Keterampilan Dasar Dalam Keperawatan (Medikasi Obat)
Disusun Oleh : Kelompok 5 Rinda Ayu Dwi Apriska
22020112130105
Marsha Yoke Nancy
22020112130106
Ning Suwarsih
22020112130108
Atik Dina Nasekhah
22020112130110
Nur Khasanah
22020112130112
Beny Bakhtiar
22020112140017
Veronica Lita Wulandari
22020112140022
JURUSAN ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO 2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis penjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat-Nya maka penulis
dapat menyelesaikan penyusunan makalah Keterampilan Dasar Dalam Keperawatan yang berisi tentang “Medikasi Obat”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Keterampilan Keterampilan Dasar Dalam Keperawatan di Jurusan Ilmu Keperawatan, Fakultas Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro. Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan, baik pada teknis penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada : 1. Bapak M. Hasib Ardani,S.Kep.,M.Kes. selaku dosen pembimbing mata kuliah Keterampilan Dasar Dalam Keperawatan. 2. Teman-teman semua di Kelas A12.2 yang telah memberikan dukungan. 3. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan dalam kelancaran penulisan makalah ini. Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai, akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Semarang, 06 Maret 2013
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 2 C. Tujuan ..................................................................................................................... 2 BAB II PEMBAHASAN A. Pemberian Obat secara Oral.................................................................................... 4 B. Pemberian Obat Tetes Mata .................................................................................... 5 C. Pemberian Obat Tetes Telinga ................................................................................ 8 D. Pemberian Obat Topical ......................................................................................... 10 E. Pemberian Medikasi melalui Selang Sonde ............................................................ 11 F. Pemberian Obat Suppositoria Rectal ...................................................................... 12 G. Injeksi Intramuscular, Subcutan dan Intracutan ...................................................... 13 H. Persiapan Spuit yang Akan Digunakan................................................................... 17 I. Pengambilan Obat dari Ampul dan Vial ................................................................. 18 J. Pemberian Insulin ................................................................................................... 18 K. Injeksi dengan Metode Z-track ............................................................................... 19 L. Pemberian Obat Metode Piggy Back ...................................................................... 20 M. Penambahan Obat melalui Saline ........................................................................... 21 N. Penambahan Obat pada Cairan Intravena ............................................................... 22 O. Pemberian Obat Intravena Bolus ............................................................................ 22 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................................................. 24 B. Saran........................................................................................................................ 24 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 26
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Obat adalah merupakan sebuah substansi zat baik dari alam (hewan maupun tumbuhan) atau kimiawi yang dalam takaran (dosis) yang tepat atau layak dapat menyembuhkan, meringankan atau mencegah penyakit atau gejala-gejalanya, serta digunakan sebagai perawatan atau pengobatan bahkan pencegahan terhadap berbagai gangguan yang terjadi di dalam tubuh. Salah satu tugas terpenting seorang perawat adalah memberi obat yang aman dan akurat kepada klien. Obat merupakan alat utama terapi untuk mengobati klien yang memiliki masalah. Obat bekerja menghasilkan efek terapeutik yang bermanfaat. Walaupun obat menguntungkan klien dalam banyak hal, beberapa obat dapat menimbulkan efek samping yang serius atau berpotensi menimbulkan efek yang berbahaya bila kita memberikan obat tersebut tidak sesuai dengan anjuran yang sebenarnya. Seorang perawat juga memiliki tanggung jawab dalam memahami kerja obat dan efek samping yang ditimbulkan oleh obat yang telah diberikan, memberikan obat dengan tepat, memantau respon klien, dan membantu klien untuk menggunakannya dengan benar dan berdasarkan pengetahuan. Adapun prinsip-prinsip pemberian obat yang benar meluputi enam hal, yaitu : benar pasien, benar obat, benar dosis, benar waktu, benar rute dan benar dokumentasi. Benar pasien dapat dipastikan dengan memeriksa identitas pasien dan harus dilakukan setiap akan memberikan obat. Benar obat memastikan pasien setuju dengan obat yang telah diresepkan berdasarkan kategori perintah pemberian obat, yaitu : perintah tetap (standing order), perintah satu kali (single order), perintah PRN (jika perlu), perintah stat (segera). Benar dosis adalah dosis yang diresepkan pada pasien tertentu. Benar waktu adalah saat dimana obat yang diresepkan harus diberikan. Benar rute disesuaikan dengan tingkat penyerapan tubuh pada obat yang telah diresepkan. Benar dokumentasi meliputi nama, tanggal, waktu, rute, dosis dan tanda tangan atau insial petugas. Medikasi (obat) adalah zat yang diberikan untuk keperluan diagnosis, penyembuhan, terapi, penurun(pereda), dan pencegahan penyakit. Obat merupakan sebuah substansi yang diberikan kepada manusia atau binatang sebagai perawatan atau pengobatan bahkan pencegahan terhadap berbagai gangguan yang terjadi di dalam tubuh. Obat yang digunakan sebaiknya memenuhi berbagai standar persyaratan obat diantaranya kemurnian, yaitu suatu keadaan yang dimiliki obat karena unsur keasliannya, tidak ada pencampuran dan potensi yang baik. Selain kemurnian, obat juga harus memiliki bioavailibilitas berupa keseimbangan obat, keamanan, dan efektifitas.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa saja cara-cara pemberian obat kepada pasien?
2.
Bagaimana cara pemberian obat secara oral kepada pasien?
3.
Bagaimana cara pemberian obat tetes mata kepada pasien?
4.
Apa saja jenis-jenis obat tetes mata?
5.
Bagaimana cara pemberian obat tetes telinga kepada pasien?
6.
Bagaimana cara pemberian obat topical?
7.
Bagaimana cara pemberian medikasi melalui selang sonde?
8.
Bagaimana cara pemberian obat suppositoria rectal?
9.
Bagaimana cara melakukan injeksi Intramuscular, Subcutan dan Intracutan?
10. Bagaimana cara mempersiapkan spuit yang akan digunakan? 11. Bagaimana cara mengambil obat dari ampul dan vial? 12. Bagaimana cara memberikan insulin kepada pasien? 13. Bagaimana cara melakukan injeksi dengan metode Z-track? 14. Bagaimana cara pemberian obat dengan metode piggy back? 15. Bagaimana cara menambahkan obat melalui saline? 16. Bagaimana cara menambahkan obat pada cairan Intravena? 17. Bagaimana cara pemberian obat Intravena Bolus?
C. Tujuan
1.
