Pharmacy Science Rabu, 28 Maret 2012 Lisna Fauziah http://chocolate-purplepharmacy.blogspot.com/2012/03/laporan-kosmetologi-formu http://chocolate-purplepharmacy.blogspot.com/2012/03 /laporan-kosmetologi-formulasilasishampo.html LAPORAN KOSMETOLOGI - FORMULASI SHAMPO
BAB I PENDAHULUAN I.1
Latar Belakang
Shampo adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud keramas rambut, sehingga setelah itu kulit kepala dan rambut menjadi bersih, dan sedapat mungkin menjadi lembut, mudah diatur dan berkilau. Dan merupakan produk perawatan rambut yang digunakan untuk menghilangkan minyak, debu, serpihan kulit, dan kotoran lain dari rambut.. Kata shampoo berasal dari bahasa Hindi champo, champo, bentuk imperatif dari champna, champna, "memijat". Di Indonesia dulu shampoo dibuat dari merang yang dibakar menjadi abu dan dicampur dengan air. Shampoo adalah suatu zat yang terdiri dari surfaktan, pelembut, pembentuk busa, pengental pengental dan sebagainya sebagainya yang berguna untuk membersihkan membersihkan kotoran yang melekat melekat pada rambut seperti sebum, keringat, sehingga rambut akan kelihatan lebih bersih, indah dan mudah ditata. Shampoo banyak jenis dan typenya, formulanya dan klasifikasi preparat seperti liquid, krim, pasta, shampoo anti dandruff, shampoo untuk anak-anak dan sebagainya. Sebuah formulasi shampoo yang baik mempunyai kemampuan khusus yang dapat meminimalisasi iritasi mata, mengontrol ketombe (dandruff) serta dapat memperbaiki struktur rambut secara keseluruhan. Preparat shmapo harus meninggalkan kesan harum pada rambbut, lembut dan mudah diatur, memiliki performance yang baik (warna dan viskositas yang baik) harga yang murah dan terjangkau. Secara spesifik suatu shampoo harus: Mudah larut dalam air, walapun air sadah tanpa mengalami pengendapan Memiliki daya bersih yang baik tanpa terlalu banyak menghilangkan minyak dari kulit kepala Menjadikan rambut halus, lembut serta mudah disisir
Cepat bebusa dan mudah dibilas serta tidak menimbulkan iritasi jika kontak dengan mata Memiliki pH yang baik netral maupun sedikit basa Tidak iritasi pada tangan dan kulit kepala Memiliki performa yang baik Antidandruff shampoo merupakan shampooyang ditujukan untuk mengontrol sel kulit mati dikulit kepala, formulasinya hamper sama seperti shampoo lain tetapi ditambahkan bahan aktif seperti senium sulfide, zinc pirythion, sulfur.
I.2
Tujuan Percobaan
Mengetahui cara membuat sediaan shampoo yang aman dan nyaman digunakan Mengetahui metode-metode krim yang tepat Mampu mengevaluasi sediaan shampo
BAB II LANDASAN TEORI II.1
Shampo
Rambut memang mahkota bagi semua orang dan bisa dianggap sebagai bingkai untuk wajah anda. Karena keindahan rambut sangat bisa menunjang kecantikan dan keseluruhan penampilan anda. Mencuci rambut memang persoalan mudah tetapi mungkin anda mengalami kesulitan saat memilih jenis shampo yang cocok untuk diri anda sendiri. Karena memang banyak sekali produsen shampo menawarkan kepada anda.. Shampoo, bila dicampur dengan air, dapat melarutkan minyak alami yang dikeluarkan oleh tubuh untuk melindungi rambut. Setelah mencuci rambut dengan shampoo, biasanya digunakan produk conditioner agar rambut mudah ditata kembali. Shampoo untuk bayi dibuat sedemikian rupa sehingga tidak perih di mata. Shampoo untuk binatang juga dapat mengandung insektisida untuk membunuh kutu. Beberapa shampoo manusia tidak dapat digunakan untuk binatang karena mengandung seng (misalnya shampoo anti ketombe). Logam ini tidak beracun bagi manusia, namun berbahaya bagi binatang. Selain itu terdapat juga shampoo dalam bentuk padat, yang lebih ringkas dan mudah dibawa namun kurang praktis untuk rambut panjang. Pada awalnya shampo dibuat dari berbagai jenis bahan yang diperoleh dari sumber
