27
28
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Profesi Keguruan merupakan profesi yang sedang berkembang. Bagi seorang guru, pengetahuan tentang profesi keguruan harus benar-benar dimiliki untuk dapat meningkatkan profesionalitas dalam melaksanakan tugas. Profesi keguruan memiliki tugas utama yaitu melayani masyarakat dalam dunia pendidikan. Peningkatan segala daya dan usaha dilakukan dalam rangka pencapaian secara optimal layanan yang akan diberikan kepada masyarakat.
Pada saat sekarang, sebagian orang cenderung menyatakan guru sebagai suatu profesi dan sebagian lagi tidak mengakuinya. Dengan adanya peraturan menteri Pendidikan dan Kebudayaan bahwa yang boleh menjadi guru hanya yang mempunyai akta mengajar atau ijazah dari LPTK. Selain itu, guru juga diberi penghargaan oleh pemerintah keputusan Menpan No. 26 Tahun 1989 dengan memberikan tunjangan fungsional sebagai pengajar dan dengan kemungkinan kenaikan pangkat yang terbuka.
Rumusan Masalah
Bagaimanakah profesionalisme guru di SD Negeri 2 Tegalpingen?
Apakah guru di SD Negeri 2 Tegalpingen sudah memenuhi 4 kompetensi guru?
Bagaimanakah peran guru SD Negeri 2 Tegalpingen dalam pembelajaran?
Bagaimanakah peran guru SD Negeri 2 Tegalpingen dalam bimbingan konseling dan pengelolaan stress?
Apakah guru di SD Negeri 2 Tegalpingen sudah menerapkan kode etik guru?
Bagaimanakah refleksi dalam tugas dan pengembangan profesi melalui organisasi di SD Negeri 2 Tegalpingen?
Tujuan
Untuk mengetahui profesionalisme guru di SD Negeri 2 Tegalpingen.
Untuk mengetahui 4 kompetensi guru di SD Negeri 2 Tegalpingen.
Untuk mengetahui peran guru SD Negeri 2 Tegalpingen dalam pembelajaran.
Untuk mengetahui peran guru SD Negeri 2 Tegalpingen dalam bimbingan konseling dan pengelolaan stress.
Untuk mengetahui penerapan kode etik guru di SD Negeri 2 Tegalpingen.
Untuk mengetahui refleksi dalam tugas dan pengembangan profesi melalui organisasi di SD Negeri 2 Tegalpingen.
Manfaat Observasi
Memberikan pengetahuan dan wawasan mengenai bagaimana profesionalisme guru mengajar di lapangan.
Memberikan pengetahuan bentuk peran serta komponen pembelajaran di sekolah.
Memberikan pengetahuan bagaimana seorang guru melakukan profesionalisme pembelajaran di kelas.
Memberikan pengalaman kepada mahasiswa PGSD sebagai calon guru agar lebih professional ketika terjun ke sekolah untuk melakukan pembelajaran.
Tempat Pelaksanaan
Kegiatan observasi saya lakukan di SD Negeri 2 Tegalpingen yang berada di Jl. Si Gendon,, Desa Tegalpingen, Kecamatan Pengadegan, Kabupaten Purbalingga, Provinsi Jawa Tengah. Kode pos: 53393
Waktu Pelaksanaan
Kegiatan Observasi dilaksanakan di SD Negeri 2 tegalpingen pada hari Sabtu, 30 Mei 2015 mulai pukul 07.30 hingga pukul 11.00 WIB.
Metode Pengumpulan Data
Dalam pelaksanaan observasi di SD Negeri 2 tegalpingen, saya memperoleh data sebagai bahan laporan observasi dengan beberapa metode, diantaranya adalah :
Metode Observasi
Merupakan metode pengumpulan data dengan cara pengamatan langsung di SD Negeri 2 tegalpingen tersebut. Saya melihat secara langsung kondisi SD tersebut dan mengamati keadaannya.
Metode Wawancara
Merupakan metode pengumpulan data dengan cara tanya jawab dengan pihak terkait sehubungan data yang akan diambil. Kegiatan wawancara dilakukan oleh observer kepada kepala SD Negeri 2 tegalpingen dan guru-guru lainnya.
Indentitas Sekolah
Nama Sekolah : SD NEGERI 2 TEGALPINGEN
Provinsi : Jawa Tengah
Otonomi : Kabupaten Purbalingga
Kecamatan : Pengadegan
Desa/Kelurahan : Tegalpingen
Jalan Dan Nomor : Jl. Si Gendon,, Desa Tegalpingen, Kecamatan
Pengadegan
Kode Pos : 53393
Akreditasi : B Th. 2011 Bulan : Agustus
Luas : Tanah : 1500 m2 Bangunan: 1000 m2
Lokasi Sekolah : Desa Tegalpingen
Jarak : O Ke Pusat Kecamatan : 4 km
O Ke Pusat Otonomi Daerah : 15 km
Sejarah Singkat Sekolah
Dahulu, banyak anak kecil usia sekolah. Mereka ingin bersekolah tetapi tempatnya jauh. Jadi, hanya dari golongan orang tua mampu saja yang bisa menyekolahkan anaknya. Itu pun tempatnya jauh.Maka munculah suatu pemikiran untuk mendirikan sekolah di lahan kosong yang akhirnya didirikan sekolah tersebut.
