MAKALAH INI DISUSUN SEBAGAI MAKALAH INDIVIDU,UNTUK MENAMBAH NILAI MATA KULIAH AKHLAK
DOSEN PENGAMPU : Dr. Sangkot Sirait M.Ag
DISUSUN OLEH:
NAMA : RAHMAT IBRAHIM NIM : 10410117 KELAS : 1-PAI 5 JURUSAN : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS : TARBIYAH DAN KEGURUAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2011
KATA PENGANTAR
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Segala puji-pujian bagi Allah pemelihara sekalian alam. Tak lupa shalawat serta salam senangtiasa tercurahkan pada junjungan kita Nabi Muhammad SAW atas keluarganya, sahabat dan umatnya hingga akhir zaman. Puji syukur kita panjantkan kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat, taufik, inayah serta hidayahnya sehingga dapat menyelesaikan makalah Individu mata kuliah Akhlak ini dengan baik tanpa suatu halangan apapun. Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada: 1. Dr. Sangkot Sirait, M.Ag selaku dosen pengampu mata kuliah Akhlak. 2. Teman-teman yang telah membantu dan mendukung hingga selesainya makalah Akhlak i ni
Kami juga berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca khususnya bagi sahabat-sahabat mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta dan mudahmudahan dapat dijadikan sarana untuk meningkatkan keberhasilan belajar pada masa yang akan datang.³Tiada datang.³Tiada gading yang tak retak, tiada kesempurnaan kecuali hanya milik Allah semata´. Dengan senang hati, penulis menanti kritik dan saran yang sifatnya membangun demi perbaikan makalah ini.Akhir kata, semoga rahmat Allah SWT dan berkah-Nya senangtiasa tercurahkan kepada kita semua.Amiin.
Yogyakarta, Februari 2011
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR««««««« PENGANTAR««««««««««««««««««««« «««««««««««««««««««.. «««««.. DAFTAR ISI «««««««««« ««««««««««««««««« «««««««««««««««««« ««««««««««««.... «.... BAB I :PENDAHULUAN
LATARBELAKANG«««««..««««««««««««« LATARBELAKANG«««««..««««« ««««««««««««««««. ««««««««. RUMUSAN MASALAH««««.«««««« MASALAH««««.««««««««««««««««« ««««««««««««««« «««« MANFAAT DAN TUJUAN««««««« TUJUAN««««««««««««««««««««« ««««««««««««««««... ««... BAB II: PEMBAHASAN
PENTINGNYA MUSYAWARAH DALAM NEGARA«««««««««...««« MENEGAKKAN KEADILAN«««« KEADILAN«««««««««««««««««« ««««««««««««««««««.. ««««.. HUBUNGAN PEMIMPIN DENGAN YANG DIPIMPIN«««««««««««... BAB III: PENUTUP
KESIMPULAN«««««««««««««««««« KESIMPULAN«««« ««««««««««««««««««««««««.. ««««««««««.. SARAN«««««««««««««««« SARAN««««««««««««««««««««««««««««« «««««««««««««««.. ««.. DAFTAR PUSTAKA «««««««««««««««««««««..««««
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Selama ini Rasulullah SAW lebih banyak diteladani pada sisi pribadi beliau sebagai individu. Sementara akhlak atau tuntunan beliau untuk menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara dengan aturan Islam, tidak sering dibahas. Dalam setiap peringatan Maulid Nabi SAW, kita sering mendengar berbagai seruan untuk meneladani akhlak Rasulullah. Dari mulai musholah kecil di pinggir kampung hingga istana negara di ibukota negara menyerukan hal yang sama pula. Namun yang diserukan masihlah terbatas untuk meneladani akhlak Rasulullah sebagai pribadi atau dalam kapasitasnya