BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Geologi lapangan merupakan mata kuliah yang sangat fundamental dalam pengembangan dasar – dasar dasar ilmu geologi. Senua data yang diperlukan oleh seorang ahli geologi terdapat di lapangan yang akan diteliti. Dengan pengambilan data yang baik dan benar, maka kita dapat mengetahui apa yang terjadi sesungguhnya di tempat itu pada beberapa juta tahun yang lalu. Dengan begitu kita dapat merekonstruksi apa yang sebenarnya ”. terjadi di masa lalu, sesuai dengan deng an semboyan “the present is the key to the past ”. Seluruh pengambilan data yang dilakukan pada dasarnya ialah untuk memetakan kondisi geologi yang ada di daerah penelitian, seperti kondisi geomorfologi, stratigrafi dan struktur yang ada di daerah tersebut. Hasil akhir dari suatu pemetaan ini adalah dengan membuat suatu peta geologi. Peta ini merupakan peta yang memberikan gambaran mengenai seluruh penyebaran dan susunan dari lapisan-lapisan batuan dengan memakai warna atau simbol, sedangkan tanda-tanda yang terlihat di dalamnya dapat memberikan pencerminan dalam tiga dimensi mengenai susunan batuan di bawah permukaan. Nilai dari peta geologi, artinya hingga dimana peta tersebut dapat digunakan, tergantung dari ketelitian pada waktu pengamatan di lapangan. Pemetaan yang dilakukan ialah berada di Kecamatan Karangsambung, Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah. Daerah Karangsambung, Luk Ulo, Jawa Tengah dikenal sebagai salah satu tempat tersingkap batuan campuran, yaitu Kompleks Melange Luk-Ulo yang berumur Kapur Akhir sampai Paleosen. Satuan batuan ini dianggap sebagai produk dari proses subduksi antara lempeng Indo-Australia yang menunjam di bawah lempeng benua Asia Tenggara ( Asikin, 1974). Satuan batuan ini ditutupi oleh sedimen-sedimen Paleogen, yang terdiri dari Formasi Karangsambung dan Formasi Totogan. Kedua satuan batuan ini terdiri dari batulempung dengan fragmen-fragmen atau bongkah-bongkah batuan asing yang tercampur di dalamnya, yang dianggap sebagai olistostrom. Di bagian atas dari sedimen Paleogen ini juga diendapkan sedimen Neogen yaitu Formasi Waturanda, Formasi Penosogan dan Formasi Halang. Litologi yang beragam disertai struktur yang mengontrol menyebabkan di daerah ini memiliki proses geologi yang cukup kompleks. Pada laporan ini akan dibahas mengenai
1 Laporan Pemetaan KL Daerah Cantel
geologi Daerah Cantel dan sekitarnya, mencakup kondisi geomorfologi, penyebaran satuan batuan, struktur-struktur geologi, dan sejarah geologi dari daerah ini.
1.2 Maksud dan Tujuan Penelitian
Pemetaan
ini
dimaksudkan
sebagai
pelaksanaan
tugas
Kuliah
Lapangan
Karangsambung 2012 yang merupakan mata kuliah di Prodi Teknik Geologi, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Jendral Soedirman. Tujuan penelitian ini adalah untuk memetakan daerah Cantel, Karangsambung dengan memaparkan kondisi geomorfologi, ciri litologi, stratigrafi, penyebaran satuan batuan, struktur geologi, dan sejarah geologinya.
1.3 Lokasi, dan Kesampaian Daerah
Pada laporan ini, yang menjadi lingkup kajian daerah pemetaan ialah pada Daerah 2
Waturanda dan sekitarnya. Luas daerah penelitian 30 km . Daerah penelitian secara administratif termasuk Kecamatan Karangsambung, Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah. Daerah ini dapat dicapai dengan kendaraan beroda empat. Sedangkan untuk memperoleh singkapan-singkapan singkapan-singkapan batuan yang baik, b aik, diperlukan penjelajahan dengan berjalan kaki.
Gambar 1. Peta lokasi daerah penelitian
2 Laporan Pemetaan KL Daerah Cantel
1.4 Geografi Daerah Penelitian
Seperti yang telah kita ketahui, Daerah Karangsambung merupakan daerah cagar alam geologi. Desa Karangsambung yang berada dan menjadi titik pusat di dalam kawasan ini terletak 19 km di sebelah utara kota Kebumen. Bagian utara kawasan geologi Karangsambung merupakan bagian dari Lajur Pegunungan Serayu Selatan. Pada umumnya daerah ini terdiri atas dataran rendah hingga perbukitan menggelombang dan perbukitan tak teratur yang mencapai ketinggian hingga 520 m. Musim hujan di daerah ini berlangsung dari Oktober hingga Maret, dan musim kemarau dari April hingga September. Masa transisi diantara kedua musim itu adalah pada MaretApril dan September-Oktober. Tumbuhan penutup atau hutan sudah agak berkurang, karena di beberapa tempat telah terjadi pembukaan hutan untuk berladang atau dijadikan hutan produksi (jati dan pinus). Sebagian besar penduduk di daerah Karangsambung beragama Islam. Pada umumnya penduduk bekerja sebagai petani (mengolah sawah, berkebun, berladang, menyadap getah pinus). Mereka biasa menyelingi pekerjaan bertani dengan menambang kerikil dan pasir di sungai, atau membuat batu bata. Sebagian kecil bekerja sebagai pedagang, pegawai pemerintahan atau merantau ke luar daerah. Hasil pertanian selain padi adalah, tembakau, ubi kayu, petai, kelapa, jagung, pisang dan sedikit sayur-mayur. Sebagian penduduk memelihara ternak seperti ayam, kambing atau sapi. Makanan utama penduduk adalah nasi dan sebagian kecil lainnya mengkonsumsi oyek yang terbuat dari ubi kayu. Jumlah penduduk khususnya di daerah Karangsambung menurut data statistik dari BPS Kabupaten Kebumen tahun 2002 adalah 39.543 jiwa. Fasilitas pendidikan formal yang ada di daerah Karangsambung dan sekitarnya terbatas hanya sampai pada jenjang setingkat SLTP. Di daerah ini terdapat 7 sekolah setingkat SLTP yang setiap tahunnya meluluskan sekitar 600 siswa. Dari jumlah itu sebagian kecil saja yang melanjutkan ke jenjang SLTA di kota Kebumen. Bagi siswa yang tinggal di desa-desa di Kecamatan Sadang, mereka sedikitnya menempuh perjalanan sejauh 30 km ke Kebumen. Walaupun pendidikan adalah salah satu masalah di daerah Karangsambung, bagi mereka yang berkesempatan melanjutkan pendidikan hingga ke perguruan tinggi, tercatat beberapa oang putra daerah Karangsambung berhasil menyelesaikan pendidikan sarjana S1. Masyarakat Karangsambung menggunakan bahasa jawa dengan dialek yang khas (Banyumasan), namun pada umumnya mereka mengerti bahasa Indonesia.
