BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
Seja Sejak k
tahu tahun n
1989 1989,,
WHO WHO
mema memang ng
ment mentar arge getk tkan an
elim elimin inas asii
teta tetanu nuss
neonatorum neonatorum,, tetapi tetanus masih bersifat endemik endemik pada negara-negara negara-negara sedang berkembang dan WHO memperkirakan kurang lebih 1.000.000 kematian akibat teta tetanu nuss di selur seluruh uh duni duniaa pada pada tahun tahun 1992 1992,, term termasu asuk k di dala dalamn mnya ya 580. 580.00 000 0 kematian akibat tetanus neonatorum, 210.000 kematian di Asia Tenggara dan 152.000 di Afrika. Penyakit ini jarang dijumpai di negara-negara maju, tetapi karena tetanus neonatorum masih merupakan persoalan signifikan di 57 negara berkembang lain, maka UNICEF, WHO dan UNFPA pada Desember 1999 setuju mengul mengulur ur elimin eliminasi asi hingga hingga tahun tahun 2005. 2005. Target Target elimina eliminasi si tetanus tetanus neonat neonatoru orum m adalah satu kasus per 1000 kelahiran di masing-masing wilayah dari setiap negara. (1,2)
Menurut data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2007 (SDKI 2007 2007), ), Angk Angkaa Kemati Kematian an Neon Neonat atal al di Indo Indone nesia sia sebe sebesar sar 19 kema kematia tian/ n/10 1000 00 kelahiran hidup, Angka Kematian Bayi sebesar 34 kematian/1000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Balita sebesar 44 kematian/1000 kelahiran hidup. Sekitar 3% dari dari 1000 1000 bayi bayi lahir, lahir, mening meninggal gal akibat akibat tetanu tetanus. s. Perten Pertengah gahan an tahun tahun 1980, 1980, tetanus menjadi penyebab utama kematian bayi dibawah usia satu bulan. Berbagai upaya pencegahan telah dilakukan, antara lain dengan pemberian kekebalan pada bayi baru lahir terhadap tetanus melalui imunisasi tetanus toxoid (TT) pada ibu hami hamil, l, calo calon n peng pengan anti tin n wani wanita ta dan dan wani wanita ta usia usia subu subur, r, upay upayaa pert pertol olon onga gan n
1
persalinan yang bersih dan aman melalui pelatihan/pembinaan dukun bayi dan pemanfaatan tenaga bidan di desa, memasyarakatkan perilaku kehidupan keluarga sehat melalui dasawisma, posyandu dan kelompok peminat KIA, dan pelacakan tetanus neonatorum menurut indeks kasus yang diperoleh dari rumah sakit.
(1,3)
Tetanus adalah penyakit dengan tanda utama kekakuan otot (spasme) tanpa disertai gangguan kesadaran. Gejala ini bukan disebabkan kuman secara langsung, tetapi sebagai dampak oksitisin (tetanuspasmin) yang dihasilkan oleh kuman pada sinaps ganglion sambungan sumsum tulang belakang, sambungan neoromuskular (neoro muscular junction) dan saraf autonom. Kekebalan terhadap tetanus hanya dapat diperoleh melalui imunisasi TT. Tetanus penyakit infeksi yang akut dan kadang fatal yang disebabkan oleh nerotoksin (tetanospasmin) yang dihasilkan oleh oleh Clostri Clostridiu dium m Tetani Tetani,, yang yang sporan sporanya ya masuk masuk kedalam kedalam
tubuh tubuh melalui melalui luka. luka.
Tetanus merupakan penyebab utama kematian bayi di Indonesia. Masih banyak calon ibu di masyarakat kita terutama yang tinggal di daerah-daerah terpencil berada dalam kondisi yang bisa dibilang masih “jauh” dari kondisi steril saat persalinan. Bila ibu hamil terpapar oleh bakteri atau spora tersebut, maka si ibu berisiko terinfeksi. Infeksi juga bisa diperoleh dari pusar bayi baru lahir. Pasalnya, bakteri ini tumbuh melalui luka dan biasanya terjadi saat proses pemotongan tali pusat yang menggunakan alat-alat seperti gunting atau pisau yang yang tidak steril. (4) Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga suatu kelak ia terserang pada antigen yang serupa tidak terjadi penyakit. penyakit. Sedangkan Sedangkan vaksinasi merupakan merupakan suatu tindakan yang dengan sengaja memberikan paparan dengan antigen yang berasal dari mikro
2
organi organisme sme patoge patogen. n. Jadi imuni imunisasi sasi Tetanu Tetanuss Toxoi Toxoid d merupa merupakan kan proses proses untuk untuk membentuk kekebalan sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi tetanus. Dalam pelayanan ibu hamil (antenatal) baik pada K1 (Pemeriksaan kehamilan sesuai standar standar pada pada semeste semesterr pertam pertama) a) maupun maupun K4 (pemer (pemeriks iksaan aan kehami kehamilan lan sesuai sesuai standar pada semester pertama, kedua dan ketiga ditambah pemeriksaan ketika mendek mendekati ati persali persalinan nan), ), ibu hamil hamil akan akan diberik diberikan an imunis imunisasi asi Tetanu Tetanuss Toxoid Toxoid sebagai upaya perlindungan ibu dan bayinya dari kemungkinan terjadi tetanus pada waktu persalinan. Oleh karena itu, pemberian imunisasi TT merupakan suatu keharusan pada setiap ibu hamil. (1,2) Prog Progra ram m imun imunis isas asii meru merupa paka kan n sala salah h satu satu prog progra ram m pent pentin ing g di sekt sektor or kesehatan. kesehatan. Salah satu program imunisasi imunisasi penting penting yang yang dianjurkan dianjurkan pemerintah pemerintah adalah adalah imunis imunisasi asi Tetanu Tetanuss Toxoid Toxoid.. Tetanu Tetanuss timbul timbul jika jika ketika ketika spora spora bakter bakterii Clostridium Tetani masuk kedalam luka atau tali pusat (pada bayi baru lahir). Tetanus Tetanus dapat dicegah dengan dengan melakukan melakukan imunisasi imunisasi Tetanus Tetanus Toksoid. Toksoid. Imunisasi Tetanus Toxoid diberikan kepada ibu hamil. (3,4) Menu Menuru rutt Noto Notoat atm mojo, ojo, peri perila laku ku kese keseha hata tan n dipe dipeng ngar aruh uhii oleh oleh 3 fakt faktor or diantaranya yaitu faktor predisposisi, faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap halhal yang terkait dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan sebagainya. Pemberian imunisasi TT ibu hamil diperlukan pengetahuan dan kesadaran ibu tentang manfaat imunisasi TT, karena karena imunisasi imunisasi TT baik untuk kekebalan tubuh terhadap infeksi tetanus karena
3
ibu tahu bahwa imunisasi TT akan memberikan kekebalan pada ibu sendiri dan janinnya. Dari latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “gambaran tingkat pengetahuan ibu hamil tentang Imunisasi Tetanus Toxoid di Rumah Sakit Bersalin Masyita Makassar”.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana tingkat pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi Tetanus Toxoid ?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum Mendapatkan Mendapatkan gambaran tingkat tingkat pengetahuan pengetahuan ibu hamil tentang tentang Imunisasi Imunisasi Tetanus Toxoid di Rumah Sakit Bersalin Masyita Makassar 2. Tujuan Khusus 1. Mendapatkan Mendapatkan gambaran gambaran tingkat tingkat pengetahuan pengetahuan ibu hamil tentang Imunisasi Imunisasi Tetanus Toxoid di Rumah Sakit Bersalin Masyita Makassar 2. Mendap Mendapatk atkan an gambar gambaran an tingka tingkatt penget pengetahu ahuan an ibu hamil hamil tentan tentang g tujuan tujuan imunisasi Tetanus Toxoid di Rumah Sakit Bersalin Masyita Makassar 3. Mendapatkan Mendapatkan gambaran gambaran tingkat tingkat pengetahuan pengetahuan ibu hamil tentang penyebab penyebab tetanu tetanuss pada pada bayi bayi yang yang dilahi dilahirka rkan n dari dari ibu yang tidak tidak di imunisa imunisasi si di rumah sakit bersalin masyita makassar
4
4. Mendap Mendapatk atkan an gambar gambaran an tingka tingkatt penget pengetahu ahuan an ibu hamil hamil tentan tentang g ciri-ci ciri-ciri ri bayi yang terinfeksi tetanus di rumah sakit bersalin masyita makassar 5.. Mendapatkan gambaran tingkat pengetahuan ibu hamil hamil tentang resiko yang bisa terjadi pada bayi yang terinfeksi di rumah sakit bersalin masyita Makassar 6. Mend Mendap apat atka kan n
gam gambara baran n
tin tingkat gkat
pen pengeta getahu huan an
ibu ibu
ham hamil
ten tentang tang
pencegahan tetanus pada bayi di rumah sakit bersalin masyita makassar
1.4
1.