Mengetahui cara-cara pemberian obat kepada pasien.
2.
Mengetahui cara pemberian obat secara oral kepada pasien.
3.
Mengetahui cara pemberian obat tetes mata kepada pasien.
4.
Mengetahui jenis-jenis obat tetes mata.
5.
Mengetahui cara pemberian obat tetes telinga kepada pasien.
6.
Mengetahui cara pemberian obat topical.
7.
Mengetahui cara pemberian medikasi melalui selang sonde.
8.
Mengetahui cara pemberian obat suppositoria rectal.
9.
Mengetahui cara melakukan injeksi Intramuscular, Subcutan dan Intracutan.
10. Mengetahui cara mempersiapkan spuit yang akan digunakan. 11. Mengetahui cara mengambil obat dari ampul dan vial. 12. Mengetahui cara memberikan insulin kepada pasien. 13. Mengetahui cara melakukan injeksi dengan metode Z-track. 14. Mengetahui cara pemberian obat dengan metode piggy back. 15. Mengetahui cara menambahkan obat melalui saline. 16. Mengetahui cara menambahkan obat pada cairan Intravena. 17. Mengetahui cara pemberian obat Intravena Bolus.
BAB II PEMBAHASAN
A. Pemberian Obat secara Oral
Oral adalah rute pemberian yang paling umum dan paling banyak dipakai karena ekonomis, paling nyaman dan aman. Obat dapat juga diabsorbsi melalui rongga mulut (sublingual atau bukal) seperti tablet ISDN. Bentuk sediaan obatnya dapat berupa Tablet, Kapsul, Larutan (solution), Sirup, Eliksir, Suspensi, Magma, Jel, dan Bubuk. Tujuan penggunaan obat melalui oral adalah untuk memperoleh efek sistemik, yaitu obat masuk ke dalam pembuluh darah dan beredar ke seluruh tubuh setelah terjadi absorpsi obat pada bermacam-macam permukaan sepanjang saluran pencernaan. Akan tetapi ada obat yang ditelan dengan tujuan memperoleh efek lokal karena obat tidak larut diabsorpsi dalam rute ini, misalnya obat-obat cacing dan obat-obat antasida untuk menetralkan kelebihan asam lambung. Bentuk sediaan oral dapat juga dibuat untuk memberikan efek pengobatan yang lama, seperti sustained release, repeat action, dan prolonged action yang berbeda dalam pelepasan zat aktik dan absorpsinya. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat pemberian obat secara oral, antara lain : 1. Pengobatan oral tidak diberikan kepada klien yang muntah, atau dalam keadaan koma. Klien yang muntah mungkin memerlukan istirahat singkat sebelum pemberian obatnya diteruskan. 2. Kapsul enteric-coated dan time-release harus ditelan seutuhnya supaya efektif. 3. Berikan obat yang mengiritasi bersama-sama dengan makanan untuk mengurangi rasa tidak enak pada saluran gastrointestinal 4. Obat-obat yang diberikan sublingual (diletakkan dibawah lidah) dan bukal (diletakkan antara pipi dan gusi) dibiarkan pada tempatnya sampai semuanya diabsorpsi. Jangan berikan makanan atau cairan selama obat, masih ada di tempatnya. 5. Ada beberapa bentuk, termasuk di antaranya adalah eliksir, emulsi, dan suspensi. 6. Baca label untuk memastikan apakah memerlukan pengenceran atau pengocokan. 7. Miniskus berada pada garis dosis yang diminta 8. Kebanyakan cairan membutuhkan penyimpanan di dalam lemari es jika telah direkonstitusi
Kelebihan pemberian obat secara oral : 1. Relatif aman, 2. Praktis, ekonomis 3. Meminimalkan ketidaknyamanan pada klien dan dengan efek samping yang paling kecil. Kekurangan pemberian obat secara oral : 1. Bioavaibilitasnya banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor, 2. Iritasi pada saluran cerna, perlu kerjasama dengan penderita (tidak bisa diberikan pada penderita koma), 3. Timbul efek lambat, tidak bermanfaat untuk pasien yang sering muntah, diare, tidak sadar, tidak kooperatif; untuk obat iritatif 4. Rasa tidak enak penggunaannya terbatas, 5. Obat yang inaktif/terurai oleh cairan lambung tidak bermanfaat (penisi lin G, insulin), 6. Obat absorpsi tidak teratur, awitan kerja obat oral lebih lambat dan efeknya lebih lama.
B. Pemberian Obat Tetes Mata
Pemberian Obat Tetes adalah pemberian obat dengan cara meneteskan ke organ tertentu untuk mengobati suatu infeksi dan atau untuk mendilatasikan organ (mata). Obat Tetes mata adalah obat yang di teteskan pada mat a yang berbentuk cairan steril. Obat Tetes mata dapat di golongkan sebagai berikut: a. Obat tetes mata antiseptik (kartikosteroid) dan anti infeksi
Obat mata golongan antiseptik dan antiinfeksi digunakan pada gangguan mata karena adanya infeksi oleh mikroba, masuknya benda asing ke dalam kornea mata atau kornea mata mengalami luka/ulkus. Kandungan obat antiseptik dan antiinfeksi mata selain pembawa yang harus steril dan inert (tidak menimbulkan efek pada mata atau tidak bereaksi dengan zat aktifnya/obat) dalam bentuk tetes atau salep, juga zat aktifnya merupakan antibiotik/antiseptik atau antivirus dengan berbagai golongan. Obat mata yang mengandung kortikosteroid digunakan untuk mengatasi masalah mata seperti alergi, bengkak ataupun gatal. Karena infeksi mata seringkali menyebabkan gejala gatal dan bengkak sehingga sediaan obat antiseptik mata sering dikombinasi dengan kortikosteroid untuk
mengatasi gejala alerginya. Berikut jenis zat aktif yang ada dalam obat antiseptik dan antiinfeksi mata : 1. Sulfacetamid Na Tersedia dalam bentuk sediaan tetes mata dengan kandungan zat aktif (Sulfasetamid Na) 10 %. Ciprofloxacin HCl. Tersedia dalam bentuk sediaan tetes mata dengan kandungan zat aktif (Siprofloksasin HCl) 3 mg/mL atau 0,3%. 2. Tobramycin Tersedia dalam bentuk sediaan tetes mata dengan kandungan zat aktif (Tobramisin) 3 mg/mL atau 0.3%. Sedangkan sediaannya dalam bentuk salep mata juga mengandung 0,3 % zat aktif. 3. Chloramphenicol dan kombinasinya Tersedia dalam bentuk sediaan tetes mata dengan kandungan zat aktif (Kloramfenikol) 0,5% dan 1 %. Sedangkan sediaannya dalam bentuk salep mata juga mengandung 1 % zat aktif. Obat mata yang mengandung Kloramfenikol biasa juga dikombinasi dengan Polymixin B Sulfat. b. Obat tetes mata midriatikum
