BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Dengan adanya praktikum fisika tentang Pembiasan Pada Kaca Plan Paralel maka kami sebagai siswa fisika diharapkan mengetahui sifat pembiasan pada kaca plan paralel. Pembiasan itu sendiri merupakan peristiwa pembelokan cahaya atau sinar yang ditransmisikan dengan kemiringan tertentu melalui batas antara dua medium dengan indeks bias yang tidak sama. Pembiasan pada kaca plan paralel mengunakan kaca plan paralel yang mana kaca plan paralel itu merupakan keping kaca tiga dimensi yang kedua sisinya dibuat sejajar. Pada sinar yang datang dan yang dibiaskan atau ditransmisikan dan garis normalnya, semua terletak dalam bidang yang sama. Berkas sinar masuk dari salah satu sisi balok kaca dengan sudut datang i dan lalu mengalami pembiasan dua kali. Pertama, saat melewati bidang batas antara udara dan balok kaca, berkas sinar dibiaskan dengan sudut bias r. Kedua, saat melewati bidang batas antara balok kaca dan udara, berkas sinar datang ke bidang batas dengan sudut datang i' dan sudut bias r'. Pembiasan pada kaca serta bayangan yang dihasilkan oleh lensa jika disinari oleh suatu sinar. Berkas cahaya yang dihasilkan oleh lensa tersebut, akan di selidiki sifat bias yang dimiliki oleh cahaya tersebut. Oleh sebab itu perlunya dilakukan pratikum ini untuk menyelidiki sifat pembiasan yang dihasilkan oleh kaca plan paralel dan menyelidiki sifat bias yang dimiliki oleh kaca tersebut.
1.2. Rumusan Masalah Rumusan masalah yang diambil dalam praktikum ini yaitu : ü Bagaimana menyelidiki sifat pembiasan pada kaca plan paralel? ü Apa saja sifat pembiasan pada kaca plan paralel?
1.3. Tujuan Percobaan Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu menyelediki sifat pembiasan pada kaca plan paralel.
1.4 Definisi Istilah ü Pembiasan adalah refraksi atau pembelokan sinar pada bidang batas dua medium yang berbeda rapat optiknya. ü Kaca plan paralel atau balok kaca adalah keping kaca tiga dimensi yang kedua sisinya dibuat sejajar. ü Pembiasan cahaya adalah pembelokan cahaya ketika berkas cahaya melewati bidang batas dua medium yang berbeda indeks biasnya. ü Indeks bias relatif merupakan perbandingan indeks bias dua medium berbeda. ü Indeks bias mutlak suatu bahan adalah perbandingan kecepatan cahaya di ruang hampa dengan kecepatan cahaya di bahan tersebut. ü Lensa adalah
sebuah
alat
untuk
mengumpulkan
atau
menyebarkan
cahaya, biasanya dibentuk dari sepotong gelas yang dibentuk. ü Diafragma adalah komponen dari lensa yang berfungsi mengatur intensitas cahaya yang masuk ke kamera.
1.5. Hipotesis Pada praktikum kali ini kami mengajukan hipotesis bahwa untuk menyelidiki sifat pembiasan pada kaca plan paralel dengan cara melihat apabila indeks bias balok kaca lebih besar dari pada indeks bias udara sehingga sinar yang dibiaskan menjauhi garis normal nkaca> nudarah , yaitu nkaca> 1, sehingga semakin besar sudut yang dibentuk oleh sinar datang maka akan semakin besar pula sudut bias yang terbentuk. Dan sifat pembiasan pada kaca plan paralel, yaitu: sinar datang dan sinar keluar pada kaca plan paralel akan sama, karena terletak pada satu bidang datar.