Visi dan Misi Sekolah
Visi Sekolah
Melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi
Membentuk budi pekerti yang luhur
Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi
Iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
Misi Sekolah
Meningkatkan mutu pendidikan
Meningkatkan kegiatan kurikuler/ekstrakurikuler dan KBM
Membentuk budi pekerti yang luhur
Ikut mensukseskan dan melaksanakan program pemerintah
Meningkatkan disiplin dalam melaksanakan tugas sekolah
BAB II
LANDASAN TEORI
PROFESIONALISME GURU
Profesi adalah suatu pekerjaan yang dalam melaksanakan tugasnya memerlukan/menuntut keahlian, menggunakan teknik-teknik ilmiah serta dedikasi yang tinggi. Keahlian diperoleh dari pendidikan yang khusus diperuntukkan dengan kurikulum yang dapat dipertanggungjawabkan. Profesionalisme guru adalah suatu peningkatan segala daya dn usaha dalam rangka pencapaian secara optimal layanan yang diberikan kepada masyarakat dalam bidang pengajaran.
Syarat-syarat professional guru harus memiliki kompetensi sebagai berikut:
Kompetensi professional artinya ia memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam dari bidang studi yang akan diajarkan serta penguasaan metodelogis/teoritis, mampu memilih dan menggunakan metode yang tepat dalam proses belajar mengajar.
Komponen personal artinya memiliki sikap kepribadian yang mantab sehingga mampu menjadi sumber inspirasi bagi subjek. Guru memiliki kepribadian yang patut diteladani.
Kompetensi sosial artinya guru mampu menunjukkan kemampuan berkomunikasi sosial dengan murid, sesama guru, kepala sekolah, dan masyarakat luas.
Kemampuan untuk memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya yang berarti mengutamakan nilai kemanusiaan daripada nilai benda material.
Professional jabatan guru akan mulai Nampak, apabila guru tersebut menurut Robert W. Richey (1974) mempunyai criteria berikut:
Guru bekerja memberikan pelayanan kemanusiaan daripada kepentingan pribadi.
Guru secara hokum dituntut memenuhi berbagai persyaratan untuk mendapatkan lisensi mengajar dan menjadi anggota organisasi guru.
Guru dituntut memiliki pemahaman serta keterampilan yang tinggi dalam hal mengajar, metode, siswa, dan landasan pendidikan.
Dalam organisasi profesi, guru memiliki publikasi professional yang dapat melayani para guru sehingga mampu mengikuti perkembangan yang terjadi.
Guru diusahakan untuk selalu mengikuti kursus, workshop, seminar, konvensi.
Guru diakui sebagai karir yang hidup.
Guru memiliki nilai dan etika yang berfungsi secara local dan nasional.
KOMPETENSI GURU
Kualifikasi Akademik Guru
Peraturan menteri pendidikan nasional Nomor 16 tahun 2007 tanggal 4 mei 2007 tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru.
Kualifikasi Akademik Guru Melalui Pendidikan Formal
Guru pada SD/MI, atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) dalam bidang pendidikan SD/MI (D-IV/S1 PGSD/PGMI) atau psikologi yang diperoleh dari program studi yang terakreditasi.
Kualifikasi Akademik Guru Melalui Uji Kelayakan dan Kesetaraan
Kualifikasi akademik yang dipersyaratkan untuk dapat diangkat sebagai guru dalam bidang-bidang khusus yang sangat diperlukan tetapi belum dikembangkan di perguruan tinggi dapat diperoleh melalui uji kelayakan dan kesetaraan. Uji kelayakan dan kesetaraan bagi seseorang yang memiliki keahlian tanpa ijazah dilakukan oleh perguruan tinggi yang diberi wewenang untuk melaksanakannya.
Standar Kompetensi Guru
Standar kompetensi guru ini dikembangkan secara utuh dari empat kompetensi utama, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru.
Kompetensi Pedagodik
Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual.
Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.
Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik.
Memanfaatkan teknologi informasi untuk kepentingan pembelajaran.
Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.
Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.
Kompetensi Kepribadian
Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia.
Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan.
Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, dewasa, arif, dan berwibawa
Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri.
Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.
Kompetensi Sosial
Tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi.
Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat.
Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya.
Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.
Kompetensi Profesional
Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.
Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/bidang pengembangan yang diampu.
Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif.
Mengembangkan keprofesi-onalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif.
Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri.
PERAN GURU DALAM PEMBELAJARAN
Proses pembelajaran adalah proses inkuiri dan reflektif yang menekankan pentingnya pengalaman dan penghayatan guru terhadap proses tersebut. Proses pembelajaran merupakan proses implementasi kurikulum menuntut guru untuk mengartirlasikan bahan ajar serta mengembangkan dan mengimplementasikan program pembelajaran dalam suatu tindakan yang kuat dan akurat sesuai tujuan dan isi kurikulum serta segala perangkatnya untuk mewujudkan proses pembelajaran optimal.
Rancangan pembelajaran jangka panjang dan pendek mencakup komponen-komponen sebagai berikut:
Analisis kurikulum yaitu kegiatan untuk merumuskan rencana dan bahan ajar yang lebih bermakna dan sesuai dengan perkembangan siswa.
Tujuan pembelajaran yang harus menyangkut tentang tujuan perilaku, tujuan pemecahan masalah, tujuan ekspresif, dan tujuan afektif.
Rencana kegiatan berisi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
Rencana evaluasi terdiri dari kegiatan evaluasi sumatif dan formatif.
Pendekatan plurlistik dalam manajemen kelas memadukan berbagai pendekatan dan memandang manajemen kelas sebagai seperangkat kegiatan untuk mengembangkan dan memelihara lingkungan belajar yang efektif. Pembelajaran yang efektif terwujud dalam perubahan perilaku siswa sebagai dampak instruksional dan dampak pengiring. Proses pembelajaran berlangsung dalam suatu adegan yang perlu ditata dan dikelola menjadi suatu lingkungan belajar yang kondusif.