alam, seperti sari biji rerak, sari daging kelapa, sari abu merang ( sekam padi ). Shampo yang menggunakan bahan alam sudah banyak ditinggalkan, dan diganti dengan shampo yang dibuat dari detergen. Agar shampo berfungsi sebagaimana disebutkan diatas, shampo harus memiliki sifat sebagai berikut : Shampo harus dapat membentuk busa yang berlebih, yang terbentuk dengan cepat, lembut dan mudah dihilangkan dengan membilas dengan air. Shampo harus mempunyai sifat detergensi yang baik tetapi tidak berlebihan, karena jika tidak kulit kepala menjadi kering. Shampo harus dapat menghilangkan segala kotoran pada rambut, tetapi dapat mengganti lemak natural yang ikut tercuci dengan zat lipid yang ada didalam komposisi shampo. Kotoran rambut yang dimaksud tentunya sangat kompleks yaitu : sekret dari kulit, sel kulit yang rusak, kotoran yang disebabkan oleh lingkungan dan sisa sediaan kosmetik. Tidak mengiritasi kulit kepala dan juga mata. Shampo harus tetap stabil. Shampo yang dibuat transparan tidak boleh menjadi keruh dalam penyimpanan. Viskosita dan pHnya juga harus tetap konstan, shampo harus tidak terpengaruh oleh wadahnya ataupun jasadrenik dan dapat mempertahankan bau parfum yang ditambahkan kedalamnya. Detergen yang digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan shampo memiliki sifat fisikokimia tersendiri yang umumnya tidak sepenuhnya searah dengan ciri sifat yang dikehendaki untuk shampo.
Umumnya, detergen dapat melarutkan
lemak dan daya
pembersihnya kuat, sehingga jika digunakan untuk keramas rambut, lemak rambut dapat hilang, rambut menjadi kering, kusam dan mudah menjadi kusut, menyebabkan sukar diatur. Sifat
detergen
yang
terutama
dikehendaki
untuk
shampo
adalah
kemampuan
membangkitkan busa. Jenis detergen yang paling lazim diedarkan tergolong alkil sulfat, terutama laurilsulfat, juga alkohol monohidrat dengan rantai C10 – 18. Sifat detergen ini tergantung pada panjang rantai alkohol lemak yang digunakan. Homolog rendah seperti C12 ( lauril ) dan C14 ( miristil ) memiliki sifat yang lebih baik dibandingkan dengan homolog yang lebih tinggi seperti C16 ( palmitil ) dan C18 ( stearil ) dalam hal memberikan busa dan basah dengan sifat pembersih yang baik, meskipun suhu rendah. Detergen alkilsulfat yang dibuat dari alkohol lemak, kelarutannya menurun dengan meningkatnya homolog rantai karbonnya, sehingga shampo yang dibuat dari detergen alkilsulfat dengan atom C16-18 tidak dapat disimpan pada suhu rendah. Kelarutan detergen alkilsulfat dalam air berkurang, sehingga tidak begitu berbusa, lagipula detergen ini dipengaruhi oleh efek air sadah.
Detergen alkilsulfat dengan alkohol lemak dengan rantai karbon kurang dari 10 seperti C8 ( kaprilil ) dan C10 ( kapril ) lebih condong menunjukkan sifat iritasi. Detergen alkilsulfat dengan rantai karbon 12 – 14 adalah noniritan, memberikan cukup busa pada suhu kamar, dan tidak mudah rusak dalam penyimpanan. Trietanolamina ( TEA ) laurilsulfat dianggap paling luas dapat diterima untuk digunakan dalam pembuatan shampo, disamping itu dalam penyimpanan tetap stabil. Amonium alkilsulfat, meskipun memiliki keaktifan pembersih yang sedang, tetapi jarang digunakan untuk pembuatan shampo, karena suhu padatnya tinggi. Biasanya senyawa ini digunakan sebagai campuran detergen seperti nampak pada amonium monoetanolamina atau amonium trietanolamina alkilsulfat. Shampo dengan formulasi tersebut memiliki pembersih dan pembusa yang baik, rambut yang dikeramas dengan shampo ini masih mudah diatur. Di samping itu detergen yang digunakan untuk pembuatan shampo, harus memiliki sifat berikut : Harus bebas reaksi iritasi dan toksik, terutama pada kulit dan mata atau mukosa tertentu. Tidak boleh memberikan bau tidak enak, atau bau yang tidak mungkin ditutupi dengan baik. Warnanya tidak boleh menyolok.
