BAB 3 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
Berdasarkan Kerangka Acuan yang telah disepakati, teridentifikasi beberapa Dampak Penting Hipotetis (DPH) yang akan timbul terhadap lingkungan hidup sebagai akibat adanya rencana kegiatan pembangunan PLTU. Dampak-dampak tersebut adalah sebagai berikut :
A. Bangunan Utama (Power Block) PLTU Block) PLTU a. Tahap Pra Konstruksi 1) Perubahan Pola Mata Pencaharian 2) Munculnya Spekulan Tanah 3) Keresahan Masyarakat 4) Perubahan Pola Hubungan Sosial 5) Perubahan Persepsi Masyarakat
b. Tahap Konstruksi 1) Penurunan Kualitas Udara 2) Peningkatan Kebisingan 3) Peningkatan Getaran 4) Penurunan Kualitas Air Laut 5) Penurunan Kualitas Air Permukaan 6) Perubahan Bentang Alam 7) Peningkatan Debit Air Larian 8) Gangguan terhadap Flora Darat 9) Gangguan terhadap Fauna Darat 10) Gangguan terhadap Biota Laut 11) Perubahan Pola Mata Pencaharian PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3-1
12) Peningkatan Kesempatan Kerja 13) Peningkatan Peluang Berusaha 14) Gangguan terhadap Kenyamanan 15) Perubahan Adat Istiadat (Perubahan Nilai dan Norma) 16) Perubahan Persepsi Masyarakat 17) Gangguan Kesehatan Masyarakat 18) Gangguan Lalulintas Darat 19) Kerusakan Infrastruktur Jalan dan Jembatan
c. Tahap Operasi 1) Penurunan Kualitas Udara 2) PeningkatanKebauan 3) Peningkatan Kebisingan 4) Peningkatan Paparan TENORM 5) Penurunan Kualitas Air Laut 6) Perubahan Garis Pantai (Abrasi) 7) Gangguan terhadap Biota Laut 8) Perubahan Pola Mata Pencaharian 9) Perubahan Persepsi Masyarakat 10) Perubahan Tingkat Pendapatan 11) Peningkatan Ekonomi Lokal dan Regional 12) Keresahan Masyarakat 13) Gangguan Kesehatan Masyarakat
B. Terminal Khusus/ Jetty a. Tahap Pra Konstruksi Tidak ada kegiatan pada tahap pra konstruksi, sehingga tidak ada dampak yang diperkirakan akan terjadi.
b. Tahap Konstruksi 1) Penurunan Kualitas Air Laut 2) Gangguan terhadap Biota Laut 3) Perubahan Persepsi Masyarakat 4) Gangguan Lalulintas Laut 5) Perubahan Garis Pantai
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3-2
12) Peningkatan Kesempatan Kerja 13) Peningkatan Peluang Berusaha 14) Gangguan terhadap Kenyamanan 15) Perubahan Adat Istiadat (Perubahan Nilai dan Norma) 16) Perubahan Persepsi Masyarakat 17) Gangguan Kesehatan Masyarakat 18) Gangguan Lalulintas Darat 19) Kerusakan Infrastruktur Jalan dan Jembatan
c. Tahap Operasi 1) Penurunan Kualitas Udara 2) PeningkatanKebauan 3) Peningkatan Kebisingan 4) Peningkatan Paparan TENORM 5) Penurunan Kualitas Air Laut 6) Perubahan Garis Pantai (Abrasi) 7) Gangguan terhadap Biota Laut 8) Perubahan Pola Mata Pencaharian 9) Perubahan Persepsi Masyarakat 10) Perubahan Tingkat Pendapatan 11) Peningkatan Ekonomi Lokal dan Regional 12) Keresahan Masyarakat 13) Gangguan Kesehatan Masyarakat
B. Terminal Khusus/ Jetty a. Tahap Pra Konstruksi Tidak ada kegiatan pada tahap pra konstruksi, sehingga tidak ada dampak yang diperkirakan akan terjadi.