Lingkungan belajar dikembangkan dan dipelihara dengan memperhtikan faktor keragaman dan perkembangan siswa. Manajemen kelas dikembangkan melalui tahapan berikut ini : perumusan kondisi ideal, analisis kesenjangan, pemilihan strategi, dan penilaian efektivitas strategi. Penataan lingkungan fisik kelas merupakan unsure penting dalam manajemen kelas karena memberikan pengaruh kepada perilaku guru dan siswa.
Evaluasi adalah proses memperoleh informasi untuk membentuk judgement dalam pengambilan keputusan. Dengan demikian ada 4 tahap evaluasi yaitu:
Tahap persiapan
Tahap memperoleh informasi yang diperlukan
Tahap membentuk judgement
Tahap menggunakan judgement untuk mengambil keputusan
Informasi yang diperlukan untuk kepentingan evaluasi dijaring dengan teknik inkuiri, observasi, analisis, dan tes. Pemilihan teknik yang digunakan didasarkan atas jenis informasi yang harus diungkap sehingga dalam suatu evaluasi bisa digunakan berbagai teknik sekaligus. Pengolahan hasil pengukuran atas hasil belajar dimaksudkan untuk mengevaluasi proses dn hasil belajar siswa.
BIMBINGAN KONSELING DAN PENGELOLAAN STRESS
Bimbingan ialah penolong individu agar dapat mengenal dirinya dan supaya individu itu dapat mengenal serta dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi di dalam kehidupannya (Oemar Hamalik, 2000:193).
Konseling merupakan upaya bantuan kepada seseorang supaya dia memperoleh konsep diri dan kepercayaan pada diri sendiri, untuk dimanfaatkan olehnya dan memperbaiki tingkah lakunya pada masa yang akan datang (Mungin Eddy Wibowo, 1986:39).
Bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu siswa agar dapat mengembangkan kepribadiannya secara optimal dari segi fisik, intelektual, emosional, sosial, moral, dn spiritual.
Bimbingan diselenggarakan berdasarkan pada prinsip-prinsip berikut:
Individu sedang berada dalam proses berkembang.
Sasaran bimbingan adalah semua siswa di sekolah tersebut.
Memperdulikan semua aspek perkembangan.
Kemampuan siswa merupakan dasar bagi penentuan pilihan.
Bimbingan merupakan bagian terpadu pendidikan.
Bantuan diberikan sebagai upaya mengembangkan kemampuan siswa merealisasikan diri
Penyelenggaraan bimbingan yang professional harus memperhatikan asas-asas bimbingan berikut : kerahasiaan, keterbukaan, keahlian, kedinamisan, tut wuri handayani.
Masalah yang dihadapi siswa dibedakan menjadi masalah belajar dan amsalah bukan belajar. Akan tetapi masalah tersebut bermuara pada kesulitan belajar. Kesulitan belajar siswa dapat diidentifikasikan dengan melakukan tes hasil belajar, tes kemampuan dasar, dan pengamatan kemampuan siswa dalam belajar. Ada beberapa teknik dalam membantu siswa dalam kesulitan belajar yaitu melalui pengajaran perbaikan, pengayaan, peningkatan motivasi belajar, peningkatan keterampilan belajar, pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang efektif.
Bimbingan di sekolah meliputi sebagai berikut:
Bimbingan blajar, lebih dititikberatkan pada bimbingan kurikuler.
Bimbingan pribadi lebih terfokus pada pengembangan diri.
Bimbingan sosial lebih tertuju pada usaha membantu siswa agar memiliki keterampilan berinteraksi dengan kelompoknya.
Bimbingan karier dapat membantu siswa dalam usaha pemahaman diri siswa terkait dengan dunia kerja.
Kemampuan guru dalam membimbing ketika proses pembelajaran berlangsung adalah upaya menciptakan lingkungan belajar sehat yang dapat diperoleh melalui pemanfaatan pengajaran di kelas sebagai sarana bimbingan, pendekatan kelompok, konferensi kasus, dan memasukkan sisi psikologis dalam pembelajaran. Secara khusus, upaya pemberian bantuan bagi siswa yang mengalami masalah belajar dapat dilakukan dengan cara program perbaikan pengajaran, pengayaan, peningkatan motivasi belajar, peningkatan keterampilan belajar, serta pengembangan sikap dan kebiasaan belajar efektif.
Stress adalah suatu perasaan tidk nyaman atau tertekan secara fisik dan psikologis yang dipandang dapat mengancam, mengganggu, membebani, atau membahayakan keselamatan atau kesejahteraan hidup seseorang. Stress dapat muncul pada keseluruhan periode hidup manusia. Keadaan stress pada seseorang dapat diketahui dari gejala yang muncul dalam bentuk fisik atau psikis. Sakit lambung atau sakit kepala yang dikeluhkan seseorang merupakan gejala stress dalam bentuk fisik, sedangkan perasaan cemas atau bersikap agresif merupakan gejala stress dalam bentuk psikis.
Coping atau pengelolaan stress adalah suatu upaya untuk mengatasi, mengurangi, atau menghilangkan perasaan tertekan yang disebabkan oleh stress. Melalui hal ini seseorang/klien diharapkan aspek psikologis berfungsi dengan baik dan fungsi fisiologi kembali normal meliputi:
Bersikap lebih toleran terhadap kenyatan yang bersifat negative.
Memelihara citra diri yang positif.
Memelihara keseimbangan emosi.
Memelihara hubungan positif dengan orang lain.