MANFAAT PENELITIAN
Bagi Bagi masy masyara araka katt khus khusus usny nyaa ibu ibu hami hamill Dapat memberikan memberikan informasi tentang tentang imunisasi imunisasi Tetanus Tetanus Toxoid, Toxoid, sehingga sehingga masyarakat masyarakat khususnya khususnya ibu hamil mendapatkan mendapatkan pelayanan pelayanan imunisasi imunisasi Tetanus Tetanus Toxoid secara lengkap (dua kali).
2.
Bagi Bagi petu petuga gass kese keseha hata tan n Dapa Dapatt
memb emberik erikan an
masu asukan kan
dan
dapat apat
dig digunak unakan an
seb sebagai agai
bahan ahan
pertimbangan dalam meningkatkan hasil cakupan imunisasi Tetanus Toxoid pada ibu hamil untuk menurunkan angka kesakitan kesa kitan dan kematian bayi akibat Tetanus Tetanus Neonatorum Neonatorum dan meningkatk meningkatkan an keterampilan keterampilan pengetahuan pengetahuan tentang tentang imunisasi Tetanus Toxoid. 3.
Bagi peneliti Dapat mengaplikasikan pengetahuan tentang ilmu penelitian yang didapatkan, serta dapat menigkatkan wawasan terhadap penelitian.
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 TINJAUAN TINJAUAN UMUM TENTANG TENTANG IMUNI IMUNISASI SASI
Imunisasi Imunisasi adalah prosedur untuk meningkatk meningkatkan an derajat imunitas protektif protektif dengan dengan mengindu menginduksi ksi respons respons memori memori terhadap terhadap patogen/to patogen/toksin ksin tertentu tertentu dengan dengan megg meggun unak akan an
prep prepar arat at
anti antige gen n
non non
viru virule len/ n/no non n
toks toksin in..
Imun Imunit itas as
perl perlu u
dikembangkan untuk jenis antibodi/sel efektor imun yang benar. Antibodi yang diproduksi oleh imunisasi harus efektif terutama terhadap mikroba ekstraseluler dan produknya (toksin).
(3)
Kompon Komponen en pentin penting g dalam dalam menimb menimbulk ulkan an respons respons imun imun setelah setelah pember pemberian ian vaksin adalah sel limfosit (limfosit B dan T), APC (Antigen Presenting Cell) misalnya sel dendritik, makrofag melalui : a. Resp Respon onss Humo Humoral ral Yang Yang berp berpera eran n dala dalam m siste sistem m imun imun spes spesif ifik ik humo humoral ral adala adalah h Limf Limfos osit it B. Resepto Reseptorr immun immunogl oglobu obulin lin pada pada limfosi limfositt B berfun berfungsi gsi untuk untuk mengen mengenal al dan berinteraksi dengan antigen. Setelah antigen mengalami endositosis ke dalam sel dan berinteraksi dengan limfosit T maka akan mengakibatkan terjadinya aktivasi sel B yang berdiferensiasi menjadi sel plasma memproduksi antibodi ( IgG, IgA, dan IgE ) dan akan berhubungan dengan reseptor pada permukaan sel. 1,7
b. Respons Selular
6
Respons Selular dilakukan terutama oleh Limfosit T yang berfungsi sebagai sel antara dan diaktifkan melalui pelepasan sitokin. Di lain pihak, B-cells berubah menjad menjadii sel-sel sel-sel plasma plasma yang yang mempro memprodus dusir ir antibo antibodi di yang yang juga juga dinama dinamakan kan imunoglob imunoglobulin ulin (IgG). Senyawa-seny Senyawa-senyawa awa ini terutama terutama terdapat terdapat dalam serum darah darah atau atau di atas atas perm permuk ukaa aan n memb membran ran muko mukosa sa serta serta khus khusus us diara diarahk hkan an terhadap suatu antigen tertentu. Selama perkembangan embrionik, prekursor sel darah ditemukan dalam hati fetus dan jaringan lain ; pada masa postnatal, sel stem terletak di dalam sumsum tulang. (1,7) Tujuan pemberian vaksin adalah merangsang imunitas seluler maupun humoral seperti yang layaknya timbul sebagai reaksi terhadap suatu infeksi alamiah. Bila seseo seseoran rang g yang yang suda sudah h diva divaks ksin inas asii meng mengal alam amii infe infeksi ksi yang yang tida tidak k mene menent ntu, u, gejalanya akan lebih ringan atau sama sekali tanpa manifestasi klinis. Vaksinasi menghi menghinda ndarka rkan n efek-ef efek-efek ek serius serius yang yang diakib diakibatk atkan an oleh oleh mikro mikroba ba yang yang virule virulen n penuh. (7) Oleh karena itu, vaksin merupakan salah satu senjata yang paling ampuh dalam ilmu kedokteran preventif terhadap penyakit infeksi. Kemungkinan kendala dari vaksin hidup yang telah diperlemah adalah mempertahankan keadaan yang stabil ini tanpa ada kekuatiran bahwa mikroba tersebut melalui proses mutasi menjadi virulen kembali. (7) Beberapa jenis vaksin dibuat berdasarkan proses produksinya : (1) a. Vaksin hidup dilemahkan ( Live artenuated vaccines ). Vaksin jenis ini
merupakan replikasi organismenya ( terutama virus ) pada penerima vaksin untuk untuk mening meningkat katkan kan rangsan rangsangan gan antige antigen. n. Proses Proses melema melemahka hkan n antige antigen n
7
tersebut melalui pembiakan sel, pertumbuhan jaringan embrionik pada suhu rendah atau pengurangan pengurangan gen pathogen secara selektif. Biasanya vaksin ini memberikan imunitas jangka panjang. b. Vaks Vaksin in dima dimatik tikan an ( killed vaccine/Inac vaccine/Inactivated tivated Vaccine Vaccine ). Vaks Vaksin in ini ini
mengandung organism yang tidak aktif setelah melalui proses pemanasan atau atau penamb penambaha ahan n bahan bahan kimiaw kimiawi. i. Biasany Biasanyaa pember pemberian ian vaksin vaksin ini perlu perlu beberapa dosis dan diperlukan bahan ajuvan untuk meningkatkan respons imun. c. Rekomb Rekombina inan n Susuna Susunan n vaksin vaksin ini ( misal misal Hepatitis Hepatitis B ) memerlu memerlukan kan epitop epitop organi organisme sme yang yang pathog pathogen. en. Sintesa Sintesa dari dari antige antigen n vaksin vaksin tersebu tersebutt melalu melaluii isolasi dan penentuan kode gen epitop bagi sel penerima vaksin. d. Vaksin Plasma DNA ( Plasmid DNA Vaccines ). Vaksin ini berdasarkan
