MAKALAH CASE 4 MANAGEMENT BENCANA
Disusun oleh : TUTORIAL C-3
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA 2012
1
Kelompok Tutorial C3
1.
Andi Azwadi Raiz
081.0211.077
2.
Akbar Septian
081.0211.024
3.
Tiffano Taufan Firdaus
081.0211.146
4.
Putra Sang Fajar
081.0211.093
5.
Ashri Mirawati
207.311.139
6.
Dika Amanda
081.0211.044
7.
Fajar Ayu
081.0211.092
8.
Hagarina Harahap
081.0211.061
9.
Efrini Kumala N
081.0211.054
10.
Monica Ayudhia
201. 311.119
11.
Revita Anisa
081.0211.116
Kata Pengantar
Puji syukur atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat rahmat dan hidayatnya sehingga sehingga kami dapat menyelesaikan menyelesaikan tugas makalah case keempat keempat ” Management Bencana ”. 2
Semoga dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya mahasiswa FK UPN “Veteran” Jakarta. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan menyelesaikan makalah makalah ini. Walaupun demikian, demikian, penulis penulis menyadari menyadari bahwa makalah makalah ini tidak luput dari kesalahan teknik maupun tulisan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran kepada semua pihak.
Jakarta, Januaro 2012
Penyusun
Daftar Isi
Kasus Management Bencana............................................. Bencana............................................................................. .............................................................. ......................................5 ........5 Undang – Undang penanggulangan Bencana............................................... Bencana............................................................................. ...........................................7 .............7 3
Bencana.................................................. Bencana................................................................................ ............................................................ .............................................................. ....................................10 ....10 Penanganan Bencana.................................................... Bencana.................................................................................. ............................................................ ............................................12 ..............12 Gunung Berapi..................................................... Berapi................................................................................... ............................................................ ....................................................14 ......................14 Evakuasi Korban Bencana................................................. Bencana............................................................................... .............................................................. ......................................17 ......17 Koordinasi Tanggap Bencana.................................................... Bencana.................................................................................. ............................................................24 ..............................24 Penyakit Pasca Bencana................................................. Bencana............................................................................... ............................................................ ..........................................28 ............28 Penanggulangan Pasca Bencana.................................................. Bencana................................................................................ ..........................................................30 ............................30
KASUS MANAGEMENT BENCANA PAGE 1 4
Anda adalah adalah dokter lulusan lulusan FK UPN yang diterima diterima sebagai sebagai PNS dan ditugaskan ditugaskan sebagai sebagai kepala puskesmas Srubung di kec. Srubung, kab. kab. Magelang. Kecamatan Srubung adalah daerah lereng Barat G. Merapi yang merupakan salah satu gunung berapi terktif di dunia. Ibu kota kecamatan adalah Srubung yang berjarak sekitar 20 Km dari puncak merapi. Data wilayah adalh sebagai berikut : •
Jumlah dusun/ kelurahan 17
•
Jumlah Jumlah pendud penduduk uk 5322 5322 jiwa, jiwa, bebera beberapa pa dianta diantaran ranya ya ada yang yang tingga tinggall di desa-d desa-desa esa yang yang berjarak 5-10km dari puncak Merapi.
Puskesmas anda berada dalam di dekat lapangan lapangan sepak bola dengan jumlah personel: •
Dr umum 2 orang termasuk anda, dr gigi 1 orang
•
Perawat 15 orang
•
Tenaga administrasi 4 orang
•
Laborat 1 orang
Pada tanggal 2 Des 20xx anda di undang ke Mungkid ibukota kabupaten Magelang untuk rapat dengan bupati bersama kepala dinas kesehatan kabupaten. Dalam brefieng bupati anda mendapat tugas unutuk melakukan mitigasi khusunya di bidang kesehata meskipun G.Merapi masih dinyatakan normal aktif. Segera setelah anda kembali ke Srubung anda melaksanakan kegiatan yang terkait dengan persiapang menghadapi bencana gunung meletus. Dalam perjalanan waktu kondisi gunung merapi dipantau makin ada peningkatan aktifitas. Pada tanggal 5 Maret 20xx jam 8.45 WIB, Dinas Volkanologi Mitigasi Bencana Geologi, Kem. ESDM mengkonfirmasikan kepada ketua BNPB Magelang, Sleman dan sekitarnya bahwa aktifitas gunung merapi meningkat , beberapi kali gempa vulkanik disertai getaran tremor yang tercatat pada seismograf pos pengamatan G. Merapi Ngepost Srubung . Ketua BNPB mengumumkan status siaga. PAGE 2 Pada tangggal 5 Maret 20xx jam 11.15 terdengar dentuman keras dari puncak gunung merapi disertai dengan adanya gumpalan awan panas yang mengalir ke arah Barat. Segera diumumkan perubahan status ancaman bahaya Merapi dan diperintahkan penduduk dengan raadius 10 KM dari puncak merapi untuk mengungsi. Selalu kepala puskesmas Srubung, Srubung, anda segera memberlaku memberlakuakan akan puskesmas sesuai dengan dengan SOP penanggan bencana.
5
Pukul 18.00 18.00 datang tim evakuasi evakuasi dengan truk yang membawa membawa 8 korban korban letusan. Anda beserat beserat tim segera melakukan triage. Ternyata semua mengalami luka bakar dengan berbagai derajat dan dari primary survey satu diatara korban selain luka bakar juga mengalamipatah tulang terbuka di paha kanan. 4 orang ternyata hanya menderita luka bakar ringan di lengan bawah dan setelah diobati dapat di tampung di tempat pengungsian. 3 orang perlu dirawat di puskesmas karena perlu mendapat pergantian cairan. Sedangakan yang mengalami patah tulang setelah dilakukan resusitasi dan kondisi stabil segera di evakuasi ke rumah sakit umum magelang. Tempat pengungsian yang sudah disiapkan dilapangan dekat puskesmas sudah dipenuhi pengungsi dengan julah 14 orang laki-laki, 40 wanita, 66 anak-anak, dan 12 balita. Sesuai SOP maka tim bantuan kesehatan yang dipimpin dokter anak buah anda segera melakukan cek kesehatan kepada pengungsi. PAGE 3 Pada keesokan hariny pasca erupi Merapi telah tiba tim dari PMI sebanyak 20 orang yang termasuk dr. Bedah, dr. Anastesi dan beberapa perawat yan siap membantu. Dengan koordinasi yang baik para korban dapat dilakukan pertolongan darurat. Pada hari ke-4 terjadi keributan di tempat pengungsi oleh karena ada satu kepala keluarga Bpk. Rahin Rahino o yang yang meng mengamu amuk. k. Dari Dari allo alloan anamn amnes esaa diper diperol oleh eh kete ketera rang ngan an jika jika dari dari awal awal di temp tempat at pengungsian sudah terlihat murung karena istrinya mengalami luka bakar yang berat dan dirawat di RSU Magelang dan anak 3 orang. Anak bungsunya yang beumur 3 tahun selalu menanyakan ibunya, rumanya rusak berat dan 3 ekor sapi mati karena terkena awan panas. Selain itu ada 5 orang yang pengungsi yang menderit abatuk-batuk abatuk-batuk dan gatal-gatal. Setelah terjadi 2 erupsi lagi ternyata G. Merapi mulai terlihat menurun aktifitasnya dan 3 minggu pasca letusan, dinas vulkanologi mitigasi bencana geologi memberi informasi bahwa status bencana dapat dapat dituru diturunka nkan. n. Masa Masa tanggg tangggap ap darura daruratt telah telah selesa selesaii dan memasu memasuki ki tahap tahap beriku berikutny tnyaa unutk unutk dilakukan evaluasi ttg akibat letusan gunung merapi unutk selanjutnya dilakukan tahap pasca bencana.
