BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Batuan adalah suatu mineral penyusun kerak bumi yang terbentuk karena
pembekuan magma yang keluar dari bawah permukaan bumi salah satunya melalui letusan gunung berapi. Magma yang telah keluar itu selanjutnya membeku karena pengaruh suhu. Terjadi proses yang sangat panjang dalam pembekuan magma tersebut. Pada proses yang panjang itu, terdapat faktorfaktor yang mempengaruhi pembentukan batuan-batuan tersebut, diantaranya adalah air dan angin. Faktor-faktor inilah yang menyebabkan suatu batuan mengalami ubahan secara kimia, fisika, maupun biologi menjadi batuan yang baru.
1.2
Maksud dan Tujuan
1.2.1 Maksud Praktikum Batuan Metamorf ini dilakukan guna memberi pengetahuan serta melatih praktikan agar dapat mengenal karakteristik batuan metamorf secara spesifik. 1.2.2 Tujuan Tujuan dilaksanakannya dilaksanakannya praktikum batuan metamorf ini, antara lain : 1. Mampu mengenal karakteristik batuan metamorf 2. Mampu memahami klasifikasi batuan metamorf 3. Mampu mendeskripsikan mendeskrip sikan batuan metamorf
BAB II LANDASAN TEORI
2.1
Batuan Metamorf Batuan metamorf
merupakan batuan yang terbentuk akibat adanya
proses perubahan tekanan (P), temperatur (T) atau kedua-duanya dengan temperatur berkisar antara 200-800 derajat C. Pada proses ini batuan tidak mengalami perubahan komposisi kimia (isokimia) serta tanpa melalui fasa cair (dalam keadaan padat). Proses metamorfosa tersebut membentuk batuan menjadi
berbeda
dengan batuan asalnya. Perbedaan tersebut terlihat pada tekstur dan struktur maupun asosiasi mineralnya.
Apabila batas kestabilan terlampaui
maka
perubahan tekanan (P), temperatur (T) atau keduanya dapat mengubah mineral dan hubungan antar butiran/kristalnya. Selain faktor tekanan dan temperatur, pembentukan batuan metamorf juga tergantung pada jenis batuan asalnya. Batuan metamorf juga dapat diartikan sebagai batuan asal atau batuan induk baik berupa batuan beku, batuan sedimen yang mengalami perubahan mineralogi, tekstur serta struktur sebagai akibat adanya perubahan temperatur (di atas proses diagenesa dan di bawah titik lebur; 200-350 oC < T < 650-800oC) dan tekanan yang tinggi (1 atm < P < 10.000 atm). Proses metamorfisme tersebut terjadi di dalam bumi pada kedalaman lebih kurang 3 km – 20 km. Menurut Winkler (1989), proses-proses metamorfisme itu mengubah mineral-mineral suatu batuan pada fase padat karena pengaruh atau respons terhadap kondisi fisika dan kimia di dalam kerak bumi yang berbeda dengan kondisi sebelumnya. 2.1.1 Tipe-tipe Metamorfisme Batuan metamorf merupakan batuan yang terbentuk akibat adanya perubahan tekanan, temperature, atau keduanya . berdasarkan proses dan genesanya, batuan metamorf dibagi menjadi enam bagian, antara lain
:
1. Metamorf Termal, proses ini sering disebut juga metamorfisme kontak, proses ini terjadi pada kontak sebuah intrusi magma atau lava melalui celah-celah magma, sehingga terjadi kenaikan suhu pada jalur tersebut.
Kemudian, panas akan diteruskan ke batuan sekitarnya, proses ini terjadi pada tekanan rendah dan temperatur tinggi. Proses yang terjadi adalah rekristalisasi dan reaksi antara mineral dan larutan magmatik serta penggantian dan penambahan mineral. Contoh batuan dari proses metamorfisme ini adalah batu gamping menjadi batu marmer.
Gambar 2.1 Batu Marmer
2. Metamorfisme Regional, terjadi akibat adanya kenikan tekanan (P) dan temperatur (T) secara bersama-sama, biasanya terjadi di zona subduksi. Contoh batuan dari proses metamorfisme ini adalah amfibolit
Gambar 2.2 Amfibolit
3. Metamorfisme
Dinamo,
proses
ini
sering
disebut
metamorfisme
dislokasi/katalastik karena proses ini terjadi pada dislokasi atau deformasi lokal yang intensif pada tempertur dan tekanan yang rendah. Proses dimulai dengan breksi patahan, kemudian milonit.
Gambar 2.3 Batu Sabak
2.1.2 Faktor-faktor Metamorfisme Dalam pembentukan batuan metamorf, terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi genesanya. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah
:
1. Temperatur, merupakan faktor pengontrol yang berperan dalam proses metamorfisme.
Kenaikan
yang
terjadi
pada
temperatur
dapat
menyebabkan terjadinya perubahan dan rekristalisasi kembali mineralmineral dalam batuan yang telah ada tanpa melalui fase cair. Pada kondisi ini temperatur sekitar 350-1200 derajat celcius. 2. Tekanan, kenaikan yang terjadi pada tekanan dapat menyebabkan terjadi perubahan dan rekristalisasi pada mineral dalam batuan yang telah ada sebelumnya. Menurut Jackson kondisi ini terjadi pada tekanan sekitar 110.000. 3. Aktivitas Larutan Kimia, kondisi ini terjadi pada temperatur sekitar 350 oC – 1200oC dan tekanan 1 – 10000 bar (Jackson) = (0,9869) atm.
2.2
Klasifikasi Batuan Metamorf Pembentukan batuan metamorf memiliki genesa yang berbeda-beda. Hal
ini yang melatarbelakangi adanya pengklasifikasian batuan metamorf terhadap beberapa aspek. 2.2.1 Berdasarkan Tekstur Tekstur merupakan sifat mineral/butiran atau hubungan antara butir pada suatu batuan. Berdasarkan tekstur, batuan metamorf ini terbagi menjadi tiga jenis, antara lain
:
1. Granoblastik, tekstur ini memperlihatkan susunan mineral yang memmiliki butiran dengan dimensi yang sama
2. Lepidoblastik, tekstur ini memperlihatkan susunan mineral-mineral pipih yang sejajar 3. Nematoblastik, tekstur ini memperlihatkan susunan mineral-mineral prismatic, tabular, dll. Tekstur diatas merupakan tektur tekstur umum yang t erdapat pada batuan metamorf. Dari ketiga tekstur tersebut, tekstur batuan metamorf dapat diklasifikasikan menjadi dua tekstur, antara lain
:
1. Heteroblastik, tekstur ini memperlihatkan butiran yang tidak seragam 2. Homeoblastik, tekstur ini memperlihatkan butiran yang seragam 2.2.2 Berdasarkan Struktur Struktur batuan metamorf ditinjau dari bentuk mineral yang terdapat di tubuh batuan metamorf. Tekstur ini terbagi menjadi dua jenis, antara la in : 1. Foliasi (berlapis), struktur ini tersusun dari mineral berbentuk pipih sebagai akibat
dari
proses
metamorfisme
yang
melatarbelakangi
pembentukannya. 2. Non Foliasi (tidak berlapis), struktur ini tersusun dari mineral yang membulat. Pada umumnya terbentuk dari proses metamorfisme thermal
2.3
Mineral Penyusun Batuan Metamorf Pada umumnya mineral-mineral penyusun batuan metamorf merupakan
mineral serie bowen dan mineral-mineral khas batuan metamorf, antara lain : 1. Amphibole 2. Biotite 3. Plagioklas Feldspar 4. Orthoklas 5. Mica 6. Kuarsa 7. Kalsit
BAB III TUGAS DAN PEMBAHASAN
3.1
Tugas Praktikan
mendapatkan
tugas
mendeskripsikan
sebanyak tiga buah.
3.2
Pembahasan No. Batuan
: LG/BM/2/2012
Warna Batuan
: Grey
Tekstur
: Heteroblastik
Struktur Batuan
: Foliasi
Komposisi
: Hornblenda, Plagioklas
Proses Metamorfisme : Metamorfisme Regional
Foto 3.1 Batuan Metamorf 1
Sketsa 3-D
:
batuan
metamorf
No. Batuan
: LG/BM/--/2012
Warna Batuan
: Kehijauan
Tekstur
: Homeoblastik
Struktur Batuan
: Foliasi
Komposisi
: Olivin
Proses Metamorfisme : Metamorfisme Dinamo
Foto 3.2 Batuan Metamorf 2
Sketsa 3-D
:
No. Batuan
: LG/BM/49/2012
Warna Batuan
: Putih Kehijauan
Tekstur
: Homeoblastik
Struktur Batuan
: Foliasi
Komposisi
: Olivin, Kuarsa, Plagioklas
Proses Metamorfisme : Metamorfisme Dinamo
Foto 3.3 Batuan Metamorf 3
Sketsa 3-D
:
No. Batuan
: LG/BS/X4/2012
Warna Batuan
: Coklat
Tekstur
: Heteroblastik
Struktur Batuan
: Foliasi
Komposisi
: Orthoklas, Plagioklas
Proses Metamorfisme : Metamorfisme Dinamo
Gambar 3.4 Batuan Metamorf 4
Sketsa 3-D
:
No. Batuan
: LG/BS/49/2012
Warna Batuan
: Black
Tekstur
: Homeoblastik
Struktur Batuan
: Non-Foliasi
Komposisi
: Biotit
Proses Metamorfisme : Metamorfisme Thermal
Gambar 3.5 Batuan Metamorf 5
Sketsa 3-D
:
BAB IV ANALISA
Batuan metamorf merupakan batuan yang terbentuk akibat adanya perubahan tekanan, temperature atau keduanya karena adanya gaya geologi. Batuan metamorf ini sangat tampak pada teksturnya. Pada umumnya, batuan metamorf memiliki ciri umum yang khas. Contohnya, pada metamorfisme termal batuan yang terbentuk cenderung hitam. Hal ini dikarenakan batuan ini terbentuk pada suhu yang sangat tinggi. Metamorfisme dinamo pada umumnya membentuk batuan yang cenderung pipih. Hal ini dikarenakan batuan ini terbentuk pada tekanan yang sangat tinggi. Sedangkan metamorfisme regional pada umumnya membentuk batuan yang cenderung hitam dan pipih. Hal ini dikarenakan batuan ini terbentuk pada tekanan dan suhu yang sangat tinggi. Pemerian batuan metamorf pada umumnya dilakukan berdasarkan kandungan mineral pada batuan tersebut.
BAB V KESIMPULAN
Dari hasil praktikum yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan bahwa mendeskripsikan suatu batuan harus memahami karakteristik batuan itu sendiri. Batuan sedimen memiliki karakteristik yang khas mulai dari tekstur dan struktur. Batuan metamorf juga dapat diklasifikasikan berdasarkan genesanya ; metamorfisme termal, metamorfisme dinamo, dan metamorfisme regional. Metamorfisme termal, proses ini terjadi pada suhu yang sangat tinggi sehingga membentuk batuan yang sangat hitam. Metanorfisme dinamo, proses ini terjadi pada tekanan yang sangat tinggi sehingga membentuk batuan yang pipih. Sedangkan metamorfisme regional, proses ini terjadi pada tekanan dan suhu yang sangat tinggi sehingga membentuk batuan yang hitam dan pipih. Untuk mendeskripsikan batuan metmorfisme diperlukan pemahaman terhadap seluruh parameter yang digunakan pada pendeskripsian. Contohnya tekstur batuan metamorf (homeoblastik, heteroblastik), struktur batuan metamorf (foliasi, non foliasi).
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous, “Batuan Metamorf”, wingmanarrows.wordpress Ahira Anne, 2012, “Batuan Metamorf”, anneahira.com Ibash, 2012, “Batuan Metamorf”, basdargeophysics.wordpress.com Anonymous, 2010 “Jurnal Geologi”, jurnal-geologi.blogspot Ali Fahmi, 2007, “Tipe-Tipe Metamorfisme”, alifahmi.wordpress.com Ariany Mitha, 2012, “Batuan Metamorf”, mithaariany.wordpress Budie Pt, 2012, “Proses Pembentukan Metamorf”, ptbudie.wordpress.com