Mengurangi kondisi lingkungan yang berbahaya.
Kefektifan pengelolaan stress sangat dipengaruhi oleh:
Lingkungan sosial terutama orang tua, suami/istri, teman mempunyai pengaruh kuat terhadap keberhasilan seseorang dalam mengelola stress. Dari lingkungan sosial, klien akan memperoleh dukungan emosi, bantuan penilaian terhadap masalah yang sedang dihadapi, cara mengatasi masalah, dan juga dukungan materiil.
Karakteristik kepribadian seseorang juga mempunyai pengaruh yang cukup kuat terhadap keberhasilan seseorang dalam menghadapi stress. Orang yang selalu tabah menghadapi cobaan, selalu optimis mengahdapi masa depan dan memiliki sifat humoris akan lebih cepat berhasil dalam menghadapi stress.
Stress dapat dihadapi dengan beberapa pendekatan, seperti terapi rasional emosi, meditasi, relaksasi, dan mengamalkan ajaran agama. Orang yang terkena stress biasanya tidak dapat berfikir rasional. Oleh karena itu, melalui terapi rasional, klien akan terbimbing agar dapat berfikir rasional. Melalui meditasi, energy, kesehatan, dan hubungan interpersonal seseorang dapat ditingkatkan. Kekalutan pikiran dan menurunnya gangguan fisik dapat diatasi dengan relaksasi. Tidak kalah penting pula bahwa sifat pasarah dan tawakal juga dapat mengurangi stress.
PENERAPAN KODE ETIK GURU
Kode etik merupakan seperankat pedoman yang memaksa perilaku etis para anggota profesi. Perangkat pedoman ini lebih eksplisit, sistematis, dan mengikat. Kode etik guru sesungguhnya merupakan pedoman yang mengatur hubungan guru dengan siswa, teman sejawat, dan masyarakat.
Kode etik guru memiliki fungsi sebagai berikut:
Agar memiliki pedoman dan arah yang jelas dalam melaksanakan tugasnya sehingga terhindar dari penyimpngan profesi.
Agar guru bertanggung jawab pada profesinya.
Agar profesi guru terhindar dari perpecahan dan pertentangan internal.
Agar guru mampu meningkatkan kualitas dan kinerja masyarakat sehingga jasa profesi guru diakui dan digunakan oleh masyarakat sebagai profesi yang membantu dalam memecahkan masalah dan mengembangkan diri.
Agar profesi guru terhindar dari campur tangan profesi lain dan pemerintah secara kurang proporsional.
Guru diharapkan mampu menjalin hubungan yang harmonis, dinamis, koopertaif dengan teman sejawat, siswa, orang tua siswa, pemerintah, masyarakat dan dengan misi tugasnya sendiri. Dalam menjalankan tugas profesinya, pada dasarnya guru memerlukan kode etik. Di Indonesia dikenal dengan "Kode Etik Guru Indonesia", yaitu suatu aturan yang menjadi pedoman bagi guru Indonesia dalam menjalankan tugas profesi dan aktivitasnya, meskipun rumusan kode etik tersebut sesungguhnya masih perlu penjabaran lebih rinci.
Kode etik guru Indonesia yang sekarang masih berlaku adalah kode etik guru yang dirumuskan PGRI pada tahun 1994. Perlu disadari bahwa kode etik inilah yang harus dipedomani oleh guru Indonesia dalam mengabdikan dirinya dengan penuh rasa tanggung jawab. Pengabdian yang guru lakukan pada hakikatnya harus dapat dipertanggungjawabkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, bangsa, negara, dan masyarakat.
Kode etik tersebut mengandung nilai filosofis, teoritis, dan pragmatis. Kode etik tersebut mencerminkan nilai luhur dan esenssial. Secara teoritis, kode etik dirumuskan berdasar pada nilai-nilai standar keilmuan dan keahlian. Konsepsinya merupakan kristalisasi dari body of knowledge ilmu keguruan/kependidikan dan didasarkan atas azas etis.
Penerapan kode etik guru dalam keluarga paling tidak memiliki 4 fungsi yaitu sebagai pedoman guru dalam.
Membentuk anggota keluarga menjadi manusia seutuhnya yang berjiwa pancasila.
Menanamkan kejujuran pada anggota keluarganya.
Memupuk semangat kekeluargaan dan kesetiakawanan anggota keluarganya.
Mendorong partisipasi anggota keluarga dalam menyukseskan jalannya pendidikan.
Penerapan kode etik guru dalam menunaikan tugasnya, keluarga atau masyarakat berkaitan dengan pengembangan manusi seutuhnya. Dalam hal ini, guru perlu mempertimbangkan tiga dimensi keutuhan, yaitu jasmani-rohani, sosial-individual, dan keselarasan perkembangan potensi yng berlandaskan keimanan dan ketkwaan kepada Tuhan.
REFLEKSI DALAM TUGAS DAN PENGEMBANGAN PROFESI MELALUI ORGANISASI
Agar ada kesesuaian antara tujuan pendidikan jangka panjang, tujuan utuh pendidikan dengan tugas yang dirancang diperlukan tindakan-tindakan yang sistemik. Tindakan tersebuthendaknya dilakukan pada:
Tingkat structural, yaitu organisasi penyelenggara system pendidikan nasional tingkat pusat dan daerah.
Tingkat institusional, yaitu satuan penyelenggara system pendidikan pada jalur, jenjang, jenis persekolahan maupun luar sekolah.
Tingkat operasional, yaitu satuan pelaksana kegiatan proses pembelajaran dan pendidikan pada pada jalur, jenjang, jenis persekolahan maupun luar sekolah.