sebagai pemimpin rumah tangga. Namun posisi beliau sebagai pemimpin negara/kepala pemerintahan yang menerapkan syariat Islam secara total dalam kehidupan masyarakat, justru jarang disinggung. Padahal dalam separuh episode kerasulannya, beliau mencontohkan dan mempraktekkan bagaimana memimpin sebuah negara dengan aturan Islam. Apakah perilaku Rasulullah pemimpin negara Madinah tidak perlu diteladani? Tentu tidak, kita harus mengambil yang dicontohkan oleh Rasulullah untuk kita teladani. Dan sudah selayaknya bagi kaum muslimin untuk lebih total meneladani Rasulullah. Meneladani bagaimana Rasulullah menjalani kehidupan pribadi, bermasyarakat dan bernegara dengan aturan Islam. Dan bagi para penguasa dan calon pemimpin negeri ini, janganlah menyampaikan akhlak Rasul hanya sebagai alat kampanye untuk meraup massa saja. Tapi contohlah dengan penuh kesungguhan bagaimana Rasulullah memimpin untuk memimpin bangsa ini. Yang terjadi saat ini justru para penguasa tetap menjalankan hukum-hukum yang bersumber dari ideologi kapitalisme, dan sebaliknya enggan menerapkan hukum-hukum Islam. Di sejumlah negeri Islam, para penguasa muslim justru berusaha keras memerangi siapa saja yang berjuang untuk menerapkan syariah Islam secara total dalam negara. Para penguasa ini layaknya Abu Lahab, paman Rasulullah yang bergembira atas kelahiran Muhammad SAW. Namun pada akhirnya, dia menjadi orang yang paling membenci, memusuhi dan selalu menghalang-halangi dakwah Nabi SAW yang berupaya menyebarluaskan risalah Allah sekaligus menegakkan syar iah-Nya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana cara Rasulullah dalam menyelesaikan persoalan negara 2. Bagaimana menegakkan keadilan dalam negara 3.
Bagaimana hubungan pemimpin dengan yang dipimpin
4.
Bagaimana perilaku Rasulullah dalam kehidupan sehari-hari dengan kedudukannya sebagai pemimpin ummat
C. MANFAAT DAN TUJUAN
Dengan makalah ini kita dapat mengetahui bagaimana ahklak bernegara itu, dan bagaimana rasulullah mencontohkannya, bagaimana meneggakan keadilan, serta bagaimana seharusnya hubungan pemimpin dengan yang dipimpin seperti yang dicontohkan Rasulullah. Dan maksud tujuan penulisan makalah individu ini guna untuk menambah nilai mata kuliah Akhlak.
BAB II PEMBAHASAN
A. PENTINGNYA MUSYAWARAH DALAM NEGARA
secara etimologis, musyawa rah (musyawarah (musyawarah)) berasal dari kata syawara yang pada mulanya bermakna mengeluarkan madu dari sarang lebah. Makna ini kemudian berkembang, sehingga mencakup segala sesuatu yang dapat diambil atau dikeluarkan dari yang lain, termasuk pendapat. Musyawarah dapat juga berarti mengatakan atau mengajukan sesuatu. Kata musyawarah pada 1
dasarnya hanya digunakan pada hal-hal yang baik, sejalan dengan makna dasarnya.
Karena kata musyawarah adalah bentuk mashdar dari kata kerja syawara yang dari segi jenisnya termasuk kata kerja mufa¶alah (perbuatan yang dilakukan timbal balik), maka musyawarah harus bersifat dialogis, bukan monologis. Semua anggota musyawarah bebas mengeluarkan pendapatnya. Dengan kebebasan berdialog itulah diharapkan dapat diketahui kelemahan pendapat yang dikemukakan, sehingga keputusan yang dihasilkan tidak lagi mengandung kelemahan. A.
