OLEH : 1. RIKY TRIO NURSOBAH 2. RIYAN HIDAYAT 3. FERINA NURJANNAH 4. BADRUL ULA
MATEMATIKA DAN KOMPUTASI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG (2011/2012)
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat- Nya makalah dengan judul “Iman dan pengaruhnya dalam kehidupan ” dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membebaskan manusia dari kehidupan jahiliyah melaui risalah Islam. Penulis makalah ini selain dimaksudkan untuk manambah wawasan dan untuk memenuhi tugas AIK. Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan yang belum penulis ketahui, sehingga saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Namun, penulis tetap berharap semoga karya penulis dapat bermanfaat, Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman judul Kata pengantar Datar isi Bab 1 PENDAHULUAN 1. Latar belakang 2. Rumusan masalah Bab 2 PEMBAHASAN 1. Hakikat iman 2. Hubungan Iman, Ilmu, dan Amal a. Iman b. Ilmu c. Amal 3. Karateristik dan Sifat Orang yang Beriman 4. Hal – hal yang dapat Merusak dan Meniadakan Iman Bab 3 PENUTUP 1. Kesimpulan 2. Saran
BAB1 PENDAHULUAN 1. Latar belakang Di dalam Islam dan iman terkumpul agama secara keseluruhan. Sebagaimana Nabi Shalallaahu alaihi wasalam membedakan makna Islam, iman dan ihsan. Dalam hadits Jibril, Imam Al-Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiallaahu anhu bahwa ia berkata, "Ketika Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam pada suatu hari keluar berkumpul dengan para sahabat, tiba-tiba datanglah Jibril dan bertanya, "Apakah iman itu?" Beliau menjawab, "Iman adalah engkau beriman kepada Allah, para malaikatNya, kitab-kitabNya, rasul-rasulNya, dan engkau beriman dengan hari Kebangkitan." Dia bertanya lagi, "Apakah Islam itu?" Beliau menjawab, "Islam adalah engkau menyembah Allah dan tidak berbuat syirik kepadaNya, engkau mendirikan shalat, membayar zakat yang diwajibkan, puasa Ramadhan dan berhaji ke Baitullah." Dia bertanya lagi, "Apakah ihsan itu?" Beliau menjawab, "Engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihatNya. Jika engkau tidak dapat melihatNya maka sesungguhnya Ia melihatmu." Dia bertanya lagi, "Lalu kapankah Kiamat tiba?" Beliau menjawab, "Orang yang ditanya tentang Kiamat tidak lebih mengetahui daripada si penanya. Tetapi saya beritahukan kepadamu beberapa tandanya, yaitu jika wanita budak melahirkan tuannya, jika para penggembala unta hitam telah berlomba-lomba meninggikan bangunan. (Ilmu tentang) hari Kiamat termasuk dalam lima perkara yang tidak diketahui kecuali oleh Allah." Kemudian dia pergi, lalu nabi bersabda, "Kembalikan dia!" Tetapi o rang-orang tidak melihat sesuatu. Beliau kemudian bersabda, "Dia ada-lah Jibril, datang kemari untuk mengajari manusia tentang agama-nya." (HR. Al-Bukhari, Kitab Al-Iman, Bab Su‟alu Jibril An-Nabi wa anil Iman wal Islam wal Ihsan, no. 50). Namun pada zaman sekarang ini banyak orang disekitar kita yang melupakan tentang keimanan kita kepada Allah SWT yang sesungguhnya, sehingga sangat diperlukan banyak pengetahuan tentang iman dan pengaruhnya pada kehidupan kita ini.
2. Rumusan Masalah Bertitik tolak dari latar belakang masalah tersebut diatas, maka dapat penulis kemukakan dua rumusan masalah sebagai berikut:
2.
Memahami Hakikat Iman dalam islam. Mengerti Hubungan Iman, Ilmu, dan Amal.
3.
Untuk mengetahui Karateristik dan Sifat Orang yang Beriman.
4.
Mengetahui Hal – hal yang Dapat Merusak dan Meniadakan Iman.
1.
