KARTINI MATI DIBUNUH
Membongkar Hubungan Kartini Dengan Freemason
Anda Dapat Mengunduh Ebook Bermutu Lainnya di
Efantino Febriana
KARTINI MATI DIBUNUH
Membongkar Hubungan Kartini Dengan Freemason
Kartini Mati Dibunuh
Membongkar Hubungan Kartini Dengan Freemason
Penulis : Efantino Febriana Pewajah Sampul : Zaeni Yusuf Pewajah Isi : F. Ulya. Himawan Tebal : vi + 130 halaman Cetakan : I - 2010 ISBN : 978-979-3065-34-2 Penerbit : NAVILA IDEA Jl. Pakelmulyo UH. V/411 Golo Umbulharjo, Yogyakarta Telp./Fax: (+62274) 377034 email :
[email protected] website: www.navilabook.com Distributor Tunggal: Niaga Swadaya. Jl. Gunung Sahari III/7, Jakarta 10610. Telp. (+6221) 4204402, 4255354, Fax.: (+6221) 4214821
DAFTAR ISI KEGELAPAN DARI UTARA ~1~ TERBITLAH TERANG: SEPENGGAL KISAH KARTINI ~23~ KARTINI DAN FREEMASON ~61~ PERGOLAKAN PEMIKIRAN KARTINI ~105~ Misteri kematian kartini ~121~
KEGELAPAN DARI UTARA
PERANG Salib berakhir tragis bagi pasukan Kristen. Konstantinopel, ibu kota Kristen, berhasil direbut oleh Mehmed II pada tahun 1453 lewat pertempuran yang berdarah-darah. Dengan jatuhnya kota tersebut mereka telah kehilangan kontak dengan Asia dan Timur Tengah. Dalam kondisi seperti ini, dua kerajaan besar waktu itu, Portugis dan Spanyol, mengadakan perundingan. Sebagai pewaris Kerajaan Andalusia yang Muslim, kedua kerajaan tersebut ingin mengembalikan kejayaan Andalusia. Maka, lewat Perjanjian Tordesillas yang dipelopori oleh Paus, mereka membagi dunia menjadi dua; satu bagian untuk Spanyol dan bagian yang lainnya untuk Portugis. Pelayaran untuk mencari “dunia baru” tersebut membawa slogan yang cukup terkenal: Gold, Glory, dan Gospel. Gold (emas), lambang kekayaan dunia yang akan mereka kuras dari perut bumi negara jajahan, yang menjadi titik pangkal dari kolonialisme. Glory (kekuasaan), lambang kekuasaan Kristus di muka bumi, bahwa agama Kristen harus menjadi garam dunia. Dan, Gospel (gereja),
2 tak lain adalah Kristenisasi di seluruh tanah jajahan agar memeluk agama Kristus, membuat yang kafir menjadi beriman. Maka kapal-kapal pun melepas sauhnya dari pelabuhan Spanyol dan Portugis untuk berlabuh di “dunia baru” yang konon kabarnya kaya akan emas. Berita-berita ini mereka dapatkan dari kisah perjalan Marco Polo ke Cina. Sebagai pedagang dan petualang kebangsaan Italia, Marco Polo memang banyak melakukan perjalanan sampai ke Cina sewaktu Dinasti Mongol berkuasa. Buku Imago Mundi (Keajaiban Dunia) yang berisi kisah-kisah perjalan Marco Polo, banyak dibaca oleh pemuda-pemuda Eropa yang merindukan petualangan setelah kekalahan dalam Perang Salib. Oleh karena itu, ketika Raja Portugis dan Spanyol mengumumkan siapa saja yang akan melakukan pelayaran mengelilingi dunia yang bulat akan biayai oleh kerajaan, mereka beramai-ramai mendaftarkan diri. Salah satu pemuda yang mengajukan diri untuk mencari sumber emas adalah Cristhoper Columbus. Pemuda ini dilahirkan di Genoa, Italia, tahun 1451. Sedari awal ia sudah gandrung dengan dunia laut, maka kemudian memilih sebagai nahkoda dan navigator kapal. Sebagai seorang nahkoda ia bercita-cita mencari jalan lain menuju Asia—setelah jalan darat telah dikuasai Kerajaan Turki Ottoman. Namun ia menyadari tak mudah untuk mewujudkan cita-cita tersebut, karena perjalanan itu
Efantino Febriana
3 jelas membutuhkan biaya yang besar. Tanpa ada orang yang mau membianyainya maka cita-citanya seperti mengantang asap. Takdir sejarah rupanya memihak pada Columbus. Di saat ia hanya bisa melamunkan perjalan ke Asia, pengumuman dari Ratu Spanyol, Isabella I, sampai ketelinganya. Maka tanpa menunggu waktu terus melaju, dari Genoa ia langsung menuju ke Spanyol. Di kota yang tak kalah indahnya dengan Roma tersebut ia menghadap pada sang Ratu, memohon agar direstui pelayarannya. Ratu pun merestui, yang berarti uang pun mengalir untuk membianyai pelayaran Columbus. Ratu Isabella I memang menjadi salah satu penguasa yang terkenal di Eropa. Ia dilahirkan di kota Madrigal pada tahun 1451. Sebagaimana para keluarga kerajaan lainnya, ia mendapatkan pendidikan agama yang ketat, tak mengherankan kalau ia kemudian menjadi seorang Katolik yang taat dan keras. Mungkin hal inilah yang membuat dirinya ketika menjadi penguasa Spanyol menerapkan hukum Gereja (inkuisisi) secara keras. Maka bertemulah antara kepentingan Gereja dengan kepentingan Isabella I. Dengan adanya inkuisisi Gereja berharap ajarannya dipatuhi, sementara bagi Isabella, inkuisisi menjamin kekuasaannya dapat berlangsung aman karena hukum tersebut akan menggencet oposisi.
Kartini Mati Dibunuh
4 Selain penerapan hukum yang keras, masa pemerintahan Isabella I juga terkenal dengan masa pengusiran kaum Yahudi dan pembataian umat Islam. Ketika Spanyol masih bernama Andalusia yang diperintah kaum Muslim, kaum Yahudi merupakan salah satu kaum yang dilindungi selain kaum Kristen. Akan tetapi, begitu umat Kristen berhasil merebut Spanyol, kedudukan kaum Yahudi mulai terancam. Mereka yang sebagian besar kaum pedagang mulai diusir dari Spanyol, dan puncaknya terjadi pada masa pemerintahan Isabella I. Tentang hal ini Michael H. Hart memberikan uraian sebagai berikut: “Pada mulanya, pengadilan inkuisisi tidaklah ditujukan melawan Yahudi. Tetapi, di tahun 1492, atas tekanan si fanatik Torquemada, Ferdinand dan Isabella menandatangani sebuah dekrit yang isinya memerintahkan semua Yahudi Spanyol masuk Kristen atau angkat kaki tinggalkan Spanyol dalam tempo empat bulan, tanpa boleh membawa barang miliknya walau sepotong. Buat Yahudi Spanyol yang berjumlah sekitar 200.000 orang, perintah pengusiran ini betul-betul suatu malapetaka dan banyak yang menghembuskan napas terakhir sebelum kaki sempat menyentuh pelabuhan yang aman. Untuk Spanyol, pengusiran ini berarti kehilangan sejumlah besar penduduk yang paling rajin dan paling berkeahlian dalam dunia dagang dan pertukangan sehingga menyebabkan kemunduran ekonomi yang hebat.”1 Buku Seratus Tokoh Paling Berpengaruh dalam Sejarah, Michael H. Hart, Dunia Pustaka Jaya, 1982. 1
Efantino Febriana
5 Setelah kaum Yahudi diusir maka giliran umat Islam yang mendapatkan ancaman. Perjanjian perdamian antara umat Kristen dan Islam kemudian dikhianati oleh pemerintahan Spanyol. Tentang hal ini Michael H. Hart memberikan uraian sebagai berikut: “Tatkala Granada menyerah, perjanjian damainya menyediakan peluang buat kaum Muslimin yang ada di Spanyol diijinkan boleh tetap beribadah menurut ajaran agamanya. Kenyataannya, pemerintahan Spanyol tak lama sesudahnya mengkhianati perjanjian itu. Oleh sebab itu kaum Muslimin berontak, tetapi dapat ditumpas. Tahun 1502 semua kaum Muslimin yang berada di Spanyol dipaksa masuk Kristen atau dihalau pergi, pilihan serupa yang pernah disodorkan kepada kaum Yahudi sepuluh tahun sebelumnya.”2 Begitulah perangai Ratu Isabella I yang telah memberikan restu pada Columbus untuk mencari sumber emas. Setelah mendapatkan restu, tanggal 3 Agustus 1492 kapal Columbus melepas sauh dari pelabuhan Spanyol. Dengan berlinang air mata penduduk Spanyol yang berjubel di pelabuhan melepas kepergiannya. Columbus dengan gagah melambaikan tangan sebagai tanda bahwa kepercayaan Ratu Isabella I akan dibayar lunas. Layar yang terbentang dengan tanda salib di tengah-tengahnya pun seolah-olah mengikuti lambaian Columbus.
2
Ibid Kartini Mati Dibunuh
6 Setelah sekian lama terombang-ambing di atas samudera, armada Columbus berlabuh di Kepulauan Canary, sebuah kepulauan yang terletak di lepas pantai Afrika. Tak begitu lama Columbus berada di tempat ini. Pada tanggal 6 September ia melanjutkan pelayaran menuju ke arah barat. Dan, baru pada tanggal 2 Oktober 1492 armada Columbus berjumpa lagi dengan daratan. Dari sekian banyak pelayaran yang dilakukan, penemuan atas benua Amerika merupakan penemuan yang dianggap sebagai keberhasilan Columbus. Walaupun begitu, ia tetap dianggap gagal menemukan sumber emas yang menjadi harapan orang Eropa; yang mengharapkan kekayaan bukan pulau yang miskin. Lantas bagaimana dengan Portugis? Sejak Pangeran “Hery Sang Navigator”, Portugis sudah berencana untuk mengarungi samudera. Awalnya tujuan ekspedisi ini adalah membangun hubungan persahabatan dengan John, seorang raja Kristen yang kaya raya di Afrika. Sebelum ekspedisi dimulai, John sudah menulis surat pada Paus, bahwa dirinya bersedia bekerjasama untuk merebut Yerusalem dari genggaman orang-orang Islam, dan membangun kerajaan Kristen di seluruh dunia. Gayung pun bersambut. Portugis telah menemukan teman sejati untuk menghancurkan kerajaan Islam.
Efantino Febriana
7 Ketika Raja Manuel I (1469-1521) berkuasa, karena merasa kecolongan oleh keberhasilan Spanyol, ia segera memerintahkan kepada seorang pelaut bernama Vasco da Gama untuk mencari jalan lain menuju sumber emas. Kepada Vasco da Gama sang Raja berkata, “Spanyol sudah menemukan India lewat Atlantik. Kita kalah dalam mencari jalan laut ke Timur. Keadaan ini jangan dibiarkan lebih lama. Portugis harus mencari jalan dan mencari wilayah baru. Sekarang, kau Vasco da Gama, kuperintahkan berlayar ke timur untuk mencapai India. Kau ingat pelayaran Bartholomeus Diaz tahun 1456? Dia hanya sampai Tanjung Harapan. Kau kuutus terus melewati tanjung itu sampai ke India. Bila kau berhasil, niscaya segala kehormatan dan harta kulimpahkan padamu.” Sebetulnya, sebelum Vasco da Gama, Portugis sudah berusaha sampai ke India, yaitu pada masa Pangeran Henry “Sang Navigator” berkuasa. Waktu itu, tahun 1488, ekspedisi Portugis yang dipimpin Bartolomeus Dias sudah sampai ke Tanjung Harapan. Akan tetapi, armada ini kembali lagi ke Portugis. Pengalaman inilah yang menjadi bekal Vasco da Gama, seorang pelaut kelahiran Sines, Portugis, untuk menjalankan kehendak sang Raja. Pada tanggal 8 Juli 1497, Vasco da Gama dengan empat buah kapal dan 170 orang kelasi, meninggalkan pelabuhan Portugis. Sebelum kepergiannya kapal-kapal Kartini Mati Dibunuh
8 tersebut telah diberkati oleh raja dan pemimpin gereja, dengan tujuan kejayaan Portugis dan Kristen. Armada Vasco da Gama menuju Tanjung Verde. Dari tempat ini mereka menyusuri pantai Afrika—jalur yang sama yang ditempuh oleh Diaz—kemudian berlayar menuju selatan, menjauhi Samudera Atlantik. Dia berlayar terus jauh ke selatan, dan kemudian membelok ke timur mencapai Tanjung Harapan. Hampir selama sembilan puluh tiga hari mereka terombang-ambing di atas gelombang laut, tak pernah melihat daratan sama sekali. Pada tanggal 22 Nopember, armada Vasco da Gama mengitari Tanjung Harapan, kemudian berlayar ke utara. Dalam pelayaran ini beberapa kali ia membuang sauh di pelbagai kota Muslim, seperti Mambasa dan Malindi yang kini bernama Kenya. Di Malindi dia ambil seorang penunjuk jalan bangsa India yang menuntunnya selama 23 hari melintasi Laut Arab menuju India. Selama dalam perjalanan menuju India, Vasco da Gama berlaku sebagaimana bajak laut. Ia merampas dan membunuh orang-orang di kapal yang melintas didekatnya. Tentang kekejaman dan kebiabadan Vasco da Gama ini tergambarkan sebagai berikut: “Tingkah laku da Gama dalam ekspedisi ini betul-betul ganas. Di luar perairan pantai India dia merampas sebuah kapal Arab yang sedang lewat dan sesudah memindahkan muatannya tetapi tidak penumpangnya, dia bakar kapal itu Efantino Febriana
9 di tengah laut. Kesemua penumpang yang ada di atas kapal, termasuk perempuan dan anak-anak, musnah.”3 Begitulah kebiadapan armada Vasco da Gama. Ini membuat kapal-kapal lain yang melihat tanda salib di layar segera menyingkir, menjauh. Perairan yang diluluinya menjaga lengang. Setiap pelabuhan yang disinggahinya berubah menjadi pelabuhan mati karena para penghuninya memilih bersembunyi. Akhirnya, armada Vasco da Gama sampai juga ke India. Tentang kedatangan armada Vasco da Gama ini digambarkan sebagai berikut: “Tanggal 20 Mei 1498, sekitar 10 bulan sesudah keberangkatannya dari Portugis, da Gama sampai di Calicut, kota pusat perdagangan paling penting di India bagian selatan. Penguasa Hindu di Calicut, Zamorin, mulanya menyambut baik kedatangan da Gama. Tetapi, kemudian Zamorin merasa kecewa karena hadiah upeti yang dipersembahkan da Gama kelewat murah harganya. Berkaitan dengan kekejaman pedagang-pedagang Muslim yang menguasai rute jalan perdagangan di Samudera Hindia, ini menjadi halangan buat da Gama meneruskan transaksi dagang dengan Zamorin. Kendati begitu, ketika da Gama meninggalkan Calicut bulan Agustus, da Gama diberi muatan rupa-rupa rempah-rempah agar disampaikan kepada pemerintahnya di Portugis, begitu juga sejumlah orang India.”4 4 3
Ibid Ibid Kartini Mati Dibunuh
10 Selepas dari India armada Vasco da Gama kembali ke Portugis. Perjalan pulang ini telah banyak menewaskan awak kapal Vasco da Gama. Bencana ini terjadi karena mereka kekurangan buah-buahan dan sayur-sayuran sementara terlalu banyak makan daging. Maka tak mengeherankan kalau empat kapal yang berada dalam rombongan Vasco da Gama hanya dua kapal yang sampai ke Portugis. Kapal pertama berlabuh di Portugis tanggal 10 Juli 1499, dan kapal da Gama sendiri baru sampai 2 bulan kemudian. Dari dua kapal tersebut hanya 55 kelasi yang bisa bertahan hidup. Keberhasilan di atas tentu memberikan berkah kepada Kerajaan Portugis dan sekaligus Eropa. Sebelum Vasco da Gama sampai ke India, wilayah-wilayah di Asia dan sekitarnya merupakan daerah yang asing. Dan dengan keberhasilan ekspedisi tersebut maka Eropa mulai bisa menjadikan kawasan baru tersebut sebagai sapi perahan baru setelah kekalahan mereka dalam Perang Salib. Tentang hal ini Michael H. Hart memberikan uraian sebagai berikut: “Perjalanan
Vasco
da
Gama
mendobrak
keterasingan ini dan menyuguhkan hubungan langsung dengan kebudayaan Eropa lewat jalur laut. Pengaruh serta kekuatan Eropa tumbuh lebih mantap dan lebih kuat di India, hingga pada Efantino Febriana
11 pertengahan abad ke-19 seluruh anak benua itu jatuh ke bawah kekuasaan mahkota kerajaan Inggris. (Perlu dicatat, inilah satu-satunya saat dalam sejarah bahwa India dipersatukan di bawah satu penguasa). Sedangkan untuk Indonesia, mulanya sekadar peroleh pengaruh Eropa, kemudian seluruhnya jatuh di bawah kekuasaan Eropa. Hanya sesudah pertengahan abad ke-20 daerah-daerah ini memperoleh otonominya.”5 Bagi Vasco da Gama, keberhasilan ekspedisi ke India telah menaikan derajatnya. Selain mendapatkan gelar kebangsawanan, ia juga mendapatkan uang dan jaminan pensiun yang melimpah. Ketika Raja Manuel I meninggal dan kemudian digantikan putra mahkota, oleh raja baru tersebut Vasco da Gama diangkat menjadi raja muda di India. Namun, hanya beberapa bulan sesudah tiba di India dia jatuh sakit dan meninggal di sana bulan Desember 1524. Dan, kemudian dimakamkan kembali di Lisabon.
