penyebabnya adalah membutuhkan biaya yang cukup besar, masih belum memilki pemahaman yang baik tentang dampak apabila program ini diberlakukan terhadap kualitas pelayanan keperawatan dan rumah sakit secara umum, adanya pemikiran bahwa pekerjaan perawat tidak memerlukan bantuan teknologi/alat yang canggih. Pihak manajemen juga masih khawatir tentang kemampuan SDM keperawatan dalam pemanfaatan teknologi ini.
Masih banyak perawat yang tidak mengenal apa sistem informasi manajemen keperawatan yang berbasis komputer tersebut. Kondisi ini karena sangat bervariasinya tingkat pendidikan keperawatan.
Belum adanya aspek legal/UU tentang praktek keperawatan.
IV.
SYSTEM KLASIFIKASI PASIEN GAWAT DARURAT
A. Sistem Triase 1. Spot check 25% UGD menggunakan sistem ini, perawat mengkaji dan mengklasifikasikan pasien dalam waktu 2-3 menit. Sisten ini memungkinkan identifikasi segera. 2. Komprehensif Merupakan triase dasar yang standart di gunakan. Dan di dukung oleh ENA (Emergenci Nurse Association) meliputi:
A (Airway)
B (Breathing)
C (Circulation)
D (Dissability of Neurity)
E ( Ekspose)
F (Full-set of Vital sign)
Pulse Oximetry
3. Trise two-tier Sistem ini memetluhan orang kedua yang bertindak sebagai penolong kedua yang bertugas mensortirpasien untuk di lakukan pengkajian lebih rinci. 4. Triase Expanded Sistem ini dapat di tambahkan ke sistem komprohensif dan two-tier mencakup protokol penanganan: 1)
Pertolongan pertama (bidai, kompres, rawat luka)
2)
Pemeriksaan diagnostik
3)
Pemberian obat
4)
Tes lab (Darah, KGD, Urinalisis, dll
5. Triase Bedside Pasien dalam sistem ini tidak di klasifikasikan triasenya, langsung di tangani oleh perawat yang bertugas, cepat tanpa perlu menunggu antri. B. Kategori/Klasifikasi Triase 61% menggunakan 4 kategori pengambilan keputusan yaitu dengan menggunakan warna hartu/status sebagai tanda klasifikasi yaitu Merah (Emergen), kuning (Urgen), hijau (non Urgen), hitam (Expectant)
Merah (Emergent) Yaitu korban-korban yang membutuhkan stabilisasi segera. Yaitu kondisi yang mengancam kehidupan dan memerlukan perhatian segera. Contoh:
Syok oleh berbagai kausa
Gangguan pernapasan
Trauma kepala dengan pupil anisokor
Perdarahan eksternal masif
Kuning (Urgent) Yaitu korban yang memerlukan pengawasan ketat, tetapi perawatan dapat di tunda sementara. Kondisi yang merupakan masalah medisyang disignifikan dan memerlukan penata laksanaan sesegera mungkin. Tanda-tanda fital klien ini masih stabil. Contoh:
Fraktur multiple
Fraktur femur/pelvis
Korban dengan resiko syok (korban dengan gangguan jantung, trauma, obdomen berat)
Luka bakar luas
Gangguan kesadaran/trauma kepala
Korban dengan status yang tidak jelas.
Semua korban dengan kategori ini harus di berikan infus, pengawasan ketat terhadap kemungkinan timbulnya komplikasi dan berikan perawatan sesegera mungkin.
Hijau (Non urgent) Yaitu kelompok korban yang tidak memerlukan pengobatan atau pemberian pengobatan dapat di tunda. Penyakit atau cidera minor. Contoh:
Fektur minor
Luka minor
Luka bakar minor
Hitam (Expectant) Korban yang meninggal dunia atau yang berpotensi untuk meninggal dunia
6% memakai sistem empat kelas yaitu:
Kelas 1
: kritis (mengancam jiwa, ekstremitas, penglihatan atau tindakan
segera)
Kelas 2
: Akut (terdapat perubahan yang signifikan, tindakan segera
mungkin)
Kelas 3
: Urgent (signifikan, tikdakan pada waktu yang tepat)
Kelas 4
: Non Urgent (tidak terdapat resiko yang perlu segera di tangani)
10% digunakan sistem 5 tingkat yaitu
Kritis Segera Henti jantung
Tidak stabil 5-15 menit Fraktur mayor
Potensial tidak stabil 30-60 menit Nyeri abdomen
Stabil 1-2 jam Sinusitis
Rutin 4 jam Pengangkatan jahitan
V.
