1. budaya menurut alkitab dan non Alkitab
1.KEBudayaan menurut Alkitab
Pada hakikatnya kebudayaan menurut alkitab adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia melalui pembelajaran dan pembiasaan beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu. Itu berarti, sesuatu hal menjadi kebudayaan setelah melalui proses pembiasaan, yaitu dengan belajar. Contoh sederhana, orang makan bukanlah kebudayaan karena aktivitas makan bersifat naluriah. Akan tetapi, setelah "makan" itu menjadi upacara pesta dengan tata cara tertentu, maka tata cara makan itu menjadi kebudayaan. Ini menunjukkan kebudayaan adalah wujud keberadaban manusia yang menjadi warisan sosiala a .
Kejadian 1:26: Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi."
Kejadian 4:20-22: Ada itu melahirkan Yabal; dialah yang menjadi bapa orang yang diam dalam kemah dan memelihara ternak. Nama adiknya ialah Yubal; dialah yang menjadi bapa semua orang yang memainkan kecapi dan suling. Zila juga melahirkan anak, yakni Tubal-Kain, bapa semua tukang tembaga dan tukang besi. Adik perempuan Tubal-Kain ialah Naama..
.
kebudayaan menurut non alkitab
Diketahui bahwa budaya tidak dapat dipisahkan dari manusia, justru budaya itu adalah hasil manusia. Segala sesuatu yang dihasilkan manusia itu melalui pikiran, perasaan dan kemauannya, itulah yang disebut kebudayaan. Jika terjadi krisis kebudayaan maka sesungguhnya yang harus dicari penyebabnya adalah pada pemikiran, perasaan, dan kemauan manusia itu sendiri. Krisis budaya adalah krisis kemanusiaan. Memahami manusia dapat ditinjau dari berbagai sudut. Misalnya, dari sudut antrophologi, biologi, sosiologi dan filsafat. Tetapi dalam tulisan ini, sudut pandang yang dipakai adalah Iman Kristen berdasarkan Alkitab. Menurut Alkitab, pada mulanya manusia itu sangat baik adanya. Kemudian akibat dosa manusia berubah menjadi tidak baik. Jika kebudayaan dianggap sebagai hasil kemanusiaan, maka produk manusia yang sudah tidak baik juga membuat kebudayaan menjadi tidak baik. Produk – produk ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian dan sikap hidup sehari-hari pun menjadi merosot dan tidak baik. Sikap mengangungkan dan mendewakan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian, membuat manusia jatuh pada krisis nilai kebudayaan. Kembali kepada jati diri manusia yang sesungguhnya, sebagai ciptaan Allah yang sangat baik, dan sikap konsisten terhadap apa yang diimani, maka orang beriman akan terhindar dari krisis kebudayaan.
2.Moral menurut alkitab dan non alkitab
*Moral menurut alkitab
Seperti yang telah dibahas tadi, dalam setiap agama pasti manusia diajarkan bagaimana menggunakan moral dalam kehidupannya. Dalam agama Kristen, moral kita di tempa dengan berbagai firman dan hukum yang sudah di tuliskan didalam firman Tuhan. Dengan firmannya Tuhan mengajarkan tentang bagaimana jalan hidup yang benar dan bagaimana cara mendapatkan jalan keselamatan. Dengan bermoral dan memiliki moral yang baik kita akan mejalankan setiap hukum Tuhan yang ada dengan penuh rasa tanggung jawab, dan itu menjadi salah satu jalan mendapatkan keselamatan. Oleh iman kepada Tuhan dan mengarahkan hati serta pandangan kita kepada Tuhan kita dengan sendirinya akan membangun moral yang baik didalam hidup kita. Akan tetapi cobaan akan selalu menghampiri setiap manusia, untuk mencobai iman kita. Secara tidak langsung setiap cobaan yang ada selain menguji iman kita hal tersebutpun akan mencobai pertumbuhan moral kita. Maka dengan iman yang baik, moral yang kita miliki akan tetap terjaga dan tetap bertumbuh terutama didalam Tuhan. Selain itu dengan iman yang baik, moral kita yang ada tetap terjaga dari cobaan yang datang baik dari keluarga, lingkungan, dan lain-lain seperti yang tadi sudah kita baca. Dengan iman yang ada manusia harus belajar untuk menumbuhkan moralnya. Dalam firmannya, Tuhan selalu mengajarkan tentang bagaimana agar kita tetap memiliki moral yang baik. Salah satunya dengan menjalankan 10 hukum Tuhan. Pada hukum yang ke-5 samapai dengan yang ke-10 Tuhan menekankan agar kita menjaga moral kita dari cobaan seperti yang ada tertulis :
Hormatilah Ayah dan Ibumu,. Jangan membunuh. ,Jangan berzinah.
Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu
Dari beberapa Hukum Tuhan tadi dapat kita jabarkan dan kita pelajari bersama bagaimana dan dengan apakah kita dapat menjaga dan tetap memiliki moral yang baik. Dan dengan hal ini kita dapat mengetahui sejauh mana moral kita berada dan sebaik apakah moral kita, Yaitu dengan tetap bercermin pada hukum dan firman yang sudah Tuhan berikan bagi kita melalui para nabi yang dipercayai-Nya
Secara moral, kisah ini mengajarkan kita untuk tidak cepat mengeluh dan bersungut-sungut (Kel 16:2-3) kepada Allah. Umat Israel yang bersungut-sungut akhirnya dihukum Allah sehingga tak ada dari generasi mereka yang dapat masuk ke tanah terjanji (selain Yoshua dan Kaleb).
*Moral menurut non alkitab
Dalam adatistiadat, sering kita jumpai keberadaan moral. Manusia akan dituntut moralnya dan dinilai moralnya oleh manusia lain dengan adatistiadat atau kebiasan yang sudah ditanamkan dalam kehidupan bersosial. Banyak contoh yang sering dijumpai bahwa dalam hari lepas hari dan dalam lingkungannya, manusia sering menggunakan moral dalam mejalankan adatistiadatnya. Manusia akan akan dituntut jika memasuki sebuah lingkungan atau tempat dengan adat istiadatnya. Seseorang harus mampu beradaptasi dengan lingkungan dengan segala tata aturan yang sudah berlaku didalamnya. Sebagai contoh kecil jika kita memasuki sebuah gedung kantor kita wajib untuk melaporkan diri kepada security, agar kita dapat dilayani dengan sopan. Dan masih banyak contoh lainya yang sering kita jumpai setiap saat. Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa moral yang ada didalam diri seseorang akan selalu dituntut keberadaannya setiap saat, dimanapun kita berada.
3.Politik menurut alkitab dan non alkitab
"
Menurut alkitab
Dari Alkitab, pemikiran politik Kristen mewarisi prinsip-prinsip kenabian mengenai panggilan penguasa untuk menegakkan keadilan dan memajukan kesejahteraan rakyat, terutama dengan memihak rakyat tertindas (orang miskin, janda, anak yatim dan orang asing; lihat antara lain Mazmur 72; Yesaya 11:1-10. Yesus Kristus mengajar murid-muridnya mengenai pola yang benar dalam menyandang kekuasaan, bahwa bukannya memerintah dengan tangan besi melainkan melayani (Markus 10: 42-45 dps); juga tentang kewajiban kepada pemerintah di samping dan di bawah ketaatan kepada Allah (Matius 22: 15-22 band. 1 Petrus 2: 17); dan tentang adanya kekuasaan yang bukan dan yang lain dari kekuasaan dunia ini dan melampaui (Yohanes 16: 36). Para rasul mengajarkan tentang tunduk kepada pemerintah (Roma 13:1 dan seterusnya) dan mendoakan para penguasa (I Timotius 2: 1).
Tetapi, gereja-gereja tidak sepenuhnya setia kepada panggilan profetis nya, terutama karena kecemasan terhadap dominasi pihak-pihak lain. Gereja baru sesekali bicara kalau langsung menyangkut kepentingannya. Gereja mengamankan diri dalam kemitraan submissive dengan pemerintah, bukan mengembangkan kemitraan profetis. Maka, untuk berkerja sama dengan semua golongan agama dalam panggilan profetis terhadap kekuasaan, gereja perlu melakukan pertobatan, berbalik dari jalan yang ditempuhnya selama ini. Karena sesuai dengan pemahaman kita tentang politik, gereja dan umat kristen diharapkan dapat berperan aktif dalam rangka proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan yang mengikat tentang kebaikan bersama masyarakat bukan baru sesekali bicara kalau langsung menyangkut kepentingannya.