3 Laporan Pemetaan KL Daerah Cantel
1.5 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat ditarik identifikasi masalah yaitu : 1. Bagaimana mengenai geomorfologi Daerah Cantel dan sekitarnya? 2. Bagaimana stratigrafi Daerah Cantel dan sekitarnya? 3. Bagaimana kondisi struktur geologi yang berkembang di Daerah Cantel dan sekitarnya? 4. Bagaimana sejarah geologi dari Daerah Cantel dan sekitarnya?
1.6 Metode Penelitian
Metoda penelitian terdiri dari empat tahap yaitu studi pendahuluan, penelitian lapangan, pengolahan data, dan penyusunan laporan. Peta dasar yang digunakan dalam penelitian berskala 1:12.500. a) Studi Pendahuluan
• Analisis peta topografi, foto udara, dan citra b) Penelitian Lapangan
• Observasi singkapan • Pengukuran unsur struktur geologi yang a da. • Melakukan lintasan geologi terukur pada lintasan terpilih c) Pengolahan Data
• Pembuatan peta lintasan, peta geomorfologi, peta geologi, serta penampang geologi detil. d) Penyusunan Laporan
Hasil akhir dari seluruh rangkaian pemetaan adalah penyusunan laporan berupa laporan pemetaan Daerah Waturanda, Karangsambung, Kebumen.
4 Laporan Pemetaan KL Daerah Cantel
BAB II GEOLOGI REGIONAL DAERAH KARANGSAMBUNG 2.1. Fisiografi Regional Jawa Tengah
Pulau Jawa secara fisiografi dan struktural, dibagi atas empat bagian utama (Bemmelen, 1970) yaitu: – Sebelah barat Cirebon (Jawa Barat) – Jawa Tengah (antara Cirebon dan Semarang) – Jawa Timur (antara Semarang dan Surabaya) – Cabang sebelah timur Pulau Jawa, meliputi Selat Madura dan Pulau Madura Jawa Tengah merupakan bagian yang sempit di antara bagian yang lain dari Pulau Jawa, lebarnya pada arah utara-selatan sekitar 100 – 120 km. Daerah Jawa Tengah tersebut terbentuk oleh dua pegunungan yaitu Pegunungan Serayu Utara yang berbatasan dengan jalur Pegunungan Bogor di sebelah barat dan Pegunungan Kendeng di sebelah timur serta Pegunungan Serayu Selatan yang merupakan terusan dari Depresi Bandung di Jawa Barat. Pegunungan Serayu Utara memiliki luas 30-50 km, pada bagian barat dibatasi oleh Gunung Slamet dan di bagian timur ditutupi oleh endapan gunung api muda dari Gunung Rogojembangan, Gunung Prahu dan Gunung Ungaran.
Gambar 2: fisiografi jawa tengah
5 Laporan Pemetaan KL Daerah Cantel
2.2 Tatanan Tektonik Pulau Jawa a. Tektonik Regional
Perkembangan tektonik pulau Jawa dapat dipelajari dari pola-pola struktur geologi dari waktu ke waktu. Struktur geologi yang ada di pulau Jawa memiliki pola-pola yang teratur. Secara geologi pulau Jawa merupakan suatu komplek sejarah penurunan basin, pensesaran, perlipatan dan vulkanisme di bawah pengaruh stress regime yang berbeda-beda dari waktu ke waktu. Secara umum, ada tiga arah pola umum struktur yaitu arah Timur Laut – Barat Daya (NE-SW) yang disebut pola Meratus, arah Utara – Selatan (N-S) atau pola Sunda dan arah Timur – Barat (E-W). Perubahan jalur penunjaman berumur kapur yang berarah Timur Laut – Barat Daya (NE-SW) menjadi relatif Timur – Barat (E-W) sejak kala Oligosen sampai sekarang telah menghasilkan tatanan geologi Tersier di Pulau Jawa yang sangat rumit disamping mengundang pertanyaan bagaimanakah mekanisme perubahan tersebut. Kerumitan tersebut dapat terlihat pada unsur struktur Pulau Jawa dan daerah sekitarnya. Pola Meratus di bagian barat terekspresikan pada Sesar Cimandiri, di bagian tengah terekspresikan dari pola penyebarab singkapan batuan pra-Tersier di daerah Karang Sambung. Sedangkan di bagian timur ditunjukkan oleh sesar pembatas Cekungan Pati, “Florence” timur, “Central Deep”. Cekungan Tuban dan juga tercermin dari pola konfigurasi Tinggian Karimun Jawa, Tinggian Bawean dan Tinggian Masalembo. Pola Meratus tampak lebih dominan terekspresikan di bagian timur. Pola Sunda berarah Utara-Selatan, di bagian barat tampak lebih dominan sementara perkembangan ke arah timur tidak terekspresikan. Ekspresi yang mencerminkan pola ini adalah pola sesar-sesar pembatas Cekungan Asri, Cekungan Sunda dan Cekungan Arjuna. Pola Sunda pada Umumnya berupa struktur regangan. Pola Jawa di bagian barat pola ini diwakili oleh sesar-sesar naik seperti sesar Beribis dan sear-sear dalam Cekungan Bogor. Di bagian tengah tampak pola dari sesar-sesar yang terdapat pada zona Serayu Utara dan Serayu Selatan. Di bagian Timur ditunjukkan oleh arah Sesar Pegunungan Kendeng yang berupa sesar naik. Dari data stratigrafi dan tektonik diketahui bahwa pola Meratus merupakan pola yang paling tua. Sesar-sesar yang termasuk dalam pola ini berumur Kapur sampai Paleosen dan tersebar dalam jalur Tinggian Karimun Jawa menerus melalui Karang Sambung hingga di daerah Cimandiri Jawa Barat. Sesar ini teraktifkan kembali oleh aktivitas tektonik yang lebih muda. Pola Sunda lebih muda dari pola Meratus. Data seismik menunjukkan Pola Sunda telah mengaktifkan kembali sesar-sesar yang berpola Meratus pada Eosen Akhir hingga Oligosen Akhir. Pola Jawa menunjukkan 6 Laporan Pemetaan KL Daerah Cantel
