ANALISIS PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE (PCK)
BIDANG MATEMATIKA
Analisis Hambatan Belajar
Kelas / Semester : IX / I
Pokok Bahasan : Relasi Antarbangun
Kompetensi Inti :
Kompetensi Inti 1 : Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
Kompetensi Inti 2 : Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
Kompetensi Inti 3 : Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
Kompetensi Inti 4 : Mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.
Kompetensi Dasar :
Kognitif :
Memahami konsep kesebangunan dan kekongruenan geometri melalui pengamatan
Menyelesaikan permasalahan nyata hasil pengamatan yang terkait penerapan kesebangunan dan kekongruenan
Psikomotor :
Menunjukkan perilaku ingin tahu dalam melakukan aktivitas di rumah, sekolah, dan masyarakat sebagai wujud implementasi mempelajari sifat-sifat segitiga sebangun dan kongruen
Membuat model, menggambar atau melukis bangun-bangun datar sebangun dan kongruen dengan berbagai cara dan posisi
Menentukan atau menggambar bangun datar yang sebangun dan kongruen dengan bangun lain
Menentukan sisi, sudut, dan ukurannya, atau unsur lainnya berkaitan dengan kesebangunan
Menjelaskan atau mendeskripsikan masalah ke dalam bahasa sendiri, diagram, gambar, dan ilustrasi yang lebih sederhana, jelas dan lengkap
Berdasarkan kompetensi dasar (kognitif dan psikomotor) di atas, tuliskan fakta, konsep, prosedur dan prinsipnya.
Fakta : Garis dan sudut
Konsep :
Bangun Datar
Segitiga
Syarat Kesebangunan Bangun Datar
Syarat Kesebangunan Segitiga
Syarat Kekongruenan Bangun Datar
Syarat Kekongruenan Segitiga
Prosedur :
Mengidentifikasi apakah dua buah bangun datar kongruen dengan melihat syaratnya. Yaitu, sisi yang bersesuaian sama panjang dan sudut yang bersesuaian sama besar.
Mengidentifikasi apakah dua segitiga kongruen dengan melihat syaratnya dan mengukurnya. Yaitu, ketiga sisi pada segitiga (1) sama dengan segitiga (2).
Mengidentifikasi apakah dua segitiga kongruen dengan melihat syaratnya dan mengukurnya. Yaitu, panjang kedua sisi yang mengapit suatu sudut dan besar sudut tersebut sama pada segitiga (1) dengan segitiga (2).
Mengidentifikasi apakah dua segitiga kongruen dengan melihat syaratnya dan mengukurnya. Yaitu, besar kedua sudut yang mengapit suatu sisi dan panjang sisi tersebut sama pada segitiga (1) dengan segitiga (2).
Prinsip :
Postulat sisi – sisi – sisi
Postulat sisi – sudut – sisi
Postulat sudut – sisi – sudut
Dari pengetahuan matematika di atas, susunlah peta pikirannya (mind mapping) di bawah ini !
Analisis Hambatan Belajar (learning obstacle)
Hambatan yang dialami siswa pada saat mempelajari topik Relasi Antarbangun. (epistemological obstacle)
Siswa awalnya mengira bangun datar atau segititiga yang kongruen itu adalah yang kembar persis termasuk warna dan coraknya. Padahal, hanya bentuknya saja yang sama.
Siswa kesulitan dalam mengukur besar sudut menggunakan busur atau pun memperkirakan besar sudut dengan simbol yang telah ada.
Siswa sulit menentukan perbandingan panjang sisi dua buah bangun datar atau segitiga yang sebangun.
Saat diberikan soal yang lebih bervariasi, siswa agak sulit menyelesaikannya.
Hambatan yang dialami guru saat mengajarkan topik Relasi Antarbangun.
Guru perlu membuat dan membawa alat peraga yang belum tersedia di sekolah.
Guru agak sulit mengajarkan materi perbandingan pada bangun yang kongruen, sebab materinya agak rumit.
Guru perlu mengikuti kecepatan pemahaman siswa, sedangkan dibatasi oleh waktu jam pelajaran.
Siswa kelas IX akan segera menghadapi UN, sehingga guru perlu lebih cepat menyelesaikan materi agar dapat segera membahasa soal – soal UN.
Antisipasi Didaktis Pedagogis (ADP)
Indikator yang bersesuaian dengan KD Kognitif dan Psikomotor.
Siswa dapat menunjukkan perilaku ingin tahu dalam melakukan aktivitas di rumah, sekolah, dan masyarakat sebagai wujud implementasi mempelajari sifat-sifat segitiga sebangun dan kongruen.
Siswa memahami konsep kesebangunan dan kekongruenan geometri melalui pengamatan.
Siswa mampu menyelesaikan permasalahan nyata hasil pengamatan yang terkait penerapan kesebangunan dan kekongruenan
Siswa dapat membuat model, menggambar atau melukis bangun-bangun datar sebangun dan kongruen dengan berbagai cara dan posisi
Siswa dapat menentukan atau menggambar bangun datar yang sebangun dan kongruen dengan bangun lain
Siswa dapat menentukan sisi, sudut, dan ukurannya, atau unsur lainnya berkaitan dengan kesebangunan
Siswa bisa menjelaskan atau mendeskripsikan masalah ke dalam bahasa sendiri, diagram, gambar, dan ilustrasi yang lebih sederhana, jelas dan lengkap
Mathematical powerkoneksi matematis : siswa dapat memahami yang diketahui pada soal, yang ditanyakan, serta dapat menggunakan hal yang diketahui untuk menjawab soal.