6
UNDANG-UNDANG PENANGGULANGAN BENCANA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN: Menetapkan: UNDANG-UNDANG TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA BAB I KETENTUAN UMUM
Pasal 1 Dalam undang-undang ini yang dimaksud dengan:
1. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghi penghidup dupan an masyar masyaraka akatt yang yang diseba disebabka bkan, n, baik baik oleh oleh faktor faktor alam alam dan/ata dan/atau u faktor faktor nonala nonalam m maupun maupun faktor faktor manusi manusiaa sehing sehingga ga mengak mengakiba ibatka tkan n timbuln timbulnya ya korban korban jiwa jiwa manusi manusia, a, kerusa kerusakan kan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
2. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.
3. Bencan Bencanaa nonala nonalam m adalah adalah bencan bencanaa yang yang diakib diakibatk atkan an oleh oleh perist peristiwa iwa atau atau rangka rangkaian ian peristi peristiwa wa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.
4. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakib diakibatk atkan an oleh oleh manusi manusiaa yang yang melipu meliputi ti konflik konflik sosial sosial antark antarkelo elompo mpok k atau atau antark antarkomu omunit nitas as masyarakat, dan teror.
5. Penyelengga Penyelenggaraan raan penanggul penanggulangan angan bencana adalah serangkaian serangkaian upaya yang meliputi meliputi penetapan penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi.
6. Kegiatan pencegahan bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan sebagai upaya untuk menghilangkan dan/atau mengurangi ancaman bencana.
7. Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat tepat guna dan berdaya guna.
8. Peringatan Peringatan dini adalah serangkaian serangkaian kegiatan kegiatan pemberian pemberian peringatan peringatan sesegera sesegera mungkin mungkin kepada 7
masyara masyarakat kat tentan tentang g kemung kemungkin kinan an terjad terjadiny inyaa bencan bencanaa pada pada suatu suatu tempat tempat oleh oleh lembag lembagaa yang yang berwenang. 9. Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.
10. Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadi kejadian an bencan bencanaa untuk untuk menang menangani ani dampak dampak buruk buruk yang yang ditimb ditimbulk ulkan, an, yang yang melipu meliputi ti kegiat kegiatan an penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana.
11. Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai memadai pada wilayah pascabencana pascabencana dengan dengan sasaran utama untuk normalisasi normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah pascabencana.
12. Rekonstruk Rekonstruksi si adalah pembangunan pembangunan kembali semua prasarana dan sarana, sarana, kelembagaan kelembagaan pada wilayah pascabencana, baik pada tingkat pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh tumbuh dan berkem berkemban bangny gnyaa kegiata kegiatan n pereko perekonom nomian ian,, sosial sosial dan budaya budaya,, tegakn tegaknya ya hukum hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat pada wilayah pascabencana.
13. Ancaman bencana adalah suatu kejadian atau peristiwa yang bisa menimbulkan bencana. 14. Rawan bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu.
15. Pemulihan adalah serangkaian kegiatan untuk mengembalikan kondisi masyarakat dan lingkungan hidup yang terkena terkena bencana bencana dengan dengan memfungsika memfungsikan n kembali kembali kelembagaa kelembagaan, n, prasarana, prasarana, dan sarana dengan melakukan upaya rehabilitasi.
16. Penceg Pencegaha ahan n bencan bencanaa adalah adalah serang serangkai kaian an kegiat kegiatan an yang yang dilaku dilakukan kan untuk untuk mengur mengurang angii atau atau menghilangkan risiko bencana, baik melalui pengurangan ancaman bencana maupun kerentanan pihak yang terancam bencana.
17. Risiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat.
18. Bantuan darurat bencana adalah upaya memberikan bantuan untuk memenuhi kebutuhan dasar pada saat keadaan darurat.
19. Status keadaan darurat bencana adalah suatu keadaan yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk jangka waktu tertentu atas dasar rekomendasi Badan Badan yang diberi tugas untuk menanggulangi menanggulangi bencana. 8
20. Pengungsi adalah orang atau kelompok orang yang terpaksa atau dipaksa keluar dari tempat tinggalnya untuk jangka waktu yang belum pasti sebagai akibat dampak buruk bencana.
21. Setiap orang adalah orang perseorangan, kelompok orang, dan/atau badan hukum.
22. Korban bencana adalah orang atau sekelompok orang yang menderita atau meninggal dunia akibat bencana.
23. Pemerintah Pemerintah Pusat, selanjutnya selanjutnya disebut Pemerintah, Pemerintah, adalah Presiden Presiden Republik Republik Indonesia Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 24. Pemeri Pemerinta ntah h daerah daerah adalah adalah gubern gubernur, ur, bupati bupati/wa /waliko likota, ta, atau atau perang perangkat kat daerah daerah sebaga sebagaii unsur unsur penyelenggara pemerintahan daerah. daerah.
25. Lembaga usaha adalah setiap badan hukum yang dapat berbentuk badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, koperasi, atau swasta yang didirikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang menjalankan jenis usaha tetap dan terus menerus yang bekerja dan berkedudukan dalam wilayah Negara Kesatuan Kesatuan Republik Indonesia.
26. Lembag Lembagaa intern internasi asiona onall adalah adalah organi organisasi sasi yang yang berada berada dalam dalam lingkup lingkup strukt struktur ur organi organisasi sasi Perserikatan Bangsa-Bangsa atau yang menjalankan tugas mewakili Perserikatan Bangsa-Bangsa atau orga organi nisa sasi si inte intern rnasi asion onal al lain lainny nyaa dan dan lemb lembag agaa asin asing g nonp nonpem emer erin inta tah h dari dari nega negara ra lain lain di luar luar Perserikatan Bangsa-Bangsa.
BENCANA DEFINISI 9
Kejadian / peristiwa bencana yang diakibatkan oleh alam atau ulah manusia, baik yang terjadi secara tiba-tiba atau perlahan-lahan,dapat menyebabkan hilangnya jiwa manusia, trauma fisik dan psikis, kerusakan harta benda dan lingkungan, yang mampu m elampaui kemampuan sumberdaya masy.untuk mengatasinya. 1.
Definisi Oprasional a.
Gawat Darurat :
Keadaan dimana diperlukan pertolongan segeracepat,cermat,tepat) untuk mencegah kematian atau kecacatan b.
Tanggap Darurat :
Upaya penangulangan dampak yang timbul akibat bencana, terutama penyelamatan korban dan harta benda, evakuasi dan pengungsian. pengungsian. c.
Pencegahan ( prevention) :
Upaya pencegahan terjadinya bencana dan jika mungkin meniadakan bencana. d.
Mitigasi ( Mitigation ) :
Upaya untuk mengurangi dampak bencana, baik fisik struktural melalui pembuatan bangunan fisik maupun non fisik struktural melalui undang-undang & pelatihan e.
Kesiapsiagaan ( Preparedness ) :
Upaya mengantisipasi bencana, melalui pengorganisasian langkah – langkah tepat guna dan berdaya guna. 2.
Kesiapsiagaan = preparedness kegiatan pra bencana prevention mitigasi
3.
Kegiatan saat bencana a)
Menginformasikan kejadian bencana misal pada forum forum desa dan dan petugas kesehatan.. kesehatan..
b)
Memberitahukan pada warga (kentongan (kentongan dll)
c)
Membantu melakukan PPGD bersama petugas kesehatan.
d)
Memberi bantuan bantuan perlengkapan perlengkapan pengungsian pengungsian / logistik. (Dapur (Dapur Umum, Tenda, Posko, Posko, dll)
e)
Membantu petugas dalam pencatatan dan (data korban, data logistik)
f)
Membantu petugas kesehatan memberikan pertolongan awal
g)
Mengaktifkan sistem pertolongan
h) Melakan evakuasi dan transfortasi dengan dengan benar i) 4.