pola termuda dan mengaktifkan kembali seluruh pola yang telah ada sebelumnya (Pulunggono, 1994). Data seismik menunjukkan bahwa pola sesar naik dengan arah barattimur masih aktif hingga sekarang. Fakta lain yang harus dipahami ialah bahwa akibat dari pola struktur dan persebaran tersebut dihasilkan cekungan-cekungan dengan pola yang tertentu pula. Penampang stratigrafi yang diberikan oleh Kusumadinata, 1975 dalam Pulunggono, 1994 menunjukkan bahwa ada dua kelompok cekungan yaitu Cekungan Jawa Utara bagian barat dan Cekungan Jawa Utara bagian timur yang terpisahkan oleh tinggian Karimun Jawa. Kelompok cekungan Jawa Utara bagian barat mempunyai bentuk geometri memanjang relatif utara-selatan dengan batas cekungan berupa sesar-sesar dengan arah utara selatan dan timur-barat. Sedangkan cekungan yang terdapat di kelompok cekungan Jawa Utara Bagian Timur umumnya mempunyai geometri memanjang timur-barat dengan peran struktur yang berarah timur-barat lebih dominan. Pada Akhir Cretasius terbentuk zona penunjaman yang terbentuk di daerah Karangsambung menerus hingga Pegunungan Meratus di Kalimantan. Zona ini membentuk struktur kerangka struktur geologi yang berarah timurlaut-baratdaya. Kemudian selama tersier pola ini bergeser sehingga zona penunjaman ini berada di sebelah selatan Pulau Jawa. Pada pola ini struktur yang terbentuk berarah timur-barat. Tumbukkan antara lempeng Asia dengan lempeng Australia menghasilkan gaya utama kompresi utara-selatan. Gaya ini membentuk pola sesar geser (oblique wrench fault) dengan arah baratlaut-tenggara, yang kurang lebih searah dengan pola pegunungan akhir Cretasisus. Pada periode PliosenPleistosen arah tegasan utama masih sama, utara-selatan. Aktifitas tektonik periode ini menghasillkan pola struktur naik dan lipatan dengan arah timur-barat yang dapat dikenali di Zona Kendeng.
7 Laporan Pemetaan KL Daerah Cantel
2.3 Geomorfologi Karangsambung 0
Secara geografis, daerah Karangsambung terletak pada koordinat 7 34’00”LS 0
0
0
- 7 36’30” LS dan 109 37’00”BT - 109 44’00” BT. Secara administratif, daerah penelitian
Karangsambung
termasuk
kedalam
Kecamatan
Karangsambung,
Kabupaten Kebumen, Propinsi Jawa Tengah. Karangsambung terletak di bagian selatan zona Pegunungan Serayu (Van Bemmelen,1949 op.cit.Sucipta,2006).
Gambar 3. Fisiografi Regional Jawa Tengah (van Bemmelen, 1949 op.cit. Hadiansyah, 2005)
Karangsambung terletak sekitar 20 km ke arah utara dari Kebumen dengan elevasi ± 111 mdpl. Di daerah ini terdiri dari beberapa gunung di antaranya yaitu Gunung Paras (510 mdpl), Gunung Brujul (428 mdpl), Gunung Gedog (312 mdpl), Gunung Sigeong, Gunung Waturanda dan masih banyak lagi. Van Bemmelen (1949) membagi Jawa tengah atas enam satuan, yaitu Satuan Gunungapi Kuarter, Dataran Aluvial Jawa Utara, Antiklinorium Bogor-Serayu UtaraKendeng, Depresi Jawa Tengah, Pegunungan Serayu Selatan, dan Pegunungan Selatan. Berdasarkan pembagian fisiografi di atas, daerah Karangsambung termasuk ke dalam Zona Pegunungan Serayu Selatan (lihat gambar 1).
8 Laporan Pemetaan KL Daerah Cantel
Topografi bagian utara dan selatan dari daerah ini didominasi oleh daerah perbukitan Litologi di daerah bagian utara didominasi oleh batuan metamorf (filit, sekis, marmer), batuan beku (basalt, diabas, dll) dan batuan sedimen keras (breksi, batupasir kasar, dll) sedangkan bagian selatan didominasi oleh batuan sedimen keras (breksi, batupasir kasar, dll). Di bagian timur merupakan daerah lembah dimana morfologi ini dihasilkan oleh litologi lunak (batulempung) di bagian tengah yang tererosi dan litologi kasar (breksi) di bagian utara dan selatan yang tahan terhadap erosi. Di bagian barat sampai ke bagian tengah lebih di dominasi oleh dataran karena litologi bagian ini adalah batulempung. Daerah Karangsambung dilewati oleh sungai utama yaitu sungai Luk Ulo yang berarah utara-selatan yang merupakan tipe sungai dewasa yang dicirikan oleh bentuk sungainya yang sudah bermeander. Berdasarkan analisa foto udara daerah ini merupakan sebuah antiklin yang bagian tengahnya sudah tererosi sehingga secara litologi akan berulang sama di utara dan selatan dan telah berkembangnya banyak struktur geologi.
2.4 Stratigrafi Daerah Karangsambung
Stratigrafi daerah Karangsambung berdasarkan Asikin, et al., 1992 op. cit. Sucipta, 2006 yaitu Kompleks Melange Luk Ulo, Formasi Karangsambung, Formasi Totogan, Formasi Waturanda, Formasi Penosogan, Formasi Halang dan endapan alluvial (lihat gambar 3).