Untuk lebih meningkatkan dan mengangkat citra profesi kependidikan, seorang guru harus mampu mengejawantahkan tujuan pendidikan, melakukan tindakan refleksi professional dan memilih serta memutuskan tindakan-tindakan positif demi kemajuan profesi kependidikan di Indonesia.
Profesi merupakan jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian tanggung jawab dan kesetiaan dalam mengabdikan diri. Keahlian itu umumnya diperoleh melalui pendidikan formal dalam jangka waktu tertentu yang relative lama. Dalam melaksanakan tugas keprofesionasiannya, pengemban suatu profesi harus mempertanggungjawabkan kepada diri sendiri, lembaga, organisasi, masyarakat, dan kepada Tuhan. Unsur pengabdian menjadi sangat utama baginya.
Suatu profesi muncul pada hakikatnya karena ada kepercayaan masyarakat yang ditopang oleh persepsi masyarakat bahwa:
Seseorang professional memiliki keahlian khusus dan kompetensi yang tidak pernah ditemui di masyarakat lain.
Kelompok professional memiliki kodifikasi yang menjadi standar perilakunya dan masyarakat yakin bahwa kelompok professional memiliki motivasi yang sangat tinggi untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat sehingga menempatkan kepentingan masyarakat di atas kepentingan pribadi dengan berpegang teguh pada standar profesionalnya.
Profesi kependidikan memiliki organisasi tersendiri sebagai wadah berkiprah dan mengembangkan diri. Organiasasi tersebut berfungsi mempersatukan berbagai potensi di bidang kependidikan yang pada gilirannya profesi ini memiliki kekuatan dan kekuasaan. Selain itu, organisasi profesi kependidikan berfungsi meningkatkan atau mengembangkan professional anggotanya yang mencakup: penampilan, bidang studi, komponen professional, komponen penyesuaian, dan komponen tingkah laku. Organisasi kependidikan bertujuan meningkatkan dan mengembangkan karier, kemamapuan, kewenangan professional, martabat, dan kesejahteraan anggota.
BAB III
PEMBAHASAN HASIL OBSERVASI
PROFESIONALISME GURU
Guru-guru di SD Negeri 2 Tegalpingen sudah diakui masyarakat sebagai suatu bentuk profesi yang juga dihormati masyarakat. Guru tersebut menjadi teladan bagi siswa dan masyarakat. Sekolah melalui pembelajaran di kelas berusaha memberikan pelayanan pendidikan yang optimal kepada masyarakat. Guru juga sudah mempunyai syarat-syarat kompetensi professional, personal, dan sosial. Guru juga sering mengikuti seminar dan workshop agar lebih professional dalam pembelajaran yang dilakukannya.
KOMPETENSI GURU
Kualifikasi Akademik Guru Melalui Pendidikan Formal
Guru di SD Negeri 2 Tegalpingen menjadi PNS secara kualifikasi pendidikan formal. Hampir semua guru adalah lulusan dari Universitas Terbuka. Guru dari golongan IVa berasal dari transfer akademik D2 UT kemudian menjadi S1 UT. Guru WB atau guru tidak tetap ada 3, yang mengajar pada hari-hari tertentu saja.
No
Guru
Jabatan
Ijazah/
tahun
Pangkat/
golongan
Tahun masuk
1.
Nurno
Kepala sekolah
S2/2009
Pembina/IVa
2002
2.
Mursit
Wakil kepala sekolah
S1/2010
Pembina/IVa
2004
3.
Minanto
Guru kelas
S1/2009
Pembina/IVa
2004
4.
Siti Maesaroh
Guru kelas
S1/2011
Pembina/IVa
2007
5.
Sutiyem
Guru kelas
S1/2011
Pembina/IVa
2007
6.
Samto
Guru agama islam
S1/2010
Pembina/IVa
2007
7.
Novia Santi
Guru kelas
D2/2007
Peng muda tk 1/IIb
2010
8.
Hanik Irawati
Guru kelas
S1
Wiyata bakti
9.
Nasit Nurul
Guru olahraga
S1
Wiyata bakti
10.
Ineke Wati
Guru bahasa Inggris
S1
Wiyata bakti
12.
Sri Untung
Tata usaha
D2/2009
Standar Kompetensi Guru
Kompetensi Pedagodik
Guru kelas sudah memahami karakteristik siswa dari moral, sosial, dan cultural. Setelah mengikuti program PLPG, guru mengetahui teori-teori dan model-model pembelajaran yang inovatif. Namun, dalam pelaksanaannya kurang optimal. Pembelajaran belum menggunakan teknologi informasi dan komunikasi karena keterbatasan sumber/media/computer. Komputer sekolah berada di kantor, hanya digunakan oleh guru atau pegawai tata usaha. Sekolah tidak terlibat banyak dalam hal aktualisasi, hanya beberapa siswa saja yang mampu untuk aktualisasi. Evaluasi embelajaran hanya dilakukan pada kala tertentu saja, tidak setiap hari. Tidak ada tindakan reflektif dari guru untuk memperbaiki kualitas pembelajaran. Guru mengajar seperti yang telah dilakukannya sejak dahulu.
Kompetensi Kepribadian
Guru memiliki kepribadian yang dewasa. Norma agama menjadi bagian dari kegiatan sekolah. Semua guru perempuan berjilbab. Setiap hari sebelum pembelajaran kelas dimulai, semua siswa melakukan pengajian bersama-sama dengan dipimpin temannya atau jika siswa kelas tinggi membimbing siswa kelas rendah. Guru menjunjung tinggi kode etik profesi guru. Menjaga penampilan dan sikap agar bisa menjadi teladan bagi siswa dan masyarakat.