Zat tambahan shampo
Untuk memperbaiki sifat detergen yang menunjukkan pengaruh jelek terhadap rambut, perlu ditambahkan zat tambahan shampo dalam formulasi shampo. Alkolobromida asam lemak Digunakan untuk meningkatkan stabilitas busa dan memperbaiki viskosita. Zat ini merupakan hasil kondensasi asam lemak dengan monoetanolamina ( MEA ), dietanolamina ( DEA ), atau isopropanolamina yang sesuai. Lemak bulu domba, lanolin atau salah satu derivatnya, kolesterol, oleilalkohol, dan asetogliserida Digunakan untuk maksud memperbaiki efek condisioner detergen dasar shampo yang digunakan, sehingga rambut yang dikeramasshampokan akan mudah diatur dan memberikan penampilan rambut yang serasi. Asam amino Terutama asam amino essensial, digunakan sebagai zat tambahan shampo dengan harapan, setelah rambut dikeramas-shampokan, zat ini akan tetap tertinggal pada kulit kepala dan rambut, dan berfungsi sebagai pelembab, karena asam amino memiliki sifat higroskopik yang akan memperbaiki kelembaban rambut.
Zat tambahan shampo lain Terdiri dari berbagai jenis zat, umunya diharapkan untuk menimbulkan efek terhadap pembentukan dan stabilisasi busa ; meliputi zat golongan glikol, provinilpirolidon, karboksimetilselulosa, dan silikon cair, terutama yang kadarnya lebih kurang 4%.
Jenis-jenis shampo
Shampo bubuk Sebagai dasar shampo digunakan sabun bubuk, sedangkan zat pengencer biasanya digunakan natrium karbonat, natrium bikarbonat, natrium seskuikarbonat, dinatrium fosfat, atau boraks. Shampo emulsi Shampo ini mudah dituang, karena konsistensinya tidak begitu kental. Tergantung dari jenis zat tambahan yang digunakan, shampo ini diedarkan dengan berbagai nama seperti shampo lanolin, shampo telur, shampo protein, shampo brendi, shampo lemon, shampo susu atau bahkan shampo strawberry. Shampo krim atau pasta Sebagai bahan dasar digunakan natrium alkilsulfat dari jenis alkohol rantai sedang yang dapat memberikan konsistensi kuat. Untuk membuat shampo pasta dapat digunakan malam seperti setilalkohol sebagai pengental. Dan sebagai pemantap busa dapat digunakan dietanolamida minyak kelapa atau isopropanolamida laurat. Shampo larutan Merupakan larutan jernih. Faktor yang harus diperhatikan dalam formulasi shampo ini meliputi viskosita, warna keharuman, pembentukan dan stabilitas busa, dan pemgawetan. Zat pengawet yang lazim digunakan meliputi 0,2 % larutan formaldehid 40 %, garam fenilraksa; kedua zat ini sangat racun, sehingga perlu memperhatikan batas kadar yang ditetapkan pemerintah. Parfum yang digunakan berkisar antara 0,3 – 1,0 %, tetapi umumnya berkadar 0,5 %.
