BAB III STRATIGRAFI
Stratigrafi adalah studi mengenai sejarah, komposisi dan umur relatif serta distribusi perlapisan batuan dan interpretasi lapisan-lapisan batuan untuk menjelaskan sejarah bumi. Dari hasil perbandingan atau korelasi antar lapisan yang berbeda dapat dikembangkan lebih lanjut studi mengenai litologi (litostratigrafi), litostratigrafi), kandungan fosil (biostratigrafi (biostratigrafi), ), dan umur relatif maupun absolutnya (kronostratigrafi (kronostratigrafi). ). Stratigrafi secara umum membahas tentang semua jenis batuan dalam hubungan mula jadi dan sejarah pembentukannya dalam ruang dan waktu geologi. Urutan pembahasannya meliputi unsur-unsur stratigrafi, yaitu pemerian litologi, penamaan batuan, unsur perlapisan, struktur sedimen, hubungan antara batuan yang satu dengan batuan yang lain, penyebarannya secara vertikal maupun lateral, serta dinamika pengendapan dan lingkungan pengendapannya. Tata nama satuan stratigrafi gunungapi didasarkan atas sumber, jenis batuan atau endapan dan urutan kejadian. Tata nama satuan ini digunakan 3 karakter
secara berurutan yang yang merupakan gabungan huruf dan angka. Huruf
merupakan singkatan nama sumber dan jenis satuan, sedangkan angka menunjukkan urutan kejadian (Sandi Stratigrafi Indonesia, 1996). Pada bab stratigrafi akan dijelaskan mengenai urutan batuan yang terbentuk, baik secara regional maupun satuan batuan detail pada daerah penelitian, yang mencakup umur batuan, dasar penamaan, penyebaran dan ketebalan, hubungan stratigrafi, dan lingkungan pengendapan.
43
44
III.1. Stratigrafi Regional
Stratigrafi daerah penelitian secara regional termasuk dalam stratigrafi Gunungapi Kuarter (Bemmelen, 1949). Stratigrafi daerah penelitian secara regional termasuk dalam jalur vulkanik tengah yang memanjang dari arah barattimur sepanjang Pulau Jawa. Uraian tentang stratigrafi regional yang berhubungan dengan daerah penelitian penyusun mengacu pada hasil penelitian yang dilakukan oleh (Thanden,dkk., 1996) dalam Peta Geologi Lembar Magelang dan Semarang yang diterbitkan oleh Direktorat Geologi. Berdasarkan urutan stratigrafi regional daerah penelitian berturut-turut dari yang tua ke muda adalah sebagai berikut: III.1.1. Basalt (Tmb)
Formasi ini merupakan formasi tertua di Peta Geologi Regional Lembar Magelang dan Semarang menurut Thanden, dkk., 1996. Formasi ini tersusun oleh batuan terobosan bersifat basalt bas alt augit, ditemukan di Gunung Klesem dan Gunung Beji sebagai retas. Di daerah Gunung Sitapel ditemukan porfiri plagioklas, selain itu juga ditemukan basalt andesitan olivine-augit di Gunung Mergi. Umur formasi ini adalah Miosen Tengah. III.1.2. Formasi Kerek (Tmk)
Formasi ini memiliki kekhasan dalam litologinya, yakni berupa perselingan batupasir karbonat dan batu lempung, napal, batu pasir tufaan, konglomerat, breksi vulkanik dan batu gamping. Batu lempung kelabu muda-tua, gampingan, sebagian bersisipan dengan batu lanau atau batu pasir, mengandung fosil foram, moluska dan koral-koral koloni. Lapisan tipis konglomerat terdapat dalam batu lempung di Kali Kripik dan di dalam batupasir. Batu gamping
44
III.1. Stratigrafi Regional
Stratigrafi daerah penelitian secara regional termasuk dalam stratigrafi Gunungapi Kuarter (Bemmelen, 1949). Stratigrafi daerah penelitian secara regional termasuk dalam jalur vulkanik tengah yang memanjang dari arah barattimur sepanjang Pulau Jawa. Uraian tentang stratigrafi regional yang berhubungan dengan daerah penelitian penyusun mengacu pada hasil penelitian yang dilakukan oleh (Thanden,dkk., 1996) dalam Peta Geologi Lembar Magelang dan Semarang yang diterbitkan oleh Direktorat Geologi. Berdasarkan urutan stratigrafi regional daerah penelitian berturut-turut dari yang tua ke muda adalah sebagai berikut: III.1.1. Basalt (Tmb)
Formasi ini merupakan formasi tertua di Peta Geologi Regional Lembar Magelang dan Semarang menurut Thanden, dkk., 1996. Formasi ini tersusun oleh batuan terobosan bersifat basalt bas alt augit, ditemukan di Gunung Klesem dan Gunung Beji sebagai retas. Di daerah Gunung Sitapel ditemukan porfiri plagioklas, selain itu juga ditemukan basalt andesitan olivine-augit di Gunung Mergi. Umur formasi ini adalah Miosen Tengah. III.1.2. Formasi Kerek (Tmk)
Formasi ini memiliki kekhasan dalam litologinya, yakni berupa perselingan batupasir karbonat dan batu lempung, napal, batu pasir tufaan, konglomerat, breksi vulkanik dan batu gamping. Batu lempung kelabu muda-tua, gampingan, sebagian bersisipan dengan batu lanau atau batu pasir, mengandung fosil foram, moluska dan koral-koral koloni. Lapisan tipis konglomerat terdapat dalam batu lempung di Kali Kripik dan di dalam batupasir. Batu gamping
45
umumnya berlapis, kristallin dan pasiran, mempunyai ketebalan total lebih dari 400 m. Formasi ini berumur Miosen Tengah. III.1.3. Formasi Kaligetas (Qpkg)
Batuannya terdiri dari breksi dan lahar dengan sisipan lava dan tuf halus sampai kasar, setempat di bagian bawahnya ditemukan batu lempung mengandung moluska dan batu pasir tufaan. Breksi dan lahar berwarna coklat kehitaman, dengan komponen berupa andesit, basalt, batuapung dengan masa dasar tufa, komponen umumnya menyudut-menyudut tanggung, porositas sedang hingga tinggi, breksi bersifat keras dan kompak, sedangkan lahar agak rapuh. Lava berwarna hitam kelabu, keras dan kompak. Tufa berwarna kuning keputihan, halus-kasar, porositas tinggi, getas. Batulempung, berwarna hijau, porositas rendah, agak keras dalam keadaan kering dan mudah hancur dalam keadaan basah. Batu pasir tufaan, coklat kekuningan, halus - sedang, porositas sedang, agak keras. Formasi ini berumur Plistosen Bawah. III.1.4. Batuan Gunungapi Kaligesik (Qpk)
Batuan Gunung api Kaligesik berupa lava basalt, berwarna abu-abu kehitaman, halus, komposisi mineral terdiri dari felspar, olivine dan augit, sangat keras. Formasi ini berumur Plistosen Akhir. III.1.5. Batuan Gunungapi Gajah Mungkur (Qhg)
Batuannya berupa lava basalt, berwarna abu-abu kehitaman, berbutir halus, holokristalin, komposisi terdiri dari felspar, hornblende dan augit, bersifat keras dan kompak. Setempat memperlihatkan struktur kekar berlembar ( sheeting joint ). ). Formasi ini berumur Holosen.