ARTI PENTING MUSYAWARAH
Musyawarah atau syura adalah sesuatu yang yang sangat sangat penting penting guna menciptakan peraturan didalam masyarakat manapun. Setiap negara maju yang menginginkan keamanan, ketentraman, kebahagiaan dan kesuksesan bagi rakyatnya, tetap memegang prinsip musyawarah ini. Tidak aneh jika islam sangat memperhatikan dasar musyawarah ini. Islam menanamkan salah satu surat dalam Al-Qur¶an dengan Asy-Syura, di dalamnya dibicarakan tentang sifat-sifat kaum mukminin, antara lain, bahwa kehidupan mereka itu berdsarkan atas musyawarah, bahkan segala urusan mereka diputuskan berdasarkan musyawarah diantara mereka. Sesuatu hal yang menunjukan betapa pentingnya musyawarah adalah bahwa aat tentang musyawarah itu 2
dihubungkan dengan kewajiban sholat dan menjauhi perbuatan keji. Allah SWt berfirman :
01/_ WoZ DS@)IU WT 0F SZ $ UmWT ^OWSZWT S[H) WT DTnd PQSP S$UTWT 0MJn 1 2
M.Quraish Shihab, wawasan alquran, tafsir maudhui atas pelbagai persoalan Ummat (bandung, Mizan, 1996) hal. Muhammad abdul kadir, hakekat sistem politik islam (Yogyakarta, 1987) . hlm 98-99.
469.
,$WT Dan
0JW<p WrS 0Fn$TWT DS<d 0IW<[Wr
(bagi) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan- perbuatan keji, dan apabila mereka marah
mereka memberi maaf.
Dan
(bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan
shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang kami berikan kepada mereka.(Q.S mereka.(Q.S Asy-Syura Asy-Syura 42:37-38)
Dalam ayat diatas , Syura¶ atau musyawarah sebagai sifat ketiga bagi masyarakat Islam dituturkan sesudah Iman dan sholat. Menurut Taufik Asy-Syawi, hal ini memberi pengertian bahwa musyawarah mempunyai martabat sesudah ibadah terpenting, yaitu sholat, sekaligus memberikan pengertian bahwa Musyawarah merupan salah satu ibadah yang tingkatannya sama dengan sholat Dan Zakat. Maka masyarakat mengabaikannya dianggap suatau masyarakat yang 3
tidak menetapi salah satu ibadah.
B.
LAPANGAN MUSYAWARAH
Berbeda dengan teori Demokrasi pada umumnya, di mana segala sesuatu bisa dan harusdimusyawarahkan supaya terwujud kehendak mayoritas dalam rangka menegakkan kedaulatan rakyat, maka isalam memberi batasan hal-hal apa saja yang bo leh dimusyawarahkan. Karena musyawarah adalah pendapat orang, maka apa-apa yang sudah ditetapkan ole nash ( Al-Qur¶an dan As-Sunnah) tidak boleh dimusyawarahkan, sebab pendapat orang tidak boleh mengungguli Wahyu ( Al-Qur¶an dan As-Sunnah) jadi musyawarah Hanyalah terbatas pada hal hal yang bersifat Ijtihadiyah. Para sahabat pun jika dimintakan pebdapat tentang suatu hal, terlebih dahulu ereka menanyakannya kepada Rasulullah Saw, apakah masalah yang dibicarakan telah diwahyukan oleh allah atau meruakan ijtihad Nabi, maka mereka mengemukakan pendapat.
C .
TATAC TATAC ARA MUSYAWARAH
Tentang tatacara musyawarah serta keharusan mengikuti tatacara itu, tidak ada nash AlQur¶an dan As-Sunnah yang menerangkannya, juga tidak ada nas yang mengharuskan ditetapkannya jumlah anggota majlis permusyawaratan dan cara menghadirkan para anggota. Tatacara musyawarah yang dilakukan oleh Rasulullah ternyata sangat bervariasi ; (1) Kadang kala seseorang memberikan pertimbangan kepada beliau, lalu beliau melihat pendapat itu benar, 3
Taufik Asy-syawi, syura bukan demokrasi, terjemahan Djamaluddin Z.S (jakarta, gema insani press, 1997) . hlm. 68.
maka beliau mengamalkannya. Seperti pendapat Al-Hubab ibn al-Mundzir tentang pemilihan tempat yang strategis dalam perang Badar dan pendapat Salman al-Farisi tentang penggalian parik pertahanan dalam perang Khandak; (2) Kadan-kadang beliau bermusyawarah dengan dua atau tiga orang saja. Kebanyakan dengan Abubakar dan Umar; (3)kadang kala beliau bermusyawarag denga seluruh massa dan melalui cara perwakilan, seperti yang terjadi setelah 4
perang Hunain tentang rampasan perang dan permohonan bantuan melalui utusan Hawazin.