1.6. Tinjauan Pustaka Banyak bukti yang menunjukkan bahwa cahaya berjalan menempuh garis lurus pada berbagai keadaan. Kenyataannya, kita menentukan posisi benda di lingkungan kita dengan menganggap bahwa cahaya bergerak dari benda tersebut ke mata kita dengan lintasan garis lurus. Anggapan yang masuk akal ini mengarah ke model berkas dari cahaya. Model ini menganggap bahwa cahaya berjalan dalam lintasan yang berbentuk garis lurus yang disebut berkas cahaya. Sebenarnya, berkas merupakan
idealisasi; dimaksudkan untuk mempresentasikan sinar cahaya yang sangat sempit. Ketika kita melihat sebuah benda, menurut model berkas, cahaya mencapai mata kita dari setiap titik pada benda; walaupun berkas cahaya meninggalkan setiap titik dengan banyak arah, biasanya hanya satu kumpulan kecil dari berkas-berkas ini yang dapat memasuki mata si peneliti. Jika kepala orang tersebut bergerak ke satu sisi, kumpulan berkas yang lain akan memasuki mata dari setiap titik. Ketika sebuah berkas cahaya mengenai sebuah permukaan bidang batas yang memisahkan dua medium berbeda, seperti misalnya sebuah permukaan udara kaca, energi cahaya tersebut dipantulkan dan memasuk medium kedua, perubahan arah dari sinar yang ditransmisikan juga disebut pembiasan.
Pada gambar di atas menunjukkan cahaya mengenai sebuah permukaan udara kaca yang rata. Sinar yang memasuki kaca disebut sinar yang dipantulkan, dan sudut θ2 disebut sudut bias. Sudut bias lebih kecil dari sudut datang θ1 seperti ditunjukkan pada gambar. Jadi, sinar yang dipantulkan dibelokkan menuju garis normal (Tipler, 1991: 446-447). Konsep dasar pembiasan cahaya adalah Hukum Snellius yang terbagi menjadi dua yaitu:
1. Hukum I Snellius berbunyi “ Sinar datang, sinar bias, dan garis normal terletak pada satu bidang datar”. 2. Hukum II Snellius berbunyi “ Jika sinar datang dari medium kurang rapat ke medium lebih rapat (misalnya: dari udara ke air atau dari udra ke kaca), maka sinar di belokkan mendekati garis normal. Jika sebaliknya, sinar datang dari medium lebih rapat ke medium kurang rapat maka sinar di belokkan menjauhi garis normal”. Ketika cahaya melintas dari suatu medium ke medium lainnya, sebagian cahaya datang dipantulkan pada perbatasan. Sisanya lewat ke medium yang baru. Jika seberkas cahaya datang membentuk sudut terhadap permukaan (bukan hanya tegak lurus), berkas tersebut dibelokkan pada waktu memasuki medium yang baru. Pembelokan ini disebut pembiasan. Sudut bias bergantung pada laju cahaya kedua media dan pada sudut datang. Hubungan analitis antara q1 dan q2 ditemukan secara eksperimental pada sekitar tahun 1621 oleh Willebrord Snell (1591-1626). Hubungan ini dikenal sebagai hukum snell dan dituliskan: n1 sin q1 = n2 sin q2 q1 adalah sudut datang dan q2 adalah sudut bias (keduanya diukur terhadap garis yang tegak lurus permukaan antara kedua media) n1 dan n2adalah indeksindeks bias materi tersebut. Berkas-berkas datang dan bias berada pada bidang yang sama, yang juga termasuk garis tegak lurus terhadap permukaan. Hukum Snell merupakan dasar Hukum pembiasan. Jelas dari hukum Snell bahwa jika n2 > n1, maka q2 > q1, artinya jika cahaya memasuki medium dimana n lebih besar (dan lajunya lebih kecil), maka berkas cahaya dibelokkan menuju normal. Dan jika n2 > n1, maka q2> q1, sehingga berkas dibelokkan menjauhi normal. (Giancoli, 2001: 243-259) Jika seberkas cahaya datang tegak lurus pada permukaan sekeping kaca, bagian berkas cahaya yang datang pada keping kaca akan diteruskan tanpa berubah arah (sudut datang sama dengan nol derajat). Berkas cahaya yang datang pada prisma di sebelah atas akan mengalami pembelokan atau deviasi ke bawah. Besar deviasi ini bergantung pada sudut puncak prisma dan indeks bias prisma. Dengan cara yang sama, bagian berkas cahaya yang jatuh pada prisma di sebelah bawah akan mendapat deviasi keatas (Sutrisno, 1979: 129-130).