9 Laporan Pemetaan KL Daerah Cantel
Gambar 4. Kolom Stratigrafi Umum Daerah Karangsambung ( modifikasi Harsolumakso et al., 1996 dari Asikin et al., 1992 )
Kompleks Melange Luk Ulo berumur Kapur Atas hingga Paleosen. Fragmenfragmen batuan yang terdapat dalam Kompleks Melange Luk Ulo dapat dibedakan menjadi bongkah-bongkah selingkungan ( native blocks) dan bongkah-bongkah asing (exotic blocks). Pada umumnya terdiri dari batuan seperti sekis, rijang dan batugamping merah, basalt, serpentinit, amfibolit, gabbro, peridotit, serta batuan metamorf tekanan tinggi yaitu sekis biru dan eklogit dalam massadasar serpih dan batulempung hitam. Satuan Melange Luk Ulo dapat dibagi menjadi dua, yaitu Satuan Seboro dan Satuan Jatisamit. Satuan Seboro dicirikan oleh lebih banyaknya bongkah-bongkah asing dibandingkan dengan masadasarnya. Sedangkan Satuan Jatisamit dicirikan oleh lebih banyaknya masadasar dibandingkan dengan bongkah-bongkah asingnya. Di atas Kompleks
Melange
Luk
Ulo
diendapkan
secara
tidak
selaras
Formasi
Karangsambung dengan batas tektonik.
10 Laporan Pemetaan KL Daerah Cantel
Formasi Karangsambung berumur Eosen. Formasi ini berupa batulempung bersisik (scaly clay), berwarna hitam mengkilap, berselingan dengan batupasir dan batulanau. Terdapat bongkah-bongkah konglomerat, batugamping numulites, basalt, batupasir. Di atas formasi ini diendapkan Formasi Totogan secara selaras. Formasi Totogan berumur Oligosen hingga Miosen Awal. Formasi ini berupa breksi bewarna kelabu dengan fragmen batulempung, lava basalt, batupasir dan batugamping dengan masadasar batulempung. Di atas formasi ini diendapkan Formasi Waturanda secara selaras. Formasi Waturanda berumur Miosen Awal. Formasi ini berupa breksi vulkanik dan batupasir greywacke. Diendapkan secara “ gravity mass flow” atau dengan arus turbidit. Di atas formasi ini diendapkan Formasi Panosogan secara selaras. Formasi Penosogan berumur berumur Miosen Tengah. Formasi ini berupa perselingan batupasir, batulempung, tuff, napal dan batugamping kalkarenit. Formasi ini dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian bawah dicirikan oleh perlapisan batupasir dan batulempung, bagian tengah terdiri dari perlapisan napal dan batulanau tufaan dengan sisipan kalkarenit, sedangkan bagian atas lebih bersifat gampingan, berukuran lebih halus terdiri dari napal tufaan dan tuf. Pada formasi ini ditemukan struktur sedimen load cast, flute cast, parallel lamination, cross lamination dan graded bedding. Bagian atas dari Formasi Penosogan diendapkan Formasi Halang
secara selaras. Formasi Halang berumur Miosen Atas hingga Pliosen. Formasi ini berupa perselingan batupasir, batulempung, napal, tuff dengan sisipan breksi. Bagian bawah didominasi oleh breksi dengan sisipan batupasir dan napal. Di bagian atas terdapat sisipan batupasir, perselingan napal dan batulempung semakin banyak dengan sisipan tuff makin dominan. Struktur longsoran ( slump) merupakan ciri khas yang menunjukkan sifat pengendapan pada cekungan yang menurun dengan cepat. Bagian atas dari stratigrafi ini yaitu aluvial yang berumur Holosen.
11 Laporan Pemetaan KL Daerah Cantel
2.4 Struktur Geologi Daerah Karangsambung
Daerah Karangsambung memiliki struktur geologi yang terbentuk akibat adanya proses tektonik pada Zaman Kapur Akhir hingga Paleosen dan adanya orogenesa pada Zaman Tersier (Asikin, 1987). Gaya yang bekerja pada Kapur Akhir, mempunyai arah hampir Barat Laut-Tenggara (N350ºE - N170ºE). Sedangkan gaya berikutnya mempunyai arah Utara-Selatan. Perbedaan sifat fisik, yaitu plastisitas, elastisitas, kelembaman, dan kegetasan batuan terhadap gaya yang bekerja, maka masing-masing batuan yang ada di daerah ini mengekspresikan deformasi yang berlainan. Sehingga ketika tegangan tektonik bertambah dan kemudian terhenti, terjadilah semacam penyesuaian diri kembali massa batuan tersebut, sambil mempengaruhi satu sama lain.
Gambar 5. Foto Udara Daerah Karangsambung
Struktur-struktur geologi seperti lipatan, kekar, dan sesar-sesar di daerah Karangsambung mempunyai dua macam arah umum. Poros struktur yang berumur pra-Tersier adalah hampir Timurlaut-Baratdaya. Sedangkan poros lipatan Tersier di Pegunungan Serayu Selatan adalah Barat-Timur. Selain kekar, sesar, dan lipatan, di daerah Luk Ulo dijumpai pula struktur-struktur deformasi lainnya seperti boudine. Struktur-struktur demikian terjadi akibat adanya rentang-aliran searah gerakan tektonik dan hanya terjadi pada batuan yang lebih keras. Sumbu terpanjang boudine (potongan batuan yang mengalami rentang-aliran tersebut, dilihat dari penampang, akan sejajar arah aliran. Arah rentang-aliran pada umumnya tegak lurus terhadap gerak tektonik, jadi sejajar sumbu lipatan.
12 Laporan Pemetaan KL Daerah Cantel
Di daerah Karangsambung, boudine-boudine tersebut terkepung dalam masadasar batulempung. Kepungan-kepungan ini mempunyai ukuran bervariasi, mulai
dari
kecil
hingga
sebesar
bukit.
Kepungan-kepungan
boudine
di
Karangsambung terbentuk sebagai akibat adanya tektonik kuat yang menyebabkan penyampuradukan dan deformasi pada batuan.