46
III III.1.6 .1.6.. Lava ava Gu Gun nu g Sumbing (Qls)
Formasi batuan ini ini ter terdi diri ri dari dari alir aliran an lava lava dan dan kub kubah ah,, terdiri hornblende augit augit yang yang ditem ditemuka ukan di Gunung Sumbing. Aliran puncak di
unung Ungaran
berkomposisi andesi hornblende augit. Dua aliran termuda di
unung Merbabu
dikuasai dikuasai oleh oleh andesi andesi yang mengandung augit, hiperstein, dan vitroviran. Aliran lereng di Gunung Ungaran dikuasai oleh lahar andesit dan aliran unungapi muda. Endapan lahar ini terdiri dari bongkah-bongkah bongkah-bongkah tak terpisahkan, dengan bentuk butir menyudut tan gung dan membundar tanggung bergaris engah 2 meter. Umur dari forma formasi si ini adalah Holosen. Secara kesel ruhan ruhan urutan urutan stratigra stratigrafi fi regiona regionall dapat dapat dilih dilihat pada Gambar 3.1 berikut.
Gambar Gambar 3.1. Stratigra Stratigraff Regional Magelang dan Semarang
(Thanden, R. ., dkk., 1996)
47
Stratigrafi regional di atas menjadi salah satu panduan atau pedoman yang digunakan untuk mengetahui persebaran satuan batuan secara detail pada daerah penelitian. Data stratigrafi regional dilengkapi dengan data lapangan dan hasil analisis laboratorium untuk mendukung keakuratan data penelitian yang diambil serta memberikan hasil penelitian yang maksimal. III.2. Stratigrafi Daerah Penelitian
Dalam menyusun stratigrafi daerah penelitian, penyusun berpedoman pada data yang diperoleh di lapangan, yakni berupa ciri-ciri fisik batuan, variasi litologi, dan dominasi litologi di lapangan yang kemudian dikelompokkan menjadi beberapa satuan batuan. Penamaan satuan batuan didasarkan pada susunan batuan yang dominan, kedudukan stratigrafi, dan ciri khas yang terdapat pada satuan batuan tersebut. Penamaan dan pengelompokan satuan batuan mengikuti kaidah penamaan satuan litostratigrafi tidak resmi yang bersendikan pada ciri litologi, meliputi kombinasi jenis batuan, sifat fisik batuan, kandungan fosil, keseragaman gejala atau genesa, dan kenampakan khas pada tubuh batuan di lapangan yang dipetakan pada skala peta 1:25000. Satuan litostratigrafi pada daerah penelitian didasarkan pada pengamatan fisik litologi di lapangan, analisis petrografi untuk penentuan nama batuan, analisis mikropaleontologi pada batuan sedimen untuk menentukan umur dan lingkungan pengendapannya, analisis geokimia pada batuan vulkanik, untuk mengetahui petrogenesanya, serta studi pustaka regional daerah penelitian. Urutan stratigrafi
daerah
penelitian
disusun
secara
sistematis
berdasarkan
data
48
pengukuran di lapangan dan analisis dalam peta geologi, meliputi jenis dan urutan perlapisan,
ketebalan,
hubungan
stratigrafi,
umur
dan
lingkungan
pengendapannya. Dalam menentukan umur, penyusun menggunakan kesebandingan dengan stratigrafi regional daerah penelitian dari sifat-sifat fisik litologinya khususnya pada batuan vulkanik dan pada batuan sedimen berdasarkan kandungan fosil Foraminifera planktonik, yaitu dengan menentukan fosil-fosilnya sampai tingkat spesies, dengan menggunakan pedoman dari Postuma (1971). Setelah diketahui nama fosilnya kemudian dicari kisaran umurnya dengan menggunakan Zonasi Blow (1969). Sedangkan untuk penentuan lingkungan pengendapan, didasarkan pada hasil analisis fosil Foraminifera bentonik, dan menggunakan kisaran kedalaman menurut Bandy (1967), serta dapat menggunakan pendekatan struktur sedimen melalui stratigrafi terukur. Berdasarkan uraian di atas, dan setelah melalui berbagai pekerjaan lapangan serta pekerjaan studio, maka daerah penelitian dapat dibagi menjadi 8 satuan litostratigrafi tidak resmi. Berurutan dari satuan paling tua sampai paling muda adalah: (1) Satuan intrusi basalt Gunung Beji, (2) Satuan batupasir karbonatan Kerek, (3) Satuan napal Kerek, (4) Satuan lava basalt Kaligetas, (5) Satuan breksi basalt Kaligetas, (6) Satuan lava basalt Kaligesik, (7) Satuan breksi basalt Gajah Mungkur, (8) Satuan intrusi andesit Ungaran. Pembagian satuan batuan pada daerah penelitian dapat dilihat pada peta geologi daerah penelitian (Gambar 3.2).
49
Gambar 3.2. Pe bagian satuan batuan pada daerah penelitian (Penyu un, 2016)
III.2.1. Satuan intr si basalt Gunung Beji
Penjelasan mengenai satuan intrusi basalt Gunung Beji akan dijelaskan sebagai berikut: III.2.1.1. Dasar penamaan satuan batuan
Satuan ini
erupakan satuan tertua yang tersingka p pada daerah
penelitian, yang ters sun oleh batuan intrusi atau batuan terobosa n bersifat basalt. Dasar penamaan satuan ini berdasarkan atas penamaan tidak resmi dengan litologi penyusunnya yang d minan yaitu intrusi basalt.
50
III.2.1.2. Penyebaran dan ketebalan
Satuan intrusi basalt Gunung Beji ini memiliki penyebaran pada bagian tengah peta yang membujur dari timur hingga barat dari daerah penelitian. Luas penyebaran satuan intrusi basalt Gunung Beji ini menempati sekitar ± 5 % dari keseluruhan luas daerah penelitian. Satuan ini tersingkap baik di sekitar Gunung Beji, tepatnya di Desa Beji serta dilakukan penambangan dan yang tersingkap lapuk kuat hingga lanjut di daerah Karangjati. Daerah-daerah yang disusun oleh satuan intrusi basalt Gunung Beji adalah Desa Beji, Desa Leyangan, dan Desa Karangjati. Satuan ini memiliki morfologi berupa bukit intrusi. Berdasarkan rekonstruksi dari penampang geologi, maka ketebalan dari satuan intrusi basalt Gunung Beji ini adalah sekitar ± 400 meter. III.2.1.3. Litologi penyusun
Litologi penyusun satuan batuan ini adalah berupa basalt, basalt andesit, dan andesit yang tersingkap dalam bentuk tubuh intrusi yang besar atau retasretas. Intrusi basalt Gunung Beji dicirikan oleh warna abu-abu cerah dan setempat terlihat gradual menjadi lebih gelap kecoklatan, dengan struktur masif, hipokristalin, mempunyai granularitas afanitik sebgaian fanerik, bentuk kristal sub-anhedral, dan hubungan antar kristal inequigranular. Berdasarkan pengamatan petrografis, sayatan basalt Gunung Beji, warna abu-abu gelap, tekstur afanitik, inequigranular, bentuk anhedral-subhedral, terdiri dari plagioklas (30%), olivin (5%), piroksen (20%), massa dasar (35%) dan mineral opak (10%). Nama batuan Basalt (Williams, 1982) dapat dilihat pada lampiran analisis petrografi (analisis
51
terlampir). Pada gambar 3.3 di bawah ini terdapat singkapan intrusi basalt yang ada di daerah penelitian tepat nya berada di Gunung Beji.
