BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang masalah Bakat adalah anugrah yang tidak boleh disia – siakan dan harus dikembangkan secara maksimal. Setiap manusia terlahir dengan memiliki bakat tertentu. Bakat adalah sesuatu yang sudah dimiliki secara alamiah, yang mutlak memerlukan latihan untuk membangkitkan dan mengembangkannya Seperti halnya bakat, kreativitas yang dimiliki oleh seseorang juga anugrah yang harus dipergunakan secara tepat sasaran. Kreativitas, disamping bermakna baik untuk pengembangan diri maupun untuk pembangunan masyarakat , juga merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Kreativitas erat kaitannya dengan kehidupan manusia. Kreativitas selalu berada dibelakang sebuah penemuan besar. Kreativitas dan bakat sangat dibutuhkan individu untuk bisa melewati seleksi alam. Perpaduan keduanya juga sangat diperlukan untuk menghasilkan produk kreativitas yang bermanfaat. Maka dari itu, Pemakalah mengangkat tema kreativitas dan keberbakatan.
1.2 Rumusan Masalah 1. 2. 3.
Kreativitas, Intelegensi Hubungan antara kreativitas dan intelegensi
1.3 Tujuan Masalah 1. Mengetahui tentang kreativitas, 2. Mengetahui tentang intelegensi 3. Mengetahui Hubungan antara kreativitas dan intelegensi
1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Kreativitas Secara umum kreativitas dapat diartikan sebagai kemampuuan untuk berpikir sesuatu yang baru dan tidak biasa dan menghasilkan penyelesaian yang unik terhadap berbagai persoalan. Perlu kita ketahui ciri-ciri yang mencerminkan kepribadian kreatif, diantaranya, mempunyai daya imajinasi yang kuat, mempunyai inisiatif dan minat yang luas, bebas dalam berpikir, bersifat ingin tahu, selalu ingin mendapat pengalaman baru, percaya diri, penuh semangat dan berani mengambil resiko. Salah satu masalah yang kritis dalam meneliti, mengidentifikasi, dan mengembangkan kreativitas ialah bahwa ada begitu banyak definisi tentang kreativitas, tetapi tidak ada satu definisi pun yang dapat diterima secara universal. Mengingat kompleksitas dari konsep kreativitas, agaknya hal ini tidak mungkin dan tidak perlu, karena kreativitas dapat ditinjau dari berbagai aspek, yang kendatipun saling berkaitan tetapi penekanannya berbeda – beda. Rodhes (1961, dalam Isaksen, 1987) dalam menganalisis lebih dari 40 definisi tentang kreativitas, menyimpulkan bahwa pada umumnya kreativitas dirumuskan dalam istilah pribadi (person), proses, dan produk. Kreativitas dapat pula ditinjau dari kondisi pribadi dan lingkungan yang mendorong ( press) individu ke perilaku kreatif. Rodhes menyebut keempat jenis definisi tentang kreativitas ini sebagai “four p’s of creativity “,yaitu dimensi Person,Proses, Press dan Product. Kebanyakan definisi kreativitas berfokus pada salah satu dari empat P ini atau kombinasinya. Keempat P ini saling berkaitan: pribadi kreatif yang melibatkan diri dalam menghasilkan produk kreatif, dan dengan dukungan dan dorongan ( press) dari lingkungan menghasilkan produk kreatif. Torrance ( 1988) yang memilih definisi proses tentang kreativitas, menjelaskan hubungan antara keempat P tersebut sebagai berikut : dengan berfokus pada proses kreatif, dapat ditanyakan jenis pribadi yang bagaimanakah akan berhasil dalam proses tersebut, macam lingkungan yang bagaimanakah akan memudahkan proses kreatif, dan produk yang bagaimanakah yang dihasilkan dari proses kreatif. Berikut ini adalah pendapat beberapa ahli psikologi tentang pengertian Kreativitas yaitu sebagai berikut : a)
b)
David Campbell, Ph.D menyatakan bahwa kreativitas adalah kegiatan yang mendatangkan hasil dengan kandungan ciri ; Inovatif : belum pernah ada, segar, menarik, aneh, mengejutkan dan teobosan baru. Berguna : lebih enak, lebih baik, lebih praktis, mempermudah, mendorong, memecahkan masalah, mengurangi hambatan. Dapat dimengerti : hasil yang sama dapat dibuat pada waktu yang lain. James R Evan, menyatakan kreativitas adalah keterampilan untuk membentuk kombinasi-kombinasi baru dari dua atau lebih konsep yang telah ada dalam pikiran. 2