Obat midriatikum adalah obat yang digunakan untuk membesarkan pupil mata, juga digunakan untuk siklopegia dengan melemahkan otot siliari sehingga memungkinkan mata untuk fokus pada obyek yang dekat. Obat midriatikum menggunakan tekanan pada efeknya dengan memblokade inervasi dari pupil spingter dan otot siliari. Obat untuk midriatikum bisa dari golongan obat simpatomimetik dan antimuskarinik, sedangkan obat untuk Siklopegia hanya obat dari golongan antimuskarinik. Obat midriatikum-siklopegia yang tersedia di pasaran adalah Atropine, Homatropine dan Tropicamide dengan potensi dan waktu kerja yang berbeda begitu juga kegunaan secara klinisnya. c. Obat tetes mata Miotikum
Obat miotikum adalah obat yang menyebabkan miosis (konstriksi dari pupil mata). Obat ini di gunakan untuk Pengobatan glaukoma bertujuan untuk mengurangi tekanan di dalam mata dan mencegah kerusakan lebih lanjut pada penglihatan. Obat Miotikum bekerja dengan cara membuka sistem saluran di dalam mata, dimana sistem saluran tidak efektif karena kontraksi atau kejang pada otot di dalam mata yang dikenal dengan otot siliari. Betaxolol dan Pilokarpin adalah contoh obat Miotikum yang sering digunakan. Betaxolol adalah senyawa penghambat beta adregenik. d. Obat tetes glaukoma
Pemilihan pengobatan glaukoma dapat dibagi berdasarkan jenis glaukomanya sebagai berikut :
1. Glaukoma sudut terbuka Obat tetes mata biasanya bisa mengendalikan glaukoma sudut terbuka. Obat yang pertama diberikan adalah beta bloker (misalnya timolol, betaxolol, carteolol, levobunolol atau metipranolol), yang kemungkinan akan mengurangi pembentukan cairan di dalam mata. Juga diberikan pilocarpine untuk memperkecil pupil dan meningkatkan pengaliran cairan dari bilik anterior. Obat lainnya yang juga diberikan adalah epinephrine, dipivephrine dan carbacol (untuk memperbaiki pengaliran cairan atau mengurangi pembentukan cairan). Jika glaukoma tidak dapat dikontrol dengan obat-obatan atau efek sampingnya tidak dapat ditolerir oleh penderita, maka dilakukan pembedahan untuk meningkatkan pengaliran cairan dari bilik anterior. Digunakan sinar laser untuk membuat lubang di dalam iris atau dilakukan pembedahan untuk memotong sebagian iris (iridotomi). 2. Glaukoma sudut tertutup Minum larutan gliserin dan air bisa mengurangi tekanan dan menghentikan serangan glaukoma. Bisa juga diberikan inhibitor karbonik anhidrase (misalnya acetazolamide). Tetes mata pilocarpine menyebabkan pupil mengecil sehingga iris tertarik dan membuka saluran yang tersumbat. Untuk mengontrol tekanan intraokuler bisa diberikan tetes mata beta blocker. Setelah suatu serangan, pemberian pilocarpine dan beta blocker serta inhibitor karbonik anhidrase biasanya terus dilanjutkan. Pada kasus yang berat, untuk mengurangi tekanan biasanya diberikan manitol intravena (melalui pembuluh darah). Terapi laser untuk membuat lubang pada iris akan membantu mencegah serangan berikutnya dan seringkali bisa menyembuhkan penyakit secara permanen. Jika glaukoma tidak dapat diatasi dengan terapi laser, dilakukan pembedahan untuk membuat lubang pada iris. Jika kedua mata memiliki saluran yang sempit, maka kedua mata diobati meskipun serangan hanya terjadi pada salah satu mata. 3. Glaukoma sekunder Pengobatan glaukoma sekunder tergantung kepada penyebabnya.Jika penyebabnya adalah peradangan, diberikan corticosteroid dan obat untuk melebarkan pupil. Kadang dilakukan pembedahan. 4. Glaukoma kongenitalis Untuk mengatasi glaukoma kongenitalis perlu dilakukan pembedahan.
C. Pemberian Obat Tetes Telinga
Memberikan obat pada telinga dilakukan dengan obat tetes pada telinga atau salep. Pada umumnya, obat tetes telinga yang dapat berupa obat antibiotik diberiakan pada gangauan infeksi telinga. Khususnya otitis media pada telinga tengah. -
Persiapan alat dan bahan : 1. Obat dalam tempatnya 2. Penetes 3. Spekulum telinga 4. Pinset anatomi dalam tempatnya 5. Korentang dalam tempatnya 6. Plester 7. Kain kasa 8. Kertas tisu 9. Balutan
-
Prosedur Kerja :
No
Langkah
Rasional
1
Tinjau kembali program obat dari dokter Menjamin pemberian obat yang aman meliputi nama klien, nama obat, dan tepat. konsentrasi obat, waktu pemberian obat, jumlah tetesan, dan telinga (kanan atau kiri) yang akan menerima obat.
2
Cuci tangan
Mengurangi penularan mikroorganisme
3
Siapkan peralatan dan suplai :
Digunakan untuk membuang serumen atau drainase
Botol obat dan alat tetes Kartu, format atau huruf cetak nama obat Lidi kapas Tisu Bola kapas (opsional) Sarung tangan sekali pakai (bila perlu)
4
Periksa identifikasi klien dengan melihat Memastikan klien yang menerima obat gelang identifikasi dan menanyakan benar. namanya.
5
Kenakan sarung tangan.
Mengurangi mikroorganisme.
6
Kaji struktur telinga luar dan salurannya
Memberikan dasar untuk menentukan apakah timbul respons local terhadap pengobatan, apakah kondisi klien membaik, atau apakah telinga perlu dibersihkan dahulu sebelum obat diberikan.
7
Jelaskan prosedur pada klien
Mengurangi rasa cemas
8
Atur suplai disisi tempat tidur
Memastikan prosedur berjalan lancar
9
Minta klien mengambil posisi miring Memudahkan memasukkan obat ke dengan telinga yang akan diobati berada di dalam telinga. Saluran telinga dalam atas posisi menerima obat.