2.6 Hasil Penelitian Terdahulu
Formasi Karangsambung (Asikin, 1974) telah mengundang banyak peneliti untuk mendiskusikannya. Peneliti-peneliti terdahulu antara lain adalah Harloff (1933), Tjia (1966), Asikin (1974, 1992), Harsolumakso et al. (1995), Kapid dan Harsolumakso (1996), Harsolumakso dan Noeradi (1996). Tjia (1966) memakai istilah sedimen Eosen untuk endapan sedimen Tersier di daerah Luk Ulo yang disimpulkan sebagai material pelumas dalam proses diatrofisme Tersier dan diendapkan sebagai seri transgresif di lingkungan neritik dan paralis. Sedimen Eosen terdiri dari konglomerat polimik, perselingan serpih ( shale) dengan batupasir; batugamping, serpih, argilite, dan napal yang mempunyai kedudukan tidak selaras terhadap satuan pra-Tersier. Sedimen Eosen tersebut memiliki perpotongan lineasi antara bidang fracture cleavage dan bidang perlapisan pada perselingan serpih dengan batupasir sebagai akibat gaya kompresi yang tegak lurus dari sumbu panjang pulau Jawa. Asikin (1974) mendefinisikan kembali Endapan Tersier tersebut sebagai olistostrom, yaitu gejala penyampuran yang merupakan proses sedimentasi, sebagai hasil dari proses subduksi antara lempeng Indo-Australia yang menunjam di bawah lempeng benua Asia. Penulis ini membagai satuan endapan olistostrom menjadi dua formasi yaitu Formasi Karangsambung dan Totogan yang dicirikan oleh sifat yang tergerus (sheared ), perlapisan yang tidak teratur, dan hadirnya bongkah asing (olistolit) yang beragam. Keadaan demikian ditafsirkan sebagai proses sedimentasi pelongsoran akibat gaya berat, di bawah permukaan air, pada suatu cekungan aktif secara tektonik. Harsolumakso et al. (1995)
menggunakan
tahapan
deskripsi
dengan
menganggap keseluruhan kedua satuan batuan (Formasi Karangsambung dan Formasi Totogan ) di dalam “Kompleks Lempung dan Breksi Lempung”. Batas antara kedua satuan ini sulit ditentukan secara pasti mengingat batas ini tidak teratur dan kedudukan lapisan yang ada tidak dapat dipakai sebagai pedoman untuk memetakan 13 Laporan Pemetaan KL Daerah Cantel
batasnya. Penulis ini menafsirkan adanya mekanisme longsoran, slump, dan turbidit pada endapan olistostrom dan kemudian campuran tersebut terlibat dalam deformasi tektonik yang kuat.
14 Laporan Pemetaan KL Daerah Cantel
.BAB III GEOMORFOLOGI DAERAH PENELITIAN
A. Geomorfologi Daerah Penelitian 1.
Ulasan geomorfologi
Satuan geomorfologi pada peta karangsambung dibagi menjadi 8 satuan geomorfologi, yaitu satuan blok sesar bukit Pagerbako, satuan nelange gunung Parang,satuan
punggungan
sinklin
gunung
Paras,
satuan
lembah
antiklin
Karangsambung, satuan perbukitan homoklin waturanda, satuan blok sesar gunung watugolong, satuan perbukitan lipatan gunung Cantel dan satuan dataran aluvial. 2.
Satuan geomorfologi
Satuan Perbukitan Homoklin
Satuan perbukitan homoklin
ini
terletak
di
bagian utara dan
memanjang dari arah barat ke timur menempati 25% peta. Satuan ini meliputi Gunung Bulukuning dan Bukit Selaranda.
Satuan ini dicirikan oleh kontur
yang rapat dan memiliki arah kemiringan
lereng yang relatif sama yaitu ke
arah selatan. Morfometri dari satuan ini
adalah
litologinya tersusun oleh batuan keras yang relatif
perbukitan
yang
tahan terhadap pelapukan.
Perbukitan homoklin ini adalah bagian selatan dari lembah
sinklin
raksasa
karangsambung
Gambar 6. Pemandangan dari salah satu bukit di satuan perbukitan homoklin ke arah utara
15 Laporan Pemetaan KL Daerah Cantel
Satuan Perbukitan Lipatan
Satuan perbukitan sinklin (warna kuning pada peta geomorfologi) ini terletak di bagian tengah hingga selatan dan memanjang dari barat sampai ke timur, menempati 65% peta.. Satuan ini dicirikan oleh arah kemiringan lereng yang berlawanan arah (saling bertemu), pada bagian utaranya arah kemiringannya ke selatan sedangkan pada tengah arah kemiringannya ke utara, dan pada bagian selatan kemiringan mengarah ke utara, Berdasarkan arah kemiringan tersebut, dapat diinterpretasikan bahwa satuan ini berupa lipatan yang memanjang ke arah barat-timur.
Gambar 7. Pemandangan perbukitan lipatan
Satuan dataran Alluvial
Alluvial (warna abu-abu pada peta geomorfologi) dicirikan dengan kontur yang sangat renggang penyebaran di daerah sekitar sungai dengan distribusi lateral yang tidak terlalu luas, tekstur dalam foto udara halus, menempati 10% peta. Satuan ini terletak di bagian barat laut. Satuan ini terletak di sepanjang aliran Sungai Luk Ulo. Litologi penyusunnya berupa material lepas yang merupakan endapan hasil rombakan batuan sebelumnya yang tertransport oleh aliran sungai. Material penyusunnya berukuran mulai dari pasir hingga kerakal.
Gambar 8. Morfologi Sungai Luk Ulo dilihat dari puncak Gunung Brujul
16 Laporan Pemetaan KL Daerah Cantel
3. Pola aliran sungai
A. aliran sungai pada perbukitan homoklin adalah sungai tipe trellis dengan karakteristik tahapan sungai sungai muda.
B. Tipe sungai pada satuan perbukitan lipatan ini adalah sungai tipe paralel dan annular yang mengalir dari barat ke timur dengan karakteristik tahapan sungai sungai muda.
C. Sungai lok ulo adalah sungai yang memiliki karakteristik tahapan sungai tua dengan tingkat pelapukan yang sudah tinggi dan terdapat endapan aluvial pada tepianya. 4. Jenjang geomorfik
Bentang alam daerah penelitian dipengaruhi oleh struktur perlipatan yang dicirikan oleh bentuk pegunungan lipatan. Struktur perlipatan mengakibatkan tersingkapnya berbagai jenis batuan dengan tingkat kekerasan yang berbeda dan 17 Laporan Pemetaan KL Daerah Cantel
mempengaruhi ekspresi topografi daerah penelitian. Akibat perbedaan ketahanan batuan terhadap proses erosi maka terbentuklah morfologi lembah antiklin (Thornbury, 1954) dengan bagian punggungan didominasi oleh batuan yang keras (breksi volkanik dan Kompleks Melange) sedangkan bagian lembah didominasi oleh batuan yang lunak (lempung). Hal tersebut mengakibatkan pola aliran sungai trelis pada bagian lembah antiklin dengan pola annular mengikuti kelurusan sumbu lipatan. Berdasarkan dari proses erosi yang cukup intensif sepanjang lembah antiklin dan proses pengerosian oleh sungai dengan tahapan dewasa (Sungai Luk Ulo), dicirikan oleh dataran banjir yang luas, gosong pasir, dengan bentuk berkelok (meander ), yang memotong pegunungan lipatan maka penulis menyimpulkan tahapan geomorfik di daerah penelitian adalah dewasa.