Ketika sebuah cahaya mengenai sebuah permukaan bidang batas yang memisahkan dua medium berbeda. Energi cahaya tersebut dipantulkan dan memasuki medium kedua. Perubahan arah dari sinar yang ditransmisikan tersebut disebut pembiasan. Saat cahaya masuk pada sebuah permukaan yang memisahkan dua medium dimana laju cahayanya berbeda, sebagian energi cahaya ditransmisikan dan sebagian lagi dipantulkan. Sudut pantul sama dengan sudut datang q1 = q2 Sudut bias bergantung pada sudut datang dan indeks bias dari kedua medium serta diberikan oleh hukum Snellius tentang pembiasan n1 sin q1 = n2 sin q2 dimana indeks bias sebuah medium n adalah perbandingan laju cahaya dalam ruang hampa c terhadap laju cahaya di dalam medium tersebut v. n= c/v Jika cahaya berjalan dalam sebuah medium dengan indeks bias n 1 dan datang pada bidang batas dari medium kedua dengan indeks bias yang lebih kecil n1=n2, maka cahaya tersebut terpantul secara total jika sudut datangnya lebih besar dari sudut kritis qc yang diberikan oleh :
Bila
sebuah
gelombang
cahaya
menumbuk
sebuah
antarmuka(interface) halus yang memisahkan dua material trasparan (material tembus cahaya) seperti udara dan kaca atau air dan kaca, maka pada umumnya sebagian
gelombang
itu direfleksikan dan
sebagian
lagi direfraksikan
atauditransmisikan ke dalam material kedua. Segmen-segmen gelombang yang dapat di direpresentasikan sebagai paketpaket sinar yang membentuk berkas cahaya. Untuk sederhananya kita seringkali hanya menggambarkan satu sinar dalam setiap berkas. Kita menjelaskan arah sinar masuk, sinar yang direfleksikan, dan sinar yang direfraksikan ( yang ditrasmisikan) pada antar muka yang halus di antara dua material optic sebagai sudut-sudut yang dibuat oleh sinar-sinar itu dengan normal terhadap permukaan tersebut di titik masuk. Jika antarmuka itu kasar, cahaya yang ditransmisikan dan cahaya yang direfleksikan tersebut dihamburkan ke berbagai arah, dan tidak ada sudut transmisi tunggal atau sudut
refleksi tunggal. Refleksi pada sudut tertentu dari sebuah permukaan yang sangat halus
dinamakan
refleksi spekular
(spekular
reflection), refleksi
yang
dihamburkan dari sebuah permukaan kasar dinamakan difersi tersebar (diffuse reflection) Indeks refraksi dari sebuah material optik yang dinyatakan dengan n memainkan peranan penting dalam optika geometrik. Indeks refraksi tersebut adalah rasio dari laju cahaya c dalam ruang hampa terhadap laju cahaya v dalam material itu : n= c/v Cahaya selalu berjalan lebih lambat di dalam material daripada di dalam ruang hampa, sehingga nilai n dalam medium apapun selain ruang hampa, n=1. Karena n adalah rasio dari dua laju, maka n adalah bilangan murni tanpa satuan. Laju gelombang v berbanding terbalik dengan indeks refraksi n. Semakin besar indeks refraksi dalam suatu material, semakin lambat kaju gelombang dalam material tersebut (Young dan Freedman, 2003: 497- 499). Ø Pembiasan pada Kaca Plan Paralel Kaca plan paralel atau balok kaca adalah keping kaca tiga dimensi yang kedua sisinya dibuat sejajar (lihat gambar dibawah ini).
Kaca plan paralel atau balok kaca adalah keping kaca tiga dimensi yang kedua sisinya dibuat sejajar.