isolasi DNA mikroba yang mengandung kode antigen yang pathogen dan saat ini sedang dalam perkembangan penelitian. Hasil akhir penelitian pada binatang percobaan menunjukkan bahwa vaksin DNA ( virus dan bakteri ) merang merangsang sang respons respons humoral humoral dan selular selular yang yang cukup cukup kuat. kuat. Sedang Sedangkan kan penelitian klinis pada anusia saat ini sedang dilakukan. Berb Berbag agai ai macam acam cara cara pem pemberi berian an vaks vaksin in ( intr intram amus uscu cula lar, r, sub sub kuta kutan, n, intra intrade derm rmal, al, intr intran anasa asall atau atau oral oral ) berd berdasa asark rkan an pada pada komp kompos osisi isi vaks vaksin in dan dan imunogenitasnya. Sebaiknya vaksin diberikan pada tempat di mana respons imun yang diharapkan tercapai dan terjadinya kerusakan jaringan, saraf dan vaskuler minimal.(1)
8
Penyunt Penyuntika ikan n intram intramusc uscula ularr dianju dianjurka rkan n pada pada kasus kasus dimana dimana bila bila dilaku dilakukan kan penyuntikan subkutan atau intradermal dapat menimbulkan iritasi, indurasi, perubahan warna kulit, peradangan, pembentukan granuloma. Pemberian suntikan secara subkutan mempunyai resiko pada jaringan neurovascular lebih jarang, non reaktogenik dan cukup imunogenik. (1) Vaksin dan imunoglobulin terutama digunakan untuk tujuan profilaksis, untuk menghindari terkena infeksi (hebat), misal cacar, polio, rabies dan tetanus. Tetapi beberapa jenis vaksin juga digunakan sebagai pengobatan penyakit menahun, misalnya pada penyakit yang disebabkan oleh stafilokok atau gonokok, sehingga mendorong tubuh membentuk antibodi ekstra terhadap infeksi tersebut.
(1,7)
Indikasi penggunaan vaksin pada orang dewasa didasarkan kepada riwayat pajanan, risiko penularan, usia lanjut, imunokompromais, pekerjaan, gaya hidup dan rencana bepergian.(1)
2.2 TINJAUAN UMUM UMUM TENTANG TETANUS
Tetanus Tetanus adalah gangguan neurologis neurologis yang ditandai ditandai dengan dengan meningkatny meningkatnyaa tonus otot dan spasme, yang disebabkan oleh bakteri Clostridium Tetani yang beberapa jenisnya dapat dibedakan berdasarkan antigen flagelar spesifik. Semua mempunyai antigen O ( somatik ) yang sama, yang dapat disamarkan, dan semua menghasilkan jenis antigenic neurotoksin yang sama, yaitu tetanospasmin. (8,9) Sel-sel vegetative C. tetani menghasilkan toksin tetanospasmin ( BM 150000) yang dipecah oleh protease bakteri menjadi dua peptide ( BM 50000 dan 100000) yang dihubungkan oleh ikatan disulfide. Pada awalnya toksin berikatan dengan
9
reseptor pada membran prasinaptik neuron motorik, kemudian toksin berimigrasi melalui sistem transpor aksonal retrograde ke badan sel neuron-neuron ini ke medull medullaa spinal spinalis is dan batang batang otak. otak. Toksin Toksin berdif berdifusi usi ke bagian bagian termina terminall sel-sel sel-sel inhi inhibi bisi si,,
term termas asuk uk inte intern rneu euro ron n
glis glisin iner ergi gik k
dan dan
neur neuron on peny penyer erek eksi si
asam asam
aminobutirat dari batang otak. Toksin melakukan degradasi sinaptobrevin, sebuah protein yang diperlukan untuk menghubungkan menghubungkan vesikel neurotransmitter pada membrane prasinaptik.(10)\ Clossidium tetani bukan tetani bukan organsime invasif dan tidak menyebabkan inflamasi dan port dan port d’entrae tetap tampak tenang tanpa tanda inflamasi., kecuali apabila ada infeksi oleh mikroorganisme yang lain. (8,10) Infeksi tetap bersifat local di daerah jaringan yang mengalami devitalisasi ( luka, luka bakar, cedera, sisa umbilicus, jahitan bedah ) spora-spora telah masuk ke area tersebut. Dalam kondisi kondisi anaerobik yang dijumpai dijumpai pada jaringan nekrotik dan terinfeksi, basil tetanus mensekresi dua macam toksin : tetanospasmin dan tetanolisin. Tetanolisin mampu secara lokal merusak jaringan yang masih hidup yang ang
menge engeli lili ling ngii
sum sumber ber
infe infeks ksii
dan dan
meng mengop opti tima malk lkan an
kond kondis isii
yang ang
memungkinkan multiplikasi bakteri. (8,10) Tetanospasm Tetanospasmin in menghasilk menghasilkan an sindroma sindroma klinis klinis tetanus. tetanus. Toksin Toksin ini mungkin mungkin mencakup lebih dari 5% dari berat organisme. Toksin ini merupakan polipeptida rantai ganda dengan berat 150.000 Da yang semula bersifat inaktif. Rantai berat (100.000 Da) dan rantai ringan (50.000 Da) dihubungkan oleh suatu ikatan yang sensitif sensitif terhadap terhadap protease protease dan dipecah oleh protease jaringan yang menghasilkan menghasilkan jembatan disulfida yang menghubungkan menghubungkan dua rantai ini. Jika toksin yang
10
dihasilkan banyak, ia dapat memasuki aliran darah yang kemudian berdifusi untuk terikat pada ujung-ujung saraf di seluruh tubuh. Toksin kemudian akan menyebar dan ditransportasikan dalam axon dan secara retrogred ke dalam badan sel di batang otak dan saraf spinal.(9) Volume jaringan terinfeksi kecil dan penyakit hampir seluruhnya toksemia. Germin Germinasi asi spora spora dan perkem perkemban bangan gan organi organisme sme vegetat vegetatif if yang yang mengha menghasilk silkan an toksik ditambahkan oleh jaringan nekrotik, garam kalsium, dan infeksi patogenik yang terkait, semua membantu timbulnya potensial oksidasi-reduksi yang rendah. (11)
Toksin yang dilepaskan dari sel-sel vegetatif mencapai sistem saraf pusat dan secar secaraa cepa cepatt mene menemp mpel el pada pada resep resepto torr di medu medull llaa spin spinal alis is dan dan bata batang ng otak otak,, kemudian melakukan aksinya seperti yang telah dijelaskan. (11) Masa tunas tunas biasany biasanyaa 5-14 5-14 hari, hari, tetapi tetapi kadang kadang-kad -kadang ang sampai sampai beberap beberapaa minggu pada infeksi ringan atau kalau terjadi terj adi modifikasi penyakit oleh anti serum. se rum. (11)
Penyakit ini ditandai dengaan kontraksi otot volunter. Spasme otot pertama kali sering mengenai area cedera dan infeksi dan kemudian otot rahang ( trismus ). Yang berkontraksi sedemikian rupa sehingga mulut tidak dapat dibuka. Secara bertahap, otot volunter lain terkena menyebabkan spasme tonik. Setiap rangsang eksterna dapat mencetuskan spasme otot tetanik generalisata. Pasien sadar penuh, dan nyeri dapat hebat. Kematian biasanya disebabkan oleh gangguan mekanis respirasi. Angka kematian pada tetanus generalisata sangat tinggi. (11)