Politik Etis Pelayaran mancari rempah-rempah tersebut berujung pada penjajahan. Belanda menancapkan kuku penjajahannya di Indonesia semenjak kedatangan VOC. Mereka mengeruk
5
Ibid Kartini Mati Dibunuh
12 keuntungan yang sangat besar. Sampai akhirnya VOC gulung tikar. Aset VOC pun kemudian diambil alih oleh pemerintah. Era baru penjajahan pun dimulai. Tanam Paksa dilakukan. Penduduk pribumi diperas untuk menanam bahan-bahan kebetuhan yang akan dijual di pasar Eropa. Tak mengherankan kalau rakyat pun kemudian tinggal tulang belulang. Semuanya sudah diperas untuk kepentingan penjajah Belanda. Kondisi rakyat jajahan yang semakin menderita ini kemudian memunculkan golongan etisi di Belanda. Van Deventer mengajukan politik yang diperjuangkan untuk kesejahteraan rakyat. Politik ini dikenal dengan politik etis atau politik balas budi, karena Belanda dianggap mempunyai hutang budi kepada rakyat Indonesia yang dianggap telah membantu meningkatkan kemakmuran negeri Belanda. Diterapkannya Politik Etis (Etische Politiek) di awal abad ke- 20 sering dianggap sebagai awal pangkal kondisi yang membukakan kesadaran berbangsa bagi rakyat Indonesia. Politik Etis ketika dirumuskan menimbulkan sikap pro dan kontra, baik di kalangan para intelektual, politisi dan rohaniawan (kalangan gereja) di Belanda. Ada sebagian yang menentang (dalam kadar yang cukup keras) di Parlemen Belanda, namun di lain pihak ada yang mendukung program ini yang mereka anggap sebagai
Efantino Febriana
13 sesuatu yang ‘manusiawi’ atau bahkan sebagai ‘kewajiban moral’ terhadap rakyat Indonesia. Terlepas dari masalah pro dan kontra tersebut, setelah Ratu Wilhelmina mengeluarkan pidato di Staten General pada tahun 1901, maka mulailah berlaku Politik Etis tersebut di lapangan secara nyata. Sebelum tahun 1901 politik Belanda semata-mata mementingkan tuntutan ekonomi, yang karena itu penghisapan kekayaan terhadap Indonesia sama sekali tidak memperhitungkan rakyat Indonesia. Dengan adanya pidato Ratu Wilhelmina tersebut dimungkinkan ada keseimbangan antara unsur menjajah dengan unsur memiliki ‘kewajiban moral’ itu. Jabaran Politik Etis itu oleh Van Deventer dikonsepsikan dalam wujud irigasi, edukasi dan emigrasi. Dukungan yang mula-mula muncul adalah dari kalangan kapitalis dan industrialis Belanda yang pada hakikatnya berkeinginan untuk memasarkan hasil industrinya sambil melakukan perbaikan ekonomi rakyat Indonesia. Perbaikan sosial yang tampak mulai ditanggapi antara lain dalam hal pendidikan. Mengapa ini dilakukan? Sebab, masalah pendidikan (edukasi) hampir tidak tergarap dan memang sengaja tidak digarap sebelum Politik Etis dicetuskan. Hal ini tergambar dalam tulisan Van Deventer dalam majalah De Gids (1908) sebagai berikut: “Sampai pada waktu-waktu yang terakhir, hampir
Kartini Mati Dibunuh
14 tak pernah kita memikirkan pendidikan kecerdasan dan penyempurnaan akal budi pekerti bangsa Bumiputera. Asal pajak dibayarkan, kewajiban rodi dan bertanam dilakukannya, asal kehidupan rakyat tidak sengsara, memadailah. Maka senanglah hati pemerintah.” Van Deventer, yang kemudian dijuluki “Bapak Pergerakan Etis”, merupakan tokoh yang menempatkan kesejahteraan penduduk asli di atas segala-galanya dan dia pula yang menempatkan dirinya sebagai penentang kemiskinan di Jawa yang paling gigih dan menyerang praktek-praktek pemerasan yang dilakukan Cultuur Stelsel dan penanam-penanam tebu. Untuk itu, dimulailah usahausaha pendidikan itu. Pada tahun 1905, tahun pemilihan di Belanda, Van Deventer dan kawan-kawannya menang dalam Parlemen Belanda, yang karena itu mereka menjadi pemeran utama dalam pembentukan kabinet. Seorang anggota partai Demokrat Liberal, D. Fock, menjadi Menteri Jajahan. Dia bersedia memajukan dan meluaskan pendidikan para pribumi. Sesuai dengan semangat Politik Etis, pemerintah kolonial Belanda memperbanyak jumlah sekolah. Pada tahun 1903 mulai didirikan sekolah rendah yang dinamakan Volk School (Sekolah Desa) dengan masa belajar 3 tahun yang kemudian dilanjutkan denmgan program Vervolg School (sekolah Lanjutan) dengan masa belajar
Efantino Febriana
15 selama 2 tahun. Permulaan sekolah semacam ini lalu dilanjutkan untuk tahun-tahun berikutnya, misalnya yang dinamakan Meer Uitgebreid Leger Onderwijs (MULO), yakni sebuah sekolah yang jenjangnya setingkat dengan SMP pada zaman Belanda dan program Algemeene Middelbare School (AMS) yang jenjangnya setingkat dengan SMA. Volk School digalakkan berdasar inisiatif Gubernur Jendral Van Heutz. Dia menganggap jenis sekolah ini adalah sekolah yang lebih sederhana dan lebih murah. Van Heutz berkenalan dengan asisten-residen Ambarawa, De Bruin Prince, yang mendirikan 100 sekolah di berbagai desa sebagai percobaan. Program pelajarannya meliputi membaca, menulis dan berhitung dalam bahasa Jawa. Sementara itu juga diajarkan ketrampilan tangan seperti membuat keranjang, pot, genting dan sebagainya. Tempat belajarnya bersifat sementara, yaitu memakai pendapa. Kayu diambil dari hutan yang ditebang untuk penanaman kopi. Guru-gurunya diambil dari kalangan penduduk sendiri, yang gaji mereka berupa sebidang tanah untuk digarap. Anak-anak duduk di lantai, sedangkan bagi anakanak yang memiliki kewajiban menggembala kerbau, maka selama belajar (antara pukul 09.00-12.00 dan 13.0015.00) kerbau-kerbau yang digembalakan dapat dilepas di sebidang tanah di sebelah tempat belajar yang dipagari. Dengan memperhatikan gambaran tersebut, maka
Kartini Mati Dibunuh
16 dapat dibayangkan betapa sederhananya persekolahan yang disebut Volk School itu. Walaupun tampaknya cukup baik tujuan didirikan bentuk-bentuk persekolahan di atas, namun dalam prakteknya, sekalipun tidak secara langsung, terdapat kecenderungan diskriminatif. Kecenderungan itu tampak dalam hal cara menyaring anak sekolah. Caranya ialah dengan memberlakukan biaya sekolah yang cukup mahal, dan juga sering diutamakan bagi keluarga yang memiliki keturunan darah biru (darah ningrat, darah keraton) atau dari kalangan para “priyayi” (pangreh praja atau pegawai dalam kantor pemerintah Belanda). Oleh karena itu, bagi kalangan masyarakat bawah, maka hanya dari anggota masyarakat yang mampu atau kaya saja yang dapat menyekolahkan anak-anaknya ke jenjang pendidikan yang cukup tinggi. Bagi anggota masyarakat yang kurang berpunya atau miskin terpaksa tidak dapat memasukkan anakanaknya ke sekolah, atau paling tidak terpaksa mengambil alternatif lain, misalnya memasukkan anak-anaknya ke dalam pondok pesantren. Satu hal yang tidak dapat dimungkiri adalah bahwa tujuan penyelenggaraan sekolah yang dilakukan Belanda di atas tidak murni hanya semata-mata untuk memberdayakan pendidikan masyarakat, melainkan justru untuk menghasilkan tenaga birokrat (sesuai dengan
Efantino Febriana
17 level pendidikannya) untuk dapat direkrut dalam jabatanjabatan teknis di pemerintahan kolonial Belanda. Sebagai contoh, sejak 1864 oleh Belanda telah diintroduksi sebuah program ujian yang disebut Klein Ambtenaars’ Examen, yaitu sebuah program ujian pegawai rendah yang harus ditempuh agar seseorang dapat diangkat sebagai pegawai pemerintah. Oleh karena itu, tampak jelas bahwa program untuk menciptakan birokrat rendahan yang cukup menonjol, apalagi setelah pada tahun 1900 diperkenalkan sekolah Opleiding School voor Inlandsche Ambtenaren (OSVIA), yaitu sebuah sekolah yang dipersiapkan untuk menjadi pegawai pemerintah untuk kalangan pribumi. Dengan demikian terdapat kesan kuat bahwa kegiatan pendidikan adalah untuk kelancaran ekonomi dan politik Belanda.6 Kegiatan pendidikan masa Politik Etis inipun berdampak pula terhadap cara pandang. Misalnya saja, anak-anak pribumi yang pernah bersekolah di sekolahsekolah Belanda tidak sedikit yang terpengaruh oleh caracara hidup kebelanda-belandaan dengan segala variasi hidupnya. Oleh karena itu, tidak heran kalau timbul kelompok elite baru di tengah-tengah masyarakat pribumi. Di samping itu, karena tempat-tempat pendidikan Belanda nurdayat.wordpress.com/.../politik-etis-dan-kondisi-umumindonesia-pada-awal-abad-ke-20-1/ 6
Kartini Mati Dibunuh
18 itu rata-rata terpusat di kota-kota, maka terjadilah urbanisasi kalangan pemuda di pedesaan ke kota-kota untuk belajar di sana. Kelanjutan dari kondisi ini adalah terjadilah polarisasi kehidupan antara desa dengan kota. Kota menjadi makin elite dan makin diminati oleh orangorang di desa. Kecenderungan mengagumi elite baru dan dunia perkotaan seperti itu bekas-bekasnya masih terasa sampai sekarang ini. Hal yang kurang menguntungkan dari timbulnya elite baru di atas adalah adanya kebanggaan kalau disebut dengan istilah “priyayi” bagi mereka yang dapat masuk kedalam sistem birokrasi pemerintahan Belanda. Sebaliknya, masyarakat luas menjadi mendambakan status sosial tersebut. Tidak jarang pegawai juru ketik di kantor pemerintahan Belanda sudah disebut “ndara” (bahasa Jawa) yang menunjukkan sebutan feodal. Memang harus diakui, bahwa pada waktu itu gerak mobilitas sosial vertikal masih sangat sempit dan terbatas, dan karena itu lewat pendidikan menjadi satu-satunya pilihan. Di samping itu, kondisi sosial masyarakat Indonesia juga tidak lebih baik. Kondisi ekonomi, terutama, secara umum boleh dikatakan masih sangat memprihatinkan. Mata pencaharian penduduk masih terkonsentrasi pada lapangan pertanian dan perladangan. Bahan ekspor dari komoditas pertanian kebanyakan (dan memang
Efantino Febriana
19 dengan sengaja) dikuasai oleh Belanda. Menurut Frans Husken, proses pemiskinan penduduk pribumi Indonesia, terutama di Jawa, adalah mulai sejak pemberlakuan cultuuurstelsel (tanam paksa) pada tahun 1830 yang secara efektif berlaku sampai tahun 1870. Cultuuurstelsel ini atas perintah Gubernur Jenderal Van den Bosch dengan tujuan “peningkatan semaksimal mungkin produksi pertanian untuk pasar Eropa”. Komoditas yang menguntungkan pada periode cultuurstelsel ini adalah tebu, kopi dan nila. Pada masa periode berikutnya, yaitu sejak 1870 sampai menjelang Politik Etis, pemerintah Belanda berganti mengadakan onderneming (usaha perkebunan), terutama dalam hal tanaman tebu dan kopi, swasta diikutkan dalam usaha perkebunan, namun dalam hal persebaran kemakmuran tidak sebagaimana diharapkan. Pengusaha perkebunan tetap sedikit, dan biasanya justru berafiliasi dengan pemerintah kolonial, sementara itu pekerja kasar jauh lebih besar dan upah kasar di onderneming tersebut kebanyakan tidak menjanjikan hidup layak dan juga tidak bermasa depan. Sementara itu, kalau mereka ingin menggarap tanah sendiri lahannya tidak ada, dan kalau ada tentu relatif sangat sempit. Hal di atas baru dari satu segi. Segi yang lain, kehidupan para petani sendiri juga kurang menguntungkan. Hal ini dapat dibuktikan dengan beban
Kartini Mati Dibunuh
20 pajak yang harus ditanggung oleh masyarakat, dan sementara itu modernisasi pertanian untuk meningkatkan pendapatan petani tidak pernah dilakukan. Akibatnya, terjadi ketimpangan antara besarnya pendapatan riil para petani dengan keharusan mengeluarkan uang untuk membayar pajak. Kondisi seperti ini dengan sendirinya mudah sekali memicu ketidakpuasan masyarakat dan pada akhirnya mudah pula berujung menjadi kerusuhan sosial dan tidak kecil kemungkinan memuncak berbentuk pemberontakan bersenjata. Studi Dr. Sartono Kartodirdjo terhadap pergolakan petani di banten (1888) membuktikan hal seperti itu. Dalam studi tersebut disinggung pula bagaimana posisi tokoh agama dalam wacana pemberontakan bersenjata tersebut. Memang benar Belanda telah berusaha memperbaiki sarana transportasi, baik itu berupa jalan, rel kereta api, lapangan udara, pelabuhan, jembatan, kapal laut dan sebagainya, namun hal itu tidak lain adalah untuk kepentingan ekonomis pemerintah Belanda pula. Logikanya, jika sarana transportasi menjadi baik dan lancar, maka kegiatan perekonomian menjadi lancar pula dan itu menguntungkan secara finansial bagi Belanda. Pabrik-pabrik yang besar didirikan, seperti pabrik gula, pabrik teh, pabrik pengolahan karet, pabrik pengolahan serat goni, pabrik pengolahan tembakau dan sebagainya,
Efantino Febriana
21 dan ini semuanya sangat menguntungkan pemerintah Belanda, terutama untuk bahan ekspor. Kegiatan perekonomian pedesaan, pada masa akhir abad ke-19, di luar kegiatan pertanian, maka kegiatannya hanya didukung oleh kegiatan pasar-pasar kecil yang disebut “pasar desa”. Di pasar-pasar itulah para petani dan pedagang kecil melakukan transaksi, antara lain menyangkut hasil-hasil pertanian, di samping perdagangan bumbu dapur, barang kelontong dan keperluan rumah tangga yang lain. Di dalamnya juga kadang-kadang untuk memperdagangkan hasil-hasilindustri keluarga (home industry), seperti anyam-anyaman, kerajinan gerabah (pecah belah dari tanah liat) dan sebagainya. Sampai di sini dapat ditegaskan, bahwa kondisi sosial dan pendidikan masyarakat Indonesia yang dihasilkan oleh kegiatan Politik Etis nampaknya belum memadai. Dari segi sosial, utamanya masalah ekonomi, masih sangat rapuh. Pada hakekatnya, perbaikan ekonomi yang ada bukan untuk masyarakat, melainkan pemerintah Belanda yang diuntungkan. Dari segi pendidikan, juga belum menunjukkan hal yang menggembirakan, apalagi sampai derajat memadai. Pendidikan yang dilaksanakan dalam program Politik Etis itu hanya sampai memberikan hasil tersedianya tenaga birokrat baru, dan itupun pada level rendahan kebanyakan, untuk direkrut dalam sistem
Kartini Mati Dibunuh
22 pemerintahan kolonial Belanda. Pendidikan belum dimaksudkan untuk memberdayakan masyarakat dalam arti yang seluas-luasnya. Pada masa Politik Etis inilah Kartini Lahir. Bagaimana sebenarnya lika-liku kehidupan Kartini?
Efantino Febriana
TERBITLAH TERANG: SEPENGGAL KISAH KARTINI
Masa Awal Kartini lahir dari keluarga ningrat Jawa. Ayahnya, R.M.A.A Sosroningrat, pada mulanya adalah seorang wedana di Mayong. Ibunya bernama M.A. Ngasirah, putri dari Nyai Haji Siti Aminah dan Kyai Haji Madirono, seorang guru agama di Teluwakur, Jepara. Peraturan Kolonial waktu itu mengharuskan seorang bupati beristerikan seorang bangsawan. Karena M.A. Ngasirah bukanlah bangsawan tinggi, maka ayahnya menikah lagi dengan Raden Ajeng Woerjan, keturunan langsung Raja Madura. Setelah perkawinan itu, maka ayah Kartini diangkat menjadi bupati di Jepara menggantikan kedudukan ayah kandung R.A. Woerjan: R.A.A. Tjitrowikromo. Kartini adalah anak ke-5 dari 11 bersaudara kandung dan tiri. Dari kesemua saudara sekandung, Kartini adalah anak perempuan tertua. Kartini keturunan keluarga yang cerdas. Kakeknya,
24 Pangeran Ario Tjondronegoro IV, diangkat bupati dalam usia 25 tahun. Kakak Kartini, Sosrokartono, seorang jenius dalam bidang bahasa. Dalam waktu singkat pendidikannya di Belanda, ia menguasai 26 bahasa, yakni 17 bahasa-bahasa Timur dan 9 bahasa-bahasa Barat. Melihat kecakapannya, Pangeran Ario Tjondronegoro IV diangkat menjadi Bupati Demak dengan tugas mengatasi bencana kelaparan di Demak pada tahun 1850. Dalam waktu dua tahun saja Pangeran Ario Tjondronegoro IV berhasil mengatasi kelaparan di Demak. Atas keberhasilannya tersebut pemerintah Hindia Belanda memberi penghargaan kepadanya. Putera ketiga Pangeran Ario Tjondronegoro, Pangeran Sosroningrat, merupakan ayah Kartini. Ibu kandung Kartini bukan dari kalangan bangsawan, tetapi ia istri pertama yang dikawin oleh ayahnya tatkala masih berpangkat wedono. Ibunya yang bernama Ngasirah, menikah dengan Pangeran Sosroningrat berpangkat wedono pada tahun 1872. berikutnya, telah ada usulan agar Pangeran diangkat sebagai bupati. Sesuai peraturan,
yang masih Pada tahun Sosrodingrat maka bupati
harus menikah dengan kalangan ningrat yang sederajat. Oleh karena itu, ia kemudian menikah lagi pada tahun 1875. Sesuai dengan adat dan peraturan pemerintah, anak-anaknya mendapat gelar Raden Mas (untuk anak
Efantino Febriana
25 laki-laki) dan Raden Ajeng (untuk anak perempuan).7 Kartini dilahirkan pada tanggal 21 April 1879, setahun sebelum ayahnya diangkat menjadi Bupati Jepara. Sewaktu dilahirkan, badannya motok dan sehat, rambut dan matanya bundar. Tatkala sudah tidak menyusu lagi, ia diberi makan nasi tim dan pisang yang dihaluskan sesuai kebiasaan orang Jawa. Setelah umur 8 bulan, Kartini telah menunjukkan tanda-tanda pertumbuhan yang lebih cepat daripada biasanya. Pada umur 8 bulan, ia sudah mulai berjalan. Karena ia bertumbuh sangat cepat, maka pada usia 9 bulan, ia sudah menunjukkan mempunyai inisatif sendiri. Ia berani berjalan-jalan sendiri menurut kemauannya. Waktu umurnya belum satu tahun, sudah terlihat pula sifat-sifat kecerdasannya, serta watak yang serba ingin tahu. Ia waktu itu sudah mempelajari dengan sungguh-sungguh segala apa yang menarik perhatiannya. Diperiksanya barang-barang dengan teliti, seolah-olah anak kecil itu mau mengadakan penyelidikan. Sungguh suatu hal yang luar biasa untuk anak yang baru berumur satu tahun. Rupanya jiwa bebas dan bakat menyelidik pada usia 1 tahun sudah tumbuh. Ketika memasuki usia sekolah, pagi hari mereka Sitisoemandari Soeroto, Kartini Sebuah Biografi, Jakarta: Gunung Agung, 1977, hlm 26. 7
Kartini Mati Dibunuh
26 masuk sekolah, tetapi sorenya mendapat pelajaran menyulam dan menjahit dari seorang Nyonya Belanda, membaca Al Quran dari seorang guru agama wanita dan pelajaran Bahasa Jawa dari seorang guru yang bernama Pak Danu. Karena dari sekolah juga mendapat pelajaran rumah, maka seringkali anak-anak tersebut tidak ada waktu lagi untuk bermain. Oleh karena itu, mereka seringkali malas atau segan untuk mengikuti pelajaran-pelajaran tambagan itu. Dari kesemuanya itu Kartini paling tidak menyukai membaca Al-Quran dan jika gurunya melaporkan, maka ibunya menjadi marah karena ibunya sangat keras dalam hal ibadah.8 Kartini berpendapat bahwa gurunya sendiri juga tidak menyukai pelajaran itu. Hal ini dibuktikan ketika Kartini dan saudaranya sering mengajukan pertanyaan tapi tidak bisa dijawab oleh gurunya. Kartini berpendapat: “Apa gunanya mengikuti lidi gurunya dan menirukan suaranya, apa saja yang dikatakan? Apa arti kata-kata Arab itu?” Pertanyaan yang diajukan Kartini dan saudaranya membuat gurunya marah. Hanya ayah mereka yang mengerti kesulitan anak-anaknya. Ia tidak memarahi mereka. Anak-anak itu masih terlalu muda untuk pelajaran yang sulit itu.9 9 8
Ibid., hlm 35. Di daerah Jepara dahulu memang kebiasaan bahwa anak-anak
Efantino Febriana
27 Selama
pertumbuhan
anak-anaknya,
Bupati
Sosrodiningrat selalu mengawasi jiwa mereka, terutama sifat-sifat Kartini yang luar biasa sejak kecil. Meskipun Kartini dan dua saudaranya diperlakukan sama sampai pakaian yang dikenakannya selalu sama, namun Kartini menonjol sebagai pribadi yang berwibawa. Sifat-sifat yang luar biasa itu sudah tentu menarik perhatian seluruh kabupaten dan juga orang-orang luar. Bupati Sosroningrat insaf benar tentang pentingnya pendidikan seperti yang diajarkan ayahnya, Pangeran Ario Tjondronegoro IV dari Demak. Disamping memedulikan pendidikan anak-anaknya, Bupati Sosroningrat membiasakan anak-anaknya termasuk Kartini untuk menemaninya bepergian ke tengah-tengah masyarakat. Tujuannya agar dapat mengenal kehidupan rakyat kecil dan menanam rasa cinta pada mereka. Banyak kesan yang didapat Kartini ketika menemani ayahnya meninjau rakyat kebanyakan di desa-desa. Kesan ini membuat Kartini bercita-cita mensejahterakan rakyat kecil. Ketika masih kanak-kanak, Kartini beserta saudaranya juga sering diajak ke pesta-pesta. Dalam pesta oleh orang tuanya diharuskan belajar membaca Al Quran pada seorang guru agama tanpa mengerti arti kata-kata Arab itu. Caranya hanya menghafalkan saja. Menghafalkannya juga seringkali salah. Maka pelajaran itu membuat siswa bosan. Kartini Mati Dibunuh
28 tersebut kadang-kadang disajikan minuman keras. Waktu itu mereka tentu belum tahu apa isi botol-botol persegi itu yang diminum ramai-ramai oleh laki-laki, dan membuat mereka gembira dan bertingkah ramai. Kelak Kartini akan menghubungkan itu dengan keramaian pesta-pesta masyarakat Belanda dan priyayi pribumi. Ia tahu jahatnya pengaruh minuman keras sehingga ia beruntung bahwa bangsanya masih belum dikuasai setan minuman keras itu. Selain itu, ia juga mengecam peredaran Candu di tengah masyarakat pribumi Lewat suratnya tertanggal 13 Januari 1900, Kartini menyatakan tentang bahayanya opium atau ganja telah menjadi candu masyarakat; “Ada setan yang lebih jahat daripada minuman keras! Opium! Oh mengerikan! Keganasan opium sungguh tak bisa diuraikan dengan kata-kata. Opium adalah sebuah penyakit di Jawa. Ya, opium lebih ganas dari pada penyakit itu sendiri. Penyakit pasti bisa sembuh namun opium, kejahatan opium bisa menyebar dan melebar kemana-mana dan tak pernah, tak akan pernah bisa ditangani dengan satu peraturan pemerintah! Semakin banyak penggunanya semakin menjadi besarlah bisnis ini. Bisnis opium adalah bisnis yang paling menjanjikan bagi pemerintah Belanda. Meraka untung tapi rakyat buntung…apakah rakyat menjadi baik atau tidak mereka peduli apa? Banyak yang bilang
Efantino Febriana
29 opium itu tidak merugikan, oh…mungkin mereka buta… tidak merugikan bagaimana? Pembunuhan, pembakaran, perampokan, apalagi kalau bukan akibat langsung dari opium!” Sekolah yang dimasuki Kartini letaknya dekat karena hanya berada di samping pendopo kabupaten. Karena sifatnya yang periang, lucu dan kemudian juga pandai, maka Kartini di sekolah disenangi teman-temannya. Ia selalu bermain-main, tidak pernah diam dan suka tertawa sampai terbahak-bahak. Ia senang di sekolah karena dapat tertawa dengan bebas, sebab di kabupaten, “tertawa terbahak-bahak” itu meskipun anak kecil dianggap tidak sopan. Ia tidak senang dikekang oleh bermacammacam larangan adat kuno di rumah. Berlari lari, tertawa seenaknya, meloncat-loncat ia lakukan ketika berada di sekolah. Ia mau “bebas” seperti anak-anak bangsa Barat.10 Di sekolah, Kartini termasuk yang paling maju dan paling cerdas. Dengan mudah ia dapat bersaing dengan anak-anak Belanda, baik perempuan maupun lakilaki. Bilamana ada tamu datang di sekolah, ia menarik perhatian karena di dalam kelasnya, karena ia satusatunya anak pribumi di antara anak-anak Belanda dan Belanda-Indo. Ia dapat berbicara bahasa Belanda dengan lancar. Memang sambil bermain-main ia sempat berlatih
10
Sitisoemandari Soeroto, Op.cit., hlm 44. Kartini Mati Dibunuh
30 mempergunakan bahasa Belanda. Ayahnya juga sering memberikan buku dan koran berbahasa Belanda, sehingga sejak kecil Kartini sudah biasa mengikuti berita. Pernah sekolahnya didatangi seorang inspektur bangsa Belanda. Ia menyuruh anak-anak membuat karangan dalam Bahasa Belanda. Hasilnya, karangan Kartinilah yang paling bagus di antara semua karangan yang diperiksanya. Tetapi di sekolah, Kartini juga pernah mendapat pengalaman pahit yang tidak mudah dilupakannya. Rupanya di antara guru-gurunya ada juga yang bermental kolonial dan bersikap diskriminatif, yang tidak rela memberikan angka baik kepada Kartini disebabkan semata-mata karena Kartini berkulit coklat. Di antara anak Indo juga ada yang sering mengejek dan mengolok-olokannya. Tetapi hanya itulah yang kurang menyenangkan. Pada umumnya, Kartini di sekolah hanya merasa senang dan bahagia meskipun hatinya sangat peka terhadap kebenaran dan keadilan. Suatu sore, sehabis pulang sekolah, Kartini menghampiri ayahnya. Wajahnya tegang, dan ayahnya, RM Adipati Ario Sosrodiningrat, tahu Kartini punya masalah. “Jadi apakah aku kelak, Ayahanda?” tanyanya. Adipati Sosrodingrat tak menjawab. Tertawa, dan menjawil pipi Kartini. Kartini yang tak menemu jawab, terus merengekrengek meminta, tapi Adipati Ario Sosrodiningrat tak juga
Efantino Febriana
31 menjawab. Dia tahu, apa pun jawaban yang dia berikan, Kartini akan menanyakannya lagi. Seorang kakak Kartini yang lewat, dan mendengar pertanyaan itu, menjawab. “Jadi apa gadis-gadis kelak? Ya, seorang Raden Ayu, tentu.” Kartini bersorak, hatinya senang mendapat jawaban itu. Menjadi Raden Ayu, menjadi Raden Ayu, kata-kata itu mematri di benak Kartini. Setelah itu dia terus memikirkan dua kata itu, dia pandang lingkungannya, dan terantuklah mata batinnya pada kenyataan, betapa banyak Raden Ayu di sekelilingnya. Dan diam-diam, Kartini memelajari, apa Raden Ayu itu sesungguhnya. Dan kelak dia tahu, Raden Ayu adalah status yang tak layak dibanggakan, sehingga dia pun tak mau memakai gelar itu.11 Dalam memperlakukan anaknya, Bupati Sosroningrat tidak pernah melakukan diskriminasi, baik anak dari istri utama maupun dari istri selirnya. Diskriminasi hanya dilakukan antara anak laki-laki dan anak-anak perempuan, dalam hal kebebasan. Anak-anak laki-laki semua, setelah lulus Europese Lagere School dimasukkan ke HBS di Semarang dan ada yang meneruskan pendidikannya di Belanda. Sedang yang perempuan semua termasuk Kartini setelah lulus Europese Lagere School langsung sesuai adat dimasukkan dalam pingitan dan tidak boleh melanjutkan
11
www.lautanindonesia.com/forum/berita.../kartini-dan.../10/ Kartini Mati Dibunuh
32 sekolah ke HBS.12 Setamat sekolah, sebenarnya Kartini ingin meneruskan ke Semarang, di HBS. Apalagi, kakakkakaknya sudah bersekolah di sana. Tapi ayah Kartini tak memberi izin, dan dia tak kuasa melawan ayahnya. Bahkan, ketika gurunya menawarkan sekolah ke Belanda, Kartini nyaris menangis dan mengatakan, “Jangan tanyakan padaku, aku mau atau tidak, jangan. Tanyakanlah boleh atau tidak.”