Menurut non alkitab
Menurut non memandang politik sebagai kegiatan merumuskan dan melaksanakan kebijakan umum. Menyimpang dari pandangan kelembagaan di atas, dewasa ini para ilmuwan politik memandang politik dari kacamata fungsional. Menurut mereka, politik merupakan kegiatan para elit politik dalam membuat dan melaksanakan kebijakan umum. Di antara ilmuwan politik yang menggunakan kacamata fungsional dalam mempelajari gejala politik ialah David Easton dan Harold Lasswell. Easton merumuskan politik sebagai The authoritative allocation of values for a society, atau alokasi nilai-nilai secara otoritatif, berdasarkan kewenangan, dan karena itu mengikat untuk suatu masyarakat. Oleh karena itu, yang digolongkan sebagai perilaku politik berupa setiap kegiatan yang mempengaruhi (mendukung, mengubah, menantang) proses pembagian dan penjatahan nilai-nilai dalam masyarakat.
Kelemahan pandangan ini adalah menempatkan pemerintah sebagai sarana dan wasit terhadap persaingan di antara berbagai kekuatan politik untuk mendapatkan nilai-nilai yang terbanyak dari kebijakan umum. Fungsionalisme mengabaikan kenyataan bahwa pemerintah juga memiliki kepentingan sendiri, baik berupa kepentingan yang melekat pada lembaga pemerintah (yang mewakili kepentingan umum) maupun kepentingan para elit yang memegang jabatan (melaksanakan peranan).
4 masyarakat menurut alkitab dan non alkitab
Masyarakat menurut alkitab
Untuk lebih jelasnya, marilah kita pertimbangkan sejumlah informasi Alkitab mengenai siapa dan apa manusia itu didalam masyarakat
Kejadian 1:26,27 menjelaskan bahwa manusia adalah ciptaan Allah yang membawa rupa dan gambar-Nya. Kalau Allah berpribadi, maka manusia juga berpribadi. Allah memberikan berbagai potensi dalam diri manusia, seperti kemampuan berkomunikasi, berpikir, merasakan, juga berbuat, agar mempermuliakan Dia.
Kejadian 2:7 mengemukakan bahwa manusia yang diciptakan Allah itu terbentuk dari debu tanah dan padanya dihembuskan nafas kehidupan (Ibr. nefes hayyah). Jika demikian, manusia sebagai individu (pribadi) memiliki dimensi fisik (jasmani) yang terikat kepada alam. Disamping itu, manusia memiliki aspek non-fisik atau rohani (spiritual). Adanya nefes hayyah itu membuat manusia membutuhkan Allah di dalam seluruh kehidupannya.
Markus 12:29,30 menegaskan perkataan Yesus agar kita mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa, kekuatan dan akal budi. Itu berarti pada diri manusia terkandung aspek lahirian dan non lahiriah; aspek material dan non-material dalam satu kesatuan. Hati biasanya dianggap sebagai pusat kehidupan dalam diri manusia, tempat pertimbangan, perasaan, dan sikap, juga kehendak. Jiwa, biasanya diartikan sebagai perasaan. Kekuatan terkait dengan fisik, jasmani, penginderaan, sistem syaraf dan endokrin. Akal budi merupakan komponen yang membuat manusia mengerti dan memahami.
Lukas 2:40,52 menjelaskan bahwa Tuhan Yesus bertumbuh dalam fisiknya, dalam hikmatnya, dalam spiritual dan dalam aspek sosialnya. Kalau mau bertumbuh dalam keutuhan, maka kita harus mengakifkan semua dimensi itu.
1 Tesalonika 5:23 mengemukakan uacapan berkat rasul Paulus. Di dalamnya terkandung konsep manusia terdiri dari tubuh, jiwa dan roh. Tubuh berkaitan dengan pancaindera. Jiwa sering diartikan terkait dengan pikiran (akal), emosi (perasaan), dan kehendak (will). Roh (pneuma – Yun) terkait dengan dimensi yang membuat kita mampu meresponi komunikasi Allah yang adalah roh adanya (Yoh 4:24).
Masyarakat menurut non alkitab
Fenomena konflik sosial mempunyai aneka penyebab. Tetapi dalam masyarakat agama pluralitas penyebab terdekat adalah masalah mayoritas dan minoritas golongan agama.