10
Jika serumen atau drainase menyumbat bagian paling luar saluran telinga, seka dengan lembut menggunakan lidi kapas. Jangan mendorong serumen kedalam untuk menghambat atau menyumbat saluran.
11
Luruskan saluran telinga dengan menarik Meluruskan saluran telinga member daun telinga kebawah dan ke belakang jalan masuk langsung ke bagian struktur (pada anak-anak) atau ke atas dan ke luar telinga luar yang lebih dalam. (dewasa).
12
Masukkan tetesan obat yang diresepkan, pegang alat tetes 1cm diatas saluran telinga
Mendorong tetesan ke dalam saluran yang tersumbat akan menyebabkan cedera pada gendang telinga.
13
Minta klien mengambil posisi miring 2 sampai 3 menit. Beri pijatan atau tekanan lembut pada tragus telinga dengan menggunakan jari tangan.
Memungkinkan distribusi obat yang menyeluruh. Tekanan dan pijatan menggerakkan obat ke dalam.
14
Kadang-kadang dokter menginstruksikan penempatan kapas ke bagian terluar saluran telinga jangan menekan kapas ke bagian
Memasukkan kapas ke dalam saluran luar mencegah obat keluar ketika klien duduk atau berdiri. Kapas tidak boleh
pajanan
pada
Serumen dan drainase menjadi tempat berkumpulnya mikroorganisme dan dapat menghambat distribusi obat ke dalam saluran telinga. Oklusi saluran telinga mempengaruhi kondisi suara yang normal.
terdalam saluran.
menyumbat saluran, sehingga merusak pendengaran.
15
Lepaskan kapas dalam 15 menit
Meningkatkan distribusi dan absorpsi obat
16
Buang suplai dan sarung tangan yang kotor dan cuci tangan.
Menjaga kerapihan sisi tempat tidur
17
Bantu klien mengambil posisi nyaman setelah tetesan di absorpsi.
Mengembalikan rasa nyaman.
18
Evaluasi kondisi telinga pemasukkan obat
yang
luar diantara
Mengurangi penularan infeksi
Menentukkan respon terhadap obat.
D. Pemberian Obat Topical
Obat topical adalah obat yang diberikan secara local pada kulit atau membrane mukosa didaerah seperti mata, telinga, hidung, vagina, dan saluran pernapasan. Pemberian obat topical meliputi : 1. Sediaan dermatologis : dioleskan pada kulit,meliputi losion, krim, salep, pasta, gel, semprotan, dan bedak. 2. Instilasi dan irigasi :dimasukan ke dalam rongga tubuh atau orifisium seperti kandung kemih,mata,telinga,hidung,rectum,atau vagina.irigasi dapat atau tidak dapat mengandung obat. 3. Inhalasi : diberikan ke dalam saluran pernapasan dengan alat inhalasi,nebulizer,atau alat ibhaler bertekanan positif.udara,oksigen,dan uap umumnya digunakan untuk membawa obat ke dalam paru-paru. Pedoman pemberian obat-obat topical : 1.
Bedak Pastikan permukaan kulit dalam keadaan kering.regangkan setiap lipatan kulit,dan taburkan bedak pada tempat yang diinginkan sampai tertutupi dengan lapisan tipis yang adekat.tutup tempat tersebut dengan balutan bila diminta.
2.
Losion berbasis suspensi
Kocok wadah sebelum digunakan untuk meratakan partikel suspense.tuangkan sedikit losion pada kasa kecil atau bantalan,dan oleskan losion ke kulit dengan mengusapkannya secara rata searah pertumbuhan rambut. 3.
Krim, salep, pasta, dan losion berbasis lemak Hangatkan dan lunakan sediaan pada tangan yang memakai sarung tangan agar mudah dioleskan dan mencegah kedinginan(bila akan dioleskan pada daerah yang luas).usapkan secara merata diatas kulit dengan menggunakan usapan yang panjang searah pertumbuhan rambut.jelaskan bahwa kulit mungkin dirasakan agak berminyak setelah pengolesan losion.pasang balutan steril bila diprogramkan ke dokter.
E. Pemberian Medikasi melalui Selang Sonde
Selang Sonde/pipa lambung adalah alat yang digunakan untuk membantu pasien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi secara oral. Pemberian makanan melalui sonde pastikan semua bahan yang diperlukan dalam keadaan siap pakai. Berikut hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum memakai selang sonde : 1. Makanan melalui sonde dan obat obatannya 2. Air secukupnya untuk membasuh sonde sebelum dan sesudah dipakai 3. Bila perlu siapkan jepitan atau klem untuk menutupi ujung sonde tersebut 4. Sebuah corong dapat berupa squit besar untuk memasukan makanan ke selang sonde 5. Ciptakan suasana seperti yang sebenarnya bagi keberadaan pasien juga penting bagi eliminasi 6. Pengecekan apakah sonde masih tetap dilambung melalui cara-cara beri kut : a. Pasang corong pada ujung sonde dan membilas sonde dengan sedikit air b. Setelah itu kita berikan makanan atau obat c. Mencatat jumlah makanan atau obat yang telah diberikan Cara memasang selang sonde adalah dengan tahap-tahap sebagai berikut : d. Alat dan bahan : 1. selang sonde
6. stetoskop
2. spuit 20cc
7. klem
3. pengalas
8. baskom berisi air (kalau tidak ada stetoskop)
4. bengkok
9. vaselin
5. plester, gunting, b. Cara kerja : 1.
Cuci tangan
2.
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien
3.
Atur posisi semi fowler pada pasien
4.
Bersihkan daerah hidung dan pasangkan pengalas pada dada
5.
Letakkan bengkok(nierbekken) didekat pasien
6.
Tentukan letak pipa sonda dengan mengukur panjang pipa dari epigastrum sampai hidung,kemudian di bengkokan ketelimnga dan diberi tanda batasn ya.
7.
Berikan faselin atau pelicin pada ujung pipa dan klem pangkal, lalu masukan melalui hidung secara perlahan-lahan sambil pasien dianjurkan untuk menelannya.
8.
Tentukan apakah pipa benar-benar sudah masuk kelambung, dengan cara :
9.
a.
masukan ujung selang yang di klem kedalam baskom yang berisi air (klem dibuka). Perhatikan bila ada gelembung, pipa masuk ke paru-paru dan jika tidak ada gelembung, pipa tersebut masuk ke lambung. Setelah itu, di klem atau dilipat kembali.
b.
masukan udara dengan spuit kedalam lambung melalui pipa tersebut dan dengarkan dengan stetoskop. Bila lambung terdengar bunyi, berarti pipa tersebut sudah masuk. Setalah itu, keluarkan udara yang ada di dalam sebanyak jumlah yang dimasukan.