Masuk Pingitan dan Dunia Baca Kartini mulai masuk pingitan pada tahun 1892 ketika ia berumur 12,5 tahun. Meskipun ayahnya berpikiran progresif untuk memasukkan puteri-puterinya ke sekolah, namun ia masih belum dapat melepaskan seluruh adat kebiasaan bangsawan yang kolot. Kartini, anak yang sedemikian pintarnya tidak boleh melanjutkan pelajaran. Ia harus meninggalkan segala apa yang menyenangkan di sekolah. Ia harus meninggalkan segala apa yang menyenangkan di sekolah. Ia sudah dianggap cukup besar untuk tunduk pada adat istiadat kuno dan harus dipingit di dalam rumahnya tanpa ada hubungan dengan dunia luar sampai nanti ada pria yang meminangnya. Dunia Kartini menjadi sangat sempit, terbatas
12
Sitisoemandari Soeroto., op.cit., hlm 27.
Efantino Febriana
33 antara dinding-dinding kabupaten yang tebal dan kuat serta halaman yang luas tapi dilingkari oleh tembok yang tebal dengan pintu yang tertutup rapat. Tanpa masa peralihan atau persiapan, secara tiba-tiba hidupnya sebagai anak-anak diputuskan. Ia harus menjadi dewasa, menjadi puteri bangsawan yang sejati. Yang berarti: bicara yang halus dan pelan, tidak boleh tertawa, hanya tersenyum dengan bibir tertutup, berjalan perlahanlahan, berjongkok, dan menundukan kepala setiap orang yang lebih tua lewat. Tetapi Kartini dengan jiwanya yang bebas sulit menyesuaikan diri dan seringkali melanggar tatacara tersebut. Hidupnya menjadi suatu rutin harian yang menjemukkan. Dan ia sudah dapat membayangkan bahwa bertahun-tahun lamanya hanya akan bertemu dengan orang-orang itu saja sehingga hidupnya tidak ada variasinya. Dari hari ke hari, Kartini merana, dicekam oleh kesedihan yang tak terhingga. Rasanya seolah-olah badannya sebelah bawah tertanam dalam lumpur yang hitam, sedang yang bagian atas dengan jiwanya di atas awan, dalam alam bebas yang cemerlang. Demikian seolaholah ia hidup dalam dua alam yang saling bertentangan: dunia kuno dan dunia modern. Ia berpikir mencari jalan supaya dapat melepaskan diri dari lumpur itu, namun siasia.
Kartini Mati Dibunuh
34 Tetapi lambat laun Kartini mulai sadar bahwa ia menyianyiakan waktunya dengan memberontak dan menangis namun tidak memberi hasil. Ia mulai memanfaatkan waktunya untuk mengupas pertanyaanpertanyaan yang menimpanya. Ia mulai menanyakan apakah yang dinamakan adat kuno yang memusuhi gadisgadis dan wanita dari kalangan bangsawan sehingga pada usia muda harus dimasukkan dalam kurungan untuk waktu yang lama dan diasingkan dari dunia luar. Ia mengingat-ingat lagi segala pengalaman yang telah dilaluinya serta segala yang pernah ia lihat dan dengar. Semua itu disusun menjadi pertanyaanpertanyaan yang terperinci dan pertanyaan-pertanyaan tersebut dicoba dijawabnya secara teratur. Tetapi karena ia masih anak-anak yang belum cukup umur, maka dalam menyusun jawaban-jawaban itu ia lebih banyak dipimpin oleh intuisinya yang halus daripada rasionya. Meskipun demikian, ia mampu juga menguasai dirinya. Pikirannya yang tajam digunakan untuk membedah masalahmasalah yang muncul di depannya. Bagian demi bagian dianalisa, dipelajari sambil bertanya dengan dirinya sendiri. Demikian secara sistematis, ia akhirnya berhasil menemukan kesimpulan-kesimpulan yang tepat. Ia tidak mengerti mengapa harus ada peraturan yang begitu jahat pada perempuan. Apakah gunanya kekejaman
Efantino Febriana
35 itu semua? Mengapa secara tidak adil hanya ditimpakan pada anak-anak perempuan saja dan tidak pernah kepada anak laki-laki? Berapa lamakah ia harus mendapat hukuman seperti ini? Maka di dalam hati ia seolah-olah mendengar suatu jawabannya yaitu pingitan itu memang adat istiadat kuno kaum ningrat karena seorang putri ningrat itu ibarat beda halus yang tinggi nilainya. Karena itu perlu “diamankan” di dalam empat buah dinding. Sama dengan permata yang sangat berharga dn harus disimpan baik-baik serta tidak boleh dipamerkan di muka umum. Mengenai kehidupan di dalam pingitan Kartini menceritakannya kepada sahabatnya Stella: “Sesungguhnya adat sopan-santun kami orang Jawa amatlah rumit. Adikku harus merangkak bila hendak lalu di hadapanku. Kalau adikku duduk di kursi, saat aku lalu, haruslah segera ia turun duduk di tanah, dengan menundukkan kepala, sampai aku tidak kelihatan lagi. Adik-adikku tidak boleh menegur kepadaku. Mereka hanya boleh menegur aku dalam bahasa kromo inggil (bahasa Jawa tingkat tinggi). Tiap kalimat yang diucapkan haruslah diakhiri dengan sembah. Berdiri bulu kuduk bila kita berada dalam lingkungan keluarga bumiputera yang ningrat. Bercakap-cakap dengan orang yang lebih tinggi derajatnya, harus perlahan-lahan, sehingga orang yang didekatnya sajalah yang dapat mendengar. Seorang
Kartini Mati Dibunuh
36 gadis harus perlahan-lahan jalannya, langkahnya pendekpendek, gerakannya lambat seperti siput, bila berjalan agak cepat, dicaci orang, disebut “kuda liar”.13 Sebelum Kartini masuk pingitan, Kartini beserta saudaranya, Roekmini dan Kardinah pernah beberapa kali datang ke rumah Asisten Residen Ovink dan di sana melihat hubungan antara suami istri orang Barat. Kebetulan saja bahwa keluarga Ovink adalah satusatunya keluarga bangsa Barat yang ia kenal dan mereka adalah pasangan yang terpelajar dan berbudaya. Menurut penglihatannya, hubungan antara suami istri di kalangan bangsa Barat kelihatannya bebas dan harmonis. Sedang dalam perkawinan Jawa, hanya suami yang punya hak suara dan istrinya harus menurut saja. Kehendak sang suami adalah hukum. Menurut pengamatan Kartini, perbedaan yang mencolok adalah Asisten Residen Ovink menghargai istrinya dan istrinya juga berstatus terpelajar dengan pengetahuan yang luas. Sementara wanita priyayi Jawa jauh ketinggalan dari suaminya. Maka jika wanita Jawa mau mendapatkan status yang baik dalam perkawinannya, ia harus mendapat pendidikan yang baik, sehingga bisa mencapai tingkat pengetahuan yang sesuai dengan suaminya. Disamping itu, poligami harus dihapuskan dan
13
Surat Kartini kepada Estelle Zeehandelaar, 18 Agustus 1899.
Efantino Febriana
37 diganti dengan monogami. Demikian itulah pandangan Kartini waktu dalam pingitan. Waktu itu ia belum banyak membaca mengenai masyarakat Eropa. Kelak ketika sudah dewasa dan telah membaca buku mengenai dunia Barat, ia kemudian mengubah pandangannya. Ia mengerti bahwa monogami bukan jaminan bagi kebahagiaan. Monogami yang mulamula dikira akan mewujudkan hubungan harmonis suami istri tidak bisa berdiri sendiri, melainkan harus ditampung oleh moral yang tinggi yang mampu mengendalikan hawa nafsu yang rendah. Ketika dalam suasana pingitan, Kartini banyak menceritakan ide-idenya kepada kakaknya, Raden Ajeng Soelastri yang berusia 2 tahun lebih tua daripada Kartini. Kartini yang pikirannya penuh dengan gagasan baru yang masih simpang siur merasa terdorong oleh keinginan mendapat simpati dan pengertian dari kakaknya yang senasib. Ia mencoba mengutarakan kepada kakaknya tentang gagasannya yang mengecam kekolotan. Ia juga menyampaikan gagasannya yang berkaitan dengan emansipasi di dunia Barat. Mendengar hal itu, kakaknya langsung memotongnya serta menganggap Kartini telah terpengaruh budaya Barat, dan tidak lagi menghargai budaya bangsa Jawa. Selain ditentang oleh kakaknya, gagasan Kartini juga dikecam ibunya sendiri. Menurut
Kartini Mati Dibunuh
38 Kartini, setiap manusia sederajat dan mereka berhak untuk mendapat perlakuan sama. Kartini paham benar bahwa saat itu, terutama di Jawa, keningratan seseorang diukur dengan darah. Semakin biru darah seseorang maka akan semakin ningrat kedudukannya. Kartini menentang keningratan darah. “Bagi saya hanya ada dua macam keningratan : keningratan pikiran dan keningratan budi. Tidak ada yang lebih gila dan bodoh menurut persepsi saya daripada melihat orang, yang membanggakan asal keturunannya. Apakah berarti sudah beramal soleh, orang yang bergelar Graaf atau Baron? Tidak dapat mengerti oleh pikiranku yang picik ini”. (Surat Kartini kepada Stella, 18 Agustus 1899) Tetapi pertentangan dengan ibunya tidak berlangsung lama. Pada bulan Oktober 1892, ibunya melahirkan lagi. Ketika itu Kartini melihat bagaimana perjuangan ibunya membesarkan adiknya, terutama ketika adiknya sakit parah. Ia menyadari bahwa selama ini, ia hanya memikirkan kekecewaan dirinya sendiri, tidak pernah memikirkan kesusahan dan kekecewaan ibunya. Karena pengaruh buku bacaannya, ia telah mengasingkan diri dari ibunya. Maka setelah itu, Kartini dengan ikhlas mengakui kesalahannya dan membuka hatinya terhadap ibunya. Demikianlah maka berkat lahirnya Rawito, Kartini
Efantino Febriana
39 mulai berpikir yang tidak egosentris dan melihat tiap-tiap soal dari sudut pihak lain. Karena Kartini bisa berbahasa Belanda, maka di rumah ia mulai belajar sendiri dan menulis surat kepada teman-teman korespondensi yang berasal dari Belanda. Salah satunya adalah Rosa Abendanon yang banyak mendukungnya. Dari buku-buku, koran, dan majalah Eropa, Kartini tertarik pada kemajuan berpikir perempuan Eropa. Timbul keinginannya untuk memajukan perempuan pribumi, dimana kondisi sosial saat itu perempuan pribumi berada pada status sosial yang rendah. Kartini banyak membaca surat kabar Semarang yang diasuh Pieter Brooshooft, ia juga menerima leestrommel (paket majalah yang diedarkan toko buku kepada langganan). Di antaranya terdapat majalah kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang cukup berat, juga ada majalah wanita Belanda De Hollandsche Lelie. Kartini pun kemudian beberapa kali mengirimkan tulisannya dan dimuat di De Hollandsche Lelie. Dari surat-suratnya tampak Kartini membaca apa saja dengan penuh perhatian, sambil membuat catatan-catatan. Kadang-kadang Kartini menyebut salah satu karangan atau mengutip beberapa kalimat. Perhatiannya tidak hanya semata-mata soal emansipasi wanita, tapi juga masalah sosial umum. Akhirnya membaca menjadi kegemarannya, tiada
Kartini Mati Dibunuh
40 hari tanpa membaca. Semua buku, termasuk surat kabar dibacanya. Kalau ada kesulitan dalam memahami bukubuku dan surat kabar yang dibacanya, ia selalu menanyakan kepada bapaknya. Melalui buku inilah, Kartini tertarik pada kemajuan berpikir wanita Eropa (Belanda, yang waktu itu masih menjajah Indonesia). Timbul keinginannya untuk memajukan wanita Indonesia. Wanita tidak hanya didapur tetapi juga harus mempunyai ilmu. Ia memulai dengan mengumpulkan teman-teman wanitanya untuk diajarkan tulis menulis dan ilmu pengetahuan lainnya. Ditengah kesibukannya ia tidak berhenti membaca. Keadaan Kartini bertambah sulit setelah kakak kandungnya Raden Mas Slamet Sosroningrat pulang setelah belajar di HBS (Hogere Burger School) di Semarang. Kakaknya ini sering dimanjakan dan sering “dijilat” oleh masyarakat di sekitarnya. Sesuai dengan tradisi, ia menganggap perempuan seperti Kartini itu rendah, tidak sederajat dengan dirinya. Lagi pula, menurut etiket ningrat, anak yang lebih muda harus tunduk dan hormat kepada yang lebih tua. Oleh karena itu, Kartini diharuskan tunduk dan hormat kepada kedudukannya. Ini berarti ia harus menyembah kalau berbicara dengan Slamet. Kalau Kartini duduk di kursi dan Slamet lewat, ia harus cepat-cepat turun, berjongkok dan menundukkan kepalanya sampai
Efantino Febriana
41 kakaknya lewat. Kalau bicara dengan Slamet harus dengan bahasa Kromo Inggil. Semua peraturan yang merendahkan itu oleh Kartini dianggap sebagai suatu penghinaan kepada sesama manusia. Maka ia selalu membangkang dan tidak sudi untuk tunduk kepada kehendak kakaknya yang despotis itu. Dengan marah ia berpikir, apakah itu kesalahannya bahwa ia dilahirkan sesudah Slamet? Sikap menentang dan berani dari Kartini itu mula-mula hanya mengherankan Slamet, tetapi kemudian ia menjadi marah. Kartini yang umurnya 6 tahun lebih muda harus dihajar dan ditundukkan. Kedua-duanya sama angkuhnya dan sama kerasnya sehingga setiap hari kakak dan adik itu selalu berhadapan dengan amarah. Kakaknya sering menggertak dengan kata-kata yag kasar terhadap Kartini. Demikianlah masa pingitan yang penuh dengan kesedihan ditambah dengan kejadian yang menjengkelkan itu. Menjelang tahun 1896, terjadi banyak perubahan dalam kehidupan Kartini. Pertama Raden Mas Slamet dipindahkan dari Jepara sehingga harus meninggalkan kabupaten. Kartini merasa lega karena tidak akan ada bentrokan-bentrokan lagi dengan kakaknya itu. Selain Slamet, kakak perempuannya, Sulastri menikah dengan Raden Ngabei Tjokroadisosro, seorang patih dari Kendal. Dengan pernikahan ini, praktis Soelastri harus
Kartini Mati Dibunuh
42 meninggalkan Jepara dan mengikuti suaminya di Kendal. Kejadian ini sangat penting bagi Kartini, Reokmini dan Kardinah. Ketiga saudara itu sedang dipingit, tetapi Roekmini dan Kardinah hidup terpisah dengan Kartini. Dengan perginya Soelastri, Kartini menjadi puteri tertua di kabupaten dan menurut tradisi berhak untuk mengatur adik-adiknya. Kesempatan ini dipergunakan sebaikbaiknya oleh Kartini. Setelah Soelastri berangkat, ia langsung pindah ke kamar Soelastri yang luas. Kemudian adik-adiknya, Roekmini dan Kardinah disuruh tinggal bersamanya sehingga mereka dapat berkumpul kembali. Selain itu, Kartini juga mengadakan perubahan yang benar-benar revolusioner. Ia dengan tegas membebaskan adik-adiknya sampai yang paling kecil dari segala etiket feodal yang menurut tradisi wajib mereka berikan kepada Kartini selaku kakak tertua. Tindakan Kartini ini merupakan suatu pendobrakan adat feodal yang boleh dinamakan revolusioner karena sebelumnya tidak pernah terjadi di kalangan kaum ningrat Jawa. Kartini mengambil tindakan radikal tersebut karena ia sebagai puteri tertua tidak mau menjadi diktator dan ditakuti adik-adiknya, melainkan ia ingin bergaul dengan adik-adiknya secara bebas dan gembira. “Peduli apa aku dengan segala tata cara itu ... Segala peraturan, semua itu bikinan manusia, Efantino Febriana
43 dan menyiksa diriku saja. Kau tidak dapat membayangkan bagaimana rumitnya etiket di dunia keningratan Jawa itu ... Tapi sekarang mulai dengan aku, antara kami (Kartini, Roekmini, dan Kardinah) tidak ada tata cara lagi. Perasaan kami sendiri yang akan menentukan sampai batasbatas mana cara liberal itu boleh dijalankan”. (Surat Kartini kepada Stella, 18 Agustus 1899) Kartini juga memelajari sejarah Revolusi Perancis dan ia sangat terkesan oleh semboyan: Kemerdekaan, Persamaan, dan Persaudaraan.14 Semboyan Revolusi Perancis ini dijadikan semboyannya sendiri dan dipraktekan dalam hubungannya dengan saudarasaudaranya. Tetapi sebaliknya, ia juga tidak mengurangi hak-hak orang lain. Maka terhadap semua orang yang lebih tua, ia tetap memberi kehormatan menurut etiket yang lazim di kalangan ningrat. Akhirnya ketiga puteri bersaudara, Kartini Roekmini, dan Kardinah bertemu kembali dalam suasana yang menyenangkan. Meskipun mereka masih dipingit, tetapi pingitan ini sudah tidak terlalu menekan lagi. Di dalam “sangkar emasnya” mereka bersama-sama membangun dunianya sendiri yang diisi dengan senda gurau dan
14
Semboyan Revolusi Perancis: Liberte, Egalite, Fraternite. Kartini Mati Dibunuh
44 macam-macam kesenangan lainnya, tetapi di samping itu mereka tetap mementingkan belajar dan membaca. Bukubuku dan bacaan-bacaan lainnya yang telah disediakan di dalam kamar dipergunakan bersama-sama. Semua yang selesai dibacanya, didiskusikan bersama-sama sehingga mereka dapat menarik kesimpulan-kesimpulan yang berguna. Tetapi yang paling menarik bagi ketiga puteri tersebut adalah membicarakan cita-cita dan hari depan mereka. Bimbingan ayahnya sewaktu kecil supaya mengerti dan turut merasakan penderitaan orang lain ternyata tidak hanya tumbuh di jiwa Kartini tetapi juga tumbuh dalam jiwa Roekmini dan Kardinah, sehingga ketiga putri ini ingin berjuang demi kepentingan kesejahteraan rakyat, khususnya kaum wanita. Mereka bersama-sama membicarakan kemungkinan untuk ikut meringankan penderitaan rakyat pribumi. “Alangkah besar bedanya bagi masyarakat Indonesia bila kaum perempuan dididik baikbaik. Dan untuk keperluan perempuan itu sendiri, berharaplah kami dengan harapan yang sangat supaya disediakan pelajaran dan pendidikan, karena inilah yang akan membawa kebahagiaan baginya” (Suratnya kepada Nyonya Van Kool, Agustus 1901)
Efantino Febriana
45 Pada tahun 1896, Bupati Sosroningrat berusaha menyenangkan puteri-puterinya dengan mengajak Kartini beserta Roekmini dan Kardinah untuk menemaninya berkunjung ke Desa Kedungpenjalin. Di desa ini akan dibuka suatu Gereja Protestan Baru. Kedung Penjalin adalah pos dari penyebaran Zending di daerah Jepara yang didirikan pada tahun 1893. Dalam suratnya kepada DR. Adriani, Kartini menyatakan pengalamannya ketika menghadiri upacara di gereja. “Pada tahun 1896 kami mendapat kesempatan menyenangkan untuk menghadiri suatu upacara khidmat yang mungkin hanya satu kali ini terjadi dalam hidup kami, yaitu pembaptisan sebuah gereja baru di Kedungpenjalin. Itu adalah untuk pertama kalinya kami memasuki gereja Kristen dan menghadiri upacaranya. Segala yang kami lihat dan dengar waktu itu meninggalkan kesan yang mendalam kepada kami. Semua ini terjadi beberapa tahun yang lalu, namun kekhidmatan upacara itu masih segar dalam ingatan kami. Betapa indah nyanyian-nyanyian yang dinyanyikan bersama-sama dan mengumandang dalam gedung besar yang dihiasi dengan daundaun hijau. Bersama-sama dengan mereka yang mendengarkan dengan khidmat, kami mengikuti Kartini Mati Dibunuh