Dari beberapa peristiwa bervariasi diatas kita dapat menyimpulkan bahwa tatacara musyawarah, anggota Musyawarah, bisa selalu berkembang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan zaman, tetapi hakekat musyawarah harus selalu tegak ditengah masyarakat dan negara. Ada hal-hal yang harus dimusyawarahkan dengan seluruh ummat, baik langsung maupun lewat perwakilan, dan ada hal-hal yang cukup dimusyawarahkan dengan pemimpin (ulil amri), amri), ulama, cendikiawan dan pihak-pihak yang berkompeten lainnya, tetapi tetap dan tidak boleh tidak harus dengan semangat dan kejujuran , buka dengan semangat kepentingan dan ketidakjujuran. Yang dicari dalam musyawarah adalah kebenaran, bukan kemenangan.
D.
BE BERAPA SIKAP B SIKAP BERMUSYAWARAH
Supaya musyawarah berjalan berjalan dengan lancar dan penuh persahabatan, persahabatan, Allah berfirman berfirman ;
0IU ^/< \BK$ R[,OWr [,U U U 0NO UmU
ZlZ iU ^/; SUWT [S[O B$ SrZ4?Y
n)WT 0M? q&(] s 0FrTZWT
D sP! "WS)U ^/$\ LWS), p aka M aka
disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah Lembut terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap
keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu Telah membulatkan tekad, M aka aka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaw be rtawakkal akkal kepada-Nya.(Q.S kepada-Nya.(Q.S Ali-Imran 3:159)
4
Muhammad Abdul kadir, hakekat sistem politik islam , Hlm.110.
Allah SWT mengisyaratkan ada beberapa sikap yang harus dilakukan dalam bermusyawarah, yaitu sikap lemah lembut, pemaaf dan memohon ampuna Allah SWT.
1.
Lemah lembut
Seseorang yang melakukan musyawarah, apalagi sebagai pemimpin, harus menghindari tutr kata yang kasar serta sikap keras kepala, karena jika tidak, mitra musyawarah akan bertebaran pergi. emaaf 2 . P emaaf
Setip orang yang bermusyawarah harus menyiapkan mental untuk selalu bersedia memberi maaf. Karena mungkin saja ketika bermusyawarah terjadi perbedaan pendapat, atau keluar kalimat-kalimat yang menyinggung pihak lain. Dan bila hal itu masuk kedalam hati, akan mengeruhkan pikiran, bahkan boleh jadi akan mengubah musyawarah menjadi pertengkaran. 3 . Mohon
ampunan Allah SWT
Untuk mencapai hasil yang terbaik ketika musyawarah, hbungan dengan tuhanpun harus harmonis. Oleh sebab itu semua anggota musyawarah harus senantiasa selalu membersihkan diri dengan cara memohon ampun kepada Allah SWT baik untuk diri 5
sendiri maupun untuk anggota musyawarah musyawarah yang lainnya. lainnya.
B. MENEGAKKAN KEADILAN
Istilah keadilan berasal dari kata µ adl adl (bahasa arab) ,yang ,yang mempunyai arti antara lain sama dan seimbang. Dalam pengertian pertama, keadilan dapat diartikan sebagai membagi sama banyak, atau meberikan hak yang sama kepada orang-orang atau kelompok dengan status yang sama. Misalnya semua pegawai dengan kompetensi akademis dan pengalama kerja yang sama berhak mendapatkan gaji dan tunjangan yang sama. Semua warga negara sekalipun dengan status sosialekonomi-politik- yang yang berbeda ±beda harus tetap mendapatkan perlakuan yang sama dimata hukum. Dalam pengertian kedua, keadilan dapat diartikan dengan memberikan hak seimbang dengan kewajiban, atau memberi seseorang sesuai dengan kebutuhannya. Misalnya orang tua 5
M.Quraish Shihab , Wawasan Al-Quran,Hlm. Al-Quran,Hlm.473-475
yang adil akan membiayai pendidikan anak-anaknya sesuai dengan tingkat kebutuhan masingmasing sekalipun secara normal masing-masing anak tidak mendapatkan jumlah yang sama. Dalam hukum waris misalnya, anak laki-laki ditetapkan oleh Al-Qur¶an (Q.S An-Nisa¶ 4:11) mendapatkan warisan dua kali bagian anak perempuan. Hal itu karena laki-laki setelah berkeluarga menanggung keluarga karena kewajiban menghidupi isteri dan anak-anaknya, sementara anak perempuan setelah berkeluarga dibiayai oleh suaminya.