II.2
Zat Tambahan
Sodium lauryl sulfate inonim : Natrii lauryl sulphate umus molekul : C12 H25 NaO 4 erat molekul : 288.38 emerian : serbuk putih, atau cream sampai Kristal kuning ungsi : surfaktan anionic, emulsifying agent (0.5-2,5%), detergen pada shampoo (≈10%) H : 7.0-9,5
elarutan : sangat larut dalam air, praktis tidak larut dalam eter dan kloroforom TT : garam alkaloid, dan mengendap dengan garam potassium. Oleic acid inonim : asam oleat umus molekul : C18 H34O2 erat molekul : 282,47 ungsi : emulsifying agent elarutan : sangat larut dalam benzene, kloroforom, ethanol 95%, eter, heksan,praktis tidak larut dalam air OTT : aluminium, kalsium, logam berat, larutan iodine,, asam perklorat, dan zat pengoksidasi Triethanolamin inonim : TEA umus molekul : C6H15 NO3 erat molekul : 149,19 ungsi : emulsifying agent H : 10,5 elarutan : tidak larut dalam aceton, etanol, methanol, dan air, benzene 1 in 24, larut dalam kloroform. TT : asam mineral, asam lemak, copper, tionyl klorida Methyl paraben inonim : nipagin umus molekul : C8H8O3 erat molekul : 153,13 ungsi : antimikroba( topical 0,02-0,3%) emerian : serbuk berwarna putih, tidak berwarna, serbuk Kristal elarutan : sangat larut dalam aseton,etanol 1 in 2, etanol 95% 1 in 3, eter 1 in 10 air 1 in 400 TT : surfaktan nonionic Sulfur inonim : belerang emerian : tidak berbau,, tidak berasa, serbul lembek, bebs butiran, kuning keabuan pucat atau kuning kehijeuan pucat. elarutan ; praktis tidak larut dalam air, sangat mudah larut dalam karbondisulfida P, sukar larut dalam minyak zaitun,sangat sukar larut dalam etanol 955 hasiat : antiskabies Acidium salicycum inonim : asam salisilat emerian : hablur ringan tidak berwarna atau serbuk putih, hampir tidak berbau, rasa agak manis dan tajam elarutan : larut dalam 550 bagian air, dan dalam 4 bagian etanol 955, mudah larut dalam kloroform, dan dalam eter, larut dalam larutan ammonium asetat, ungsi : keratolitikum Steararic acid inonim : asam stearat umus molekul : C 15H36O2 erat molekul : 284,47 ungsi : emulsifying agent 91-20%) emerian : keras, putih,, Kristal putih, atau putih kekuningan, serbuk. elarutan : sangat larut dalam benzene, karbon tetraklorida, kloroform, dan eter, larut dalam
etanol, heksan dan propilenglikol, praktis tidak larut dalam air TT : logam hidroksida dan zat pengoksidasi White wax inonim : lilin putih ungsi : emulsifying agent elarutan : larut dalam kloroform, eter,fixed oil, minyak yang mudah menguap, dan karbon disulfide, praktis tidak larut dalam air TT : zat pengoksidasi Cetyl alcohol inonim : cetil alcohol umus molekul : C 16H34O erat molekul : 242,44 ungsi : coating agent, emulsifying agent TT : zat pengoksidasi kuat
BAB III MATERI DAN METODE III.1 Alat Erlenmeyer
Cawan porselen Beker glass Mortir Lumpang Penangas Spatula
III.2 Bahan Asam salisilat
3%
Natrium lauryl sulfat 30% Asam oleat
20%
Trietanolamin
10%
Nipagin
0,2%
Parfum Aquadest
III.3
qs ad 50 gram
Prosedur Kerja
Asam oleat, Na lauryl sulfat dan aquadest dipanaskan diatas waterbath hingga 60º C Ditambahkan TEA perlahan – lahan sambil diaduk.
Dimasukkan kedalam botol dan dibiarkan dingin. 0
Ditambahkan parfum pada suhu 35 C
BAB IV DATA DAN HASIL PENGAMATAN
I.1
Formula
Kelompok 1
Kelompok 2
Kelompok 3
Kelompok 4
Kelompok 5
Kelompok 6
Na
Asam
Sulfur 2%
Sulfur 2%
Lilin
Lilin
Lauryl
sulfat 40% Asam
salisilat 3%
oleat Na
lauryl Na
lauryl Na
lauryl
putih
putih
15%
10%
Adeps lanae
Adeps lanae
20%
sulfat 30%
sulfat 25%
sulfat 30%
5%
10%
TEA 10%
asam
Asam stearat
Asam stearat
Cetil alcohol
Cetil alcohol
20%
7%
7%
5%
8%
TEA 10%
NaOH 1%
NaOH 1%
Na
lauryl Na
Nipagin
oleat
0,2% Parfum
Aquadest ad
Nipagin
Nipagin
Nipagin
0,2%
0,3%
0,3%
Parfum
Parfum
Parfum
50 gr
IV.2
lauryl
sulfat 10%
sulfat 10%
Parfum
Parfum
Nipagin
Nipagin
0,2%
0,2%
Aquadest ad
Aquadest ad
Aquadest ad
Aquadest ad
Aquadest ad
50 gr
50gr
50gr
50gr
50gr