c)
d)
Setiap kreasi merupakan kombinasi baru dari ide-ide dan produk yang inovatif, seni dalam pemenuhan kebutuhan manusia. Michael A.West, menyatakan bahwa kreativitas merupakan penyatuan pengetahuan berbagai bidang pengalaman yang berlainan untuk menghasilkan ide-ide baru yang lebih baik. Kreativitas merupakan salah satu bagian dasar dari usaha manusia. Kreativitas melibatkan kita dalam penemuan-penemuan terus-menerus cara baru dan baik dalam mengerjakan berbagai hal. Atau dalam pengertian yang lebih luas, kreativitas terkait dengan penggunaan berbagai potensi yang dimiliki, baik pengetahuan, intuisi maupun imajinasi sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan ide-ide baru yang lebih baik dan bermanfaat. Rawlinson (1979:9) mengemukakan Kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu gagasan baru maupun karya nyata baru yang merupakan kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada sehingga relatif berbeda dengan yang telah ada.
2.1.1 Perkembangan kreativitas anak Sejumlah studi kreativitas menunjukan bahwa perkembangan kreativitas mengikuti suatu pola yang memiliki beberapa variasi. Beberapa factor yang berpengaruh terhadap variasi tersebut diantaranya, jenis kelamin, status ekonomi, posisi urutan kelahiran, lingkungan kota versus desa, dan intelegensi. Anak laki-laki cenderung lebih kreatif dibandingkan dengan anak perempuan karena anak laki-laki mempunyai kesempatan yang lebih luas daripada anak perempuan. Anak yang berlatar belakang ekonomi tinggi lebih kreatif daripada anak yang mempunyai latar belakang ekonomi yang rendah karena lebih banyak mempunyai kesempatan untuk mengakses pengetahuan dan pengalaman yang diperlukan untuk pengembangan kreativitas. Untuk anak-anak yang sebaya, anak yang cerdas menunjukan kemampuan yang lebih bila dibandingkan dengan anak-anak yang kurang cerdas
2.2 Intelegensi Intelegensi berasal dari bahasa Inggris “Intelligence” yang juga berasal dari bahasa Latin yaitu “Intellectus dan Intelligentia atau Intellegere”. Teori tentang intelegensi pertama kali dikemukakan oleh Spearman dan Wynn Jones Pol pada tahun 1951. Spearman dan Wynn mengemukakan adanya konsep lama mengenai suatu kekuatan (power) yang dapat melengkapi akal pikiran manusia tunggal pengetahuan sejati. Kekuatan tersebut dalam bahasa Yunani disebut dengan “Nous”, sedangkan penggunaan kekuatannya disebut “Noeseis”. Intelegensi berasal dari kata Latin,yang berarti memahami. Jadi intelegensi adalah aktivitas atau perilaku yang merupakan perwujudan dari daya atau potensi untuk memahami sesuatu. Intelegensi bukanlah suatu yang bersifat kebendaan, melainkan suatu fiksi ilmiah untuk mendiskripsikan perilaku individu yang berkaitan dengan kemampuan intelektual. 3
Dalam mengartikan intelegensi (kecerdasan) ini, para ahli mempunyai pengertian yang beragam. Deskripsi perkembangan fungsi-fungsi kognitif secara kuantitatif dapat dikembangkan berdasarkan hasil laporan berbagai studi pengukuran dengan menggunakan tes inteligensi sebagai alat ukurnya, yang dilakukan secara longitudinal terhadap sekelompok subjek dari dan sampai ketingkatan usia tertentu secara test-retest yang alat ukurnya disusun secara sekuensial. Dengan menggunakan hasil pengukuran test inteligensi yang mencakup general (Infomation and Verbal Analogies, Jones and Conrad telah mengembangkan sebuah kurva perkembangan Inteligensi, yang dapat di tafsirkan anatara lain sebagai berikut : 1) Laju perkembangan Inteligensi pada masa anak-anak berlangsung sangat pesat, 2) Terdapat variasi dalam saatnya dan laju kecepatan deklinasi menurut jenis-jenis kecakapan khusus tertentu. Bloom melukiskan berdasarkan hasil studi longitudinal, bahwa dengan berpatokankepada hasil test IQ dari masa-masa sebelumnya yang di tempuh oleh subyek yang sama, kita akan dapat melihat perkembangan prosentase taraf kematangan dan kemamppuannya sebagai berikut : 1. 2. 3. 4.