Di berbagai tempat terjadinya konflik, massa yang mengamuk adalah beragama Islam sebagai kelompok mayoritas; sedangkan kelompok yang ditekan dan mengalami kerugian fisik dan mental adalah orang Kristen yang minoritas di Indonesia. Sehingga nampak kelompok Islam yang mayoritas merasa berkuasa atas daerah yang didiami lebih dari kelompok minoritas yakni orang Kristen. Karena itu, di beberapa tempat orang Kristen sebagai kelompok minoritas sering mengalami kerugian fisik, seperti: pengrusakan dan pembakaran gedung-gedung ibadat.
5.iptek menurut alkitab dan non alkitab
Menurut alkitab
Masalah modernisasi adalah suatu hal yang tidak begitu baru lagi dalam masyarakat kita ini, tetapi yang baru itulah untuk menggumulinya dari sudut kehidupan Gereja. Dan cara menggumulinya dari sudut Alkitab yaitu:
a. Pekerjaan Allah dalam sejarah manusia
Rencana Allah untuk menyelamatkan manusia berjalan dalam sejarah. Bahkan terjadinya sejarah itu disebabkan oleh Firman Allah dan Perbuatan Allah sendiri di tengah- tengah dan terhadap bangsa- bangsa, suku- suku, dan terhadap seseorang.[1] Sejarah dimana Allah menyelamatkan semua manusia, terus berjalan dan tetap terbuka untuk hari depan. Sejak awal Alkitab, kita mengetahui dalam Kitab Kejadian tentang Allah yang menciptakan dunia dan waktu (sejarah). Allah membebaskan manusia dari ikatan atau beban, dan pembebasan itu masih terus berjalan.
b. Allah mengangkat Manusia Menguasai Alam
Dalam kejadian 1: 28 terdapat titah Alah kepada manusia dipenuhi, yaitu alam atau dunia terbuka untuk ditaklukkan, dikuasai, diolah, diusahakan oleh manusia. Allah mengangkat manusia mengusai alam, yang atasnya ia bertanggungjawab dalam kebebasan yang digerakkan oleh Allah sendiri. Ilmu atau segala sesuatu yang berhubungan dengan teknik, yang dapat mengolah dunia ini, haruslah dipertanggungjawabkan kepada seluruh umat manusia, bukan hanya ditujukan kepada kenikmatan atau kesejahteraan sebagian kelompok atau suatu bangsa, tetapi juga harus dipertanggungjawabkan kepada Allah. Untuk mengolah dunia ini atau alam tidak mencukupi kalau hanya ditinjau dari ilmu pengetahuansaja, tetapi haruslah juga dilihat dari ilmu pengetahuan rohani, dimana Allah bertindak.[2]
Iptek menurut non alkitab
Penerapan iptek dalam pembangunan telah meningkatkan kehidupan masyarakat dan memajukan kehidupan bangsa dan Negara di berbagai sector. Namun , harus disadari bahwa di balik semua itu ada dampak-dampak negatifnya bagi lingkungan hidup. Yang dimaksud lingkungan hidup dalam hal ini adalah menyangkut lingkungan alam, lingkungan social, dan lingkungan budaya. Lingkungan alam adalah kondisi alam baik yang organik maupun anorganik ( tumbuh-tumbuhan, binatang, air, tanah, batuan, dan udara). Adapun lingkungan sosial adalah semua manusia yang ada di sekitarnya, baik perorangan maupun kelompok (misalnya : keluarga, teman sepermainan, tetangga dan teman sekerja). Kemudian menyangkut lingkungan budaya, yakni hal-hal yang berkaitan dengan karya cipta dan hasil perbuatan atau tingkah laku manusia, misalnya yang menyangkut gagasan, norma, kepercayaan, adat istiadat, pakaian, dan rumah.
"Siapa yang menguasai teknologi, maka ia akan menguasai dunia" Maksud dari pepatah di atas adalah siapapun orang yang dapat memanfaatkan adanya teknologi dalam berbagai bidang kehidupan, maka derajat orang tersebut akan berada di atas,dan dapat melakukan apapun sesuai dengan kehendaknya demi tercapai apa yang yang diinginkan orang tersebut.
Dalam perkembangannya iptek mulai dimanfaatkan dan diterapkan dalam berbagai bidang kehidupan manusia. Misalnya dalam bidang kesehatan, teknologi, perhubungan dan arsitektur, industri, dll.
