LAPORAN PENDAHULUAN PADA Nn. I DENGAN DIAGNOSA KEPERAWATAN CEDERA OTAK RINGAN (COR) DI IRNA 2 RSUA SURABAYA
STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I
OLEH: AYUYUS KAHARAP NIM. 2012.C.04a.04! 2012.C.04a.04!
YAY YAYASAN EKA HARA H ARAP P PALANGKA RAYA RAYA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI PRO"ESI NERS TAHUN A#ARAN 201$%201&
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN CIDERA OTAK RINGAN (COR) A. CIDERA OTAK RINGAN 1. D'n*
Trauma atatu cidera kepala dapat dikenal juga sebagai cidera otak adalah gangguan fungs normal otak karea trauma baik trauma tumpul ataupun trauma tajam (Batticaca, 2008). Cedera kepala adalah cedera ang dapat mengakibatkan kerusakan otak akibat perdarahan dan pembengkakan otak sebagai respon terhadap cedera dan penebab peningkatan tekanan intra kranial (T!"). (#melt$er % Bare, 2002). Cidera otak ringan merupakan suatu kondisi dimana terjadi kehilangan fungsi neurologis sementara dan tanpa adana kerusakan struktur (Batticaca, 2008).
2. K+a*,a*
&eimer (dalam Barbara (')), mengklasifikasikan cidera kepala akut sebagai berikut a) "eadaan kulit kepala dan tulang tengkorak ') Trauma kepala tertutup "eadaan truma kepala tertutup dapat mengakibatkan kondisi komosio, kontusio, epidura hematoma, subdural hematoma, intrakranial hematoma. 2) Trauma kepala terbuka "erusakan otak dapat terjadi bila tulang tengkorak masuk dalam jaringan otak dna melukai atau merobek dura mater dan menebabkan Cairan #erebro #pinal (C##) merembes, serta terjadi kerusakan saraf otak dan jaringan otak. b) Trauma pada jaringan otak ')
"onkusio (ditandai dengan adana kehilangan kesadaran sementara tanpa adana kerusakan jaringan otak, dan terjadi edema serebral).
2) "ontusio (ditandai leh adana perlukaan pada permukaan jaringan otak ang menebabkan perdarahan pada area ang terluka, perlukaan pada permukaan jaringan otak ini dapat terjadi pada sisi ang terkena (coup) atau pada sisi ang berla*anan (contra coup) +) aserasi (ditandai oleh adana perdarahan ke ruang sub arakhnoid, ruang epidural atau sub dural).
Berdasarkan hasil pemeriksaan -C# atau berta ringanna cidera kepala, Cidera kepala dibagi menjadi +, aitu a) Cidera kepala ringan, bila -C# '+'/ b) Cidera kepala sedang, bila -C# '2 c) Cidera kepala berat, bila -C# kurang atau sama dengan 8.
Berdasarkan morfologina cidera kepala dibagi menjadi a) 1raktura tengkorak ') "alaria •
inear atau stelata
•
3epressed atau nondepressed
•
Terbuka atau tertutup
2) 3asar tengkorak •
3engan atau tanpa kebocoran C4#
•
3engan atau tanpa paresis 4 5!!
b) esi intrakranial ') 1okal •
6pidural
•
#ubdural
•
!ntraserebral
2) 3ifusa •
"omosio ringan
•
"omosio klasik
•
Cedera aksonal difusa
. E-+/
7enurut Cor*in (200'), penebab dari cedera kepala adalah kecelakaan lalu lintas, perkelahian, jatuh dan cedera olah raga. Cedera kepala terbuka sering disebabkan oleh peluru atau pisau. "ecelakaan,jatuh, kecelakaan kendaraan motor atau sepeda, dan mobil. "ecelakaan pada saat olah raga, anak dengan ketergantungan, dan dapat terjadi pada anak ang cedera akibat kekerasan, (#uriadi % uliani 200'). Cidera kepala tumpul dapat terjadi karena adana kecelakaan dengan kecepatan tinggi misalna kecelakaan bemotor, kecepatan rendah biasana terjadi akibat jatuh dari ketinggian, dipukul dengan benda tumpul. Cidera kepala tembus dapat disebabkan oleh peluru, tusukan. 9dana penetrasi selaput dura menentukan apakan suatu cedera termasuh cidera tembus ataupun cidera tumpul.