Berdasarkan gambar di atas, cahaya yang mengenai kaca plan paralel akan mengalami dua pembiasan, yaitu pembiasan ketika memasuki kaca planparalel dan pembiasan ketika keluar dari kaca plan paralel. Pada saat sinar memasuki kaca : Sinar datang ( i ) dari udara (medium renggang) ke kaca (medium rapat) maka akan dibiaskan ( r ) mendekati garis normal ( N ). Pada saat sinar keluar dari kaca: Sinar datang ( i' ) dari udara (medium renggang) ke kaca (medium rapat) maka akan dibiaskan ( r' ) menjauhi garis normal ( N ) Selain itu, sinar yang keluar dari kaca palnparalel mengalami pergeseran sejauh t dari arah semula, dan besarnya pergeseran arah sinar tersebut memenuhi persamaan berikut :
Keterangan : d = tebal balok kaca, (cm) i = sudut datang, (°) r = sudut bias, (°) t = pergeseran cahaya, (cm) (http://fisikasemesta.blogspot.com)
BAB II METODOLOGI PERCOBAAN
2.1 Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan kali ini adalah : ü Meja Optik ü Rel Presasi ü Pemegang Slide diafragma ü Bola Lampu 12V, 18W ü Diafragma 1 celah ü Tumpukan berpenjepit (3buah) ü Balok Kaca ü Lensa f = 100 mm bertangkai
2.2 Langkah Percobaan Sebelum melakukan percobaan, praktikan harus : Ø Melakukan Persiapan Percobaan
a. Alat-alat
yang
diperlukan disusun seperti
gambar di
atas,
berurutan
dari kiri, sumber cahaya, lensa, diafragma, meja optik. Diletakkan kertas di atas meja optik kemudian tarik dua garis berpotongan tegak lurus di tengah-tengah kertas dan diletakkan balok kaca di atasnya. Lensa di pasang di sebelah kiri celah. Dibuat jarak lensa 10 cm dari sumber cahaya. Diatur lampu sehingga filamennya pada posisi tegak. b. Catu daya dihungkan ke sumber tegangan PLN. Pastikan catu daya dalam keadaan mati.
c. Dipilih tegangan keluaran (output) catu-daya 12 V dengan memutar tombol pemilih tegangan. d. Dihubungkan sumber cahaya ke catu daya. e. Sumber cahaya dinyalakan, usahakan agar berkas sinar yangtampak di atas kertas setajam (sejelas) mungkin. Jika perlu didekatkan meja optik ke lensa.
Ø Langkah Kerja : a. Buatlah garis-garis bersudut 200, 300, dan seterusnya sampai sudut 600 dengan garis sumbu PQ pada kertas itu seperti gambar 2. b. Letakkan kaca plan parallel dengan posisi seperti terlihat pada gambarr 3. Usahakan agar pertengahan sisi kaca plan parallel tepat di titk O (perpotongan garis-garis pada kertas) c. Putarlah kertas sehingga sinar datang berimpit dengan garis yang bersudut 200 terhadap PO. Dengan demikian sudut datang sinar (d) sama dengan 200 d. Tarik garis tepat pada sinar yang keluar dari (meninggalkan) kaca plan parallel e. Singkirkan kaca plan parallel dan buatlah garis normal n untuk mengetahui r’ (sudut sinar meninggalkan prisma). Kedua garis itu berpotongan membentuk sudut D yang disebut sudut deviasi. Ukurlah besar sudut r ’ dan d serta catat ke dalam table pada kolom hasil pengamatan f. Ulangi langkah b sampi e untuk sudut datang d yang lainnya.
2.3.
PERCOBAAN
GAMBAR
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Data Percobaan Tabel Pengamatan No
d
b (r)
r-1
Sin d
Sin b
n2
1
20º
10o
20º
0,34
0,17
2
2
30º
15o
30º
0,5
0,25
2
3
40º
20o
40º
0,64
0,34
1,8
4
50º
25o
50º
0,76
0,42
1,8
5
60º
30o
60º
0,86
0,5
1,8
3.2 Perhitungan Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa telah dilakukan pratikum dengan menggunakan 5 sudut datang, yaitu 20o, 30o, 40o, 50o, dan 60o. Dan melalui pratikum sudah didapat sudut biasnya (b). Melalui persamaan n1 sin d = n2 sin b n2 = , dapat dicari harga indeks bias balok kaca (n2) dengan indeks bias di udara (n1) =1 Ø Indeks bias pada saat d = 200 : d = 200 , sehingga sin d = 0,34
Dik
r = 200, sehingga sin b = 0,17 n1= 1 Dit
: indeks bias balok kaca (n2)....?
Penyelesaian : n2 =
= =2
Ø Indeks bias pada saat d = 30° : d = 300 , sehingga sin d = 0,5
Dik
b = 150, sehingga sin b = 0,25 n1= 1 Dit
: indeks bias balok kaca (n2)....?