46 khotbah yang diucapkan mimbar dalam Bahasa Jawa yang murni. Hari itu juga tak terlupakan bagi saya, karena suatu hal lain. Hari itu adalah untuk pertama kalinya saya melihat dunia luar kembali. Tentunya Tuan juga tahu bahwa di kalangan kami adalah suatu kebiasaan untuk memingit para gadis dalam kurungan yang sangat ketat, sampai datang seorang calon suami yang mengawininya. Kurungannya kemudian baru dibuka, burungnya terbang keluar………….untuk pindah kurungan dan menjadi milik ‘tuan’ lain………..Kami tidak mementingkan ‘keluar’ dalam arti bepergian, tetapi penjara yang kami alami adalah terlalu berat bagi kami yang begitu cinta kemerdekaan. Maka kami sangat berterima kasih kepada orang tua kami, karena berani menghapus kebiasaan feodal itu. Setelah pergi ke Kedungpenjalin itu, dengan berangsur-angsur kami diperkenankan meninggalkan rumah, makin lama makin sering dari rumah dan tahun lalu kami sampai di Batavia.15 Surat kepada Dr. N. Adriani, 19 Maret 1899. Dr. N. Adriani terkenal sebagai ahli bahasa serta pendeta yang menyebarkan Agama Kristen ke tengah Suku Toraja di Sulawesi Selatan. 15
Efantino Febriana
47 Mulai tahun 1896, Kartini banyak mengunjungi rumah Nyonya Ovink yang jaraknya dekat dengan pendopo Kabupaten. Nyonya Ovink selalu dengan senang hati menerima mereka, karena Kartini beserta Roekmini dan Kardinah selalu menghibur ketika ia mengalami kesepian dan ia telah mencintai mereka seperti anakanaknya sendiri. Kepada Nyonya Ovinklah, Kartini dapat mengutarakan segala gagasan dan perasaan, maupun kemauan dan impian mereka dengan bebas, lebih bebas daripada kepada ayah dan ibunya sendiri. Nyonya Ovink sebagai orang Barat justru mendorong keinginan anakanak itu untuk keluar dari “alam gelap dan terbang bebas di udara yang terang”. Atas desakan terus menerus dari Residen Sijthoff dan Nyonya Ovink akhirnya terbuka juga hati sang Ayah. Pada tanggal 2 Mei 1998, kurungan ketiga puteri dibuka secara resmi. Hari itu juga mereka diajak oleh Nyonya Ovink ke Semarang untuk merayakan Hari Penobatan Ratu Wilhelmina yang dirayakan secara besar-besaran di Semarang. Mengenai peristiwa ini diceritakan oleh Kartini dalam suratnya yang pertama terhadap Stella yaitu: “Untuk pertama kali seumur hidup kami diperbolehkan keluar dari kota tempat tinggal kami dan ikut pergi ke ibukota (Karasidenan Semarang) untuk menghadiri pesta yang diadakan untuk menghormati penobatan Ratu. Kartini Mati Dibunuh
48 Itu merupakan kemenangan lagi yang sangat, sangat besar, maka juga sangat kami hargai. Bahwa gadis-gadis muda dari golongan ningrat seperti kami, keluar dari jamuan umum, itu di sini dianggap sebagai sesuatu yang tidak pantas. Dunia menjadi tercengang dibuatnya. Lidahlidah ‘manis’ ramai membicarakan peristiwa yang tidak pantas ini. Tetapi sahabat-sahabat kami bangsa Belanda bersorak-sorak kegirangan. Dan kami merasa amat bahagia! Tetapi aku toh tidak puas, masih jauh dari puas. Aku mau maju, maju terus! Bukan dengan pesta-pesta atau memburu kesenangan yang kuinginkan, tetapi tujuanku adalah kemerdekaan. Aku mau merdeka, mau berdiri sendiri, agar supaya ………..tidak terpaksa harus kawin. (surat kepada Stella, 25 Mei 1899). Setelah kembali dari Semarang dan karena telah bebas sama sekali dari pingitan, maka Kartini dan adikadiknya diizinkan juga untuk mengadakan penyelidikan dalam kehidupan masyarakat umum di sekitar Jepara. Kartini dan adik-adiknya ingin mengenal rakyat lebih baik dan jika dapat mau membantu mereka untuk memperbaiki hidupnya. Maka Kartini beserta Roekminah dan Kardinah mulai keluar masuk kampung, meninjau tempat-tempat kerajinan rakyat, melihat-lihat keadaan di kampung seperti dahulu ketika bersama ayahnya, namun sekarang atas prakarsa sendiri. Mereka juga tidak lupa untuk
Efantino Febriana
49 mengunjungi dan berbicara dengan Raden Ayu-Raden Ayu atau istri para pejabat-pejabat lainnya. Di mana-mana mereka diterima dengan baik, sebab semua tahu bahwa puteri-puteri itu maksudnya baik dan ingin menolong mereka. Maka mereka semua juga menjawab pertanyaan-pertanyaan Kartini dengan jujur. Demikian tiga suadara itu makin mengenal masyarakat dari rendah sampai tinggi, bukan hanya dari luar, tetapi dengan segala duka sukanya. Terutama kesengsaraan rakyat mendapat perhatian khusus. Sementara itu, rencana Kartini beserta Kardinah dan Roekmini untuk secepatnya mencari nafkah sendiri supaya merdeka dan tidak tergantung orang lain ternyata mengalami kegagalan. Setelah tiga saudara dikeluarkan dari pingitan tanpa kawin dan kemudian malah diajak oleh ayahnya keluar Jepara untuk menghadiri pesta-pesta besar di kalangan tinggi di Semarang, mereka menjadi sasaran mulut usil, rasa dengki dan iri hati. Suara-suara yang menjengkelkan akhirnya didengar juga oleh orangtuanya sehingga membuat ayah dan ibunya prihatin dan lebih berhati-hati dalam memberi izin baru. Kaum ningrat umumnya ingin mempertahankan adat kuno terus menerus supaya tetap dapat berkuasa. Orang banyak yang tidak dapat mengerti apa yang dicita-citakan Kartini juga ikut mencemoohnya. Tiga bersaudara ini mengalami keadaan yang sulit.
Kartini Mati Dibunuh
50 Mereka masing-masing punya bakat sendiri-sendiri. Kartini mempunyai keinginan untuk menjadi guru dan penulis, oleh sebab itu ingin menjadi guru atau memperdalam bahasa Belanda di Negeri Belanda. Sedang Roekmini dan Kardinah berbakat menggambar dan menulis. Tetapi untuk mengembangkan bakat-bakat itu, di Hindia Belanda belum ada sekolahnya, dan hanya ada di Belanda. Tetapi ayahnya dengan gaji sebagai bupati dan menanggung keluarga yang besar tidak dapat membiayai tiga orang puterinya jika ingin belajar di Belanda. Kartini sudah mencoba kemampuan penanya waktu baru masuk pingitan, tetapi hanya saudara-saudaranya yang mengetahuinya. Pada tahun 1895, Kartini menulis sebuah karangan mengenai upacara perkawinan pada Suku Koja. Karangan ini diperlihatkan pada Nyonya Ovink. Nyonya Ovink sendiri adalah seorang penulis buku-buku untuk gadis di majalah De Hollandsche Lelie. Ia ingin menulis karangan Kartini bagus dan menganjurkan agar Kartini terus berlatih menulis. Karangan ini juga diperlihatkan pada ayahnya. Kebetulan ayahnya waktu itu menerima permintaan untuk membantu Koninklijk Instituut voor Taal, Land en Volkenkunde voor Ned Indie, dengan karangan-karangan. Karena tulisan Kartini dianggap cukup bermutu, maka itu dikirimkannya. Ternyata pada tahun 1898, karangan ini dimuat dan
Efantino Febriana
51 Kartini menerima setumpuk lembar cetakannya. Tulisan-tulisan Kartini ternyata selalu dibaca kaum intelektual di Belanda. Maka nama Kartini dengan cepat menjadi terkenal di kalangan kaum intelektual. Sesudah karangan itu, muncul karangan lain dari Kartini yang dimuat di majalah De Echo. Karangan ini juga langsung mendapat pujian. Pada tahun 1898, Kartini beserta Roekmini dan Kardinah mengirimkan bantuannya kepada Nationale Tentoonstelling voor Vrouwenarbied (Pameran Nasional Karya Wanita) di Den Haag, Belanda. Bantuan yang dikirimkan ke pameran itu berupa beberapa helai kain batik dan suatu koleksi potongan-potongan bahan dari tingkat pekerjaan pembatikan disertai keterangan yang jelas dari Kartini. Tahun 1899 menjadi tahun yang penting bagi Kartini. Pada saat itu Kartini mulai menemukan teman barunya yaitu Estelle Zeehandelaar di Amsterdam yang kemudian menjadi sahabat karibnya. Ia mulai mengenal Estella Zeehandelaar ketika ia membaca berita tentang pergerakan wanita di Eropa. Hatinya menjadi sangat tertarik untuk mngetahui lebih banyak tentang sikap dan gagasan-gagasan kaum wanita di Eropa. Ia kemudian mempunyai ide untuk memasang sebuah iklan di majalah Belanda De Hollandsche Lelie, dimana ia memberitahu bahwa ia ingin berkenalan dengan ‘teman pena wanita’
Kartini Mati Dibunuh
52 untuk saling surat-menyurat. Yang dicari adalah seorang gadis dari Belanda yang umurnya sebaya dan mempunyai perhatian banyak terhadap zaman modern dan perubahanperubahan demokratis yang sedang berkembang di Eropa. Iklan ini mendapat reaksi dari Estelle Zeehandelaar, seorang wanita Yahudi di Amsterdam. Ia seorang pejuang feminis, namun usianya 5 tahun lebih tua dibanding Kartini. Ayahnya seorang dokter yang meninggal pada waktu Stella (panggilan Estelle Zeehandelaar) masih kecil. Lalu ia diasuh pamannya, sampai ia selesai sekolah HBS. Kemudian ia bekerja di Kantor Pos, Telepon dan Telegraf di Amsterdam. Ia juga angggota Sociaal Democratische Arbeiderspartij (SDAP), dan bersahabat dengan gembong sosialis Ir. H van Kol, yang menjadi wakil SDAP di Tweede Kamer (parlemen Belanda). Stella kemudian menikah dengan seorang kawan sekerjanya yang bernama Hartshalt yang juga Yahudi dan sosialis. Sebagai sosialis dan idealis, Stella selalu membela kepentingan rakyat. Surat menyurat antara mereka yang idealis untuk membangun kehidupan masyarakat yang lebih baik di negerinya masing-masing langsung mengakrabkan mereka. Dalam suratnya, Kartini menceritakan tentang adat feodal yang masih sangat kuat dan menghalangi kemajuan, mengenai masalah pingitan yang dialaminya, emansipasi wanita, keluarganya, kehidupan rakyat,
Efantino Febriana
53 tentang sastra, tentang pameran karya wanita, mengenai pribadinya sendiri serta segala cita-citanya, sampai pada kritik-kritiknya terhadap politik pemerintah Hindia Belanda. Stella sangat mendukung cita-cita kemerdekaan sahabatnya dan selalu memberi dorongan dan menambah semangatnya. Banyak yang diutarakan dalam surat-surat Kartini merupakan masalah-masalah yang belum pernah didengar oleh wanita Yahudi itu. Ia pun sangat mengagumi kelancarn bahasa Belanda yang diucapkan Kartini serta caranya bercerita yang jelas dan menarik. Leih-lebih ia sangat kagum terhadap intelegensi Kartini yang melebihi rata-rata gadis Belanda yang sebayanya. Lambat laun simpati antara mereka tumbuh menjadi cinta yang setia, saling mengerti dan menghargai. Maka dalam salah satu suratnya kepada Nyonya van Kol, Stella menulis: “Saya menjadi sangat cinta kepada anak cerdas dari bangsa kulit coklat ini karena hatinya yang besar dan penuh cinta serta penuh cita-cita yang mulia. Kartini beragama Islam saya Yahudi, tetapi kami mempunyai pikiran yang sama mengenai Tuhan Yang Maha Esa.” Karena Stella seorang anggota partai politik yang militan, maka surat-suratnya juga mencerminkan
Kartini Mati Dibunuh
54 pemikirannya. Maka dari surat menyurat itu, Kartini dengan sendirinya mendapat tambahan bahan pengertian mengenai modernisasi, demokrasi, sosialisme yang semuanya dirasakan sangat berguna untuk menambah pengetahuannya. Maka dengan penuh keyakinan Kartini menulis kepada Stella: “Stella, percayalah, bilamana aku kelak dapat menjadi orang yang berhasil, maka itu adalah karena engkau. Aku telah belajar sangat banyak dan doronganmu selalu menolong dan menguatkan aku. Aku mau dan aku akan memperjuangkan kemerdekaanku. Aku mau, Stella, aku mau dengarkan kau. Bagaimana dapat menemukan, kalau tidak mencari. Tanpa perjuangan, tiada kemenangan. Aku akan berjuang Stella, aku mau merebut kebebasanku.” Kartini melihat perjuangan wanita agar memperoleh kebebasan, otonomi dan persamaan hukum sebagai bagian dari gerakan yang lebih luas. Di antara buku yang dibaca Kartini sebelum berumur 20, terdapat judul Max Havelaar dan Surat-Surat Cinta karya Multatuli, yang pada November 1901 sudah dibacanya dua kali. Lalu De Stille Kraacht (Kekuatan Gaib) karya Louis Coperus. Kemudian karya Van Eeden yang bermutu tinggi, karya Augusta de Witt yang sedang-sedang saja, roman-feminis karya
Efantino Febriana
55 Nyonya Goekoop de-Jong Van Beek dan sebuah roman anti-perang karangan Berta Von Suttner, Die Waffen Nieder (Letakkan Senjata). Semuanya berbahasa Belanda. Kritiknya terhadap pemerintah Hindia Belanda terutama karena Belanda masih bersikap rasis terhadap penduduk pribumi. Ini ia tunjukkan dengan kritiknya pada politik rasisme Belanda. Ia terlihat sangat emosional dalam menanggapi masalah ini. Ia menulis, “…dan masih juga, sejumlah orang Belanda mengumpati Hindia sebagai ‘ladang kera yang mengerikan’. Aku naik pitam jika mendengar orang mengatakan ‘Hindia yang miskin’. Orang mudah sekali lupa kalau ‘negeri kera yang miskin ini’ telah mengisi penuh kantong kosong mereka dengan emas saat mereka pulang ke Patria setelah beberapa lama saja tinggal disini.” Sesudah melakukan korespondensi dengan Stella, maka Stella kemudian memperkenalkan Kartini kepada teman-temannya. Akhirnya korespondensi yang dilakukan Kartini semakin luas. Banyak orang Belanda di Hindia Belanda maupun di negeri Belanda sendiri ingin menjalin persahabatan dengan Kartini, namun pada umumnya sebenarnya mereka ini adalah “musuh-musuh dalam selimut” yang ingin memperalat Kartini dan memandulkan pikiran-pikirannya.
Kartini Mati Dibunuh
56 Menikah dan Masa Akhir Pada pertengahan tahun 1903 saat berusia sekitar 24 tahun, niat untuk melanjutkan studi menjadi guru di Betawi pun pupus. Dalam sebuah surat kepada Nyonya Abendanon, Kartini mengungkapkan tidak berniat lagi sekolah karena ia sudah akan menikah. “...Singkat dan pendek saja, bahwa saya tiada hendak mempergunakan kesempatan itu lagi, karena saya sudah akan kawin...” Padahal saat itu pihak departemen pengajaran Belanda sudah membuka pintu kesempatan bagi Kartini dan Rukmini untuk belajar di Betawi. Saat menjelang pernikahannya, terdapat perubahan penilaian Kartini soal adat Jawa. Ia menjadi lebih toleran. Ia menganggap pernikahan akan membawa keuntungan tersendiri dalam mewujudkan keinginan mendirikan sekolah bagi para perempuan bumiputra kala itu. Dalam surat-suratnya, Kartini menyebutkan bahwa sang suami tidak hanya mendukung keinginannya untuk mengembangkan ukiran Jepara dan sekolah bagi perempuan bumiputra saja, tetapi juga disebutkan agar Kartini dapat menulis sebuah buku. Oleh orangtuanya, Kartini disuruh menikah dengan bupati Rembang, K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, yang sudah pernah memiliki tiga istri. Kartini menikah pada tanggal 12 November 1903. Kartini
Efantino Febriana
57 diboyong, dan jadi Raden Ayu di Kabupaten Rembang. Dia senang bisa mendidik enam orang anak tiri, tapi muak oleh kunjungan audensi feodalistis dari para punggawa untuk mengambil hati. Kabupaten Rembang tidak seramah Kabupaten Jepara. Semuanya serba tidak cocok dengan jiwa wanita yang penuh cita-cita ini. “Lingkungan itu sangat berlainan dari apa yang ia bayangkan.” Suaminya mengerti keinginan Kartini, dan Kartini diberi kebebasan dan didukung mendirikan sekolah wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor kabupaten Rembang. Apa yang dilakukannya dengan sekolah itu kemudian diikuti oleh wanita-wanita lainnya dengan mendirikan ‘Sekolah Kartini’ di tempat masingmasing seperti di Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, dan Cirebon. Pada tanggal 12 September 1904 Kartini akan melahirkan. Ia memerlukan pertolongan dokter. Suaminya memanggil Dr. van Ravesteyn yang rumahnya di Pati, tidak jauh dari Rembang. Keesokan harinya, dokter itu datang dan pada malam harinya, anaknya lahir lakilaki dan sehat. Menurut surat bupati Rembang, Kartini waktu itu baik-baik saja, maka dokternya tenang-tenang saja kembali ke Pati. Tanggal 17 September 1904, Dr. van Ravastyen datang lagi untuk memeriksa. Menurut suaminya, dokter itu sama sekali tidak mengkhawatirkan
Kartini Mati Dibunuh
58 keadaan Kartini, bahkan Dr. van Ravastyen dan Kartini minum anggur bersama-sama untuk kesehatan Kartini. Tidak lama kemudian, Kartini mengeluh karena sakit pada perutnya. Dr van Ravasteyn telah pergi untuk mengobati orang sakit lainnya. Suaminya cepat-cepat menyuruh memanggil dokter itu kembali. Dokterpun segera datang, tetapi rasa sakit menjadi semakin parah dan dalam waktu setengah jam, Kartini langsung meninggal dunia. Sampai saat terakhir ia tetap sadar. Dr Bouman yang mendapat keterangan dari surat Bupati Rembang kepada Nyonya van Kol mengatakan bahwa Dr van Ravesteyn adalah dokter yang cakap. Tetapi menurut temannya yang mengenal Dr van Ravesteyn mengatakan bahwa temannya saja tidak mempercayakan sakit yang menimpa kudanya untuk diobati Dr van Ravesteyn. Dalam suratnya pada tanggal 21 Juni 1905, Roekmini menulis kepada Nellie van Kol (Nyonya van Kol) bahwa Kartini telah yakin bahwa ia akan meninggal dalam usia muda: “Tanda-tanda apakah yang pernah diberikan Ayunda tercinta sebelum wafatnya? Tatkala masih gadis dan kami bertiga masih kumpul, Ayunda sering bilang bahwa ia tidak mau hidup lama lebih dari 25 tahun. Waktu ia mengandung, ia berkali-kali menulis kepada saya: ‘Kalau saya umpamanya tidak dapat merawat anakku lagi,
Efantino Febriana
59 maukah kau memeliharanya? Meskipun kata-kata itu menyanyat hatiku, tetapi aku tidak mau memikirkannya lebih dalam. Saya kira wanita dalam keadaan hamil biasa kadang-kadang merasa susah, tetapi Ayunda yakin benar. Kalau suaminya bicara tentang hari kemudian dan tentang kemungkinan bahwa ia akan meninggal terlebih dahulu, maka Kartini memotong: tidak Kanda, dari kita berdua, aku yang nanti meninggal lebih dulu. Lihat saja nanti!”. Anak pertama dan sekaligus terakhirnya, RM Soesalit, lahir pada tanggal 13 September 1904. Beberapa hari kemudian, 17 September 1904, Kartini meninggal pada usia 25 tahun. Kartini dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang.