Hasil Pengamatan
Formula/evaluasi
1
2
viskositas
kental
kental
pH
9
homogenitas
3
4
5
6
Kental
kental
encer
encer
8
9
10
6,5
7
homogen
homogen
homogen
homogen
homogen
homogen
Karakteristik
Wangi,
Wangi,
Wangi,
Wangi,
Wangi,
Wangi,
produk
putih
putih
putih
putih
putih
putih
Pembentukan
Terbentuk
Terbentuk
Terbentuk
Terbentuk
Terbentuk
Terbentuk
busa
banyak
banyak
banyak
banyak
banyak
banyak
busa
busa
busa
busa
busa
busa
BAB V PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini kami mebuat sediaan sampo, sampo merupakan salah satu hair care, yang banyak digunakan oleh masyarakat luas. Sampo adalah suatu sediaan yag terdiri dari surfactan, pelembut, pembentuk busa, pengental dan bahan tambahan lainnya. Sampo mempunyai fungsi untuk membersihkan kotora yang ada di kulit kepala. Praktikum kali ini dicobakan 3 formula sampo dalam bentuk sediaan yang berbeda yaitu cream sampo, liquid sampo dan conditioner. Formula yang pertama terdiri dari asam salisilat sebagai zat aktif yang mempunyai khasiat sebagai keratolitik dan biasa digunakan dalam sampo anti ketombe. Dalam formulasi ini digunakan asam salisilat sebesar 3%, asam salisilat. Formula yang dikerjakan oleh kelompok 1 dan 2 dibedakan dalam hal konsentrasi natrium lauril sulfat yang digunakan, untuk kelompok 1 konsentrasi natrium lauril sulfat sebesar 20%, sedangkan kelompok 2 sebesar 30%. Natrium lauril sulfat merupakan surfactan anionic yang biasa digunakan dalam body care maupun hair care, selain sebagai surfactan Na lauril sulfat pun dapat digunakan sebagai pembentuk busa. Surfactan ini berfungsi untuk mengangkat kotoran yang ada di kulit. Di beberapa negara eropa, Na lauril sulfat ini sudah dimodifikasi menjadi bentuk Na laureth ester sulfat yang tingkat iritasi kulitnya lebih rendah. Asam oleat yang digunakan dalam formulasi merupakan fase minyak yang berfungsi sebagai zat pengemulsi, begitu pula dengan TEA (trietanolamin) yang merupakan zat pengemulsi yang larut air (fase air), kedua sediaan ini yang berperan dalam pembentukan cream sampo ini. Pengawet yang digunakan dalam sediaan ini adalah nipagin atau metil paraben, yang merupakan pengawet larut air. Pengawet ini biasa digunakan dalam sediaan farmasi oral maupun topikal, namun untuk sediaan sampo yang menggunakan surfactan base seperti pada sediaan ini nipagin kurang efectiv digunakan karena dalam periode beberapa bulan saja sediaan akan berjamur. Sediaan ini pun merupakan cream W/O, sehingga nipagin ini kurang efectiv. Hasil dari formula ini menghasilkan sediaan cream sampo yang memiliki pH sekitar 7-8 dengan kehomogenitasan yang baik, dan busa yang terbentuk cukup banyak dan tahan lama, viskositas sediaan juga sangat baik. Perbedaan sediaan antara hasil formula kelompok 1 dan 2 adalah masalah pH, untuk formula pertama dengan konsentrasi Na lauril sulfat sebanyak 25% memilki pH sekitar 7 dan busa yang dihasilkan lebih sedikit, sedangkan formula 2 dengan
konsentrasi Na lauril sulfat 30%, pH nya sekitar 8 dan busa yang dihasilkan lebih banyak, karena dengan kadar Na lauril sulfat yang tinggi akan meningkatkan kebasaan dari sediaan dan Na lauril sulfat juga sebagai pembentuk busa, maka dengan tingginya kadar Na lauril sulfat busa yang terbentuk juga lebih banyak. Hanya saja sediaan cream sampo ini jarang ditemui di pasaran dan kurang praktis digunakan. Efek setelah penggunaan cream sampo ini adalah berminyak/lengket pada rambut sehingga kurang menyenangkan untuk digunakan, selain itu sediaan ini kurang praktis dalam penggunaannya. Formula yang kedua adalah liquid sampo yang terdiri dari sulfur sebagai antidandruff. Sulfur yang digunakan adalah sebesar 2% . Pada formula ini juga digunakan Na lauril sulfat sebagai surfactan dan foam booster (pembentuk busa), dan asam stearat sebagai zat pengemulsi. NaOH yang digunakan berfungsi sebagai viscosity modifier, jadi NaOH ini akan memperbaiki