616.9 Ind p
Penerbit KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2010
Petunjuk Praktis Surveilans Infeksi Rumah Sakit ©2010 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Katalog Dalam Terbitan. 616.9
Kementerian Kesehatan RI Indonesia.
Ind
Kementerian Kesehatan RI.
p
Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik. Hak Cipta Dilindungi Undangundang
Petunjuk praktis surveilans infeksi rumah sakit. -- Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. 2010 I. Judul
Dilarang memperbanyak, memperbanyak, mencetak mencetak dan menerbitkan sebagian atau seluruh isi buku ini dengan cara dan bentuk apapun juga tanpa seizin penulis dan penerbit.
1. INFECTION CONTROL 2. HOSPITALS
2
Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
KATA PENGANTAR
Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
3
masukan bagi penyempurnaan buku ini di kemudian hari. Tersusunnya pedoman ini merupakan kerjasama
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang
antara Departemen Kesehatan RI dengan
Maha Esa karena atas rahmat-Nya Petunjuk
Perhimpunan Pengendalian Infeksi Indonesia
Praktis Surveilans Infeksi Rumah Sakit dapat
(Perdalin) dan Rumah Sakit dengan dukungan dari
diselesaikan tepat pada waktunya.
berbagai pihak.
Perlu disadari bahwa masih kurangnya
Untuk itu tim penyusun mengucapkan terima
kualitas dan kuantitas pengendalian infeksi di rumah
kasih dan harapan kami agar buku ini dapat
sakit sangat terkait komitmen pimpinan rumah sakit
dipergunakan sebagai acuan dengan sebaik-
serta memerlukan dukungan dari para klinisi di
baiknya.
rumah sakit. Infeksi nosokomial pada prinsipnya dapat dicegah, walaupun mungkin tidak dapat
Jakarta, Januari 2010
dihilangkan sama sekali. Untuk itu telah disusun Petunjuk Praktis Surveilans Infeksi Rumah Sakit
Tim Penyusun
yang aplikatif sehingga diharapkan penyelenggaraan pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya dapat dilakukan lebih optimal. Kami menyadari bahwa buku ini masih belum sempurna, dan kami mengharapkan adanya 4
Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
5
KATA PENGANTAR
masukan bagi penyempurnaan buku ini di kemudian hari. Tersusunnya pedoman ini merupakan kerjasama
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang
antara Departemen Kesehatan RI dengan
Maha Esa karena atas rahmat-Nya Petunjuk
Perhimpunan Pengendalian Infeksi Indonesia
Praktis Surveilans Infeksi Rumah Sakit dapat
(Perdalin) dan Rumah Sakit dengan dukungan dari
diselesaikan tepat pada waktunya.
berbagai pihak.
Perlu disadari bahwa masih kurangnya
Untuk itu tim penyusun mengucapkan terima
kualitas dan kuantitas pengendalian infeksi di rumah
kasih dan harapan kami agar buku ini dapat
sakit sangat terkait komitmen pimpinan rumah sakit
dipergunakan sebagai acuan dengan sebaik-
serta memerlukan dukungan dari para klinisi di
baiknya.
rumah sakit. Infeksi nosokomial pada prinsipnya Jakarta, Januari 2010
dapat dicegah, walaupun mungkin tidak dapat dihilangkan sama sekali. Untuk itu telah disusun
Tim Penyusun
Petunjuk Praktis Surveilans Infeksi Rumah Sakit yang aplikatif sehingga diharapkan penyelenggaraan pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya dapat dilakukan lebih optimal. Kami menyadari bahwa buku ini masih belum sempurna, dan kami mengharapkan adanya 4
Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
SAMBUTAN
Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
DIREKTUR JENDERAL BINA PELAYANAN
Konsumen menjadi tantangan yang harus diantisipasi
MEDIK
para praktisi pelayanan kesehatan. Selain itu kita
5
juga dituntut memberikan pelayanan yang profesional Akhir-akhir ini banyak bermunculan pelbagai
dengan diberlakukannya Undang-Undang tentang
macam penyakit infeksi atau emerging infectious
Praktik Kedokteran yang ditujukan bagi kepastian
disease seperti AIDS, SARS, Avian Inuenza, dan
hukum baik bagi penerima pelayanan kesehatan
lain-lain. Cara penularan penyakit-penyakit
maupun pemberi pelayanan kesehatan.
tersebut telah diketahui namun apabila pelayanan pada saat perawatan di rumah sakit tidak dilakukan
Saya menyambut baik terbitnya Petunjuk
sesuai prosedur, akan menyebabkan malapetaka
Praktis Surveilans Infeksi Rumah Sakit , dimana
yang besar. Oleh karena itu, program pencegahan
manajerial merupakan bagian penting yang
dan pengendalian infeksi di rumah sakit dan fasilitas
perlu dijalankan agar teknis pencegahan dan
pelayanan kesehatan lainnya yang melibatkan
pengendalian infeksi dapat diterapkan secara
berbagai unsur mulai dari pimpinan sampai petugas
optimal di seluruh rumah sakit dan fasilitas pelayanan
kesehatan itu sendiri menjadi sangat penting.
kesehatan lainnya di Indonesia tidak terkecuali rumah sakit umum maupun rumah sakit khusus milik
Seperti kita ketahui rumah sakit dan fasilitas
Pemerintah.
pelayanan kesehatan lainnya harus mampu memberikan pelayanan yang bermutu, akuntabel dan transparan terhadap pasien. Undang-undang 6
Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
7
SAMBUTAN
Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
DIREKTUR JENDERAL BINA PELAYANAN
Konsumen menjadi tantangan yang harus diantisipasi
MEDIK
para praktisi pelayanan kesehatan. Selain itu kita juga dituntut memberikan pelayanan yang profesional
Akhir-akhir ini banyak bermunculan pelbagai
dengan diberlakukannya Undang-Undang tentang
macam penyakit infeksi atau emerging infectious
Praktik Kedokteran yang ditujukan bagi kepastian
disease seperti AIDS, SARS, Avian Inuenza, dan
hukum baik bagi penerima pelayanan kesehatan
lain-lain. Cara penularan penyakit-penyakit
maupun pemberi pelayanan kesehatan.
tersebut telah diketahui namun apabila pelayanan pada saat perawatan di rumah sakit tidak dilakukan
Saya menyambut baik terbitnya Petunjuk
sesuai prosedur, akan menyebabkan malapetaka
Praktis Surveilans Infeksi Rumah Sakit , dimana
yang besar. Oleh karena itu, program pencegahan
manajerial merupakan bagian penting yang
dan pengendalian infeksi di rumah sakit dan fasilitas
perlu dijalankan agar teknis pencegahan dan
pelayanan kesehatan lainnya yang melibatkan
pengendalian infeksi dapat diterapkan secara
berbagai unsur mulai dari pimpinan sampai petugas
optimal di seluruh rumah sakit dan fasilitas pelayanan
kesehatan itu sendiri menjadi sangat penting.
kesehatan lainnya di Indonesia tidak terkecuali rumah sakit umum maupun rumah sakit khusus milik
Seperti kita ketahui rumah sakit dan fasilitas
Pemerintah.
pelayanan kesehatan lainnya harus mampu memberikan pelayanan yang bermutu, akuntabel dan transparan terhadap pasien. Undang-undang 6
Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
Terima kasih saya ucapkan kepada segenap tim
Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
7
TIM PENYUSUN
penyusun dan semua pihak yang telah membantu proses penyusunan pedoman ini.
