MAKALAH INDUSTRI PENGOLAHAN REFINED BLEACHED DEODORIZED (RBD) MINYAK JARAK
DI PT. KIMIA FARMA PLANT SEMARANG
BAB I PENDAHULUAN
Lemak dan minyak terdapat hampir pada semua bahan pangan dengan kandungan yang berbeda-beda. Lemak atau minyak (khususnya minyak nabati) mengandung asam-asam lemak essensial seperti asam lemak linoleat, linolenat dan aralidonat yang merupakan asam lemak pencegah penyempitan pembuluh darah darah akibat akibat penump penumpuka ukan n kolest kolestero erol. l. Lemak Lemak dam minyak minyak secara secara alami alami juga juga berfungsi sebagai pelarut bagi vitamin-vitamin A, D, E dan K. (Winarno , 1986) Minyak jarak termasuk golongan lipid yamg berasal dari bahan tumbuhtumbuhan yang mengandung minyak. Minyak jarak atau castor oil diperoleh dari
BAB II
ISI
A. Bahan ahan Baku Baku Produk Produk yang yang dihasi dihasilka lkan n PT. Kimia Kimia Farma Farma Plant Plant Semara Semarang ng adalah adalah minyak jarak, minyak kelapa, minyak kelapa sawit, minyak kacang dan minyak minyak kedelai kedelai.. Dalam Dalam pembua pembuatan tan minyak minyak jarak jarak diguna digunakan kan biji biji jarak jarak sebagai bahan baku, sedangkan pada pembuatan minyak kelapa, minyak kelapa kelapa sawit, sawit, minyak minyak kacang kacang dan minyak minyak kedelai kedelai menggu menggunak nakan an minyak minyak
memenu memenuhi hi persya persyarata ratan n perdag perdagang angan. an. Biji Biji jarak jarak yang yang diguna digunakan kan harus harus memenuhi spesifikasi sebagai berikut:
Bentuk
: bulat telur
Warna
: hitam kecoklatan
Kadar minyak
: minimal 45%
Kadar biji pecah
: maksimal 3%
Kadar air
: maksimal 6%
Kadar kotoran
: ma maksimal 2%
Angka asam
: 2-4 %
Bilangan Penyabunan
: 245-265
B. Produk Yang Dihasilkan 1. Produk Utama Produk utama yang dihasilkan oleh PT. Kimia Farma Semarang berupa Refined Bleached Deodorized (RBD) Castor oil. RBD Castor oil yang dihasilkan harus memenuhi syarat sebagai berikut :
Pemerian (physical properties)
:
cairan kental, kuning muda, tidak berbau, tidak tengik, tidak
Warna
: coklat muda
Kadar air
: maksimal 11%
Kadar minyak
: 5,5-10%
Kadar nitrogen
: minimal 5,5%
Kadar P2O5
: 1-1,5%
Kadar kalium
: 1-4%
Kadar asam lemak
: 1-4%
C. Teori Proses Produksi PT. Kimia Farma Plant Semarang dalam melakukan proses pengolahan minyak berdasarkan pada sifat fisik dan kimia minyak tersebut dan hasil akhir
Biji jarak yang merupakan bahan baku minyak jarak pada proses pressing akan menghasilkan minyak kasar (crude oil) yang akan dimurnikan pada proses refining. Setelah melalui 2 tahapan tersebut akan dihasilkan : 1.
Produk utama, berupa RBD (Refined Bleached Deodorized) castor
oil. 2.
I.
Produk samping, berupa asam lemak (fatty acid) dan ampas.
Proses Pengambilan Minyak Proses pengambilan minyak dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu
dengan pengepresan dan ekstraksi solvent.
Tekanan yang digunakan pada pengepresan hidrolik sampai dengan 2000 lb/in 2 (136 atm). Hasil yang diperoleh tergantung dari waktu proses, tekanan, dan kadar minyak dalam biji. Kadar minyak sisa pada bungkil 4.6%. 2. Pengepresan Expeller Pengepresan
ini
(cooking/tempering)
didahului yaitu
dengan
proses
proses
pematangan
pemasakan biji
dengan
pemanasan untuk melunakkan dan menaikkan viskositas minyak, sehingga memudahkan keluarnya minyak. Suhu pemanasan bervariasi antara 80-1150C. Kadar minyak dalam bungkil 4-6%.
disolvent ekstraksi untuk diambil minyaknya yang masih terkandung didalamnya. 1.2.