4. Pa-*+/
:ada cedera kepala, kerusakan otak dapat terjadi dalam dua tahap aitu cedera primer dan cedera sekunder. Cedera primer merupakan cedera pada kepala sebagai akibat langsung dari trauma, dapat disebabkan benturan langsung kepala dengan suatu benda keras maupun oleh proses akselarasi deselarasi gerakan kepala (-ennarelli, ';). 3alam mekanisme cedera kepala dapat terjadi peristi*a coup dan contrecoup. Cedera primer ang diakibatkan oleh adana benturan pada tulang tengkorak dan daerah sekitarna disebut lesi coup. :ada daerah ang berla*anan dengan tempat benturan akan terjadi lesi ang disebut contrecoup (:erdosi, 200<). 9kselarasideselarasi terjadi karena kepala bergerak dan berhenti secara mendadak dan kasar saat terjadi trauma. :erbedaan densitas antara tulang tengkorak (substansi solid) dan otak (substansi semisolid) menebabkan tengkorak bergerak lebih cepat dari muatan intrakranialna. Bergerakna isi dalam tengkorak memaksa otak membentur permukaan dalam tengkorak pada tempat ang berla*anan dari benturan (contrecoup) (=icke, 200+).
Cedera sekunder merupakan cedera ang terjadi akibat berbagai proses patologis ang timbul sebagai tahap lanjutan dari kerusakan otak primer, berupa perdarahan, edema otak, kerusakan neuron berkelanjutan, iskemia, peningkatan tekanan intrakranial dan perubahan neurokimia*i.
. Tana an /'a+a
"onkusio otak setelah cidera kepala adalah kehilangan fungsi neurologis sementara tanpa adana kerusakan struktural, umumna terjadi periode ketidaksadaran ang bersangsung beberapa detik sampai beberapa menit. -etaran otak mungkin sangat ringan sehingga hana manababakan pusing dan mata berkunangkunang. >ika mengenai lobus frontalis pasien mungkin menunjukkan perilaku kacau (bi$are) irasional. >ika terkena lobus temporalis, pasien akan menunjukkan amnesia temporee atau disorientasi (Baughman % =ackle, 2000). :ada cidera kepala ringan terdapat tanda dan gejala ang mungkin muncul, antara lain (7utta?in, 2008) a) 3isfungsi neurologis sementara dan dapat pulih kembal b) =ilang kesadaran sementara, krang lebih '020 menit, beberapa literatur menebutkan sampai +0 menit c) 4teri kepala d) :using e) 7untah f) 3isorientasi sementara g) Tidak ada gejala sisa
$. K3+,a*
"omplikasi ang muncul dari C"& aitu dapat menebabkan kemunduran pada kondisi pasien karena perluasan hematoma intrakranial, edema serebral progressif dan herniasi otak. 6dema serebral adalah penebab paling umum dari peningkatan tekanan intrakranial pada pasien ang mendapat cedera kepala.
"omplikasi lain aitu defisit neurologi dan psikologi (tidak dapat mencium baubauan, abnormalitas gerakan mata, afasia, defek memori dan epilepsi) (Brunner % #uddarth, 2002).