Farid W. Husain (Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik) Dr. Mulya A. Hasjmy, Sp.B, M.Kes
Jakarta, Februari 2010 Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik
(Sekretaris Dit. Jen. Bina Pelayanan Medik) Dr. K. Mohammad Akib, Sp.Rad, M.Kes (Direktur Bina Pelayanan Medik Spesialistik) Drg. Sophia Hermawan, M.Kes (Kepala Sub. Dit. RS Khusus) Dr. Sardikin Giriputro, Sp.P, MARS
Farid W. Husain
(RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso, Jakarta)
NIP. 195003091978101001
Dr. Djatnika Setiabudi, Sp.A (K), MCTM (RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso, Jakarta) Dr. Dalima AW, Sp.PK (PERDALIN/RSCM) Dr. Soeko W. Nindito, MARS (Kepala Seksi Standarisasi, Sub. Dit. RS Khusus) Drg. Wahyuni Prabayanti, M.Kes (Kepala Seksi Bimbingan dan Evaluasi, Sub. Dit. RS Khusus)
8
Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
9
Terima kasih saya ucapkan kepada segenap tim
TIM PENYUSUN
penyusun dan semua pihak yang telah membantu proses penyusunan pedoman ini.
Farid W. Husain (Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik) Dr. Mulya A. Hasjmy, Sp.B, M.Kes
Jakarta, Februari 2010 Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik
(Sekretaris Dit. Jen. Bina Pelayanan Medik) Dr. K. Mohammad Akib, Sp.Rad, M.Kes (Direktur Bina Pelayanan Medik Spesialistik) Drg. Sophia Hermawan, M.Kes (Kepala Sub. Dit. RS Khusus) Dr. Sardikin Giriputro, Sp.P, MARS
Farid W. Husain
(RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso, Jakarta)
NIP. 195003091978101001
Dr. Djatnika Setiabudi, Sp.A (K), MCTM (RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso, Jakarta) Dr. Dalima AW, Sp.PK (PERDALIN/RSCM) Dr. Soeko W. Nindito, MARS (Kepala Seksi Standarisasi, Sub. Dit. RS Khusus) Drg. Wahyuni Prabayanti, M.Kes (Kepala Seksi Bimbingan dan Evaluasi, Sub. Dit. RS Khusus)
8
Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
Dr. Aziza Ariyani, Sp.PK
9
KONTRIBUTOR
(RSUD Pasar Rebo) Costy Panjaitan, SKM, CVRN, MARS (RSJPD Harapan Kita)
Agus Sunandar, S.Kep, Ners (RSUP Dr. Hasan Sadikin) Ns. Gortap Sitohang, S.Kep (RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo) Edha Bara’padang, SKp (RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso) Yohana F. Wapini, BN (Siloam Hospitals Lippo Cikarang) Dr. John (Subdit Surveilans, Ditjen P2PL) Dr. Ester Marini Lubis (Direktorat Bina Pelayanan Medik Spesialistik) Dr. Wita Nursanthi Nasution (Direktorat Bina Pelayanan Medik Spesialistik) Dr. Chandra Jaya (Direktorat Bina Pelayanan Medik Spesialistik) Dr. Andriani Vita Hutapea (Direktorat Bina Pelayanan Medik Spesialistik)
10
Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
11
Dr. Aziza Ariyani, Sp.PK
KONTRIBUTOR
(RSUD Pasar Rebo) Costy Panjaitan, SKM, CVRN, MARS
Agus Sunandar, S.Kep, Ners
(RSJPD Harapan Kita)
(RSUP Dr. Hasan Sadikin) Ns. Gortap Sitohang, S.Kep (RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo) Edha Bara’padang, SKp (RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso) Yohana F. Wapini, BN (Siloam Hospitals Lippo Cikarang) Dr. John (Subdit Surveilans, Ditjen P2PL) Dr. Ester Marini Lubis (Direktorat Bina Pelayanan Medik Spesialistik) Dr. Wita Nursanthi Nasution (Direktorat Bina Pelayanan Medik Spesialistik) Dr. Chandra Jaya (Direktorat Bina Pelayanan Medik Spesialistik) Dr. Andriani Vita Hutapea (Direktorat Bina Pelayanan Medik Spesialistik)
10
Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
Dr. Saprina
11
DAFTAR SINGKATAN
(Direktorat Bina Pelayanan Medik Spesialistik) Hutur JW Pasaribu, SE (Direktorat Bina Pelayanan Medik Spesialistik) Sumarno, S.Sos (Direktorat Bina Pelayanan Medik Spesialistik)
CSEP :
Clinical Sepsis
HAP
:
Hospital Acquired Pneumonia
IADP
:
Infeksi Aliran Darah Primer
ICU
:
Intensive Care Unit
IPCN
:
Infection Prevention and Control Nurse
IPCLN :
Infection Prevention and Control Link Nurse
IRS
:
Infeksi Rumah Sakit
ISK
:
Infeksi Saluran Kemih
KLB
:
Kejadian Luar Biasa
ml
:
mililiter
NHSN :
National Healthcare Safety Network
NICU
:
Neonatal Intensive Care Unit
PA
:
Patologi Anatomi
PPI
:
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
RS
:
Rumah Sakit
SSI
:
Surgical Site Infection (Infeksi Luka Operasi)
12
Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
13
Dr. Saprina
DAFTAR SINGKATAN
(Direktorat Bina Pelayanan Medik Spesialistik) Hutur JW Pasaribu, SE (Direktorat Bina Pelayanan Medik Spesialistik) Sumarno, S.Sos (Direktorat Bina Pelayanan Medik Spesialistik)
CSEP :
Clinical Sepsis
HAP
:
Hospital Acquired Pneumonia
IADP
:
Infeksi Aliran Darah Primer
ICU
:
Intensive Care Unit
IPCN
:
Infection Prevention and Control Nurse
IPCLN :
Infection Prevention and Control Link Nurse
IRS
:
Infeksi Rumah Sakit
ISK
:
Infeksi Saluran Kemih
KLB
:
Kejadian Luar Biasa
ml
:
mililiter
NHSN :
National Healthcare Safety Network
NICU
:
Neonatal Intensive Care Unit
PA
:
Patologi Anatomi
PPI
:
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
RS
:
Rumah Sakit
SSI
:
Surgical Site Infection (Infeksi Luka Operasi)
12
Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
TI
: Teknologi infomasi
USG
: Ultrasonographi
VAP
:
Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
13
DAFTAR ISI
Ventilator Associated Pneumonia Kata Pengantar ................................................ 4 Sambutan Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik .............................................. 6 Tim Penyusun ................................................... 9 Kontributor ........................................................ 11 Daftar Singkatan ............................................... 13 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ............................. 17 B. Tujuan .......................................... 17 C. Sasaran ....................................... 17 BAB II. PERENCANAAN SURVEILANS A. Identikasi Masalah ..................... 18 B. Penetapan Prioritas ..................... 18 C. Penetapan Metode Surveilans Infeksi Rumah Sakit ..................... 19
14
Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
15
TI
: Teknologi infomasi
USG
: Ultrasonographi
VAP
:
DAFTAR ISI
Ventilator Associated Pneumonia Kata Pengantar ................................................ 4 Sambutan Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik .............................................. 6 Tim Penyusun ................................................... 9 Kontributor ........................................................ 11 Daftar Singkatan ............................................... 13 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ............................. 17 B. Tujuan .......................................... 17 C. Sasaran ....................................... 17 BAB II. PERENCANAAN SURVEILANS A. Identikasi Masalah ..................... 18 B. Penetapan Prioritas ..................... 18 C. Penetapan Metode Surveilans Infeksi Rumah Sakit ..................... 19
14
Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
D. Pengorganisasian Dalam
15
BAB I PENDAHULUAN
Pelaksanaan Surveilans Infeksi Rumah Sakit ................................ 20 E. Penyediaan Sumber Daya ........... 20
A. Latar belakang
• BAB III. PELAKSANAAN SURVEILANS A. Kriteria Nasional .......................... 23
Pentingnya pengendalian infeksi dan surveilans.