11
Tetanus neonatorum biasanya terjadi dalam bentuk generalisata dan biasanya fatala apabila tidak diterapi. diterapi. Tetanus neonatorum terjadi pada anak-anak anak-anak yang dilahi dilahirka rkan n dari dari ibu yang yang tidak tidak diimun diimunisas isasii secara secara adekua adekuat, t, terutam terutamaa setelah setelah perawatan bekas potongan tali pusat yang tidak steril. Resiko infeksi tergantung pada panjang tali pusat, kebersihan lingkungan, dan kebersihan saat mengikat dan memoto memotong ng umbil umbiliku ikus. s. Onset Onset biasany biasanyaa dalam dalam 2 minggu minggu oertam oertamaa kehidu kehidupan pan.. Rigiditas, sulit menelan ASI, iritabilitas dan spasme merupakan gambaran khas tetanu tetanuss neonat neonatoru orum. m. Di antara antara neonat neonatus us yang yang terinf terinfeks eksi, i, 90% mening meninggal gal dan retardasi mental terjadi pada yang bertahan hidup. (9) Menurut beratnya gejala, dapat dibedakan 3 stadium : (8) a. Trismus Trismus ( 3 cm ) tanpa kejang tonik tonik umum umum meskipun meskipun dirangsang dirangsang.. b. Trismus ( 3 cm atau lebih kecil ) dengan kejang tonik umum bila dirangsang. c. Trismus Trismus ( 1 cm ) dengan dengan kejang kejang tonik tonik umum umum spontan. spontan. Diagno Diagnosis sis bersan bersandar dar pada pada gambar gambaran an klinis klinis dan riway riwayat at cedera cedera,, meskip meskipun un hanya 50% pasien tetanus yang menderita cedera mencari pertolongan medis. Anamnesis terdapat luka dan ketegangan otot yang khas terutama pada rahang sangat membantu. (8) Diagnosis banding primer tetanus adalah keracunan striknin. Biakan anaerob jaringan dari luka yang terkontaminasi dapat menghasilkan Clossidium Clossidium tetani tetani, tetapi pencegahan manapun penggunaan terapeuetik antitoksin seharusnya tidak ditunda untuk menunggu terjadinya hal tersebut. Bukti isolasi Clossidium tetani
12
hanya hanya bergan bergantun tung g pada pada produk produksi si toksin toksin dan neutra neutralisa lisasiny sinyaa oleh oleh antisep antiseptik tik spesifik.(10) Komplikasi yang biasanya terjadi antara lain :(8) a. Spasme otot faring yang menyebabkan terkumpulnya air liur (saliva) di
dalam dalam rongga rongga mulut mulut dan hal ini memung memungkin kinkan kan terjadi terjadiny nyaa aspirasi aspirasi sehingga dapat terjadi pneumonia aspirasi. b. Asfiksia c. Atelaktasis Atelaktasis karena karena obstruks obstruksii oleh oleh sekret sekret d. Fraktu Fraktura ra kompre kompresi si Hasil pengobatan pengobatan tetanus tetanus tidaklah tidaklah memuaskan. memuaskan. Oleh karena karena itu, pencegahan pencegahan sangatlah penting. Pencegahan tetanus bergantung pada: (8) 1. Imunisasi aktif dengan toksoid 2. Perawatan secara tepat luka yang terkontaminasi dengan tanah 3. Penggunaan profilaktif antitoksin 4. Pemberian penisilin.
Pemb Pemberi erian an intr intram amus usku kula larr
seban sebanya yak k
250250-50 500 0 unit unit anti antito toks ksin in manu manusia sia
(Imunoglobulin tetanus) memberikan proteksi sistemik yang adekuat (0,01 unit atau lebi permililiter permililiter serum) selama 2-4 minggu. minggu. Antitoksin Antitoksin tersebut tersebut menetralisir menetralisir toksin toksin yang yang tidak tidak terikat terikat pada pada jaringa jaringan n saraf. saraf. Imunis Imunisasi asi aktif aktif dengan dengan toksoid toksoid tetanus harus menyertai profilaksis antitoksin.(11) Pasien yang mengalami gejala-gejala tetanus harus menerima relaksasi otot, sedasi dan bantuan bantuan ventilasi. Kadang-kadang pasien diberikan antitoksin dalam dosis besar (3000-10.000 unit imunoglobulin tetanus) melalui intravena
13
dalam dalam usaha usaha menetra menetralis lisir ir toksin toksin yang yang belum belum berkai berkaitan tan dengan dengan jaringa jaringan n saraf. saraf. Namun, efiksasi antitoksin untuk pengobatan masih diragukan kecuali pada tetanus neonatus, yang mungkin dapat menyelamatkan hidup. (8) Debridemen bedah sangat penting karena mengangkat jaringan nekrotik yang penting untuk proliferasi organisme. Oksigen hiperbarik tidak terbukti efektif. Penisilin Penisilin secara kuat menghambat menghambat pertumbuhan pertumbuhan C. tetani tetani dan menghentik menghentikan an produksi toksin lanjutan. Antibiotik juga dapat mengontrol infeksi piogenik yang menyertai. (8) Bila individu individu yang sebelumnya sebelumnya telah diimunisasi diimunisasi mendapatka mendapatkan n luka yang secara secara potens potensial ial berbah berbahay aya, a, dosis dosis tambah tambahan an toksin toksin harus harus disunt disuntikk ikkan an untuk untuk merangsang ulang produksi antitoksin. Suntikan toksoid “recall” tersebut dapat disertai pemberian dosis antitoksin jika pasien belum menerima imunisasi baru baru ini atau booster atau booster atau jika riwayat imunisasi tidak diketahui. (10) Sampai saat ini pada ibu hamil pemberian imunisasi tetanus dilakukan 2 kali, masing masing-mas -masing ing pada pada kehami kehamilan lan ke 7 dan 8. Adany Adanyaa aktivi aktivitas tas antito antitoksi ksin n IgG berarti bahwa ibu yang cukup di imunisasi, dapat memindahkan antitoksin kepada janin dan dapat memberikan proteksi pada hari pertama/minggu sesudah lahir. Hal ini diperlukan diperlukan dalam pencegahan pencegahan tetanus tetanus neonatorum neonatorumm m pada tindakan obstetri yang kurang steril. (3) Vaksin tetanus mengandung toksoid tetanus yang telah dimurnikan dan telah teradopsi pada Al-fosfat. Diperoleh dengan cara yang sama seperti Clostridium Tetani Tetani.. Memberi Memberikan kan kekeba kekebalan lan selama selama 5-10 5-10 tahun. tahun. Toksoi Toksoid d ini tidak tidak efektif efektif mencegah tetanus bila lukanyya
14
(infeksi) sudah timbul karena bekerja terlampau lambat. Maka, dalam kasus ini harus dilakukan imunisasi pasif dengan tetanus immune globulin dan serentak diberikan injeksi pertama dari vaksin tetanus untuk imunisasi aktif.