Kartini Mati Dibunuh
KARTINI DAN FREEMASON
Yahudi Kabbalah Fremason tidak bisa dilepaskan dari pengaruh Yahudi Kabbalah. Kabbalah berarti “tradisi lisan”. Ia merupakan cabang mistik agama Yahudi yang hanya dipahami sedikit orang. Ajaran Kabbalah berusaha mendalami isi tersembunyi dari Taurat dan kitab-kitab Yahudi yang lain. Lantas dari mana ajaran Kabbalah berakar? Bila dilacak, Kabbalah berakar pada tradisi Mesir Kuno. Ajaran ini berkembang ketika Bani Israil hidup di Mesir pada era Firaun. Para pemimpin agama Bani Israil mengajarkan ajaran tersebut dari mulut ke mulut dari generasi ke generasi. Cara ini ditempuh karena pada masa itu orang-orang Yahudi tidak sempat memelajari baca tulis karena mereka dalam posisi ditindas oleh Firaun. Maka ditempulah cara tutur seperti itu agar ajaran agama mereka bisa terus dipelajari.
62
Gambar: Tempat Pemujaan Yahudi Kabbalah Lambat laun karena ajaran tersebut disampaikan secara lisan, yang menyebabkan tidak ada bukti tertulis sehingga memungkinkan terjadinya perubahan tanpa bisa dikontrol, akhirnya banyak bercampur dengan ajaran pagan orang-orang Mesir Kuno. Tak pelak lagi, ajaran-ajaran Yahudi kemudian banyak dibumbui mitos dan dongeng yang berkembang di Mesir. Maka lahirlah Kabbalah, suatu doktrin yang dimasukkan ke dalam agama Yahudi dari mitologi dan kepercayaan Mesir Kuno. Kabbalah merupakan sistem esoterik, dan berlandaskan pada praktik sihir para pendeta Mesir Kuno. Efantino Febriana
63 Entah mengapa orang Yahudi bersedia menerima ajaran Kabbalah, padahal banyak hal yang bertentangan dengan Taurat—kitab suci mereka. Misalnya, tentang penciptaan, ajaran Kabbalah sangat berbeda dengan di Taurut. Menyangkut hal ini Ozgen, seorang Freemason berkebangsaan Turki, memberikan penjelasan sebagai berikut: 16 “Jelaslah bahwa Kabbalah disusun bertahuntahun sebelum keberadaan Taurat. Bagian paling penting dari Kabbalah adalah sebuah teori tentang pembentukan alam semesta. Teori ini sangat berbeda dengan kisah penciptaan yang diterima oleh agama-agama ketuhanan. Menurut Kabbalah, pada awal penciptaan, muncullah benda-benda yang disebut Sefiroth, artinya ‘lingkaran-lingkaran’ atau ‘orbit-orbit’, yang mengandung baik sifat material maupun spiritual. Benda-benda ini berjumlah 32. Sepuluh yang pertama mempresentasikan massa bintangbintang di angkasa. Keistimewaan Kabbalah ini menunjukkan bahwa ia berhubungan erat dengan sistem kepercayaan astrologis kuno…. Murat Ozgen Ayfer, Masonluk Nedir ve Nasildir? (What is Freemasonry?), Istanbul, 1992, hal. 298-299. Dikutip dari buku Harun Yahya: Ancaman Global Freemasonry 16
Kartini Mati Dibunuh
64 Jadi, Kabbalah jauh dari agama Yahudi dan berhubungan erat dengan agama-agama kuno yang misterius dari Timur.”17 Dalam perkembangan selanjutnya Kabbalah menjadi ajaran mistis agama Yahudi. Banyak yang tertarik dengan ajaran ini karena menawarkan ‘keajaiban-keajaiban’ berupa ilmu sihir yang tidak didapatkan dalam ajaran asli Yahudi. Ajaran sihir yang dianut oleh Kabbalah ini sebetulnya berakar sangat tua. Di dalam buku berjudul Secret Societies and Subversive Movements, penulis Inggris Nesta H. Webster menjelaskan: 18 Seperti kita ketahui, ilmu sihir telah dipraktikkan oleh bangsa Kanaan sebelum pendudukan Palestina oleh bani Israel; Mesir, India, dan Yunani juga memiliki tukang tenung dan peramal. Walaupun di dalam Hukum-Hukum Musa terkandung pelarangan atas ilmu sihir, bangsa Yahudi, dengan mengesampingkan peringatan ini, tertular dan mencampurkan tradisi suci yang mereka warisi dengan pemikiran-pemikiran yang sebagian dipinjam dari bangsa lain dan sebagian Nesta H. Webster, Secret Societies And Subversive Movements, Boswell Publishing Co., Ltd., London, 1924. dikutip dari buku Harun Yahya: Ancaman Global Freemasonry 18 Blog Pocong Rider 17
Efantino Febriana
65 karangan mereka sendiri. Secara bersamaan, sisi spekulatif dari Kabbalah Yahudi meminjam dari filsafat Persia Magi, Neo-Platonis, dan NeoPhytagorean. Maka, terdapat justifikasi bagi pendapat kelompok anti-Kabbalah bahwa apa yang kita kenal sebagai Kabbalah saat ini tidaklah murni asli dari Yahudi.19 Begitulah sedikit urain tentang akar ajaran Yahudi Kabbalah. Dalam perkembangan selanjutnya, Yahudi Kabbalah banyak berpengaruh di Amerika Serikat. Salah satu Yahudi Kabbalah yang memegang peran kunci dalam sejarah Amerika Serikat adalah nenek moyang George Walker Bush—wangsa Bush terakhir yang menjadi Presiden dengan prestasi kejinya: menghancurkan Irak dan Afghanistan. Siapa sebenarnya pendiri trah Bush ini? Pendiri awal dinasti Bush sudah ada sejak 12 Juni 1796 di Amerika. Trah pertama adalah George Washington Bush. Selain sebagai penginjil, ia seorang professor yang merintis lahirnya kelompok Zionis-Kristen, sebuah kelompok yang kini menguasai Gedung Putih dan Pentagon. Semasa hidup GW. Bush sempat menulis buku, The life of Muhammad. Inilah buku pertama Amerika yang menghujat Islam.
19
Ibid Kartini Mati Dibunuh
66 George Washington Bush lulus dari Dartmouth College di tahun 1818. Setelah lulus ia masuk Princeton Theological Seminary. Selepas dari seminari Bush ditahbiskan menjadi pendeta di Salem Presbytery, Indiana, tahun 1825. Ia kemudian menjadi pendeta di sebuah gereja Indianapolis. Pada kurun waktu 1831 hingga 1847, GW. Bush menjadi Professor dalam kajian Ibrani dan Timur Tengah di New York University. Langkah politik Bush mulai terlihat ketika pada tahun 1845 ia memberikan dukungannya secara terangterangan terhadap lobi Zionis di Amerika Serikat. Sebagai bentuk dukungan tersebut ia berpindah gereja dan masuk ke dalam General Church of the New Jerusalem. Dukungan tersebut menjadikan Bush meraih popularitas dengan cepat. Ia akhirnya dijadikan juru bicara gereja tersebut, termasuk di dalam majalah yang diterbitkan oleh gereja, New Church Review dan The Hierophant. Lebih lanjut tentang perkembangan dinasti Bush diuraikan sebagai berikut: “Texe Marrs, seorang Kristen masalah-masalah Illuminati dan
peneliti Zionis
berkewarganegaraan Amerika Serikat, susah payah berusaha menelusuri jejak sejarah dinasti Bush selama bertahun-tahun. Dalam penelusurannya, Marrs menemui banyak sekali Efantino Febriana
67 data yang mengagetkan terkait salah satu dinasti berpengaruh di Amerika ini. Salah satunya seperti yang dituangkan dalam satu artikel berjudul George W. Bush, Zionis Double Agent, American Traitor (George W. Bush, Agen Ganda Zionis, Pengkhianat Amerika). Di awal artikelnya, Marrs mencantumkan dua kutipan: satu dari Hillaire Belloc dalam bukunya Cultural Warrs (Sep. 2000) yang menyatakan, ‘Seseorang sudah bisa dicap anti-Semit jika mengatakan bahwa orang Yahudi itu adalah Yahudi’ dan satunya lagi dari Injil Yohannes 20:19 yang berbunyi, ‘Then… When the doors were shut where the disciples were assembled for fear of the Jews, came Jesus and stood in the midst, and saith unto them, Peace be unto you.’20 Tidak kalah dahsyatnya adalah anak-turun dinasti Bush yang kemudian menjadi menjadi presiden AS: Ia menulis bahwa mantan Presiden AS George Herbert Bush dan juga puteranya, George Walker Bush, demikian pula Jebb Bush, adik kandung George Bush Junior yang menjadi Gubernur Florida, merupakan para pelayan dan pembantu
20
Ibid Kartini Mati Dibunuh
68 kepentingan Zionisme. Marrs awalnya ingin mengetahui akar kekristenan Dinasti Bush, namun yang didapat sungguh mengejutkannya.21 Dari hasil penelitian ternyata dinasti Bush merupakan keturunan Yahudi: Marrs mendapatkan sebuah dokumen yang dikeluarkan National Jewish Welfare Board, saat berlangsungnya perang revolusi Amerika Serikat melawan kolonialis Inggris, mencatat bahwa seluruh anggota Dinasti Bush ternyata berdarah Yahudi dan dengan sendirinya memeluk agama Yahudi. Mereka tercatat sebagai tentara dan juga pelaut Yahudi-Amerika. Ada yang bernama Mayor George Bush, Mayor Louis Bush, dan Mayor Solomon Bush. Nama-nama itu muncul di dokumen tersebut secara jelas. Dengan temuan ini, Marrs sangat yakin bahwa Dinasti Bush adalah sebuah dinasti Yahudi yang berpura-pura komit dengan kekristenannya guna mengelabui warga Amerika dan dunia pada umumnya. Dinasti Bush dan pusaran elit Zionis Amerika berhubungan dekat. Marrs tanpa ragu menyatakan
21
Ibid
Efantino Febriana
69 bahwa
Dinasti
Bush
merupakan
sebuah
kelompok elit dalam lingkaran pusat kelompok Illuminati Amerika. “Berkedok sebagai penganut Kristen fundamentalis, Bush sebenarnya bekerja sepenuhnya untuk kepentingan Zionis-Yahudi, tegas Marrs yang telah melakukan penelitian soal keluarga Bush selama enam tahun.”22 Karena keturunan Yahudi tulen, maka ketika menjadi presiden, George W. Bush mengangkat staf-stafnya yang juga keturunan Yahudi: Ketika terpilih sebagai Presiden AS, George W Bush langsung melantik staf pertamanya untuk Gedung Putih, Ari Fleischer. Dia adalah seorang Rabbi dari sekte radikal Yahudi Lubavitch. Bush juga mempertahankan posisi Allan Grenspan, seorang bankir Yahudi, sebagai Komisaris Federal Reserve, dan juga mengangkat seorang Rabbi Yahudi, Dov Zackheim, sebagai pengawas keuangan Pentagon. Lalu, Bush mengangkat Michael Chertoff sebagai ketua Dalam Negeri (Homeland Security). Padahal ia adalah ideolog Yahudi dan sangat benci kepada Kristen. Ayah Michael Baigent, Richard Leigh, The Temple and the Lodge, London, Corgi Books, 1990, hal. 78-81 22
Kartini Mati Dibunuh
70 Chertoff adalah seorang rabbi dan tokoh radikal Yahudi di AS. Marrs bahkan menyamakan Chertoff sebagai Himmler-nya Amerika (Himmler merupakan ajudan Hitler yang sangat kejam). ‘Saya tegaskan, saya telah meneliti latar belakang Dinasti Bush, termasuk dari faksi Rothschild, tanpa keraguan sedikit pun saya tegaskan kepada Anda bahwa Dinasti Bush dan George Walker Bush memang benar adalah Yahudi tulen. Seorang Yahudi berdasarkan keturunan, seorang Yahudi berdasarkan keyakinan. Hanya saja, mereka menyembunyikan itu dari publik dan memakai kedok sebagai keluarga Kristen yang taat,’ begitu pernyataan Mars.”23 Dengan mengetahui asal usul dinasti Bush maka kemudian dapat dimengerti kenapa baik Bush Sr. dan Bush Jr. ketika menjadi presiden begitu membenci umat Islam dan membela mati-matian bangsa Israel. Selain berpengaruh pada politik dan ekonomi Amerika Serikat, Yahudi Kabbalah juga berhasil membuat pengaruh ideologis pada lambang Amerika Serikat. Pada Eliphas Lévi, Histoire de la Magie, hal. 273; Nesta H. Webster, Secret Societies And Subversive Movements, Boswell Publishing Co. Ltd., London, 1924. 23
Efantino Febriana
71 lambang negara AS di bagian depan terdapat gambar burung elang yang merentangkan sayapnya dengan kedua kaki menggenggam anak panah dan daun zaiutun. Di atas kepala burung elang tersebut, ada sekumpulan bintang, yang bila dihubungkan akan membentuk susunan Bintang David (lambang Yahudi). Sementara di sisi belakang lambang tersebut terdapat gambar piramida. Piramida yang popular diistilahkan dengan The All Seing Eyes Pyramid. Di atas puncak piramida yang belum jadi, bertahta All Seing Eyes, mata dewa Horus, salah satu dewa dalam kepercayaan paganisme dan Kabbalah.
Gambar: Lambang Amerika Serikat Bagian Depan Lambang Amerika Serikat juga dipenuhi simbol-
Kartini Mati Dibunuh
72 simbol yang mengarah pada angka 13. Angka 13 ini menyimbolkan ke-13 keturunan Bani Israil, yang terdapat: Pada sisi muka: • 13 bintang di atas kepala burung membentuk Bintang David. • 13 garis di perisai atau tameng burung. • 13 daun zaitun di kaki kanan burung. • 13 butir zaitun yang tersembul di sela-sela daun zaitun. • 13 anak panah. • 13 bulu di ujung anak panah. • 13 X 9 titik yang mengitari Bintang David di atas kepala burung. Sisi belakang: • 13 huruf yang membentuk kalimat Annuit Coeptis • 13 huruf yang membentuk kalimat E Pluribus Unum • 13 lapisan batu yang membentuk piramida.
Efantino Febriana
73
Gambar: Lambang Amerika Serikat Bagian Belakang Lantas apa misteri di balik tahun kemerdekaan Amerika Serikat berhubungan dengan kepercayaan Yahudi Kabbalah? Tahun kemerdekaan Amerika Serikat adalah 1776 atau dalam tulisan Romawi MDCCLXXVI. Menurut para ahli tentang simbol, angka Romawi tersebut sebenarnya mengandung kode tersembunyi yang merujuk pada angka yakni 666. Bagaimana membacanya? Dalam nilai jumlah besar, kadangkala huruf ‘M’ tidak disertakan dan hanya merupakan ‘penghias’. Sebab itu yang tinggal hanya DCCLXXVI yaitu D = 500, C = 100, L = 50, X = 10, V = 5, dan I = 1. DC = 600, LX=60, dan VI=6, Kartini Mati Dibunuh
74 jadi 666. Angka tersebut disebut Mark of the Beast atau dalam bahasa pakar Alkitab juga disebut sebagai The Evil Trinity. Kepercayaan akan angka tersebut juga berasal dari ajaran Mesir Kuno.
Gambar: Mata Uang Amerika Serikat
Templar dan Freemason Apa sebenarnya Templar itu? Ksatria Templar tidak bisa dipisahkan dari Perang Salib. Kelompok ini merupakan kelompok rahasia yang berusaha menjaga Yerusalem dari tangan umat Islam. Templar, atau lengkapnya, Tentara Miskin Pengikut Yesus Kristus dan Kuil Sulaiman, dibentuk pada tahun Efantino Febriana
75 1118. Pembentuknya kurang lebih dua puluh tahun setelah tentara salib merebut Yerusalem. Pendiri ordo ini adalah dua ksatria Prancis, Hugh de Payens dan Godfrey de St. Omer. Pada awalnya Templar terdiri dari sembilan anggota. Lama kelamaan keanggotaannya terus berkembang. Sebagai basis pertahanan mereka memilih bekas reruntuhan yang mereka sebut Kuil Sulaiman. Kedudukan Ksatria Templar menjadi kuat dari waktu ke waktu. Mereka memunyai kekuasaan untuk mengontrol para peziarah Kristen yang datang ke Yerusalem. Dari para peziarah itu para Ksatria Templar mendapatkan kekayaan yang melimpah. Menurut penulis Inggris, Michael Baigent dan Richard Leigh, mereka membangun semacam kapitalisme abad pertengahan, dan merintis jalan menuju perbankan modern dengan transaksi mereka yang berbasis bunga.24 Bila dilacak ke belakang, para ahli sejarah bersepakat kalau Templar berhubungan dengan ajaran Yahudi Kabbalah. Penulis Prancis, Eliphas Levi, dalam bukunya Histoire de la Magie (Sejarah Ilmu Sihir), memaparkan bahwa para Templar dibaiat ke dalam doktrin-doktrin misterius Kabbalah. Mereka dilatih secara rahahasia di
Michael Baigent, Richard Leigh, The Temple and the Lodge, London, Corgi Books, 1990, hal. 78-81 24
Kartini Mati Dibunuh
76 dalam doktrin ini.25 Sementara dalam Foucault’s Pendulum, novelis Umberto Eco, menceritakan fakta-fakta tentang Templar dalam karyanya tersebut. Dalam novel tersebut dia mengisahkan lewat tokoh protagonisnya tentang doktrin Templar yang dipengaruhi oleh Kabbalah, dan para pengikut Kabbalah memiliki rahasia yang dapat dilacak hingga ke fir’aun-fir’aun Mesir Kuno. Eco memaparkan kalau sebagian bangsa Yahudi yang terkemuka mempelajari rahasia-rahasia tertentu yang diambil dari bangsa Mesir Kuno, dan kemudian menyisipkannya ke dalam lima kitab pertama Perjanjian Lama (Pantateuch). Masih menurut Eco, ajaran Kabbalah didapatkan oleh para Ksatria Templar yang pada masa itu tinggal di Yerusalem. Walaupun mendukung pasukan Salib, tetapi pada akhirnya Ksatria Templar terlibat perselisihan dengan otoritas gereja Katolik. Perselisihan ini disebabkan oleh karena paham yang dianut Ksatria Templar bertentangan dengan doktrin-doktrin Katolik. Ajaran Templar dianggap menyimpang oleh gereja. Maka Ksatria Templar pada akhirnya diburu-buru oleh Gereja Katolik. Pada tahun 1307 merupakan puncak penangkapan anggota Ksatria Templar oleh Raja Prancis dan Paus Eliphas Lévi, Histoire de la Magie, hal. 273; Nesta H. Webster, Secret Societies And Subversive Movements, Boswell Publishing Co. Ltd., London, 1924. 25
Efantino Febriana
77 Clement V. Setelah periode panjang introgasi dan pengadilan, banyak anggota Templar mengakui keyakinan ‘bidah’ mereka, bahwa mereka menolak iman Kristiani dan menghina Yesus dalam misa mereka. Akhirnya, para pemimpin Templar, yang dinamai Imam Besar (Grand Master), mulai dari yang terpenting dari mereka, Jacques de Molay, dihukum mati pada tahun 1314 atas perintah Gereja dan Raja. Menghadapi penangkapan besar-besaran, Kstaria Templar memilih gerakan bawah tanah agar bisa bertahan. Sebagian besar mereka kemudian meminta perlindungan kepada raja Skotlandia—satu-satunya kerajaan Eropa pada saat itu yang tidak mengakui otoritas Paus. Agar tidak mudah diendus, di Skotlandia para Ksatria Templar menyamar sebagai tukang batu, bergabung dengan gilda para tukang batu, dan perlahan mengambil alih. Gilda-gilda tersebut mengadopsi tradisi-tradisi ksatria Templar, dan dengan demikian, benih Masonik ditanam di Skotlandia. Selain di Skotlandia, tempat persembunyian Ksatria Templar banyak didapatkan di Provence, Prancis. Di Provence tradisi lisan Kabbalah dibukukan. Selain itu, lewat pergerakan bawah tanah, Ksatria Templar terus berusaha melawan gereja. Pemberontakan Petani di Inggris pada tahun 1381, menurut para ahli sejarah, dikipas-kipasi oleh sebuah organisasi rahasia. Para pakar yang mengaji sejarah
Kartini Mati Dibunuh
78 sepakat bahwa organisasi rahasia ini adalah para Templar. Pemberontakan ini lebih dari sekadar pemberontakan sipil, tetapi merupakan penyerangan terencana terhadap Gereja Katolik.26 Setengah abad setelah pemberontakan kaum tani di Inggris, seorang pastor di Bohemia bernama John Huss memulai pemberontakan melawan Gereja Katolik. Para Ksatria Templar berada di balik pemberontakan ini. Lebihlebih lagi, Huss sangat tertarik dengan Kabbalah. Walaupun ditindas oleh gereja, selama berabad-abad Ksatria Templar terus-menerus melakukan perlawanan. Mereka bekerjasama dengan penganut Kabbalah untuk merongrong dominasi gereja di Eropa. Perubahan ini melibatkan perubahan di dalam budaya Kristen yang mendasar di Eropa, dan penggantiannya dengan sebuah budaya berdasarkan doktrin-doktrin pagan, seperti Kabbalah. Dalam perkembangan selanjutnya, Ksatria Templar ini menyamar dalam organisasi yang disebut Freemason. Tentang metamorfose ini sebuah majalah bernama Mimar Sinan (terbitan Freemason Turki), memberikan keterangan sebagai berikut: “Di tahun 1312, ketika Raja Prancis, di bawah John J. Robinson, Born in Blood: The Lost Secrets of Freemasonry, New York: M. Evans & Company, 1989. 26
Efantino Febriana
79 tekanan Gereja, membubarkan Ordo Templar dan memberikan hak-hak mereka kepada para Ksatria St. John di Yerusalem, aktivitas para Templar tidak berhenti. Sebagian besar Templar berlindung di berbagai loge Freemason yang beroperasi di Eropa pada saat itu. Pemimpin para Templar, Mabeignac, bersama beberapa anggota lainnya, mendapatkan perlindungan di Skotlandia dengan menyamar sebagai seorang tukang batu bernama Mac Benach. Raja Skot, Robert the Bruce, menyambut mereka dan mengizinkan mereka mengembangkan pengaruh besar terhadap loge-loge Mason di Skotlandia. Sebagai hasilnya, loge-loge Skot meraih peran penting dari sisi keahlian dan ide-ide mereka. Freemason masa kini menggunakan nama Mac Benach dengan penuh hormat. Para Mason Skot, yang mewarisi pusaka para Templar, mengembalikannya ke Prancis bertahun-tahun kemudian dan membangun dasar bagi ritus yang dikenal sebagai Ritus Skot di sana.”27 Secara terbuka Freemason mulai dikenal di Inggris pada tahun 1717. Setelah secara resmi berdiri, aktivitas Freemason semakin aktif. Mereka mendirikan Grand Lodge of England dengan menggabungkan empat lodge menjadi satu, sebagai pusat kegiatan mereka. Sebagai Ender Arkun, “Masonlarin Dusunce Evrimine Katkisina Kisa Bir Bakis” (A Short Look at the Contribution of Freemasonry to the Evolution of Thought), Mimar Sinan, 1990, No. 77, hal.68, 27
Kartini Mati Dibunuh
80 organisasi rahasia mereka seringkali melakukan kerjakerja penyusupan ke berbagai negera. Tujuan mereka adalah menguasai suatu negara dengan berada di balik layar. Oleh karena mereka mempunyai uang tak terbatas, cara mereka menguasai negara lain adalah dengan memberikan bantuan. Dari sinilah kemudian jerat itu dipasang.