A.
PERINTAH B PERINTAH BERLAKU AD ADIL
Di dalam Al-qur¶an terdapat beberapa ayat yang memerintahkan supaya manusia berlaku adil dalam menegakkan keadilan. Perintah itu ada ada yang bersifat bersifat umum ada yang bersifat khusus dalam bidang-bidang tertentu. Yang bersifat umum misalnya :
#j[ m B
n$d
)dWT rU5<dWT
D
B^O/_WT Pn
WT nZ;,WT UZ ETnZlU! 0[U 0d Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.( pelajaran.( Q.S An-Nahl 16:90)
Sedangkan yang bersifat khusus misalnya bersikap adil dalam menegakkan hukum (Q.S An Nisa¶ 58); adil terhadap musuh (Q.S Al-maidah : 8) ; adil dalam rumah tangga (Q.S An-Nisa¶: 3 dan 129); dan adil dalam berkata (Q.S Al-An¶am : 152).
B.
KEAD KEADILAN HUKUM
Islam mengajarkan bahwa semua semua orang mendapat perlakuan yang sama dan derajat yang sama dalam hukum, tidak ada diskriminasi hukum karena perbedaan hukum, status sosial, ekonomi, politik dan lain sebagainya. Allah menegaskan :
TkZU!
DT
0n$d
D
UmWT [IFT sP /W<$(] S,T$ DT < 1(,U[O d -4 D #j[
aha M aha
Q.S An-Nissa ; 58).
Keadilan hukum harus ditegakkan walau terhadap diri sendiri, atau terhadap keluarga dan orang-orang yang dicintai. Tatkala seorang sahabat yang dekat dengan Rasulullah saw meminta µ¶keistimewaan¶¶ hukum untuk seorang wanita bangsawan yang mencuri, Rasulullah menolaknya dengan tegas : µ¶apakah µ¶apakah anda hendak meminta keistimewaan dalam pelaksanaan hukum allah? Sesungguhnya kehancuran ummat yang terdahulu karena mereka menghukum pencuri yang lemah, dan membiarkan pencuri yang elit. Demi allah yang memelihara jiwa saya, kalaulah Fatimah binti uhammad M uhammad
mencuri, pastilah aku sendiri yang akan memotong tangannya.¶¶ (H.R Ahmad,
Muslim dan Nasa¶i)
C .
KEAD KEADILAN D ILAN D ALAM SEGALA HAL
Disamping keadilan hukum, islam memerintahkan kepada ummat manusia, terutama orang-orang yang beriman untuk bersifat adil dalam segala aspek kehidupan, baik terhadap diri, dan keluarganya sendiri, apalagi kepada orang lain. Bahkan kepada musuh sekalipun seorang musuh harus tetap berlaku adil. ad il. Mari kita perhatikan beberapa nash ber ikut ini: Adil terhadap diri se ndiri - Adil
S4S S;$W RMjTd W[jRM $SU TT D
04T sP! SUWT n(]WT [jWS
U
orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi
Karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. jika ia Kaya ataupun
miskin, M aka aka Allah lebih tahu kemaslahatannya. M aka aka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu Karena ingin menyimpang dari kebenaran. (Q.S An-Nisa¶ 4:135)
Adil terhadap isteri dan anak -anak - Adil
\BK$
0U
\U
$
SU4U
[rWT [?P1WT QA9$ ^K; SjU! YT 1(\ DU ...... Q[jPWSU aka M aka
kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut
tidak akan dapat berlaku adil, M aka aka (kawinilah) seorang saja. (Q.S An-Nisa¶ 4:3) µ¶ Bertakwalah Bertakwalah kepada Allah dan berlaku adillah diantara anak-anakmu.¶¶ (H.R (H.R Muslim)
Adil dalam mendamaikan perselisihan - Adil
<$U, \B$ D)ZU DWT [,MU?p SUTU S)) sP! [,I[jP / DU U! . S)UU n\9] DU n$T sP WsU! .[O [,MU?p SUTU 0WU D STWT #j[ , p Dan
kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara
keduanya! tapi kalau yang satu melanggar perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah. kalau dia Telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu berlaku adil; Sesungguhnya Allah mencintai orangorang yang berlaku adil .(Q.A .(Q.A Al-Hujurat 49:9)
Adil dalam berkata - Adil
SUWT
SjU
1(
jI[WT sPn O 0WT 0Um
UmWT
Um D STT
ETnZlU! [U
dan apabila kamu berkata,
aka M aka
hendaklah kamu berlaku adil, kendatipun ia adalah kerabat(mu) dan
penuhilah janji Allah. yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat .(Q.S .(Q.S Al-An¶am 6:152) Adil terhadap musuh sekalipun - Adil
S4S S;$W RMjTd YWT W[jRM $SU YT sP! $3SU DQ;Z 0<$nHd nT WSF Sj SjU! [, on[\ E S!WT WS) ES[,U! ai H ai
orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran)
Karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. berlaku adillah, Karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah M aha aha mengetahui apa yang kamu kerjakan.( kerjakan.( Q.S Al-Maidah 5:8).
Tentu masih banyak nash Al-Qur¶an dan Sunnah tentang keadilan dalam seluruh aspek kehidupan, dan dari ayat-ayat diatas cukuplah kita dapat menyimpulkan bahwa Islam mengingatkan keadilan yang komprehensif, yang mencakup kadilan politik, ekonomi, sosial dan lain-lainnya.
D. HUBUNGAN PEMIMPIN DENGAN YANG DIPIMPIN
Al-Qur¶an menjelaskan bahwa Allah SWT adalah pemimpin bagi orang-orang yang beriman :
1IAncd S<$W qsWT rS; sP /[, \BK$ 0FWkTT TnZZ WT K$ 0I4SAncd 0S bUT /[, sP rS; RMo
0F
r; [UT ET[\
Allah peminpin orang-orang yang beriman; dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka daripada
cahaya kepada kegelapan (kekafiran). mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (Q.S AlBaqarah 2:257).
Azh-Zhulumat (kegelapan) Azh-Zhulumat (kegelapan) dalam ayat diatas adalah simbol segala kekufuran, kemusyrikan, kefasikan dan kemaksiyatan. Atau dalam bahasa sekarang Azh-zhulumat adalah bermacammacam ideologi atau isme-isme yang bertentangan dengan ajaran islam seperti komunisme, sosialisme, kapitalisme, liberalisme, materialisme, hedonisme dan lain sebagainya. Sedangkan An-nur adalah An-nur adalah simbol dari kehidupan, keimanan, ketaatan dan segala kebaikan lainnya. At-thaghut adalah sesuatu yang disembah (dipertuhan) selain dari Allah swt dan dia suka dipertuhan tersebut. Menurut Sayyid kutub, adalah sesuatu yang menentang da melanggar batas yang telah digariskan oleh Allah swt kepada hamba-hambanya. Dan dia berbentuk pandangan hidup, peradaban dan lain-lain yang tidak berlandaskan ajaran Allah SWT. Secara operasional kepemimpinan Allah SWT itu dilaksanakan oleh Rasul SAW, dan sepeninggalan beliau kepemimpinan itu diteruskan oleh orang-orang yang beriman. Hal itu dinyatakan didalam Al-Qur¶an :
SWrWT 0kWT W-4 S<$W WT DS!UdWT PQSP DS,ld DSWr 0FWT PQSZ Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah). (Q.S Al-Maidah 5:55).
A.