Gambar 3.3. Kenampakan singkapan intrusi basalt yang tersingkap di Gunung Beji, Desa Beji. Lensa kamera menghadap ke arah baratlaut (Penyusun, 2016)
III.2.1.4. Umur dan lingkungan pengendapan
Penentuan umur satuan ini dilakukan dengan cara membandingkan terhadap satuan batuan secara regional, mengacu pada geologi regional lembar Magelang-Semarang (Thanden, 1996), maka satuan intrusi basalt Gunung Beji ini diperkirakan berumur Miosen Tengah, dan lingkungan pengendapan darat, serta terbentuk akibat penerobosan magma ke permukaan akibat adanya aktivitas vulkanik. III.2.1.5. Hubungan stratigrafi
Satuan intrusi basalt Gunung Beji merupakan satuan batuan tertua yang tersingkap di daerah penelitian, sehingga hubungan stratigrafi dengan satuan
52
batuan di bawahnya tidak dapat ditentukan. Satuan intrusi basalt Gunung Beji ini mempunyai hubungan yang tidak selaras dengan satuan batupasir karbonatan yang
terbentuk
di
atasnya.
Hubungan
stratigrafi
tersebut
diambil
dari
kesebandingan dengan stratigrafi regional yang menyatakan bahwa satuan intrusi basalt Gunung Beji tidak selaras dengan satuan batupasir karbonatan, serta dari kenampakan di lapangan menunjukkan adanya perbedaan jenis litologi yang menyebabkan tidak selaras (nonconformity). Hubungan stratigrafi pada satuan intrusi basalt Gunung Beji dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut. Tabel 3.1. Kolom litologi pada satuan intrusi basalt Gunung Beji (tanpa skala) (Penyusun, 2016)
53
III.2.2. Satuan batupasir karbonatan Kerek
Penjelasan mengenai satuan batupasir karbonatan Kerek akan dijelaskan sebagai berikut: III.2.2.1. Dasar penamaan satuan batuan
Satuan ini merupakan satuan yang berada di atas satuan intrusi basalt Gunung Beji secara stratigrafi pada daerah penelitian, yang tersusun oleh perselingan batupasir karbonatan dan batulempung karbonatan, serta napal. Dasar penamaan satuan ini berdasarkan atas penamaan tidak resmi dengan litologi penyusunnya yang dominan yaitu batupasir karbonatan. III.2.2.2. Penyebaran dan ketebalan
Satuan batupasir karbonatan ini memiliki penyebaran pada bagian utara peta pada daerah penelitian. Luas penyebaran satuan batupasir karbonatan ini menempati sekitar ± 2 % dari keseluruhan luas daerah penelitian. Satuan ini tersingkap baik di Desa Kalongan, dan agak sedikit lapuk di bagian barat penyebarannya. Daerah yang disusun oleh satuan batupasir karbonatan ini adalah Desa Kalongan. Satuan ini berada pada morfologi perbukitan homoklin, yakni ditandai dengan kedudukan batuannya yang relative miring ke satu arah. Berdasarkan hasil rekonstruksi dari penampang geologi, maka ketebalan dari satuan batupasir karbonatan ini adalah sekitar ± 500 meter. III.2.2.3. Litologi penyusun
Litologi penyusun satuan batuan ini adalah perselingan batupasir karbonatan dan batulempung karbonatan (Gambar 3.4) serta napal. Terkadang disisipi oleh batupasir kerikilan.
54
Gambar 3.4. Singkapan perselingan batupasir karbonatan dan batulempung karbonatan (LP 133) Terdapat struktur sedimen wavy lamination dan laminasi, kamera menghadap ke barat (Penyusun, 2016)
Batupasir karbonatan; secara megaskopis berwarna kuning kecoklatan, struktur masif-berlapis hingga laminasi, berbutir halus-kasar dan membundar tanggung-membundar, sortasi sedang-baik, kemas tertutup, matriks pasir halussedang, semen karbonat. Struktur sedimen yang berkembang pada batupasir karbonatan adalah perlapisan, laminasi, masif, wavy lamination, gradded bedding , laminasi sejajar, dan convolute (Gambar 3.5). Berdasarkan pengamatan petrografis, warna
abu-abu
keruh,
tekstur
klastik, komposisi didominasi mineral berukuran lempung (<0,01mm) dengan butiran berupa feldspar, fosil, glaukonit dan mineral opak, dengan ukuran butir 0,05-0,1mm, bentuk butir menyudut tanggung-membulat tanggung, butiran mengambang dalam matrik lempung dan lumpur karbonat serta gelas vulkanik.
55
Komposisi karbonat, terdiri dari fosil (15%), kwarsa (2%), feldspar (5%), glaukonit (1%), mineral opak (2%), mineral lempung (45%), lumpur karbonat (20%), ash (10%), dengan nama Calcareous Sandy mudstone (Klasifikasi Dott vide Gilbert, 1982) dapat dilihat pada lampiran analisis petrografi (analisis petrografi terlampir).