b. Tahap Konstruksi 1) Penurunan Kualitas Air Laut 2) Gangguan terhadap Biota Laut 3) Perubahan Persepsi Masyarakat 4) Gangguan Lalulintas Laut 5) Perubahan Garis Pantai
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3-2
c. Tahap Operasi 1) Penurunan Kualitas Air Laut 2) Gangguan terhadap Biota Laut 3) Perubahan Persepsi Masyarakat 4) Gangguan Lalulintas Laut
C. Pengerukan (Dredging) di Laut dan Pembuangan Hasil Pengerukan (Dumping) di Laut a. Tahap Pra Konstruksi Tidak ada tahap pra konstruksi untuk kegiatan pengerukan maupun penimbunan material hasil keruk, sehingga tidak ada dampak yang diperkirakan akan terjadi.
b. Tahap Konstruksi Tidak ada tahap konstruksi untuk kegiatan pengerukan maupun penimbunan material hasil keruk, sehingga tidak ada dampak yang diperkirakan akan terjadi.
c. Tahap Operasi 1) Penurunan Kualitas Air Laut 2) Gangguan terhadap Biota Laut 3) Perubahan Persepsi Masyarakat
D. Jaringan Transmisi 500 kV (SUTET) dan Gardu Induk a. Tahap Pra Konstruksi 1) Munculnya Spekulan Tanah 2) Keresahan Masyarakat 3) Perubahan Persepsi Masyarakat
b. Tahap Konstruksi 1) Penurunan Kualitas Udara 2) Peningkatan Kebisingan 3) Peningkatan Kesempatan Kerja 4) Gangguan terhadap Kenyamanan 5) Perubahan Persepsi Masyarakat 6) Gangguan Kesehatan Masyarakat
c. Tahap Operasi Operasional jaringan transmisi dari tower pertama pertama sampai dengan tower pada pada jaringan interkoneksi PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3-3
SUTET 500 kV Jawa-Bali pada dokumen ini tidak dilakuka n pelingkupan.
Prakiraan dampak dilakukan untuk mengetahui intensitas dampak yang terjadi akibat adanya proyek atau kegiatan yang mencakup besaran dampak dan penentuan sifat pentingnya dampak.
PRAKIRAAN BESARAN DAMPAK Besaran dampak adalah selisih antara kondisi lingkungan hidup karena kegiatan proyek dengan kondisi lingkungan hidup tanpa proyek, atau diformulasikan dengan rumus :
KLp KLo
dimana : = Besaran dampak KLp
= Nilai parameter lingkungan hidup yang akan datang dengan proyek
KLo
= Nilai parameter lingkungan hidup yang akan datang tanpa proyek
Satuan dari besaran dampak adalah sesuai dengan satuan dari parameter lingkungan yang ditinjau. Nilai parameter lingkungan yang akan datang tanpa proyek diasumsikan sama dengan kondisi rona lingkungan awal. Secara umum metode prakiraan dampak besar dan penting yang dapat dilakukan adalah dengan metode formal/ matematis, metode analogi, dan metode lainnya. Asumsi yang digunakan dalam prakiraan dampak ini adalah kualitas parameter lingkungan yang akan datang dianggap sama dengan kondisi lingkungan saat ini (rona lingkungan hidup awal).
Setelah diperoleh perubahan nilai parameter lingkungan menggunakan metoda formal maupun informal, kemudian dilakukan konversi perubahan nilai parameter lingkungan ke dalam perubahan skala kualitas lingkungan. Skala kualitas lingkungan pada rona lingkungan awal(KLo) dan pada saat kegiatan berlangsung (KLp) ditampilkan dalam skala numerik (1 sampai dengan 5) dengan kriteria : Skala
1 : Kualitas lingkungan Sangat Buruk
Skala
2 : Kualitas lingkungan Buruk
Skala
3 : Kualitas lingkungan Sedang
Skala
4 : Kualitas lingkungan Baik
Skala
5 : Kualitas lingkunganSangat Baik
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3-4
Kriteria Besarnya Dampak :
-
Tidak ada dampak bila nilai perubahan dampaknya 0
-
Dampak dikatakan Kecil bila nilai perubahan dampaknya 1
-
Dampak dikatakan Sedang bila nilai perubahan dampaknya 2
-
Dampak dikatakan Besar bila nilai perubahan dampaknya 3
-
Dampak dikatakan Sangat Besar bila nilai perubahan dampaknya 4
PRAKIRAAN SIFAT PENTING DAMPAK Prediksi dampak penting dilakukan dengan menghubungkan setiap besaran dengan 7 kriteria dampak penting sebagaimana terdapat dalam Pasal 22 ayat (2) Undang-undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan, yaitu : 1) Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan 2) Luas wilayah persebaran dampak 3) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung 4) Banyaknya komponen lingkungan lain yang akan terkena dampak 5) Sifat kumulatif dampak 6) Berbalik atau tidak berbaliknya dampak 7) Kriteria ilmu dan teknologi
Berdasarkan kriteria dan kategori penentuan penting/tidaknya dampak, maka dilakukan keputusan akhir untuk menentukan tingkat kepentingan dampak rencana kegiatan proyek terhadap lingkungan untuk setiap parameter lingkungan. Tingkat kepentingan dampak yang digunakan adalah Dampak Penting (P) dan Dampak Tidak Penting (TP).