Mathematical powerkoneksi matematis : siswa dapat menghubungkan materi sudut dan garis dengan materi kesebangunan dan kekongruenan bangun datar.
Model/Strategi/Pendekatan/Metode
Model/Strategi : Cooperative Learningtipe STAD (Student Teams Achievement Division)
Cooperative Learning merupakan strategi pembelajaran yang menitikberatkan pada pengelompokkan siswa dengan tingkat kemampuan akademik yang berbeda – beda ke dalam kelompok kecil (Saptono, 2003:32). Siswa diajarkan untuk memiliki keterampilan berkomunikasi dan berkerja sama antaranggota kelompok. Agar terlaksana dengan baik, strategi ini dilengkapi dengan LKS. Setelah menyelesaikan tugas kelompok, masing – masing kelompok diminta untuk menyajikan hasil perkerjaannya di depan kelas untuk didiskusikan dengan seluruh siswa.
Pendekatan : Deduktif
Pendekatan deduktif ditandai dengan pemaparan konsep, definisi dan istilah – istilah pada bagian awal pembelajaran. Pendekatan deduktif dilandasi oleh suatu pemikiran bahwa proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik bila siswa telah mengetahui wilayah persoalannya dan konsep dasarnya (Suwarna, 2005)
Metode : - Diskusi, Demonstrasi dan Inkuri (Fase III dan V)
Drill (Fase VI)
Kegiatan Belajar – Mengajar
Tahapan Kegiatan
Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Fase I
Guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan kepada siswa sesuai KD yang akan dicapai.
Guru memberi salam, menanyakan kabar, mengajak siswa berdoa, dan mengecek kehadiran siswa;
Guru mengomunikasikan tujuan belajar Relasi Antarbangun (Kesebangunan dan Kekongruenan Bangun Datar), dan hasil belajar yang diharapkan akan dicapai;
Guru menginformasikan cara belajar yang akan ditempuh (pengamatan) dalam kelompok, demonstrasi, pembahasan secara klasikal, pemajangan hasil latihan, dan latihan individual)
Siswa menjawab salam serta menjawab pertanyaan guru. Lalu siswa dipimpin oleh KM, berdo'a bersama.
Siswa mendengarkan dan menanggapi cerita guru tentang manfaat kesebangunan segitiga dalam kehidupan sehari-hari
Fase II
Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individual sehingga akan diperoleh skor/gambaran awal.
Guru mengecek kemampuan prasyarat siswa dengan tanya jawab mengenai dua bangun yang sebangun dan sifat-sifat sudut yang terbentuk jika dua garis sejajar dipotong oleh sebuah garis.
Siswa merespon pertanyaan guru dan akan menggambarkan kemampuan awal siswa.
Fase III
Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4 -5 siswa dengan kemampuan yang berbeda – beda. Jika mungkin anggota kelompok berasal dari rasm budaya, suku yang berbeda tetapi tetap mementingkan kesetaraan gender.
Siswa dibagi menjdi beberapa kelompok secara heterogen
Siswa berkumpul bersama kelompoknya
Fase IV
Bahan materi yang telah dipersiapkan didiskusikan dalam kelompok dalam kelompok untuk mencapai KD.
Guru menanya pertanyaan terkait contoh peristiwa sehari – hari yang berhubungan dengan kebangunan dua segitiga.
Siswa menyimak dan menjawab pertanyaan terkait contoh peristiwa sehari-hari yang berhubungan dengan kesebangunan dua segitiga
Fase V
Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.
Guru memberikan lembar kerja yang berisi gambar bangun – bangun datar, termasuk segitiga, yang beragam.
Guru memperhatikan dan menilai kegiatan siswa dengan cara observasi. Guru juga menanya dan mengomentari hasil pengamatan siswa.
Siswa dipinta untuk mencari bangun yang sebangun dan/atau kongruen pada lembar kerja.
Secara berkelompok siswa menjelaskan proses dari menemukan syarat dua segitiga sebangun sejak tahap mengamati, menanya, mengumpulkan informasi dan mengolah informasi.
Fase VI
Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individual.
Pada LKS, terdapat soal yang harus dikerjakan secara individual.
Siswa mengerjakan soal secara mandiri.
Fase VII
Guru memberikan penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan skor.
Siswa dan guru merangkum isi pembelajaran yaitu tentang syarat dua segitiga sebangun.
Guru memberikan penghargaan kepada kelompok favorit dan apresiasi pada seluruh siswa.
Siswa melakukan refleksi dengan dipandu oleh Guru;
Penutup
Guru menginformasikan garis besar isi kegiatan pada pertemuan berikutnya.
Guru menutup kegiatan pembelajaran.
Perwakilan siswa / Ketua Kelas memimpin do'a bersama.
Sumber dan Media/Alat Peraga
Sumber : - Buku (Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2015. Matematika Kelas IX, Jakarta)
Internet
Media/Alat Peraga : - Benda – benda yang berbentuk bangun datar di sekitar kelas.
Alat peraga bangun datar dan segitiga.