JENIS KEGIATAN DALAM ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Keperawatan Asuhan keperawatan memerlukan data yang lengkap dan dikumpulkan secara terus
menerus,
tentang
keadaannya
untuk
menentukan
kebutuhan
asuhan
keperawatan. Data kesehatan harus bermanfaat bagi semua anggota tim kesehatan. Komponen pengkajian keperawatan meliputi : a.
Pengumpulan data, kriteria : menggunakan format yang baku, sistematis, diisi sesuai item yang tersedia, aktual, valid
b. Pengelompokan data, kriteria : data biologis, data psikologis, data sosial, data spiritual c. Perumusan Masalah, kriteria : kesenjangan antara status kesehatan dengan norma dan pola fungsi kehidupan, perumusan masalah ditunjang oleh data yang telah dikumpulkan B. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data kasus kesehatan pasien, dianalisis dan dibandingkan dengan norma fungsi kehidupan pasien. Kriteria : a. Diagnosa
keperawatan
dihubungkan
dengan
penyebab
kesenjangan
dan
pemenuhan kebutuhan pasien b. Dibuat sesuai dengan wewenang perawat c. Komponennya terdiri dari masalah, penyebab dan gejala/ (PES) atau terdiri dari masalah dan penyebab (PE) d. Bersifat aktual apabila masalah kesehatan pasien sudah nyata terjadi e. Bersifat potensial apabila masalah kesehatan pasien kemungkinan besar akan terjadi f.
Dapat ditanggulangi oleh perawat.
C. Perencanaan Keperawatan Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan. Komponen perencanaan keperawatan meliputi: a. Prioritas masalah, kriteria: 1) Masalah yang mengancam kehidupan merupakan prioritas utama
2) Masalah yang mengancam kesehatan seseorang adalah prioritas kedua 3) Masalah yang mempengaruhi perilaku merupakan prioritas ketiga. b. Tujuan asuhan keperawatan, criteria: 1) Spesifik 2) Bisa diukur 3) Bisa dicapai 4) Realistic 5) Ada batas waktu c. Rencana tindakan, kriteria: 1) Disusun berdasarkan tindakan tujuan asuhan keperawatan 2) Melibatkan pasien/keluarga 3) Mempertimbangkan latar belakang bidaya pasien/keluarga 4) Menentukan alternative tindakan yang tepat 5) Mempertimbangkan kebijaksanaan dan peraturan yang berlaku, lingkungan, sumber daya dan fasilitas yang ada 6) Menjamin rasa aman dan nyaman bagi pasien 7) Kalimat instruksi, ringkas, tegas dengan bahasanya yang mudah dimengerti. D. Intervensi Keperawatan Intervensi keperawatan adalah pelaksanaan rencana tindakan yang ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara maksimal yang mencakup aspek peningkatan, pencegahan, pemeliharaan, serta pemulihan kesehatan dengan mengikutsertakan pasien dan keluarganya. Kriteria : dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan, menyangkut keadaan bio-psiko- sosio spiritual pasien, menjelaskan setiap tindakan keperawatan yang akan dilakukan kepada pasien/keluarga, sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, menggunakan sumber daya yang ada, menerapkan prinsip aseptik dan antiseptik, menerapkan prinsip aman, nyaman, ekonomis, privacy dan mengutamakan keselamatan pasien, melaksanakan perbaikan tindakan berdasarkan respon pasien, merujuk dengan segera bila ada masalah yang mengancam keselamatan pasien, mencatat semua tindakan yang telah dilaksanakan, merapikan pasien dan alat setiap
selesai melakukan tindakan, melaksanakan tindakan keperawatan berpedoman pada prosedur teknis yang telah ditentukan. E. Evaluasi Keperawatan Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodik, sistematis dan berencana untuk menilai perkembangan pasien. Kriteria: setiap tindakan keperawatan dilakukan evaluasi, evaluasi hasil menggunakan indikator yang ada pada rumusan tujuan, hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan, evaluasi melibatkan pasien,keluarga dan tim kesehatan, evaluasi dilakukan sesuai dengan standar. F. Catatan asuhan keperawatan Catatan asuhan keperawatan dilakukan secara individual. Kriteria : dilakukan selama pasien dirawat nginap dan rawat jalan, dapat digunakan sebagai bahan informasi, komunikasi dan laporan, dilakukan segera setelah tindakan dilaksanakan, menulisannya harus jelas dan ringkas serta menggunakan istilah yang baku, sesuai dengan pelaksanaan proses keperawatan, setiap