Adapun dalam pemanfaatan dan penerapannya iptek berdampak negatif dan positif. Dampak positifnya, iptek dapat dimanfaatkan dan diteterapkan untuk kesejahteraan dan kemakmuran manusia. Namun dampak negatifnya, akan berpengaruh besar dalam kelangsungan hidup manusia itu sendiri, ujung dari dampak negatif penerapan teknologi adalah kemiskinan.
1. Mempengaruhi pola berpikir
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang agresif dan penasaran serta suka dengan hal baru. Terutama sekali dengan adanya berbagai perubahan pada berbagai peralatan elektronik. Namun ternyata perkembangan tersebut tidak hanya berdampak terhadap pola berpikir anak, juga berdampak terhadap pola berpikir orang dewasa dan orang tua. Terlebih lagi setiap harinya masyarakat kita di sajikan dengan berbagai siaran yang kurang bermanfaat dari berbagi media elektronik.
2. Hilangnya budaya Tradisional
Dengan berdirinya berbagai gedung mewah seperti mal, perhotelan dll, mengakibatkan hilangnya budaya tradisional seperti kegiatan dalam perdagangan yang dulunya lebih di kenal sebagai pasar tradisional kini berubah menjadi pasar modern. Begitu juga terhadap pergaulan anak-anak dan remaja yang sekarang sudah mengarah kepada pergaulan bebas.
3. Banyak menimbulkan berbagai kerusakan
Indonesia di kenal sebagai Negara yang kaya akan sumber daya alamnya, namun hingga akhir ini, Indonesia lebih di kenal sebagai Negara yang sedang berkembang dan terus berkembang entah sampai kapan. Dan kita juga tidak mengetahui kapan istilah Negara berkembang tersebut berubah menjadi Negara maju. Salah satu contoh kecil yang lebih spesifik adalah beberapa tahun yang lalu sekitar di bawah tahun 2004, kota pekanbaru yang terletak di propinsi Riau, lebih di kenal sebagi kota "Seribu Hutan", namun dalam waktu yang relative singkat, istilah seribu hutan kini telah berubah menjadi istilah yang lebih modern, yakni kota "Seribu Ruko" di mana dalam waktu yang singkat, perkembangan pembangunan di kota ini amat sangat pesat. Mulaialah berdiri berbagai kegiatan industri, Perhotelan, Mal, dan Gedung-gedung bertingkat serta perumahan berdiri di mana-mana.akibatnya aktifitas tradisional lumpuh, hutan gundul sehingga banyak menimbulkan berbagai macam bencana seperti banjir, tanah longsor serta polusi terjadi di mana-mana. Inilah dampak yang harus di terima masyarakat kita hingga ke anak cucu.
Menurut saya perkembangan teknologi di Indonesia cukup baik tetapi kurang terlihat hasilnya karena kurangnya dukungan dari SDM lainnya. Sebenarnya orang Indonesia itu pintar dan alamnya memiliki SDA yang sangat melimpah, tetapi karena memiliki kelebihan tersebut masyarakat Indonesia menjadi malas dan kurang bisa mengolah SDA Indonesia itu sendiri.
Dan dengan semakin berkembangannya ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia,maka informasi, juga komunikasi di indonesia pun sudah berkembang. Di era globalisasi pada masa sekarang ini, kita harus bisa mengenal dan memahami berbagai perkembangan IPTEK, namun masih banyak yang kurang memahami dengan perkembangan IPTEK. Secara jangka panjang, perkembangan IPTEK memberikan arti yang sangat positif, namun di sisi lain, tidak sedikit pula yang membawa dampak negative.
6.Hkum menurut alkitab dan non alkitab
Hukum Allah diringkaskan dalam kasih. Ada dalam Alkitab,Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah yang terutama dan yang pertama. Dan yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua inilah tergantung seluruh Taurat dan kitab para nabi (Matius 22:37-40).
Melalui Yesus, hubungan kita dengan hukum Allah dijelaskan. Ada dalam Alkitab,Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari Taurat, sebelum semuanya terjadi (Matius 5:17-18).
Hukum Allah memberikan petunjuk, bukan pembenaran. Ada dalam Alkitab,Sebab bersunat atau tidak bersunat tidak ada artinya, tetapi menjadi ciptaan baru, itulah yang ada artinya. Dan semua orang, yang memberi dirinya dipimpin oleh patokan ini, turunlah kiranya damai sejahtera dan rahmat atas mereka dan atas Israel milik Allah (Galatia 2:15-16).