•
Petunjuk untuk implementasi pelaksanaan
B. Pengumpulan Data ...................... 35
Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
C. Perhitungan ................................. 38
yang diterbitkan oleh Kementerian
D. Analisis dan Interpretasi .............. 40
Kesehatan tahun 2010.
E. Pelaporan, Rekomendasi dan Diseminasi ................................... 41
B. Tujuan
• BAB IV. PENUTUP
Tujuan untuk mendukung buku pedoman surveilans IRS.
•
Menyeragamkan pelaporan kejadian
LAMPIRAN
infeksi di semua rumah sakit di Indonesia
Formulir / format pencatatan dan pelaporan.
sesuai Pedoman Surveilans IRS.
•
Pentingnya jejaring surveilans IRS.
C. Sasaran Komite PPI, Tim PPI dan IPCLN. 16
Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
17
D. Pengorganisasian Dalam
BAB I PENDAHULUAN
Pelaksanaan Surveilans Infeksi Rumah Sakit ................................ 20 E. Penyediaan Sumber Daya ........... 20
A. Latar belakang
• BAB III. PELAKSANAAN SURVEILANS A. Kriteria Nasional .......................... 23
Pentingnya pengendalian infeksi dan surveilans.
•
Petunjuk untuk implementasi pelaksanaan
B. Pengumpulan Data ...................... 35
Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
C. Perhitungan ................................. 38
yang diterbitkan oleh Kementerian
D. Analisis dan Interpretasi .............. 40
Kesehatan tahun 2010.
E. Pelaporan, Rekomendasi dan Diseminasi ................................... 41
B. Tujuan
• BAB IV. PENUTUP
Tujuan untuk mendukung buku pedoman surveilans IRS.
•
Menyeragamkan pelaporan kejadian
LAMPIRAN
infeksi di semua rumah sakit di Indonesia
Formulir / format pencatatan dan pelaporan.
sesuai Pedoman Surveilans IRS.
•
Pentingnya jejaring surveilans IRS.
C. Sasaran Komite PPI, Tim PPI dan IPCLN. 16
Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
BAB II PERENCANAAN SURVEILANS
Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
•
17
Angka kejadian infeksi (peningkatan dari angka dasar).
•
Potensi terjadi infeksi :
Suatu program surveilans dapat berjalan dengan
- karakteristik patogen penyebab
baik bila tujuan jelas dan telah dijabarkan langkah-
- perilaku petugas
langkahnya dengan esien dan efektif. Langkah-
- kondisi lingkungan
langkah tersebut adalah sebagai berikut :
- jenis tindakan - kualitas instrumen
A.
•
Identifkasi masalah
Risiko penularan :
Identikasi masalah penting untuk mengetahui
- kecepatan penularan
kebutuhan
- cara penularan (kontak, droplet ,
dilaksanakannya
surveilans.
airborne, vechicle)
Masalah diketahui melalui :
•
Temuan kasus secara aktif oleh IPCN dan IPC Link Nurse (IPCLN).
• • •
Laporan dari ruangan (termasuk KLB).
• •
Unit perawatan berisiko tinggi. Ketersediaan sumber daya.
Lihat : Tabel Skala Prioritas Masalah.
Laporan hasil Laboratorium Mikrobiologi. Pertimbangan para ahli RS bersangkutan.
C. Metode surveilans Metode yang dipilih adalah surveilans aktif
B. Penetapan prioritas
18
dengan sasaran khusus (target surveillance).
Prioritas ditetapkan melalui besaran masalah
Lihat : Buku Pedoman Surveilans Infeksi
atas dasar :
Rumah Sakit - Tahun 2010, Bab III.
Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
19
BAB II PERENCANAAN SURVEILANS
•
Angka kejadian infeksi (peningkatan dari angka dasar).
•
Potensi terjadi infeksi :
Suatu program surveilans dapat berjalan dengan
- karakteristik patogen penyebab
baik bila tujuan jelas dan telah dijabarkan langkah-
- perilaku petugas
langkahnya dengan esien dan efektif. Langkah-
- kondisi lingkungan
langkah tersebut adalah sebagai berikut :
- jenis tindakan - kualitas instrumen
A.
•
Identifkasi masalah
Risiko penularan :
Identikasi masalah penting untuk mengetahui
- kecepatan penularan
kebutuhan
- cara penularan (kontak, droplet ,
dilaksanakannya
surveilans.
airborne, vechicle)
Masalah diketahui melalui :
•
Temuan kasus secara aktif oleh IPCN dan IPC Link Nurse (IPCLN).
• • •
Laporan dari ruangan (termasuk KLB).
• •
Unit perawatan berisiko tinggi. Ketersediaan sumber daya.
Lihat : Tabel Skala Prioritas Masalah.
Laporan hasil Laboratorium Mikrobiologi. Pertimbangan para ahli RS bersangkutan.
C. Metode surveilans Metode yang dipilih adalah surveilans aktif
B. Penetapan prioritas
18
dengan sasaran khusus (target surveillance).
Prioritas ditetapkan melalui besaran masalah
Lihat : Buku Pedoman Surveilans Infeksi
atas dasar :
Rumah Sakit - Tahun 2010, Bab III.
Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
D. Pengorganisasian
Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
19
2. Dana : •
Pelaksanaan surveilans IRS (pengumpulan,
Dukungan dana operasional dari Pimpinan RS.
pencatatan) dilakukan oleh IPCLN dan Tim PPIRS. Pengolahan dan analisis data dilakukan oleh Tim PPI. Hasil dilaporkan ke Komite PPI untuk dilakukan pembahasan dan penyusunan
3.
Sarana, prasarana dan pendukung : •
Kantor dan ruang rapat Komite dan Tim PPI.
rekomendasi. Komite PPI melaporkan keseluruhan hasil dan rekomendasi ke Direktur RS. Umpan
•
Komputer, fax, telepon, internet.
balik dan rekomendasi ke unit terkait dilakukan
•
Petugas sekretariat dan teknologi
oleh Komite PPI. Pemantauan tindak lanjut
informasi (TI).
rekomendasi dilakukan oleh Tim PPI. E. Penyediaan sumber daya Sumber daya berikut ini dibutuhkan untuk terlaksananya surveilans : 1. Petugas :
•
IPCN (purna waktu / full time) yang sudah mengikuti pelatihan PPI Dasar dan Surveilans.