&. P'na-a+a,*anaan
:enatalaksanaan cedera kepala sesuai dengan tingkat keparahanna, berupa cedera kepala ringan, sedang, atau berat. Tidak semua pasien cedera kepala perlu di ra*at inap di rumah sakit. !ndikasi ra*at antara lain a) 9mnesia posttraumatika jelas (lebih dari ' jam) b) &i*aat kehilangan kesadaran (lebih dari '/ menit) c) :enurunan tingkat kesadaran d) 4eri kepala sedang hingga berat e) !ntoksikasi alkohol atau obat f) 1raktura tengkorak g) "ebocoran C##, otorrhea atau rhinorrhea h) Cedera penerta ang jelas i) Tidak puna orang serumah ang dapat dipertanggungja*abkan j) CT scan abnormal :rinsip penanganan a*al pada pasien cedera kepala meliputi surei primer dan surei sekunder. 3alam penatalaksanaan surei primer halhal ang diprioritaskan antara lain air*a, breathing, circulation, disabilit, dan e@posure, ang kemudian dilanjutkan dengan resusitasi. :ada penderita cedera kepala khususna dengan cedera kepala berat surei primer sangatlah penting untuk mencegah cedera otak sekunder dan mencegah homeostasis otak. !ndikasi untuk tindakan operatif pada kasus cedera kepala ditentukan oleh kondisi klinis pasien, temuan neuroradiologi dan patofisiologi dari lesi. #ecara umum digunakan panduan sebagai berikut a) olume masa hematom mencapai lebih dari A0 ml di daerah supratentorial atau lebih dari 20 cc di daerah infratentorial
b) kondisi pasien ang semula sadar semakin memburuk secara klinis, serta gejala dan tanda fokal neurologis semakin berat c) terjadi gejala sakit kepala, mual, dan muntah ang semakin hebat d) pendorongan garis tengah sampai lebih dari + mm e) terjadi kenaikan tekanan intrakranial lebih dari 2/ mm=g. f) terjadi penambahan ukuran hematom pada pemeriksaan ulang CT scan g) terjadi gejala akan terjadi herniasi otak h) terjadi kompresi obliterasi sisterna basalis "ontusio ringan atau sedang biasana diterapi dengan obserasi dan tirah baring. 7ungkin diperlukan ligasi pembuluh darah ang pecah dan eakuasi hematoma searah bedah.
5. P'3'6,*aan a/n*-,
:emeriksaan diagnostik tengkorak dengan sinar dapat mengidentifikasi lokasi fraktur atau hematoma. CT #can atau 7&! dapat dengan cermat menentukan letak dan luas cedera. (6li$abeth, >. 200'). :emeriksaan radiologis ang paling sering dan mudah dilakukan adalah rontgen kepala ang dilakukan dalam dua posisi, aitu anteroposterior dan lateral. !dealna penderita cedera kepala diperiksa dengan CT #can, terutama bila dijumpai adana kehilangan kesadaran ang cukup bermakna, amnesia, atau sakit kepala hebat. !ndikasi pemeriksaan CT #can pada kasus cedera kepala adalah a) bila secara klinis (penilaian -C#) didapatkan klasifikasi cedera kepala
sedang dan berat. b) cedera kepala ringan ang disertai fraktur tengkorak c) adana kecurigaan dan tanda terjadina fraktur basis kranii d) adana defisit neurologi, seperti kejang dan penurunan gangguan
kesadaran e) sakit kepala ang hebat f) adana tandatanda peningkatan tekanan intrakranial atau herniasi
jaringan otak g) kesulitan dalam mengeliminasi kemungkinan perdarahan intraserebral.
-ambar '. Glasgow Coma Scale
PATHWAYS Trauma langsung (jatuh, kecelakaan)
Benturan pada kepala, trauma tertutup
Cidera kepala
Perdarahan hematoma
Perubahan sirkulasi
#angguan autoregulasi
Peningkatan TIK $liran darah ke otak terganggu
Rangsangan saraf ketegangan Peningkatan seksresi asam lambung
Kontraksi otot leher da kepala
%uplai &' menurun
$sam laktat
Iritasi lambung ual !nausea
Tekanan pada serabut saraf
muntah
Konstriksi pada pembuluh dash dasar
&edem otak
Ketidakefektifan perfusi jaringan* Kehilangan cairan secara masi"
Kekurangan "olume
Pusing
eri akut
#irus medialis lobus temporalis tergeser
+erniasi ulkus esensefalon
Ketidakefektifan pola
#angguan kesadaran
ASUHAN KEPERAWATAN 1. Da-a 7an/ '6+8 ,a
a) Breathing (B') "ompresi pada batang otak akan mengakibatkan gangguan irama jantung, sehingga terjadi perubahan pada pola napas, kedalaman, frekuensi maupun iramana, bisa berupa Chene #tokes atau 9ta@ia breathing. 4apas berbuni, stridor, ronkhi, *hee$ing ( kemungkinana karena aspirasi), cenderung terjadi peningkatan produksi sputum pada jalan napas. b) Blood (B2) 6fek peningkatan tekanan intrakranial terhadap tekanan darah berariasi. Tekanan pada pusat asomotor akan meningkatkan transmisi
rangsangan
parasimpatik
ke
jantung
ang
akan
mengakibatkan denut nadi menjadi lambat, merupakan tanda peningkatan tekanan intrakranial.