Solvent ekstraksi Prinsip dari proses pengambilan minyak dengan cara ini adalah
dengan melarutkan biji dalam pelarut minyak. Minyak yang diperoleh biasanya akan lebih maksimal sedangkan ampasnya mengandung minyak dengan kadar lebih rendah (± 1% atau lebih rendah). Ekstraksi dengan solvent biasanya digunakan pada biji dengan kadar minyak rendah. Untuk castor oil, proses ekstraksi dilakukan pada ampas hasil pressing, hal ini dikarenakan ampas hasil pressing masih mengandung minyak ± 6 %.
Pelarut yang dianggap baik untuk ekstraksi adalah memenuhi syaratsyarat diatas. Namun tak ada solvent yang benar-benar ideal. Solventsolvent yang digunakan diantaranya adalah : 1. Petroleum eter Merupakan minyak hasil refinery dengan titik didih 30-700C, mempunyai sifat stabil dan mudah menguap, maka sangat baik untuk proses ekstraksi. Akan tetapi mempunyai kelemahan yaitu kehilangan pelarut cukup besar selama proses berlangsung. 2. Benzena
Penggunaannya dapat menghasilkan rendemen minyak cukup tinggi. Misal 80% Petroleum Eter, 20% Ethylen Diclonde akan menghasilkan pelarut campuran yang mempunyai sifat lebih baik dari Petroleum Eter murni karena dapat mengekstrak lebih baik zat-zat bahan alam. Melihat penjelasan diatas pemilihan solvent dalam mengekstrak suatu bahan adalah hal yang menentukan hasil akhir suatu eksraksi. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap ekstraksi yaitu:
1. Pengaruh Suhu Suhu pada proses ekstraksi ini berpengaruh terhadap kelarutan dan
Semakin banyak solvent yang digunakan, semakin banyak ekstrak yang diperoleh karena distribusi partikel dalam pelarut semakin menyebar, sehingga memperluas permukaan kontak. 4. Faktor Ukuran Partikel Proses ekstraksi akan berlangsung dengan baik bila diameter partikel diperkecil. Ukuran partikel yang kecil akan memperluas permukaan kontak antara
partikel
dengan pelarut
sehingga memperbesar
perpindahan partikel. Namun tidak dikehendaki ukuran partikel yang terlalu kecil atau halus karena semakin mahal biaya penghalusan dan semakin sulit dalam pemisahannya.
Minyak atau lemak kasar (crude oil) yang diperoleh dari hasil pengepresan maupun ekstraksi solvent dimurnikan sebelum digunakan lebih lanjut. Adapun fungsi dari pemurnian adalah untuk menghilangkan kotorankotoran yang merugikan yang sangat besar pengaruhnya terhadap bau dan rasa yang tidak menyenangkanpada minyak. Sebelum minyak dimurnikan, dilakukan perlakuan pendahuluan untuk menghilangkan pengotor (impurity), dan menaikkan stabilitas minyak dalam penyimpanan. Adapun langkahlangkah proses pemurnian minyak adalah sebagai berikut: 1.
Pemisahan Kotoran
Pengotor dalam minyak dibagi dalam tiga kategori:
Pemisahan senyawa terlarut di dalam minyak tergantung dari tujuan akhir minyak, dimana prosesnya dilkukan dalam rangkaian proses refining. 2.
Penghilangan gum (degumming) Degumming adalah merupakan proses pendahuluan sebelum minyak dinetralisasi (pre-treatment netralisasi) yang bertujuan untuk menghilangkan gum-gum yang menghambat pemisahan soapstock dari minyak pada tahap netralisasi. Selain itu juga untuk menghilangkan phospatida, resin dan protein tanpa mengurangi jumlah asam lemak bebas yang ada pada minyak.
mengendapkan
pengotor-pengotor.
Setelah
dilakukan
perlakuan
pendahuluan, minyak dimurnikan dengan tahapan proses netralisasi, docolorisasi, dan deodorisasi. (Anderson,AIC, 1962) 3.