Mengaktifkan sistem peringatan
Kegiatan paska bencana a)
Pengamatan Penga matan terhadap terhadap dampak dampak bencana bencana (Misalnya (Misalnya sumur sumur yg rusak, rusak, pipa air putus putus atau jamban jamban
hancur) b)
Membantu memulihkan kondisi emosi warga (menghibur, menenangkan warga dg cara berdoa/
berzikir bersama atau mendampingi korban) korban) 5.
Apa saja yang dicatat dan dilaporkan a)
Nama korban 10
b)
Umur dan jenis kelamin
c)
Tempat dan waktu kejadian
d)
Penolong
e)
Tindakan yang dilakukan
f)
Tempat rujukan selanjutnya
PENANGANAN BENCANA Penyelenggaraan penanganan bencana sendiri terbagi menjadi tiga. Ketiganya dibedakana karena membutuhkan penangana yang berbeda. Keeadaan tersebut antara lain : 1.Prabencana Penanggulangan bencana prabencana meliputi situasi tidak terjadi bencana dan situasi terdapat potensi bencana. Dalam hal tidak terjadi bencana pemerintah pemerintah dapat melakukan perencanaan penanggulangan penanggulangan bencana. Pemerintah secara geografis dapat menentukan menentukan wilayah rawan bencana. Pemetaan terhadap terhadap 11
wilayah yang rawan dan berpotensi menimbulkan bencana ditujukan apabila terjadi bencana pemerintah dapat mengambil tindakan sesuai prediksi. prediksi. Kegiatan pencegahan juga dapat dilakukan dilakukan dengan mempersiapkan sarana atau teknologi tepat guna yang dapat meminimalkan atau mencegah bencana. Pemerintah juga dapat melakukan pendidikan seperti simulasi keadaan tsunami dahulu di Aceh pasca bencana. Penanggulangan bencana dalam hal terdapat potensi bencana meliputi : a.Kesiapsiagaan Dilakukan dengan serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian dan melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna. Upaya siap siaga dengan mempersiapkan sarana dan prasarana untuk menghadapi bencana. Uji coba dan simulasi keadaan bencana harus dilakukan agar memberikan memberikan pengetahuan bagi warga mengenai mengenai proses evakuasi serta tempat evakuasi. Alat teknologi canggih yang dapat mendeteksi adanya bencana harus disiapkan. Contohnya mercusuar yang dapat mendeteksi gelombang dan getaran pada permukaan bumi di bawah laut. b.peringatan dini Upaya pemberian peringatan sesegera mungkin kepada masyarkat t entang potensi dan kemungkinan terjadinya bencana pada suatu lokasi oleh badan yang berwenang. Upaya peringatan dini diawali dengan kegiatan pemantauan bencana sevara intensif oleh petugas atau badan yang telah ditunjuk pemerintah. Nantinya hasil pengamatan tersebut akan dianalisis oleh para ahli dan diputuskan mengenai penetapan status bencana. Nantinya informasi t ersebut akan disebarluaskan kepada khalayak ramai dan dijadikan dasar dalam pengambilan tindakan oleh masyarakat. c.mitigasi bencana Merupakan upaya mengurangi resiko bencana dengan melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan kemampuan menghadapi bencana. Kegiatan Kegiatan mitigasi dilakukan dengan pelaksanaan tata ruang serta pembangunan infrastruktur. infrastruktur. Kegiatan pendidikan, penyuluhan, penyuluhan, serta pelatihan juga merupakan bagian dari dari upaya mitigasi.
2.Tanggap darurat Keadan tanggap darurat merupakan keadaan dimana bencana benar-benar terjadi pada s aat itu. Ketika bencana terjadi segera dilakukan analisa untuk mengidentifikasi mengidentifikasi cakupan lokasi bencana, jumlah korban, kerusakan bangunan, gangguan terhadap pelayanan umum dan pemerintahan, serta kemampuan sumberdaya alam maupun sumber daya buatan. Hal yang paling penting ketika terjadi bencana dalah proses evakuasi atau penanganan bencana. Pada bencana alam kegiatan evakuasi harus dilakukan dilakukan agar menghindarkan jumlah korban korban jiwa yang banyak. Pada bencana nonalam kesigapan kesigapan badan khusus yang telah dibentuk harus dioptimalkan.
3.Pasca bencana Pasca bencana menjadi penting karena ini merupakan titik tolak setelah terjadi bencana. Fungsi pemerintah pada dasarnya untuk mengembalikan mengembalikan pada keadaan semula dan melakukan melakukan normalisasi fungsi pemerintahan. Acap kali setelah terjadi bencana muncul berbagai kerugian baik harta maupun jiwa. Korban bencana pun sering mengalami mengalami trauma yang berkepanjangn akibat akibat terjadinya suatu bencana. Kegiatan penanganan pasca bencana bencana meliputi rehabilitasi dan rekonstruksi. a.Rehabilitasi Kegiatan perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau masyarakat sampai ti ngkat yang memadai pada wilayah pasca bencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya 12
secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pasca bencana. b.rekonstruksi Pembangunan kembali semua sarana dan prasarana, kelembagaan pada wilayah pascabencana, baik pada tingkatan pemerintah maupun masyarakat masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial, budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan di wilayah pasca bencana.
GUNUNG BERAPI KENALI GEJALA DAN CARA PENYELAMATAN BAHAYA LETUSAN GUNUNG BERAPI Mitigasi bencana gunung berapi Upaya memperkecil jumlah korban jiwa dan kerugian harta benda akibat letusan gunung berapi, tindakan yang perlu dilakukan :
1. Pemantuan Aktivitas gunung api dipantau selama 24 jam menggunakan alat pencatat gempa (seismograf). Data harian hasil pemantuan dilaporkan ke kantor Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi di Bandung dengan menggunakan radio komunikasi SSB. 13
Petugas pos pengamatan Gunung Berapi menyampaikan laporan bulanan ke pemda setempat.
2. Tanggap Darurat Tindakan yang dilakukan oleh DVMG ketika terjadi peningkatan aktivitas gunung berapi. Tindakan tersebut antara lain : - Mengevaluasi laporan dan data - Membentuk Tim Tanggap Darurat - Mengirimkan Tim ke lokasi - Melakukan pemeriksaan secara terpadu
3. Pemetaan Peta kawasan rawan bencana gunung berapi dapat menjelaskan jenis dan sifat bahaya gunung berapi, daerah rawan bencana, arah penyelamatan diri, lokasi pengungsian, dan pos penggulangan bencana
4. Penyelidikan Penyelidikan gunung berapi menggunakan metoda Geologi, Geofisika, dan Geokimia. Hasil penyelidikan ditampilkan dalam bentuk buku, peta dan dokumen lainnya
5. Sosialisasi Petugas melakukan sosialisasi kepada pemerintah Daerah serta masyarakat terutama yang tinggal di sekitar gunung berapi. Bentuk sosialisasi dapat berupa pengiriman informasi kepada Pemda dan penyuluhan langsung kepada masyarakat. Bahaya Gunung Berapi
1.
Aliran Lava Lava adalah magma yang meleler ke permukaan permukaan bumi melalui lubang kepundan atau rekahan, suhunya > 1000° C, dapat merusak segala bentuk infrastruktur.