struktur polimer sehingga viskositas dari sampo menjadi lebih baik. Hasil dari formula ini kurang baik dengan pH basa yaitu sekitar 10 dan sulfur tidak bercampur dengan baik dalam sediaan tersebut, sehingga kehomogenitasan dari sediaan ini sangat kurang. Bau dari sulfur sendiri kurang menyenangkan sehingga sediaan mempunyai bau yang kurang baik meskipun telah ditambahkan parfum. Nipagin pun kurang cocok dalam formula ini karena sediaan ini merupakan sampo basis surfactan. Formula yang ketiga adalah formula conditioner, perbedaan antara conditioner dan sampo adalah, conditioner mempunyai viscositas yang lebih tinggi dan tidak menghasilkan busa yang banyak seperti sampo, dan pH cenderung netral hingga sedikit asam. Untuk menambah viskositas dari sediaan sampo sehingga menjadi conditioner biasanya ditambahkan wax, wax yang ditambahkan pada formulasi ini adalah lilin putih dan adeps lanae. Surfactan yang digunakan sama seperti formula lainnya yaitu Na lauril sulfat, pada formula ini digunakan cetil alkohol sebagai zat pengemulsi dan cetyl alkohol ini larut dalam air. Pada formula ini juga digunakan propilenglikol segai humectan dan peningkat penetrasi sediaan. Nipagin pun kurang efectiv jika digunakan dalam sediaa ini kecuali jika dikombinasikan dengan pengawet lainnya. Perbedaan antara formula 3 kelompok 6 (a) dan 7 (b) adalah dalam hal konsentrasi lilin putih, adeps lanae, cetyl alkohol dan propilenglikol. Konsentasi lilin putih pada formulasi a lebih banyak 5%, dan konsentrasi adeps lanae pada formula a lebih sedikit 5%, untuk cetyl alkohol pada formula a lebih sedikit 2% dibandingkan formula b. Dengan formula ini seharusnya hasil sediaan dari formula a mempunyai viskositas yang lebih tinggi dari formula b, namun ternyata formula a hasilnya lebih encer dari formula b, sedangkan formula b mempunyai viskositas dan homogenitas yang baik, dan mempunyai kesan lembut. Hal-hal yang menyebabkan terhadinya sediaan yang encer ini antara lain, panas yang
digunakan kurang maksimal sehingga sediaan menjadi encer dan faktor pengadukan juga sangat mempengaruhi.
BAB VI KESIMPULAN
1. Sampo merupakan salah satu sediaan hair care yang umum digunakan. Bentuk fisik sampo ada beberapa macam antara lain, cream, liquid dan pasta. 2. Formulasi sampo yang paling mendasar adalah penggunaan surfactan seperti Na lauril sulfat, dan jika terdiri dari 2 fasa sangat diperlukan adanya zat pengemulsi. 3. Pembuatan sampo harus sangat diperhatikan penggunaan suhu saat pencampuran dan lamanya pengadukan agar dihasilkan sampo dengan konsistensi dan homogenitas yang baik. 4. Evaluasi yang dapat dilakukan terhadap sediaan sampo antara lain: viskositas, pH, homogenitas, bobot jenis, uji mikrobiologi, daya bersih, pembentukan busa dan karakteristik produk.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.resep.web.id/tips/kenali-istilah-shampo-anda.htm http://id.wikipedia.org/wiki/Shampoo http://id.shvoong.com/exact-sciences/physics/1819623-tips-memilih-shampoo/ Anonim. 1985. Formularium Kosmetik Indonesia. Jakarta : Depkes RI Anonym. 1979. Farmakope Edisi Ketiga. Jakarta: Depkes RI e, Ainkey, Paul, J.Walker.1994. Handbook of Pharmaceutical Excipients Second Edition. London: Pharmaceutical Press
Larutan Penyangga dalam Bidang Industri a. Bidang Farmasi(Obat-Obatan)
Dalam indutri farmasi, larutan penyangga berperan untuk pembuatan obat-obatan agar zat aktif dari obat tersebut mempunya pH tertentu. Dalam bidang farmasi (obat-obatan), diperlukan keadaan pH yang stabil. Perubahan pH akan menyebabkan khasiat zat aktif dalam obat-obatan akan terus berkurang atau hilang sama sekali. Untuk obat suntik dan obat yang dapat menimbulkan iritasi seperti tetes mata, pH obat-obatan tersebut harus disesuaikan dengan pH cairan tubuh. pH Obat suntik harus disesuaikan dengan pH darah agar tidak terjadi asidosis atau alkalosis pada darah.