Penyelesaian : n2 = =
=2
Ø Indeks bias pada saat d = 40° : d = 400 , sehingga sin d = 0,64
Dik
b = 200, sehingga sin b = 0,34 n1= 1 Dit
: indeks bias balok kaca (n2)…..?
Penyelesaian : n2 = = = 1,8 Ø Indeks bias pada saat d = 50° : d = 500 , sehingga sin d = 0,76
Dik
b = 250, sehingga sin b = 0,42 n1= 1 Dit
: indeks bias balok kaca (n2)…?
Penyelesaian : n2 =
= = 1,8
Ø Indeks bias pada saat d = 60° : d = 600 , sehingga sin d = 0,86
Dik
b = 300, sehingga sin b = 0,5 n1= 1 Dit
: indeks bias balok kaca (n2)….?
Penyelesaian : n2 = = =1,8
Ø Perhitungan pergeseran berkas sinar (t)
ü Pergeseran berkas sinar (t), pada saat sudut datang (i) 200 Diketahui : i = 200 r = 100 d = 2 cm Ditanya
: t....?
Jawab
:
ü Pergeseran berkas sinar (t), pada saat sudut datang (i) 300 Diketahui : i = 300 r = 150 d = 2 cm Ditanya
: t....?
Jawab
:
ü Pergeseran berkas sinar (t), pada saat sudut datang (i) 400 Diketahui : i = 400 r =200 d = 2 cm Ditanya
: t....?
Jawab
:
ü Pergeseran berkas sinar (t), pada saat sudut datang (i) 500 Diketahui : i = 500 r = 250 d = 2 cm Ditanya
: t....?
Jawab
:
ü Pergeseran berkas sinar (t), pada saat sudut datang (i) 600
Diketahui : i = 600 r = 300 d = 2 cm Ditanya
: t....?
Jawab
:
trata-rata
3.3 Pembahasan Pada percobaan kali ini, menggunakan kaca plan paralel atau balok kaca. Balok kaca itu sendiri adalah keping kaca tiga dimensi yang kedua sisinya dibuat sejajar. Sebelum melewati kaca plan paralel, terlebih dahulu cahaya yang berasal dari sumber cahaya melewati lensa dengan f=100 mm. setelah itu diteruskan melewati diafragma 1 celah. Hal itu berfungsi untuk memusatkan cahaya pada satu celah guna untuk mempermudah melihat efek pembiasan pada kaca plan paralel.
Pada percobaan ini balok kaca berada di letakkan diatas meja optik. Berkas sinar masuk dari salah satu sisi balok kaca dengan sudut datang d dan lalu mengalami pembiasan dua kali. Pertama, saat melewati bidang batas antara udara dan balok kaca, berkas sinar dibiaskan dengan sudut bias r. Kedua, saat melewati bidang batas antara balok kaca dan udara, berkas sinar datang ke bidang batas dengan sudut datang r dan sudut bias r'. Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh bahwa besar sudut datang pertama tidak sama dengan sudut biasnya. Tampak bahwa berkas sinar yang masuk ke balok bergeser ke arah kiri bawah saat keluar dari balok kaca, namun keduanya tampak sejajar, walaupun sebenarnya mengalami pergeseran. Pergeseran yang terjadi disebabkan oleh pengaruh dari ketebalan balok kaca.
Hal ini sesuai dengan Hukum II Snellius: berbunyi “ Jika sinar datang dari medium kurang rapat ke medium lebih rapat (misalnya: dari udara ke air atau dari udara ke kaca), maka sinar di belokkan mendekati garis normal. Jika sebaliknya, sinar datang dari medium lebih rapat ke medium kurang rapat maka sinar di belokkan menjauhi garis normal ”. Dalam percobaan ini kami menggunkan sudut datang (d) 200,300,400,500,600, dan mendapatkan sudut biasnya r (b) 100, 150, 200, 250, 300. untuk indeks bias udara yaitu 1. Sedangkan untuk indeks bias kaca, kami menggunakan hukum Snellius. Dimana rasio dari sinus θd dan θb yang diukur dari normal terhadap permukaan, sama dengan kebalikan dari rasio kedua indeks.