Kriteria penetapan tingkat kepentingan dampak adalah sebagai berikut : 1) Jika kriteria nomor 1 (Jumlah penduduk yang terkena dampak) masuk dalam kriteria penting, maka prakiraan dampak adalah Penting (P). 2) Jika jumlah kriteria P (Penting) ≥ 3 maka prakiraan dampaknya adalah Penting (P). 3) Jika jumlah P ≤ 2 maka prakiraan dampaknya adalah Tidak Penting (TP).
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3-5
Tabel 3.1 Kriteria Penentuan Sifat Penting Dampak FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING
NO.
SIFAT PENTING DAMPAK TIDAK PENTING (TP)
PENTING (P)
1.
Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan
Jumlah penduduk yang menerima dampak positif penting lebih besar dari jumlah penduduk yang terkena dampak negatif penting
2.
Luas wilayah penyebaran dampak
Luas wilayah penyebaran dampak lebih kecil dibandingkan dengan luas wilayah rencana kegiatan
3.
Intensitas dampak
Ringan, populasi terkena dampak tidak terpengaruh
Jumlah penduduk yang menerima dampak positif penting lebih kecil atau sama dengan jumlah penduduk yang terkena dampak negatif penting Luas wilayah penyebaran dampak lebih besar dibandingkan dengan luas wilayah rencana kegiatan Sedang sampai berat, populasi terkena dampak terpengaruh
Lamanya dampak berlangsung Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak Sifat Kumulatif dampak
<1 tahapan kegiatan
>1 tahapan kegiatan
Hanya merupakan dampak primer
Menimbulkan dampak sekunder dan dampak lanjutan lainnya
Tidak kumulatif
Berbalik atau tak berbaliknya dampak Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Dampaknya dapat dipulihkan (berbalik) Dampak penting negatif yang ditimbulkan dapat ditanggulangi oleh ilmu pengetahuan dan teknologi yang tersedia
Kumulatif tidak dapat diasimilasi oleh lingkungan Dampaknya tidak dapat dipulihkan (tidak berbalik) Dampak penting negatif yang ditimbulkan tidak dapat ditanggulangi oleh ilmu pengetahuan dan teknologi yang tersedia
4.
5. 6. 7.