(9)
Dosis dan cara imunisasi : untuk imunisasi dasar 3x0,5 ml injeksi muskular ; suntikan pertama dan kedua dengan jarak antara 4-6 minggu, suntikan ketiga 6-12 bulan setelah dosis pertama. (4,9) Imun Imunisa isasi si tetan tetanus us untu untuk k ibu ibu hami hamill dibe diberi rika kan n 2x, 2x, deng dengan an dosis dosis 0,5 0,5 cc diinjek diinjeksik sikan an
intram intramusk uskule uler/su r/subku bkutan tan dalam. dalam. Sebaik Sebaikny nyaa
diberi diberikan kan sebelu sebelum m
kehamilan 8 bulan untuk mendapatkan imunisasi lengkap. TT1 dapat diberikan sejak diketahui positif hamil dimana biasanya diberikan diberikan saat kunjungan kunjungan pertama ibu hamil ke sarana kesehatan. Jarak pemberian imunisasi TT1 dan TT2 minimal 4 minggu. (7,12,13,14)
2.3 TINJAUAN UMUM TENTANG PENGETAHUAN
Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh oleh seseora seseorang. ng. Penget Pengetahu ahuan an termasuk termasuk,, tetapi tetapi tidak tidak dibatas dibatasii pada pada deskripsi, hipotesis, hipotesis, konsep, konsep, teori, teori, prinsip dan prosedur yang secara Probabilitas Bayesian adalah benar adalah benar atau atau berguna. berguna. (15) Penget Pengetahu ahuan an
adalah adalah
informasi
yang ang
tela telah h
diko dikom mbina binasi sika kan n
deng dengan an
pemahaman dan potensi untuk menindaki; yang lantas melekat di benak seseorang. Pada umumnya, pengetahuan memiliki kemampuan prediktif terhadap sesuatu sebagai hasil pengenalan atas suatu pola. Manakala informasi dan data sekeda sekedarr berkem berkemamp ampuan uan untuk untuk mengin menginfor formas masika ikan n atau atau bahkan bahkan menimb menimbulk ulkan an
15
kebingungan, maka pengetahuan berkemampuan untuk mengarahkan tindakan. Ini lah yang disebut potensi untuk menindaki.
(15)
Menurut pendekatan kontruktivistis, pengetahuan bukanlah fakta dari suatu keny kenyata ataan an yang sedan sedang g dipe dipelaj lajari ari,, mela melain inka kan n seba sebaga gaii kons konstr truk uksi si kogn kognit itif if seseorang seseorang terhadap terhadap obyek, obyek, pengalaman pengalaman,, maupun maupun lingkungan lingkungannya. nya. Pengetahuan Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah ada dan tersedia dan sementara orang lain tinggal mene meneri rima many nya. a. Peng Pengeta etahu huan an adal adalah ah sebag sebagai ai suat suatu u pemb pemben entu tuka kan n yang teru teruss menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi karena adanya pemahaman-pemahaman baru.(16) Seca Secara ra
teri terin nci
mengu enguku kurr
tin tingkat gkat
penge engeta tahu huan an
sese seseo oran rang,
Blo Bloom
mengemukakan enam tingkatan proses: (16) 1. Pengetahuan Pengetahuan (knowledge), knowledge), bila bila seseora seseorang ng hanya hanya mampu mampu mengin mengingat gat sesuatu sesuatu
yang telah dipelajarinya dalam garis besarnya saja. 2. Perban Perbandin dingan gan (comprehension), comprehension), bila bila seseo seseoran rang g tela telah h dapa dapatt mener meneran angk gkan an
kembali secara mendasar ilmu pengetahuan yang telah dipelajarinya. 3. Penerapan (application (application), ), bila telah ada kemampuan untuk menggunakan apa
yang dipelajarinya. 4. Anal Analis isis is (analysis), analysis), bila bila tela telah h mamp mampu u mene meneran rangk gkan an bagi bagian an-b -bag agia ian n yang yang
menyusun menyusun suatu bentuk pengetahua pengetahuan n tertentu tertentu dan menganalisa hubungan hubungan satu sama lain. 5. Sintesi Sintesiss ( synthesis), synthesis), bila bila disam disampi ping ng mamp mampu u meng mengan anal alisi isis, s, ia pun pun mamp mampu u
menyusun kembali ke bentuk semula maupun ke bentuk yang lain.
16
6. Penilaian Penilaian (evaluation), evaluation), merupakan tingkat pengetahuan yang tertinggi, apabila
telah telah mampu mampu menge mengetah tahui ui secara secara menye menyelur luruh uh dari dari semua semua bahan bahan yang yang telah telah dipelajarinya dan juga mampu menilai sesuai kriteria yang telah ditentukan.
2.4
KERANGKA TEORI
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia manusia,, yakni yakni indera indera pengli penglihat hatan, an, penden pendengar garan, an, penciu penciuman man,, rasa dan raba. raba. Seba Sebagi gian an besar besar peng penget etah ahua uan n manu manusi siaa dipe dipero role leh h melal melalui ui mata mata dan dan telin telinga ga.. Penget Pengetahu ahuan an atau atau kognit kognitif if merupa merupakan kan dominan dominan yang yang sangat sangat pentin penting g untuk untuk terbentuknya tindakan sesorang. Pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi tetanus toxoid sangat berperan untuk untuk menceg mencegah ah terjadi terjadiny nyaa tetanus tetanus neonat neonatoru orum m yang yang akan akan menamb menambah ah angka angka kematian bayi juga akan melindungi ibu terhadap kemungkinan tetanus apabila terluka. Tetanus neonatorum terjadi pada anak-anak yang dilahirkan dari ibu yang tidak diimunisasi diimunisasi secara adekuat, adekuat, terutama setelah perawatan bekas potongan tali pusat yang tidak steril. Resiko infeksi tergantung pada panjang tali pusat, kebersihan lingkungan, dan kebersihan saat mengikat dan memotong umbilikus.
17
2.5
KERANGKA KONSEP
Gambar 1. Kerangka Konsep
Variabel
Variabel
18
2.6 2.6
DEFE DEFENI NISI SI OPER OPERAS ASIO IONA NAL L & KRI KRITE TERI RIA A OBJ OBJEK EKTI TIF F
Sesuai permasalahan dan tujuan penelitian, maka sebagai pedoman awal pengumpulan informasi digunakan definisi operasional yang dikembangkan seperti uraian di bawah ini: (17) 1. Pengetahuan ibu hamil adalah pengetahuan tentang keadaan pada saat hamil.
Defenisi dari ibu hamil adalah seorang ibu/wanita yang membawa embrio atau fetus di dalam tubuhnya. 2. Penget Pengetahu ahuan an tentan tentang g imunisa imunisasi si tetanus tetanus toxoid toxoid adalah adalah segala segala sesuatu sesuatu yang yang
dialam dialami, i, diliha dilihatt dan dideng didengar ar tentan tentang g imunisa imunisasi si TT dan digali digali berdasa berdasarka rkan n kemampuan menjawab pertanyaan tentang tujuan, penyebab, resiko, ciri-ciri, dan penyebab imunisasi TT. Alat ukur
: Kuesioner
Kriteri Kriteriaa Objekti Objektiff
: a. Tahu, Tahu, jika jika menja menjawab wab pert pertany anyaan aan denga dengan n benar benar b. Tidak Tahu, jika salah dalam menjawab pertanyaan
19
BAB III METODE PENELITIAN 3. 1 JENIS JENIS PENELITI PENELITIAN AN
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif untuk mengetahui tingka tingkatt penget pengetahu ahuan an ibu hamil hamil mengen mengenai ai imunis imunisasi asi Tetanu Tetanuss Toxoid Toxoid dengan dengan menggunakan kuesioner.