Kompetensi Sosial
Tidak ada bentuk diskriminasi guru dalam bergaul dan berkomunikasi dengan guru yang lain. Begitu juga dengan masyarakat, guru SD Negrei 02 Tegalpingen selalu menjalin komunikasi yang baik dengan menggunakan bahasa yang sopan dan santun sehingga masyarakat melihat guru sebagai sosok yang berwibawa dan mampu menjadi teladan bagi masyarakat itu sendiri. Kepribadian guru juga akan menyangkut dengan kepercayaan masyarakat terhadap sekolah tersebut untuk mendidik anak-anak.
Kompetensi Profesional
Guru sudah menampilkan dan menyampaikan pembelajaran secara professional, namun ada beberapa guru yang tidak professional. Hal ini bisa dilihat ketika guru tersebut tidak lulus mengerjakan soal tes PLPG secara tertulis, bahkan harus sampai mengulang berkali-kali. Namun, untuk materi kelas yang diampunya, guru sudah cukup mampu secara professional. Meskipun ada keterbatasan media dan alat peraga, guru tetap berusaha agar pembelajaran mudah diterima siswa. Keprofesionalnya guru ini dapat dilihat yaitu siswa kelas VI mendapatkan nilai ujian nomor 2 se-kecamatan Pengadegan.
PERAN GURU DALAM PEMBELAJARAN
Silabus dan RPP
Silabus berasal dari BNSP. Sedangkan untuk RPP, guru membelinya dari luar sebagai referensi. RPP tidak dibuat dalam setiap pembelajaran, namun dibuat pada waktu tertentu, misalnya jika ada tinjauan dari dinas pendidikan atau pengawas sekolah. Pada siswa kelas rendah sudah menggunakan RPP tematik, tetapi pembelajarannya tidak menggunakan model tematik.
Kelebihan dan kekurangan RPP di SD Negeri 2 Tegalpingen adalah:
No.
Kekurangan
Kelebihan
1.
Guru menggunakan RPP meskipun membelinya di toko. RPP yang dibelinya digunakan sebagai patokan membuat RPP. Setiap pembelajaran guru tidak membuat RPP. Hanya kala-kala tertentu saja, RPP dibuat. Misalnya, ketika ada peninjauan sekolah dari pusat.
Guru sudah menggunakan RPP Tematik berkarakter. RPP berkarakter, yaitu tertuliskan adanya karakter siswa ang diharapkan, seperti disiplin, tekun, tanggung jawab, dan percaya diri.
2.
Pada standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indicator tidak ada nomer kendalinya.
Satu RPP tematik berkarakter digunakan dengan alokasi waktu 3 minggu (6 x pertemuan).
3.
Tujuan pembelajaran juga masih berisi "siswa dapat ….".
4.
Tidak ada pendekatan, tetapi ada metode pembelajarannya.
Media pembelajaran dan alat peraga
Media pembelajaran dan alat peraga yang ada di SD Negeri 2 tegalpingen adalah tabung, kerucut, kubus, kerangka manusia, patung sapi, pedal sepeda, globe, rangkaian listrik seri, alat pembuat keripik singkong. Alat tersebut disimpan di kantor. Sebagian juga disimpan di lemari. Alat peraga sering digunakan pada siswa kelas tinggi. Guru jarang menggunakan alat peraga tersebut karena hanya dengan buku paket dan buku LKS sudah dirasa cukup digunakan untuk melaksanakan pembelajaran.
Penggunaan model dan metode pembelajaran
Dalam pembelajaran di kelas guru sering menggunakan metode ceramah. Guru tidak mengenal bahkan tidak mengetahui model-model pembelajaran kooperatif. Jika ada kegiatan siswa untuk berkelompok, guru hanya menggunakan diskusi konvensional. Kemudian, setiap kelompok mempresentasikan tugasnya di hadapan teman-temannya. Hal ini dapat melatih mental percaya diri siswa.
Pengelolaan kelas
Kegiatan belajar siswa cukup bervariasi, ada kegiatan individu, berpasangan, dan kegiatan kelompok. Dalam pembentukan kelompok dilakukan berdasarkan tempat duduk terdekat sehingga mudah dikelola. Keanggotaan kelompok berubah-ubah, karena tempat duduk siswa berganti-ganti setiap hari meskipun model tempat duduknya sama yaitu model segi empat (kotak). Tata tertib dibuat dengan kesepakatan antara guru dan siswa sehingga semua memiliki tanggung jawab yang sama.
Kegiatan belajar mengajar sering dilakukan di dalam kelas. Guru jarang mengajak siswa belajar di luar kelas meskipun hanya di halaman sekolah. Pembelajaran di luar kelas biasanya dilakukan pada mata pelajaran PJOK (Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan), yaitu di halaman sekolah atau di lapangan desa setempat.
Keterampilan bertanya
Guru sering mengajukan pertanyaan yang memancing siswa untuk aktif dan menjawab pertanyaan tersebut sesuai/berhubungan dengan pengalaman siswa. Guru juga member jeda kepada siswa untuk menjawab pertanyaan agar siswa berfikir. Kemudian, bagi siswa yang belum paham bisa ditanyakan kepada guru dengan mengangkat tangan dahulu sebelum bertanya.