Usia 1 tahun berkembang sampai sekitar 20%-nya Usia 4 tahun sekitar 50%-nya Usia 8 tahun sekitar 80%-nya Usia 13 tahun sekitar 92%-nya
Hasil studi Bloom ini tampaknya juga menugaskan bahwa laju perkembangan IQ itu bersifat proposional. Berikut ini adalah pendapat beberapa ahli psikologi tentang pengertian Intelegensi yaitu sebagai berikut : a) b) c)
d)
Claparde dan Stern mengatakan bahwa intelegensi adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri secara mental terhadap situasi atau kondisi baru. K. Buhler mengatakan bahwa intelegensi adalah perbuatan yang disertai dengan pemahaman atau pengertian. David Wechster (1986). Definisinya mengenai intelegensi mula-mula sebagai kapasitas untuk mengerti ungkapan dan kemauan akal budi untuk mengatasi tantangan-tantangannya. Namun di lain kesempatan ia mengatakan bahwa intelegensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berfikir secara rasional dan menghadapi lingkungannya secara efektif. William Stern mengemukakan batasan sebagai berikut: intelegensi ialah kesanggupan untuk menyesuaikan diri kepada kebutuhan baru, dengan menggunakan alat-alat berfikir yang sesuai dengan tujuannya. William Stern berpendapat bahwa intelegensi sebagian besar tergantung dengan dasar dan turunan, pendidikan atau lingkungan tidak begitu berpengaruh kepada intelegensi seseorang. Dalam dunia pendidikan dan pengajaran masalah inteligensi merupakan salah satu 4
masalah pokok; karenanya tidak mengherankan kalau masalah tersebut banyak di kupas orang, baik secara khusus maupun secara sambil lalu dalam pertautan dengan pengupasan yang lain. Tentang peran inteligensi itu dalam proses pendidikan ada yang menganggap demikian pentingnya sehingga di pandang menentukan dalam hal berhasil dan tidaknya seseorang dalam hal belajar; sedang pada sisi lain ada juga yang menganggap bahwa inteligensi tidak lebih mempengaruhi soal tersebut. Tetapi pada umumnya orang berpendapat, bahwa inteligensi merupakan salah satu faktor penting yang ikut menentukan berhasil atau gagalnya belajar seseorang; terlebih-lebih pada waktu anak masih sangat muda, inteligensi sangat besar pengaruhnya. 2.2.1 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Intelegensi 1. Faktor pembawaan Faktor pembawaan merupakan faktor pertama yang berperan di dalam intelegensi. Faktor ini ditentukan oleh sifat yang dibawa sejak lahir. Batas kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam memecahkan masalah, antara lain ditentukan oleh faktor bawaan. Oleh karena itu, di dalam satu kelas dapat dijumpai anak yang bodoh, agak pintar, dan pintar sekali, meskipun mereka menerima pelajaran dan pelatihan yang sama. 2. Faktor minat dan pembawaan yang khas Faktor minat ini mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan atau motif yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luas, sehingga apa yang diminati oleh manusia dapat memberikan dorongan untuk berbuat lebih giat dan lebih baik. 3. Faktor pembentukan Pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan intelegensi. Di sini dapat dibedakan antara pembentukan sengaja, seperti yang dilakukan di sekolah dan pembentukan yang tidak disengaja, misalnya pengaruh alam disekitarnya. 4. Faktor kematangan Di mana tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Setiap organ manusia baik fisik maupun psikis, dapat dikatakan telah matang, jika ia telah tumbuh atau berkembang hingga mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing. Oleh karena itu, tidak mengherankan bila anak-anak belum mampu mengerjakan atau memecahkan soal-soal matematika di kelas empat SD, karena soal-soal itu masih terlampau sukar bagi anak. Organ tubuhnya dan fungsi jiwanya masih belum matang untuk menyelesaikan soal tersebut dan kematangan berhubungan erat dengan umur.