Netralisasi Minyak dan lemak selain mengandung gliserida, tetapi juga
mengandung asam lemak bebas dengan persentase tertentu. Banyaknya asam lemak bebas yang terkandung dalam minyak menunjukan tingkat keasaman dari minyak. Bila suatu minyak dikatakan mempunyai derajat keasaman 2, artinya dalam minyak tersebut terdapat asam lemak bebas sebesar 2 % berat minyak.
NaOH yang ditambahkan 150 % lebih banyak dari kebutuhan stoikiometri, tergantung dari kandungan asam lemak bebas atau derajat keasamannya. Digunakan NaOH 50 % berlebih agar terbentuk emulsi antara asam lemak bebas dengan NaOH yang lebih sempurna. Sabun yang terbentuk diendapkan sehingga terpisah dari minyak, kemudian sabun ini diolah kembali untuk dijadikan asam lemak. Untuk membantu pengendapan sabun yang terbentuk dan menggumpalkan sisasisa gum yang mungkin masih ada maka ditambahkan larutan NaCl untuk
menambah efektivitas flokulasi. (Anderson, AIC,
1962).
Kemudian minyak dicuci dengan air panas dengan suhu 70-80 0C hingga
5.
Pemucatan (decolorisasi) Untuk menghilangkan komponen-komponen penyebab warna
yang tidak diinginkan dalam minyak (karoten, xantofil, dan klorofil) dilakukan proses decolorisasi, dengan menggunakan bleaching earth dan karbon aktif sebagai adsorben. Penyerapan zat warna oleh adsorben secara fisik, dapat diuraikan sebagai berikut : Minyak + zat warna + Adsorben
Minyak + Adsorben + zat
warna Alasan pemilihan karbon aktif dan bleaching earth sebagai adsorben yaitu :
b.
Mencegah hidrolisa minyak oleh uap air
c.
Mencegah terjadinya oksidasi oleh udara Setiap 6 ton minyak kasar ditambahkan 75 kg Bleaching earth dan 40 kg karbon aktif. Penggunaan karbon aktif lebih sedikit karena lebih efektif dan dapat manyerap 95-97% dari total zat warna yang terdapat dalam minyak. Setelah zat warna diserap oleh absorben, kemudian absorben dipisahkan dari minyak dengan menggunakan penyaring tekan (filter press).(Bernardini,Ernesto,1983) 6.
Penghilangan Bau (deodorisasi) Tujuan dari deodorisasi adalah menghilangkan komponen-
Pelaksanaan pada tahap ini, pertama-tama minyak dimasukkan ke dalam tangki deodorisasi yang telah dibuat vakum sesuai temperatur dan steam dimasukkan secara langsung. Kemudian, minyak dimasukkan dalam cooler dan temperatur minyak diturunkan menjadi 30-40 oC dan setelah alat disamakan tekanannya dengan tekanan luar, produk dikeluarkan.
D. Langkah-langkah Proses Produksi Proses produksi yang dilakukan oleh P.T. Kimia Farma Plant Semarang
Langkah Penyiapan Bahan Baku bertujuan untuk : •
Membersihkan biji jarak dari kotoran-kotoran.
•
Memanaskan biji jarak dengan menggunakan heating pan.
•
Memisahkan minyak dari bijinya dengan cara pengepresan.
•
Menyaring minyak hasil pengepresan dengan vibrating screen. •
Memisahkan gum dari minyak (degumming).
•
Memisahkan gumpalan gum
yang terbentuk
dari proses
degumming dengan cara menyaring minyak dengan menggunakan filter press. Agar diperoleh produk minyak yang berkualitas baik, bahan baku
dimasukkan ke dalam loading frame (1). Dalam loading frame terdapat saringan yang dapat memisahkan ranting dan kerikil, sehingga kotoran berupa ranting akan tertahan pada loading frame. Setelah pembersihan dalam loading frame, biji jarak dibawa dengan bucket elevator (2) menuju ke aspirator (3), bertujuan untuk menghilangkan kotoran berupa debu dan logam-logam yang terikat sebanyak 2 %. Aspirator dilengkapi dengan ayakan magnet yang bergetar, sehingga kotoran berupa logam akan tertinggal di ayakan karena gaya magnet, sedangkan debu akan naik keatas akibat getaran dari penyaring. Debu berterbangan dan disedot oleh dust duck (4) dan
Selanjutnya biji dipress dengan menggunakan 3 buah expeller. Expeller I berfungsi untuk pengepresan awal dari silo. Expeller II dan III untuk mengepress ampas hasil pengepresan awal yang masih banyak mengandung minyak, dengan demikian pengepresan II dan III dapat mengurangi kemungkinan terbuangnya minyak sehingga minyak hasil pengepresan yang optimum. Sebelum pengepresan biji jarak dilakukan, expeller, conveyor, cake mill, bucket elevator, bagging warm dihidupkan terlebih dahulu. Pada saat pengepresan dimulai, handle dibawah silo dibuka sehingga biji dapat keluar dan diangkut secara horisontal oleh conveying warm
e.
Mengatur kadar air. Heating pan expeller I disusun dalam 3 tingkat dan tiap-tiap
susunan dilengkapi dengan pengaduk dan coil pemanas. Hal ini dimaksudkan agar pemanasan berlangsung secara bertahap, panas a kan lebih merata dan biji yang akan dipress tidak hangus. Pemanasan dalam heating pan dilakukan pada suhu 80 0C secara uap tak langsung (indirect steam) dengan mantel (jacket) pemanas dan diaduk agar pemanasan merata. Dalam pemanasan ini, jika kadar air dalam biji kurang dari 7 % maka perlu ditambah uap langsung (direct steam), sedang bila kadar air dalam biji lebih dari 7 % maka dengan pemanasan akan menurunkan kadar air tersebut.
diumpankan ke heating pan II dan III lalu dipress di expeller II (27) dan III (28). Hasilnya adalah minyak kasar dan ampas akhir. Minyak terdiri dari crude oil sebanyak 38,5 dan bungkil sisa yang mengandung 4-7 % minyak serta 6,5-7 % air. Minyak ditampung pada penampung sementara (29), sedang ampasnya dibawa oleh conveying warm (34), diangkut bucket elevator (35) dan masuk ke cake mill (37), kemudian dibawa conveying warm (40) ke bagging warm (38) dan ditimbang di scale for weighing filled bags (39), lalu dikemas dalam karung, siap dipasarkan untuk bahan baku pakan ternak.
Pada proses ini terdapat 2 tangki degumming yang beroperasi secara bergantian dengan kapasitas masing-masing 2,7 ton. Dalam tangki degumming, minyak mengalami pengadukan dan pemanasan. Pengadukan dengan kecepatan 15 rpm dilakukan sejak minyak masuk sampai proses penyaringan selesai. Saluran jacket pemanasan dapat berlansung pada suhu 70 oC selama 2-3 jam, setelah itu ditambahkan larutan NaCl 1% berat minyak untuk mengikat gum membentuk gumpalan sehingga dapat mengendap dan mudah dipisahkan dari minyak. Penambahan NaCl maupu direct steam dilakukan secara perlahan-lahan dengan cara disemprotkan selama ±15 menit untuk menghindari terjadinya emulsi. Suhu operasi dinaikkan menjadi 100 oC
penampungan sementara (45) lalu dipompa ke kontainer (47) dan siap untuk dimurnikan. 2.
Langkah Pemurnian (Unit
Refining) Untuk mengolah minyak kasar menjadi minyak murni yang memenuhi syarat dan standar yang diinginkan konsumen atau pasar dilakukan proses refining yang bertujuan :
Menghilangkan rasa dan bau yang tidak enak dalam minyak.
Menghilangkan warna yang tidak diinginkan dalam minyak.
Memperpanjang masa simpan minyak murni.
Proses netralisasi diawali dengan mengalirkan minyak kasar (bebas gum) dalam tangki penyimpanan sementara menuju ke tangki penimbangan (49) untuk mengetahui berat minyak dan jumlah NaOH yang dibutuhkan untuk menyabunkan minyak. Kemudian minyak dipompa (50) lagi ke tangki netralisasi (51) yang berkapasitas 6 ton. Dalam tangki netralisasi, minyak dipanaskan pada suhu 80 oC dengan jacket steam dan diaduk dengan kecepatan 15 rpm. Kemudian, minyak ditambahkan air garam sebanyak 5% (53) dari berat minyak yang mengandung 20% NaCl (54) sambil menaikkan
2)
Pemucatan (decolorisasi)
Proses decolorisasi terdiri dari dua tahap, yaitu : a.