Umpan balik dan evaluasi
Umpan balik atau konfirmasi selalu diberikan guru ketika siswa menanggapi mengenai pembelajaran tersebut. Hal ini sangat berpengaruh yaitu siswa berlomba-lomba aktif di kelas agar ditunjuk dan diberi kesempatan mengemukakan jawaban/pendapatnya. Dengan ini, siswa akan lebih bersemangat mengikuti pembelajaran di kelas. Oleh karena itu, antara siswa dan guru terjalin keakraban.
Siswa diberi pegangan buku paket satu meja satu buku paket (2 siswa mendapat pinjaman satu buku paket). Setiap siswa diwajibkan membeli buku LKS (Lembar Kerja Siswa) yang berisi rangkuman pelajaran dan lembar evaluasi. Kadang-kadang dari soal lembar evaluasi ini juga digunakan sebagai PR untuk kemudian dibahas pada pertemuan materi yang akan datang.
Tugas yang diberikan guru kepada siswa selalu diberi nilai. Hal ini ternyata mampu membuat siswa lebih semangat dalam mengerjakan tugas dengan sungguh-sungguh. Setiap akhir pembelajarn guru juga memberikan PR kepada siswa. PR tersebut kemudian dibahas bersama-sama atau langsung dikumpulkan untuk dinilai sendiri oleh guru pada pertemuan selanjutnya.
Hasil karya siswa
Tidak semua hasil karya siswa dipajang di dinding kelas. Hanya hasil karya siswa yang bagus saja yang dipajang di dinding kelas. Itu pun hanya dilakukan pada mata pelajaran SBK saja. Sedangkan untuk mata pelajaran yang lain memang tidak dipajang di dinding karena memang tidak ada aktivitas siswa yang menghasilkan suatu karya tertentu.
Hasil belajar dan remedial
Tidak semua mata pelajaran ditentukan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Mata pelajaran dengan ketentuan KKM adalah Matematika 55, pendidikan agama islam 60, bahasa Indonesia 60, IPA 60, dan IPS 60. Sedangkan untuk siswa yang belum memenuhi KKM, maka remedial diadakan setelah ujian akhir semester. Biasanya siswa yang remidi kurang lebih ada 3 anak.
Kegiatan ekstrakurikuler
Bagi siswa kelas 4, 5, dan 6 ada kegiatan pramuka pada hari Jumat dan Sabtu. Selain itu, ada juga kegiatan TPQ (Taman Pendidikan Qur'an) yang diselenggarakan pada setiap hari Selasa dan Jumat. Sedangkan kegiatan lainnya, yaitu keterampilan anyaman. Siswa kelas 1, 2, dan 3 setiap pagi ada kegiatan BTQ (Baca Tulis Qur'an).
Prestasi siswa dan sekolah
SD Negeri 2 Tegalpingen termasuk sekolah yang berada di daerah pedesaan. Sehingga prestasi yang pernah diraih biasa-biasa aja.
Kelulusan Siswa
Siswa kelas VI selalu lulus 100 % setiap tahun dengan nilai-nilai yang cukup memuaskan. Semua siswa melanjutkan ke SMP/MTs. Sebagian besar siswanya melanjutkan ke MTs Negeri. Tetapi ada juga yang melanjutkan ke MTs Muhammadiyah, SMP Muhammadiyah, SMP MTA, dan sebagian lagi melanjutkan ke SMP Negeri favorit, yaitu Beberapa SMP Negeri di Purbalingga dan SMP Negeri 1 Pengadegan.
HAKIKAT BIMBINGAN DAN KONSELING
Pelayanan bimbingan dan konseling di SD Negeri 2 Tegalpingen tidak memiliki program khusus sehingga pelaksanaannya terjadi secara spontan dan pada waktu tertentu saja, misalnya ketika ada masalah pada siswa. Untuk masalah kecil, guru langsung menyelesaikan masalah di tempat kejadian misalnya ketika ada siswa yang berebut pensil, mainan, atau buku, saling mengejek. Sedangkan untuk masalah yang lumayan rumit, biasanya orang tua siswa ikut terlibat.
Pernah ada kasus siswa kelas VI, siswa ini pandai, kemudian ada siswa yang sering meminta bantuan mengerjakan soal latihan ujian (marai). Karena tidak suka, siswa tersebut melaporkannya kepada orang tuanya. Kemudian guru melarang siswa untuk meminta bantuan siswa itu dalam mengerjakan soal ujian. Sampai-sampai pihak sekolah harus datang ke rumah siswa itu bertemu orang tuanya dalam hal ini. Karena memang siswa ini pandai. Namun karena pihak orang tua tidak terima, maka hal ini menjadi msalah yang cukup rumit.
Masalah siswa yang lain yaitu perkelahian, siswa laki-laki mengganggu siswa perempuan. Meskipun guru terlibat, ini bukan masalah yang besar. Perkelahian juga dapat dilerai dengan baik. Pengawasan terhadap siswa tidak dilakukan secara langsung. Pada saat jam pelajaran saja. Sedangkan di luar jam pelajaran adalah berdasarkan laporan dari siswa. Sekolah memang tidak bisa melakukan pengawasan secara langsung.
Ada juga masalah ketika siswa keluar dari pagar/halaman sekolah sehingga ketika menyeberang siswa tersebut terserempet motor sampai harus dibawa ke rumah sakit. Apalagi sisw tersebut adalah dari siswa yang kurang mampu. Maka, sekolah berusaha untuk member bantuan secara materi.