pencatatan
harus
mencantumkan
initial/paraf/nama
perawat
yang
melaksanakan tindakan dan waktunya, menggunakan formulir yang baku, disimpan sesuai dengan pengaturan yang berlaku
DAFTAR PUSTAKA
Nursalam.2007. Manajemen keperawatan aplikasi dalam praktik keperawatan profesional, ed.2.Jakarta: Salemba Medika Arwani & Supriyatno, H.2006. Manejemen bangsal keperawatan.Jakarta: EGC. Darul.2012. Triage dan Manajemen Gawat Darurat. HealthandNews.blogspot.com
SOAL DAN KUNCI JAWABAN 1. Dalam melaksanakan peran sebagai perawat pelaksana harus bertindak sebagai apa saja kecuali : a. Organization b. Communication c. Protector dan advocate d. Comforter e. Rehabilitator Jawaban : A 2. Yang bukan termasuk fungsi manajemen keperawatan menurut marquis dan Huston (2010) adalah ? a. Perencanaan b. Pengorganisasian c. Ketenagaan d. Penghargaan e. Kerjasama Jawaban : E 3. Berikut ini tujuan dari manajemen perencanaan asuhan keperawatan , kecuali : a. Mengadakan dampak perubahan
b. Memininimalkan hasil yang tidak efektif dan tidak efisien serta menghindari pengulangan kegagalan c. Menetapkan standar pengontrolan/ pengendalian: membandingkan kinerja dan tujuan, deviasi dan tindakan korektif yang diperlukan d. Efektif dalam hal biaya. e. Menimbulkan keberhasilan dalam mencapai sasaran dan tujuan Jawaban : A 4. Perencanaan dalam manajemen asuhan keperawatan yang baik harus memiliki prinsip prinsip sebagai berikut, kecuali : a. Mempermudah tercapainya tujuan organisasi karena rencana merupakan suatu keputusan yang menentukan kegiatan yang akan dilakukan dalam rangka mencapai tujuan.
b. Adanya suatu perencanaan yang teliti,yang berarti rencana harus di ikuti oleh program kegiatan terinci c. Tidak boleh terlepas dari pemikiran pelaksanaan, artinya harus tergambar bagaimana rencana tersebut dilaksanakan. d. Bukan merupakan prakiraan atau peramalan atas keadaan yang terjadi
e. Bersifat luwes dan praktis Jawaban : D 5. Struktur organisasi dan data kerja RSU pemerintah diatur dalam SK Menkes RI … a. No. 134/Menkes/SK/IV/78 tahun 1978 b. No. 134/Menkes/SK/V/78 tahun 1978 c. No. 134/Menkes/SK/VI/78 tahun 1978 d. No. 134/Menkes/SK/VII/78 tahun 1978 e. No. 134/Menkes/SK/VIII/78 tahun 1978 Jawaban : A 6. Seorang kepala ruang X dirumah sakit Y mempunyai penilaian kerja yang akurat, sehingga menjamin setiap perawatanya akan memperoleh kesempatan menempati pekerjaan sesuai dengan kemampuan masing-masing perawat. Hal ini sesuai dengan salah satu manfaat dari penilaian prestasi kerja dalam suatu organisasi yaitu : a. Peningkatan prestasi kerja b. Kesempatan kerja yang adil c. Kebutuhan pelatihan pengembangan d. Penyesuaian kompensasi e. Keputusan promosi dan demosi Jawaban : B 7. Tujuan perawat pelaksana pada tahap perencanaan : a. Menyusun visi b. Menyusun rencana harian c. Menyusun jadual shif d. Menerima pasien baru e. Mengikuti operan Jawaban : B
8. Kelemahan dari model keperawatan metode fungsional adalah ? a. Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan keterampilan saja b. Tidak memberikan kepuasan kepada pasien atau perawat lainnya c. Pelayanan keperawatan terpisah-pisah atau tidak total sehingga kesulitan dalam penerapan proses keperawatan d. Hubungan perawat dengan klien sulit terbentuk e. Semua benar
Jawaban : E 9. Berikut ini yang termasuk dalam system triase, kecuali a. Spot check b. Komprehensif c. Ekspose
d. Triase two-tier e. Triase expanded Jawaban : C 10. Korban-korban yang membutuhkan stabilisasi segera atau kondisi yang mengancam kehidupan dan memerlukan perhatian segera termasuk dalam kategori triase : a.
Merah
b.
Kuning
c.
Hijau
d.
Hitam
e.
Putih
Jawaban : A