2. Aliran PIROKLASTIK / Awan PANAS Aliran piroklastik/awan panas adalah aliran material vulkanik panas yang terdiri atas batuan berat(padat), ringan (berongga) (berongga) lava massif dan butiran klastik yang pergerakannya pergerakannya dipengaruhi gravitasi dan cenderung mengalir melalui lembah dengan kecepatan 10-100 m/detik pada suhu antara 100-1000°C 3. Jatuhan PIROKLASTIK Adalah material yang disemburkan ke udara oleh suatu letusan gunung berapi kemudian jatuh kembali ke permukaan bumi, material ringan seperti seperti abu dapat tertiup angin sampai jauh puluhan puluhan bahkann ribuan kilometer. - Menimbulkan hujan abu - Membahayakan penerbangan - Membahayakan saluran pernafasan - Dapat merobohkan bangunan 4. Gas beracun Adalah gas vulkanik yang dapat mematikan seketika apabila terhirup ke dalam tubuh dalam konsentrasi di atas ambang batas. Gas tersebut antara lain : 14
CO2, SO2, Rn, H2S, HCI, HF, H2SO4 Gas tersebut pada umumnya tidak berwarna dan tidak berbau 5. Longsor GUNUNG BERAPI - longsoran pada pada tubuh gunung berapi yang yang terjadi bukan/akibat gunung berapi berapi - akibat lemahnya ikatan bebatuan pada tubuh gunung berapi - akibat dorongan energi letusan yang menyamping 6. Lahar LETUSAN Lahar letusan terjadi pada gunung berapi yang mempunyai danau kawah, terjadi bersamaan saat letusan, air bercampur material lepas gunung berapi mengalir dalam bentuk banjir lahar 7. lahar HUJAN Lahar hujan terjadi akibat endapan material yang diletuskan diangkut oleh hujan menyebkan banjir, lumpur, panas, atau dingin Persiapan dalam Menghadapi letusan Gunung Berapi - mengenali daerah setempat dalam menentukan tempat yang yang aman aman untuk untuk mengungsi - membuat perencanaan penanganan bencana - mempersiapkan pengungsian jika diperlukan - Mempersiapkan kebutuhan dasar Jika terjadi letusan gunung berapi - Hindari daerah rawan bencana bencana seperti lereng gunung, gunung, lembah lembah dan daerah aliran aliran lahar. - ditempat terbuka, lindungi diri dari dari abu letusan dan awan panas panas - persiapkan diri untuk kemungkinan bencana susulan - kenakan pakaian pakaian yang bisa melindungi tubuh seperti : baju lengan panjang, panjang, celana panjang, topi dan lainnya - jangan memakai lensa kontak - pakai masker atau kain untuk menutupi mulut dan hidung - saat turunnya turunnya awan panas usahakan usahakan untuk menutup wajah dengan kedua kedua belah tangan setelah terjadinya letusan gunung berapi - jauhi wilayah yang terkena hujan abu - bersihkan atap dari timbunan abu. Karena beratnya, bisa merusak atau meruntuhkan atap bangunan - Hindari mengendarai mengendarai mobil di daerah yang terkena terkena hujan abu sebab bisa merusak mesin motor, rem, persneling hingga pengapian Persiapan penanganan bencana oleh masyarakat bisa !.. 1 Mengurangi kemungkinan Untuk mengurangi kemungkinan bencana di suatu wilayah, t indakan pencegahan bencana perlu dilakukan oleh pemerintah dan masyarakatnya. 2 Mengurangi Korban Pada saat bencana terjadi, korban yang timbul umumnya disebabkan oleh kurangnya persiapan. Persiapan yang baik akan bisa membantu masyarakat untuk melakukan tindakan yang tepat guna dan tepat waktu. 3 Mengurangi resiko Bencana bisa menyebabkan kerusakan dan / atau korban jiwa. Dengan mengetahui cara pencegahannya masyarakat bisa mengurangi mengurangi resiko ini. 4
Menjalin kerjasama 15
Penanggulangan bencana hendaknya menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat. Kerjasama itu sangat penting untuk memperlancar proses penanggulangan bencana.
EVAKUASI KORBAN BENCANA Pendahuluan Bencan Bencanaa maupun maupun kecela kecelakaa kaan n dapat dapat mengen mengenai ai siapa siapa saja, saja, dimana dimana saja, saja, dan kapan kapan saja. saja. Terkad Terkadang ang musiba musibah h ini dapat dapat menimp menimpaa seseora seseorang ng di tempat tempat yang yang tidak tidak diperk diperkira irakan kan dimana dimana keadaannya sama sekali tidak memungkinkan untuk pemberian pertolongan sehingga pemindahan korban ke tempat yang lebih kondusif sangat diperlukan. Sebagai contoh korban tabrakan yang masih berada di dalam mobilnya, korban korban yang terjatuh ke jurang, atau korban korban dalam keadaan perang. Pengertian
16
Pemind Pemindaha ahan n korban korban dari dari tempat tempat kejadi kejadian an ke tempat tempat yang yang lebih lebih aman aman untuk untuk mendap mendapat at penanganan lebih lanjut dimana sebelumnya pertolongan pertama telah dilakukan Prinsip dasar evakuasi Dalam melakukan proses evakuasi terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan agar proses ini dapat berjalan dengan lancar dan tidak menimbulkan masalah yang lebih jauh lagi. Prinsip – prinsip itu antara lain :
•
Lokasi kejadian : Tempat Tempat kejadi kejadian an tidak tidak memung memungkin kinkan kan untuk untuk melaku melakukan kan tindak tindakan an lebih lebih lanjut lanjut sehing sehingga ga tindakan evakuasi diperlukan agar korban dapat diselamatkan dan tidak mengalami cidera yang lebih jauh lagi.
•
Kondisi Korban Dalam Dalam melaku melakukan kan evakua evakuasi, si, evalua evaluasi si terhad terhadap ap kondis kondisii korban korban yang yang ditemu ditemukan kan harus harus diperhatikan agar proses evakuasi dapat berjalan dengan lancar. Kondisi yang perlu untuk diperhatikan antara lain :
o
Kondisi korban dapat bertambah parah ataupun dapat menyebabkan kematian
o
Kontrol ABC
o
Tidak terdapat trauma tulang belakang ataupun cedera leher
o
Jika Jika terd terdap apat at patah patah tulan tulang g pada pada daer daerah ah yang yang lain lain maka maka hend hendak akny nyaa dilak dilakuk ukan an immobilisasi pada daerah tadi
•
o
Angkat Tubuh korban bukan tangan/kaki (alat gerak)
o
Jangan menambah parah kondisi korban
Peralatan Seyogyanya dalam melakukan suatu proses evakuasi penggunaan peralatan yang memadai perlu diperhatikan. Hal ini penting karena dengan adanya peralat yang memadai ini proses evakuasi dapat lebih dipermudah dan cidera lebih lanjut yang mungkin terjadi pada korban dapat lebih diperkecil kemungkinanannya. Penggunaan peralatan ini juga harus disesuaikan dengan kondisi medan tempat korban ditemukan. 17
•
Pengetahuan dan Keterampilan perorangan Pengetahuan yang dimiliki dan kemampuan dari orang yang akan melakukan proses evakuasi juga menjadi faktor penting karena dengan pengetahuan dan keterampilan ini semua masalah yang yang dapa dapatt timb timbul ul sela selama ma pros proses es evak evakua uasi si dapa dapatt dite diteka kan. n. Seba Sebaga gaii cont contoh oh,, deng dengan an keterampilan yang ada seseorang dapat melakukan evakuasi dengan alat seadanya. Dalam melakukan evakuasi, keselamatan penolong haruslah diutamakan.