Hokum menurut non alkitab
hukum adalah ketentuan-ketentuan yang menjadi peraturan hidup suatu masyarakat yang bersifat kendalikan, mencegah, mengikat, memaksa.Dinyatakan atau dianggap sebagai peraturan yang mengikat bagi sebagian atau seluruh anggota masyarakat tertentu, dengan tujuan untuk mengadakan suatu tata yang dikehendaki oleh penguasa tersebut.
Dengan kata lain Hukum merupakan serangkaian aturan yang berisi perintah ataupun larangan yang sifatnya memaksa demi terciptanya suatu kondisi yang aman, tertib, damai dan tentram,serta terdapat sanksi bagi siapapun yang melanggarnya.Tujuan darinhukum mempunyai sifat universal seperti ketertiban, ketenteraman, kedamaian, kesejahteraan dan kebahagiaan dalam tata kehidupan bermasyarakat. Dengan adanya hukum maka tiap perkara dapat di selesaikan melaui proses pengadilan dengan prantara hakim berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku,selain itu Hukum bertujuan untuk menjaga dan mencegah agar setiap orang tidak dapat menjadi hakim atas dirinya sendiri.
7.Kerukunan menurut alkitab dan non alkitab
1. Hampir semua orang merindukan suasana rukun dan damai dalam kehidupan. Pertengkaran, konflik apalagi perang membuat hati kita semua orang gundah dan susah. Hanya segelintir orang sajalah yang bergembira dan menarik keuntungan dan karena itu menghendaki pertengkaran, konflik atau peperangan. Umumnya manusia atau orang kebanyakan berusaha menghindari atau kalau sudah sempat terjadi segera menyudahinya. Dalam rumah tangga atau persekutuan pertengkaran dan konflik bisa terasa sangat melelahkan raga dan jiwa, melenyapkan semangat dan sukacita, dan bahkan merusak rumah tangga atau persekutuan itu.
Namun dalam prakteknya suasana rukun dan damai atau harmoni tidak selalu terjadi di tengah-tengah kehidupan nyata. Ada saja dan banyak masalah yang membuat seorang tidak bisa rukun dengan saudara atau tetangganya atau bahkan dengan pasangan hidupnya sendiri, atau orangtua/anak kandungnya sendiri. Kadang pertengkaran atau konflik itu bisa berlangsung sangat sengit, memakan waktu lama (tidak berakhir sampai mati), melibatkan banyak orang atau bahkan pihak luar, atau bercampur-aduk dengan masalah-masalah lain. Konflik bisa bersifat terbuka atau terang-terangan namun bisa juga tersembunyi bagaikan api dalam sekam.
3. Pertama: Kerukunan dengan saudara adalah dampak kerukunan dengan Tuhan. Alkitab menyatakan bahwa pendamaian kita dengan Allah-lah yang memberi kita kesempatan berdamai dengan sesama. Rasul Paulus mengatakan kepada jemaat di Efesus: Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu "jauh", sudah menjadi "dekat" oleh darah Kristus. Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan. (Efesus 2:13-14). Yesus mengatakan dengan nada sebaliknya: Allah menjadikan perdamaian dengan sesama sebagai syarat untuk mendekati Dia. (Matius 5:24). Intinya adalah: kerukunan dengan saudara tidak bisa dipisahkan dari kerukunan dengan Allah. Sebaliknya Yesus juga mengatakan: berbahagialah orang yang membawa damai karena mereka akan disebut anak-anak Allah (Matius 5:9). Dan Rasul Paulus mengatakan: Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang! (Roma 12:8). Artinya: dalam memperjuangkan segala yang baik dan benar sekali pun kita tetap harus dalam kerangka perdamaian. Bahasa sederhana: kebenaran tidak bisa diwujudkan dengan kebencian dan dendam!