•
IPCLN yang sudah mengikuti pelatihan PPI.
20
Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
21
2. Dana :
D. Pengorganisasian
•
Pelaksanaan surveilans IRS (pengumpulan,
Dukungan dana operasional dari Pimpinan RS.
pencatatan) dilakukan oleh IPCLN dan Tim PPIRS. Pengolahan dan analisis data dilakukan 3.
oleh Tim PPI. Hasil dilaporkan ke Komite PPI
Sarana, prasarana dan pendukung : •
untuk dilakukan pembahasan dan penyusunan
Kantor dan ruang rapat Komite dan Tim PPI.
rekomendasi. Komite PPI melaporkan keseluruhan hasil dan rekomendasi ke Direktur RS. Umpan
•
Komputer, fax, telepon, internet.
balik dan rekomendasi ke unit terkait dilakukan
•
Petugas sekretariat dan teknologi informasi (TI).
oleh Komite PPI. Pemantauan tindak lanjut rekomendasi dilakukan oleh Tim PPI. E. Penyediaan sumber daya Sumber daya berikut ini dibutuhkan untuk terlaksananya surveilans : 1. Petugas :
•
IPCN (purna waktu / full time) yang sudah mengikuti pelatihan PPI Dasar dan Surveilans.
•
IPCLN yang sudah mengikuti pelatihan PPI.
20
Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
* n a k i f i n g i s k a d i T 1 * n a k i f i n g i s g n a r u K 2 h a l a s a M s a t i r o i r P a l a k S n a p a t e n e P n e m u r t s n I h o t n o C
22
* n a k i f i n g i S 3 * n a k i f i n g i s t a g n a S 4 * l a k i t i r K 5
5 . - … h … a l a … s … a M …
. 4 . - … h … a l a … s … a M … . 3 . - … h … a l a … s … a M … . 2 . - … h … a l a … s a … M … 1 . - … h … a l a … s … a M …
* * h a l a s a M i s p i r k s e D . o N
Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
21
BAB III PELAKSANAAN SURVEILANS n a n a y a l e n P a t s u a k t i g l i n s a a s r F / e S b R n i a t t a a k h a e p s e e s K i d n a h n a a l y e t a l e g n P a s y a t i n l i a s u a c F a / r S a d R n n a a t h s u t n u a g b e n k e n d a i d a i u i s s b e n d a i s a n b g e g o y n a h t i u k n t y a k a e l o d i p S a g n k r a s i i s k s n s e l A i T a n e k e r b a g I f a n n e g n n e m t R f s n a o a n e r i n t s g o b m r e T O d a n n i m a a r n u I e s i a a d p g u n r u b a a n R n b n i u k a t e b t a k t a n a d j P t s y e a a t e g k a r i a j k n a n n y w i s p i e i o t a i e t l d i e n a r d k i e u i i n s p e r e b a a k i s t t a o p e s o h u a s t k l p r a d i i k s k n l b a a i e r t e e s g t r n a i s r i t n o a e o n s e m e u i a n e s A P K P K J K R C U K e e i P K D . . . . . . . . . . . 0 1 * 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 * *
Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
A. Kriteria Nasional I.
Infeksi Aliran Darah Perifer (IADP)
Algoritma Diagnosa IADP Anak <1 tahun
Umum Simtom (Gejala dan Tanda)
Minimal 1: o demam (>38 C) menggigil hipotensi
Minimal 1: o demam (>38 C) o hipotermi (<37 C) apnoe bradikardia
Laboratorium: Kultur darah
Positif 1 mikroba patogen
Negatif
Bukti infeksi tempat lain
Kriteria IADP
Positif 2 mikroba flora kulit
1
2
3
Keterangan: -
- Yang dimaksud mikroba pathogen pada kriteria 1 misalnya adalah: S. aureus, Enterococcus spp, E coli, Psudomonas spp, Klebsiella spp, Candida spp dan lain-lain. - Yang dimaksud dengan ora kulit adalah mikroba kontaminan kulit yang umum, misalnya difteroid
Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
23
* n a k i f i n g i s k a d i T 1 * n a k i f i n g i s g n a r u K 2 h a l a s a M s a t i r o i r P a l a k S n a p a t e n e P n e m u r t s n I h o t n o C
22
* n a k i f i n g i S 3 * n a k i f i n g i s t a g n a S 4 * l a k i t i r K 5
5 . - … h … a l a … s … a M …
. 4 . - … h … a l a … s a … M … . 3 . - … h … a l a … s … a M … . 2 . - … h … a l a … s a … M … 1 . - … h … a l a … s … a M …
* * h a l a s a M i s p i r k s e D . o N
BAB III PELAKSANAAN SURVEILANS n a n a y a l e n P a t s u a k t i g l i n s a a s r F / e S b R n i a t t a a k h a e p s e e s K i d n a h n a a l y e t a l e g n P a s y a t l n i i a s u a c F a / r S a d R n n a a t h s u t n u a b g e n k e n d a i d a i u i s s b e n d a i s b g a n e g o y n a h t i y u k n t a k a e l n o d i p S a g k s i i r s n a k s n s e l A i T e k e r a b a I a g f e g n n n e m t s n n f o s a a n b e e r i o R m r n t g u T a O a a n i m a r I e d n s i p g n n b a a u a n u R b n i d r e b t n u a k t a k t a n a d j i P t s y e a a e g k a r t a j n a n n y w i s p i e i o a k i e t l d i e n r k i r n s p e a d b t u i i e k e a a s t t e s a p p r s o h u a n k a i t o i s l i k e a i l d i k r s b a t e e i g t r r n a s t n o a e o n s e m e u i a n e s A P K P K J K R C U K e e i P K D . . . . . . . . . . . 0 1 * 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 * *
Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
(Corynebacterium spp), Bacillus spp., Propionibacterium
A. Kriteria Nasional I.
Infeksi Aliran Darah Perifer (IADP)
Algoritma Diagnosa IADP Anak <1 tahun
Umum Simtom (Gejala dan Tanda)
Minimal 1: o demam (>38 C) menggigil hipotensi
Minimal 1: o demam (>38 C) o hipotermi (<37 C) apnoe bradikardia
Laboratorium: Kultur darah
Positif 1 mikroba patogen
Negatif
Bukti infeksi tempat lain
Kriteria IADP
Positif 2 mikroba flora kulit
1
2
3
Keterangan: -
- Yang dimaksud mikroba pathogen pada kriteria 1 misalnya adalah: S. aureus, Enterococcus spp, E coli, Psudomonas spp, Klebsiella spp, Candida spp dan lain-lain. - Yang dimaksud dengan ora kulit adalah mikroba kontaminan kulit yang umum, misalnya difteroid
Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
23
II. Pneumonia (PNEU)
spp., CNS termasuk Staph. epidermidis, Streptococcus viridans, Aerococcus spp, Micrococcus spp. - Hasil kultur darah pada kriteria 2 dan 3, arti ’ 2’ kultur darah: 2 spesimen darah diambil dari lokasi yang berbeda dan dengan jeda waktu tidak lebih dari 2 hari.