Sumber : Tim Studi, 2013
Tambahan kriteria lain, dampak dikatakan Penting (P) jika : (1) Melebihi baku mutu lingkungan atau kriteria baku kerusakan lingkungan (2) Tidak melebihi baku mutu lingkungan atau kriteria baku kerusakan lingkungan tetapi :
-
Debit limbah dan beban pencemaran mencapai kondisi maksimum
-
Laju emisi dan beban pencemaran mencapai kondisi maksimum
(3) Menimbulkan gangguan bising/ bau/ getaran
Khusus untuk komponen sosial, ekonomi dan budaya, mengacu pada definisi Prof. Susetyawan (berpijak pada Teori Institusi dari Koentjaraningrat, 2000), sifat penting atau tidak penting dan positif atau negatif dampak ditetapkan sebagai berikut : (1) Dampak penting menunjuk perubahan, dalam konteks lingkungan, yang berupa ketidak-seimbangan baik sumber daya alam, infrastruktur, institusi-institusi sosial (pola hidup, mata pencarian, pendiapatan, pendidikan, dan kesehatan), sistem nilai (kepercayaan, pengetahuan, ilmu PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3-6
pengetahuan, ideologi, dan adat istiadat), hubungan sosial (kolektivitas, harmoni dan disharmoni atau konflik) akibat dari intervensi dan atau eksploitasi terhadap sistem lingkungan hidup. (2) Dampak penting positif menunjuk pada ketidakseimbangan, akan tetapi apabila difasilitasi akan terjadi keseimbangan baru dalam lingkungan hidup sebab unsur sarana dan prasaranan masih tersedia. Meskipun hal itu telah terjadi intervensi dan eksploitasi terhadap sistem lingkungan hidup. Jika fasilitasi dilakukan reaksi masyarakat sangat kecil dan tidak menimbulkan gejolak. (3) Dampak penting negatif menunjuk pada ketidak-seimbangan sistem lingkungan hidup dimana diperlukan adanya sarana dan prasarana baru untuk terciptanya kesimbangan baru dalam sistem lingkungan hidup. Memfasilitasi tanpa penyediaan sarana dan prasarana baru yang menjadi kebutuhan masyarakat akan sulit terjadi terwujutnya keseimbangan baru. Jika hal ini dilakukan akan mengundang reaksi besar dari masyarakat (4) Dampak tidak penting menunjuk pada tidak terjadinya perubahan yang berarti dalam sistem lingkungan hidup meskipun terjadi intervensi dan eksploitasi lingkungan hidup. Pada tingkat ini tingkat reaksi masyarakat sangat kecil dan tidak berarti.
Survei pada komponen sosial, ekonomi dan budaya di tiga desa power block PLTU (Desa Ujungnegoro, Ponowareng, dan Karanggeneng) tidak dapat dilakukan dengan baik karena kondisi setempat yang tidak kondusif dan ada penolakan oleh sebagian warga, sehingga data primer yang bersifat kuantitatif yang dibutuhkan tidak dapat sepenuhnya diperoleh. Oleh karena itu, untuk kepentingan analisis dalam prakiraan dampak selain data primer, juga digunakan data kualitatif dan data sekunder yang relevan. 3.1
BANGUNAN UTAMA (POWER BLOCK) PLTU
3.1.1
Tahap Pra Konstruksi
a.
Survei
Munculnya Spekulan Tanah Rencana pembebasan tanah menjadi isu yang besar karena lahan tapak Blok PLTU (terletak di Desa Ujungnegoro, Karanggeneng, dan Desa Ponowareng) sebagian besar adalah sawah irigasi semi teknis milik penduduk yang umumnya menjadi mata pencaharian utama. Munculnya sikap warga yang menerima dan yang belum menerima kehadiran PLTU membuat situasi lingkungan tidak kondusif bagi para pihak untuk memperbincangkan rencana kegiatan, serta ada penolakan yang kuat terhadap kehadiran orang luar yang akan mengusik lahan pertaniannya. Hal tersebut diprediksikan akan menghambat munculnya spekulan tanah, yakni orang yang ingin mencari keuntungan dengan cara berupaya membeli lahan milik warga dengan tujuan untuk dijual kepada pemrakarsa ataupun menjadi perantara dalam jual beli lahan dengan pihak pemrakarsa. Spekulan yang pernah muncul di tiga desa tersebut di atas sekitar 9 orang atau 1,8% dari total pemilik lahan yang terkena dampak untuk power blok PLTU. Rona awal spekulan tanah berada pada kategori skala 4 (spekulan yang pernah muncul berkisar 1 - <2% dari total pemilik lahan (Lampiran 2P) yang PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3-7
kemudian menghilang. Kegiatan pengadaan lahan diprediksikan tidak akan mengubah sistem lingkungan yang ada, dengan demikian skala kualitas lingkungan dari parameter spekulan tanah tidak berubah tetap pada kategori skala 4. Dengan demikian besaran dampak terhadap munculnya spekulan tanah pada tahap prakonstruksi adalah tergolong Tidak Ada Dampak dengan nilai perubahan dampaknya Tidak Ada Perubahan (0). Analisis rinci penentuan dampak kegiatan survei terhadap munculnya spekulan tanah lihat Lampiran 3D poin 1.1.1.1. Penentuan sifat penting dampak tertera padaTabel 3.2 berikut ini.
Tabel 3.2 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Survei terhadap Munculnya Spekulan Tanah
1.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan
SIFAT PENTING DAMPAK TP
2.