Aspirin
Struktur Aspirin
Asam asetilsalisilat merupakan komponen utama dari tablet aspirin, merupakan obat penghilang rasa nyeri. Adanya asam pada aspirin dapat menyebabkan perubahan pH pada perut. Perubahan pH ini mengakibakan pembentukan hormon, untuk merangsang penggumpalan darah, terhambat; sehingga pendarahan tidak dapat dihindarkan. Oleh karena itu, pada aspirin ditambahkan MgO yang dapat mentransfer kelebihan asam.
. Bidang Industri Makanan dan Minuman Ringan
Selain itu larutan penyangga juga digunakan unutk industri makanan dan minuman ringan seperti yang sering digunakan adalah Natrium asetat dan asam sitrat.
Asam sitrat merupakan asam organik lemah yang ditemukan pada daun dan buah tumbuhan genus Citrus (jeruk-jerukan). Senyawa ini merupakan bahan pengawet yang baik dan alami, selain digunakan sebagai penambah rasa masam pada makanan dan minuman ringan. Dalam biokimia, asam sitrat dikenal sebagai senyawa antara dalam siklus asam sitrat, yang penting dalam metabolisme makhluk hidup, sehingga ditemukan pada hampir semua makhluk hidup. Zat ini uga dapat digunakan sebagai zat pembersih yang ramah lingkungan dan sebagai antioksidan.
Lemon
Struktur Asam Sitrat
Asam sitrat terdapat pada berbagai jenis buah dan sayuran, namun ditemukan pada konsentrasi tinggi, yang dapat mencapai 8% bobot kering, pada eruk lemon dan limau (misalnya jeruk nipis dan jeruk purut). Rumus kimia asam sitrat adalah C6H8O7. Struktur asam sitrat tercermin pada nama IUPAC-nya, asam 2-hidroksi-1,2,3-propanatrikarboksilat. Keasaman asam sitrat didapatkan dari tiga gugus karboksil COOH yang dapat melepas proton dalam larutan. Jika hal ini terjadi, ion yang dihasilkan adalah ion sitrat. Sitrat sangat baik digunakan dalam larutan penyangga untuk mengendalikan pH larutan. Ion sitrat dapat bereaksi dengan banyak ion logam membentuk garam sitrat. Selain itu, sitrat dapat mengikat ion-ion logam dengan pengkelatan, sehingga digunakan sebagai pengawet dan penghilang kesadahan air.
Copyright 2012 by Siti
Shampoo Sham (SLS) http://www.snopes.com/inboxer/household/shampoo.asp Barbara and David P. Mikkelson 12 Maret 2009
Origins: Sodium lauryl sulfate (also known as sodium laurel sulfate, or SLS) and its chemical relative, sodium laureth sulfate (i.e., sodium lauryl ether sulfate, or SLES), are substances used in products such as shampoo, toothpaste, and mouth rinses as foaming and cleansing agents, producing the lather and clean hair we all know and love. (SLS, because it is cheaper to produce, is more commonly used than SLES. The first clue that whoever authored the message quoted above doesn't quite have all the facts is that he's confused the abbreviation for one with the name of the other.) Sodium lauryl sulfate is an irritant, and a shampoo containing 15% SLS is mainly tolerable only because it comes in contact with the scalp for just a few minutes and is diluted with water while in use. Should you get some in your eyes you'd certainly want to flush it out as soon as possible, and you really don't want to swallow the stuff. Those are the greatest dangers SLS poses to the average consumer, however. The U.S. Food and Drug Administration does require that fluoride toothpastes shipped as of 7 April 1998 carry a warning label about the dangers of swallowing too much toothpaste, and sodium lauryl sulfate is one of the three ingredients (along
with sorbitol and fluoride) identified as posing a health risk. Because it causes cancer? No, because it can cause diarrhea. Sodium lauryl sulfate is even found in food products such as candy. For example, it's an ingredient in Candy Bubbles, described as "Bubbles you can eat!" Although the label warns that the product should not be eaten outright, Candy Bubbles are touted as a fat-free, calorie-free edible product. Hardly something the Food and Drug Administration would allow to remain on the market if one of its ingredients were known to cause cancer. Additionally, all manufacturers of hazardous chemicals in the U.S. are required by the Occupational Safety and Health Administration (OSHA), a part of the U.S. Department of Labor, to file Material Safety Data Sheets (MSDS) for those products. An MSDS "contains written or printed material concerning a hazardous chemical as prescribed by law," including information "needed to insure the safety and health of the user at all stages of [the chemical's] manufacture, storage, use, and disposal." Examining the MSDS for sodium lauryl sulfate, we find that the "Health Hazard Data" section that SLS can produce some rather nasty side effects if you inhale or ingest it, get it in your eyes, or leave it in contact with your skin for too long. But we already knew all that, and