5. Faktor kebebasan 5
Faktor kebebasan artinya manusia dapat memilih metode tertentu dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Di samping kebebasan memilih metode, juga bebas dalam memilih masalah yang sesuai dengan kebutuhannya. 2.2.2 Teori-Teori Intelegensi 1. Teori Faktor Teori ini dikembangkan oleh Spearman, dia mengembangkan teori dua faktor dalam kemampuan mental manusia. Yakni : a. Teori faktor “g” (faktor kemampuan umum) : kemampuan menyelesaikan masalah atau tugas – tugas secara umum (misalnya, kemampuan menyelesaikan soal – soal matematika). b. Teori faktor “s” (faktor kemampuan khusus) : kemampuan menyelesaikan masalah atau tugas – tugas secara khusus (misalnya, mengerjakan soal – soal perkalian,atau penambahan dalam matematika). 2. Teori Struktural Intelektual Teori ini dikembangkan oleh Guilford, dia mengatakan bahwa tiap-tiap kemampuan memiliki jenis keunikan tersendiri dalam aktifitas mental atau pikiran (operation), isi informasi (content), dan hasil informasi (product). Penjelasannya adalah sbb : a.
Operation (aktivitas pikiran atau mental) Cognition, yaitu aktivitas mencari, menemukan, mengetahui dan memahami informasi. Misalnya mengetahui makna kata “adil” atau “krisis”. Memory, yakni menyimpan informasi dalam pikiran dan mempertahankannya. Divergent production, yakni proses menghasikan sejumlah alternative informasi dari gudang ingatan untuk memenuhi kebutuhan, misalnya mengusulkan sejumlah judul sebuah cerita. Convergent production, yaitu penggalian informasi khusus secara penuh dari gudang ingatan. Misalkan menemukan kata – kata yang cocok untuk jawaban TTS. Evaluation, yakni memutuskan yang paling baik dan yang cocok dengan tuntunan berpikir logis.
b. Content (isi informasi) Visual, yaitu informasi – informasi yang muncul secara langsung dari stimulasi yang diterima oleh mata. Auditory, yakni informasi – informasi yang muncul secara langsung dari stimulasi yang diterima oleh system pendengaran (telinga). Simbolic, yaitu item – item informasi yang tersusun urut bersamaan dengan item – item yang lain. Misalnya sederet angka, huruf abjad dan kombinasinya. Sematic, biasanya berhubungan dengan makna atau arti tetapi tidak melekat pada simbol – simbol kata. 6
Behaviora, yakni item informasi mengenai keadaan mental dan perilaku individu yang dipindahkan melalui tindakan dan bahasa tubuh. Product (bentuk informasi yang dihasilkan) Unit, yaitu suatu kesatuan yang memiliki suatu keunikan didalam kombinasi sifat dan atributnya, contoh bunyi musik,cetakan kata. Class, yakni sebuah konsep dibalik sekumpulan objek yang serupa. Misalkan bilangan genap dan ganjil. Relation, yakni hubungan antara dua item. Contoh dua orang yang memiliki huruf depan berurutan, Abi kawin dengan Ani. Sistem, yakni tiga item atau lebih berhubungan dalam suatu susunan totalitas. Misalkan tiga orang berinteraksi didalam sebuah acara dialog di TV. Transformation, yaitu setiap perubahan atau pergantian item informasi. Implication, yakni item informasi diusulkan oleh item informasi yang sudah ada. Misalkan melihat 4X5 dan berpikir 20. 3. Teori Kognitif Teori ini dikembangkan oleh Sternberg menurutnya inteligensi dapat dianalisis kedalam beberapa komponen yang dapat membantu seseorang untuk memecahkan masalahnya diantaranya : Metakomponen adalah proses pengendalian yang terletak pada urutan lebih tinggi yang digunakan untuk melaksanakan rencana, memonitor, dan mengevaluasi kinerja dalam suatu tugas. Komponen kinerja adalah proses – proses pada urutan lebih rendah yang digunakan untuk melaksanakan berbagai strategi bagi kinerja dalam tugas. Komponen perolehan pengetahuan adalah proses – proses yang terlibat dalam mempelajari informasi baru dan penyimpanannya dalam ingatan. 