Catat hasil atau respon pasien selama tindakan
10. Cuci tangan
F.
Pemberian Obat Suppositoria Rectal
Pemberian obat melalui rectum merupakan pemberian obat dengan memasukkan obat melalui anus dan kemudian rectum,dengan tujuan memberikan efek local dan sistematik. Tindakan pengobatan ini disebut pemberian obat supositoria yang bertujuan untuk mendapatkan efek terapi obat, menjadiakan lunak pada daerah feses, dan merangsang buang air besar. Pemberian obat efek local , seperti obat ducolac supositoria, berfungsi untuk meningkatkan defekasi secara local.
Pemberian obat dengan sistemik, seperti obat aminofilin supositoria, berfungsi mendilatasi bronchus. Pemberian obat supositoria ini diberikan tepat pada dinding rectal yang melewati sphincter anti interna. Kontraindikasi pada pasien yang mengalami pembedahan rectal. Berikut cara pemberian obat suppositoria rectal : Alat dan bahan: 1. Obat supositoria pda tempatnya 2. Sarung tangan 3. Kain kasa 4. Vaselin/pelican/pelumas 5. Kertas tisu Cara kerja: 1. Cuci tangan 2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan 3. Gunakan sarung tangan 4. Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain kasa 5. Oleskan pelican pada ujung obat supositoria 6. Regangkan glutea dengan tangan kiri.kemudian masukkan supositoria b perlahan melalui anus,sphincter anal interna, serta mengenai dinding rectal 10 cm pada orang dewasa, 5 cm pada bayi atau anak . 7. Setelah selesai, tarik jari tangan dan bersihkan daerah sekitar anal dengan tisu 8. Anjurkan pasien untuk tetap berbaring terlentang atau miring selama 5 menit 9. Cuci tangan 10. Catat obat, jumlah dosis, dan cara pemberian .
G. Injeksi Intramuscular, Subcutan dan Intracutan 1.
Pemberian obat melalui Intramuscular (IM)
Memberikan obat melalui intramuskuler merupakan pemberian obat dengan memasukannya ke dalam jaringan otot. Lokasi penyuntikan dapat dilakukan di dorosogluteal (posisi tengkurap), ventrogluteal (posisi bebaring), avastus lateralis (daerah
paha), deltoid (lengan atas ). Dengan tujuan agar absorpasi obat dapat lebih cepat.berikut cara melakukan injeksi Intramuscular : Persiapan alat dan bahan : a. Daftar buku obat / catat, jadwal pemberian obat b. Obat dalam tempatnaya c. Spuit dan jarum sesuai dengan ukurannya : untuk orang dewasa, panjang nya 2,53,7 cm; sedangkan untuk anak , panjangnya 1,25-2,5 cm d. Kapas alcohol dalam tempatnya e. Cairan pelarut f. Bak injeksi g. Bengkok Cara kerja: a. Cuci tangan b. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan c. Ambil obat kemudian masukkan ke dalam spuit sesuai dengan dosis. Setelah itu letakkan pada bak injeksi d. Periksa tempat yang akan dilakukan penyuntikan. e. Disinfeksi dengan kapas alcohol pada tempat yang akan dilakukan penyuntikan f. Dilakukan penyuntikan g. Lakukan penusukan menggunakan jarum dengan posisi tegak lurus h. Setelah jarum masuk , lakukan aspirasi spuit.bila tidak ada darah, semperotkan obat secara perlahan-lahan hingga habis i. Setelah selesai, ambil spuit dengan menariknya, tekan daerah penyuntikan dengan kapas alcohol, kemudian letekkan spuit yang telah digunakan pada bengkok j. Catat reaksi pemberian , jumlah dosis obat, dan waktu pemberian k. Cuci tangan Kelebihan : 1. tidak diperlukan keahlian khusus, 2. dapat dipakai untuk pemberian obat larut dalam minyak,
3. absorbsi cepat obat larut dalam air. Kekurangan : 1. rasa sakit, tidak dapat dipakai pada gangguan bekuan darah (Clotting time), 2. bioavibilitas bervariasi, obat dapat menggumpal pada lokasi penyuntikan. 2.
Pemberian obat melalui Jaringan Subkutan (SC)
Pemberian obat melalui suntikan di bawah kulit dapat dilakukan pada daerah lengan atas sebelah luar atau 1/3 bagian dari bahu, paha sebelah luar, daerah dada, dan daerah sekitar umbilicus(abdomen) . Umumnya, pemberian obat melalui jaringan subkutan ini dilakukan dalam program pemberian insulin yang di gunakan untuk mengontrol kadar gula darah. Terdapat dua tipe larutan insulin yang diberikan , yaitu jernih dan keruh.larutan jernih dimaksudkan sebagai insulin tipe reaksi cepat (insulin reguler). Larutan yang keruh termasuk tipe lambat karena adanya penambahan protein sehingga memperlambat absorpsi obat. Berikut cara melakukan injeksi subcutan : Persiapan alat dan bahan: 1. Daftar buku obat/ catatan, jadwal pemberian obat 2. Obat dalam tempatnya. 3. Spuit insulin. 4. Kapas alkohol dalam tempatnya 5. Cairan 6. Bak injeksi 7. Bengkok 8. Perlak dan alasnya Prosedur kerja: 1.
cuci tangan.
2. jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan 3. bebaskan daerah yang akan disuntikkan atau bebaskan suntikan dari pakaian . apabila menggunakan baju , dibuka atau di ataskan . 4.
ambil obat pada tempatnya sesuai dengan dosis yang akan diberikan . setelah itu, tempatkan pada bak injeksi.
5.
Disinfeksikan dengan kapas alkohol.
6.
Tegangkan dengan tangan kiri (daerah yang akan dilakukan suntikan subkuntun).
7.
Lakukan penusukan dengan jarum suntik menghadap ke atas , dengan sudut 45 pada permukaan kulit.
8.
Lakukan dengan aspirasi bila tidak ada darah, semprotkan hingga habis .
9.