the general results of this misuse are symptoms such as skin irritation or nausea, not cancer. In fact, three different agencies — the Occupational Safety and Health Administration (OSHA), the National Toxicology Program (NTP), and the International Agency for Research on Cancer (IARC) have all rated SLS as being non-carcinogenic. How about the rest of this message? Should we be concerned because "the fact is that SLS is used to scrub garage floors, and it is very strong"? Not really. Detergent is detergent; the same properties that make a substance useful for cleaning your hair make it useful for cleaning your clothes or a garage floor. Obviously you wouldn't want to use the same strength of a substance such as SLS on your hair as you would on a garage floor, and that's why shampoos typically contain no more than a 15% SLS solution. Cinnamon oil is "very strong" too, and you'd burn your mouth something terrible if you swallowed it undiluted. That doesn't mean that lesser concentrations of cinnamon oil are harmful, though. Well, how about the writer's claim that "I called the company and told them their product contains a substance that will cause people to have cancer, and they say they know it but there is nothing they can do about it. They need that product to produce foam"? Didn't these shampoo manufacturers learn anything from the tobacco companies, who denied admitting that cigarette smoking causes cancer despite all the evidence to the contrary (and despite the warning labels that cigarette packages have been required to carry for over thirty years now)? If the government allowed shampoo companies to sell products containing known carcinogens without requiring them to place warning labels on their products, why in the world would they freely admit it to anyone who asked? We're also warned that "[r]esearch has shown that in the 1980's, the chance of getting cancer is one out of 8000 and now in the 1990's, the chances of getting
cancer is one in three," as if the chances of contracting cancer had skyrocketed in the last few decades (with the implication that substances such as SLS are to blame for this rise). According to the American Cancer Society, the "probability that an individual, over the course of their lifetime, will develop cancer or die from it" was one in three for both men and women in the 1980s, and one in two for men and one in three in women in 1998. Hardly the alarming jump claimed by the scarelore writer. You might still think that one in three sounds awfully high, and that something must be causing all this cancer, something that didn't exist or wasn't in common use several decades ago, when far fewer people died or cancer. It's true that something causes cancer, but it's a fallacy to assume that this something wasn't around back in the days when fewer people died of cancer. A large part of the reason that so many people die of cancer these days is that they live much longer and don't die of something else first. Everybody dies of something, and since relatively few people these days die of smallpox or the plague or the measles or tuberculosis or polio or any of a number of other maladies we've cured or eliminated, they're around long enough to contract cancer. It's hardly alarming that people die of cancer in their seventies instead of dropping dead of heart attacks in their fifties. And as for the "hope [that] we can stop giving ourselves the cancer virus," we don't have much to worry about there, since most forms of cancer aren't caused by a virus in the first place. So where does the idea that SLS is carcinogenic come from? Back in the 1970s some shampoos were found to be contaminated with small amounts of nitrosamines, which are carcinogenic. Ethanolamine lauryl sulfates used in these shampoos were determined to be the source of the nitrosamine contamination, and manufacturers took corrective action. Perhaps someone is now confusing ethanolamine lauryl sulfate with sodium lauryl sulfate. Or, since the "SLS is dangerous" message has been widely disseminated by sellers of "alternative" or "all natural" products who tout that their wares don't contain SLS, perhaps someone in the "natural products" business deliberately created the message as a way of drumming up sales. In March 2009, the organization Campaign for Safe Cosmetics reported they had found trace amounts of two substances characterized as probable carcinogens by the EPA (1,4 dioxane or formaldehyde) in a number of different baby bath products. The FDA has not established a safe limit for 1,4 dioxane in shampoo products and maintains that trace amounts of that substance which are typically found in such products are not harmful.