B. Stratigrafi daerah penelitian Berdasarkan data yang didapat pada saat pemetaan di lapangan, stratigrafi daerah penelitian pada daerah Cantel terdiri dari 4 satuan batuan. Berikut adalah urutan stratigrafi daerah Cantel dari tua ke muda : a. Satuan breksi perselingan batupasir
Satuan ini terdiri dari lapisan breksi yang berselingan dengan batupasir Warna breksi kehitaman dan merupakan breksi polimik (fragmennya lebih dari 1 jenis batuan). Breksi ini termasuk ke dalam breksi vulkanik karena matriks penyusunnya non karbonatan berupa material vulkanik yang berukuran pasir.
Gambar 9. Singkapan breksi
Fragmen yang terdapat di dalam breksinya antara lain adalah basalt, andesit, dan rijang. Ukuran fragmen-fragmen tersebut berkisar dari kerikil hingga berangkal, dengan ukuran maksimum 80 cm dan berbentuk menyudut. Semen/matriks penyusun breksi bersifat nonkarbonatan, kemas terbuka, pemilahan sangat buruk, porositas sedang, kekompakan kompak, dan massif.
18 Laporan Pemetaan KL Daerah Cantel
Batupasirnya berwarna hitam, ukuran butir pasir kasar, bentuk membundar tanggung, kemas tertutup, pemilahan baik, semen/matriks non-karbonatan, kekompakan kurang kompak, struktur sedimen paralel laminasi dan cross bedding. Lingkungan pengendapan dari satuan batuan ini adalah di bagian slope laut dalam.
b. Satuan Batupasir perselingan Batulempung
Satuan ini merupakan perselingan antara batupasir dengan batulempung dengan warna dominan abu-abu, yang diendapkan selaras di atas satuan peselingan breksi dan batupasir. Batupasirnya berwarna abu-abu dengan ukuran butir halus-sedang, pemilahan baik, kemas tertutup, porositas sedang-baik, kekompakan kompak, semen/matriks karbonatan, struktur sedimen paralel laminasi, cross laminasi, load cast , dan ripple, dan tebal rata-rata 5 cm -1 meter.
Gambar 10. Singkapan batupasir-batulempung
Batulempungnya berwarna abu-abu, semen/matriks karbonatan ada pula yang non karbonat, dan tebal rata-rata 10 cm - 1 meter. Satuan ini diendapkan di lingkungan laut dalam dengan arus tenang hingga mendekati laut dangkal.
c. Satuan Batugamping perselingan Batupasir, Batulempung, Batulanau, dan Tufa
Satuan ini merupakan perselingan antara batugamping dengan batupasir, batulempung, batulanau yang warnanya abu-abu terang dan terdapat sisipan tufa. Batugampingnya berwarna putih keabuan, dengan ukuran butir pasir halus, kemas tertutup, pemilahan baik, porositas sedang-buruk, butirannya merupakan kristal kalsit, kekompakan sangat kompak, struktur sedimen berupa paralel laminasi dan cross laminasi, dan tebal rata-rata ±35 cm. 19 Laporan Pemetaan KL Daerah Cantel
Gambar 11. Singkapan batugamping
Batupasirnya berwarna abu-abu terang, butiranya halus, bentur butir membundar semen non karbonatan ada juga yang karbonat, matriks lempung, kemas tertutup, sorting baik, parlam. Batulempungnya berwarna abu-abu, dengan semen/matriks karbonatan, dan tebal rata-rata 10-15 cm. Sisipan tuffnya berwarna putih kecokelatan, dengan ukuran butir debu halus, pemilahan baik, kemas tertutup, porositas baik, semen/matriks karbonatan, getas, dan tebal rata-rata 5 cm. Tufa berwarna putih, kekompakan sangan kompak, karbonat lemah, butiranya halus & bentuknya membundar, kemas tertutup. Lingkungan pengendapan dari satuan ini adalah di lingkungan laut dangkal. d. Satuan endapan Aluvial
Satuan aluvial merupakan satuan termuda yang terdapat di daerah pemetaan. Satuan ini diendapkan secara tidak selaras di atas Satuan Satuan Batugamping perselingan Batupasir, Batulempung, Batulanau, dan Tufa. Satuan aluvial tersebar di daerah sekitar Sungai Luk Ulo. Fragmen-fragmen batuan yang ditemukan di dalam satuan ini antara lain adalah dasit, andesit, basalt, batupasir, konglomerat, rijang,dan kristal kuarsa dan plagioklas. Ukuran fragmennya berkisar dari pasir hingga berangkal dan merupakan material lepas hasil rombakan batuan sebelumnya lalu kemudian tertransport oleh aliran sungai dan terendapkan di daerah sekitar belokan dari sungainya. Tebal satuan ini berkisar antara 1,5-2 m. Lingkungan pengendapan dari endapan aluvial berada di sepanjang aliran sungai lok ulo.
20 Laporan Pemetaan KL Daerah Cantel
Gambar 12. Endapan alluvial di tepi Sungai Luk Ulo
21 Laporan Pemetaan KL Daerah Cantel
kolom stratigrafi daerah cantel
SIMBOL
SATUAN TEBAL BATUAN
DESKRIPSI
LITOLOGI
LINGKUNGAN PENGENDAPAN
N E M I D E S
Endapan Aluvial
endapan 22lluvial, abu terang, butir lempung - > 20 cm, angularsubrounded, fragmen batuan beku, batuan sedimen, batuan metamorf.
<15
Sungai
Batugamping berwarna putih keabuan, dengan ukuran butir pasir halus, kemas tertutup, pemilahan baik, kekompakan sangat kompak, struktur sedimen berupa paralel laminasi dan cross laminasi. Batupasir berwarna abu-abu terang,
---
butiranya
halus,
bentur
butir
membundar semen non karbonatan ada
Satuan
juga yang karbonat, matriks lempung,
perselingan
vv vv v v
Batupasir,
__
Batugamping
kemas tertutup, sorting baik, parlam. Batulempung
berwarna
abu-abu,
dengan semen/matriks karbonatan, dan tebal rata-rata
10-15 cm. Sisipan
tuffnya berwarna putih kecokelatan,
Batulempung,
dengan
Batulanau, dan
pemilahan porositas
Tufa
ukuran
butir
baik, baik,
debu
kemas
halus,
Slope Laut dangkal
tertutup,
semen/matriks
karbonatan, getas, dan tebal rata-rata 5 cm. Tufa berwarna putih, kekompakan sangan kompak, karbonat lemah, butiranya halus & bentuknya membundar, kemas tertutup. Lingkungan pengendapan dari satuan ini adalah di lingkungan laut dangkal.