Tarik spuit dan tahan dengan kapas alkohol. Masukan spuit yang telah dipakai kedalam bengkok.
obat perlahan-lahan
10. Catat reaksi pemberian, tanggal, waktu pemberian, dan jenis / dosis obat. 11. Cuci tangan. Kelebihan
:
· diperlukan latihan sederhana, · absorbs cepat obat larut dalam air, · mencegah kerusakan sekitar saluran cerna. Kekurangan : · dalam pemberian subkutan yaitu rasa sakit dan kerusakan kulit, · tidak dpat dipakai jika volume obat besar, · bioavibilitas bervariasi sesuai lokasi. · Efeknya agak lambat 3.
Pemberian obat melalui Jaringan Intrakutan (IC)
Memberikan atau memasukkan obat kedalam jaringan kulit dilakukan sebagai tes reaksi alergi terhadap jenis obat yang akan digunakan. Pemberian obat melalui jaringan intrakutan ini dilakukan di bawah dermis atau epidermis secara umum, dilakukan pada daaerah lengan , tangan bagian venteral. Persiapan alat dan bahan : 1. Daftar buku obat /catatan, jadwal pemberian obat. 2. Obat dalam tempatnya. 3. Spuit 1cc /spuit insulin 4. Kapas alkhol dalam tempatnya. 5. Cairan pelarut
6. Bak seteril dilapisi kas steril 7. Bengkok 8. Perlak dan alasanya Prosedur kerja : 1.
Cuci tangan
2.
Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
3.
Bebaskan daerah yang akan disuntik.bila menggunakan baju lengan panjang, buka dan ke ataskan.
4.
Pasang perlak di bawah bagian yang di suntik.
5.
Ambil obat untuk tes alergi ,kemudian larutkan / encerkan dengan akuades (cairan pelarut). Selanjutnya , ambil 0,5 cc dan encerkan lagi sampai 1 cc lalu siapkan pada bak injeksi atau seteril
6.
Desinfeksi dengan kapas alcohol pada daerah yang disuntik
7.
Tegangkan daerah yang akan disuntik dengan tangan kiri.
8.
Lakukan penusukan dengan lubang mennghadap ke atas yang sudutnya 15-20 terhadap permukaan kulit.
9.
Semperotkan obat hingga terjadi gelembung
10. Tarik supit dan tidak boleh dilakukan massage 11. Cuci tangan 12. Catat reaksi pemberian , hasil pemberian obat / tes obat, tanggal, waktu, dan jenis obat
H. Persiapan Spuit yang Akan Digunakan
Spuit terdiri dari silinder (barrel, kerangkaluar), pengisap (plunger, bagiandalam), danujung (tip) dimana jarum bertemu dengan spuit. Spuit tersedia dalam berbagai tipe dan ukuran, yang paling sering adalah yang berukuran 3 mL dan 5 mL, tuberkulin, insulin, dan spuit logam dan plastic untuk cartridge yang telah diisi. Spuit kaca dapat dipakai dalam kamar operasi dan pada kaki instrument khusus. Obat-obat suntik khusus dikemas dalam cartridge yang telah diisi untuk spuit dengan merk Tubex dan Carpuject. Ujung spuit dan bagian dalam dari pengisap harus tetap dalam keaadan steril. Spuit 3 mL dikalibrasi dalam sepersepuluh (0,1 mL) dan minim. Jumlah cairan dalam spuit ditentukan oleh pangkal karet hitam dari pengisap (bagian dalam dari
pengisap) yang paling dekat dengan ujung. Ingat bahwa mL dan cm kubik (cc) dapat dipakai bergantian. Spuit 5 mL dikalibrasi dalam petanda 0,2mL. Spuit 5 mL biasanya dipakai jika cairan yang diperlukan lebih dari 2,5mL. seringkali dipakai untuk merekonstitusi obat berbentuk kering dengan air bakteriostatik steril atau salin. Spuit tuberculin adalah tabung 1 mL yang ramping dengan petanda dalam sepersepuluh (0,1) dan seperseratus (0,01). Tabung ini juga ditandai dengan minim. Tabung ini dipakai jika jumlah cairan yang akan diberikan kurang dari 1 mL dan untuk anak-anak serta dosis heparin. Spuit insulin mempunyai kapasitas 1mL, tetapi insulin diukur dalam unit dan dosis insulin tidak boleh dihitung dalam mL. spuit insulin dikalibrasi dengan petanda 2U, dan 100U setara dengan 1 mL. spuit insulin harus dipakai untuk pemberian insulin.
I.
Pengambilan Obat dari Ampul dan Vial
Vial yang biasanya berupa tempat obat kecil terbuat dari kaca dengan tutup karet yang terekat erat. Vial terisi obat dalam dosis multiple dan jika disimpan dengan baik dapat dipakai berkali-kali. Ampul adalah tempat obat terbuat dari gelas dengan leher yang melekuk kedalam, dan merupakan tempat untuk membuka ampul dengan jalan memecahkannya. Ampul biasanya digunakan hanya untuk sekali pakai. Obat-obat yang mudah rusak dalam bentuk cair dikemas dalam bentuk bubuk dalam vial maupun ampul untuk penyimpanan. Sekali obat berbentuk kering ini direkonstitusi (biasanya dengan air steril, air bakteriostatik, atau salin), obat segera dipakai atau harus dimasukkan kedalam lemaries. Periksa keterangan obat yang dilampirkan untuk mengetahui lama penyimpanan obat tersebut atau instruksilainnya. Orang yang merekonstitusi obat harus menuliskan label kapan obat tersebut harus dibuang dan juga mencantum kaninisial namanya. Biasanya sebuah vial harus dipakai dalam jangka waktu 96 jam sampai 1 minggu. Label-label obat pada vial atau ampul memberikan keterangan sebagai berikut: nama generic dan nama dagang obat, dosis obat dalam berat (milligram, gram, mili ekuivalen) dan jumlah (milimeter), tanggal kadaluarsa dan petunjuk pemberian. Jika obat berada dalam bentuk bubuk, instruksi pencamouran dan ekuivalensi dosisnya mungkin juga diberikan.
J.