:erubahan frekuensi
jantung
(bradikardia, takikardia ang diselingi dengan bradikardia, disritmia) c) Brain (B+) otak akibat cidera kepala. "ehilangan kesadaran sementara, amnesia seputar kejadian, ertigo, sinkope, tinitus, kehilangan pendengaran, baal pada ekstrimitas. Bila perdarahan hebatluas dan mengenai batang otak akan terjadi gangguan pada nerus cranialis, maka dapat terjadi ') :erubahan status mental (orientasi, ke*aspadaan, perhatian, konsentrasi, pemecahan masalah, pengaruh emositingkah laku dan memori). 2) :erubahan dalam penglihatan, seperti ketajamanna, diplopia, kehilangan sebagian lapang pandang, foto fobia. +) :erubahan pupil (respon terhadap cahaa, simetri), deiasi pada mata. A) Terjadi penurunan daa pendengaran, keseimbangan tubuh. /) #ering timbul hiccupcegukan oleh karena kompresi pada nerus agus menebabkan kompresi spasmodik diafragma.
;) -angguan nerus hipoglosus. -angguan ang tampak lidah jatuh kesalah satu sisi, disfagia, disatria, sehingga kesulitan menelan. d) Blader (BA) :ada cidera kepala sering terjadi gangguan berupa retensi, inkontinensia uri, ketidakmampuan menahan miksi. e) Bo*el (B/) Terjadi penurunan fungsi pencernaan bising usus lemah, mual, muntah (mungkin proektil), kembung dan mengalami perubahan selera. -angguan menelan (disfagia) dan tergangguna proses eliminasi ali. f) Bone (B;) :asien cidera kepala sering datang dalam keadaan parese, paraplegi. :ada kondisi ang lama dapat terjadi kontraktur karena imobilisasi dan dapat pula terjadi spastisitas atau ketidakseimbangan antara otototot antagonis ang terjadi karena rusak atau putusna hubungan antara pusat saraf di otak dengan refleks pada spinal selain itu dapat pula terjadi penurunan tonus otot.
2. Da/n*a ,''6a9a-an
a. "etidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penghentian aliran darah (hemoragi, hematoma) b. 4eri akut berhubungan dengan adana laserasi pada kepala c. "ekurangan olume
cairan berhubungan dengan output ang
berlebihan d. "etidakefektifan
pola
napas
berhubungan
dengan
kerusakan
neuromuskuler akibat cedera kepala. . R'nana A*8;an K''6a9a-an
'. "etidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penghentian aliran darah (hemoragi, hematoma) Tujuan #etelah dilakukan tindakan kepera*atan selama +2A jam pasien akan dapat 7empertahankan motoriksensorikna.