Tahap – Tahap Evakuasi Evakuasi adalah suatu proses dimana terdapat tahapan – tahapan di dalamnya. Tahapan itu antara lain :
•
•
Aktualisasi o
Telah Melalui tahapan initial assesment
o
Penanganan awal korban saat ditemukan
Mobilisasi
o
Penggunaan teknik evakuasi yang sesuai
o
Pemilihan jalur evakuasi
o
Tempat tujuan evakusi
Teknik Evakuasi Terdapat Terdapat berbagai berbagai macam teknik teknik dalam melakukan evakuasi evakuasi dimana dimana tekniknya tekniknya disesuaikan dan dikembangan menurut kondisi yang ada. Secara umum, teknik dalam melakukan evakuasi dibagi sebagai berikut :
18
•
Dengan alat Dalam mengangkut korban dengan menggunakan tandu, biasanya 1 regu penolong terdiri dari enam sampai tujuh orang, dengan tugas masing-masing:
o
Pimpinan/ Komandan Regu : memberi komando, mengatur pembagian kerja pada saat saat meng mengan angk gkat at berh berhad adap apan an deng dengan an waki wakill dan dan angg anggot otan anya ya,, temp tempat at wakt waktu u mengusung : kanan depan tandu
o
Waki Wa kill pimp pimpin inan an regu regu : memb memban antu tu pimp pimpin inan an dan dan meng mengob obat atii pasi pasien en,, wakt waktu u mengangkat : bagian bawah kaki, tempat mengusung : kiri depan tandu.
o
Anggot Anggotaa A : Mengob Mengobati ati dan membalut membalut,, waktu waktu mengan mengangka gkatt : bagian bagian badan dan punggung, tempat waktu mengusung : kanan belakang tandu.
o
Anggota B : Membantu anggota C mengatur tandu dan membalut, waktu mengangkat : bagian kepala dan dada, tempat waktu mengusung : kiri belakang tandu.
o
Anggota C : Mengatur tandu dan menyiapkan obat dan alat yang digunakan, waktu mengangkat mengangkat : mengumpulk mengumpulkan an alat-alat alat-alat P3K dan barang milik pasien, memantau kondisi pasien selama proses evakuasi.
o
Angggota D : Menjadi Pemandu atau pembuka jalur dan memeriksa situasi dan kondisi jalur yang akan atau sedang dilewati, mencatat hal-hal penting.
•
Tanpa alat
o
1 orang penolong
Korban anak-anak Cradle (membopong) Penolong jongkok atau melutut disamping anak/korban . Satu Satu lengan lengan ditemp ditempatk atkan an di bawah bawah paha paha korban korban dan lengan lainnya melingkari punggung. Korban dipegang dengan dengan mantap mantap dan dideka didekapka pkan n ke tubuh, tubuh, penolo penolong ng berdiri dengan meluruskan lutut dan pinggul. Tangan penolong harus kuat dalam melakukan melakukan teknik ini.
19
Pick a back (menggendong)
Digu Diguna naka kan n untu untuk k korb korban an sadar sadar .Pen .Penol olon ong g pert pertama ama jong jongko kok k atau atau melu melutu tutt perintahkan anak/korban untuk meletakkan lengannya dengan longgar di atas pundak penolong. Genggam masing-masing tungkai korban. Berdiri dengan meluruskan lutut dan pinggul.
Korban Dewasa
Pick a back (menggendong)
Korban digendong dan berada dibelakang penolong dan igunakan untuk korban sadar. Teknik ini sama seperti yang dilakukan pada anak.
Memapah (one rescuer assist) Tindakan yang aman untuk korban yang adar dan dapat dengan jalan memapahnya memapahnya.. Caranya Caranya dengan dengan berdiri
disampingnya
pada
bagian
yang
sakit
( kecu kecual alii pada pada cede cedera raek ekstr strem emita itass atas) atas) deng dengan an meling melingkar karkan kan tangan tangan pada pada pingga pinggang ng korba korban n dan memega memegang ng pakaia pakaianny nnyaa pada pada bagian bagian pinggu pinggull dan lingkarkan tangan korban di leher penolong dan memegangnya dengan tangan yang lain. Menyeret (One Rescuer Drags)
Dapat
digunakan untuk korban yang sadar maupun
tidak sadar, pada jalan yang licin (aman dari benda yang membahayakan) seperti lantai rumah, semak padang rumput, dlla. Caranya dengan mengangkangi korban 20
dengan wajah menghadap ke wajah korban dan tautkan (ikatkan bila korban tidak sadar) kedua pergelanga pergelangan n korban korban dan lingkarkan di leher. leher. Merangkak Merangkak secara perlahan-lahan. Kontraindaksinya adalah patah atau cedera ekstemitas atas dan pundak (scapula). Fireman Lift
Merupa Merupakan kan tindak tindakan an yang yang aman aman bagi bagi korban baik dalam keadaan sadar ataupun tidak sadar tetapi tidak terjadi fraktur pada ekstremitas atas atau vertebra. Biasanya digunakan pada korban dengan berat badan ringan. Lebih dari 1 orang penolong Membopong Teknik Teknik pengangkut pengangkutan an yang teraman dari semua tekn teknik ik yang yang ada ada baik aik bag bagi korb korban an maupu aupun n penolong. Teknik ini tidak dapat digunakan untuk korban yang tidak dapat membengkokkan tulang belakang (cedera cervical) dan cedera dinding dada. Caranya : penolong penolong jongkok/melutu jongkok/melututt di kedua sisi korban korban dengan dengan pinggul pinggul menghadap menghadap korban. Korban diangkat dalam posisi duduk dalam rangkain rangkain tangan tangan penolong dan instruksikan untuk meletakkan lengan-lengannya di atas pundak para penolong, para penolong menggenggam tangan kuat-kuat di bawah paha korban seda sedang ngka kan n tanga tangan n yang yang beba bebass digu diguna naka kan n untu untuk k meno menopa pang ng tubu tubuh h korb korban an dan dan diletakkan di punggung korban. Memapah 21
Korban berada ditengah-tengah penolong dan cocok untuk korban korban sadar sadar maupun maupun tidak tidak sadar sadar dan tidak tidak mengal mengalami ami cedera leher
Mengangkat Cara Cara paling paling aman aman untuk untuk melaku melakukan kan evakuasi evakuasi pada pada korban korban yang yang tidak tidak sadar sadar dan mengalami cidera multipel. Penolong lebih dari 2 orang dimana tiga/dua penolong mengangkat badan dan salah seorang dari anggota tim memfiksasi kepala korban. Pengangkatan ini dilakukan secara sistematis dan terkoordinir untuk menghindari cidera yang lainnya.
Evakuasi tanpa menggunakan tandu dilakukan untuk memindahkan korban dalam jarak dekat atau menghindarkan korban dari bahaya yang mengancam. Untuk evakuasi dengan jarak jauh seringan apapun cedera korban usahakan untuk mengangkutnya dengan menggunakan tandu.
