Laporan Bulan I
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Wilayah
pesisir
didefinisikan
sebagai
wilayah
daratan
yang
berbatasan dengan laut, dengan batas di daratan meliputi meli puti daerah-daerah yang tergenang air maupun yang tidak tergenang air yang masih dipengaruhi oleh proses-proses laut. Wilayah pesisir bersifat dinamis dan rentan terhadap perubahan lingkungan baik karena proses alami maupun akibat aktivitas manusia. Sekitar 60% penduduk Indonesia hidup di wilayah pesisir dan demi meningkatkan taraf hidupnya, sebagian masyarakat melakukan perubahan terhadap ekosistem dan sumber daya alam sehingga berpengaruh terhadap lingkungan di wilayah pesisir khususnya garis pantai. Peningkatan jumlah penduduk yang hidup di wilayah pesisir memberikan dampak tekanan terhadap sumber daya alam pesisir seperti degradasi pesisir, pembuangan limbah ke laut, erosi pantai (abrasi), akresi pantai (penambahan pantai) dan sebagainya. Garis pantai adalah batas air laut pada waktu pasang tertinggi telah sampai ke darat. Perubahan garis pantai ini banyak dilakukan oleh aktivitas manusia seperti pembukaan lahan, eksploitasi bahan galian di daratan pesisir yang dapat merubah keseimbangan garis pantai melalui suplai muatan sedimen yang berlebihan. Dengan curah hujan dengan intensitas tinggi juga dapat mempengaruhi perubahan garis pantai. Di sepanjang kawasan pantai terdapat segmen-segmen pantai yang mengalami erosi, disamping ada bagian-bagian yang mengalami akresi/sedimentasi dan segmen yang stabil. UKL-UPL Pembangunan Tanggul Abrasi Pantai Malunda Kabupaten Majene
I-1
Laporan Bulan I
Sekitar 70% pantai terutama berpasir di dunia mengalami erosi pantai dan penyebab utama adalah aneka ragam pengaruh manusia secara langsung maupun tak langsung yang menyebabkab berkurangnya jumlah ketersedian cadangan sedimen yang ada di pantai dibandingkan dengan sedimen keluar dari pantai akibat pengaruh alam. Di beberapa bagian pantai di dunia, erosi pantai yang terjadi telah menimbulkan kerugian yang besar berupa rusaknya daerah pemukiman, pertambakan dan jalan raya. Erosi pantai merupakan salah satu masalah serius degradasi garis pantai yang disebabkan oleh angin, hujan, arus dan gelombang serta akibat aktivitas manusia. Aktivitas manusia seperti pembukaan hutan bakau (mangrove), penambangan pasir laut dan penambangan terumbu karang di beberapa lokasi telah memberikan kontribusi penting terhadap erosi pantai, karena hilangnya perlindungan pantai dari hantaman gelombang dan badai. Pantai juga merupakan tempat rekreasi yang potensial bagi daerah setempat sehingga keberadaannya perlu dijaga, dikelola dan dilestarikan. Permasalahan diatas juga terjadi pada Pantai Malunda Kabupaten Majene Provinsi Sulawesi Barat. Permasalahan ini memerlukan penanganan yang tepat dengan mempertimbangkan banyak faktor dalam jangka panjang dan merupakan bagian dari suatu strategis perencanaan yang berpedoman pada kebijakan Pengelolaan Kawasan Pesisir (Coastal Zone Management). Pencegahan dan penanganan terhadap erosi pantai (abrasi), akresi pantai (penambahan pantai) dan sebagainya dapat dengan menggunakan teknologi pengaman pantai dan cara sederhana seperti hutan bakau dan gundukan batu. Dengan teknologi seperti tembok penahan (revetment),
UKL-UPL Pembangunan Tanggul Abrasi Pantai Malunda Kabupaten Majene
I-2
Laporan Bulan I
tembok laut (seawall), pemecah ombak tegak lurus pantai (groin), pemecah gelombang sejajar pantai dan reklamasi. Upaya tersebut dapat dijadikan sebagai
salah
satu
jenis
penanganan/konstruksi
yang
cocok
untuk
permasalahan di Pantai Malunda Kabupaten Majene Provinsi Sulawesi Barat. Dalam rangka mengantisipasi dampak negatif dari pembangunan tanggul pantai tersebut maka diperlukan upaya pengelolaannya agar dampak negatif dapat diperkecil dan dampak positifnya diperbesar. Hal ini dapat dilakukan memalui Study Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL/UKL). Oleh karena itu maka Balai Wilayah Sungai Sulawesi III pada Tahun Anggaran 2016 akan melakukan Kajian Kelayakan Lingkungan
Lingkungan (UKL)
dalam
dan
paket
Upaya
pekerjaan
Pemantauan
Upaya
Pengelolaan
Lingkungan
(UPL)
Pembangunan Tanggul Abrasi Pantai Malunda Kabupaten Majene.