3. 2 TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
Penelitian Tingkat Pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi Tetanus Toxoid (TT) ini dilakukan di Rumah Sakit Bersalin Masyita di Makassar. Penelitian mulai dilakukan dari 18 Oktober – 21 Oktober 2011.
3. 3 POPULASI DAN SAMPEL 1. Populasi
Populasi penelitian merupakan ibu hamil yang sedang kontrol ke Rumah Sakit Bersalin Masyita di Makassar. Dimana didapatkan populasi sebanyak 38 orang (sampel) 2. Sampel
Pengam Pengambil bilan an sampel sampel dilaku dilakukan kan dengan dengan metode metode Total Total Sampli Sampling, ng, yaitu yaitu teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi. Alasan
20
mengambil total sampling karena jumlah populasi yang kurang dari 100 seluruh populasi dijadikan sampel penelitian semua, dimana didapatkan 38 sampel.
3.5 TEK TEKHNI HNIK K PENGUM PENGUMPUL PULAN AN DATA DATA
Pengum Pengumpul pulan an data data dilaku dilakukan kan dengan dengan menggu menggunak nakan an data data primer primer yaitu yaitu berupa kuesioner yang diberikan kepada sampel. Tekhnik ini dilakukan dengan mem memberi berika kan n
daft daftar ar
pert pertan any yaan aan
seca secara ra
tert tertul ulis is
kepa kepada da
resp respon onde den n
untu untuk k
mendapatkan informasi tentang dtingkat pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi tetanus toxoid. 3.6 PENGOLAHAN PENGOLAHAN DAN PENYAJIAN PENYAJIAN DATA
Data Data diol diolah ah meng menggu guna naka kan n alat alat hitu hitung ng sederh sederhan anaa beru berupa pa kalk kalkul ulat ator or,, kemudian kemudian disajikan dalam bentuk bentuk tabel frekuensi dan presentasi presentasi serta dilengkapi dilengkapi dengan narasi. Adapun tekhnik analisa menggunakan rumus berikut : P
=
f
x 100 %
Keterangan : P = persentase = persentase
N
f = frekuensi faktor variabel n = jumlah sampel
Adapun criteria objektif menurut Arikunto yaitu adalah : Baik
: Nilai = 76-100%
Cukup
: Nilai = 56-75%
Kurang
: Nilai = 40-55%
21
Tidak baik
: Nilai = < 40%
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Lokasi RSB Masyita
Lokasi Rumah Sakit Bersalin Masyita terletak di Jalan Cambajawayya No.24 Kelurahan Tello Baru Kecamatan Panakkukang Kota Makassar. Akses utama dari Rumah Sakit Bersalin Masyita bias di akses dari Jl. Abdullah Dg. Sirua dan J. Urip Sumoharjo.
22
4.2 Jenis Layanan
Jenis Jenis layanan layanan yang disediak disediakan an di Rumah Rumah Sakit
Bersali Bersalin n Masyita Masyita ini
adalah: 1. UGD 24 jam 2. Peme Pemerik riksaa saan n ibu ibu hami hamill 3. USG USG oleh oleh spesia spesiali liss kandu kandung ngan an 4. Pemerik Pemeriksaan saan anak anak oleh oleh spes spesial ialis is anak anak 5. Layanan KB KB 6. Imunisasi 7. Persa ersallinan 8. Ambulans 4.3 Fasilitas
1. Ruan Ruang g Opera Operasi: si: 1 tem tempat pat tid tidur ur 2. Ruang Pulih/RR
: 2 tempat tidur
3. Ruang Kuret
: 1 tempat tidur
4. Ruang Bersalin
: 7 tempat tidur
5. Ruang Bayi
: 8 tempat tidur
6. Ruang Menyusui
: 1 kamar
7. Ruan Ruang g Direk Direktu turr
: 1 kama kamar r
8. Ruang Konseling
: 1 kamar
9. Ruang Poli Anak
: 1 kamar
23
10. Ru Ruang VVIP
: 1 kamar
11. Ru Ruang VIP
: 5 kamar
12. 12. Ruan Ruang g Kla Klass 2 : 4 kam kamar ar 13. 13. Ruan Ruang g Klas Klas 3 : 22 tem tempa patt tidu tidur r 14. Ruang UGD 24 24 jam 15. Ruang Resepsionis Resepsionis 16. Ruang Administrasi Administrasi 17. Mushol Musholla la 18. 18. Dapu Dapur r 19. Gudang Gudang Alat Alat 20. Gudang Gudang Obat Obat
24
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 HASIL PENELITIAN
Pros Proses es pene peneli liti tian an ini ini dila dilaku kuka kan n pada pada ibu ibu hami hamill yang ang mem memerik eriksa saka kan n kandungannya di Rumah Sakit Bersalin Masyita selama 2 hari, dengan jumlah responden 38 sampel. Berdasarkan hasil pengumpulan pengolahan data yang telah dilakukan dan disesuaikan dengan tujuan penelitian maka hasilnya : 1. Identitas Responden
Identitas responden
Usia ibu (tahun) Usia kehamilan
Tabel 1 Identitas Responden frekuensi
%
Total (f/%)
<20 20 – 30 30 – 40
3 20 15
7 ,9 52,6 39,5
38/100
2–4 4–6 6–9
8 4 26
21,1 10,5 68,4
38/100
SD SMP SMA PT
1 4 23 10
2 ,6 10,5 60,5 26,4
(bulan)
Pendidikan terakhir Tahu/tidak
38/100 Tahu Tidak
24 14
imunisasi TT Sumber Data : Data Primer, September 2011
63,2 36,8 38/100
25
Dari tabel di atas dijabarkan bahwa responden yg berobat ke rumah sakit RSB Masyita Makassar tingkatan umur <20 tahun terdapat 3 orang (7,9%) dan antara 20-30 tahun ada 20 orang (52,6%) sedangkan 30-40 tahun terdapat 15 orang (39,5%). Untuk usia kehamilan saat berkunjung, dimana usia kehamilan 2-4 bulan ada 8 orang (21,1%) dan umur 4-6 bulan terdapat 4 orang (10,5%) sedangkan umur umur keha kehami mila lan n 6-9 6-9 bula bulan n terd terdap apat at 29 oran orang g (68, (68,4% 4%). ). Seda Sedang ngka kan n ting tingka katt pendidikan ibu hamil saat berkunjung menunjukkan ibu hamil memiliki pendidikan rata-rata tamat ta mat SMA terdapat 23 orang (60,5%) dan lulusan perguruan tinggi ada 10 orang (26,4%) untuk lulusan SMP ada 4 orang (10,5%) sedangkan tamatan SD ada 1 orang (2,6%). Dari distribusi tabel di atas menunjukkan bahwa yang mengetahui tentang imunisasi tetanus saat hamil terdapat 24 orang (63,2%) dan yang tidak mengetahui sebanyak 14 orang (36,8%).
26
2.Variabel Penelitian Tabel 2 Pengetahuan responden Tentang Tempat Mendapatkan Imunisasi Tetanus Saat Hamil Frekuensi Tempat imunisasi tetanus didapatkan % (orang) Tahu 24 63,2
Tidak Tahu Total Sumber Data : Data Primer, September 2011
14 38
36,8 100
Tabel 2 menjelaskan tentang tempat yang biasa mendapatkan imunisasi tetanus saat hamil dari hasil di atas menunjukkan menunjukkan bahwa rata-rata ibu hamil tahu dimana bisa mendapatkan imunisasi tersebut (puskesmas, posyandu, rumah sakit) yaitu 24 orang (63,2%) sedangkan yang tidak tahu terdapat te rdapat 14 orang (36,8%).