o
Korban lebih dari satu
o
On Stage Triage Dalam keadaan ini korban dikelompokkan berdasarkan berat/ringannya trauma yang diderita Penggo Penggolon longan gan korban korban trauma trauma didasa didasarka rkan n pada pada kondis kondisii ABC (airwa (airway, y, breati breating, ng, circulation)
22
o
Penggolongan korban dibagi kedalam : Merah : pasien dengan kondisi airway terganggu Kuning : pasien dengan kondisi sirkulasi darah dan pernapasan terganggu Hijau : pasien yang mengalami luka ringan dan mampu untuk berjalan Hitam : korban meninggal dunia
o
Dalam Dalam keadaa keadaan n darura daruratt korban korban dengan dengan kemung kemungkin kinan an hidup hidup lebih lebih tinggi tinggi harus harus didahulukan
o
Korban dengan luka lebih parah dan paling memungkinkan untuk ditolong terlebih dahulu harus didahulukan
o
Perhatikan adanya keadaan yang dapat memperparah keadaan korban
KOORDINASI TANGGAP BENCANA Perubahan Cara Pandang Masyarakat
23
Apakah Apakah ancaman ancaman kebencanaan kebencanaan di Indonesia Indonesia merupakan merupakan masalah koordinasi koordinasi institutional institutional semata? Apakah perlu ada pendekatan sistemik yang mengacu pada (lagi-lagi) aturan dan kekuatan politik yang otoriter untuk mendisiplin mendisiplinkan, kan, melindungi melindungi dan mengatur warga dan lingkungan lingkungan kita yang terkena terkena dampak dampak bencana? bencana? Sewaktu Sewaktu melihat melihat bencana bencana Merapi, Merapi, Mentawai, Mentawai, Wasior, Wasior, saya merenung banyak. Tugas redaksi JI yang awalnya diusulkan untuk menulis menulis tentang budaya bersepeda di Belanda menjadi terpinggirkan, larut dengan bayangan kesuraman akan bencana di lokasi nun jauh di negeri sendiri. Apakah aspek kebencanaan di Indonesia sedemikian sulitnya dikoordinasikan melalui jalur birokrasi sehingga selalu diperlukan bantuan asing melalui LSM asing/non asing dan lembaga negara de fakto? Pertanyaan-pertanyaan tersebut saling berpacu di batin saya ketika saya menonton berita tentang penanganan bencana di Indonesia yang disebut sebagai ‘Gagap Bencana’. Pendekatan birokratik memang memang disada disadari ri atau atau tidak tidak masih masih sangat sangat kental kental dalam dalam proses proses berneg bernegara ara dan bermasy bermasyara arakat kat di Indonesia. Efek dari budaya memanggil pejabat saat pembukaan acara panen kampung, atau acara tujuh belasan masih juga terjadi di tengah masyarakat kita. Di orde baru, budaya ini dimafhumkan karena karena para pejabat memiliki kekuatan (power) yang sangat kuat dalam memutuskan memutuskan kebijakan. Sedangkan di masa sekarang, setelah era reformasi, kedudukan ‘citizen power’ menuntut adanya perubahan atas kewenangan untuk pelaksanaan tugas-tugas yang menguasai hajat publik. Istilah layanan layanan publik pun kini tidak monopoli monopoli pemerintah semata. Dulu, industri telekomunikasi telekomunikasi dikuasai oleh pemerintah, baik melalui regulasi maupun secara kapital. Kini, setelah serangkaian privatisasi BUMN media dan pelonggaran pelonggaran regulasi regulasi penyiaran, penyiaran, bisa dikatakan dikatakan pemberitaan pemberitaan yang ada sangat bersifat terbuka terhadap persepsi masyarakat walaupun belum tentu lebih objektif. Dalam teori Parkin & Sharma (1999) terdapat pandangan di mana kedudukan logika rasional yang dikuasai oleh teori rasional teknokrat akan bertentangan dengan kubu pandangan yang menuntut kontrol masyarakat seperti seperti yang dijelaskan oleh Arnstein Arnstein (1978) (1978) melalui melalui ‘ladder ‘ladder of participatio participation’. n’. Lalu, bagaimana bagaimana dengan penanganan bencana? Apakah negara kita perlu juga mewadahi perubahan institusi yang mengakomodasi persepsi pluralistik? Perlu diingat bahwa dalam skala yang lebih kecil (seperti tingkat masyara masyarakat kat atau atau kabupa kabupaten ten)) pendek pendekata atan n ini akan akan sangat sangat berdam berdampak pak luas luas terhad terhadap ap upayaupaya-upa upaya ya tanggap tanggap darurat darurat sementara. sementara. Namun, dalam tataran birokrasi, birokrasi, akan timbul kekacauan kekacauan konsistensi konsistensi pandangan bernegara karena hingga saat ini kita menganut demokrasi dengan perwakilan. Jika pandangan pluralistik ini diimplementasikan untuk mengkritik mengkritik proses birokrasi pusat maupun regional provinsi secara langsung (seperti yang terjadi melalui media), aspek keterwakilan di DPRD seolah dibungkam dan tidak diperlukan. Secara sarkastik kita pun menilai bahwa DPR dan DPRD adalah wakil rakyat yang bodoh, pandir, dan tidak berguna. Tokoh LSM yang berkecimpung di dunia politik yang saat ini berjuang mengaspirasikan pandangan rakyat pun gamang dengan posisi mereka. Lalu terjad terjadilah ilah aksi aksi demons demonstra tratif tif,, kunjun kunjungan gan ke lokasi lokasi bencan bencanaa menjad menjadii wacana wacana politik politik dan upaya upaya menegmbalikan legitimasi suara rakyat melalui DPR. Apakah hal ini membantu upaya penanganan bencana? Bagi saya pribadi akan lebih baik baik jika anggota DPR kembali ke ruang sidang begitu bencana diumumkan, dan bekerja untuk merubah APBN dan undang-undang sebagai upaya berempati pada penanganan bencana. Bagi anggota DPR/DPRD, prioritas mereka adalah mengamankan posisi agar mereka bisa bekerja dengan tenang. Secara Secara intern internal al di lokasi, lokasi, warga warga di Indone Indonesia sia seolah seolah memili memiliki ki pemikir pemikiran an tersen tersendir dirii tentan tentang g arti arti bencana. Upaya pemerintah sering ditanggapi sebagai sesuatu yang berlebihan. Contohnya adalah para pengungsi dari bencana letusan merapi. Walaupun terjepit kondisi darurat, mereka terlihat tenang tenang-te -tenan nang g saja ketika ketika mereka mereka harus harus mengun mengungsi gsi.. Ternya Ternyata, ta, untuk untuk mereka mereka,, walaup walaupun un penuh penuh bencana, lereng merapi merupakan lembah penghidupan. Sehingga seringkali dalam status waspada pun mereka tetap merumput, mencari penghasilan menambang pasir di sungai, dan bahkan bercocok 24
tanam. tanam. Peringat Peringatan an pemeri pemerinta ntah h tidak tidak digubr digubris. is. Tentun Tentunya ya dalam dalam situasi situasi saat ini sangat sangat tidak tidak adil adil menggugat menggugat pemerintah pemerintah dalam model penanganan penanganan birokratikn birokratiknya. ya. Sebuah komentar pragmatis pragmatis dari anggota dewan yang terhormat yang mengingatkan bahaya tinggal di pulau terpencil pun ditanggapi dengan hujatan. Sekali lagi, pihak pemegang kekuasaan baik eksekutif, legislatif, maupun yudikatif terbelenggu oleh anggapan dan tanggapan mengenai birokrasi yang dibuat di jaman orde yang tidak terlalu baru. Walaupun pernyataan tersebut mengganggu secara emosional, tentunya dalam jangka panjang ide tersebut dapat menjadi sebuah wacana dalam relokasi warga terpencil. Namun benarkah pemerintah tidak bisa melakukan pendekatan apa pun karena jurang komentar dan budaya terlalu tajam? Upaya Pemerintah dalam Penanganan Aspek Kebencanaan