Atau
Dari persamaan di atas dapat dilihat bahwa θd (sudut datang) berbanding lurus dengan sudut bias (θb). Untuk indek bias kaca pada sudut datang 200 dan 300, n2 yang didapat yaitu 2. Sedangkan pada sudut datang 400, 500, dan 600 kami mendapatkan n2 yaitu 1,8. Dari perhitungan, harga n2 (indeks bias kaca) tidak begitu sama persis dengan n2 pada kaca yang sesungguhnya, yaitu 1,5. Hal ini bisa terjadi mungkin disebabkan beberapa faktor antara lain : 1.
Adanya getaran meja (sebagai tempat bertumpu alat), yang disebabkan oleh pratikan yang kurang berhati-nati dalam melakukan praktikum.
2.
Dalam pengukuran sudut dengan menggunakan busur tidak terlalu tepat.
3.
Kurang teliti dalam melakukan perhitungan.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka diperoleh arah sinar datang sejajar dengan arah sinar yang meninggalkan kaca plan paralel, akan tetapi terjadi pergeseran berkas sinar. Pergeseran berkas sinar tersebut dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
:
Ket : d= tebal balok kaca (cm)
t= pergeseran berkas sinar (cm) Untuk masing-masing sudut yaitu 20°, 30°, 40°, 50°, 60° didapatlah masingmasing besar pergeseran sinar (t) yaitu 0,34 cm, 0,52cm, 0,73 cm, 0,93 cm, dan 1,1 cm. Dan didapatlah trata-rata sebesar 0,724 cm. Dari data di atas dapat dilihat bahwa semakin besar sudut datang maupun sudut pantul maka pergeseran berkas sinar semakin besar pula. Hal ini disebabkan karena sudut datang dan sudut bias berbanding lurus dengan pergeseran berkas sinar. Dari percobaan yang telah dilakukan, di dapatlah Grafik Hubungan Antara Sinus d dan Sinus b :
BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa : ·
Indeks bias balok kaca lebih besar dari pada indeks bias udara sehingga sinar yang dibiaskan menjauhi garis normal. nkaca> nudarah , yaitu nkaca> 1.
·
Semakin besar sudut yang dibentuk oleh sinar datang maka akan semakin besar pula sudut bias yang terbentuk.
·
Jika seberkas cahaya memesuki kaca plan parallel (medium yang berbeda) maka sinar tersebut akan dibiaskan. Pembiasan yang terjadi akan sesuai dengan hukum Snellius 2 yaitu : “ Jika sinar datang dari medium kurang rapat ke medium lebih rapat (misalnya: dari udara ke air atau dari udara ke kaca), maka sinar di belokkan mendekati garis normal. Jika sebaliknya, sinar datang dari medium lebih rapat ke medium kurang rapat maka sinar di belokkan menjauhi garis normal.”
·
Indeks bias suatu medium dapat dihitung melalui persamaan
Dengan, n1
= indeks bias medium 1
n2
= indeks bias medium 2
θ1
= Sudut datang
θ2
= Sudut bias
4.2 Saran Saran yang dapat saya berikan pada praktikum kali ini adalah : ·
Sebelum melakukan praktikum, pratikan harus mempelajari dan memahami dahulu materi yang akan dipraktikumkan, serta membaca dan memahami buku panduan yang berkaitan dengan praktikum yang akan dilakukan pada waktu itu. Hal ini bertujuan agar dalam pelaksanaan praktikum tidak kesulitan untuk melakukan praktikum dan agar praktikum berjalan dengan lancar.
·
Hendaknya praktikan berhati-hati dalam melakukan percobaan
·
Bertanya kepada Asst Dosen apabila terdapat permasalahan yang kurang dimengerti
DAFTAR PUSTAKA
Giancolli. 2001. Fisika Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Sutrisno. 1979. Fisika dasar seri listrik magnet dan termofisika listrik. Bandung:
ITB.
Tipler, Paul. 1991. Fisika Untuk Sains dan Teknik Jilid 2. Jakarta: Erlangga. Young, Hugh. 2003. Fisika Universitas Jilid 2. Jakarta : Erlangga. http://fisikasemesta.blogspot.com/2011/03/pembiasan-cahaya-pada-kacaplan-paralel.html (18 April 2012).