Gambar: Lambang Freemason Freemosan juga berkembang di Indonesia. Kini yang tampak oleh mata peninggalan Freemason di Indonesia adalah tempat pemujaan mereka yang dikenal dengan Loge gebouw (loji). Loge-gebouw atau rumah loji sendiri adalah Efantino Febriana
81 sebuah sinagoga, tempat peribadatan kaum Yahudi. Dulu, kaum Yahudi memakainya untuk tempat “sembahyang” atau “mengheningkan cipta” kepada Tuhan. Karena tempat itu sering dipergunakan untuk memanggil-manggil roh halus, maka masyarakat Indonesia sering menyebut loge atau loji sebagai rumah setan. Salah satu loji yang terkenal terdapat adalah Adhuc Stat (Loji Bintang Timur). Loji ini terletak di Menteng (Jl. Suropati), Jakarta Pusat, yang kini dipakai sebagai Gedung Bappenas. Dulu, gedung ini dikenal masyarakat luas sebagai Gedung Setan, karena sering dipakai sebagai tempat pemanggilan arwah orang mati oleh para angota Mason. Dalam buku “Menteng Kota Taman Pertama di Indonesia” karangan Adolf Hueken SJ, disebutkan, awalnya gedung yang kini berperan penting merencanakan pembangunan Indonesia itu adalah bekas loge-gebouw, tempat pertemuan para vrijmetselaar (kaum Freemason).
VOC dan Freemason Setelah Portugis dan Spanyol sampai ke Indonesia, para pelaut dan pedagang Belanda mengikuti. Mereka berhasil “mencuri” jalan dagang yang selama bertahuntahun disembunyikan oleh Portugis. Maka babak baru sejarah penjajahan pun dimulai. Pada 1595, sebuah perusahaan dagang Belanda, Kartini Mati Dibunuh
82 Compagnie van Verre, mensponsori sebuah ekspedisi dagang ke Indonesia. Ditunjuk Cornelis de Houtman sebagai pempimpin ekspedisi dengan membawa empat buah kapal. Setelah menempuh perjalanan selama empat belas bulan, pada 22 Juni 1596, mereka berhasil mendarat di Pelabuhan Banten. Akibat kecongkakan Cornelis de Houtman, ekspedisi pertama gagal. Pada 1 Mei 1598, Perseroan Amsterdam mengirim kembali rombongan ke Indonesia bawah pimpinan Jacob van Neck, van Heemskerck, dan van Waerwijck. Berkat kecerdikan dalam bernegosiasi, ekspedi ini bisa dikatakan sukses. Ketiga kapal kembali ke negerinya dengan muatan penuh. Sementara itu, kapal lainnya meneruskan perjalanannya sampai ke Maluku untuk mencari cengkih dan pala. Agar bisa mendapat keuntungan yang lebih besar dan bisa bersaing dengan pedagang Portugis dan Spanyol, Kerajaan Belanda kemudian mendirikan Verenigde OostIndische Compagnie (VOC). Kongsi dagang ini didirikan pada tahun 1602 di Amsterdam. VOC merupakan badan yang kuat. Lembaga ini diberikan wewenang mengawasi perdagangan Belanda tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di Sri Langka, merentang dari Tanjung Harapan sampai Jepang. Sebagai pengendali lembaga ini adalah sebuah dewan persero yang
Efantino Febriana
83 disebut “de XVII Heeren” atau “ke-17 Tuan-Tuan” . Dari anggota de XVII Heeren, ada dua anggota yang patut dicermati: Nona Helena Blavatsky dan Kolonel Henry Steel Olcott. Kedua orang ini kemudian diketahui tercatat sebagai anggota Freemason dan kemudian menyebarkannya ke Indonesia. Sebagai anggota Freemason, Blavatsky telah mendatangi berbagai negara. Pada November 1875, Madame Blavatsky—demikian Helena Balavatsky biasa disebut— mendapatkan tugas dari pengurus pusat Freemason di Inggris untuk pergi ke New York. Sesampainya di sana, Blavatsky langsung mendirikan perhimpunan kaum Teosofi. Sejak awal, organisasi kepanjangan tangan Zionis-Yahudi ini, telah menjadi mesin pendulang dolar bagi gerakan Freemason. Sebetulnya jauh-jauh hari sebelum pergi ke New York, pada tahun 1853, saat perjalanannya dari Tibet ke Inggris, Madame Blavatsky pernah singgah ke Jawa (Batavia). Selama satu tahun di Batavia, ia mengajarkan ajaran Freemason kepada elite kolonial dan masyarakat Hindia Belanda. Karena dianggap berjasa namanya kemudian dijadikan nama jalan: Jalan Blavatsky Boulevard (kini Jalan Medan Merdeka Barat). Adanya dua anggota Freemason dalam dewan VOC menunjukkan kalau organisasi ini tidak lepas dari campur
Kartini Mati Dibunuh
84 tangan orang-orang Yahudi. Hal ini kemudian diperkuat dengan kemiripan lambang VOC dengan lambang Freemason. Pada lambang VOC ditambahkan huruf A. Ini memang agak aneh karena huruf A sendiri bukan bagian dari singkatan VOC. Huruf A ini mirip dengan jangka dan huruf V menyerupai penggaris siku pada lambang Freemason. Pada akhirnya, setalah berkuasa selama 200 tahun di Indonesia, VOC bangkrut dan kemudian dibubarkan. Selama keberadaannya di Indonesia, VOC ternyata tidak hanya berdagang tetapi juga menyebarkan kepentingan Zionis Yahudi di Indonesia.
Perkembangan Freemason di Indonesia Semenjak VOC tiba di Indonesia, orang-orang Freemason dari Belanda sudah ada. Namun kondisi mereka belum terkoordinasi dengan baik sehingga tidak membawa perkembangan yang berarti bagi Freemason. Fajar itu baru bersinar terang ketika pada tahun 1762, di Batavia, didirikan La Choisie atas prakarsa J.C.M. Radermacher (1741-1780). Siapa J.C.M. Radermacher? J.C.M. Radermacher merupakan putra dari Joan Cornelis Radermacher, Suhu Agung pertama dari organisasi Freemason di Belanda. Ketika menjadi pimpinan Freemason di Indonesia, usia Radermacher Jr baru 21 tahun. Memunyai koneksi yang kuat menyebabkan Efantino Febriana
85 dia dengan cepat menduduki posisi penting di Indonesia, apalagi dia kemudian menikah dengan putri bekas anggota Dewan Hindia. Ketika mendirikan La Choisie, Radermacher Jr memunyai jabatan sebagai saudagar tinggi dan syahbandar Batavia. Pengakuan terbuka La Choice sebagai perkumpulan Freemason, oleh beberapa kalangan dianggap sebagai langkah yang berani. Pada masa ini, baik para penguasa maupun otoritas gereja sangat memusuhi Freemason— sebagai organisasi yang dibentuk oleh orang-orang Yahudi. Adanya kondisi ini membuat aktivitas Freemason di Indonesia dilakukan secara rahasia: “…bahwa pendirian La Choisie memang merupakan tidakan berani sebab pada waktu itu mereka yang memegang kendali pemerintahan di wilayah ini—sama seperti penguasa di negeri induk—bersikap sangat bermusuhan terhadap Tarekat Mason Bebas, terutama para rohaniawan selalu menggunakan pengaruhnya, yang sering sangat besar..”28 Berbagai tekanan itulah yang menyebabkan perkembangan Freemason di Indonesia bisa dikatakan lambat. Sampai akhir masa aktivitas La Choice, hanya mempunyai 13 anggota. Ke-13 anggota ini berkumpul secara rahasia untuk berbagai macam kepentingan, mulai
28
Hageman 1866, 38 Kartini Mati Dibunuh
86 dari melakukan ibadat sampai menyusun rencana-rencana organisasi. Walaupun perkembangannya bisa dikatakan seret, tapi adanya organisasi Freemason ini membawa dampak yang besar pada arah “Belandanisasi” (baca: baratisasi) Indonesia. Sebagai gerakan yang dimotori kaum Yahudi, Freemason berusaha memasukkan ideologi Barat untuk menghancurkan pola hidup Timur. Dalam kegiatan mereka, para anggota Freemason mengenalkan cara hidup Barat, mulai cara berpakaian, minum alkohol sampai pola pikir. Pelan-pelan mereka menggusur kebudayaan Timur, menggantikannya dengan kebudayaan Barat. Pertama-tama yang berusaha mereka Belandakan adalah para priyanyi dan penguasa lokal. Mereka diperkenalkan cara hidup liberal ala Barat. Dengan menggait dari kalangan atas penduduk pribumi, para anggota Freemason berharap kelak pengaruh mereka bisa menetes pada penduduk pribumi secara keseluruhan. Setelah La Choice tidak melakukan aktivitasnya lagi, kegiatan Freemason diorganisasikan oleh La Fidele Sincerite. Organisasi ini didirikan oleh lima orang, yakni: Schneider, Paulus Rohrborn, J. Marten Reemer, Jacob van der Wijck dan Arnoldus Musquetier. Schneider merupakan perwira Jerman yang bekerja untuk kompeni. 1. Begitulah Freemason terus tumbuh dan berkembang.
Efantino Febriana
87 Dari waktu ke waktu mereka terus berkembang dari waktu ke waktu. Mereka mampu merekrut orang-orang yang mempunyai kedudukan penting, bahkan sampai Gubunur Jendral. Di antara Guburnur Jendral yang menjadi anggota Freemason salah satunya Herman Willem Daendels, dilantik di Loge Kampen “Le Profond Silence”. 2. Thomas Stamford Raffles, pada tanggal 26 Juni 1813 diterima di dalam Tarekat oleh Engelhard, sedangkan diplomasinya ditandatangani oleh mason-mason bebas yang terkenal dan penguasa-penguasa kolonial. 3. Johannes Van Den Bosch, dilantik di Loge De Vriendschap pada tahun 1830.
Loji Sebagai Pusat Kegiatan Anggota Freemason Salah satu ciri pertumbuhan Freemason ditandai dengan berdirinya loji. Tempat ini berfungsi sebagai tempat ibadah dan berkumpul sesama anggota Freemason. Dalam ritual di dalam loji para anggota Freemason membacakan sebuah nyanyian kerohanian. Seperti yang telah diuraikan di atas, loji pertama kali dibangun di Batavia oleh Albertus van der Parra (17611775), yang bernama “La Choisie (Terpilih) atas prakarsa Joan Cornelis Radermacher. Setelah itu dibangun pula pada bulan November 1767 di Batavia sebuah loge baru bernama Kartini Mati Dibunuh
88 “La Fidele Sincerite”. Selain melakukan pertemuan di loji, mereka juga kerap melakukan pertemuan rahasia di Amanusgracht (Jl. Kopi/Jl. Bandengan Jakarta) dan di kawasan Molenvliet (Jl. Gajah Mada/ Hayam Wuruk). Salah satu loji yang terkenal adalah sebuah loji yang sekarang dipakai sebagai kantor Bappenas. Tentang loji ini simak penjelasan berikut ini: “Gedung dan bangunan ternyata tak hanya memiliki estetika, namun juga menyimpan sejarah peradaban, tak terkecuali gerakan ZionisYahudi di Indonesia. Dari sejumlah dokumen sejarah, tidak sedikit gedung-gedung yang berdiri dan beroperasi saat ini yang ternyata dulunya pernah menjadi pusat pengendali gerakan ZionisYahudi di Indonesia. Satu di antaranya adalah gedung induk yang saat ini dipakai pemerintah untuk kantor Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) di Jalan Taman Suropati, Menteng, Jakarta Pusat. Dalam buku “Menteng Kota Taman Pertama di Indonesia” karangan Adolf Hueken SJ, disebutkan, awalnya gedung yang kini berperan penting merencanakan pembangunan Indonesia itu adalah bekas loge-gebouw, tempat pertemuan
Efantino Febriana
89 para vrijmetselaar (kaum Freemason). Loge-gebouw atau rumah loji sendiri adalah sebuah sinagoga, tempat peribadatan kaum Yahudi. Dulu, kaum Yahudi memakainya untuk tempat “sembahyang” atau “mengheningkan cipta” kepada Tuhan. Karena tempat itu sering dipergunakan untuk memanggil-manggil roh halus, maka masyarakat Indonesia sering menyebut loge atau loji sebagai rumah setan. Sementara Vrijmetselarij adalah organisasi bentukan Zionis-Yahudi di Indonesia (Dulu Hindia Belanda). Ridwan Saidi dalam bukunya “Fakta dan Data Yahudi di Indonesia” menuliskan bahwa pimpinan Vrjmetselarij di Hindia Belanda sekaligus adalah ketua loge. Vrijmetselarij bukanlah organisasi yang berdiri sendiri. Ia merupakan bentukan dari organisasi Freemasonr, sebuah gerakan Zionis-Yahudi internasional yang berkedudukan di London, Inggris. Pada tahun 1717, para emigran Yahudi yang terlempar ke London, Inggris, mendirikan sebuah gerakan Zionis yang diberi nama Freemasonr. Organisasi inilah yang kini mengendalikan gerakan Zionis-Yahudi di seluruh Kartini Mati Dibunuh
90 dunia. Bandingkan lambang Freemason (di sisi kiri) dengan lambang VOC (di sisi kanan) yang memiliki kemiripan. Dalam kenyataannya, gerakan rahasia ZionisYahudi ini selalu bekerja menghancurkan kesejahteraan manusia, merusak kehidupan politik, ekonomi dan sosial negara-negara yang di tempatinya. Mereka ingin menjadi kaum yang menguasai dunia dengan cara merusak bangsa lain, khususnya kaum Muslimin. Mereka sangat berpegang teguh pada cita-cita. Tujuan akhir dari gerakan rahasia Zionis-Yahudi ini, salah satunya, adalah mengembalikan bangunan Haikal Sulaiman yang terletak di Masjidil Aqsha, daerah Al-Quds yang sekarang dijajah Israel. Target lainnya, mendirikan sebuah pemerintahan Zionis internasional di Palestina, seperti terekam dari hasil pertemuan para rabbi Yahudi di Basel, Switzerland. Seperti disinggung di atas, gedung Bappenas memiliki sejarah kuat dengan gerakan ZionisYahudi. Tentu, bukan suatu kebetulan, jika lembaga donor dunia seperti International Monetary Fund (IMF) yang dikuasai orang-orang Efantino Febriana
91 Yahudi sangat berkepentingan dan menginginkan kebijakan yang merencanakan pembangunan di Indonesia selaras dengan program mereka. Satu per satu bukti kuatnya jejak Zionis-Yahudi di Indonesia bermunculan. Jejak mereka juga tampak di sepanjang Jalan Medan Merdeka Barat dengan berbagai gedung pencakar langitnya. Menurut Ridwan Saidi, semasa kolonial Belanda, Jalan Medan Merdeka Barat bernama Jalan Blavatsky Boulevard. Nama Blavatsky Boulevard sendiri tentu ada asal-usulnya. Pemerintah kolonial Belanda mengambil nama Blavatsky Boulevard dari nama Helena Blavatsky, seorang tokoh Zionis-Yahudi asal Rusia yang giat mendukung gerakan Freemason.” (muslim in suffer) Di Semarang juga didirikan loji oleh para anggota Freemason, yaitu loji La Constante et Fidele. Wilayah ini dianggap penting karena merupakan pusat pedagangan di Jawa bagian tengah. Kegiatan Freemason di Semarang dimulai pada tahun 1798. Para anggota Freemason yang berada di Semarang mempunyai profesi yang beraneka ragam, mulai dari residen, pegawai pengadilan, tentara, pengusaha, dokter. Anggota mereka memang tidak Kartini Mati Dibunuh
92 banyak, tetapi mereka mampu mewarnai kehidupan di Semarang dan sekitarnya. Selain di Semarang, anggota Freemason juga mendirikan loji-loji di berbagai daerah. Di Banda Aceh mereka mendirikan loji Prins Freederik, Loji Mata Hari di Padang, Loji Deli di Medan, Loji Persahabatan di Surabaya, Loji Arbeid Adelt di Makassar, serta loji di Yogyakarta dan Palembang. Loji terakhir yang didirikan sebelum tahun 1890 di Jawa adalah Loji “Veritas” di Probolinggo Jawa Timur. Adanya loji-loji tersebut menandakan bahwa sedari awal pengaruh Freemason sudah menyebar di wilayah Indonesia. Keanggotaan mereka yang solid membuat organisasi mereka bisa cepat menyebar dan memberikan pengaruh. Daerah yang mereka pilih untuk penyebaran adalah daerah-daerah yang strategis dan rata-rata merupakan pusat pedagangan dan pemerintahan kolonial Belanda. Berikut ini loji-loji Freemason yang pernah berdiri di wilayah Indonesia: 1. Loge La Choisie di Batavia (1764-1766) 2. Loge La Fidele Sincerite (1767) 3. Loge La Virtuese (1769) 4. Loge La Constante et Fidele (1801) di Semarang 5. Loge De Vriendschap (1809) di Surabaya
Efantino Febriana
93 6. Loge De Ster in Het Oosten (Loji Bintang Timur) di Batavia (1837) 7. Loge Matahari di Padang (1858) 8. Loge Princes Frederik der Nederlanden di Rembang (1871) 9. Loge L Union Frederic Royal di Surakarta (1872) 10. Loge Prins Frederik di Kota Raja Aceh pada tahun 1880 11. Loge Veritas di Probolinggo 12. Loge Arbeid Adelt di Makassar (1888) 13. Loge Excelsior di Bogor (1891) 14. Loge Tidar di Magelang (1891) 15. Loge St. Jan di Bandung (1896) 16. Loge Fraternitas di Salatiga (1896) 17. Loge Humanitas di Tegal (1898) 18. Loge Malang (1901) 19. Loge Blitar (1906) 20. Loge Kediri (1918) 21. Loge Het Zuinderkruis (Rasi Pari) di Batavia (1918) 22. Loge De Broerderketen (Segitiga) di Jember (1926) Selain pendirian loji, para Freemason ini juga mendirikan sekolah-sekolah dan kesempatan belajar keluar negeri, berikut kita dapat kutip dari keterangan Dr. Th. Steven: “Kaum Mason Bebas tidak hanya mendirikan sekolahKartini Mati Dibunuh
94 sekolah untuk kaum Indo yang miskin, tetapi juga memberi kesempatan kepada kaum muda Jawa yang berbakat untuk mengembangkan diri lebih lanjut melalui pendidikan di Eropa”.29 Adapun tahun-tahun pendirian sekolah-sekolah Fremason tersebut adalah sebagai berikut: • 1875 di Semarang • • • • • • • • • •
1879 di Batavia 1885 di Yogyakarta, dua sekolah 1887 di Surakarta dan Magelang 1888 di Buitenzorg (Bogor) 1889 di Padang dan Probolinggo 1892 di Semarang, sekolah kedua 1897 di Tegal 1898 di Bandung dan Manado 1899 di Aceh 1900 di Malang
• • • •
1903 di Malang, sekolah kedua 1905 di Bandung, sekolah kedua 1907 di Blitar 1908 di Surabaya
• 1900 di Padang, Magelang (sekolah kedua) dan Medan, Makssar, Kediri Tarekat Mason Bebas dan Masyarakat di Hindia Belanda dan Indonesia 1764-1962, hal. 47 29
Efantino Febriana
95 • 1926 di Malang, sekolah ketiga
Anggota-anggota Freemason dari Kalangan Pribumi Kegiatan anggota Freemason memang sulit dideteksi karena bergerak di bawah tanah. Yang bisa dilihat kemudian adalah pengaruh mereka pada pembesarpembesar pribumi. Ajaran Freemason yang sinkritis— menggabungkan berbagai ajaran agama dan kepercayaan— mudah diterima oleh para pembesar pribumi yang ratarata juga penganut sinkritisme. Sementara itu, guna mengaet pemeluk Islam, Freemason ini tak lupa juga menyisipkan ritual-ritual Islam di dalam daktrin-doktirnya: “Situasi yang baru sama sekali tercipta ketika muncul anggota-anggota Indonesia (dan Tionghoa) di loge-loge. Pakaian tradisional dari kalangan elit Jawa, penggunaan Al Quran sebagai Kitab Suci pada pertemuan-pertemuan formal di Rumah Pemujaan…memberikan wajah baru kepada kegiatan-kegiatan loge.”30 Di antara pembesar-pembesar pribumi yang menjadi anggota Freemason antara lain Pangeran Ario Notodirodjo. Dia masuk keanggotaan Freemason loji Mataram pada tahun 1887. Setelah aktif menjadi anggota
30
Ibid, hal. 28 Kartini Mati Dibunuh
96 Freemason dia aktif menyusup ke organisasi Islam, Sarekat Islam Cabang Yogya. Pembesar lain yang menjadi anggota Freemason adalah Bupati Karanganyar, Raden Adipati Tirto Koesoemo. Dia masuk anggota Freemason loji Mataram pada tahun 1895. Tokoh ini kemudian menjadi ketua pertama Boedi Oetomo. Anggota Freemason dari kalangan pribumi lainnya adalah Raden Mas Toemenggoen Ario Koesoemo Yoedho, putra Paku Alam V. Dia menjadi anggota Loji Mataram. Dari kalangan pergerakan terdapan nama Dr. Radjiman Wediodingingrat. Dia pernah menjabat ketua Badan Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Dari kalangan polisi terdapat nama Raden Said Soekanto Tjokrodiatmodjo. Pada tahun 1952 ia bergabung dengan loji Indonesia Purwo Daksima. Sebagai polisi dia pernah menjabat Kepala Kepolisian RI. Sedangkan jabatan tertinggi di Freemason adalah Suhu Agung (Ketua Umum) dari Federasi Mason di Indonesia. Fakta dia atas menunjukkan kalau pengaruh Freemason semakin meluas. Mereka sudah mampu merekrut orang-orang pribumi yang mempunyai kedudukan penting dalam menentukan arah gerakan di Indonesia. Inilah yang mungkin tidak kita sadari selama ini bahwa ternyata arah gerakan di Indonesia untuk menggapai kemerdekaan sedikit banyak dipengaruhi
Efantino Febriana
97 pemikiran Freemason. Berikut ini orang-orang Indonesia yang menjadi anggota Freemason sebelum era kemerdekaan:31 1. Raden Saleh dilantik pada tahun 1836 di loge Den Haag “Endracht Maakt Macht”. 2. Abdul Rachman, keturunan dari Sultan Pontianak, dilantik tahun 1844 di Loge di Surabaya “De Vriendschap” dan Gedenkboek tahun 1917 terdapat keterangan bahwa dia adalah Mason pertama yang beragama Islam. 3. Pangeran Ario Soeryodilogo (1835-1900) menjadi anggota loge Mataram di Yogyakarta. 4. Pangeran Ario Notokusuma (Paku Alam VI). 5. Pangeran Arionotodirojo (1858-1917). Masuk keanggotaan loge Mataram pada tahun 1887 dan memegang berbagai jabatan kepengurusan. Ia ketua Boedi Oetomo antara tahun 1911-1914. Pada tahun 1913 ia mendirikan Sarekat Islam Cabang Yogya yang banyak beranggotakan elit Jawa. Notodirojo seorang yang disegani dan dianggap sebagai penggerak rakyat Jawa. 6. R.M. Adipati Ario Poerbo Hadiningrat, yang pada awal abad ke-20 memangku jabatan bupati Semarang dan Salatiga. Bukunya yang terkenal adalah Wat ik
31
Ibid Kartini Mati Dibunuh
98 als Javaan voor geest en gemoed in de Vrijmetselarij heb gevonden. 7. Raden Adipati Tirto Koesoemo, Bupati Karanganyar. Anggota Loge Mataram sejak tahun 1895. Ketua pertama Boedi Oetomo. Pada kongres ke dua Boedi Oetomo, yang diadakan di gedung Loge Mataram, ia mengusulkan pemakaian Bahasa Melayu, mendahului Sumpah Pemuda. 8. A.H. van Ophusyen S.H. (1883-1956). Notaries dan anggota Dewan kota Batavia. Salah seorang pendiri dari indo Europees Verbond-Ikatan Indo Eropa. Wakil Suhu Agung untuk Indonesia. 9. Raden Mas Toemenggoen Ario Koesoemo Yoedha, 1882-1955, putra dari Pakoe Alam V. Menjadi anggota loge Mataram pada tahun 1909 dan berkali-kali memegang jabatan kepengurusan. Pada tahun 1930 menjadi Anggota Pengurus Pusat. 10. Dr. Radjiman Wediodipoera (Wediodiningrat), 18791952. Antara tahun 1906 dan 1936 dokter pada keratin Solo. Sarjana dan penulis mengenai falsafah budaya. Pejabat ketua Boedi Oetomo 1914-1915. Pada tahun 1945 memaainkan peranan penting sebagai ketua dari Badan Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Bersama Soekarno dan Hatta pergi menemui Marsekal Terauchi dalam pembicaraan kemerdekaan Indonesia.