Gambar 3.5. Beberapa struktur sedimen yang ditemukan pada satuan batupasir karbonatan (A) laminasi, (B) wavy laminasi, (C) perlapisan (Penyusun, 2016)
Batulempung karbonatan secara megaskopis berwarna abu-abu gelapkehitaman, struktur masif-perlapisan dan menyerpih, butir berukuran lempung, bentuk butir membundar , sortasi terpilah baik, kemas tertutup, matriks lempung, dan semen karbonat. Berdasarkan pengamatan petrografis, warna coklat muda, tekstur klastik, komposisi didominasi mineral berukuran lempung (<0,01mm) dengan butiran berupa feldspar, fosil, kuarsa dan mineral opak, dengan ukuran butir 0,05-0,1mm, bentuk butir menyudut tanggung-membulat tanggung, butiran mengambang dalam matrik lempung dan lumpur karbonat serta gelas vulkanik. Dengan komposisi mineral terdiri dari fosil (15%), feldspar (5%), mineral opak
56
(3%), mineral lempung (45%), lumpur karbonat (20%), ash (10 ), dengan nama calcareous clayston
(klasifikasi Gilbert, 1954), dapat dilihat pada lampiran
analisis petrografi (a alisis petrografi terlampir). Napal denga
warna abu-abu cerah-gelap, tekstur klastik, ukuran butir
lempung, sortasi baik, kemas tertutup, rounded . Berstruktur
asif-belapis dan
bereaksi dengan as m klorida (HCl). Kaya akan fosil foraminifera plankton. Berdasarkan hasil analisis secara petrografi didapatkan ukuran butir 0,05-0,1 mm, bentuk
butir
me bulat-membulat
mengambang pada
tanggung,
kemas
ter uka,
asa dasar lempung dan lumpur karbonat.
dari; fosil (15%), feldspar (3%), mineral opak (2%), kwars
fragmen
omposisi terdiri (1%), mineral
lempung (40%), lum ur karbonat (40%). Berdasarkan komposisi di atas diperoleh nama mikroskopis M arl (Gilbert, 1954). III.2.2.4. Umur dan lingkungan pengendapan
Berdasarkan analisis foraminifera planktonik yang t rkandung pada batupasir karbonatan, diketahui bahwa satuan batuan ini berumur N9-N17, yaitu pada kala Miosen
engah-Miosen Atas, dengan penarikan u ur berdasarkan
Zonasi Blow tahun 1 69. Seperti yang dapat dilihat pada tabel ber ikut: Tabel 3.2. Tabel penen uan umur relatif batupasir karbonatan, bagian bottom (Penyusun, 2016)
57
Tabel 3.3. Tabel penen uan umur relatif batupasir karbonatan, bagian middle (Penyusun, 2016)
Tabel 3.4. Tabel pene ntuan umur relatif batupasir karbonatan, bagian top ( enyusun, 2016)
Untuk penen uan lingkungan pengendapan satuan batuan ini digunakan parameter struktur
edimen yang berkembang pada batuan t rsebut. Hal ini
dikarenakan tidak bisanya fosil foraminifera bentonik se bagai indikator lingkungan pengend pan suatu batuan sebab pada lokasi penelitian lingkungan pengendapan dikont ol oleh arus turbit yang menghasilkan end pan turbidit. Di lapangan ditunjukkan oleh perselingan
batupasir dan batulempung secara
monoton dalam pul han hingga ratusan meter. Sehingga fosil-fosil yang pada awalnya telah terend pkan di suatu tempat mengalami transporta i ke tempat lain
58
yang disebabkan ole arus turbit tersebut, dengan kata lain fosi -fosil benthonik yang ada tidak insitu. Bouma (1962) telah membuat bentuk hipotetik kerucut tu ggal dan ganda. Pada dasarnya enda an oleh arus turbid yang besar mempunyai rangkaian yang lengkap dan setelah pengendapan material yang kasar kecepata berkurang dan pada saat tertentu
imana kecepatan sangat rendah mulai ter bentuk laminasi
interval (Tb-e = T2). Proses berkurangnya kecepatan dan ukur n butir sedimen berjalan terus selam pengendapan, sehingga terbentuk rangkaian (Tc=T3), (Tde=T4) dan (Te=T5) (Gambar 3.6).
Gambar 3.6.. Sekuen bouma yang merupakan penciri utama arus t rbidit ya g ditemukan pada lokasi penelitian (Bouma, 1962)
Berdasarkan sifat jauh dekatnya sumber, maka endapan turbidit dapat dibagi menjadi 3 fa ies, yaitu : fasies proximal, intermediate dan distal. Distal merupakan endapan turbidit yang pengendapannya relatif sumbernya atau tida
ebih jauh dari
mengandung interval a dan b. endapannya dicirikan oleh
59
adanya perselingan ang teratur antara batupasir dan serpih, lapi an batupasirnya tipis-tipis dan lapisa serpihnya lebih tebal. Pengendapan yang r latif lebih dekat dengan sumbernya
isebut turbidit proximal, biasanya berbuti kasar, kadang-
kadang konglomerat n dan sedikit serpih. Berdasarkan
asil pengamatan dan data yang diperoleh
i lapangan dari
hasil pengukuran stratigrafi terukur, yang kemudian dicocok an berdasarkan model kipas bawah laut (Walker, 1978) dan sikuen Bouma, 19 2, maka daerah penelitian masuk pa a classical turbidites Lower Fan (Gambar .7 dan 3.8) dan thin deposition friger menurut (Bouma, 1962).
Gambar 3.7. Model kipa s bawah laut menurut Walker, 1978. Lingkungan pen endapan batupasir karbonatan y itu pada lingkungan lower fan (Modifikasi dari Walk r, 1978)
60
Gambar 3.8. Lingkungan pengendapan satuan batupasir karbonatan pada dia gram blok sistem ipas bawah laut (Modifikasi dari Walker, 1 978)
Berdasarkan kesebandingan dengan stratigrafi regional, satuan batupasir karbonatan di endap an pada lingkungan laut Bathyal Atas. III.2.2.5. Hu ungan stratigrafi
Satuan batupasir karbonatan mempunyai hubungan ya g tidak selaras dengan satuan intrusi basalt Gunung Beji yang terbentuk di bawahnya, dan mempunyai hubungan selaras menjari pada bagian atasnya den an satuan napal berada di atas satu n batupasir karbonatan, dikarenakan um r antara satuan batupasir pada bagia atas sama dengan umur satuan napal. Hubungan diambil dari penarikan umur relative yang diperoleh dari analisis kandungan f sil, serta dari hasil pengamatan lapangan ya g menunjukkan adanya kesamaan ar h penyebaran, ciri litologi, dan kesamaan anggota litologi. Selain itu dengan melakukan kesebandingan dengan stra igrafi regional.
61
Hubungan stratigrafi pada satuan batupasir karbonatan dapat dilihat pada Tabel 3.5 berikut. Tabel 3.5. Kolom litologi pada satuan batupasir karbonatan (tanpa skala), (Penyusun, 2016)
62
III.2.3. Satuan napal Kerek
Penjelasan mengenai satuan napal Kerek akan dijelaskan sebagai berikut: III.2.3.1. Dasar penamaan satuan batuan
Satuan ini merupakan satuan yang berada di atas satuan batupasir karbonatan secara stratigrafi pada daerah penelitian, yang tersusun oleh perselingan napal dan batupasir karbonatan serta batulempung karbonatan. Dasar penamaan satuan ini berdasarkan atas penamaan tidak resmi dengan litologi penyusunnya yang dominan yaitu napal. III.2.3.2. Penyebaran dan ketebalan
Satuan batupasir karbonatan ini memiliki penyebaran pada bagian tenggara peta pada daerah penelitian. Luas penyebaran satuan batupasir karbonatan ini
menempati sekitar ± 0,6 % dari keseluruhan luas daerah
penelitian. Satuan ini tersingkap baik di Desa Pringapus, dan agak sedikit lapuk di bagian barat penyebarannya. Daerah yang disusun oleh satuan napal ini adalah Desa Kalongan, penyebarannya cukup sedikit. Satuan ini berada pada morfologi perbukitan vulkanik denudasional. Berdasarkan hasil rekonstruksi dari penampang geologi, maka ketebalan dari satuan napal ini a dalah sekitar ± 500 meter. III.2.3.3. Litologi penyusun
Litologi penyusun satuan batuan ini adalah perselingan napal dan batupasir karbonatan (Gambar 3.9). Terkadang disisipi oleh batulempung karbonatan.