Pemberian Insulin
Insulin diresepkan dan diukur dalam unit USP. Kini, kebanyakan insulin diproduksi dalam konsentrasi 100 U/mL. Insulin harus diberikan dengan spuit insulin,
yang dikalibrasi sesuai dengan 100-U insulin. Konsentrasi insulin juga tersedia dalam 40 U dan 500 U tetapi jarang dipergunakan. Botol dan spuit insulin memiliki kode warna untuk mencegah kekeliruan. Botol insulin 100 U/mL (atau U-100) danspuit 100 U/mL mempunyaikodejingga.Botol insulin 40 U/mL (atau 40-U) danspuit 40 U/mL mempunyai kode merah. Selalu cocokkan kekuatan insulin dengan spuit insulin yang dikalibrasi; unit pada botol insulin dan spuit harus cocok. Pemberian insulin dengan spuit tuberculin harus dihindari. Pemberian obat-obatan membutuhkan perhatian yang rinci, dan demikian pula halnya dengan insulin. Insulin diminta dalam unit. Contohnya, jika dosis insulin yang diresepkan adalah 50 U, maka ambil 50 U dari sebuah botol insulin 100-U dengan menggunakan spuit insulin yang dikalibrasi 100-U Insulin diberikan subkutan dengan sudut 45, 60, atau 90 derajat kedalam jaringan subkutan. Kecepatan absorpsi subkutan dari insulin lebih lambat karena pada jaringan lemak terdapat lebih sedikit pembuluh darah dari pada jaringan otot. Sudut pemberian insulin tergantung dari banyaknya jaringan lemak. Bagi orang yang obese sudutnya mungkin 90 derajat, dan bagi orang yang sangat kurus sudut pemberiannya mungkin 4560 derajat.
K. Injeksi dengan Metode Z-Track
Injeksi Z-track adalah metode injeksi dengan memasukkan obat kedalam otot besar dengan menggunakan jarum dan syringe dan menghasilkan tempat penusuk berbentuk zig-zag. Metode ini khusus diberikan pada medikasi dalam pada otot untuk mencegah obat keluar kedalam jaringan subcutan dan kulit. 1. Perbedaan Teknik Konvensional dengan Z-Track
Tehnik penyuntikan intramuskuler pada dasarnya ada dua cara yaitu metode penyuntikan konvensional atau standart dan metode penyuntikan Z track. Perbedaan kedua metode ini terletak pada insersi jarum mulai dari dermis sampai ke otot berada dalam garis lurus, sedang pada metode penyuntikan intramuskuler Z track pemberian obat melalui suntikan (injeksi) ke dalam jaringan otot dengan meninggalkan jalan kecil bekas jarum yang disuntikkan berbentuk zig-zag, sehingga cairan obat tidak dapat keluar dari jaringan otot. Perbedaan ini disebabkan pada metode penyuntikan intramuskuler konvensional atau standar, kulit diregangkan terlebih dahulu sebelum disuntik, sedang pada metode intramuskuler Z track kulit yang akan disuntik ditarik kearah samping, baru setelah obat disuntikkan dan jarum suntik ditarik ke luar, kulit yang ditarik ta di kemudian dilepaskan.
2. Keuntungan Tehnik Z-Track
Beberapa kelemahan atau komplikasi pada penyuntikan metode konvensional atau standar diantaranya adalah keluarnya darah lewat tempat suntikan ke kulit, nyeri, iritasi, dan terjadinya lesi di kulit. Kondisi ini sangat merugikan pasien karena akan menambah penderitaan pada klien dan memperlambat proses penyembuhan, serta dapat menurunkan kepercayaan yang diberikan klien kepada perawat. Secara teori pada beberapa literature disebutkan bahwa metode penyuntikan intra muskuler Z track memiliki beberapa keuntungan diantaranya adalah mencegah bocornya obat atau refluk obat ke dalam jaringan subcutan. Pada literatur lain menyebutkan bahwa tehnik Z track disamping dapat mencegah kebocoran atau refluk obat dari tempat suntikan, juga dapat mengurangi rasa ketidak nyamanan, serta dapat mencegah terjadinya memar pada tempat penyuntikan. 3. Teknik Suntikan / Metode Z-track
Teknik injeksi dengan metode Z-track adalah sebagai berikut : 1.
Ambil obat sesuai dengan order dokter dengan teknik aseptic, kemudian masukan obat kedalam spuit dengan cara dihisap.
2.
Ganti jarum pertama dengan jarum yang kedua sesuai ukuran untuk injeksi im, pergantian ini mencegah obat yang menempel pada tangkai jarum masuk kedalam jaringan sub. Kutan.
3.
Bersihkan area injeksi dengan kapas alkohol
4.
Lakukan pemberian injeksi pada tempat yang telah di siapkan.secara perlahan.
5.
Tekan area bekas injeksi secara perlahan dengan kapas alcohol
L. Pemberian Obat Metode Piggy Back
Metode ini menunjukkan berselang intravena dari larutan kedua, campuran obat melalui tempat penusukan vena dan sistem intravena yang telah dibuat sebelumnya. Dengan cara ini obat akan masuk pada vena mulai dari bagian atas cairan intravena yang pertama. Teknimk piggyback tidak hanya mengurangi keperluan untuk penusukan vena yang lain, tapi juga menghasilkan pengenceran obat dan konsentrasi puncak dari darah dalam waktu yang singkat biasanya 30-60 menit. Pengenceran obat membantu mengurangi iritasi dan konsentrasi serum yang tinggi sebelumnya merupakan pertimbangan penting dalam infeksi serius yang memerlukan terapi obat yang tepat. Keuntungan ini lebih mempopulerkan metode piggyback dari terapi intravena terutama untuk penggunaan berselang antibiotik. Dalam penggunaan teknik piggyback unit kedua yaitu menghilangkan udara dan jarumnya disuntikkan masuk ke dalam te mpat suntik dari
obat primer atau ke dalam tempat suntikan pada akhir dari aliran primer.Infus piggyback lalu dijalankan. Jika telah lengkap, cairan infus pertama dapat dijalankan. Pastikan jalur infuse primer tidak diklem jika port memiliki katup backcheck. Katup tersebut secara otomatis menghentikan aliran infuse primer sementara set infuse sekunder mengalir dan secara otomatis mulai mengalirkan infuse primer setelah larutan piggyback telah diberikan. Buka klem pada jalur piggyback dan atur sesuai dengan kecepatan aliran yang dianjurkan untuk obat. Biasanya, obat diberikan dalam 30-60 menit.