Stress merupakan hal biasa yang terjadi para guru, namun untuk guru di SD Negeri 2 Tegalpingen mampu mengelola stress dengan baik. Pernah ada kasus guru yang stress ketika tidk lulus dalam mengikuti PLPG di UNS, guru tersebut menjadi tidak semangat dalam melaksanakan pembelajaran di kelas sehingga siswa menjadi korban dari dampak stress yang dihadapi guru. Apalagi guru tersebut sudah berulang kali mengikuti remedial PLPG namun selalu gagal. Hal ini menjadi pukulan keras bagi guru apabila guru tersebut tidak memiliki pegangan agama yang kuat. Teman sejawat guru juga berusaha memberikan masukan dan menghibur guru tersebut terutama kepala sekolah.
PENERAPAN KODE ETIK GURU
Sebagai anggita dari PGRI, guru di SD Negeri 2 Tegalpingen mempunyai dan harus menaati kode etik guru. Kode etik guru ini harus dilaksanakan dengan baik sebagai pedoman guru dalam menjalankan profesi sehingga tidak terjadi penyimpangan dan tidak ada lagi pihak yang dirugikan baik siswa, guru itu sendiri, maupun sekolah.
FREFLEKSI DALAM TUGAS DAN PENGEMBANGAN PROFESI MELALUI ORGANISASI.
Perencanaan program/Kegiatan sekolah
SD Negeri 2 Tegalpingen telah menetapkan program-program dalam mencapai tujuan pendidikan :
Penyusunan kalender pendidikan
Penetapan kalender pendidikan permulaan tahun pelajaran 2014/2015 adalah pada bulan Juli 2014 dan berakhir pada bulan Juni 2015. Hari libur ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional dan atau Menteri Agama. Kalender pendidikan disusun oleh sekolah berdasarkan alokasi waktu sebagaimana tersebut pada dokumen standar isi dengan memperhatikan ketentuan dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Pembagian tugas mengajar
Semua yang menjabat guru di SD Negeri 2 Tegalpingen adalah guru kelas. Pembagian tugas dilaksanakan berdasarkan kemampuan guru mengelola/menghadapi siswanya. Guru yang sabar ditempatkan di kelas rendah. Sebagaian guru kelas juga merangkap sebagai guru bahasa Inggris, guru olahraga, dan guru computer.
Penyusunan kurikulum
SD Negeri 2 Tegalpingen sudah menggunakan kurikulum KTSP dalam pelaksanaan pembelajarannya. Selain itu, ada juga kurikulum muatan lokal, yaitu bahasa Jawa, bahasa inggris, computer, kewirausahaan, dan budi pekerti.
Penerimaan siswa baru
Penerimaan siswa baru selalu meningkat setiap tahun. Pengumuman penerimaan siswa baru ditempel di papan pengumuman sekolah. Masyarakat juga sudah mengetahui kebiasaan sekolah untuk menerima siswa setiap pelajaran berganti atau setelah penerimaan raport kenaikan kelas. Persyaratan siswa yang mendaftar adalah berusia 6 tahuan ke atas. Penerimaan siswa baru tidak dipungut biaya dan tidak ada tes masuk. Jumah siswa yang diterima ada sekitar 20-30 anak. Setiap siswa yang diterima di kelas 1 mendapatkan baju sekolah gratis seperti : baju merah hati, baju pramuka, baju kotak-kotak (kewenangan sekolah). Biaya tambahan, yaitu setiap siswa diharuskan membayar Rp. 27.000,00 untuk membeli baju olahraga.
Evaluasi dan Perbaikan
Setiap pergantian tahun ajaran, sekolah selalu mengadakan kegiatan evaluasi. Kegiatan evaluasi dilakukan untuk memperbaiki kinerja guru dan memperbaiki kualitas sekolah. Dari prestasi dan lulusan sekolah serta buku raport hasil belajar siswa, maka akan diketahui kinerja sekolah. Melalui musyawarah bersama kepala sekolah, setiap guru saling memberi masukan dan saran membangun. Selain itu, guru juga berusaha mengangkat citra sekolah di mata masyarakat sehingga masyarakat mempercayakan anaknya untuk menuntut ilmu di SD Negeri 2 Tegalpingen.
BAB IV
PENUTUP
Simpulan
Guru-guru di SD Negeri 2 Tegalpingen memang sudah melaksanakan tugas profesionalisme guru meskipun belum sepenuhnya. Mereka juga sudah mengikuti berbagai pelatihan, seminar, dan workshop sebagai upaya meningkatkan pembelajaran.
Guru-guru di SD Negeri 2 Tegalpingen sudah memenuhi 4 kompetensi guru. Mereka telah berusaha untuk menampilkan dan menunjukkan sebagai guru yang memiliki kompetensi pedagogik, kompetensi pribadi, kompetensi professional, dan kompetensi sosial.
Peran guru SD Negeri 2 Tegalpingen dalam pembelajaran adalah mengelola bagaimana agar siswa mampu membangun dan mengkonstruksi pembelajaran sehingga siswa bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Peran guru SD Negeri 2 Tegalpingen dalam bimbingan konseling adalah sebagai teman siswa dan memberikan bimbingan dalam memecahkan masalah yang dihadapi oleh siswa baik masalah belajar atau masalah di luar belajar. Sedangkan untuk pengelolaan stress, peran teman sejawat/guru yang lain sangat membantu bagi guru yang mengalami stress dalam memberikan motivasi.
Setiap guru PNS yang ikut tergabung dalam PGRI, maka harus memahami dan menaati kode etik guru. Guru di SD Negeri 2 Tegalpingen sudah menerapkan kode etik guru dalam menjalankan tugas profesinya sebagai guru.
Refleksi dalam tugas dilakukan guru setelah pelaksanaan tugas. Dari nilai ujianakhir semester, guru akan mengetahui kemamapuan siswa dan kekurangan guru dalam melaksanakan pembelajaran.