Perubahan sikap dalam menangani bencana tentunya tidak bisa merubah sifat institusi yang sangat rigid. Dulu, sewaktu saya masih CPNS, pertanyaan bagaimana merubah sifat institusi ditanggapi dengan hangat, dan diakhiri dengan jawaban mengambang. Ada sebuah sikap diam tidak tenang yang ditang ditanggap gapii oleh oleh para para ‘abdi ‘abdi negara negara’’ mengen mengenai ai sifat sifat birokr birokrasi asi negara negara kita. Sebagi Sebagian an besar besar tidak tidak menyetujui pendekatan birokratik untuk hal-hal yang bersikap tanggap darurat, dan sebagian generasi lama di pemerintahan bernostalgia tentang penanganan model ‘Suharto’ yang otoriter. Upaya pemerintah untuk merubah cara tanggap darurat pun pernah beberapa kali disesuaikan. Yang paling revolusioner adalah saat Tsunami tahun 2004 di Aceh. Saat itu dalam kurun beberapa periode telah terjadi tahap penanganan bencana yang sangat terbuka dan berangsur-angsur surut menjadi penanganan model insitusional, setelah BRR bubar. Walaupun dianggap ideal, ternyata membuka keran keran peneri penerimaa maan n bantua bantuan n sangat sangat rawan rawan terhad terhadap ap penyal penyalahg ahguna unaan an dana dana asing, asing, rentan rentan terhad terhadap ap penambahan hutang negara, serta tidak mendidik masayarakat karena lemahnya kekuatan kontrol lapangan. Sebagai perbandingan kita bisa berkaca pada Hiroshima, di mana sebuah kota luluh lantak oleh bom atom. Saat itu, kekuatan teknokratik dan tradisi masih sangat kuat, dan disadari atau tidak, gejolak sosial di masayarakat Jepang sendiri masih mampu diredam (karena kesamaaan kultur dan kepatuhan terhadap doktrin Putra Matahari). Sehingga, upaya membangun kembali sebuah kota dan negara yang hancur dapat dilakukan dalam waktu yang relatif singkat tanpa bantuan asing. Berkaca dari pengalaman tersebut, sebagian dari kita bisa berargumen bahwa kasus tersebut tidak kontekstual mengingat kondisi masyarakat Indonesia saat ini jauh berbeda dengan kondisi masyakarat Jepang di masa lalu. Bantahan terhadap argumen ini adalah bahwa sikap solid untuk percaya pada pemerintahan diperlukan di saat krisis masih sangat relevan dalam konteks Indonesia. Saat ini, kritik yang tidak berimbang melemahkan posisi pengambil keputusan, sehingga seringkali mereka teralienasi terhadap arus arus bantua bantuan n luar luar dan donordonor-don donor or asing. asing. Masyar Masyaraka akatt kita kita lebih lebih nyaman nyaman menyum menyumban bang g bencan bencanaa melalu melaluii pintupintu-pin pintu tu LSM ketimb ketimbang ang BAZIS, BAZIS, dan kita kita meliha melihatt geraka gerakan-g n-gera erakan kan sporad sporadis is yang yang memasang umbul-umbul LSM untuk menggalang dana masyarakat. Kemanakah dana itu mengalir? Bagaimanakah dana itu dipertanggungjawabkan? Tentunya masyarakat perlu mengkaji sikap apriori ini dan bersatu dengan pemerintah untuk mempertimbangkan bagaimana dan kemana dana mitigasi bencana seharusnya ditempatkan. Disadar Disadarii atau atau tidak, tidak, kita kita mengan mengandal dalkan kan TNI, TNI, Kopassu Kopassuss dan korps korps milite militerr karena karena kesiga kesigapan pan dan disiplin mereka menghadapi krisis dapat diandalkan saat bencana terjadi. Merekalah ujung tombak evakuasi di setiap situasi saat masa-masa awal krisis diidentifikasi. Lalu, gelombang kekuatan kedua adalah masyarakat yang terkena dampak bencana itu sendiri, dan dikuti oleh gelombang yang ketiga adalah bantuan dari masyarakat luar, LSM, serta pemerintah lokal. Maka, jika diperhatikan, kekuatan atau ‘power’ masih dipegang utamanya oleh pemerintah walaupun dalam masyarakat yang sangat terbuka. Hujatan terhadap lambannya peran pemerintah tentu perlu ditanggapi sebagai sebagai sebuah teguran 25
halus untuk meningkatkan kinerja dan kapasitas institusi untuk berkoordinasi dalam keseluruhan upaya sistemik penanganan bencana. Dalam hal ini justru kekuatan institusi sangat diperlukan, dan keterbukaan terhadap media merupakan salah satu bentuk dari kekuatan insitusi tersebut. Saya pribadi berharap, kontrol atas media perlu dikembalikan agar tanggapan yang dikeluarkan dari pejabat institusi dapat mewakili pandangan umum institusi dan bukan sarana untuk menyerang kebijakan individu. Sangat disayangkan jika pemberitaan yang menjadi wadah keterbukaan masyarakat berujung negatif menjadi pemberangusan kekuatan koordinasi pemerintah. Persiapan Infrastruktur Kebencanaan
Sebuah Sebuah kasus kasus mengen mengenai ai penang penangana anan n bencan bencanaa yang yang terint terintegr egrasi asi bisa bisa diliha dilihatt di Beland Belanda. a. Jika Jika diband dibanding ingkan kan dengan dengan Indone Indonesia, sia, seolahseolah-ola olah h negara negara ini aman aman dari dari bencan bencana, a, walaup walaupun un tidak tidak seluruhnya benar demikian. Di Belanda, lebih dari 25% daratan berada di bawah air laut dan sebagian besar tanahnya memiliki tekstur rawa dan tanah lunak. Namun demikian, bencana banjir seperti di Jakarta tidak pernah terjadi di Belanda. Kita bisa melihat bahwa teknologi dan seni hidrologi terbaik di dunia berkembang pesat di negara ini. Mereka menginvestasikan ilmu, waktu dan tenaga untuk menanggulangi bencana sebesar upaya mereka mensejahterakan rakyatnya. Seperti halnya di Jepang, dalam berhadapan dengan bencana, yang sangat diperhatikan pemerintahnya bukanlah melulu tentang upaya mitigasi dan rehabilitasi. Perbedaannya dengan Jepang hanyalah jenis bencana alam yang dihada dihadapi, pi, namun namun proses proses perenc perencana anaann annya ya sangat sangat serupa serupa.. Peneka Penekanan nan untuk untuk penang penangana anan n aspek aspek kebencanaan di Beladna adalah penyiapan infrastruktur yang sanggup bertahan (dalam skala tertentu) terhadap bencana, sehingga waktu evakuasi tiba masyarakatnya pun memiliki pilihan aman jika mereka harus tinggal di tempat atau pindah ke suatu tempat. Program itu pun berlanjut higga aspek penyiapan masyarakat, penyiapan tenaga ahli melalui pendidikan yang terjangkau, jejaring sosial untuk menjamin penghidupan sewaktu bencana, dan aspek sosial dalam pembebanan pajak bagi pembiayaan infrastruktur. Jika dibandingkan, APBN Indonesia hanya 1000 Triliun, di mana jumlah alokasi alokasi dana untuk infrastruk infrastruktur tur tidak sampai 40%. Belanda sendiri sendiri mengeluarkan mengeluarkan enam kali lipat APBN untuk infrastruktur jalan dalam kurun 1 tahun sedangkan luas negaranya hanya sebesar sebuah provinsi di Jawa. Bagaimana negara kita mampu menangani pendanaan pencegahan, persiapan, mitigasi, serta pemulihan paska bencana jika hanya mengandalkan APBN? Saat tulisan ini diturunkan, mudah diprediksi akan dibutuhan dana yang sangat besar untuk upaya kompensasi kerugian dan upaya relokasi pengungsi baik di Merapi maupun di kepulauan Mentawai. BNPB yang diharapkan mampu menangani bantuan bencana saat ini hanya berkonsentrasi pada upaya internal dan dana APBN, APBN, dan seolah seolah tidak tidak mengin mengindah dahkan kan dana dana masyara masyarakat kat yang yang lalu-l lalu-lala alang ng di daerah daerah.. Jika Jika dana dana kompensasi negara berupa jaminan sosial selama bencana dari sumber non APBN dapat dikoordinasi melalui badan ini ditambah sumber BAZIS serta non pajak dari dana sosial, tentunya akan sangat membantu keuangan negara. Akhir kata, perenungan saya berujung pada kesimpulan, tidak seperti yang digembor-gemborkan di media, keadaan ‘gagap bencana’ di Indonesia bukan tentang serta-merta merubah sistem birokrasi. Dalam pemberitaan singkat (disebut ‘headline news’ atau ‘flash news’) seringkali kita terjebak oleh sebuah mainstream atau tren partisipasi masyarakat yang berkembang menjadi ideologi dunia saat ini. Kita perlu perlu kembal kembalii berintr berintrosp ospeks eksi, i, bagaim bagaimana ana sistem sistem perenc perencana anaan an penang penangana anan n bencan bencanaa sudah sudah diintegrasikan dalam tiap level birokrasi tersebut dan masyarakat sendiri. Sikap preventif, penyiapan infrastruktur, jauh lebih memiliki dampak mengurangi kerugian materiil/jiwa ketimbang persiapan mitigasi mitigasi semata. semata. Tentunya, Tentunya, persiapan mitigasi juga memegang memegang peran peran penting penting dalam penanganan penanganan bencana alam. Perlu disadari bahwa masyarakat membutuhkan jaminan sosial untuk penghidupan yang layak seperti sumpah pemerintah dalam preambule UUD ’45. Bedanya, jejaring sosial ini dapat diimplementa diimplementasikan sikan saat proses proses mitigasi mitigasi berlangsun berlangsung, g, sehingga sehingga warga gunung merapi tidak perlu 26
mengkh mengkhawa awatirk tirkan an perngh pernghidu idupan pan diriny dirinyaa selama selama dan setela setelah h bencan bencanaa usai. usai. Peratu Peraturan ran lokal lokal pun diperl diperluka ukan n untuk untuk mendo mendoron rong g masyar masyaraka akatt mematu mematuhi hi imbaua imbauan n pemeri pemerinta ntah. h. Upaya Upaya insent insentif if dan disinsentif sebagai inovasi pemerintah lokal juga diperlukan dalam mengatur sikap rakyat sebagai perwujudan demokrasi desentralisasi.