Menurut non alkitab
Konflik dianggap buruk oleh banyak orang sebab itu dihindarkan. Sebaliknya kerukunan dipandang baik sebab itu dicari dan diusahakan. (Walaupun ada juga pendapat yang mengatakan bahwa konflik apalagi perang mendorong kemajuan. Buktinya sebagian besar teknologi moderen sekarang pada awalnya justru untuk kepentingan perang!). Sebagian orang sangat suka atau mudah berkonflik (ada yang mengatakan bahwa masyarakat Batak termasuk di dalamnya) namun sebagian lagi justru sangat takut berkonflik dan karena itu mendewakan harmoni atau kerukunan. (Pada jaman Orde Baru diberi nama: stabilitas, keselarasan atau keamanan). Maka segala cara diupayakan agar konflik tidak terjadi minimal tidak muncul di permukaan. Antara lain: dengan menggunakan tangan besi atau ancaman kekerasan. Pihak-pihak yang bertikai mungkin saja hatinya belum sungguh-sungguh ingin berdamai namun mereka takut kepada ancaman. Cara lain mencipta kerukunan: dengan melakukan "perpisahan baik-baik" atau saling menjauhkan diri atau berdiam diri. Atau dengan menekankan perasaan malu. Semua konflik dianggap memalukan sebab itu harus dihindarkan (kalau perlu dengan mengorbankan hak dan kebenaran). Lantas bagaimanakah kerukunan yang dimaksudkan Alkitab?
Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki begitu banyak kebudayaan sehingga kemudian munculah istilah majemuk, negara yang majemuk. Kemajemukan itu terjadi di segala bidang kehidupan dan salah satunya adalah budaya.
Budaya yang beranekaragam ini membawa keuntungan bagi negara terutama pemasukan dari sector pariwisata. Selain itu yang paling penting ialah bahwa kemajemukan budaya ini memberikan kontribusi yang tak ternilai bagi terbentuknya identitas nasiolal negara Indonesia.
Namun demikian, perbedaan budaya juga tak jarang menimbulkan konflik. Sikap tidak saling menghormati antar budaya selalu mejadi factor utama terjadinya konflik tersebut. Selain itu sukuisme masih tertanam kuat dalam diri masyarakat yang bertikai. Berhadapan dengan kenyataan seperti ini, keberadaan unsur-unsur dan factor-faktor pembentuk kerukunan menjadi sangatlah penting.
8.tyme
KEBERADAAN TUHAN YANG MAHA ESA MENURUT IMAN KRISTEN
Allah Tritunggal Maha Kudus
. Istilah ini sering dimengerti secara salah oleh orang di luarKristen. Kata ini memang tidak terdapat dalam Alkitab dan bahwa pertama kali digunakan olehTheophilus dari Antiokhia di Gereja Timur dalam bahasa Yunani
triados
dan Tertulianus dari GerejaBarat dengan istilah bahasa Latin
trinitas
. Ini dilakukan dalam usaha untuk menjelaskan tentang faktayang terdapat dalam Alkitab mengenai Allah yang Esa yang disebut Bapa, yang memiliki Firman yangdisebut Anak dan Roh yang disebut Roh Kudus yang bersifat kekal. Dan juga untuk menerangkanhubungan Firman Allah dan Roh Allah itu dengan Allah Yang Esa itu sendiri. Jadi yang dimaksuddengan Tritunggal bukanlah mengenai ajaran bahwa ada tiga ilahi yang terpisah-pisah yang disebutAllah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus. Bukan pula terdiri dari Isa, Maryam, dan Allah, sebagaitiga tuhan bersatu. Malah bukan pula sebagai Isa dan Jibril -- sebagaimana yang dimengerti olehsebagian penulis Muslim yang menyamakan Roh Kudus itu dengan apa yang terdapat dalam teologiaIslam, yaitu nama lain dari malaikat Jibril adalah
ruhulqudus
-- yang dipersekutukan dengan Allah.Bukan pula ini tiga nama yang berbeda dari satu Allah yang bernama Tuhan Yesus Kristus; Bapa =Tuhan, Anak = Yesus, Roh Kudus = Kristus.Namun yang disebut Tritunggal adalah suatu istilah dan penjelasan teologis mengenaikeberadaan yang ada di dalam diri Allah yang Esa itu. Haruslah ditegaskan bahwa iman Kristen adalahsuatu iman yang menegaskan tauhid (keesaan Allah) sebagaimana yang nyatadalam ayat-ayatberikut ini:
y
Ulangan 6:4
Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa! .
y
Yes
aya 44:6
Beginilah firman TUHAN, Raja dan Penebus Israel, TUHAN semesta alam: "Akulahyang terdahulu dan Akulah yang terkemudian; tidak ada Allah selain dari pada-Ku."