1.2 LOKASI PEKERJAAN
Lokasi rencana usaha dan atau kegiatan Pembangunan Tanggul Abrasi Pantai Malunda Kabupaten Majene akan dilakukan di Kelurahan Malunda dan Kelurahan Lamungan Batu, Kecamatan Malunda, Kabupaten Majene. Letak geografis lokasi kegiatan berawal pada titik koordinat 03o 00’ 52,8” LS dan 118 o 51’ 21,4” BT dan berakhir pada titik koordinat 03o 01’ 08,6” LS dan 118 o 51’ 24,5” BT. Panjang bangunan tanggul abrasi pantai yang direncanakan ± 2 km. Areal lokasi kegiatan Pembangunan Tanggul Abrasi Pantai Malunda oleh Satker Balai Wilayah Sungai Sulawesi III, SNVT Pelaksanaan Jaringan Sumber Air Wilayah Sungai Kaluku Karama dapat dilihat pada Lampiran 1.
UKL-UPL Pembangunan Tanggul Abrasi Pantai Malunda Kabupaten Majene
I-3
Laporan Bulan I
1.3 MAKSUD DAN TUJUAN PEKERJAAN
Maksud dan Tujuan dilaksanakannya studi UKL-UPL Kegiatan Pembangunan Tanggul Abrasi Pantai Malunda Kabupaten Majene adalah: a) Mengidentifikasi rencana kegiatan Pembangunan Tanggul Abrasi Pantai Malunda yang diperkirakan menimbulkan dampak terhadap lingkungan. b) Mengidentifiksi rona lingkungan hidup awal, yaitu kondisi dan tatanan lingkungan wilayah setempat saat ini, terutama yang diperkirakan terkena dampak. c) Memberikan arahan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup terhadap rencana kegiatan yang akan dilaksanakan.
1.4 LINGKUP PEKERJAAN
Ruang lingkup pekerjaan Studi Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) untuk kegiatan Pembangunan Tanggul Abrasi Pantai Malunda Kabupaten Majene meliputi komponen yang ditelaah dan batas wilayah studi. Komponen yang ditelaah adalah sebagai berikut: a) Rencana Kegiatan yang Dikaji Dalam hal ini penyusunan UKL & UPL di Pra-konstruksi Pembangunan Tanggul Abrasi Pantai Malunda Kabupaten Majene berkewajiban mengumpulkan data dan memberikan uraian tentang rencana kegiatan Pembangunan Tanggul Abrasi Pantai Malunda Kabupaten Majene, khususnya kegiatan pekerjaan yang berpotensi menimbulkan dampak. b) Komponen Lingkungan yang Dikaji
UKL-UPL Pembangunan Tanggul Abrasi Pantai Malunda Kabupaten Majene
I-4
Laporan Bulan I
Penyusunan studi UKL-UPL Pembangunan Tanggul Abrasi Pantai Malunda Kabupaten Majene, berkewajiban dalam pengumpulan data, analisis dan evaluasi data lingkungan khususnya komponen lingkungan yang berpotensi terkena dampak. c) Kajian Dampak Lingkungan Penyusunan studi UKL-UPL Pembangunan Tanggul Abrasi Pantai Malunda Kabupaten Majene memperkirakan dan menganalisis serta mengevaluasi dampak yang diperkirakan akan timbul. d) Kajian UKL & UPL Penyusunan studi UKL-UPL Pembangunan Tanggul Abrasi Pantai Malunda Kabupaten Majene merumuskan upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang juga dituangkan dalam matriks.
1.5 STRUKTUR ORGANISASI PELAKSANA PEKERJAAN
Struktur
organisasi
untuk
pelaksanaan
Pekerjaan
UKL-UPL
Pembangunan Tanggul Abrasi Pantai Malunda Kabupaten Majene , dimaksudkan untuk mencapai sasaran berikut: -
Menjamin kelancaran pelaksanaan pekerjaan ini seperti yang tertera pada ruang lingkup pekerjaan sehingga dapat diselesaikan pada waktunya.
-
Pelaksanaan
pekerjaan
dapat
terkoodinir
dengan
baik
sehingga
penyelesaian pekerjaan dapat dilakukan secara sistimatis dan efektif. -
Setiap kegiatan pekerjaan yang dilakukan oleh masing-masing tenaga ahli akan saling berkesinambungan dan berada di bawah koordinasi Team Leader. Dengan demikian pengeluaran biaya pelaksanaan pekerjaan akan lebih efektif dan dapat mencapai sasaran aspek teknis yang dituju.
UKL-UPL Pembangunan Tanggul Abrasi Pantai Malunda Kabupaten Majene
I-5