63
Gambar 3.9. Singkapan napal pada satuan napal di lokasi pengamatan 130, Lensa kamera menghadap ke timur (Penyusun, 2016)
Napal dengan warna abu-abu cerah-gelap, tekstur klastik, ukuran butir lempung, sortasi baik, kemas tertutup, rounded . Berstruktur masif-belapis dan bereaksi dengan asam klorida (HCl). Kaya akan fosil foraminifera plankton. Berdasarkan hasil analisis secara petrografi didapatkan ukuran butir 0,05-0,1 mm, bentuk
butir
membulat-membulat
tanggung,
kemas
terbuka,
fragmen
mengambang pada masa dasar lempung dan lumpur karbonat. Komposisi terdiri dari; fosil (15%), feldspar (3%), mineral opak (2%), kwarsa (1%), mineral lempung (40%), lumpur karbonat (40%). Berdasarkan komposisi di atas diperoleh nama mikroskopis Marl (Gilbert, 1954), dapat dilihat pada lampiran analisis petrografi (hasil analisis terlampir).
64
Batupasir karbonatan; secara megaskopis berwarna kuning kecoklatan, struktur masif-berlapis hingga laminasi, berbutir halus-kasar dan membundar tanggung-membundar, sortasi sedang-baik, kemas tertutup, matriks pasir halussedang, semen karbonat. Berdasarkan pengamatan petrografis, warna
abu-abu
keruh,
tekstur
klastik, komposisi didominasi mineral berukuran lempung (<0,01mm) dengan butiran berupa feldspar, fosil, glaukonit dan mineral opak, dengan ukuran butir 0,05-0,1mm, bentuk butir menyudut tanggung-membulat tanggung, butiran mengambang dalam matrik lempung dan lumpur karbonat serta gelas vulkanik. Komposisi karbonat, terdiri dari fosil (15%), kwarsa (2%), feldspar (5%), glaukonit (1%), mineral opak (2%), mineral lempung (45%), lumpur karbonat (20%), ash (10%), dengan nama Calcareous Sandy Mudstone (Klasifikasi Dott vide Gilbert, 1982) dapat dilihat pada lampiran analisis petrografi (hasil analisis terlampir). Batulempung karbonatan secara megaskopis berwarna abu-abu gelapkehitaman, struktur masif-perlapisan dan menyerpih, butir berukuran lempung, bentuk butir membundar , sortasi terpilah baik, kemas tertutup, matriks lempung, dan semen karbonat. Berdasarkan pengamatan petrografis, warna coklat muda, tekstur klastik, komposisi didominasi mineral berukuran lempung (<0,01mm) dengan butiran berupa feldspar, fosil, kuarsa dan mineral opak, dengan ukuran butir 0,05-0,1mm, bentuk butir menyudut tanggung-membulat tanggung, butiran mengambang dalam matrik lempung dan lumpur karbonat serta gelas vulkanik. Dengan komposisi mineral terdiri dari fosil (15%), feldspar (5%), mineral opak
65
(3%), mineral lempung (45%), lumpur karbonat (20%), ash (10 ), dengan nama Calcareous Claysto e (klasifikasi Gilbert, 1954), dapat diliha pada lampiran analisis petrografi (h sil hanalisis terlampir). III.2.3.4. Umur dan lingkungan pengendapan
Berdasarkan analisis foraminifera planktonik yang t rkandung pada batupasir karbonatan, diketahui bahwa satuan batuan ini berumur N14-N17, yaitu pada kala Miosen A as, dengan penarikan umur berdasarkan Zonasi Blow tahun 1969. Seperti yang d pat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.6. abel penentuan umur relatif satuan napal (Penyusun, 2016)
Berdasarkan
asil pengamatan dan data yang diperoleh
i lapangan dari
hasil pengukuran stratigrafi terukur, yang kemudian dicocok an berdasarkan model kipas bawah laut (Walker, 1978) dan sikuen Bouma, 19 2, maka daerah penelitian masuk pa a Classical Turbidites Lower Fan (Gamba 3.10 dan 3.11) dan Thin Deposition riger menurut (Bouma, 1962).
66
Gambar 3.10. Model ki as bawah laut menurut Walker, 1978. Lingkungan pe ngendapan satuan napal pada lokasi pen litian yaitu pada lingkungan lower fan (Modifikasi da ri Walker, 1978)
Gambar 3.11. Lingkunga pengendapan satuan napal di lokasi penelitian pada iagram blok sistem ipas bawah laut (Modifikasi dari Walker, 1 978)
67
Berdasarkan kesebandingan dengan stratigrafi regional, satuan batupasir karbonatan di endapkan pada lingkungan laut Bathyal Atas-Bathyal Tengah. III.2.3.5. Hubungan stratigrafi
Satuan napal mempunyai hubungan selaras menjari dengan satuan batupasir karbonatan bagian atas, dikarenakan umur antara satuan batupasir pada bagian atas sama dengan umur satuan napal. Sedangkan di atas satuan napal, terendapkan secara tidak selaras lava basalt Kaligetas. Hubungan diambil dari penarikan umur relative yang diperoleh dari analisis kandungan fosil, serta dari hasil pengamatan lapangan yang menunjukkan adanya kesamaan arah penyebaran, ciri litologi, dan kesamaan anggota litologi. Selain itu dengan melakukan kesebandingan dengan stratigrafi regional. Hubungan stratigrafi pada satuan napal dapat dilihat pada Tabel 3.7 berikut.