Tabel 3 Pengetahuan Responden Responden Tentang Tujuan Imunisasi Tetanus Saat Hamil 27
Frekuensi Tujuan imunisasi tetanus saat hamil Tahu Tidak Tahu Total Sumber Data : Data Primer, September 2011
% (orang) 21
55,3
17 38
44,7 100
Dari tabel di atas sebanyak 21 orang (55,3%) pasien berpengetahuan baik tentang tujuan dari imunisasi tetanus saat hamil dimana terhindar dari penyakit tetanus, ini menunjukk menunjukkan an bahwa bahwa wanita hamil tahu betapa pentingnya pentingnya imunisasi imunisasi tetanus tetanus saat hamil. Sedangkan yang menjawab lain atau tidak tahu terdapat 17 orang (44,7%).
Tabel 4 Pengetahuan Responden Tentang Penyebab Tetanus Penyebab tetanus pada bayi yang baru dilahirkan Frekuensi
% dari ibu yang tidak imunisasi
(orang)
28
Tahu Tidak Tahu Total Sumber Data : Data Primer, September 2011
13
34,2
25 38
65,7 100
Tabel 4 di atas menjabarkan menjabarkan tentang penyebab penyebab dari tetanus tetanus tersebut tersebut dimana dimana yang menjawab tahu terdapat 13 orang (34,2%) dan jawaban selebihnya atau tidak tahu sebanyak sebanyak 25 orang (65,7%). (65,7%). Ini berarti pengetahuan pengetahuan pasien tentang penyebab penyebab tetanus tersebut masih kurang baik.
Tabel 5 Pengetahuan Responden Tentang Gejala Klinis dari Bayi Yang Terinfeksi Tetanus Frekuensi Gejala klinis dari bayi yang terinfeksi tetanus % (orang)
29
Tahu Tidak Tahu Total Sumber Data : Data Primer, September 2011
2
5,2
36 38
94,8 100
Tabel di atas menunjukkan bahwa responden yang menjawab dengan benar (tahu) hanya hanya 2 orang (5,2%) dan yang menjawab menjawab tidak tahu terdapat 36 orang (94,8%). (94,8%). Dari Dari hasi hasill di atas atas menu menunj njuk ukka kan n bahw bahwaa rata rata-r -rat ataa ibu ibu hami hamill yang ang data datang ng memeriksakan diri ke RSB Masyita masih belum mengetahui pasti gejala klinis dari infeksi tetanus pada bayi.
Tabel 6 Distribusi Responden di RSB Masyita yang tahu resiko yang dapat terjadi pada bayi yang terinfeksi Resiko yang dapat terjadi pada bayi yang Frekuensi % terinfeksi (orang)
30
Tahu Tidak Tahu Total Sumber Data : Data Primer, September 2011
15
39,4
23 38
60,5 100
Tabel di atas menjelaskan apakah mengetahui resiko yang bisa terjadi pada bayi yang terinfeksi, dimana dari hasil di atas menunjukkan bahwa dari 38 orang yang mengisi kusioner terdapat 15 orang (39,4%) yang menjawab “Tahu” ini berarti pasien tersebut mengetahui resiko yang bisa terjadi terja di pada bayi tersebut. Sedangkan yang menjawab “tidak tahu” terdapat 23 orang (60,5%).
Tabel 7 Pengetahuan Responden Responden Tentang Mencegah Agar Bayi Tidak Terinfeksi Tindakan untuk mencegah agar bayi tidak Frekuensi % terinfeksi tetanus (orang) Tahu 23 60,5
Tidak tahu
15
39,4
31
Total Sumber Data : Data Primer, September 2011
38
100
Tabel 7 menjelaskan bahwa cara mencegah agar bayi tidak terinfeksi yaitu dengan vaksin atau menjawab dengan tepat sebanyak 23 orang (60,5%) sedangkan 15 oran orang g (39, (39,4% 4%)) menja enjawa wab b deng dengan an tida tidak k tepa tepatt (tid (tidak ak tahu tahu). ). Hal Hal ters terseb ebut ut menjelaskan bahwa pengetahuan pasien tentang pencegahan cukup baik.
5.2 PEMBAHASAN
Imunisasi tetanus saat hamil sangat penting karena menyangkut keselamatan ibu dan bayinya. Imunisasi tersebut penting untuk ibu yang lagi hamil, khususnya ibu yang datang ke RSB Masyita akan kita gali pengetahuan tentang imunisasi tersebut. Dalam hal ini ibu yang menjawab pertanyaan dari kusioner yang di
32
berikan, akan menjawab berdasarkan pengetahuan masing-masing yang akan dibahas berdasarkan 7 tabel yang telah diuraikan. Berdasarkan tabel 1 yang merupakan tabel identitas dapat dilihat bahwa ratarata umur ibu yang datang memeriksakan kehamilannya di RSB Masyita sekitar 20-30 20-30 tahun sebany sebanyak ak 52,6% 52,6% sisanya sisanya ada yang berumur berumur sekita sekitarr 30-40 30-40 tahun sebanyak 39,5% dan <20 tahun terdapat 7,9%. Untuk umur kehamilan ibu saat datang ke RSB Masyita dimana yang paling banyak umur 6-9 bulan yaitu 68,4%, sedang sedangkan kan umur umur 2-4 bulan bulan sebany sebanyak ak 21,1% 21,1% dan umur umur kehami kehamilan lan 4-6 bulan bulan sebany sebanyak ak 10,5%. 10,5%. Sedang Sedangkan kan tingka tingkatt pendid pendidika ikan n ibu hamil hamil saat berkun berkunjun jung g menunjukkan ibu hamil memiliki pendidikan rata-rata tamat SMA terdapat 60,5% dan lulusan perguruan tinggi ada 26,4% untuk lulusan SMP ada 10,5% sedangkan tamatan SD ada 2,6%. Pendidikan yang telah ditekuni Ibu sebagian besar adalah Sekolah Menengah Atas (SMA). Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi tinggi pendid pendidika ikan n seseora seseorang ng makin makin mudah mudah orang orang tersebu tersebutt untuk untuk menerim menerimaa inform informasi. asi. Dengan Dengan pendid pendidika ikan n tinggi tinggi maka maka seseora seseorang ng akan akan cender cenderung ung untuk untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang tentang kesehatan. kesehatan. Termasuk Termasuk didalamny didalamnyaa pengetahuan pengetahuan tentang imunisasi imunisasi tetanus tetanus toxoid saat hamil.(16) Selanjutnya Selanjutnya dijabarkan dijabarkan distribusi distribusi menunjukk menunjukkan an bahwa yang mengetahui mengetahui tentang imunisasi tetanus saat hamil terdapat 63,2% dan yang tidak mengetahui sebany sebanyak ak 36,8%. 36,8%. Ini menunj menunjukk ukkan an rata-ra rata-rata ta ibu hamil hamil menget mengetahu ahuii tentan tentang g imunisasi tetanus toxoid. Berdasarkan Tabel 2 menjelaskan tentang tempat yang
33