4. Teori Inteligensi Majemuk (multiple intelligences) Teori ini dikembangkan oleh Howard Gadner, dalam teorinya ia mengemukakan sedikitnya ada tujuh jenis inteligensi yang dimiliki manusia secara alami, diantaranya: Inteligensi bahasa (verbal or linguistic intelligence) yaitu kemampuan memanipulasi kata – kata didalam bentuk lisan atau tulisan. Misalnya membuat puisi Inteligensi matematika-logika (mathematical-logical) yaitu kemampuan memanipulasi sistem-sistem angka dan konsep-konsep menurut logika. Misalkan para ilmuwan bidang fisika, matematika. Inteligensi ruang (spatial intelligence) adalah kemampuan untuk melihat dan memanipulasi pola-pola dan rancangan. Contohnya pelaut, insinyur dan dokter bedah. Inteligensi musik (musical intelligence) adalah kemampuan memahami dan memanipulasi konsep-konsep musik. Contohnya intonasi, irama, harmoni Inteligensi gerak-tubuh (bodily-kinesthetic intelligence) yakni kemampuan untuk menggunakan tubuh dan gerak. Misalkan penari, atlet. Inteligensi intrapersonal yaitu kemampuan untuk memahami perasaan – perasaan sendiri, refleksi, pengetahuan batin, dan filosofinya,contohnya ahli sufi dan agamawan. Inteligensi interpersonal yaitu kemampuan memahami orang lain, pikiran maupun perasaan – perasaannya, misalnya politis, petugas klinik, psikiater. 7
2.3 Hubungan antara intelegensi dengan kreativitas Intelegensi menyagkut pada cara berpikir konvergen (memusat) sedangkan kreativitas berkenaan dengan cara berpikir divergen ( menyebar). Penelitian Torrance (1965) mengungkapkan bahwa anak yang kreativitasnya tinggi mempunyai taraf intelegensi (IQ) di bawah rata-rata IQ teman sebayanya. Dalam konteks keberbakatan, ia menyatakan bahwa IQ tidak dapat dijadikan sebagai criteria tungal untuk mengidentifikasi orang-orang yang berbakat. Berbagai penelitian mengenai hubungan intelegensi dan kreativitas melaporkan hasil yang berbeda – beda. Pada intinya, penelitian itu membuktikan bahwa sampai tingkat tertentu terdapat hubungan antara intelegensi dan kreativitas. Namun, pada tingkat IQ di atas 120, hamper tidak ada hubungan antara keduanya. Artinya, orang yang IQ-nya tinggi, mungkin kreativitasnya rendah atau sebaliknya. Dengan demikian, kreativitas dan intelegensi merupakan dua domain kecakapan manusia yang berbeda. Baik intelegensi maupun kreativitas, dijadikan criteria untuk menentukan bakat seseorang. Kreativitas merupakan salah satu ciri dari perilaku yang inteligen karena kreativitas juga merupakan manifestasi dari suatu proses kognitif. Meskipun demikian, hubungan antara kreativitas dan inteligensi tidak selalu menunjukkan bukti-bukti yang memuaskan. Walau ada anggapan bahwa kreativitas mempunyai hubungan yang bersifat kurva linear dengan inteligensi, tapi bukti-bukti yang diperoleh dari berbagai penelitian tidak mendukung hal itu. Skor IQ yang rendah memang diikuti oleh tingkat kreativitas yang rendah pula. Namun semakin tinggi skor IQ, tidak selalu diikuti tingkat kreativitas yang tinggi pula. Sampai pada skor IQ tertentu, masih terdapat korelasi yang cukup berarti. Tetapi lebih tinggi lagi, ternyata tidak ditemukan adanya hubungan antara IQ dengan tingkat kreativitas. Para ahli telah berusaha mencari tahu mengapa ini terjadi. J. P. Guilford menjelaskan bahwa kreativitas adalah suatu proses berpikir yang bersifat divergen, yaitu kemampuan untuk memberikan berbagai alternatif jawaban berdasarkan informasi yang diberikan. Sebaliknya, tes inteligensi hanya dirancang