68
Tabel 3.7. Kolom litologi pada satuan napal (tanpa skala), (Penyusun, 2016)
69
III.2.4. Satuan lava basalt Kaligetas
Penjelasan mengenai satuan lava basalt Kaligetas akan dijelaskan sebagai berikut: III.2.4.1. Dasar penamaan satuan batuan
Satuan ini merupakan satuan yang terendapkan di atas satuan napal pada daerah penelitian, yang tersusun oleh lava basalt, breksi basalt, dan sisipan tuf. Dasar penamaan satuan ini berdasarkan atas penamaan tidak resmi dengan litologi penyusunnya yang dominan yaitu lava basalt. III.2.4.2. Penyebaran dan ketebalan
Satuan lava basalt Kaligetas ini memiliki penyebaran pada bagian timur hingga utara peta
dari daerah penelitian. Luas penyebaran satuan lava basalt
Kaligetas ini menempati sekitar ± 11 % dari keseluruhan luas daerah penelitian. Satuan ini tersingkap baik di Desa Wringin Putih, dan yang tersingkap lapuk kuat hingga lanjut di daerah Kalongan dan Kelurahan Susukan. Daerah-daerah yang disusun oleh satuan lava basalt Kaligetas adalah Desa Wringin Putih, Kelurahan Susukan, Desa Kalongan, dan Desa Karangjati. Satuan ini memiliki morfologi berupa perbukitan aliran lava. Berdasarkan rekonstruksi dari penampang geologi, maka ketebalan dari satuan lava basalt Kaligetas ini a dalah sekitar ± 450 meter. III.2.4.3. Litologi penyusun
Litologi penyusun satuan batuan ini adalah berupa lava basalt, breksi basalt, dan sisipan tuf. Lava basalt Kaligetas dicirikan oleh warna abu-abu cerah-gelap dan setempat terlihat gradual menjadi lebih gelap kecoklatan sampai hitam, dengan
70
struktur masif, hipokristalin, mempunyai granularitas afanitik sebgaian fanerik, bentuk
kristal
sub-anhedral,
dan
hubungan antar
kristal
inequigranular.
Berdasarkan pengamatan petrografis, sayatan lava basalt Kaligetas, warna abuabu gelap, tekstur afanitik, inequigranular, bentuk anhedral-subhedral, terdiri dari plagioklas (30%), olivin (5%), piroksen (20%), massa dasar (35%) dan mineral opak (10%). Nama batuan Basalt (Williams, 1982), dapat dilihat pada lampiran analisis petrografi (analisis terlampir). Pada gambar 3.12 di bawah ini terdapat singkapan lava basalt yang ada di daerah penelitian tepatnya berada di Desa Wringin Putih.
Gambar 3.12. Singkapan lava basalt Kaligetas yang ada di Desa Wringin Putih, Lensa kamera menghadap ke arah tim ur (Penyusun, 2016)
III.2.4.4. Umur dan lingkungan pengendapan
Penentuan umur satuan ini dilakukan dengan cara membandingkan terhadap satuan batuan secara regional, mengacu pada geologi regional lembar
71
Magelang-Semarang (Thanden, 1996), maka satuan lava basalt Kaligetas ini diperkirakan berumur Pleistosen Bawah, dan lingkungan pengendapan darat, serta terbentuk akibat adanya aktivitas vulkanik gunungapi komposit di daerah penelitian. III.2.4.5. Hubungan stratigrafi
Satuan lava basalt Kaligetas merupakan satuan batuan yang tersingkap di atas satuan napal. Satuan lava basalt Kaligetas ini mempunyai hubungan yang tidak selaras dengan satuan napal yang terbentuk di bawahnya. Hubungan stratigrafi tersebut diambil dari kesebandingan dengan stratigrafi regional yang menyatakan bahwa satuan lava basalt Kaligetas tidak selaras dengan satuan napal, serta dari kenampakan di lapangan menunjukkan adanya perbedaan jenis litologi yang menyebabkan tidak selaras (nonconformity). Lava basalt Kaligetas ini mempunyai hubungan selaras menjari terhadap satuan breksi basalt Kaligetas, dikarenakan umur kedua satuan ini sama dan terbentuk pada satu fase. Hubungan stratigrafi pada satuan lava basalt Kaligetas dapat dilihat pada Tabel 3.8 berikut.
72
Tabel 3.8. Kolom litologi pada satuan lava basalt Kaligetas (tanpa skala), (Penyusun, 2016)
III.2.5. Satuan breksi basalt Kaligetas
Penjelasan mengenai satuan breksi basalt Kaligetas akan dijelaskan sebagai berikut: III.2.5.1. Dasar penamaan satuan batuan
73
Satuan ini merupakan satuan yang terendapkan bersamaan dengan lava basalt Kaligetas pada daerah penelitian, yang tersusun oleh breksi basalt dan sisipan lava basalt. Dasar penamaan satuan ini berdasarkan atas penamaan tidak resmi dengan litologi penyusunnya yang dominan yaitu breksi basalt. III.2.5.2. Penyebaran dan ketebalan
Satuan breksi basalt Kaligetas ini memiliki penyebaran pada bagian timur hingga tenggara peta dari daerah penelitian. Luas penyebaran satuan breksi basalt Kaligetas ini menempati sekitar ± 9 % dari keseluruhan luas daerah penelitian. Satuan ini tersingkap baik di Desa Wringin Putih dan Desa Pringapus, dan yang tersingkap lapuk kuat hingga lanjut di daerah Dusun Jatijajar dan Dusun Derekan Timur. Daerah-daerah yang disusun oleh satuan breksi basalt Kaligetas adalah Desa Wringin Putih, Desa Pringapus, Desa Derekan, dan Desa Leyangan. Satuan ini memiliki morfologi berupa perbukitan vulkanik denudasional. Berdasarkan rekonstruksi dari penampang geologi, maka ketebalan dari satuan breksi basalt Kaligetas ini adalah sekitar ± 550 meter. III.2.5.3. Litologi penyusun
Litologi penyusun satuan batuan ini adalah berupa breksi basalt, dan sisipan lava basalt. Breksi basalt dengan warna segar abu-abu kehitaman sampai hitam gelap, warna lapukabu-abu kecoklatan sampai coklat tua kehitaman, massif, ukuran butir pasir kasar, bentuk butir angular-subangular, terpilah buruk, kemas terbuka, matriks pasir, semen silika, dengan fragmen basalt.
74
Fragmen hipokristalin,
basalt
berwarna
sub-anhedral,
dengan
abu-abu relasi
kehitaman,
masif,
inequigranular.
afanitik,
Berdasarkan
pengamatan petrografis fragmen breksi basalt sayatan batuan beku warna cokelat kehitaman, terdiri dari mineral plagioklas 50%, piroksen 10%, olivin 15%, massa dasar 20% dan mineral opak 5%, dapat dilihat pada lampiran sayatan petrografis (hasil analisis terlampir). Singkapan breksi basalt Kaligetas dapat dilihat pada gambar 3.13 berikut.
Gambar 3.13. Singkapan breksi basalt Kaligetas yang ada di Dusun Klepu, Desa Wringin P utih Lensa kamera menghadap ke arah tim ur (Penyusun, 2016)
75
III.2.5.4. Umur batuan dan lingkungan pengendapan
Penentuan umur satuan ini dilakukan dengan cara membandingkan terhadap satuan batuan secara regional, mengacu pada geologi regional Lembar Magelang-Semarang (Thanden, 1996). Maka satuan breksi basalt Kaligetas ini diperkirakan berumur Plistosen Bawah, dan lingkungan pengendapan darat karena pada satuan ini tidak ditemukan adanya fosil. III.2.5.5. Hubungan stratigrafi
Hubungan antara satuan batuan breksi basalt Kaligetas dengan satuan lava basalt Kaligetas adalah menjari, dikarenakan terbentuk pada satu fase yang sama, serta memiliki umur yang sama dan hubungan breksi basalt Kaligetas dengan lava basalt Kaligesik yang berada di atasnya adalah tidak selaras. Hubungan tersebut diketahui dengan melakukan kesebandingan stratigrafi regional bahwa kedua satuan ini berasal dari sumber yang berbeda dan fasies yang berbeda (Tabel 3.9).