M. Penambahan Obat melalui Saline
Menggunakan saline, tutup injeksi steril dapat disambungkan atau jarum intravena perifer yang telah terpasang untuk memungkinkan obat diberikan secara intravena tanpa memerlukan infuse intravena kontinu. Sebuah port terdapat di satu ujung lock dan tutup injeksi tanpa jarum pada bagian ujung lainnya dengan slang ekstensi di antara kedua ujungnya. Alat tersebut biasanya disebut sebagai sal ine lock injeksi periodic dengan salin diberikan untuk menjaga agar darah tidak mengalami koagulasi di dalam slang. - Siapkan dua spuit prefill salin normal (masing-masing 1 ml). Beberapa institusi menggunakan larutan 1ml heparin (1000 unit/ml) ditambahkan 9ml salin normal (100 unit/ml larutan) untuk membilas saline lock. - Tusuk wadah obat dengan spike slang IV drip mini (60 tts/ml) - Sambungkan adaptor tanpa jarum ke slang, isi slang dengan larutan, dan tutup klem - Bersihkan port injeksi tanpa jarum pada saline lock dengan kapas antiseptic - Masukan spuit salin pertama ke dalam port dan perlahan lakukan aspirasi untuk memeriksa kepatenannya. Bilas perlahan dan perhatikan adanya tahanan , bengkak, nyeri atau sensasi terbakar. Untuk memastikan penempatan kateter IV dalam vena. - Berikan obat dengan mengatur kecepatan tetesan untuk memungkinkan obat diinfuskan sesuai waktu yang ditentukan. - Ketika obat diinfuskan, hentikan hubungan slang IV dengan menjaga sterilitas pada ujung slang IV. - Masukkan spuit salin kedua (larutan heparin) ke dalam saluran dan bilas kunci saline.
N. Penambahan Obat pada Cairan Intravena
Berikut cara menambahkan obat pada cairan Intravena : 1. Tentukan tempat ( port ) injeksi obat pada kantong larutan IV : a. Lepaskan tutup plastik di atas port. Kantong larutan IV memiliki tutup karet kecil di bagian ujung. b. Tentukan tempat injeksi pada botol larutan IV
Lepaskan tutup plastik atau logam dan cakram karet. Letakkan tutup terbalik di bagian atas obat. Tentukan lokasi injeksi obat pada tutup karet botol.Tempat injeksi biasanya ditandai dengan x, lingkaran, atau segitiga.
2. Usap port atau tempat injeksi dengan swab alkohol atau antisepti k. 3. Lepas tutup jarum dari spuit dan masukkan jarum spuit melalui bagian tengah port atau tempat injeksi, kemudian suntikkan obat. 4. Tarik spuit dari kantong atau botol. 5. Campur obat dan larutan IV dengan memegang kantong atau botol, kemudian kocokperlahan dari ujung yang satu ke ujung yang lain. 6. Lengkapi label obat dengan nama klien dan dosis obat, tanggal, waktu, dan inisial anda. 7. Tusuk kantong atau botol dengan selang IV dan gantung. Atur infus pada kecepatan yang diprogramkan.
O. Pemberian Obat Intravena Bolus
IV push (IV bolus) adalah memberikan obat dari jarum suntik secara langsung kedalam saluran/jalan infus. Langkah – langkah : 1. Pilih port injeksi yang paling dekat dengan klien ( lingkaran pada port menunjukkan tempat insersi jarum ). 2. Bersihkan port injeksi dengan swab antiseptik. Biarkan sampai kering 3. Hubungkan spuit dengan selang IV. a. Sistem jarum
Masukkan jarum ukuran kecil pada spuit yang berisi obat melalui pusat port injeksi. b. Sistem tanpa jarum Lepas tutup port injeksi tanpa jarum . Hubungkan spuit secara langsung. 4. Sumbat aliran IV dengan menjepit selang tepat diatas port injeksi. Tarik ke belakang dengan perlahan pengisap untuk mengaspirasi aliran balik darah. 5. Setelah memperhatikan aliran balik darah, lanjutkan menyumbat selang dan menyumbat selang dan menyuntikan obat dengan perlahan selama beberapa menit ( baca petunjuk pada kemasan obat ). Gunakan jam untuk mengetahui lama waktu pemberian obat. 6. Setelah menyuntikkan obat, lepas selang, tarik spuit, dan periksa kembali kecepatan cairan infus. 7. Apabila menggunakan sistem tanpa jarum, lepas tutup port injeksi dengan tutup steril yang baru.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Medikasi (obat) adalah zat yang diberikan untuk keperluan diagnosis, penyembuhan, terapi, penurun(pereda), dan pencegahan penyakit. Bentuk sediaan obat dapat berupa Tablet, Kapsul, Larutan (solution), Sirup, Eliksir, Suspensi, Magma, Jel, Bubuk, dan lain-lain. Pemberian obat dapat melalui berbagai rute, yaitu obat masuk ke dalam tubuh melalui pencernaan, bisa juga obat masuk ke dalam tubuh tanpa melalui pencernaan di dalam lambung ataupun obat masuk ke dalam tubuh langsung dimasukkan ke dalam darah. Pemberian obat secara oral merupakan cara memasukkan obat dengan cara menelan obat tersebut sehingga obat mengalami pencernaan dalam tubuh. Pemberian obat oral merupakan cara pemberian obat yang sering digunakan karena pemberian obat oral praktis dan ekonomis. Pemberian obat tanpa melalui pencernaan dalam tubuh antara lain pemberian obat tetes mata, obat tetes telinga, pemberian obat secara topical (obat yang diberikan secara local pada kulit atau membrane mukosa didaerah seperti mata, telinga, hidung, vagina, dan saluran pernapasan), pemberian obat melalui selang sonde, dan pemberian obat suppositoria rectal (memasukkan obat melalui anus dan kemudian rectum,dengan tujuan memberikan efek local dan sistematik). Pemberian obat dengan memasukkan obat langsung ke dalam darah yaitu dengan cara injeksi. Jenis-jenis injeksi antara lain injeksi intramuscular (memasukan obat ke dalam jaringan otot dengan tujuan agar absorpasi obat dapat lebih cepat), subcutan (untikan di bawah kulit dapat dilakukan pada daerah lengan atas sebelah luar atau 1/3 bagian dari bahu, paha sebelah luar, daerah dada, dan daerah sekitar umbilicus(abdomen)), dan intracutan (Memberikan atau memasukkan obat kedalam jaringan kulit dilakukan sebagai tes reaksi alergi terhadap jenis obat yang akan digunakan)
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian, maka penulis memberikan saran-saran sebagai berikut : 1. Dalam memberikan obat kepada pasien harus diperhatikan keadaan pasien secara mendetail sehingga perawat dapat menentukan cara apa yang harus
dilakukan dalam memberikan obat kepada pasien. 2. Perawat harus memperhatikan obat-obat yang akan diberikan kepada pasien, obat tersebut masih dalam keadaan bagus atau tidak. 3. Perawat harus memperhatikan alat-alat yang digunakan dalam memberikan obat kepada pasien sehingga perawat tidak akan melukai pasien.