tingkat
kesadaranna,
kognisi,
dan
fungsi
"riteria =asil Tandatanda ital stabil Tidak ada tanda peningkatan T!" !nterensi &asional Tentukan faktorfaktor g :enurunan tandagejala neurologis atau menebabkan komapenurunan perfusi kegagalan dalam pemulihanna setelah jaringan otak dan potensial peningkatan serangan a*al, menunjukkan perluna T!". pasien dira*at di pera*atan intensif. :antau catat status neurologis secara 7engkaji tingkat kesadaran dan teratur dan bandingkan dengan nilai potensial peningkatan T!" dan standar -C#. bermanfaat dalam menentukan lokasi, perluasan dan perkembangan kerusakan ##:. 6aluasi keadaan pupil, ukuran, &eaksi pupil diatur oleh saraf cranial kesamaan antara kiri dan kanan, reaksi okulomotor (!!!) berguna untuk terhadap cahaa. menentukan apakah batang otak masih baik. Dkuran kesamaan ditentukan oleh keseimbangan antara persarafan simpatis dan parasimpatis. &espon terhadap cahaa mencerminkan fungsi ang terkombinasi dari saraf kranial optikus (!!) dan okulomotor (!!!). :antau tandatanda ital T3, nadi, frekuensi nafas, suhu.
:eningkatan T3 sistemik ang diikuti oleh penurunan T3 diastolik (nadi ang membesar) merupakan tanda terjadina peningkatan T!", jika diikuti oleh penurunan kesadaran.
:antau intake dan out put, turgor kulit dan membran mukosa.
=ipoolemiahipertensi dapat mengakibatkan kerusakaniskhemia cerebral. 3emam dapat mencerminkan kerusakan pada hipotalamus.
Turunkan stimulasi eksternal dan :eningkatan kebutuhan metabolisme berikan kenamanan, seperti dan konsumsi oksigen terjadi (terutama lingkungan ang tenang. saat demam dan menggigil) ang selanjutna menebabkan peningkatan T!". Bantu pasien untuk menghindari Bermanfaat sebagai indikator dari membatasi batuk, muntah, mengejan. cairan total tubuh ang terintegrasi dengan perfusi jaringan.
Tinggikan kepala pasien '/A/ derajad sesuai indikasiang dapat ditoleransi.
!skemiatrauma serebral dapat mengakibatkan diabetes insipidus.
Batasi pemberian cairan sesuai indikasi. -angguan ini dapat mengarahkan pada Berikan oksigen tambahan sesuai masalah hipotermia atau pelebaran indikasi. pembuluh darah ang akhirna akan berpengaruh negatif terhadap tekanan serebral. Berikan obat sesuai indikasi, misal 7emberikan efek ketenangan, diuretik, steroid, antikonulsan, menurunkan reaksi fisiologis tubuh dan analgetik, sedatif, antipiretik. meningkatkan istirahat untuk mempertahankan atau menurunkan T!". 9ktiitas ini akan meningkatkan tekanan intrathorak dan intraabdomen ang dapat meningkatkan T!". 7eningkatkan aliran balik ena dari kepala sehingga akan mengurangi kongesti dan oedema atau resiko terjadina peningkatan T!". :embatasan cairan diperlukan untuk menurunkan edema serebral, meminimalkan fluktuasi aliran askuler T3 dan T!". 7enurunkan hipoksemia, ang mana dapat meningkatkan asodilatasi dan olume darah serebral ang meningkatkan T!". 3iuretik digunakan pada fase akut untuk menurunkan air dari sel otak, menurunkan edema otak dan T!",. #teroid menurunkan inflamasi, ang selanjutna menurunkan edema jaringan. 9ntikonulsan untuk mengatasi dan mencegah terjadina aktifitas kejang. 9nalgesik untuk menghilangkan neri . #edatif digunakan untuk mengendalikan kegelisahan, agitasi. 9ntipiretik menurunkan atau mengendalikan demam ang mempunai pengaruh meningkatkan metabolisme serebral atau peningkatan kebutuhan terhadap oksigen.
2.