76
Tabel 3.9. Kolom litologi pada satuan breksi basalt Kaligetas (tanpa skala), (Penulis, 2016)
III.2.6. Satuan lava basalt Kaligesik
Penjelasan mengenai satuan lava basalt Kaligesik akan dijelaskan sebagai berikut: III.2.6.1. Dasar penamaan satuan batuan
Satuan ini merupakan satuan yang terendapkan di atas satuan lava basalt dan breksi basalt Kaligetas pada daerah penelitian, yang tersusun oleh lava basalt,
77
breksi basalt, dan sisipan tuf. Dasar penamaan satuan ini berdasarkan atas penamaan tidak resmi dengan litologi penyusunnya yang dominan yaitu lava basalt. III.2.6.2. Penyebaran dan ketebalan
Satuan lava basalt Kaligesik ini memiliki penyebaran pada bagian barat hingga barat laut peta dari daerah penelitian. Luas penyebaran satuan lava basalt Kaligesik ini menempati sekitar ± 25 % dari keseluruhan luas daerah penelitian. Satuan ini tersingkap baik di Desa Nyatnyono, dan yang tersingkap lapuk kuat hingga lanjut di Desa Keji. Daerah-daerah yang disusun oleh satuan lava basalt Kaligesik adalah Desa Keji, Desa Nyatnyono, Desa Gogik, dan Desa Gebugan. Satuan ini memiliki morfologi berupa lereng gunung api tengah. Berdasarkan rekonstruksi dari penampang geologi, maka ketebalan dari satuan lava basalt Kaligesik ini adalah sekitar ± 700 meter. III.2.6.3. Litologi penyusun
Litologi penyusun satuan batuan ini adalah berupa lava basalt, breksi basalt, dan sisipan tuf. Lava basalt Kaligesik dicirikan oleh warna abu-abu cerah-gelap dan setempat terlihat gradual menjadi lebih gelap kecoklatan sampai hitam, dengan struktur masif, hipokristalin, mempunyai granularitas afanitik sebgaian fanerik, bentuk
kristal
sub-anhedral,
dan
hubungan antar
kristal
inequigranular.
Berdasarkan pengamatan petrografis, sayatan lava basalt Kaligesik, warna abuabu gelap, tekstur afanitik, inequigranular, bentuk anhedral-subhedral, terdiri dari plagioklas (30%), olivin (5%), piroksen (20%), massa dasar (35%) dan mineral
78
opak (10%). Nama batuan Basalt (Williams, 1982), dapat dilihat pada lampiran analisis petrografi (analisis terlampir).
Pada gambar 3.14 di bawah ini dapat
dilihat singkapan lava basalt yang ada di daerah penelitian tepatnya berada di Desa Gogik.
Gambar 3.14. Singkapan lava basalt Kaligesik yang ada di Desa Gogik, Lensa kamera menghadap ke arah barat (Penyusun, 2016)
III.2.6.4. Umur dan lingkungan pengendapan
Penentuan umur satuan ini dilakukan dengan cara membandingkan terhadap satuan batuan secara regional, mengacu pada geologi regional lembar Magelang-Semarang (Thanden, 1996), maka satuan lava basalt Kaligesik ini
79
diperkirakan berumur Pleistosen Akhir, dan lingkungan pengendapan darat, serta terbentuk akibat adanya aktivitas vulkanik gunungapi komposit di daerah penelitian, yakni Gunung Ungaran. III.2.6.5. Hubungan stratigrafi
Satuan lava basalt Kaligesik merupakan satuan batuan yang tersingkap di atas satuan lava basalt dan breksi basalt Kaligetas. Satuan lava basalt Kaligesik ini mempunyai hubungan yang tidak selaras dengan satuan lava basalt dan breksi basalt Kaligetas yang terbentuk di bawahnya. Hubungan stratigrafi tersebut diambil dari kesebandingan dengan stratigrafi regional yang menyatakan bahwa satuan lava basalt Kaligesik tidak selaras dengan satuan lava basalt dan breksi basalt Kaligetas. Lava basalt Kaligesik ini mempunyai hubungan selaras menjari pada bagian atasnya terhadap satuan breksi basalt Gajah Mungkur, dikarenakan umur kedua satuan ini sama dan terbentuk pada satu fase. Hubungan stratigrafi pada satuan lava basalt Kaligesik dapat dilihat pada Tabel 3.10 berikut.
80
Tabel 3.10. Kolom litologi pada satuan lava basalt Kaligesik (tanpa skala), (Penyusun, 2016)
III.2.7. Satuan breksi basalt Gajah Mungkur
Penjelasan mengenai satuan breksi basalt Gajah Mungkur akan dijelaskan sebagai berikut: III.2.7.1. Dasar penamaan satuan batuan
Satuan ini merupakan satuan yang terendapkan di atas lava basalt Kaligesik pada daerah penelitian, yang tersusun oleh breksi basalt dan sisipan lava basalt. Dasar penamaan satuan ini berdasarkan atas penamaan tidak resmi dengan litologi penyusunnya yang dominan yaitu breksi basalt.
81
III.2.7.2. Penyebaran dan ketebalan
Satuan breksi basalt Gajah Mungkur ini memiliki penyebaran pada bagian utara, tengah hingga selatan peta dari daerah penelitian. Luas penyebaran satuan breksi basalt Gajah Mungkur ini menempati sekitar ± 45 % dari keseluruhan luas daerah penelitian. Satuan ini tersingkap baik di Desa Pagersari, Desa Munding, dan Desa Pakopen, dan yang tersingkap lapuk kuat hingga lanjut di daerah Desa Bergas Lor dan Desa Bergas Kidul. Daerah-daerah yang disusun oleh satuan breksi basalt Gajah Mungkur adalah Desa Pagersari, Desa Munding, Desa Pakopen, Desa Bergas Lor, dan Desa Bergas Kidul. Satuan ini memiliki morfologi berupa lereng gunungapi bawah. Berdasarkan rekonstruksi dari penampang geologi, maka ketebalan dari satuan breksi basalt Gajah Mungkur ini adalah sekitar ± 100 meter. III.2.7.3. Litologi penyusun
Litologi penyusun satuan batuan ini adalah berupa breksi basalt, dan sisipan lava basalt. Breksi basalt dengan warna segar abu-abu kehitaman sampai hitam gelap, warna lapukabu-abu kecoklatan sampai coklat tua kehitaman, massif, ukuran butir pasir kasar, bentuk butir angular-subangular, terpilah buruk, kemas terbuka, matriks pasir, semen silika, dengan fragmen basalt. Fragmen hipokristalin,
basalt
berwarna
sub-anhedral,
dengan
abu-abu relasi
kehitaman,
masif,
inequigranular.
afanitik,
Berdasarkan
pengamatan petrografis fragmen breksi basalt sayatan batuan beku warna cokelat kehitaman, terdiri dari mineral plagioklas 50%, piroksen 10%, olivin 15%, massa
82
dasar 20% dan mineral opak 5%, dapat dilihat pada lampiran sayatan petrografis (hasil analisis terlampir). Singkapan breksi basalt Gajah Mungkur dapat dilihat pada gambar 3.15 berikut.