22 Laporan Pemetaan KL Daerah Cantel
Batupasir
berwarna
abu-abu
terang,
butiranya halus, bentur butir membundar semen non karbonatan ada juga yang karbonat, matriks lempung, kemas t ertutup,
Satuan Batupasir
__ __
sorting
baik,
parlam.
Batulempung
berwarna abu-abu, dengan semen/matriks karbonatan, dan tebal rata-rata 10-15 cm.
perselingan
Laut Dalam – dangkal
Sisipan tuffnya berwarna putih kecokelatan,
Batulempung
dengan ukuran butir debu halus, pemilahan baik,
kemas
tertutup,
porositas
baik,
semen/matriks karbonatan,
Satuan
breksi warna hitam, ukuran butir kerikil sampai berangkal, kemas terbuka, pemilahan sangat buruk, porositas baik, matriksnya berukuran pasir sedang-kasar, dan semen/matriks non-karbonatan
breksi
perselingan
Laut Dalam
batupasir
batupasir, hitam, ukuran butir pasir kasar, bentuk membundar tanggung, pemilahan sedang, semen non-karbonatan, , struktur sedimen paralel laminasi dan gradded bedding.
23 Laporan Pemetaan KL Daerah Cantel
C. Struktur Geologi Daerah Penelitian
Pada daerah pemetaan Cantel, terjadi deformasi yang bersifat ductile yaitu berupa perlipatan raksasa dan deformasi yang bersifat brittle yang menghasilkan shear fracture berupa sesar-sesar dan extensional fracture berupa gash fracture, kekar, dan lain-lain. a. Struktur Geologi Detail Daerah Pemetaan Cantel Struktur geologi yang berkembang di daerah pemetaan Cantel adalah berupa lipatan (sinklin & antiklin) dan sesar kiri. Lipatan yang ada di daerah ini memiliki sumbu yang relatif berarah barat-timur. Kemiringan lapisan batuan yang terdapat di Desa Tegalsari berarah ke selatan, dan lapisan batuan yang terdapat di sekitar Gunung Cantel memiliki arah kemiringan ke utara. Diperkirakan sumbu sinklin ini terdapat di daerah Pencil karena pada daerah ini ditemukan kemiringan lapisan yang berlawanan arah. Selain struktur lipatan, struktur sesar juga berkembang cukup intensif. Gejala sesar yang terjadi di daerah pemetaan ini berada di 2 lokasi, yaitu Kali Jaya, Kali Soka diperkirakan memanjang hingga Kali Kedungbener. Di bawah ini akan dijelaskan secara singkat mengenai sesar-sesar tersebut. 1. Kali Soka Sesar yang berada di daerah ini diperkirakan adalah jenis sesar mengiri. Karena tidak ada
data yang menunjang selain keberadaan
adanya offset yang terjadi. Dan
diperkirakan juga memanjang hingga kali kedungbener.
. Gambar 13. Sesar yang terdapat di Kali Soka
2. Kali Jaya Sesar yang berkembang di daerah ini adalah jenis sesar mengiri. Data yang menunjang keberadaan sesar ini adalah adanya offset dari lapisan sejauh ±3 m.
b. Apabila dilihat dari offsite yang bergeser mengarah utara-selatan maka dapat disimpulkan bahwa stress atau tegasan yang menyebabkannya adalah berasal dari arah utara dan selatan, dan berada dalam rezim tektonik kompresi.
24 Laporan Pemetaan KL Daerah Cantel
D.Sejarah Geologi
Berdasarkan data stratigrafi daerah pemetaan, maka urutan satuan batuan yang diendapkan dari tua ke muda adalah satuan Breksi perselingan batupasir , satuan perselingan Batupasir Batulempung, Satuan Batugamping perselingan Batupasir, Batulempung, Batulanau, dan Tufa, dan satuan endapan aluvial. Berdasarkan urutan satuan batuan tersebut, maka dapat dianalisis bagaimana sejarah geologi yang terjadi di daerah pemetaan. Pertama diawali dengan pengendapan breksi dan batupasir yang terjadi di dasar laut, tepatnya di daerah slope, yaitu dengan mekanisme sedimentasi arus turbidit. Hal ini dapat terlihat dari pemilahan yang sangat buruk. Kemudian diperlukan energi sedimentasi yang besar untuk mentransport fragmen-fragmen batuan yang dimensinya sangat besar, sehingga kemungkinan energi tersebut dipengaruhi oleh adanya gravity mass flow. Satuan batuan ini terbentuk dalam kondisi magmatisme bawah laut yang aktif. Hal tersebut ditandai dengan terdapatnya fragmen rijang di dalamnya. Rijang yang terbentuk tersebut kemungkinan berasal dari larutan silika yang dikeluarkan selama aktivitas megmatisme bawah laut. Kemudian diendapkan secara selaras satuan Batupasir Batulempung di atasnya. Seiring dengan menurunnya aktivitas magmatisme, maka energi yang berperan dalam proses sedimentasinya relatif lebih lemah dibandingkan dengan satuan yang sebelumnya. Litologi yang menyusun satuan batuan ini bersifat karbonatan, sehingga dapat diperkirakan bahwa disekitar lingkungan pengendapannya berada di zona CCD dan juga terdapat sumber bahan karbonat (CaCO3), yang kemudian bereaksi dengan batuan sekitarnya dan menyebabkan batuan tersebut bersifat karbonatan. Satuan ini masih terendapkan di zona laut dalam. Kemudian disusul oleh pengendapan satuan Batugamping Batulempung di atasnya secara selaras. Satuan ini ditandai oleh terbentuknya batuan dengan ukuran butir yang sangat halus, yang menandakan bahwa energi yang dibutuhkan untuk mengendapkannya relatif lemah dan sistem pengendapan yang berperan saat itu adalah suspensi. Satuan ini terbentuk dalam kondisi magmatisme yang sangat lemah dikarenakan terbentuknya batugamping, karena salah satu syarat terbentuknya batugamping tersebut adalah dalam lingkungan yang arusnya tenang. Lalu disusul oleh pengendapan Tuff. Pada saat satuan batuan terbentuk kemungkinan pada saat aktivitas magmatisme aktif kembali, karena adanya lapisan tuff. Di dalam satuan batuan ini terdapat diantara batugamping. Pada saat tertentu, terjadi letusan gunungapi yang menghasilkan debu-debu vulkanik yang kemudian diendapkan di daerah sekitar sumber letusan tersebut. Di saat yang berikutnya, yaitu saat tidak terjadi letusan, yang diendapkan adalah batugamping. Kemudian terjadi lagi letusan, dan berulang lagi seperti 25 Laporan Pemetaan KL Daerah Cantel
