Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui proses dan tahapan reaksi dalam pembuatan t-butil klorida dan juga mengetahui prinsip dari reaksi substitusi nukleofilik alifatik dan perbed…Deskripsi lengkap
pembuatan n-butil bromida dalam kimiaDeskripsi lengkap
Full description
Deskripsi lengkap
makalah magnesium klorida
Full description
pembuatan n-butil asetatDeskripsi lengkap
F. Data Pengamatan
1. Larutan berwarna bening, sedikit terlihat adanya perbedaan kelarutan antara HCl dan t-butil alkohol 3. Dilakukan pengocokan sambil dikeluarkan gas yang ada didalam corong pisah 4. Terbentuk 2 lapisan dan lapisan l apisan bawahnya dibuang 5. Larutan didekantasi dan dicatat volume dan beratnya
Setelah dilakukan Setelah dilakukan
ekstraksi dan
Hasil = t-butil
ekstraksi
pemisahan larutan
klorida
(dari dekat)
G. Pengolahan Data
Volume percobaan t-butil klorida
= 2.5 ml
Massa gelas ukur + t-butil klorida
= 31.57 gr
Massa gelas ukur kosong
= 29.54 gr
Massa percobaan t-butil klorida
= 2.03 gr
Mol t-butil alkohol = Mol HCl =
=
=
OH
+
= 0.0836 mol
= 0.355 mol
HCl
tertiary butyl alcohol
Cl
0.0836
0.355
-
R
0.0836
0.0836
0.0836
-
H2O
tertiary butyl chloride
M
S
+
0.2714
0.0836
0.0836 0.0836
Massa teoritis t-butil klorida = 0.0836 mol x 92.5 gr/mol = 7.733 gr
% KR =
% Yield =
x 100 % =
x 100 % =
x 100 % = 73.75 %
x 100 % = 26.25 %
H. Pembahasan
Percobaan ini merupakan percobaan Sintesis t-butil klorida dari t-butil alkohol dan HCl. Adapun tujuan percobaan ini adalah mengetahui cara mensintesis t-butil klorida menggunakan metode ekstraksi, mengetahui prinsip ekstraksi dan reaksi dan mengetahui fungsi-fungsi reagen yang digunakan dalam percobaan. Reaksi pada percobaan ini adalah reaksi substitusi nukleofilik alifatik yaitu SN1. Reaksi umumnya :
Reaksi SN1 adalah reaksi yang melibatkan suatu zat antara karbokation yang umumnya adalah alkil halida sekunder atau tersier dalam keadaan asam kuat. Mekanisme reaksi SN1 molekul A dan nukleofil B memiliki 3 tahap : 1. Pembentukan suatu karbokation A dengan pemisahan gugus lepas dari karbon tahap ini berjalan lambat dan reversibel 2. Serangan nukleofil : B bereaksi dengan A. Jika nukleofil itu molekul netral, tahap ke3 diperlukan agar reaksi selesai. 3. Deprotonasi : Penyingkiran proton pada nukleofil yang terprotonasi oleh ion ataupun molekul disekitarnya.
Pada percobaan ini tersier butil alkohol merupakan reagen utama yang memiliki gugus OH yang bertindak sebagai leaving group. Dan HCl merupakan senyawa yang memiliki nukleofilik Cl -. Nukleofilik adalah senyawa bermuatan negatif atau netral yang menyukai senyawa bermuatan positif. Sintesis t-butil klorida ini menggunakan prinsip ekstraksi yaitu proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan kelarutannya terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda. Dalam hal ini bahan yang akan dipisahkan mutlak harus berada dalam bentuk larutan. Cara paling sederhana dan banyak dilakukan adalah ekstraksi bertahap. Tekniknya cukup dengan menambahkan pelarut pengekstrak yang tidak bercampur dengan pelarut pertama melalui corong pemisah, kemudian dilakukan pengocokan sampai terjadi kesetimbangan konsentrasi solut pada kedua pelarut. Setelah didiamkan beberapa saat akan terbentuk dua lapisan dan lapisan yang berada di bawah dengan kerapatan lebih besar dapat dipisahkan untuk dilakukan analisis selanjutnya. Langkah awal yang dilakukan adalah , mencampurkan tersier butil alcohol dengan HCl pekat dalam corong pisah lalu dilakukan pengocokan selama 20 menit sambil sesekali dikeluarkan gas yang ada pada corong pisah, hingga terbentuk dua fasa dan tak ada lagi gas yang dihasilkan. Lapisan yang terbentuk ini terdiri dari lapisan organik (tersier butil klorida) pada bagian atas dan bagian bawahnya merupakan lapisan air. Lapisan organik berada di atas karena densitas senyawanya lebih kecil dibandingkan dengan air. Reaksi ini tidak menggunakan katalis, oleh karena itu dibutuhkan pengocokan yang lebih lama, kuat dan konstan untuk meningkatkan energi kinetik dan mencapai energi aktivasi agar mempercepat pembentukan produk. Kemudian akan terbentuk dua fasa, fasa organik (atas) nya diambil lalu dilakukan penambahan Na 2CO3 untuk menarik sisa HCl hingga diperoleh produk yang lebih murni dan Na 2SO4 anhidrat untuk menarik air. Lalu dilakukan
dekantasi dan didapatkan larutan t-butil klorida. Senyawa tersier butil klorida ini bersifat volatile (mudah menguap) dan mudah terbakar sehingga setelah didapatkan sebaiknya ditutup dengan alufo. Dari percobaan didapatkan berat t butil klorida 2,03 gr dan diperoleh % kesalahan relatif yaitu sebesar 73.75% dengan % yield sebesar 26.25 %. Kesalahan relatif yang didapatkan cukup besar hal ini dapat disebabkan oleh kurang telitinya praktikan dalam melakukan penimbangan reagen, pengocokan corong pisah kurang kuat dan konstan sehingga produk yang terbentuk kurang sempurna pencampurannya.
H. Kesimpulan
Sintesis tersier butil klorida dilakukan dengan mereaksikan t-butil alkohol dan HCl melalui reaksi SN1.
Prinsip yang digunakan dalam sintesis t-butil klorida adalah ekstraksi yang merupakan pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan kelarutan.
T-butil alkohol dan HCl pekat merupakan reagen utama dalam percobaan ini
Na2SO4 berfungsi untuk menarik air dari larutan produk dan Na 2CO3 berfungsi untuk menetralkan HCl sisa
Massa percobaan t-butil klorida adalah 2.03 gram
% kesalahan relatif (%KR) yang diperoleh sebesar 73,75 %.
% yieldnya sebesar 26,25 %.
Daftar Pustaka
Fessenden & Fessenden. 2000. Kimia Organik Jilid I dan Jilid II . Jakarta: Erlangga. Sykes, P. 1989. Penuntun Mekanisme Reaksi Kimia Organik . Jakarta: PT. Gramedia. Tim KBI Organik. 2014. Praktikum Sintesis Kimia Organik . Depok: Departemen Kimia FMIPA UI. www.sciencelab.com