KRITERIA PEMIMPIN
Pemimpin ummat atau dalam ayat diatas diistilahkan dengan waliy dan dalam ayat lain (Q.S An-Nisa¶ 4:59) disebut dengan ulil amri adalah penerus kepemimpinan Rasulullah SAW setelah beliau meninggal dunia. Sebagai Nabi dan Rasul, nabi Muhammad Saw tidak bisa digantikan, tapi sebagai kepala negara, pemimpin ummat, ulil amri tugas beliau dapat digantikan. Orang-orang yang dapat dipilih menggantikan beliau sebagai pemimpin minimal harus memenuhi empat kriteria sebagaimana dijelaskan da lam surat Al-Maidah Al-Maidah ayat a yat 55 diatas. 1. Beriman kepada Allah Swt Karena ulil amri adalah penerus kepemimpinan Rasulullah Saw, sedangkan Rasul sendiri adalah pelaksana kepemimpinan Allah Swt, maka tentu saja yang pertama sekali harus
dimiliki adalah adalah keimanan (iman kepada Allah Swt,kepada Rasulullah Rasulullah dan rukun iman yang lainnya). Tanpa keimanan kepada Allah Swt dan Rasulnya bagaimana mungkin dia dapat diharapkan memimpin ummat menempuh jalan Allah Swt diatas permukaan bumi ini. endirikan 2. M endirikan
Sholat
Sholat adalah ibadah vertikal langsung kepada Allah Swt. Seorang pemimpin yang mendirikan sholat diharapkan memiliki hubungan yang baik dengan Allah Swt. Diharapkan nilai-nilai kemulian dan kebaikan yang terdapat dalam sholat dapat tercermin dalam kepemimpinannya. Misalnya nilai Kejujuran. embayarkan 3. M embayarkan
Zakat
Zakat adalah ibadah M ahdhah ahdhah yang merupakan yang merupakan simbol kesuciaan dan kepedulian sosial. Seorang pemimpin yang bezakat diharapkan selalu mensucikan hati dan hartanya. Dia tidak akan mencari dan menikmati harta dari jalan yang tidak halal( misalnya dengan korupsi, kolusi dan nepotisme).dan lebih dari apada itu dia mempunyai kepedulian sosial yang tinggi terhadap kaum dhu¶afa¶ dan mustadh¶afin. Dia akan menjadi pembela orangorang yang lemah. 4. Selalu Tunduk Patuh Kepada Allah Swt Dalam ayat diatas disebutkan pemimpin itu haruslah orang-orang yang selalu Ruku¶. Ruku¶ adalah simbol kepatuhan secara mutlak kepada Allah dan Rasulnya, yang secara kongkret dimanifestasikan dengan menjadi seorang muslim yang kafah( total), total), baik dalam aspek akidah, ibadah, akhlak maupun mu¶amalat.
B.
KEPATUHAN KEPAD KEPAD A PEMIMPIN
Kepemimpinan Allah Swt dan Rasulnya adalah kepemimpinan yang mutlak diikuti dan dipatuhi. Sedangkan kepemimpinan orang-orang yang beriman adalah kepemimpinan yang nisbi(relatif). Kepatuhan kepadanya tergantungan dengan paling kurang dua faktor : (1) faktor kualitas dan integritas pemimpin tersebut; (2) faktor arah dan corak kepemimpinannya. Kemana ummat yang dipimpinnya akan dibawah, apakah untuk menegakkan Dinullah atau tidak. Perbedaan kepatuhan itu telah di isyaratkan di dalam Firmannya:
S;$W
RMjTd
#Sn SlTWT SlT .... 1<$ q&(] sTWT ai H ai
orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya), dan ulil amri di antara kamu.... (Q.S An-
Nisa¶ 4:59).
Perintah taat kepada Rasul disebutkan secara eksplisit seperti perintah taat kepada Allah, sementara perintah taat kepada ulil amri hanya diikutkan kepada perintah sebelumnya. Artinya kepatuhan kepada ulil amri itu sendiri tergantung kepatuhan Ulil amri itu kepada Allah dan rasulnya. Untuk hal-hal yang sudah diatur dan diterapkan oleh Al-Qur¶an dan Al-Hadis, sikap pemimpin dan yang dipimpin sudah jelas, harus sama-sama tunduk pada hukum Allah. Tetapi dalam hal-hal yang bersifat ijtihadi, ditetapkan secara musyawarah dengan mekanisme yang telah disepakati bersama. Akan tetapi, apabila terjadi perbedaan pendapat yang tidak dapat disepakati antara pemimpin dan yang dipimpin, maka yang diikuti adalah pemimpin. Yang dipimpin kemudian tidak boleh menolaknya dnegan alasan pendapatnya tidak dapat diterima.