biasa mendapatkan imunisasi tetanus saat hamil dari hasil di atas menunjukkan bahwa rata-rata ibu hamil tahu dimana bisa mendapatkan imunisasi tersebut (puske (puskesma smas, s, posya posyandu ndu,, rumah rumah sakit) sakit) yaitu yaitu 63,2% 63,2% sedang sedangkan kan yang yang tidak tidak tahu tahu terdapat 36,8%. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan pengetahuan masyarakat tentang inovasi inovasi baru.(16) Tabe Tabell 3 menj menjela elask skan an peng penget etah ahua uan n ibu ibu tent tentan ang g tuju tujuan an dari dari imun imunis isasi asi tersebut dan yang menjawab benar sebanyak 55,3% yaitu terhindar dari penyakit tetanus. Dan sisanya tidak mengetahui dengan pasti jawaban yang benar sebanyak 44,7%. Namun dalam hal ini rata-rata ibu yang mengetahui tentang imunisasi tetanus ini sudah berpengetahuan cukup baik karena lebih dari setengah responden telah telah menjawa menjawab b pertan pertanya yaan an dengan dengan benar. benar. Tabel Tabel 4 menjaba menjabarka rkan n peyebab peyebab dari dari tetanus tersebut dimana ibu-ibu menjawab benar sebanyak 54,2% dengan jawaban yaitu bekas potongan tali pusat yang tidak steril, sedangkan 65,7% menjawab dengan jawaban yang kurang tepat. Ini menjelaskan bahwa masih banyak variasi jawaban dari ibu-ibu tentang penyebab dari tetanus tersebut, ini dimungkinkan karena karena masih perlunya perlunya ibu-ibu ibu-ibu mendapatka mendapatkan n informasi informasi tentang tentang imunisasi imunisasi tetanus tetanus tersebut. (9) Selanjutnya tabel 5 menjelaskan pengetahuan ibu tentang ciri-ciri bayi yang yang terinf terinfeksi eksi tetanu tetanuss dimana dimana banya banyak k respond responden en menjawa menjawab b jawaba jawaban n dengan dengan tidak tepat yaitu sebanyak 94,8% dari responden yang diteliti. Dari hasil jawaban responden menunjukkan bahwa pengetahuan tentang ciri-ciri bayi yang terinfeksi masih kurang. Karena ibu-ibu menganggap bahwa bayi yang terinfeksi tetanus itu
34
bergejala seperti bayi berwarna kuning, padahal gejala klinis dari infeksi tersebut yaitu bayi sukar membuka mulut/kaku.
(11)
Pada tabel 6 menjabarkan tentang apakah ibu-ibu tahu resiko yang bisa terjadi pada bayi yang terinfeksi, terinfeksi, dari 38 orang yang menjawab menjawab “tahu” sebanyak 39,4% dengan jawaban keterbelakangan mental dan meninggal dunia dan yang menjawab “tidak tahu” sebanyak 60,5%. Dari hasil tersebut didapatkan bahwa responden belum banyak yang mengetahui bahwa resiko yang bisa terjadi pada bayi yang terinfeksi itu dapat menyebabkan kematian pada bayi sehingga mereka tidak begitu peduli dengan adanya imunisasi tetanus toxoid. Tabel 7 menjabarkan pengetahuan pasien yang datang ke RSB Masyita tentang pencegahan agar bayi tidak terinfeksi tetanus, hasil has il didapatkan dari 38 orang yang menjawab benar yaitu melaku melakukan kan vaksin vaksin/im /imuni unisasi sasi tetanus tetanus saat saat hamil hamil sebany sebanyak ak 60,5% 60,5% dan 39,5% 39,5% menjawab rajin makan makanan bergizi, dengan kata lain menjawab pertanyaan dengan dengan kuran kurang g tepat. tepat. Ini menunj menunjukk ukkan an bahwa bahwa penget pengetahu ahuan an mereka mereka tentan tentang g pencegahan cukup baik dimana untuk terhindar dari infeksi tersebut hanya dengan vaksin/imunisasi tetanus saat hamil.(8)
Ga mbaran Berdasarkan hasil penelitian tempat lain, yaitu Nik Kasyfun Nur, Gambaran Penget Pengetahu ahuan an Ibu-ib Ibu-ibu u Hamil Hamil Tentang Tentang Imuni Imunisasi sasi Tetanu Tetanuss Toxoid Toxoid (TT) (TT) dan Tindak Tindakan an Pengambilan Imunisasi TT di Poliklinik Ibu Hamil RSUP. Haji Adam Malik, Medan, FK Univ. Sumatera Utara, 2010. Dimana hasil penelitian, diperolehi tingkat pengetahuan ibuibu hamil berada pada tahap baik sebanyak 69 orang (86,3%). Tahap pengetahuan ibu-ibu hamil mengenai kepentingan imunisasi TT berada pada tahap baik sebanyak 79 orang (98. (98.8% 8%). ). Seba Sebany nyak ak 79 oran orang g (98. (98.8% 8%)) dari dari sampe sampell pern pernah ah mend mendap apat atka kan n sunti suntika kan n
35
imunisasi TT. Secara umumnya, tingkat pengetahuan ibu-ibu hamil mengenai imunisasi TT adalah adalah pada pada tahap tahap baik baik dan ibu yang yang memilik memilikii tingka tingkatt penget pengetahu ahuan an yang yang kurang kurang belum pernah mendapatkan imunisasi imunisasi TT.
(19)
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 KESIMPULAN KESIMPULAN
36
Dari Dari hasi hasill pene peneli liti tian an meng mengen enai ai ting tingka katt peng pengeta etahu huan an ibu ibu hami hamill tenta tentang ng imunisasi imunisasi tetanus toxoid toxoid (TT) di Rumah Sakit Bersalin Bersalin Masyita Masyita Makassar, Makassar, maka dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Umumnya Umumnya mengetahui mengetahui tentang tentang imunisasi imunisasi tetanus tetanus toxoid 2. Umumnya Umumnya berpengetahu berpengetahuan an baik tentang tujuan imunisasi imunisasi tetanus toxoid toxoid 3. Umumnya Umumnya berpengetahu berpengetahuan an baik tentang penyebab penyebab tetanus tetanus toxoid 4. Umumnya Umumnya berpengetahu berpengetahuan an kurang tentang gejala klinis/ciri-cir klinis/ciri-cirii tetanus pada bayi yang terinfeksi tetanus toxoid 5. Umum Umumny nyaa berp berpen enge geta tahu huan an baik baik tent tentan ang g resik resiko o pada pada bayi bayi yang yang teri terinf nfek eksi si tetanus toxoid 6. Umumnya Umumnya berpengetahua berpengetahuan n baik tentang pencegahan pencegahan agar bayi tidak terinfeksi terinfeksi tetanus toxoid
6.2 SARAN
Berd Berdasa asark rkan an pros proses es pene peneli liti tian an serta serta anal analisa isa hasil hasil pene peneli liti tian an yang yang tela telah h dilakukan, maka penulis mencoba memberikan saran-saran sebagai berikut :
37
1. Kepada ibu, diharapka diharapkan n sangat memperhatikan memperhatikan keselamatanny keselamatannyaa terutama terutama saat hamil terutama pola hidup sehat saat kehamilan dan harus rajin mengontrol diri selama kehamilan berlangsung. 2. Mengingat Mengingat bahayanya bahayanya resiko tetanus tetanus toxoid toxoid terhadap terhadap ibu hamil, maka tingkat
pengetahuan tentang
imunisasi tetanus toxoid pada ibu hamil sangatlah
penting. Sehingga, diharapkan kerjasama dari beberapa pihak seperti media yang tersedia, penyuluhan, serta instansi-instansi yang terkait.
38