24
Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
25
(Corynebacterium spp), Bacillus spp., Propionibacterium
II. Pneumonia (PNEU)
spp., CNS termasuk Staph. epidermidis, Streptococcus viridans, Aerococcus spp, Micrococcus spp. - Hasil kultur darah pada kriteria 2 dan 3, arti ’ 2’ kultur darah: 2 spesimen darah diambil dari lokasi yang berbeda dan dengan jeda waktu tidak lebih dari 2 hari.
24
Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
25
- PNU2 – 2: Kriteria untuk Pneumonia dengan hasil Laboratotrium yang spesifik untuk infeksi virus, Legionella, Chlamydia, Mycoplasma, dan patogen tidak umum lainnya. - PNU3: Kriteria untuk Pneumonia pada pasien immunocompromised. - Yang dimaksud dengan kelainan kardio-pulmoner, misalnya:
respiratory
distress
syndrome,
bronchopulmonary dysplasia, pulmonary edema, atau chronic obstructive pulmonary disease o
- Demam; suhu38 C. 3
- Leukopenia: <4.000 SDP/mm (SDP: sel darah putih) 3
- Leukositosis: ≥12.000 SDP/mm 3
- Lekositosis: ≥15.000 SDP/mm
2
Keterangan: -
-
2
- Memburuknya pertukaran gas: desaturasi O : PaO /
-
- PNU1: Kriteria untuk Peumonia Klinik - PNU2 – 1: Kriteria untuk Pneumonia dengan hasil Laboratotrium yang spesik untuk infeksi bakteri umum dan jamur berlamen
2
2
FiO ≤240, atau pO <94%., peningkatan kebutuhan oksigen, atau perlunya peningkatan ventilator - peningkatan sekresi pernafasan termasuk peningkatan keperluan pengisapan (suctioning ) - SNB: Saluran nafas bawah
-
26
Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
27
- PNU2 – 2: Kriteria untuk Pneumonia dengan hasil Laboratotrium yang spesifik untuk infeksi virus, Legionella, Chlamydia, Mycoplasma, dan patogen tidak umum lainnya. - PNU3: Kriteria untuk Pneumonia pada pasien immunocompromised. - Yang dimaksud dengan kelainan kardio-pulmoner, misalnya:
respiratory
distress
syndrome,
bronchopulmonary dysplasia, pulmonary edema, atau chronic obstructive pulmonary disease o
- Demam; suhu38 C. 3
- Leukopenia: <4.000 SDP/mm (SDP: sel darah putih) 3
- Leukositosis: ≥12.000 SDP/mm 3
- Lekositosis: ≥15.000 SDP/mm
2
Keterangan: -
-
2
- Memburuknya pertukaran gas: desaturasi O : PaO /
-
- PNU1: Kriteria untuk Peumonia Klinik - PNU2 – 1: Kriteria untuk Pneumonia dengan hasil Laboratotrium yang spesik untuk infeksi bakteri umum dan jamur berlamen
2
2
FiO ≤240, atau pO <94%., peningkatan kebutuhan oksigen, atau perlunya peningkatan ventilator - peningkatan sekresi pernafasan termasuk peningkatan keperluan pengisapan (suctioning ) - SNB: Saluran nafas bawah
-
26
Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
- Sekresi SNB adalah yang diambil dengan alat bronchoskopi dan merupakan spesimen sekresi saluran nafas bawah yang mempunyai tingkat kontaminasi minimal - Spesimen NSB dapat berupa lavage (bilasan) atau brushing
Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
27
selama bertahun-tahun, tetapi dengan kadar yang semakin turun. - PCR: Polymerase Chain Reaction, merupakan salah satu metode deteksi infeksi dengan cara memperbanyak asam nukleat mikroba. Merupakan cara deteksi infeksi yang sangat sensitif dan waktu yang cepat.
- BAL: broncho alveolar lavage - Antigen: merupakan komponen/protein dari mikroba. Tes deteksi antigen menggunakan antibodi yang spesik, yang akan berikatan dengan antigen mikronba yang ada pada spesimen tersebut. - Metode deteksi antigen dapat berupa: micro-IF, RIA, EIA, FAMA - Antibodi: merupakan Imunoglobulin spesik yang dibuat tubuh bila ada antigen masuk. Karena hanya merupakan reaksi respon, maka baru terdeteksi setelah seminggu lebih terinfeksi, dan ada progres peningkatan titer kalau baru diproduksi (fase akut) yang akan terus meningkat setelah beberapa minggu, yang kemudian menurun setelah beberapa bulan (sekitar 3 bulan) dan sebagaian besar akan tetap terdeteksi
28
Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
29
- Sekresi SNB adalah yang diambil dengan alat
selama bertahun-tahun, tetapi dengan kadar yang
bronchoskopi dan merupakan spesimen sekresi saluran
semakin turun.
nafas bawah yang mempunyai tingkat kontaminasi
- PCR: Polymerase Chain Reaction, merupakan salah
minimal
satu metode deteksi infeksi dengan cara memperbanyak
- Spesimen NSB dapat berupa lavage (bilasan) atau
asam nukleat mikroba. Merupakan cara deteksi infeksi
brushing
yang sangat sensitif dan waktu yang cepat.
- BAL: broncho alveolar lavage - Antigen: merupakan komponen/protein dari mikroba. Tes deteksi antigen menggunakan antibodi yang spesik, yang akan berikatan dengan antigen mikronba yang ada pada spesimen tersebut. - Metode deteksi antigen dapat berupa: micro-IF, RIA, EIA, FAMA - Antibodi: merupakan Imunoglobulin spesik yang dibuat tubuh bila ada antigen masuk. Karena hanya merupakan reaksi respon, maka baru terdeteksi setelah seminggu lebih terinfeksi, dan ada progres peningkatan titer kalau baru diproduksi (fase akut) yang akan terus meningkat setelah beberapa minggu, yang kemudian menurun setelah beberapa bulan (sekitar 3 bulan) dan sebagaian besar akan tetap terdeteksi
28
Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
29
Keterangan: -
•
Tes konrmasi merupakan tes-tes yang membantu memastikan adanya ISK. - Tes konrmasi mayor merupakan pemeriksaan kultur kuantitatif yang menghasilkan jumlah koloni yang sedikit kemungkinan terjadi akibat kontaminasi - Tes konrmasi minor merupakan pemeriksaan atau bukti ISK dengan keakuratan yang kurang sebagai tanda adanya ISK. - Tes komrmasi minor dapat berupa: tes-tes kultur kuantitatif dengan jumlah koloni yang meragukan
30
Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
31
Keterangan: -
•
Tes konrmasi merupakan tes-tes yang membantu memastikan adanya ISK.
-
- Tes konrmasi mayor merupakan pemeriksaan kultur kuantitatif yang menghasilkan jumlah koloni yang sedikit kemungkinan terjadi akibat kontaminasi - Tes konrmasi minor merupakan pemeriksaan atau bukti ISK dengan keakuratan yang kurang sebagai tanda adanya ISK. - Tes komrmasi minor dapat berupa: tes-tes kultur kuantitatif dengan jumlah koloni yang meragukan
30
Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
adanya infeksi, pemeriksaan urine untuk melihat
•
Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
•
31
ISK Lain: adalah ISK yang melibatkan jaringan lebih
adanya kemungkinan ISK tanpa melakukan
dalam dari sistem urinarius, mislnya ginjal, ureter,
kultur, dan keyakinan klinisi berdasarkan
kandung kemih, uretra dan jaringan sekitar
profesionalitasnya.
retroperitonial atau rongga perinefrik.
urin aliran tengah (midstream) adalah specimen urin yang diambil dengan cara membuang aliran pertama, dan aliran pancar tengah yang akhirnya dijadikan bahan pemeriksaan.