Efantino Febriana
99 11. Raden Said Soekanto Tjokrodiatmodjo, Bogor, 1908. Tahun 1952 menjadi anggota dari loge Indonesia Purwo Daksia. Ia menjabat sebaia Kepala kepolisian RI . Soekanto menjadi Suhu Agung dari Timur Agung Indonesia atau Federasi Nasional Mason. Ia juga menjabat sebagai ketua dari Yayasan Raden Saleh yang merupakan penerusan dari Carpentier Alting Stiching. 12. R.A.S Soemitro Kolopaking Poerbonegoro, menjadi Ketua Suhu Agung dari Timur Agung Indonesia pada 7 April 1955 (Hari berdirinya Tarekat Mason Indonesia). 13. R.A. Pandji Tjokronegoro, terdaftar sebagai anggota pada tahun 1908, hal ini dikuatkan dengan bukti dia merayakan Yubelium Mason Bebas pada 50 tahunnya Mason Bebas. Tokoh penting lain yang menjadi anggota Freemason adalah Soeharto. Soeharto pernah menjabat sebagai Panglima Divisi Diponegoro (Jawa Tengah). Sewaktu di Jawa Tengah inilah Soeharto menjalin hubungan dengan Liem Sioe Liong—salah satu agen Freemason di Indonesia.
Kartini dan Freemason Penyebaran ajaran Teosofi lumayan luasnya, dan memasuki pelbagai lapisan masyarakat. Ajaran Teosofi ini
Kartini Mati Dibunuh
100 tidak bisa dilepaskan dari pengaruh Fremason. Dalam perkembangannya, banyak pemeluk Islam, Kristen, dan Hindu yang terjaring. Juga orang Cina penganut Konghucu, dan mereka yang menganut Kejawen. Kaum Teosofi amat agresif dalam mencari pengikut terutama dari kalangan muda terpelajar dan berbakat. Mereka juga memasuki golongan priyayi. Barangkali cukup menarik untuk dikaji pikiranpikiran RA Kartini tentang agama sebagaimana tertulis dalam surat-suratnya kepada kenalan-kenalannya di negeri Belanda. “Tahun-tahun datang dan mereka kemudian pergi … Kami bernama orang-orang Islam karena kami keturunan orang Islam, dan kami adalah orang-orang Islam hanya pada sebutan belaka, tidak lebih. Tuhan, Allah, bagi kami adalah seruan, adalah seruan, adalah bunyi tanpa makna. Demikianlah kami hidup terus sampai terbitlah matahari yang akan mendatangkan pergulingan di dalam kehidupan rohani kami.” (Surat 15 Agustus 1902 kepada E.C. Abendanon) “In ‘t kort, zendingsarbeid – doch zonder doop, ringkasnya, beramal tanpa baptis. Agama yang sesungguhnya adalah kebatinan, dan agama itu bisa dipeluk baik sebagai Nasrani maupun Islam,
Efantino Febriana
101 dan lain-lain. (Surat 31 Januari 1903). Selalu menurut paham dan pengertian kami, inti segala agama adalah kebajikan, yang membuat setiap agama menjadi baik dan indah. Tapi, duh: Orangorang ini, apakah yang telah kalian buat atasnya. Agama adalah dimaksudkan sebagai karunia, untuk membentuk antara sesama makhluk Tuhan, cokelat atau putih, dari kedudukan, jenis, kepercayaan apa pun, semua kita adalah anak-anak dari satu Bapak, dari satu Tuhan! “Tak ada Tuhan lain kecuali Allah! Kata kami orang-orang Islam, dan bersama kami juga semua orang beriman, kaum monoteis, Allah adalah Tuhan, pencipta sekalian alam. Anak dari satu Bapak, dasar segala agama dara dan saudari jadinya, harus saling cinta mencinta, artinya tunjang-menunjang, bertolong-tolongan. Tolong menolong dan tunjang menunjang, cinta mencinta, itulah nada dasar segala agama, (Surat 21 Juli 1902 kepada Ny. Van Kol). Hanya ada satu kemauan, yang boleh dan harus kita punya: kemauan untuk mengabdi kepadanya yakni Kebajikan.” (Surat Oktober 1900 kepada Ny. M.C.E. Ovink Soer) Dari kutipan surat-surat Kartini tersebut kita
Kartini Mati Dibunuh
102 menjumpai persamaan pendiriannya dengan Labberton. Labberton mengatakan, sifat agama-agama adalah sama, yaitu cinta pada sesama. Sedangkan Kartini menggunakan istilah “nada dasar” agama-agama adalah sama yaitu cinta kepada sesama dan tolong-menolong. Lagi-lagi keduanya melihat agama dalam dimensi tunggal, yaitu hubungan antara manusia dengan manusia saja. Keduanya mengabaikan dimensi lain ajaran agama yaitu hubungan antara manusia dengan Allah (Hablum minallah). Apa yang diistilahkan oleh Labberton dengan “syariat agama yang dikeras-keraskan”, maksudnya adalah jangan sampai terjadi syariat diperkuat. Karena seorang pakar bernama Daniel Lev, yang juga Yahudi, pernah mengatakan bahwa selagi masih ada orang yang menjalankan syariat Islam, maka Islam dan hukumnya akan tetap eksis. Itulah sebabnya kita sering mendengar tentang ucapan yang nadanya mencela sikap fanatisme beragama. Padahal ikut perkumpulan sepakbola saja mesti fanatik, apalagi menjadi penganut agama. Kaum Teosofi dengan pelbagai kedok dan aktivitasnya mencoba untuk menembus dinding fanatisme agama. Dan sejauh itu mereka tidak pernah berputus asa. Pelbagai cara ditempuh termasuk menggarap keluarga muda yang potensial. Kartini menjadi sasaran garapan mereka. Setelah gagal mengajak Kartini sekolah ke negeri
Efantino Febriana
103 Belanda, maka ke dalam kehidupan Kartini dimasukkan seorang gadis kader Zionis bernama Josephine Hartsteen. Hartsteen adalah nama keluarga Yahudi. Josephine meninggal dunia dalam usia muda.
Kartini Mati Dibunuh
PERGOLAKAN PEMIKIRAN KARTINI
Persoalan Poligami Poligami yang memungkinkan seorang lelaki secara sah bisa memiliki istri lebih dari seorang. Hal ini merupakan hal yang wajar dalam adat istiadat Jawa, khususnya untuk para bangsawan. Kebiasaan dan adat istiadat yang hidup di kalangan masyarakat Jawa, memang menempatkan kedudukan perempuan tidak sama dengan kaum lelaki. Perempuan tidak sepantasnya mengerjakan hal-hal yang dikerjakan oleh lelaki. Kedudukan yang dianggap cocok untuk perempuan adalah pemelihara kehidupan rumah tangga. Kartini melihat kenyataan yang timpang dan tidak adil tersebut dengan kegeraman. Kartini tahu benar sakit dan perihnya poligami karena ibundanya sendiri adalah korban poligami. Ia yakin, tak ada satu pun perempuan yang mau disakiti dengan poligami. Masalahnya, membenci dan mencerca poligami berarti ia juga harus berhadapan
106 dengan bapaknya, pelaku langsung poligami. Bagaimana bisa Kartini membenci orang yang paling ia kasihi?32 “Aku tidak akan pernah bisa mencintai.Bagiku, untuk mencintai, pertama kali kita harus bisa menghargai pasangan kita. Dan itu tidak ku dapatkan dari seorang pemuda Jawa. Bagaimana aku bisa menghargai seorang lelaki yang sudah menikah dan sudah menjadi seorang ayah hanya karena ia sudah bosan dengan yang lama, dapat membawa perempuan lain ke rumah dan mengawininya? Ini sah menurut hukum Islam. Ini bukan kesalahan, tindak kejahatan ataupun skandal. Hukum Islam mengizinkan laki-laki beristri empat sekaligus. Meski banyak orang mengatakan ini bukan dosa, tetapi aku, selama-lamanya akan tetap menganggap ini sebagai sebuah dosa.”(surat Kartini kepada Stella, 6 November 1899) Kartini mengemukakan persoalan poligami sebagai pemberontakan. Ia mengatahui bahwa adat istiadat semacam ini apabila ditoleransi, akan menimbulkan ketidakadilan yang lain seperti kawin paksa. Perlawanan Kartini terhadap praktek poligami di kalangan bangsawan Jawa pada akhirnya membawa pada kesadaran bahwa ia sendiri sudah selalu hidup dalam bayang musuhmusuh besar yang dilawannya. Ia sadar bahwa ia sedang berhadapan dengan lawan yang amat bengis dan kuat yang didukung adat istiadat, bahkan juga dibenarkan oleh
32
blogger-pesta.blogspot.com/.../selamat-hari-poligami.html
Efantino Febriana
107 ajaran-ajaran agama pada waktu itu. Sudah sewajarnya apabila Kartini takut dan was-was: “Saya putus asa, dengan rasa pedih perih saya puntirpuntir tangan saya jadi satu. Sebagai manusia, saya merasa seorang diri tidak mampu melawan kejahatan berukuran raksasa itu dan yang paling aduh, alangkah kejamnya! Dilindungi oleh ajaran Islam dan dihidupi oleh kebodohan perempuan: korbannya aduh, saya pikir mungkin pada suatu ketika nasib menimpakan kepada saya suatu siksaan yang kejam yang bernama poligami itu. “Saya tidak mau” mulutku menjerit, hatiku menggemakan jeritan itu ribuan kali (surat tertanggal Agustus 1902 kepada Nyonya Abendanon). Dugaan Kartini ternyata benar. Beberapa tahun kemudiania harus menikah dengan seseorang yang bukan pilihannya. Lagi pula, lelaki itu sudah memiliki tiga orang istris dan tujuh orang anak. Anak yang tertua hanya berbeda delapan tahun dengan Kartini. Pernikahan dengan Bupati Rembang, Djojoadiningrat tak dapat dihindari dan dilangsungkan pada 8 November 1903. Mengenai perkawinannya, Kartini merasakan itu sebagai kehinaan yang memalukan. Mahkota di kepalanya telah direnggut dan jatuh berantakan di pasir. Kartini merasa bahwa dirinya kini hanyalah seorang dari ribuan korban perempuan Jawa yang hendak ditolongnya. Perlawanan Kartini menemui jalan buntu, bahkan menelan korban
Kartini Mati Dibunuh
108 baru yakni dirinya sendiri. Sesudah pernikahan, ia segera diboyong ke Rembang dan menjadi Raden Ayu di Kabupaten Rembang. Kartini tidak memberontak lagi, tidak menjeritkan kegelisahannya terhadap nasib perempuan Jawa. Suratsurat yang ditulisnya dari Rembang bukan lagi suratsurat protes tentang kedudukan perempuan dan bukan tentang poligami. Tampaknya ia berusaha berdamai dengan keadaannya yang baru. Surat-surat Kartini ketika di Rembang adalah surat-surat yang menyatakan kebahagiaan di tengah suami, ketiga istrinya dan anakanaknya. Tetapi hal itu tidak berlangsung lama. Kartini kemudian meninggal pada 17 September 1904, empat hari setelah melahirkan anak laki-lakinya.33 Kartini merasa bahwa hati kecilnya selalu mengatakan: “Pergilah. Laksanakan cita-citamu. Kerjalah untuk hari depan. Kerjalah untuk kebahagiaan beribu-ibu orang yang tertindas dibawah hukum yang tidak adil dan pahampaham yang palsu tentang mana yang baik dan mana yang buruk. Pergi. Pergilah. Berjuanglah dan menderitalah, tetapi bekerjalah untuk kepentingan yang abadi.” [Surat Kartini kepada Ny. Van Kol, 21 Juli 1902]. TH Sumartana, Tuhan dan Agama dalam Pergulatan Batin Kartini, Jakarta: Pustaka Utama Grafiti,1993, hlm 21. 33
Efantino Febriana
109 Petikan suratnya berikut ini adalah cita-cita Kartini yang banyak salah dimengerti: “Kami di sini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak perempuan, bukan sekali-kali karena kami menginginkan anak-anak perempuan itu menjadi saingan laki-laki dalam perjuangan hidupnya. Tapi karena kami yakin akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum perempuan, agar perempuan lebih cakap melakukan kewajibannya, kewajiban yang diserahkan alam sendiri ke dalam tangannya: menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama-tama.” [Surat Kartini kepada Prof. Anton dan Nyonya, 4 Oktober 1902].
Pendidikan Rakyat dan Emansipasi Perempuan Minat Kartini pada pendidikan di kalangan masyarakat luas amatlah besar. Ia menyadari keterbelakangan mereka. Massa rakyat yang jumlahnya jutaan orang masih hidup dalam kegelapan dan kebodohan. Keterbelakangan ini amat memengaruhi kesejahteraan hidup rakyat, karena mereka tidak tahu bagaimana mengatasi masalah-masalah yang mereka hadapi seperti soal pangan, kesehatan, mengatur ekonomi rumah tangga, ataupun mendidik anak. Dalam suratnya kepada Stella pada 12 Januari 1900, Kartini banyak membicarakan keadaan rakyat yang menyedihkan disebabkan oleh suasana kolonial, khususnya para pejabatnya. Kartini Mati Dibunuh
110 Kartini merasa bahwa pemerintah kolonial setengah hati untuk menolong dan memajukan rakyat pribumi. Terhadap kecanggungan pemerintah kolonial, Kartini mengemukakan kritiknya yang pedas: “Hak adalah adil dan adil adalah adil. Maklumlah, dalam hal kemajuan dan peradaban, kami ingin sama dengan orang Eropa. Hak yang kami tuntut untuk diri kami sendiri, harus kami berikan pula kepada orang lain yang memintanya kepada kami. Merintangi kemajuan rakyat kiranya sama halnya dengan perbuatan Tsar yang mengkhotbahkan perdamaian dunia sedang ia sendiri menginjak-injak hak rakyat dengan kakinya.” Kartini berpendapat bahwa pendidikan harus dimulai dari kalangan bangsawan. Mereka adalah para birokrat yang merupakan perpanjangan tangan pemerintah. Langkah kedua adalah mendidik kaum perempuan, baik bangsawan maupun kalangan rakyat biasa. Kartini berpendapat, pendidikan yang utuh haruslah menyangkut bukan hanya otak, melainkan juga harus mendidik akhlak yang tinggi, serta budi pekerti yang baik.. yang terakhir ini menurut Kartini merupakan tugas perempuan. Dengan bersemangat, Kartini mengemukakan tugasnya: “Dan bagaimana sekarang ibu-ibu Jawa dapat mendidik anak-anaknya kalau mereka sendiri tidak terdidik?..... Kembangkanlah perempuan Jawa menurut hati dan pikirannya
Efantino Febriana
111 dan orang akan memperoleh pembantu-pembantu yang cakap untuk kerja raksasa yang indah itu, yaitu: peradaban bangsabangsa yang berjuta-juta jiwanya! Berikanlah kepada Jawa ibu-ibu yang cakap dan cerdas.”34 Pikiran-pikiran Kartini amat terang dan cita-citanya pun menjulang tinggi, ia mengarahkan perhatiannya ke Barat, namun akhirnya ia tetap di Jawa, tepatnya di Rembang. Di Rembang, sebelum seluruh tenaganya habis, dengan sisa-sisa kekuatannya, ia masih berupaya mendirikan sebuah sekolah swasta yang dikelolanya sendiri. Pada bulan Januari, Roekmini melaporkan kepada Nyonya Abendanon bahwa Kartini sudah mempunyai murid sebanyak 15 orang, diantaranya ada seorang yang sudah menikah serta dua orang anak yang berusia 5 dan 3,5 tahun yang membunyikan huruf “r” saja belum bisa. Pada bulan Februari, jumlah murid Kartini telah bertambah menjadi 20 orang.35
Kartini dan Islam Sejak lama Kartini resah sebab tidak mampu mencintai Alquran karena Alquran terlalu suci, tiada boleh diterjemahkan ke dalam bahasa manapun. Di sini tiada seorang pun tahu bahasa Arab. Orang disini 35 34
Ibid., hlm 25. Ibid., hlm 26. Kartini Mati Dibunuh
112 diajarkan membaca Alquran, tetapi yang dibacanya tiada yang ia mengerti. Demikian pengakuan dirinya tentang kebutaannya terhadap Alquran kepada Stella Zeehandelaar (18 Agustus 1899). Kartini merindukan tafsir Alquran agar dapat dipelajari. Betapa bahagianya Kartini setelah mendapat penjelasan kandungan isi Alquran, seperti digambarkannya kepada E.C Abendanon, ‘’Alangkah bebalnya, bodohnya kami, kami tiada melihat, tiada tahu, bahwa sepanjang hidup ada gunung kekayaaan di samping kami.’’ Dirasakannya ada semacam perintah Allah kepada dirinya, ‘’Barulah sekarang Allah berkehendak membuka hatimu, mengucap syukurlah!’’ Sekarang ini kami tiada mencari penghibur hati pada manusia, kami berpegang teguh teguh di tangan-Nya. Maka hari gelap gulita pun menjadi terang dan angin ribut pun menjadi sepoi-sepoi.’’ Kata habis gelap terbitlah terang selain tercetus 17 Agustus 1902 juga karena pengaruh cahaya yang menerangi lubuknya hatinya. Pada mulanya Kartini sangat kecewa dengan ajaran Islam dan adat istiadat Jawa. Keduanya dianggap sebagai penghambat kemajuan. Kritiknya terhadap tradisi Jawa tampak dalam ungkapan berikut: “Sesungguhnya adat sopan santun kami orang Jawa amatlah rumit. Adikku harus merangkak, bila hendak berlalu
Efantino Febriana
113 dihadapanku. Kalau adikku duduk di kursi, saat aku lalu, haruslah segera ia turun duduk di tanah, dengan menundukkan kepala, sampai aku tidak kelihatan lagi. Adik-adikku tidak boleh ber-kamu dan ber-engkau kepadaku. Mereka hanya boleh menegur aku dengan bahasa kromo inggil. Tiap kalimat yang diucapkan haruslah selalu diakhiri dengan sembah… ”(Surat Kartini kepada Stella, 18 Agustus 1899). Sementara terhadap ajaran Islam, agama yang dipegang dengan teguh, Kartini pernah mengalami pengalaman yang tidak menyenangkan dengan guru ngajinya. Kepada Stella, ia menulis: “Mengenai agamaku Islam, Stella, aku harus menceritakan apa? Agama Islam melarang umatnya mendiskusikan dengan umat lain. Lagi pula sebenarnya agamaku Islam karena nenek moyangku Islam. Bagaimana aku dapat mencintai agamaku, kalau aku tidak mengerti, tidak boleh memahaminya? Alquran terlalu suci, tidak boleh diterjemahkan ke dalam bahasa apapun. Di sini tidak ada orang yang mengerti bahasa Arab. Di sini orang diajar membaca Alquran tetapi tidak mengerti apa yang dibacanya. Kupikir pekerjaan gilakah, orang diajar membaca tetapi tidak diajar makna yang dibacanya.” (Surat Kartini kepada Stella, 6 November, 1890). Kekecewaan Kartini semakin berkepanjangan kepada Islam lantaran guru-guru mengajinya yang tidak
Kartini Mati Dibunuh
114 mampu menjelaskan hakikat Islam. Alquran tidak lebih hafalan-hafalan yang tidak dimengerti maksudnya. Kepada Abendanon, ia pernah menulis: “Dan waktu itu aku tidak mau lagi melakukan halhal yang aku tidak tahu apa perlunya dan manfaatnya. Aku tidak mau lagi membaca Alquran, belajar menghafalkan perumpamaan-perumpamaan dengan bahasa asing yang tidak aku mengerti artinya. Katakanlah kepadaku apa artinya, nanti aku akan memelajari apa saja. Aku berdosa, kitab yang mulia itu terlalu suci sehingga kami tidak boleh mengerti apa artinya.” (Kepada EE. Abendanon, 15 Agustus 1902). Sampai kemudian Kartini bertemu dengan K.H. Muhammad Sholeh bin Umar, seorang ulama besar dari Darat, Semarang Lewat Kyai ini, Kartini terbuka pikirannya dan meminta diajarkan agama dengan mempelajari Alquran dengan cara yang dapat ia mengerti. Kemudian Kyai Sholeh Darat memberikan Alruran yang diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa pada hari pernikahannya (Faizhur Rohman Fit Tafsiril Qur’an) jilid I yang terdiri dari 13 juz, mulai dari surat AlFatihah sampai dengan surat Ibrahim. Mulailah saat itu, Kartini memelajari Islam dalam arti yang sesungguhnya. Namun tidak berlangsung lama, karena Kyai Sholeh Darat meninggal dunia sebelum ia menyelesaikan terjemahan Alquran tersebut.