PENYAKIT PASCA BENCANA Bencana alam yang terjadi selalu menyisakan kepedihan yang mendalam. Baik berupa gempa bumi, tanah longsor, banjir, gunung meletus, ataupun ts unami. Banyak korban nyawa, fisik, dan harta akibat bencana yang terjadi. Bencana menyebabkan menyebabkan korban yang selamat, kehilangan kehilangan keluarga, sahabat, harta, bahkan tempat tinggal. Bencana ini selanjutnya menyebabkan berbagai masalah kesehatan. 27
Menurut Ketua Umum PB IDI Fachmi Idris, secara umum, masalah kesehatan utama setelah bencana adalah trauma fisik seperti luka dan patah tulang. Kemudian, selama dan sesudah masa itu korban bencana yang selamat dan tinggal di pengungsian pengungsian juga terancam penyakit jika upaya upaya antisipasinya tidak memadai. Berbagai penyakit yang muncul pascabencana alam antara lain malaria, ISPA, diare, leptospirosis, kolera, dan infeksi kulit. Pada umumnya masalah kesehatan pasca gempa dapat dibagi dalam 3 fase: a)
Penyakit akut pasca bencana. Yaitu penyakit yang berhubungan langsung dengan bencana yang terjadi. Misalnya, kasus gempa bumi, penyakit yang berhubungan berhubungan langsung dengan gempa adalah cedera akibat reruntuhan. Berbagai Berbagai penelitian menunjukkan bahwa cedera utama utama akibat gempa adalah cedera kepala dan patah tulang.
b)
Penyakit ikutan pada beberapa hari-minggu hari-minggu pasca bencana
1)
Malaria Penyakit malaria dapat timbul misalnya saat masyarakat berada di pengungsian ( tenda-tenda darurat ), nyamuk anopheles bisa menginfeksi korban-korban bencana.
2)
DBD Misalnya banjir, air yang tergenang dapat menyebabkan bersarangnya nyamuk aides aigypti. Kemudian menginfeksi korban-korban bencana.
3)
Diare dan penyakit kulit Penyakit ini bisa menginfeksi korban bencana karena sanitasi yang jelek. Misalnya kuman-kuman penyebab diare seperti ; Vibrio kolera, Salmonella Salmonella dysentriae pada genangan banjir, diare akibat akibat kurangnya asupan air bersih karena saluran air bersih dan sanitari yang rusak. Seseorang menderita diare bila frekuensi buang air besar telah melampaui kebiasaannya dengan kotoran encer dan banyak cairan. Diare yang terus menerus mungkin merupakan gejala penyakit berat seperti tipus, kolera dan kanker usus. Diare yang berat bisa menyebabkan dehidrasi dan bisa membahayakan jiwa. Gejala-gejalanya seperti frekuensi buang air besar melebihi normal, kotoran encer/cair, sakit/kejang perut, demam dan muntah. Penyebabnya Penyebabnya bisa dari Anxietas dari Anxietas (rasa cemas), keracunan makanan, infeksi virus dari usus, alergi terhadap makanan tertentu. Penanggulangannya adalah dengan minum banyak cairan, hindari makanan padat atau yang tidak berperasa selama 1-2 hari, minum cairan rehidrasi rehidrasi oral-oralit.
4)
ISPA ( Infeksi Saluran Pernapasan Atas ) ISPA terjadi karena masuknya kuman atau mirkoorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit. penyakit. Istilah ini diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris acute respiratory infections (ARI). Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, i nfeksi, saluran pernapasan dan akut, dengan pengertian sebagai berikut: 28
a.
Infeksi adalah masuknya kuman atau mirkoorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit. penyakit.
b.
Saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli. Secara anatomis anatomis mencakup saluran pernapasan bagian atas, saluran pernpasan bagian bawah (termasuk jaringan saluran pernapasan).
c.
Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari, Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari. Selain ISPA sering juga ditemukan pnemonia yaitu proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru paru (alveoli). (alveoli). Terjadinya pnemonia Terjadinya pnemonia pada anak seringkali bersamaan dengan proses infeksi akut pada bronkus (biasa disebut bronchopneumonia). bronchopneumonia). Gejala penyakit ini berupa napas cepat dan napas sesak, karena paru meradang secara mendadak. Batas napas cepat adalah frekuensi pernapasan sebanyak 50 kali per menit atau lebih pada anak usia dua bulan sampai kurang dari satu tahun, dan 40 kali permenit atau lebih pada anak usia satu tajun sampai kurang dari lima tahun. Pada anak di bawah usia dua bulan, tidak dikenal diagnosis pnemonia. Pencegahannya dengan pengadaan rumah dengan ventilasi yang memadai, perilaku hidup bersih dan sehat, peningkatan gizi balita.
5)
Leptospirosis Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri leptospira berbentuk spiral dan hidup di air tawar. Penyakit ini timbul karena terkontaminasinya air oleh air seni hewan yang menderita leptospirosis. Biasanya penyakit ini terdapat pada korban banjir.
6)
Tipes Penyakit tipes sebenarnya juga berkaitan erat dengan faktor daya tahan tubuh seseorang. Oleh sebab itu, untuk mencegah terkena penyakit tipes, masyarakat harus menjaga kondisi tubuh dengan makan makanan bergizi dan jangan sampai kelelahan.
c)
Masalah kesehatan mental akibat gempa. Penyakit psikologis / Trauma berkepanjangan akibat reaksi stres akut saat bencana bisa menetap menjadi kecemasan yang berlebihan. Akibat kehilangan rumah, kehilangan anggota keluarga atau bisa juga trauma karena ketakutan yang mendalam
PENANGGULANGAN PASCA BENCANA a.
Tatake Tatakelola lola lingku lingkunga ngan n pasca pasca bencan bencanaa
b. Ketersediaan fasilitas sanitasi c.
Supl Suplay ay maka makana nan n dan dan air air bers bersih ih 29
d. Pengir Pengiriman iman rela relawan wan-re -relawa lawan n ke lokasi lokasi benca bencana na
30