•
Spesimen untuk kultur urin harus didapatkan sengan tehnik yang benar, misalnya clean catch collection untuk spesimen urin pancar tengah, atau kateterisasi.
•
clean catch collection adalah tehnik pengambilan urine pancar tengah yang terutama dilakukan terhadap pasien wanita, dengan cara membersihkan dulu jalan keluarnya urin yang diambil secara spontan. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kontaminasi sampel dari ora yang biasa terdapat pada muara dan urethra sekitarnya.
•
Pada bayi, spesimen diambil dengan cara kateterisasi kandung kemih atau aspirasi supra pubik.
32
Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
33
adanya infeksi, pemeriksaan urine untuk melihat
•
•
ISK Lain: adalah ISK yang melibatkan jaringan lebih
adanya kemungkinan ISK tanpa melakukan
dalam dari sistem urinarius, mislnya ginjal, ureter,
kultur, dan keyakinan klinisi berdasarkan
kandung kemih, uretra dan jaringan sekitar
profesionalitasnya.
retroperitonial atau rongga perinefrik.
urin aliran tengah (midstream) adalah specimen urin yang diambil dengan cara membuang aliran pertama, dan aliran pancar tengah yang akhirnya dijadikan bahan pemeriksaan.
•
Spesimen untuk kultur urin harus didapatkan sengan tehnik yang benar, misalnya clean catch collection untuk spesimen urin pancar tengah, atau kateterisasi.
•
clean catch collection adalah tehnik pengambilan urine pancar tengah yang terutama dilakukan terhadap pasien wanita, dengan cara membersihkan dulu jalan keluarnya urin yang diambil secara spontan. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kontaminasi sampel dari ora yang biasa terdapat pada muara dan urethra sekitarnya.
•
Pada bayi, spesimen diambil dengan cara kateterisasi kandung kemih atau aspirasi supra pubik.
32
Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
33
B. Pengumpulan Data 1. Pengumpul Data Tim PPI bertanggung jawab atas pengumpulan data tersebut di atas, karena mereka yang memiliki keterampilan dalam mengidentifikasi IRS sesuai dengan kriteria yang ada. Sedangkan pelaksana pengumpul data adalah IPCN yang dibantu IPCLN. Mekanisme pelaksanaan surveilans : IPCLN mengisi dan mengumpulkan formulir surveilans setiap pasien berisiko di unit Keterangan:
rawat masing-masing setiap hari. Pada
•
bukti lain terjadinya ILO dapat berupa temuan
awal bulan berikutnya, paling lambat tanggal
langsung, selama re-operasi, atau berdasarkan
5 formulir surveilans diserahkan ke Tim
hasil pemeriksaan histopatologi (PA) atau radiologi.
PPI dengan diketahui dan ditandatangani Kepala Ruangan.
34
Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
35
B. Pengumpulan Data 1. Pengumpul Data Tim PPI bertanggung jawab atas pengumpulan data tersebut di atas, karena mereka yang memiliki keterampilan dalam mengidentifikasi IRS sesuai dengan kriteria yang ada. Sedangkan pelaksana pengumpul data adalah IPCN yang dibantu IPCLN. Mekanisme pelaksanaan surveilans : IPCLN mengisi dan mengumpulkan formulir surveilans setiap pasien berisiko di unit Keterangan:
rawat masing-masing setiap hari. Pada
•
bukti lain terjadinya ILO dapat berupa temuan
awal bulan berikutnya, paling lambat tanggal
langsung, selama re-operasi, atau berdasarkan
5 formulir surveilans diserahkan ke Tim
hasil pemeriksaan histopatologi (PA) atau radiologi.
PPI dengan diketahui dan ditandatangani Kepala Ruangan.
34
Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
35
Apabila ada kecurigaan terjadi infeksi, IPCLN segera melaporkan ke IPCN untuk ditindaklanjuti (investigasi). 2. Sumber Data
Jumlah kasus ISK Insiden rate ISK =
X 1000 Jumlah lama hari pemakaian kateter urine menetap
Jumlah kasus IADP Insiden rate IADP =
X 1000 Jumlah lama hari pemakaian kateter vena sentral
Sumber data diperoleh dari :
• • •
Rekam medis Catatan perawatan
Jumlah kasus pneumonia Insiden rate HAP
=
X 1000 Jumlah lama hari rawat
Catatan hasil pemeriksaan penunjang (laboratorium dan radiologi)
• Farmasi • Pasien / keluarga pasien.
Jumlah kasus VAP Insiden rate VAP =
X 1000 Jumlah lama hari pemakaian ETT
Jumlah kasus ILO Insiden rate ILO
=
X 100 Jumlah kasus operasi
3.
Numerator Angka kejadian infeksi.
4.
Insiden rate Plebitis =
Jumlah kasus Plebitis X 1000 Jumlah lama hari pemakaian kateter perifer
Denominator Denominator ditentukan oleh jenis infeksi
Jumlah kasus Dekubitus Insiden rate Dekubitus =
X 1000 Jumlah lama tirah baring
rumah sakit. 5.
36
Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
Pengolahan dan Penyajian Data.
Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
37
Apabila ada kecurigaan terjadi infeksi, IPCLN segera melaporkan ke IPCN untuk
Jumlah kasus ISK Insiden rate ISK =
ditindaklanjuti (investigasi).
X 1000 Jumlah lama hari pemakaian kateter urine menetap
Jumlah kasus IADP
2. Sumber Data
Insiden rate IADP =
X 1000 Jumlah lama hari pemakaian kateter vena sentral
Sumber data diperoleh dari :
• • •
Rekam medis
Jumlah kasus pneumonia
Catatan perawatan
Insiden rate HAP
=
X 1000 Jumlah lama hari rawat
Catatan hasil pemeriksaan penunjang (laboratorium dan radiologi)
Jumlah kasus VAP Insiden rate VAP =
• Farmasi • Pasien / keluarga pasien.
X 1000 Jumlah lama hari pemakaian ETT
Jumlah kasus ILO Insiden rate ILO
=
X 100 Jumlah kasus operasi
3.
Numerator Angka kejadian infeksi.
4.
Jumlah kasus Plebitis Insiden rate Plebitis =
X 1000 Jumlah lama hari pemakaian kateter perifer
Denominator
Jumlah kasus Dekubitus
Denominator ditentukan oleh jenis infeksi
Insiden rate Dekubitus =
X 1000 Jumlah lama tirah baring
rumah sakit. 5.
36
Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
Pengolahan dan Penyajian Data.
Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
37
Dalam penggunaan komputer tersebut, ada
C. Perhitungan
beberapa hal yang harus dipertimbangkan, Perhitungan dilakukan dalam satu bulan.
yaitu :
Kurun waktu harus jelas dan sama antara
a. Memilih sistem komputer yang akan
numerator dan denominator sehingga laju
dipakai, komputer mainframe atau
tersebut mempunyai arti.
komputer mikro.