y
Yes
aya 45:6
supaya orang tahu dari terbitnya matahari sampai terbenamnya, bahwa tidak adayang lain di luar Aku. Akulah TUHAN dan tidak ada yang lain .Kebenaran ayat-ayat Alkitab ini diringkas dalam Pengakuan Iman Nikea, "Aku percaya padasatu Allah, Sang Bapa, Yang Mahakuasa...." Allah yang Esa yang disebut Bapa ini - bukan karena jeniskelamin, tetapi sebagai kata kias karena Dia adalah asal-usul dari segala sesuatu, pemelihara segalasesuatu, pemberi segala sesuatu, dan pembimbing segala sesuatu adalah pencipta segala sesuatu.Dalam menciptakan segala sesuatu itu Ia melakukannya melalui "Firman-Nya".
Mazmur 33:6
, Olehfirman TUHAN langit telah dijadikan, oleh nafas dari mulut-Nya segala tentaranya. Ia memberi hidupkepada segala sesuatu melalui Roh-Nya".
Ayub 33:4
, Roh Allah telah membuat aku, dan nafas YangMahakuasa membuat aku hidup. Firman Allah itu selalu
bersama-sama dengan Allah
, artinyaberada di dalam kodrat dan hakekat Allah sendiri.
Yoh
an
es
1:1-2,
Pada mulanya adalah Firman;Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-samadengan Allah . Roh Allah itu
k
eluar dari Bapa
berarti asalnya ada di dalam Bapa, yaitu Allah yang Esa
Pertama-tama di sini diakui, bahwa Allah Israel adalah TUHAN atau Y-H-V-H, bahwa dengan nama ini Tuhan Allah memperkenalkan diri-Nya sebagai sekutu Israel. Sebagai sekutu Israel Tuhan Allah adalah Allah yang setia, yang memenuhi segala janji-Nya. Dengan mengingatkan kepada nama itu Musa bermaksud menekankan, bahwa TUHAN adalah setia, yang benar-benar telah memegang teguh kepada apa yang telah difirmankan dan diperbuat. Bahwa TUHAN adalah Allah yang setia, bukanlah suatu teori bagi Musa dan bagi bangsa Israel di dalam firman dan karya Tuhan Allah di sepanjang sejarah Israel hingga kini dan akan diteruskan di dalam kelanjutan sejarah itu. Nama TUHAN atau Y-H-V-H adalah sama dengan nama yang disebutkan di Yesaya 44:6 dan Wahyu 1:8, yaitu bahwa Tuhan Allah adalah yang terdahulu dan yang terkemudian.
tyme menurut non alkitab
"Ketuhanan Yang Maha Esa" sebagai dasar Negara Republik Indonesia menurut pasal 29 ayat (1) Undang-undang Dasar (UUD) 1945, yang menjiwai sila-sila yang lain, mencerminkan tauhid menurut pengertian keimanan dalam Islam."
Jadi, begitu pentingnya kedudukan Tuhan Yang Maha Esa dalam Konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Coba kita renungkan dengan hati yang dingin, untaian kata-kata pada alinea keempat Pembukaan UUD 1945: "Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada: Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia."
Sila pertama dari Pancasila Dasar Negara NKRI adalah Ketahuan Yang Maha Esa. Kalimat pada sila pertama ini tidak lain menggunakan istilah dalam bahasa Sansekerta ataupun bahasa Pali. Banyak diantara kita yang salah paham mengartikan makna dari sila pertama ini. Baik dari sekolah dasar sampai sekolah menengah umum kita diajarkan bahwa arti dari Ketahuan Yang Maha Esa adalah Tuhan Yang Satu, atau Tuhan yang jumlahnya satu. Jika kita membahasnya dalam bahasa Sansekerta ataupun Pali, Ketahuan Yang Maha Esa bukanlah Tuhan yang bermakna satu.
Ketuhanan berasal dari kata tuhan yang diberi imbuhan berupa awalan ke- dan akhiran –an. Penggunaan awalan ke- dan akhiran –an pada suatu kata dapat merubah makna dari kata itu dan membentuk makna baru. Penambahan awalan ke- dan akhiran –andapat memberi makna perubahan menjadi antara lain: mengalami hal….sifat-sifat…