BAB 2 PENBAHASAN 1. Hakikat Iman Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman: "Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang jika disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal, (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rizki yang kami berikan kepada me-reka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benar-nya." (Al-Anfal: 2-4) "Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan All ah, dan orangorang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan dan rizki (nikmat) yang mulia." (Al-Anfal: 74) Dalam ayat-ayat yang pertama Allah menyebutkan orang-orang yang lembut hatinya dan takut kepada Allah ketika namaNya dise-but, keyakinan mereka bertambah dengan mendengar ayat-ayat Allah. Mereka tidak mengharapkan kepada selainNya, tidak menyerahkan hati mereka kecuali kepadaNya, tidak pula meminta hajat kecuali ke-padaNya. Mereka mengetahui, Dialah semata yang mengatur kerajaanNya tanpa ada sekutu. Mereka menjaga pelaksanaan seluruh ibadah fardhu dengan memenuhi syarat, r ukun dan sunnahnya. Mereka adalah orang mukmin yang benar-benar beriman. Allah menjanjikan mereka derajat yang tinggi di sisiNya, sebagaimana mereka juga memperoleh pahala dan ampunanNya. Kemudian dalam ayat yang kedua Allah menyifati para sahabat Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam, baik Muhajirin maupun Anshar dengan iman yang sebenar-benarnya, karena iman mereka yang kokoh dan amal perbuatan mereka yang menjadi buah dari iman tersebut. Telah kita ketahui bersama lafazh iman, baik secara bahasa maupun munurut istil ah. Sebagaimana kita juga mengetahui bahwa madzhab Ahlus Sunnah wal Jama‟ah memasukkan amal ke dalam makna iman, dan bahwa iman itu bisa bertambah, juga bisa berkurang.
Bertambah karena bertambahnya amal shalih dan keyakinan dan berkurang karena berkurangnya hal tersebut. Kemudian kita juga mengetahui sebagian besar dalil-dalilnya.
2. Hubungan Iman, Ilmu, dan Amal Fenomena ini banyak mengelirukan segolongan kita yang kadang kala terperangkap dalam himpitan kalam-kalam yang cuba membawa suatu motif tertentu. Iman, Ilmu, Amal. Sebuah trilogi yang tidak dapat di pisahkan. Saling terkait. Iman tanpa ilmu, sesat. Ilmu tanpa Amal, sesat. Amal tanpa ilmu, taklid. Secara susunan nya kadang kala ia terlalu dipertikai akan kepentiangan untuk menyusun nya. Ada menyatakan ilmu itu dahulu dari iman , dan ada menyatakan iman dahulu dari amal. Apapun yang pasti ketiga ini berkait antara satu sama lain.
a. Ilmu
Ilmu sesuatu yang sering diutamakan. Tidak dipelihara dengan baik. Kadang ilmu hanya dijadikan sesuatu yang nisbi. Ada tapi tidak ada atau Tidak ada tetapi ada? Tetapi yang pasti adalh ilmu itu satu kewajipan yang tidak bole di pertikai kerana terdapat bukti dan dalil yang pasti semua mengetahuinya. Akhir-akhir ini satu fenomena yang ditemui, yang membuat kita ketahui bahawa kadangkadang seseorang tidak faham dengan ilmu yang dipelajarinya. Untuk apa ilmu itu digunakan? Akan bagaimana bila mengamalkan ilmu itu? Fenomena klasik, tapi tetap membuat kita tidak habis ber fikir. Belajar, mencari ilmu kadang di jadikan formula belaka. Kerana maruah, harga diri, atau bahkan desakan dari pihak orang lain, orang tua, suami, isteri, desakan majikan ,dan lain-lain lagi. Pada akhirnya ilmu tidak meresapi dalam diri. Tidak meninggalkan bekas. Bahkan mungkin, tidak menjadikan diri lebih baik. b. Iman
Iman pula melahirkan penyaksian mata hati (musyahadah) terhadap ketuhanan Allah s.w.t pada setiap pandangan kepada segala perkara. Allah s.w.t berfirman: Wahai orang-orang yang beriman! Tetapkanlah iman kamu kepada Allah dan Rasul- Nya… (Ayat 136 : Surah an- Nisaa‟) Sabda rasulullah :
“Allah tidak menerima iman tanpa amal perbuatan dan tidak pula menerima amal perbuatan tanpa iman”…. [HR. Ath-Thabrani] Ayat di atas ditujukan kepada orang yang sudah beriman. Mereka sudah pun beriman tetapi masih digesa supaya beriman. Iman pada tahap permulaan berdasarkan dalil-dalil dan pembuktian. Kemudian mereka diajak pula kepada iman dengan penyaksian mata hati, menyaksikan Rububiyah yang tidak pernah berpisah daripada ubudiyah. Tanpa penyaksian terhadap Rububiyah segala amal tidak berguna kerana orang yang beramal menisbahkan amal itu kepada dirinya sendiri, sedangkan tiada yang melakukan sesuatu melainkan dengan izin Allah s.w.t, dengan Kudrat dan Iradat-Nya, dengan Haula dan Kuwwata-Nya. Himpunan amal sebesar gunung tidak dapat menandingi iman yang sebesar zarah. Orang yang beriman dan menyaksikan Rububiyah pada segala perkara dan semua amal itulah orang yang memperolehi nikmat yang sempurna lahir dan batin, kerana hubungannya dengan Allah s.w.t tidak pernah putus. Orang inilah yang berasa puas dengan berbuat taat kepada Allah s.w.t dan berasa cukup dengan-Nya, kerana tiada Tuhan melainkan Allah s.w.t dan tidak berlaku sesuatu perkara melainkan menurut ketentuan-Nya. Apa lagi yang patut dibuat oleh seorang hamba melainkan taat kepada-Nya dan menerima keputusan-Nya. Kesimpulannya iman merupakan penentu sah sesuatu amalan seorang hamb a yang mengaku iman kepadaNYA. c. Amal
Amal merupakan satu aplikasi yang hasil dari gabungan ilmu dan iman kerana kebenaran iman dapat di lihat amal soleh seseorng .Allah bersumpah demi sesungguhnya manusia itu rugi andai beriman tanpa amal Allah SWT berfirman, "Demi masa. Sesungguhnya manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran." (Surah Al-Asr : 1-3). “Allah tidak menerima iman tanpa amal perbuatan dan tidak pula menerima amal perbuatan tanpa iman”…. [HR. Ath-Thabrani] Berdasarkan bukti dan dalil di atas tidak sempurna iman dan ilmu seseorng itu melainkan dengan disulami dengan amal yang terhasil kefahaman dari ilmu ,dan penyatuan yang hadir hasil penyaksian bahawa ianya benar dan hasilnya , anggota badan itu yang bergerak demi merealisasikan ilmu dan iman dengan amal nya .
Tentang hubungan antara iman dan amal, demikian sabdanya ,
“Allah tidak menerima iman tanpa amal perbuatan dan tidak pula menerima amal perbuatan tanpa iman”…. [HR. Ath-Thabrani] kemudian dijelaskannya pula bahwa, “Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim”…. [HR. Ibnu Majah dari Anas, HR. Al Baihaqi] Selanjutnya, suatu ketika seorang sahabatnya, Imran, berkata bahwasanya ia pernah bertanya, "Wahai Rasulullah, amalan-amalan apakah yang seharusnya dilakukan orang-orang?". Beliau Saw. menjawab: "Masing-masing dimudahkan kepada suatu yang diciptakan untuknya"…. [HR. Bukhari] “Barangsiapa mengamalkan apa yang diketahuinya, niscaya Allah mewariskan kepadanya ilmu yang belum diketahuinya.”…. [HR. Abu Na‟im] ”Ilmu itu ada dua, yaitu ilmu lisan, itulah hujjah Allah Ta‟ala atas makhlukNya, dan ilmu yang di dalam qalb, itulah ilmu yang bermanfaat.” …. [HR. At Tirmidzi] ”Seseorang itu tidak menjadi „alim (ber -ilmu) sehingga ia mengamalkan ilmunya.” …. [HR. Ibnu Hibban] Sekali peristiwa datanglah seorang sahabat kepada Nabi Saw. dengan mengajukan pertanyaan: ”Wahai Rasulullah, apakah amalan yang lebih utama ?” Jawab Rasulullah Saw.: “Ilmu Pengetahuan tentang Allah ! ” Sahabat itu bertanya pula “Ilmu apa yang Nabi maksudkan ?”. Jawab Nabi Saw.: ”Ilmu Pengetahuan tentang Allah Subhanaahu wa Ta‟ala ! ” Sahabat itu rupanya menyangka Rasulullah Saw salah tangkap, ditegaskan lagi “Wahai Rasulullah, kami bertanya tentang amalan, sedang Engkau menjawab tentang Ilmu !” Jawab Nabi Saw. pula “Sesungguhnya sedikit amalan akan berfaedah bila disertai dengan ilmu tentang Allah, dan banyak amalan tidak akan bermanfaat bila disertai kejahilan ten tang Allah”[HR. Ibnu Abdil Birr dari Anas] Kejahilan adalah kebodohan yang terjadi karena ketiadaan ilmu pengetahuan. Dengan demikian, kualiti amal setiap orang menjadi sangat berkaitan dengan keimanan dan ilmu pengetahuan karena ”Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka diberi petunjuk oleh Rabb mereka kerana keimanannya … QS.[10]:9. Ilmu pengetahuan tentang Allah Subhanaahu wa Ta‟ala adalah penyambun g antara keimanannya dengan amalan-amalan manusia di muka bumi ini. Sebagaimana kaedah pengaliran iman yang diajarkan oleh Rasulullah Saw. bahwasanya iman adalah sebuah tashdiq bi-l-qalbi yang di ikrarkan bi-l-lisan dan di amalkan bil arkan …Dengan itu di simpulkan bahawa kita jangan memisah ketiga komponen yang telah kita perhatikan tadi , kerana pemisahan setiap komponen menjadikan islam itu janggal dan susah dan sukar.
3. Karateristik dan Sifat Orang Beriman Allah SWT telah menggambarkan di dlam al-Quran tentang beberapa ciri orang yang bertaqwa. Di antaranya surat al-Baqarah : ayat 2-5, yang artinya: “Iaitu mereka yang beriman kepada perkara-perkara yang ghaib, yang mendirikan solat dan menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dan mereka yang beriman dengan Kitab al-Quran yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka meyakini akan adanya (kehidupan) akhirat, Mereka itulah yang mendapat petunjuk dari Tuhan mereka dan merekalah orang-orang yang beroleh
kejayaan.” Firman Allah lagi surat al-Baqarah : ayat 177, yang artinya: “ Bukanlah dianggap kebajikan itu hanya sekadar menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintai kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir yang memerlukan pertolongan, dan orang-orang yang meminta-minta dan memerdekan hamba sahaya, mendirikan solat dan menunaikan zakat, dan orang-orang yang menepati janji apabila dia berjanji dan orang-orang yang sabar dalam menghadapi kesempitan, penderitaan dan di dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar keimanan mereka dan mereka itulah orang-orang yang b ertaqwa.”
Berdasarkan ayat-ayat di atas, dapatlah kita fahami bahawa di antara sifat-sifat orang yang bertaqwa yang ada hubung kaitnya dengan keimanan dan amal ibadah adalah seperti berikut;
1.
Beriman dengan perkara-perkara ghaib , iaitu percaya kepada perkara-perkara
yang telah diberitahu oleh Allah melalui lidah rasulNya SAW, di mana perkara-perkara tersebut tidak mampu difikirkan oleh akal dan pancaindera manusia, seperti zat Allah Azza wa Jalla, Alam Akhirat, Malaikat, Syurga, Neraka, Alam kubur, Alam Mahsyar, Titian Sirat, Jin-jin, Siksaan Kubur, Arasy Allah dan lain-lain lagi. 2.
Mendirikan solat dalam ertikata yang sebenar, dengan memenuhi rukun-rukun dan
syarat-syarat sahnya, termasuk mendirikannya dengan penuh kekhusukan.
3.
Menafkahkan sebahagian rezeki yang Allah telah anugerahkan dalam bentuk
zakat wajib atau zakat sunat (sedekah) kepada kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang
miskin, musafir ( yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta dan untuk memerdekakan hamba-hamba sahaya.
4.
Beriman kepada kitab al-Quran dan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya,
termasuk suhuf-suhuf yang diturnkan oleh Allah kepada para nabi dan rasul, melalui perantraan Jibrail A.S.
5.
Mengimani dan meyakini adanya kehidupan di akhirat setelah berakhirnya
kehidupa di duni ini. Di sanalah segala amalan kita akan dinilai dan dihisab dengan penilaian dan penghisaban yang maha adil, kemudian akan dibalas oleh Allah dengan balasan yang setimpal dengan apa yang kita kerjakan didunia ini. Samada berbahagia dan bergembira dengan mendapat balasan syurga atau menderita dan tersiksa dengan mendapat balasan neraka.
6.
Menepati janji apabila berjanji, samada jaji tersebut berhubung kait dengan Allah
dan sesama manusia
7.
Bersabar dalam menghadapi kesempitan, penderitaan dan di dalam peperangan
Selain dari sifat-sifat dan ciri-ciri di atas, terdapat beberapa lagi sifat-sifat dan ciri-ciri orang yang bertaqwa, di antaranya;
8.
Menahan api kemarahan daripada menguasai diri sehingga akan menyebabkan
dia bertindak di luar kawalan dan batasan
9.
Memaafkan kesalahan orang lain, walaupun ketika itu dia mampu dan mempunyai
kekuatan untuk mengambil tindakan dan membalas terhadap orang yang menzaliminya, namun maaf kesalahan mereka lebih diutamakan.
10.
Segera mengingati Allah tatkala melakukan perbuatan keji (dosa-dosa besar yang
mudharatnya tidak hanya ke atas dirinya seperti berzina, mencuri, membunuh, riba, menuduh orang melakukan kejahatan, merompak dan lain-lain lagi)dan menzalimi diri sendiri (dosa-dosa yang mudharatnya hanya menimpa dirinya sendiri, samada dosa-dosa besar atau kecil)
11.
Memohon keampunan Allah setelah melakukan perbuatan-perbuatan dosa di
atas dan berazam tidak akan meneruskan perbuatan-perbuatan tersebut.
Kenyataan di atas ini terkandung dalam firman Allah surat Ali Imran : ayat 133-135 yang artinya: “ Dan bersegeralah kamu kepada keampunan dari Tuhanmu dan kepada syurga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa, iaitu orang-orang yang menafkahkan hartanya baik di waktu senang ataupun susah dan orangorang yang menahan api kemarahan dan memaafkan kesalahan orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan, dan orang-orang yang apabila melakukan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri, maka mereka segera mengingati Allah, lalu memohon keampunan terhadap dosa-dosa yang telah mereka lakukan, dan siapakah lagi yang dapat mengampuni dosa-dosa selain dari Allah?. Dan mereka tidak meneruskan perbuatan keji
itu sedangkan mereka mengetahui (hukum dan kesannya).”
12.
Beriman dan membenarkan kebenaran yang dibawa oleh Rasulullah dan
memperjuangkan kebenaran tersebut.
Kenyataan ini selaras dengan firman Allah surat az-Zumar : ayat 33-34, yang artinya: “ Dan mereka yang membawa (kebenaran) yang dibawa oleh Muhammad dan membenarkankannya, mereka itulah orang-orang yang bertaqwa. Mereka memperolehi apa sahaja yang mereka kehendaki dari sisi Tuhan mereka. Demikianlah balasan kepada orang
yang melakukan.”
13.
Berlaku adil dalam menjatuhkan hukuman di kalangan manusia
Sepertimana yang telah dijelaskan oleh Allah sura al-Maidah: ayat, yang artinya: “ Wahai orang -orang yang beriman, hendaklah kamu menjadi orang-orang yang selalu menegakan kebenaran kerana Allah, menjadi saksi dengan adil dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk tidak berlaku adil. Berlaku adillah, kerana berlaku adil itu lebih dekat kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha men getahui apa sahaja yang kamu kerjakan.”
14.
Mengagongkan syiar-syiar Allah , seperti mengagongkan syiar dalam ibadah haji,
korban, solat berjemaah lima waktu, solat hariraya, solat minta hujan, solat gerhana bulan
dan matahari, solat jumaat, menghidupkan Ramadhan, menghadiri majlis-majlis ilmu dan zikir dan lain-lain lagi berdasarkan firman Allah SWT surat al-Haj : a yat 32yang artinya: “ Demikianlah (perintah Allah), dan barangsiapa yang mengagongkan syiar -syira Allah, maka sesungguhnya itu timbul lantaran hati yang penuh dengan ketaqwaan.”
15.
Berjihad di jalan Allah dengan mengorbankan harta dan jiwa raga.
Firman Allah surat at-Taubah : ayat 44, yang artinya: “ Orang -orang beriman kepada Allah dan hari kemudian, tidak akan meminta izin kepadamu untuk tidak menyertai jihad dengan harta dan diri (jiwa raga) mereka. Dan Allah amat mengetahui orang-orang yang bertaqwa.”
16.
Tidak bersifat sombong dan tidak melakukan kerosakan di muka bumi ini.
Firman Allah surat al-Qasas:ayat83, yang artinya: “ Negeri akhirat (yang penuh dengan nikmat itu) Kami kurniakan untuk orang -orang yang tidak mahu menyombongkan diri dan dari melakukan kerosakan di muka bumi ini dan kesudahan yang baik itu adalah bagi orang-orang yang bertaqwa.”
4. Hal – hal yang Dapat Merusak dan Meniadakan Iman Di antara keyakinan yang benar tentang iman adalah bahwasanya iman dapat bertambah dan juga dapat berkurang. Bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan Pembicaraan tentang masalah iman merupakan salah satu perkara penting yang mendasar. Bahkan ini merupakan dasar aqidah seorang muslim. Salah dalam memahami keimanan bisa menyebabkan seseorang terjerumus dalam keharaman, kebid‟ahan, bahkan bisa berujung kekafiran. Adapun hal-hal yang dapat mengurangi / merusak keimanan di antaranya : 1. Berpaling dari mengenal Allah dan nama-nama serta sifat-sifat-N ya 2. Tidak mau memperhatikan ayat-ayat kauniyah dan syar’iyah 3. Sedikitnya amal shalih 4. Melakukan kemaksiatan kepada Allah
BAB 3 PENUTUP 1. Kesimpulan Orang - orang yang beriman sesungguhnya adalah orang – orang yang lembut hatinya dan takut kepada Allah ketika namaNya dise-but, keyakinan mereka bertambah dengan mendengar ayat-ayat Allah. Mereka tidak mengharapkan kepada selainNya, tidak menyerahkan hati mereka kecuali kepadaNya, tidak pula meminta hajat kecuali kepadaNya. Orang - orang beriman menjaga pelaksanaan seluruh ibadah fardhu dengan memenuhi syarat, rukun dan sunnahnya. Keimanan seseorang dapat bertambah karena bertambahnya amal shalih dan keyakinan dan berkurang karena berkurangnya hal tersebut. Didalam kehidupan kita iman mempunya hubungan yang sangat erat dengan ilmu dan amal, dapat dikatakan Iman tanpa ilmu, sesat. Ilmu tanpa Amal, sesat. Amal tanpa ilmu, taklid. Secara susunan nya kadang kala ia terlalu dipertikai akan kepentiangan untuk menyusun nya. Ada menyatakan ilmu itu dahulu dari iman , dan ada menyatakan iman dahulu dari amal. Apapun yang pasti ketiga ini berkait antara satu sama lain. Sifat-sifat orang yang bertaqwapun dapat ditentukan dengan keimanan dan amal ibadah Salah yang dikerjakan selama hidupnya, dalam memahami keimanan bisa menyebabkan seseorang terjerumus dalam keharaman, kebid‟ahan, bahkan bisa berujung kekafiran.
2. Saran Keimanan dalam diri kita harus benar – benar tertanam, dan dilaksanakan. Tanpa keimanan hidup kita tidak akan mendapat ketentraman baik ketentraman duniawi maupun ketentraman diakhirat nanti. Bagaimanapun iman akan sangat berpengaruh dalam kehidupan kita, karana Allah tidak menerima iman tanpa amal perbuatan dan tidak pula menerima amal perbuatan tanpa iman, begitupun ilmu yang kita mi liki tidak akan bermanfaat tanpa disertai keimanan dalam diri kita. Jadi keimanan dalam diri jangan sampai tidak tertanamkan , apalagi sampai membuat kita menjadi orang yang musyrik dan benar – benar kehilangan keimanan kita. Karena sesungguhnya kita akan m enjadi orang yang sangat merugi apabila tanpa iman.