Surveilans merupakan kegiatan yang sangat
Komputer mainframe bekerja jauh lebih
membutuhkan waktu dan menyita hampir
cepat, memuat data jauh lebih besar dan
separuh waktu kerja seorang IPCN sehingga
memiliki jaringan yang dapat diakses
dibutuhkan penuh waktu / full time. Dalam hal
di seluruh area rumah sakit. Semua data
ini bantuan komputer akan sangat membantu,
pasien seperti sensus pasien, hasil
terutama akan meningkatkan esien pada saat
laboratorium dan sebagainya, dapat dikirim
analisis. Besarnya data yang harus dikumpulkan
secara elektronik. Namun harus diingat
dan kompleksitas cara analisisnya merupakan
bahwa komputer mainframe adalah cukup
alasan mutlak untuk menggunakan jasa
mahal baik pembelian maupun
komputer, meski di RS kecil sekalipun. Lagi pula
operasionalnya. Tidak setiap orang dapat
sistem surveilans tidak hanya berhadapan
menggunakannya dan memerlukan
dengan masalah pada waktu sekarang saja,
pelatihan yang intensif. Software untuk
tetapi juga harus mengantisipasi tantangan di
program pencegahan dan pengendalian
masa depan.
IRS bagi komputer mainframe sampai saat ini masih terbatas. Mikrokomputer jauh
38
Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
39
Dalam penggunaan komputer tersebut, ada
C. Perhitungan
beberapa hal yang harus dipertimbangkan, Perhitungan dilakukan dalam satu bulan.
yaitu :
Kurun waktu harus jelas dan sama antara
a. Memilih sistem komputer yang akan
numerator dan denominator sehingga laju
dipakai, komputer mainframe atau
tersebut mempunyai arti.
komputer mikro.
Surveilans merupakan kegiatan yang sangat
Komputer mainframe bekerja jauh lebih
membutuhkan waktu dan menyita hampir
cepat, memuat data jauh lebih besar dan
separuh waktu kerja seorang IPCN sehingga
memiliki jaringan yang dapat diakses
dibutuhkan penuh waktu / full time. Dalam hal
di seluruh area rumah sakit. Semua data
ini bantuan komputer akan sangat membantu,
pasien seperti sensus pasien, hasil
terutama akan meningkatkan esien pada saat
laboratorium dan sebagainya, dapat dikirim
analisis. Besarnya data yang harus dikumpulkan
secara elektronik. Namun harus diingat
dan kompleksitas cara analisisnya merupakan
bahwa komputer mainframe adalah cukup
alasan mutlak untuk menggunakan jasa
mahal baik pembelian maupun
komputer, meski di RS kecil sekalipun. Lagi pula
operasionalnya. Tidak setiap orang dapat
sistem surveilans tidak hanya berhadapan
menggunakannya dan memerlukan
dengan masalah pada waktu sekarang saja,
pelatihan yang intensif. Software untuk
tetapi juga harus mengantisipasi tantangan di
program pencegahan dan pengendalian
masa depan.
IRS bagi komputer mainframe sampai saat ini masih terbatas. Mikrokomputer jauh
38
Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
lebih murah dan lebih mudah dioperasikannya
diketemukan penyebab dilanjutkan dengan
oleh setiap petugas.
alternatif pemecahannya. Dan diantara
39
pemecahan dipilih yang laik laksana bagi RS b.
Mencari software yang sudah tersedia dan
atau Fasilitas Pelayanan Kesehatan setempat.
memilih yang digunakan.
Hasil analisa data disajikan dalam bentuk tabel,
Pemilihan software harus dilakukan hati-
diagram dan grak.
hati dengan mempertimbangkan maksud dan tujuan dari surveilans yang akan dilaksanakan di rumah sakit.
E. Pelaporan, Rekomendasi dan Diseminasi Prinsip pelaporan surveilans IRS :
D. Analisis dan interpretasi
•
Laporan dibuat sistematik, singkat, tepat waktu dan informatif.
Data insiden rate dianalisa, apakah ada perubahan
•
yang signikan seperti penurunan maupun peningkatan IRS yang cukup tajam atau
tabel.
•
signikan, kemudian dibandingkan dengan jumlah kasus dalam kurun waktu bulan yang
penyebabnya mengapa hal tersebut terjadi. Bila 40
Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
Laporan dibuat bulanan, triwulan, semester atau tahunan.
•
sama pada tahun yang lalu.Jika terjadi perubahan yang signikan dicari faktor-faktor
Laporan dibuat dalam bentuk grak atau
Laporan disertai analisis masalah dan rekomendasi penyelesaian.
•
Laporan dipresentasikan dalam rapat koordinasi dengan pimpinan.
Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
41
lebih murah dan lebih mudah dioperasikannya
diketemukan penyebab dilanjutkan dengan
oleh setiap petugas.
alternatif pemecahannya. Dan diantara pemecahan dipilih yang laik laksana bagi RS
b.
Mencari software yang sudah tersedia dan
atau Fasilitas Pelayanan Kesehatan setempat.
memilih yang digunakan.
Hasil analisa data disajikan dalam bentuk tabel,
Pemilihan software harus dilakukan hati-
diagram dan grak.
hati dengan mempertimbangkan maksud dan tujuan dari surveilans yang akan dilaksanakan di rumah sakit.
E. Pelaporan, Rekomendasi dan Diseminasi Prinsip pelaporan surveilans IRS :
D. Analisis dan interpretasi
•
Laporan dibuat sistematik, singkat, tepat waktu dan informatif.
Data insiden rate dianalisa, apakah ada perubahan
•
yang signikan seperti penurunan maupun peningkatan IRS yang cukup tajam atau
tabel.
•
signikan, kemudian dibandingkan dengan jumlah kasus dalam kurun waktu bulan yang
•
Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
Laporan disertai analisis masalah dan rekomendasi penyelesaian.
•
penyebabnya mengapa hal tersebut terjadi. Bila 40
Laporan dibuat bulanan, triwulan, semester atau tahunan.
sama pada tahun yang lalu.Jika terjadi perubahan yang signikan dicari faktor-faktor
Laporan dibuat dalam bentuk grak atau
Laporan dipresentasikan dalam rapat koordinasi dengan pimpinan.
Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
41
Instruksi Pelaporan Diseminasi
●
Tetapkan data populasi yang sama
Tujuan diseminasi agar pihak terkait dapat
berdasarkan jenis lokasi insersi:
memanfaatkan informasi tersebut untuk
-
Vena / arteri sentral
menetapkan strategi pengendalian IRS. Laporan
-
Vena / arteri perifer
disampaikan pada seluruh anggota komite,
●
direktur rumah sakit, ruangan atau unit terkait.
Tetapkan kriteria IADP : -
● IADP
Kolonisasi atau kontaminasi.
Bedakan Lokasi perawatan terjadinya infeksi misalnya : -
ICU.
Petunjuk Pelaporan
-
NICU.
●
-
Ruang Perawatan.