C .
PERSAU D ARAAN PEMIMPIN D PEMIMPIN DENGAN YANG DIPIMPIN
Sekalipun dalam struktur bernegara (dan juga pada level dibawahnya) ada hirarki kepemimpinan yang mengharuskan ummat atau rakyat patuh pada pemimpinnya, tetapi dala hubungan sehari-hari hubungan pemimpin dan yang dipimpintetaplah dilandaskan pada prinsip ukhuwah-ukhuwah islamiyah, buka prinsip atasan dengan bawahan, atau majikan dengan buruh,, tetapi prinsip sahabat dengan sahabat.demikianlah yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw. Kaum muslimin yang ada disekitar beliau waktu itu dipanggil dengan sebutan sahabatsahabat, suatu panggilan yang menunjukkan hubungan yang horisontal, sekalipun ada kewajiban untuk patuh sepenunya kepada beliau sebagai seorang Nabi dan Rasul. Hubungan persaudaraan seperi itu dalam praktiknya tidaklah melemahkan kepemimpinan Rasulullah saw, tetapi malah semakin kokoh karena tidak hanya didasari hubungan formal, formal, tetapi juga didasari didasari 6
hubungan hati yang penuh dengan kasih sayang.
6
Prof. Dr. H. Rachmat Jatnika : Etika berkuasa,.Hlm 7 3
dengan
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam bernegara kita seharusnya bisa menjalankan aturan-aturan sebagaimana yang ditawarkan oleh Rasulullah yaitu Akhlak bernegara seperti yang dicontohkan Rasulullah Saw dalam kepemimpinannya. Dan salah satu yang diajarkan Rasul dalam bernegara, yaitu menyelesaikan persoalan negara negara dengan
Musyawarah guna untuk mendapatkan sebuah Mufakat, Mufakat, karena
persoalan negara tidak bisa hanya diselesaikan oleh individu, makanya dibutuhkan musyawarah. Tapi perlu kita pahami dalam musyawarahpun ada aturan-aturan main yang harus dijalankan. Yang kedua Dalam kepemimpinan disebuah negara dibutuhkan sebuah sifat adil, keadilan sangat diperlukan karena dalam Al-Qur¶an sendiri keadilan harus dijalankan dalam kepemimpinan negara bahkan dalam kehidupan sehari-hari. Bukan hanya itu, bahkan terhadap musuhpun kita dianjurkan untuk adil. Yang ketiga sebagai orang yang dipimpin, kita mau menjalankan apa saja yang diperintahkan oleh pemimpin, selama apa yang diperintahkan tidak melanggar hukum syariat.
B. SARAN
Mari kita siapkan diri untuk bersegera meneladani Rasulullah SAW secara total, dengan menerapkan syariah Islam di seluruh aspek kehidupan bangsa ini secara total. Pilih pemimpin yang memiliki tekad kuat untuk meneladani Rasulullah dalam setiap aspek kehidupan. Pilih pemimpin yang hanya akan menerapkan aturan Islam secara total dalam bernegara.
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas, Lc., M.A. 1999. Kuliah Akhlak. Yogyakarta : Pustaka pelajar offset
M. Quraish Shihab. 1996 .
W awasan awasan
Al-Qur¶an,tafsir maudhu¶I atas pelbagai persoalan ummat.
Bandung : Mizan.
Muhammad Abdul Kadir. 1987 . hakekat sistem politik islam. islam . Yogyakarta : Pustaka Setia
Taufik Asy-Syawi. 1997 . Syura bukan demokrasi,terjemahan D jamaluddin Z.S . Z.S . Jakarta : Gema insani Press.
Prof. Dr. H. Rachmat Djatnika. 1996 . E tika tika Berkuasa. Jakarta : Pustaka Panjimas.