Gambar 3.15. Singkapan breksi basalt Gajah Mungkur yang ada di Desa Munding Lensa kamera menghadap ke arah tim ur (Penyusun, 2016)
83
III.2.7.4. Umur batuan dan lingkungan pengendapan
Penentuan umur satuan ini dilakukan dengan cara membandingkan terhadap satuan batuan secara regional, mengacu pada geologi regional Lembar Magelang-Semarang (Thanden, 1996). Maka satuan breksi basalt Gajah Mungkur ini diperkirakan berumur Holosen dan lingkungan pengendapan darat karena pada satuan ini tidak ditemukan adanya fosil. III.2.7.5. Hubungan stratigrafi
Hubungan antara satuan batuan breksi basalt Gajah Mungkur dengan satuan lava basalt Kaligesik bagian atas adalah menjari, dikarenakan terbentuk pada satu fase yang sama, serta memiliki umur yang sama dan hubungan breksi basalt Gajah Mungkur dengan intrusi andesit Ungaran yang berada di atasnya adalah
tidak
selaras.
Hubungan
tersebut
diketahui
dengan
melakukan
kesebandingan stratigrafi regional bahwa kedua satuan ini berasal dari sumber yang berbeda dan fasies yang berbeda (Tabel 3.11).
84
Tabel 3.11. Kolom litologi pada satuan breksi basalt Gajah Mungkur (tanpa skala), (Penulis, 2016)
III.2.8. Satuan intrusi andesit Ungaran
Penjelasan mengenai satuan intrusi andesit Ungaran akan dijelaskan sebagai berikut: III.2.8.1. Dasar penamaan satuan batuan
Satuan ini merupakan satuan termuda yang tersingkap pada daerah penelitian, yang tersusun oleh batuan intrusi atau batuan terobosan bersifat
85
andesitik. Dasar penamaan satuan ini berdasarkan atas penamaan tidak resmi dengan litologi penyusunnya yang dominan yaitu intrusi andesit. III.2.8.2. Penyebaran dan ketebalan
Satuan intrusi andesit Ungaran ini memiliki penyebaran pada bagian baratdaya peta dari daerah penelitian. Luas penyebaran satuan intrusi andesit Ungaran ini menempati sekitar ± 2,4 % dari keseluruhan luas daerah penelitian. Satuan ini tersingkap baik di sekitar Desa Munding, dan yang tersingkap lapuk kuat hingga lanjut di Dusun Pakopen. Daerah-daerah yang disusun oleh satuan intrusi andesit Ungaran adalah Desa Pagersari, Desa Munding, dan Desa Pakopen. Satuan ini memiliki morfologi berupa bukit intrusi. Berdasarkan rekonstruksi dari penampang geologi, maka ketebalan dari satuan intrusi andesit Ungaran ini adalah sekitar ± 700 meter. III.2.8.3. Litologi penyusun
Litologi penyusun satuan batuan ini adalah berupa andesit, dan andesit basalt yang tersingkap dalam bentuk tubuh intrusi yang besar atau retas-retas. Intrusi andesit Ungaran dicirikan oleh warna abu-abu cerah, dengan struktur masif, hipokristalin, mempunyai granularitas afanitik sebagian fanerik, bentuk
kristal
sub-anhedral,
dan
hubungan antar
kristal
inequigranular.
Berdasarkan pengamatan petrografis, sayatan intrusi andesit Ungaran, warna abuabu terang, tekstur afanitik, inequigranular, bentuk anhedral-subhedral, terdiri dari plagioklas (30%), kuarsa (5%), piroksen (20%), massa dasar (35%) dan mineral opak (10%). Nama batuan Andesite (Williams, 1982) dapat dilihat pada lampiran analisis petrografi (analisis terlampir). Pada gambar 3.16 di bawah ini
86
terdapat singkapan intrusi andesit Ungaran yang ada di daerah penelitian tepat nya berada di Desa Munding.
Gambar 3.16. Kenampakan singkapan intrusi andesit yang tersingkap di Desa Munding. (A) Morfologi bukit intrusi andesit, (B) foto singkapan andesit, (C) inset singkapann andesit Lensa kamera menghadap ke arah barat (Penyusun, 2016)
III.2.8.4. Umur dan lingkungan pengendapan
Penentuan umur satuan ini dilakukan dengan cara membandingkan terhadap satuan batuan secara regional, mengacu pada geologi regional Lembar
87
Magelang-Semarang (Thanden, 1996), maka satuan intrusi andesit Ungaran ini diperkirakan berumur Holosen, dan lingkungan pengendapan darat, serta terbentuk akibat penerobosan magma ke permukaan akibat adanya aktivitas vulkanik. III.2.8.5. Hubungan stratigrafi
Satuan intrusi andesit Ungaran merupakan satuan batuan termuda yang tersingkap di daerah penelitian, sehingga hubungan stratigrafi dengan satuan batuan di bawahnya tidak dapat ditentukan. Satuan intrusi andesit Ungaran ini mempunyai hubungan yang tidak selaras dengan semua satuan batuan yang tersingkap di daerah penelitian. Hubungan stratigrafi tersebut diambil dari kesebandingan dengan stratigrafi regional yang menyatakan bahwa satuan intrusi andesit Uungaran tidak selaras dengan semua satuan batuan yang ada di daerah penelitian dan menerobos semua satuan batuan yang ada di daerah penelitian, serta dari kenampakan di lapangan menunjukkan adanya perbedaan jenis litologi yang menyebabkan tidak selaras (nonconformity). Hubungan stratigrafi pada satuan intrusi andesit Ungaran dapat dilihat pada Tabel 3.12 berikut.
88
Tabel 3.12. Kolom litologi pada satuan intrusi andesit Ungaran (tanpa skala) (Penyusun, 2016)
III.3. Kolom Stratigrafi Daerah Penelitian
Dari hasil penjabaran satuan-satuan batuan yang ada di daerah penelitian, maka diperoleh urut-urutan satuan batuan dari yang tertua hingga yang termuda. Melalui kolom stratigrafi yang dibuat dapat diketahui hubungan antar setiap satuan batuan yang ada di daerah penelitian. Kolom stratigrafi pada daerah penelitian dapat dilihat pada (Tabel 3.13) di bawah ini.
89
Tabel 3.13. Kolo
stratigrafi pada daerah penelitian (tanpa skala) (pen usun, 2016)