Plebitis yang purulen dikonrmasi dengan hasil positif kultur semikuantitatif dari ujung kateter, tetapi bila hasil kultur negatif atau
*
Analisa dengan cepat dan tepat, untuk
tidak ada kultur darah, maka tidak dilaporkan
mendapatkan informasi angka infeksi,
sebagai IADP.
lokasi dan waktu terjadinya IADP yang memerlukan penanggulangan atau investigasi
●
Pelaporan mikroba dari hasil kultur darah
lebih lanjut.
sebagai IADP bila tidak ditemukan infeksi pada bagian tubuh yang lain.
42
Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
43
Instruksi Pelaporan Diseminasi
●
Tetapkan data populasi yang sama
Tujuan diseminasi agar pihak terkait dapat
berdasarkan jenis lokasi insersi:
memanfaatkan informasi tersebut untuk
-
Vena / arteri sentral
menetapkan strategi pengendalian IRS. Laporan
-
Vena / arteri perifer
disampaikan pada seluruh anggota komite,
●
direktur rumah sakit, ruangan atau unit terkait.
Tetapkan kriteria IADP : -
● IADP
Kolonisasi atau kontaminasi.
Bedakan Lokasi perawatan terjadinya infeksi misalnya : -
ICU.
Petunjuk Pelaporan
-
NICU.
●
-
Ruang Perawatan.
Plebitis yang purulen dikonrmasi dengan hasil positif kultur semikuantitatif dari ujung kateter, tetapi bila hasil kultur negatif atau
*
Analisa dengan cepat dan tepat, untuk
tidak ada kultur darah, maka tidak dilaporkan
mendapatkan informasi angka infeksi,
sebagai IADP.
lokasi dan waktu terjadinya IADP yang memerlukan penanggulangan atau investigasi
●
Pelaporan mikroba dari hasil kultur darah
lebih lanjut.
sebagai IADP bila tidak ditemukan infeksi pada bagian tubuh yang lain.
42
Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
*
Bandingkan angka IADP : Apakah ada
Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
-
penyimpangan? dimana terjadi kenaikkan atau penurunan yang cukup tajam ?
43
Laporkan infeksi pada luka bakar sebagai BURN.
-
Bila infeksi pada tempat insisi mengenai atau melanjut sampai ke fascia dan jaringan
ILO
otot, laporkan sebagai ILO profunda (“ deep
Instruksi pelaporan:
incisional SSI ”).
-
Jangan melaporkan “ stitch abscess”
-
Apabila infeksi memenuhi kriteria sebagai
(inamasi minimal dan adanya keluar
ILO supercial dan ILO profunda klasikasikan
cairan [discharge] pada tempat penetrasi /
sebagai ILO profunda.
tusukan jarum atau tempat jahitan) sebagai -
suatu infeksi.
Instruksi pencatatan / pelaporan:
Jangan melaporkan infeksi luka yang
Secara spesik tempat terjadinya infeksi harus
terlokalisir (“localized stab wound infection”)
dicantumkan dalam pelaporan ILO organ/rongga
sebagai ILO, sebaiknya dilaporkan sebagai
tubuh (lihat juga kriteria untuk tempat tersebut):
infeksi kulit (SKIN) atau infeksi jaringan lunak (ST) tergantung dari kedalamannya infeksi. -
Laporkan infeksi pada tindakan sirkumsisi
- BONE
- LUNG
- BRST
- MED
- CARD
- DISC
- ORAL
- EAR
- OREP
- EMET
- MEN - OUTI
- ENDO
- SA
- EYE
- SINU
- GIT
- UR
- IAB
- VASC
- IC
- VCUF
- JNT
pada bayi baru lahir sebagai CIRC. Sirkumsisi tidak termasuk kedalam prosedur operasi pada NHSN. 44
Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
45
*
Bandingkan angka IADP : Apakah ada
-
penyimpangan? dimana terjadi kenaikkan atau penurunan yang cukup tajam ?
Laporkan infeksi pada luka bakar sebagai BURN.
-
Bila infeksi pada tempat insisi mengenai atau melanjut sampai ke fascia dan jaringan
ILO
otot, laporkan sebagai ILO profunda (“ deep
Instruksi pelaporan:
incisional SSI ”).
-
Jangan melaporkan “ stitch abscess”
-
Apabila infeksi memenuhi kriteria sebagai
(inamasi minimal dan adanya keluar
ILO supercial dan ILO profunda klasikasikan
cairan [discharge] pada tempat penetrasi /
sebagai ILO profunda.
tusukan jarum atau tempat jahitan) sebagai -
suatu infeksi.
Instruksi pencatatan / pelaporan:
Jangan melaporkan infeksi luka yang
Secara spesik tempat terjadinya infeksi harus
terlokalisir (“localized stab wound infection”)
dicantumkan dalam pelaporan ILO organ/rongga
sebagai ILO, sebaiknya dilaporkan sebagai
tubuh (lihat juga kriteria untuk tempat tersebut):
infeksi kulit (SKIN) atau infeksi jaringan lunak (ST) tergantung dari kedalamannya infeksi. -
Laporkan infeksi pada tindakan sirkumsisi
- BONE
- LUNG
- BRST
- MED
- CARD
- MEN
- DISC
- ORAL
- EAR
- OREP
- EMET
- OUTI
- ENDO
- SA
- EYE
- SINU
- GIT
- UR
- IAB
- VASC
- IC
- VCUF
- JNT
pada bayi baru lahir sebagai CIRC. Sirkumsisi tidak termasuk kedalam prosedur operasi pada NHSN. 44
Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
Biasanya infeksi organ/rongga tubuh keluar (drains) melalui tempat insisi. Infeksi tersebut
Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
45
BAB IV PENUTUP
umumnya tidak memerlukan re-operasi dan dianggap sebagai komplikasi dari insisi,
Infeksi rumah sakit menjadi masalah yang tidak
sehingga keadaan tersebut harus diklasikasikan
bisa dihindari sehingga dibutuhkan data dasar
sebagai suatu ILO profunda.
infeksi untuk menurunkan angka yang ada. Untuk itu perlunya melakukan surveilans dengan metode
Pneumonia
yang aktif, terus menerus dan tepat sasaran.
Hasil surveilans angka infeksi HAP dan VAP disampaikan ke unit terkait secara berkesinambungan.
Pelaksanaan surveilans memerlukan tenaga khusus yang termasuk tugas dari IPCN. Untuk itu diperlukan tenaga IPCN yang purna waktu.
46
Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
47
Biasanya infeksi organ/rongga tubuh keluar (drains) melalui tempat insisi. Infeksi tersebut
BAB IV PENUTUP
umumnya tidak memerlukan re-operasi dan dianggap sebagai komplikasi dari insisi,
Infeksi rumah sakit menjadi masalah yang tidak
sehingga keadaan tersebut harus diklasikasikan
bisa dihindari sehingga dibutuhkan data dasar
sebagai suatu ILO profunda.
infeksi untuk menurunkan angka yang ada. Untuk itu perlunya melakukan surveilans dengan metode
Pneumonia
yang aktif, terus menerus dan tepat sasaran.
Hasil surveilans angka infeksi HAP dan VAP disampaikan ke unit terkait secara berkesinambungan.
Pelaksanaan surveilans memerlukan tenaga khusus yang termasuk tugas dari IPCN. Untuk itu diperlukan tenaga IPCN yang purna waktu.
46
Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
47
48
Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit