BAB III PEMBAHASAN
A. Data Geokimia Gunung Ijen Tabel Data Geokimia Gunung Ijen Kode
SiO2
Al2O3
Fe2O3
CaO
MgO
Na2O
K 2O
MnO
TiO2
P2O5
GI-01
57.21
17.16
7.66
6.7
2.93
4
2.6
0.15
0.8
0.22
GI-02
49
18.21
12.16
9.7
5.19
2.73
1.4
0.2
1.2
0.22
GI-03
51.65
19.47
9.71
9.05
3.47
3.03
1.45
0.2
0.88
0.24
GI-04
48.21
18.07
10.87
9.35
4.17
2.7
0.86
0.2
1.01
0.3
GI-05
49.76
20.2
9.45
9.39
3.64
3.11
1.29
0.16
1.04
0.28
GI-06
57.88
16.97
7.41
6.41
2.82
3.6
2.59
0.15
0.77
0.19
GI-07
52.78
18.28
10.28
7.63
3.7
3.48
2.19
0.19
1.02
0.35
GI-08
62.32
18.45
6.12
4.84
2.01
3.35
3.41
0.12
0.66
0.11
GI-09
55.21
17.89
9.17
7.01
3.15
3.51
2.53
0.18
0.95
0.33
GI-10
53.48
18.26
9.26
7.5
3.56
3.4
2.22
0.19
0.99
0.33
GI-11
53.8
18.06
9.84
7.39
3.47
3.52
2.31
0.18
0.97
0.32
GI-12
54.16
17.99
9.58
7.27
3.35
3.54
2.42
0.18
0.96
0.32
GI-13
53.8
18.35
9.93
7.46
3.55
3.66
2.32
0.18
1
0.37
GI-14
54.38
18.09
9.65
7.3
3.14
3.46
2.36
0.18
0.97
0.33
GI-15
55.24
18.71
7.48
7.29
2.75
3.47
2.11
0.14
0.76
0.24
GI-16
55.98
20.22
7.15
8.94
2.88
3.38
1.5
0.17
0.59
0.27
GI-17
48.65
18.61
12.17
9.79
5.19
2.88
1.39
0.2
1.19
0.23
GI-18
59.64
17.68
6.75
5.87
1.75
3.36
2.07
0.13
0.6
0.23
GI-19
55.26
15.44
8.41
8.57
2.51
4.25
2.89
0.14
0.9
0
GI-20
60.71
15.96
6.58
6.01
3.87
3.08
2.83
0.14
0.65
0.18
GI-21
50.66
16.8
10.98
7.03
3.52
2.94
1.96
0.19
1.08
0.21
GI-22
49.88
16.6
10.64
6.84
3.79
2.99
1.98
0.19
1.05
0.23
GI-23
54.27
16.82
9.87
7.12
3.61
3.38
2.21
0.18
0.97
0.25
GI-24
52.39
16.62
9.97
7.28
3.37
3.35
2.22
0.18
0.98
0.24
GI-25
53.47
17.01
10.02
7.42
3.37
3.44
2.17
0.18
0.98
0.25
GI-26
53.77
16.77
9.43
7.09
2.97
3.39
2.39
0.17
0.95
0.24
GI-27
52.99
16.62
10
7.25
3.72
3.32
2.27
0.18
0.99
0.24
GI-28
53.35
16.67
9.74
7.26
3.33
3.34
2.29
0.16
0.97
0.24
GI-29
51.22
16.46
9.99
7.18
3.63
3.09
2.04
0.18
0.99
0.22
GI-30
54.99
16.83
9.22
7.02
2.75
3.51
2.48
0.17
0.93
0.26
B. Hasil Pengolahan Diagram TiO2
OIT MORB
IAT OIA
CAB
MnO*10
P2O5*10
Diagram Mullen, 1983 menunjukkan magmatisme di Daerah Gunung Ijen berada pada tektonik transisi Island Arc Tholeiites (IAT) dan Calc-Alkaline Basalts (CAB).
FeO*
Con. Ocean Island
S.C.I.
Ocean Ridge Orogenic
MgO
Al2O3
Diagram Pearce et all 1977 menunjukkan magmatisme di Daerah Gunung Ijen berada pada tektonik orogenic dan Sub Continental Litosphere (S.C.L).
16 Phonolite
14
Tephriphonolite
12 10
PhonoTephrite
Foidite Na2O+K2O
Trachy- Trachydacite andesite Rhyolite Basaltic Tephrite trachyBasaniteTrachy-andesite basalt Dacite Andesite Basaltic Basalt andesite Picrobasalt
8 6 4 2 0 35
Trachyte
40
45
50
55 SiO2
60
65
70
75
Diagram TAS Alkalies-Silica LeBas et al.1986 menunjukkan petrologi Daerah Gunung Ijen yang memiliki jenis Basalt, Trachy Basalt, Basaltic trachy andesite dengan dominasi terbanyak, basaltic andesite, trachy-andesite, dan andesite.
15 phonolite trachyte 10
benmorite
Na2O+K2O
rhyolite
mugearite trachyand. nephel.
hawaiite dacite
5
andesite basalt picrite
0 35
40
45
50
55
60
65
70
75
SiO2
Diagram Alkalies-Silica Cox-Bell-Pank 1979 menunjukkan petrologi di Da erah Gunung Ijen yang memiliki jenis batuan basalt, trachyandesite, dan andesite. .
.
.
.
.
.
5
4
Tholeiitic
3 FeO/MgO 2
Calc-alkaline
1
0 48
53
58 SiO2
63
Diagram Perbandingan FeO/MgO dan SiO2 Miyashiro, 1974 menunjukkan seri magma di Daerah Gunung Ijen dengan Tholeiitic. 10
Alkaline
Alkalies
5
Subalkaline
0 40
50
60
70
SiO2
Diagram Irvbar menunjukkan seri magma Daerah Gunung Ijen cenderung memperlihatkan transisi antara Tholeiitic-Calc Alkanline dan Alkaline-Subalkaline.
Diagram Fenner menunjukkan perbandingan MgO dengan major element .
-
Diagram Harker menunjukkan perbandingan SiO2 dengan major element .
C. Pembahasan Kenampakan Diagram Fenner memperlihatkan hubungan antara MgO dengan komponen lainnya. Komponen ini baik digunakan untuk mengukur derajat evolusi magma. Hubungan antara MgO dengan Petrologi Daerah Gunung Ijen berdasarkan diagram TAS Alkalies-Silica LeBas et al.1986 menunjukkan jenis batuan Basalt , Trachy Basalt , Basaltic trachy andesite dengan dominasi terbanyak, basaltic andesite, trachy-andesite, dan andesite. Sedangkan berdasarkan diagram Alkalies-Silica Cox-Bell-Pank 1979, petrologi di Daerah Gunung Ijen menunjukkan jenis batuan basalt, trachyandesite, dan andesite. Seri magma Daerah Gunung Ijen berdasarkan diagram perbandingan FeO/MgO dan SiO2 Miyashiro, 1974 memperlihatkan jenis Tholeiites. Seri magma Daerah Gunung Ijen berdasarkan diagram Irvbar menunjukkan cend erung memperlihatkan transisi antara Tholeiitic-Calc Alkanline dan Alkaline-Subalkaline. Magmatisme di Daerah Gunung Ijen berdasarkan diagram Mullen, 1983 menunjukkan tektonik transisi Island Arc Tholeiites (IAT) dan Calc-Alkaline Basalts (CAB). Magmatisme di Daerah Gunung Ijen berdasarkan diagram Pearce et all 1977 menunjukkan tektonik orogenic dan Sub Continental Litosphere (S.C.L). P2O5 dan Al2O3 memperlihatkan kenampakan berbanding lurus dimana kenaikan nilai MgO akan diikuti dengan kenaikan nilai dua komponen tersebut dengan gradient yang hampir datar secara bersamaan. Namun komponen Al2O3 memperlihatkan persebaran yang tidak merata dan kenampakan acak. Hubungan MgO dengan dengan CaO, TiO2, dan FeO juga memperlihatkan kenampakan yang sama. Namun, terdapat perbedaaan gradient dimana kenaikan MgO akan diikuti kenaikan nilai