4eri akut berhubungan dengan adana laserasi pada kepala Tujuan #etelah dilakukan tindakan kepera*atan selama +@2A jam pasien akan dapat mengurangai penebab neri ang dirasakan. "riteria =asil :enurunan skala neri 7engetahui penebab neri 7engetahi teknik pengalihan neri
!nterensi "aji skala neri pasien
&asional 7enentukan penurunan atau peningkatan pada ealuasi tindakan selanjutna
"aji penebab, lokasi, lama timbulna neri
7engetahui penebab dialami pasien
>elaskan penebab neri ang dialami pasien
7emberikan informasi pada pasien terkait kondisina saat ini
9jarkan teknik pengalihan neri sesuai dengan kebutuhan
7engatasi neri dengan terapi non farmakologi.
neri
ang
"olaborasikan dengan dokter untuk 4eri kepala ada beberapa macam pemberian terapi farmakologi sesuai jenis, dan mempunai penangan dengan gejala ang timbul farmakaologi ang berbedabeda. +.
"ekurangan olume cairan berhubungan dengan output ang berlebihan Tujuan #etelah dilakukan asuhan kepera*atan selama '@2A jam diharapkan kebutuhan cairan terpenuhi "riteria hasil kebutuhan cairan pasien tepenuhi dan asupan cairan pasien terpenuhi.
!nterensi >elaskan tindakan ang akan dilakukan
&asional 9gar pasien mengerti semua tindakan ang akan dilakukan
kaji out put dan in put cairan
untuk mengetahui keseimbangan cairan pasien, dan mengetahui intake ang diperlukan
9njurkan pada pasien untuk minum pengganti cairan ang hilang, dan setiap setelah muntah memenuhi kebutuhan cairan pasien Ebserasi TT5
mengetahui kondisi umum pasien
"olaborasi dengan dokter pemberian terapi farmakologi
A.
untuk kolaborasi tentang pemberian cairan intraena ang tepat
"etidakefektifan pola napas berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler akibat cedera kepala. Tujuan #etelah dilakukantindakan kepera*atan selama +@2A jam pasien akan dapat mempertahankan pola napasna secara efektif. "ritera =asil #ianosis () && dalam batas normal &etraksi dada () :ernapasan cuping hidung ()
!nterensi "riteria =asil :antau frekuensi, irama, kedalaman :erubahan dapat menandakan a*itan pernapasan. Catat ketidakteraturan komplikasi pulmonal atau menandakan pernapasan. lokasiluasna keterlibatan otak. :ernapasan lambat, periode apnea dapat menandakan perluna entilasi mekanis. :antau dan catat kompetensi reflek gagmenelan dan kemampuan pasien untuk melindungi jalan napas sendiri. :asang jalan napas sesuai indikasi.
"emampuan memobilisasi atau membersihkan sekresi penting untuk pemeliharaan jalan napas. "ehilangan refleks menelan atau batuk menandakan perlunaa jalan napas buatan atau intubasi.
memudahkan ekspansi 9ngkat kepala tempat tidur sesuai Dntuk aturanna, posisi miirng sesuai indikasi. paruentilasi paru dan menurunkan adana kemungkinan lidah jatuh ang menumbat jalan napas.
9njurkan
pasien
untuk
melakukan
napas dalam ang efektif bila pasien 7encegahmenurunkan atelektasis. sadar. akukan penghisapan dengan ekstra hatihati, jangan lebih dari '0'/ detik. :enghisapan biasana dibutuhkan jika Catat karakter, *arna dan kekeruhan pasien koma atau dalam keadaan dari sekret. imobilisasi dan tidak dapat membersihkan jalan napasna sendiri. :enghisapan pada trakhea ang lebih dalam harus dilakukan dengan ekstra hatihati karena hal tersebut dapat menebabkan atau meningkatkan hipoksia ang menimbulkan asokonstriksi ang pada akhirna akan berpengaruh cukup besar pada perfusi jaringan. 9uskultasi suara napas, perhatikan daerah hipoentilasi dan adana suara Dntuk mengidentifikasi adana masalah tambahan ang tidak normal misal paru seperti atelektasis, kongesti, atau obstruksi jalan napas ang ronkhi, *hee$ing, krekel. membahaakan oksigenasi cerebral danatau menandakan terjadina infeksi paru. :antau analisa gas darah, tekanan 7enentukan kecukupan pernapasan, oksimetri keseimbangan asam basa dan kebutuhan akan terapi. akukan ronsen thoraks ulang. 7elihat kembali keadaan entilasi dan tandatandakomplikasi ang berkembang misal atelektasi atau bronkopneumoni. Berikan oksigen.
7emaksimalkan oksigen pada darah arteri dan membantu dalam pencegahan hipoksia. >ika pusat pernapasan tertekan, mungkin diperlukan entilasi mekanik.
akukan fisioterapi dada jika ada indikasi.
Falaupun merupakan kontraindikasi pada pasien dengan peningkatan T!" fase akut tetapi tindakan ini seringkali berguna pada fase akut rehabilitasi untuk memobilisasi dan membersihkan jalan napas dan menurunkan resiko atelektasiskomplikasi paru lainna.
4.
I3+'3'n-a* K''6a9a-an.
:elaksanaan adalah pemberian asuhan kepera*atan secara nata berupa serangkaian kegiatan sistimatis berdasarkan perencanaan untuk mencapai hasil ang optimal. :ada tahap ini pera*at menggunakan segala kemampuan ang dimiliki dalam melaksanakan tindakan kepera*atan terhadap klien baik secara umum maupun secara khusus pada klien gagal jantung. :ada pelaksanaan ini pera*at melakukan fungsina secara independen, interdependen dan dependen. :ada fungsi independen adalah mencakup dari semua kegiatan ang diprakarsai oleh pera*at itu sendiri sesuai dengan kemampuan dan keterampilan ang dimilikina :ada fungsi interdependen adalah dimana fungsi ang dilakukan dengan bekerja sama dengan profesi disiplin ilmu ang lain dalam kepera*atan maupun pelaanan kesehatan, sedangkan fungsi dependen adalah fungsi ang dilaksanakan oleh pera*at berdasarkan atas pesan orang lain. .
E
6aluasi merupakan proses kepera*atan dimana tahap keberhasilan dalam pencapaian tujuan kepera*atan dinilai untuk memodifikasi tujuan atau interensi kepera*atan ang ditetapkan. 6aluasi dalam proses kepera*atan terbagi menjadi dua aitu ealuasi sumatif dan ealuasi formatif. 6aluasi sumatif adalah ealuasi ang dibuat setelah beberapa tujuan dan masalah ang ada pada klien tercapai atau teratasi. #edangkan ealuasi formatif adalah ealuasi ang dilakukan secara terusmenerus untuk menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan.
DA"TAR PUSTAKA
Barbara, 6ngram. '. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. 9lih bahasa suharati samba. >akarta 6-C Baticaca, 1ransisca B. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Klian Dengan Gangguan Sistem Persyaraan. >akarta #alemba 7edika. Bauhgman, 3iane C., % =ackle. >oann C. 2000. Keperawatan Medikal Bedah! Buku Saku "ntuk Brunner Dan Suddarth. >akarta 6-C. Brunner % #uddarth, 2002. Buku A#ar keperawatan Medikal Bedah. >akarta6-C. 7utta?in, 9rif. 2008. Buku A#ar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Persaraan$ >akarta #almeba 7edika. -ennarelli T9, 7eane 31. ';. 7echanism of :rimar =ead !njur. 3alam 4eurosurger 2nd edition. 4e* ork 7c-ra* =ill. :6&3E##! cabang :ekanbaru. 200<. #imposium trauma kranioserebral tanggal + 4oember. :ekanbaru. =icke >5. 200+. Craniocerebral Trauma. 3alam The Clinical :ractice of 4eurological and 4eurosurgical 4ursing /th edition. :hiladelphia lippincot Filliam % Filkins. Tar*ono, Fartonah. 200<. Keperawatan SistemPersyaraan. >akarta #agung #eto
Medikal
Bedah
Gangguan
&ima 3e*i 9smarin.20'A.https%&&www$scri'd$com&document&()**+((,,&-aporan Pendahuluan.Cor $ 3iakses pada tanggal '' oktober 20'; jam '8.+0 F!B.