Pengeringan (drying) Pengeringan bertujuan untuk menguapkan sisa-sisa air yang masih terdapat dalam minyak, untuk mencegah hidrolisa yang dapat mengakibatkan kenaikkan kandungan asam lemak bebas (FFA), dengan cara memvakumkan tangki drying dan bleaching yang berkapasitas 1000 liter (59) dengan tekanan 1520 mmHg menggunakan vakum kondensor. Selain itu, kondisi vakum dapat mencegah terjadinya reaksi oksidasi minyak yang
(CA) dengan perbandingan 75 kg BE dan 40 kg CA ke dalam tangki proses (61). Suhu pada saat penambahan adsorben ± 100 oC untuk mempercepat reaksi. Campuran adsorben dan minyak diaduk selama ± 1 jam (62), lalu suhu diturunkan menjadi 80oC, kemudian proses pemucatan dan pemvakuman dihentikan (63). Selanjutnya minyak di pompa ke filter press (64) untuk disaring agar adsorben terpisah dari minyak. Hasil dari penyaringan ditampung dalam penampungan sementara (65) bleching agent dialirkan keluar, sedangkan minyak dipompa ke dalam tangki
Setelah acid value (AV) dari minyak telah sesuai dengan standar yaitu AV = 2, ditambahkan larutan asam sitrat (0,5 kg asam sitrat dalam 1 liter air) dari tangki (69) sebanyak 0,5% dari minyak. Penambahan asam sitrat dilakukan untuk mengikat logam-logam yang terkandung dalam minyak. Ion logam tersebut merupakan katalisator pada reaksi oksidasi minyak yang dapat membentuk persenyawaan komplek dengan hasil oksidasi asam lemak dan berubah menjadi radikal bebas. Pemanasan dilakukan selama ± 30 menit untuk menghilangkan kadar air dari larutan asam sitrat. Setelah proses deodorisasi selesai, minyak siap dialirkan ke tangki pendingin (cooler tank) (70).
cooler (71) sambil dilakukan pengadukan untuk mempercepat pendinginan. Proses pendinginan ini berlangsung pada suhu 75 oC selama ± 2 jam. Setelah pendinginan, tekanan di tangki cooler disamakan dengan tekanan di luar tangki dan kemudian ditambahkan antioksidant. Kemudian minyak dipompa ke filter press (72) untuk disaring, lalu ditampung pada tangki penampungan sementara (73). Hasil dari penyaringan ini disebut Refined Bleached Deodorized (RBD) yang mempunyai kadar 88% dari crude oil sebagai umpan masuk. Selanjutnya minyak dipompa ke tangki penampungan (74)
Dalam perkembangannya, P.T. Kimia Farma Plant Semarang telah memanfaatkan kemajuan tehnologi dengan tidak melupakan dampak negatif yang dapat ditimbulkan oleh kegiatan produksi tersebut. Hal ini terbukti dengan
tersedianya
sarana
instalasi
pengolahan
limbah
cair
untuk
menanggulangi pencemaran air dan tanah. Selain itu, pemanfaatan limbah padat juga dilakukan untuk menanggulangi pencemaran tanah. Adapun produk samping (limbah) yang dihasilkan yaitu : a.
Ampas biji jarak pada proses pressing yang digunakan sebagai
pupuk tanaman. b.
Asam lemak bebas pada proses refining diolah lebih lanjut sebagai
Proses sanitasi berupa cairan desinfektan.
Pencucian drum berupa minyak yang melekat pada drum dan
cairan pencucinya. 1.
Proses Pengolahan Limbah Cair Limbah cair di P.T. Kimia Farma Plant Semarang berasal dari proses pencucian soapstock, proses pencucian minyak, air pencuci drum dan sanitasi. Langkah proses yang dilakukan pada pengolahan limbah adalah sebagai berikut : 1) limbah cair ditampung dalam bak equalisasi dan dialirkan ke instalasi penanganan limbah cair melalui 2 buah pompa yang bekerja secara
mengalir secara berlebih (overflow) sampai habis 1 tangki, untuk penambahan nutrisi pada masing-masing bak melalui pipa-pipa inlet. Dari bak anaerob I, limbah dialirkan ke bak anaerob II dan kemudian dialirkan menuju bak anaerob III secara overflow. Proses anaerob dilakukan secara berurutan di dalam 3 buah bak anaerob tertutup. Dalam bak anaerob berisi lumpur anaerob yang didalamnya terkandung bakteri anaerob, diantaranya bakteri metana, fakultatif, nitrifikasi, dan protozoa. Jumlah lumpur untuk bak anaerob I adalah 1/3 volume bak. Sedangkan bak anaerob 2 dan 3 jumlah lumpur masing-masing 200 dan 300 cc/l. Proses fermentasi oleh bakteri metana
menguraikan bahan organik dan setelah itu air limbah mengalir secara berlebihan (over flow). 4) Dari bak anaerob 3, air limbah mengalir secara berlebihan (overflow) ke bak aerasi. Proses aerob dilakukan berurutan dalam 2 bak aerasi terbuka, masing-masing dilengkapi dengan 3 alat aerasi menggunakan pompa injeksi (aerator injection pump). Pipa-pipa sirkulasi udara diletakkan di dalam bak. Lumpur aktif berfungsi sebagai pengurai zat-zat organik seperti protein dan karbohidrat menjadi senyawa yang lebih sederhana sehingga air limbah mempunyai angka Chemical Oxygen Demand (COD) dan Biological Oxygen Demand (BOD) yang rendah serta memenuhi standar yang telah ditetapkan.
Reaksi peruraian air limbah secara aeron didalam bak aerob adalah sebagai berikut : Oksidasi bahan organik : (CH2On) + nO2
CO2 + nH2O + energi
Sintesa sel : (CH2O)n + NH3 + O2
enzim okssidase
komponen sel + CO2 + nH2O + energi
Oksidasi sel : Komponen sel + O2
CO2 + H2O + NH3 + energi
Lama proses aerasi dalam bak aerasi I adalah 11 jam. Pada bak aerasi II adalah 8 jam dan pengalirannya secara overflow. Pemeriksaan terhadap
LIMBAH CAIR
BAK EKUALISASI
TANGKI PENETRALAN pH
ICP pH
BAK ANAEROB I
ICP: pH, DO, COD BAK ANAEROB II
2.
Proses Pengolahan Limbah Padat Limbah padat yang dihasilkan P.T. Kimia Farma Plant Semarang berupa ampas biji jarak hasil proses pengepressan dan soapstock dari proses penetralan minyak. Ampas biji jarak yang dihasilkan dari expeller II dan III langsung dibawa menuju gudang dan dikema untuk dijual sebagai pupuk. Sedangkan soapstock dijual sebagai bahan pembuat sabun.
BAB III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN 1.
Peralatan pada unit pressing di P.T. Kimia Farma Plant Semarang hanya digunakan untuk memproduksi minyak jarak. 2. Pengawasan mutu dilakukan mulai dari bahan masuk, selama proses dan produk akhir. Dengan demikian penyimpangan mutu dapat diketahui dengan cepat dan minyak yang dihasilkan mempunyai mutu yang baik sesuai dengan standar mutu yang telah ditetapkan. 3. Usaha untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas produk minyak
2. Perlu dilakukan modernisasi peralatan terhadap instrumentasi pada proses produksi dengan sistem otomatisasi untuk mengurangi faktor kesalahan manusia yang dapat menurunkan kualitas minyak yang dihasilkan. 3. Pada proses pengolahanlimbah, penggantian ikan sebagai indikator biotik perlu dilakukan untuk menjaga tingkat kekebalan/resisten ikan tersebut terhadap limbah.
DAFTAR PUSTAKA
Andersen, AIC, , 1962, “Refining of oil and Fats for Edible Process”, 2 nd Edition, Pergamon Press Ltd, London. Bernardini, Ernesto,1983, “Vegetable Oils and Fats Processing”, Publishing house, Rome. Daniel Swern, Bailey,1964, “Industrial Oil and Fat Raw Material”, 3 rd Edition, Interscience Publisher, A Division of John Wiley and Sons, Sydney. Keteren, S,1986,”Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan”, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta. Soemardini,1974,”Industrial Oil and Seed Raw Material”, 4 th Edition, Mc Graw Hill Book, Co Ltd, London.