komponen CaO dan TiO2 dengan gradien miring serta kenaikan nilai komponen FeO dengan gradient yang meningkat drastis. Hubungan antara MgO dengan Na2O, K 2O, dan SiO2 memperlihatkan kenampakan berbanding terbalik dimana kenaikan nilai MgO diikuti dengan penurunan nilai Na2O dengan gradient hampir datar, penurunan nilai K 2O dengan gradient miring, dan penurunan nilai SiO2 dengan gradien yang menurun cukup drastis. Kenampakan pada diagram ini memperlihatkan diferensiasi magma secara umum. Kenampakan Diagram Harker memperlihatkan hubungan antara SiO2 dengan komponen lainnya. Diagram ini memperlihatkan kenampakan yang berkebalikan dimana hubungan antara SiO2 dengan komponen Al2O3, P2O5, MgO, TiO2, CaO, dan FeO memperlihatkan kenampakan berbanding terbalik. Sedangkan hubungan antara SiO2 dengan komponen Na2O dan K 2O memperihatkan hubungan berbanding lurus.
Magmatisme di Daerah Gunung Ijen berdasarkan data geokimia di atas berada dalam satu tektonik yang sama, namun dihasilkan dari magmatisme yang berbeda. Proses orogenesa oleh subduksi yang ikut melibatkan lempeng bawah kontinen berperan sebagai sumber magma. Namun, proses diferensiasi magma berperan penting dalam mempengaruhi komposisi magma dan merubah magma yang semula bersifat basa menjadi lebih asam. Magma cenderung berkomposisi basaintermediate karena berada dekat dengan zona subduksi. Zona subduksi dicirikan dari kehadiran kedua seri tholeiite dan calc-alkaline, dimana seri tholeiite memperlihatkan pengkayaan besi saat diplot di diagram AFM. Seri magma tholeiite memperlihatkan pengkayaan unsur besi pada awal kristalisasi dan berkembang pada Vulcanic Arc yang masih muda. Subduksi di daerah ini memiliki jenis High Stress Type. Berdasarkan Uyeda, 1983, High Stress Type dicirikan dari suatu tonjolan yang tersingkap pada descending slab, suatu prisma akresi yang besar, gempa besar relative dangkal, suatu zona subduksi atau subduksi buoyant dengan kemiringan landai, suatu descending slab yang relatif muda, dan suatu komposisi dengan rentang yang luas dari batuan beku calcalkaline dan tholeiitic. Asosiasi yang dekat dari suite vulkanik tholeiitic dan calc-alkaline dalam system busur yang sama (terkadang dalam pusat vulkanik yang sama) menghadirkan permasalahan yang lain. Hal ini memungkinkan karena anggota akhir member dari dua suit ini secara geokimia tidak dapat dipisahkan, dimana kedua suit memiliki sumber mante yang sama dan suit berkemban g dari yang lain dikarenakan kejadian fractional crystallization yang berbeda (Kay et al., 1982). Perbedaan kedalaman kristalisasi dan kandungan air dapat bertanggung jawab terhadap dua seri magma yang ditemukan dalam sistem busur.
DAFTAR PUSTAKA
Condie, Kent C. 1997. Plate Tectonics & Crustal Evolution. U.S.A: Pengamon Press Suhendro, Indranova, dkk. 2016. Karakteristik Batuan Hasil Gunung Api Dalam Kaldera (Intra Caldera) Ijen, Desa Kalianyar, Kecamatan Sempol, Kabupaten Bondowoso. Grha Sabha Pramana: Proceeding, Seminar Nasional Kebumian Ke-9 6 - 7 Oktober 2016 Wilson, Marjorie. 1989. Igneous Petrogenesis: A Global Tectonics Approach. The Netherlands: Springer www.vsi.esdm.go.id diakses 6 Februari 2018 jam 19.00