yang sebelumnya. Oleh karena itu, terbentuklah tuff yang diantara batugamping. Setelah Tuff terbentuk, kemudian terjadi pengendapan satuan batuan berikutnya, Setelah satuan-satuan batuan terbentuk, terjadi proses tektonik, dalam rezim kompresi, dalam arah relatif utara-selatan. Kegiatan tektonik tersebut mengakibatkan terbentuknya lipatan berupa sinklin dan antiklin yang sumbunya memiliki arah relatif barattimur dan menunjam ke arah barat. Selain sinklin, terbentuk pula struktur berupa sesar-sesar yang diakibatkan oleh tegasan yang sama, yaitu yang berarah utara-selatan. Sesar-sesar tersebut merupakan jenis sesar strike-slip, dengan arah relatif utara-selatan. Sesar tersebut menimbulkan zona lemah yang kemudian dialiri oleh air dan membentuk sungai-sungai yang memiliki kelurusan, yang arahnya sesuai dengan arah dari sesarnya itu sendiri. Berdasarkan pada analisis dari data yang diperoleh di lapangan, maka diperkirakan lipatan terbentuk lebih dulu daripada sesar yang berada di sepanjang Kali Kedungbener. Kemungkinan besar sesar yang berada di daerah Kali Kedungbener tersebut adalah jenis sesar mengiri. Setelah semua proses yang disebut di atas terjadi, maka diendapkanlah satuan batuan yang berumur paling muda yaitu satuan endapan aluvial. Fragmen-fragmen batuan pada aluvial tersebut terdiri dari batupasir, konglomerat, dan rijang, beku, dan sekis dan gneis, serta kuarsa susu. Akibat terjadinya proses tektonik dan erosi yang terus berlangsung, maka terjadinya proses transport material-material batuan tersebut di sepanjang Sungai Luk Ulo. Batas satuan aluvial ini dengan satuan batuan di bawahnya adalah berupa batas erosional.
26 Laporan Pemetaan KL Daerah Cantel
BAB IV KESIMPULAN
Kesimpulan berdasarkan pada pembahasan bab-bab sebelumnya di laporan ini adalah sebagai berikut.
1. Daerah pemetaan Cantel dibagi menjadi 3 satuan geomorfologi, yaitu: a. Satuan Perbukitan Homoklin. b. Satuan Perbukitan lipatan c. Satuan Endapan Aluvial. 2. Stratigrafi daerah pemetaan Cantel dengan urutan batuan dari yang tertua ke yang termuda adalah satuan Breksi perselingan batupasir , satuan perselingan Batupasir Batulempung, Satuan Batugamping perselingan Batupasir, Batulempung, Batulanau, dan Tufa, dan satuan endapan aluvial. 3. Struktur geologi yang berkembang di daerah pemetaan Cantel berupa perlapisan, lipatan (sinklin) dan sesar. Tegasan utama yang berperan di daerah ini memiliki arah relatif utara-selatan. Arah sumbu sinklinnya adalah barat-timur, sedangkan arah sesarnya adalah relatif utara-selatan. 4. Sejarah geologi yang terjadi di daerah pemetaan Cantel dimulai dengan pengendapan satuan Breksi perselingan batupasir, kemudian satuan batupasir
perselingan
batulempung, dan satuan Batugamping perselingan Batupasir, Batulempung, Batulanau, dan Tufa. Setelah itu, barulah diendapkan satuan batuan termuda di atasnya, yaitu satuan endapan Aluvial.
Daerah ini dikontrol oleh aktivitas
magmatisme. Pada daerah ini juga berkembang struktur-struktur berupa lipatan dan sesar yang diakibatkan karena adanya kegiatan tektonik kompresi.
27 Laporan Pemetaan KL Daerah Cantel
BAB V DAFTAR PUSTAKA
Asikin, S., 1974, Evolusi Geologi Jawa Tengah dan Sekitarnya, Ditinjau dari Segi Teori Tektonik Dunia yang Baru, Disertasi Doktor, Dept. Teknik Geologi ITB. Asikin S., Handoyo A., Busono H., dan Gafoer S, 1992, Geologic Map of Kebumen Quadrangle, Java, scale 1: 100000. Geological Research and Development Center, Bandung. Bemmelen, van, R.W., 1949, Nederland.
The Geology of Indonesia, Martinus Nyhoff, The Haque,
Hadiyansyah, D., 2005. karakteristik struktur formasi karangsambungdaerah karangsambung dan sekitarnya, kecamatan karangsambung-karanggayam, kabupaten kebumen, propinsi jawa tengah. Skripsi S1. Program Studi Teknik Geologi. Bandung. Harsolumakso, A. H., Suparka M. E., Zaim Y., Magetsari N. A., Kapid R., Dardji Noeradi, dan Chalid I. Abdullah, 1995, Karakteristik Satuan Melange dan Olisostrom di daerah Karangsambung, Jawa Tengah: suatu tinjauan ulang, Prosiding Hasil Penelitian Puslitbang Geoteknologi LIPI (ed. Y. Kumoro., A. M. Riyanto, dan E. Z. Gaffar), 190215. Lobeck, A. K., 1939, Geomorphology, An Introduction to Study of Landscapes. McGrawHill Book Co., New York. Tjia, H. D. ,1966, Structural Analysis of the Pre-Tertiery of the Luk Ulo Area Central Java, Disertasi Doktor, Institut Teknologi Bandung.
28 Laporan Pemetaan KL Daerah Cantel
LAMPIRAN
29 Laporan Pemetaan KL Daerah Cantel