untuk mengukur proses berpikir yang bersifat konvergen, yaitu kemampuan untuk memberikan satu jawaban atau kesimpulan yang logis berdasarkan informasi yang diberikan. Ini merupakan akibat dari pola pendidikan tradisional yang memang kurang memperhatikan pengembangan proses berpikir divergen walau kemampuan ini terbukti sangat berperan dalam berbagai kemajuan yang dicapai oleh ilmu pengetahuan. Secara global hakekat intelegensi bisa diilustrasikan sebagai berikut: a. Kemampuan memahami sesuatu Makin tinggi intelegensi seseorang, maka makin cepatlah ia memahami sesuatu yang dihadapi. 8
b. Kemampuan berpendapat Makin cerdas seseorang, makin cepat pula mengambil ide,langkah penyelesaian masalah, memilih cara-cara yang tepat diantara sekian alternatif penyelesaian segera dipilih mana yang paling ringan dan kecil resikonya dan besar manfaatnya. c. Kemampuan kontrol dan kritik Makin cerdas seseorang makin tinggi pula daya kontrol dan kritiknya terhadap apa yang diperbuat, sehingga tidak diulangi lagi, paling tidak frekuensi pengulangan kesalahan kecil.
9
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Kreativitas, disamping bermakna untuk pengembangan diri maupun pembangunan masyarakat, juga merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia, yaitu kebutuhan akan perwujudan diri sebagai salah satu kebutuhan paling tinggi manusia ( Maslow, 1968 ). Kreativitas dalam perkembangannya sangat terkait dengan empat aspek, yaitu aspek pribadi, pendorong, proses, dan produk. Ditinjau dari aspek pribadi, kreativitas muncul dari interaksi pribadi yang unik dengan lingkungannya. Ditinjau dari proses, menurut Torrance ( 1988), kreativitas adalah proses merasakan dan mengamati adanya masalah, membuat dugaan tentang kekurangan ( masalah ) ini, menilai dan menguji dugaan atau hipotesis, kemudian mengubah dan mengujinya lagi, dan akhirnya menyampaikan hasil – hasilnya. Proses kreatif meliputi beberapa tahap, yaitu persiapan, inkubasi, iluminasi, dan verifikasi. Definisi mengenai produk kreativitas menekankan bahwa apa yang dihasilkan dari proses kreativitas, ialah sesuatu yang baru, orisinalitas, dan bermakna. Ditinjau dari aspek pendorong kreativitas dalam perwujudannya memerlukan dorongan internal maupun eksternal dari lingkungannya. Jadi peranan Intelegensi / kecerdasan setiap orang sangat mempengaruhi kreativitas, bakat , dan prestasi belajarnya. Seseorang yang Tingkat intelegensinya (IQ) tinggi belum tentu memiliki kreativitas, bakat, dan prestasi belajarnya tinggi pula karena setiap individu memiliki motivasi yang berbeda. Tetapi individu yang memiliki IQ lebih tinggi akan lebih mudah berkreativitas dan meraih prestasi belajar yang tinggi dibandingkan dengan yang memiliki IQ rendah.
3.2 Saran Makalah ini kami angkat berdasarkan dari sumber penerbit dan pengatahuan dan diskusi kelompok kami. Semoga pembaca dapat menambah wawasan dan pengatahuan tentang Kreativitas dan Intelegensi. Selain itu kami meyakini bahwa dalam makalah ini masih ada kesalahan-kesalahan. Oleh sebab itu kami memohonkan maaf dan kritikan oleh para pembaca.
10
DAFTAR PUSTAKA 1. Munandar, Utami.2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta : PT RINEKA CIPTA. 2. http://sunartombs.wordpress.com/2009/08/09/pengertian-kreativitaskreativitas;;pengertian kreativitas2010-2011/.com 3. http://www.indosiar.com/ragam/21364/anak-berbakat-dalam-pendidikan 4. http://books.google.co.id/books?id 5. Suharnan (2005). Psikologi kognitif. Surabaya. Srikandi 6. http://edukasi.kompasiana.com/2010/11/18/intelegensi-dan-kreativitas-adakahhubungan-di-antara-keduanya-320034.html
11