Efantino Febriana
115 ”Bagaimana pendapatmu tentang Zending, jika bermaksud berbuat baik kepada rakyat Jawa semata-mata atas dasar cinta kasih, bukan dalam rangka Kristenisasi?. Bagi orang Islam, melepaskan keyakinan sendiri memeluk agama lain, merupakan dosa yang sebesar-besarnya” (ditujukan kepada Abendanon, 31 Januari 1903).”Kesusahan kami hanya dapat kami keluhkan kepada Allah, tidak ada yang dapat membantu kami dan hanya Dialah yang dapat menyembuhkannya” (Ditujukan kepada Abendanon, 1 Agustus 1903). ”Ingin benar, saya menggunakan gelar tertinggi, yaitu: hamba Allah (Abdullah).” (ditujukan kepada Nyonya Abendanon, 1 Agustus 1903). Kartini rupanya dengan kepekaan yang amat besar, hendak mempertahankan harmoni dari suasana kehidupan masyarakat Jawa. Timbulnya persaingan antaragama yang memecah-mecah masyarakat dalam blok-blok agama sangat ia khawatirkan. Untuk mencegah ketegangan dan konflik antaragama, ia mengusulkan agar zending mewartakan suatu pesan keagamaan yang bisa diterima oleh kalangan rakyat Jawa yaitu tentang Tuhan sebagai Bapa yang pengasih dan penyanyang: “Jika orang hendak mengajarkan agama, juga kepada orang Jawa, ajarlah ia mengenal Tuhan Yang Esa, mengenal Bapa pengasih dan penyanyang, Bapa semua makhluk, Bapa seorang Kristen, orang Islam, orang Budha, Yahudi dan lain-
Kartini Mati Dibunuh
116 lain. Ajarkanlah agama yang sebenarnya yaitu agama yang melekat di rohani, sehingga orang dapat memeluk agama itu, baik sebagai orang Kristen maupun sebagai orang Islam dan lain-lain.” Kartini menggambarkan bahwa ada hubungan yang dekat dan intim antara dirinya dengan Tuhannya. Sebab itu ketika Nyonya van Kol mengintroduksi ungkapan “Tuhan sebagai Bapa” Kartini segera menyambutnya dengan semangat. Dari Nyonya van Kol pula Kartini mulai belajar membaca Bibel dan mengerti sebagian dari prinsip teologis ajaran Kristen. Kartini bahkan mengambil beberapa kata di Bibel dalam suratnya kepada sahabatnya. Persinggungannya dengan ajaran Kristen dimulai ketika Kartini memasuki gereja di Desa Kedung Penjalin sekaligus menyaksikan kebaktian di gereja tersebut. Pada saat Kartini mempelajari Alquran melalui terjemahan berbahasa Jawa, Kartini menemukan dalam surat Al-Baqarah: 257, Firman Allah SWT yang artinya: ”Allah Pemimpin orang-orang yang beriman. Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya. Dan orang-orang kafir pemimpin-pemimpin mereka ialah Thaghut, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan. Mereka itu adalah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya”. Maknanya: bahwa Allah lah yang telah membimbing orang-orang yang beriman
Efantino Febriana
117 dari kegelapan kepada cahaya. Kartini sangat terkesan dengan ayat ini, karena ia merasakan secara langsung proses perubahan dirinya sendiri, dari pemikiran jahiliyyah kepada pemikiran hidayah. Dalam banyak suratnya sebelum wafat, Kartini banyak mengulang kata-kata “Dari Gelap Kepada Cahaya,” yang ditulis dalam bahasa Belanda dengan Door Duisternis tot Licht. Kemudian maknaini bergeser tatkala Armijn Pane menerjemahkan kata Door Duisternis tot Licht dengan kalimat ”Habis Gelap Terbitlah Terang.” Kalimat ini sedikit demi sedikit telah menghilangkan makna yang dalam, karena diambil Kartini dari pemahamannya akan ayat Alquran, menjadi sesuatu yang puitis namun tidak memilik arti ruhiyyah. Andai saja Kartini sempat mempelajari keseluruhan ajaran Islam, maka tidak mustahil jika ia akan menerapkan semaksimal mungkin semua kandungan ajarannya. Kartini sangat berani untuk berbeda dengan dengan tradisi adatnya yang terlanjur mapan (comfort zone). Kartini juga memiliki modal ketaatan yang tinggi terhadap ajaran Islam. Pada mulanya beliau adalah sosok paling keras menetang ajaran Islam, tetapi setelah mengenalnya ia mau menerimanya.
Kartini Mati Dibunuh
118 Hakikat Perjuangan Kartini Kartini tidak pernah mengajarkan emansipasi perempuan yang didefinisikan sebagai perempuan harus keluar berkarier menjadi pesaing para pria di berbagai lapangan kehidupan, untuk kemudian membiarkan anakanak dan rumah-tangganya terbengkelai: “Kami di sini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan bagi anak-anak perempuan, bukan sekali-kali karena kami menginginkan anak-anak perempuan itu menjadi saingan laki-laki dalam perjuangan hidupnya. Tapi karena kami yakin akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum perempuan, agar perempuan lebih cakap melakukan kewajibannya, kewajiban yang diserahkan alam sendiri ke dalam tangannya: menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama-tama.” (Kepada Prof. Anton dan Nyonya, 4 Oktober 1902). Memang banyak anggapan yang menghinakan perempuan. Ada yang menganggap perempuan itu manusia kelas dua, sehingga tidak diberi kesempatan mengenyam pendidikan dan pengajaran. Wajar jika Kartini mengangkat hal itu untuk diperhatikan. Akan tetapi, bukan persamaan dalam segala hal antara lelaki dan perempuan – emansipasi, kata orang – yang dituntut Kartini. Lihatlah ungkapannya yang sangat jelas: “Bukan sekali-kali karena kami menginginkan anak-
Efantino Febriana
119 anak perempuan itu menjadi saingan lelaki dalam perjuangan hidupnya, tetapi, …agar perempuan lebih cakap melakukan kewajibannya, kewajiban yang diserahkan alam sendiri ke dalam tanggannya: menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama-tama.”
Kartini Mati Dibunuh
Misteri Kematian Kartini
Kematian Kartini sampai sekarang mengandung banyak pertanyaan. Ketika Kartini mengandung sampai ia melahirkan, ia tampak sehat-sehat saja. Bahkan ketika ia mengandung, ia tetap memberi pelajaran kepada anak didiknya. Ketika Kartini mau melahirkan, yang menolongnya adalah dokter terkenal dari Belanda yang bernama Dr van Ravesteyn. Sampai empat hari pasca melahirkan Kartini baik-baik saja. Ia pun tetap berbicara dengan lancar pasca melahirkan. Empat hari kemudian, Dr. van Ravestyan berkunjung ke Rembang untuk menengok keadaan Kartini. Selama kunjungannya, Dr. van Ravestyan sama sekali tidak mengkhawatirkan Kartini. Ketika Dr. van Ravestyan akan pulang, Kartini bersama Dr. van Ravesteyn meminum anggur sebagai tanda perpisahan. Tak lama setelah meminum anggur, Kartini mulai merasakan sakit di perutnya. Setengah jam kemudian, Kartini hilang kesadarannya. Dokter van Ravestyan kemudian dipanggil
122 lagi untuk memeriksa Kartini. Tidak ada otopsi mengenai kematiannya karena Kartini langsung dikuburkan keesokan harinya. Dokter van Ravestyan tidak bisa menolong nyawa pemikir perempuan Indonesia yang pertama ini. Apakah kematian ini berhubungan dengan pembunuhan? Racun? Guna-guna? Tentang hal ini, keponakan Kartini, Soetijoso Tjondronegoro berpendapat: “Bahwa Ibu Kartini sesudah melahirkan puteranya, wafatnya banyak didesas-desuskan, itu mungkin karena intrik dalam kabupaten. Tetapi desas-desus itu tidak dapat dibuktikan. Dari pihak keluarga juga tidak mencari-cari ke arah itu, melainkan menerima keadaan sebagaimana faktanva dan sesudah dikehendaki oleh Yang Mahakuasa.” Semuanya akhirnya berkesimpulan, menurut bahasa elite waktu itu: Laat de doden met rust (biarkan yang meninggal jangan diganggu).36 Kematiannya yang sangat cepat dan mengejutkan banyak pihak tentu menimbulkan praduga bagi banyak pihak. Abendanon yang sudah menganggap Kartini sebagai anaknya sendiri sangat terkejut mendengar berita kematiannya. Namun para petinggi Kabupaten Rambang tidak berinisiatif melakukan penyelidikan atas kematian majalah.tempointeraktif.com/id/email/.../mbm.19780513. BK71718.id.html 36
Efantino Febriana
123 Kartini. Sangat mungkin tindakan ini dilakukan oleh orang dalam keluarga Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, suaminya. Hal ini dimungkinkan karena keluarga suaminya beserta istri-istrinya tidak menyukai gagasan Kartini untuk memberi pelajaran bagi kaum perempuan. Kartini dianggap merupakan ancaman bagi suasana feodal yang ada di Kabupaten Rembang. Apalagi suaminya ternyata tidak mengekang Kartini, bahkan mendukung gagasan Kartini dengan menyediakan sarana bagi sekolah yang didirikan Kartini. Oleh karena itu, sangat mungkin ada konspirasi dalam keluarga suaminya untuk membunuh Kartini. Apalagi suaminya begitu “patuh” pada istri barunya ini. Dari fakta-fakta yang ada, jelas bahwa Kartini mulai sakit setelah ia minum anggur dan bukan ketika ia melahirkan. Oleh karena itu, kematiannya jelas karena direncanakan. Setelah dinyatakan meninggal, juga tidak ada otopsi atau pemeriksaan terhadap jenazahnya. Selain itu, tidak ada pemeriksaan terhadap siapa yang menyediakan anggur untuk Kartini. Keluarga suaminya seolah-olah mengiklaskan kematiannya. Padahal, jika ia hidup lebih lama lagi, maka akan banyak perubahan di Kabupaten Remang akibat tindakannya.
Kartini Mati Dibunuh
124 Ada cerita unik mengenai kematian Kartini. Menurut Keponakan Kartini, Soetijoso Tjondronegoro, ayahnya waktu itu ia masih menjabat wedono di Bangsri. Ketika itu ia masih berusia 5 tahun. Pada suatau malam pukul 19.30, ia sedang berdiri dengan orangtuanya di pendopo kawedanan. Sekonyong-konyong seekor cicak besar jatuh ke kepalanya. Menurut kepercayaan orang Jawa, kalau seekor cicak jatuh di atas kepala orang, maka ada isyarat bahwa anggota keluarganya yang lebih tua akan meninggal. Keesokan harinya datang kabar bahwa Kartini ternyata telah meninggal. Selain itu juga ada cerita bahwa tatkala Kartini meninggal, di seluruh Kabupaten Rembang berbau semerbak harumnya bunga melati. Melati adalah lambang kesucian. Suaminya memberitahukan kematiannya kepada Abendanon: “Dengan halus dan tenang ia menghembuskan nafasnya yang terakhir dalam pelukan saya. Lima menit sebelum hilangnya, pikirannya masih utuh dan sampai saat terakhir ia tetap sadar. Dalam segala gagasan dan usahanya ia adalah lambang cinta dan pandangannya dalam hidup sedemikian luasnya sehingga tak ada di antara saudara-saudara perempuan yang dapat menyamainya. Jenazahnya saya tanam keesokan harinya di halaman pensanggrahan kami di Bulu, 19 pal dari kota.”
Efantino Febriana
125 Berkat kegigihannya Kartini, kemudian didirikan Sekolah Perempuan oleh Yayasan Kartini di Semarang pada 1912, dan kemudian di Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan daerah lainnya. Nama sekolah tersebut adalah “Sekolah Kartini”. Yayasan Kartini ini didirikan oleh keluarga Van Deventer, seorang tokoh Politik Etis. Presiden Soekarno mengeluarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No.108 Tahun 1964, tanggal 2 Mei 1964, yang menetapkan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional sekaligus menetapkan hari lahir Kartini, tanggal 21 April, untuk diperingati setiap tahun sebagai hari besar yang kemudian dikenal sebagai Hari Kartini. Setelah Kartini wafat, Mr. J.H. Abendanon mengumpulkan dan membukukan surat-surat yang pernah dikirimkan R.A Kartini pada teman-temannya di Eropa. Abendanon saat itu menjabat sebagai Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia Belanda. Buku itu diberi judul Door Duisternis tot Licht yang artinya “Dari Kegelapan Menuju Cahaya”. Buku kumpulan surat Kartini ini diterbitkan pada 1911. Buku ini dicetak sebanyak lima kali, dan pada cetakan terakhir terdapat tambahan surat Kartini. Pada tahun 1922, Balai Pustaka menerbitkannya dalam bahasa Melayu dengan judul Habis Gelap Terbitlah
Kartini Mati Dibunuh
126 Terang: Boeah Pikiran, yang merupakan terjemahan oleh Empat Saudara. Kemudian tahun 1938, keluarlah Habis Gelap Terbitlah Terang versi Armijn Pane seorang sastrawan Pujangga Baru, dengan pembagian buku menjadi lima bab pembahasan untuk menunjukkan perubahan cara berpikir Kartini sepanjang waktu korespondensinya. Versi ini sempat dicetak sebanyak sebelas kali. Dalam bahasa Inggris, surat-surat Kartini juga pernah diterjemahkan oleh Agnes L. Symmers. Selain itu, surat-surat Kartini juga pernah diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa dan Sunda. Terbitnya surat-surat Kartini, seorang perempuan pribumi, sangat menarik perhatian masyarakat Belanda, dan pemikiran-pemikiran Kartini mulai mengubah pandangan masyarakat Belanda terhadap perempuan pribumi di Jawa. Pemikiran-pemikiran Kartini yang tertuang dalam surat-suratnya juga menjadi inspirasi bagi tokoh-tokoh kebangkitan nasional Indonesia, antara lain W.R. Soepratman yang menciptakan lagu berjudul Ibu Kita Kartini. Pada surat-surat Kartini tertulis pemikiranpemikirannya tentang kondisi sosial saat itu, terutama tentang kondisi perempuan pribumi. Sebagian besar surat-suratnya berisi keluhan dan gugatan khususnya menyangkut budaya di Jawa yang dipandang sebagai penghambat kemajuan perempuan. Dia ingin perempuan
Efantino Febriana
127 memiliki kebebasan menuntut ilmu dan belajar. Kartini menulis ide dan cita-citanya, seperti tertulis: Zelfontwikkeling dan Zelf-onderricht, Zelf- vertrouwen dan Zelfwerkzaamheid dan juga Solidariteit. Semua itu atas dasar Religieusiteit, Wijsheid en Schoonheid (yaitu Ketuhanan, Kebijaksanaan dan Keindahan), ditambah dengan Humanitarianisme (peri kemanusiaan) dan Nasionalisme (cinta tanah air). Surat-surat Kartini juga berisi harapannya untuk memperoleh pertolongan dari luar. Pada perkenalan dengan Estelle “Stella” Zeehandelaar, Kartini mengungkap keinginan untuk menjadi seperti kaum muda Eropa. Ia menggambarkan penderitaan perempuan Jawa akibat kungkungan adat, yaitu tidak bisa bebas duduk di bangku sekolah, harus dipingit, dinikahkan dengan laki-laki yang tak dikenal, dan harus bersedia dimadu. Pandangan-pandangan kritis lain yang diungkapkan Kartini dalam surat-suratnya adalah kritik terhadap agamanya. Ia mempertanyakan mengapa kitab suci harus dilafalkan dan dihafalkan tanpa diwajibkan untuk dipahami. Ia mengungkapkan tentang pandangan bahwa dunia akan lebih damai jika tidak ada agama yang sering menjadi alasan manusia untuk berselisih, terpisah, dan saling menyakiti. “...Agama harus menjaga kita daripada berbuat dosa, tetapi berapa banyaknya dosa diperbuat
Kartini Mati Dibunuh
128 orang atas nama agama itu...” Kartini mempertanyakan tentang agama yang dijadikan pembenaran bagi kaum laki-laki untuk berpoligami. Bagi Kartini, lengkap sudah penderitaan perempuan Jawa yang dunianya hanya sebatas tembok rumah.
Efantino Febriana
telah terbit VLAD TSEPES III (1431-1476 M) atau Count Dracula selama ini hanya dikenal sebagai tokoh fiksi berwujud vampir haus darah ciptaan Bram Stoker. Padahal Dracula merupakan tokoh nyata yang telah melumuri abad pertangahan dengan noda hitam. Kisah hidupnya tidak bisa dilepaskan dari Perang Salib. Sebagai salahs atu panglima pasukan Salib,Dracula telah membunuh tidak kurang dari 300.000 umat Islam di Wallachia. Korban-korban tersebut dibunuh dengan cara yang sungguh biadab. Yaitu tubuh korban ditusuk (disula) dengan kayu yang dilancipkan ujungnya melalui bagian bawah hingga tembus pada perut atau kepala.
Selama ini, kekejaman Dracula ditutup rapat-rapat oleh dunia Barat. Sosok, sejarah serta kekejamannya dikaburkan sehingga banyak orang yang tidak mengetahui fakta sesungguhnya tentang Dracula. Buku ditangan anda ini akan menguak tabir pekat yang menyelimuti sejarah kelam si Penyula.
“Kekejaman Dracula suatu Hollocoust yang tiada bandingnya pada abad pertengahan sehingga jauh melebihi kekejaman pasukan Salib ketika merebut Yerussalem.” (Jawa Pos)
“Hanya satu hal yang benar dari mitros yang selama ini beredar, Dracula memang manusia keji yang haus darah.” (Majalah Annida) “Saya sangat terkesan dengan buku ini. Isinya sangat bagus dan benar-benar menambah pengetahuan saya.” (Rahmatika Febriati)
Anda Dapat Mengunduh Ebook Bermutu Lainnya di