Luas wilayah penyebaran dampak
P
3.
Intensitas dampak
TP
Lamanya dampak berlangsung
TP
NO.
4.
Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak 5. Sifat Kumulatif dampak 6. Berbalik atau tak berbaliknya dampak 7. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Sifat Penting Dampak Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
TP TP TP -
TP
KETERANGAN Munculnya dampak spekulan tanah sangat kecil, hanya terbatas pada 504 pemilik lahan yang akan terkena pembebasan atau 18,7% dari total jumlah keluarga yang ada di desa lokasi tapak blok PLTU. Dampak menyebar di 3 desa (Ujungnegoro, Karanggeneng, dan Ponowareng); meskipun hanya 23,1% dari total desa di wilayah studi namun tiga desa tersebut merupakan lokasi tapak blok PLTU. Munculnya spekulan tanah Intensitas dampaknya rendah karena adanya penolakan yang tinggi terhadap kehadiran orang atau pihak lain yang mengusik lahan pertaniannya. Walaupun berlangsung di 3 desa dalam kurun waktu yang relatif singkat tetapi tidak menimbulkan perubahan lingkungan yang drastis. Dampak hanya akan berlangsung pada satu tahap kegiatan yaitu di awal tahap prakonstruksi Tidak ada komponen lain yang terkena dampak Dampak tidak bersifat kumulatif Dampak dapat dipulihkan dengan perlakuan tertentu Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Tidak Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, kegiatan survei terhadap munculnya spekulan tanah masuk kategori dampak tidak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan tidak terjadi perubahan dampak, sehingga dampak tergolong Tidak Penting (TP).
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3-8
Perubahan Pola Hubungan Sosial Pola hubungan sosial adalah hubungan antara masyarakat, pemrakarsa, dan pemerintah. Rona kualitas lingkungan dari pola hubungan sosial di tapak blok PLTU masuk pada kriteria sedang atau pada skala 3 dimana hubungan kekerabatan antar warga desa dalam kegiatan sosial masih berjalan baik dan cukup sering terjadi, (lampiran 2P). Pola hubungan sosial dilihat dari kegiatan sosial dan keagamaan, serta kegiatan gotong royong warga. Interaksi di antara warga, utamanya di Desa Ponowareng dan Desa Karanggeneng telah menunjukkan kerenggangannya akibat perbedaan sikap dalam penerimaan rencana kegiatan. Hubungan masyarakat yang bisa menerima proyek dengan pemrakarsa berjalan baik, namun hubungan pemrakarsa dengan masyarakat yang belum bisa menerima kehadiran proyek tidak berjalan baik. Kegiatan survei dan pengadaan lahan diprediksikan berdampak negatif pada menurunnya pola hubungan sosial antara masyarakat (yang menerima dan yang menolak rencana kegiatan yang pada akhirnya akan mengganggu interaksi dan kebersamaan warga) serta hubungan dengan pemrakarsa. Kegiatan survei dan pengadaan lahan telah menimbulkan ketidak-seimbangan sistem lingkungan sosial yang bersifat negatif, sehingga diperlukan upaya untuk terciptanya kesimbangan baru dalam sistem lingkungan sosial. Dengan melihat realitas seperti ini maka kualitas lingkungan dari parameter pola hubungan sosial khususnya pada lokasi di sekitar Blok PLTU akan turun menjadi skala 2. Dengan demikian besaran dampak terhadap menurunnya pola hubungan sosial pada tahap prakonstruksi adalah tergolong Kecil (lampiran 2P) dengan nilai perubahan dampaknya Negatif Satu (-1). Untuk menumbuhkan dampak positif pada pola hubungan sosial diperlukan fasilitasi dan penyediaan sarana serta prasarana baru yang menjadi kebutuhan masyarakat guna mewujudkan terciptanya keseimbangan baru dan menumbuhkan dampak positif dalam sistem lingkungan sosial. Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.3 berikut ini. Analisis rinci penentuan dampak kegiatan survei terhadap perubahan pola hubungan sosial lihat Lampiran 3D poin 1.1.1.2.
Tabel 3.3 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Survei terhadap Perubahan Pola Hubungan Sosial NO.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING
SIFAT PENTING DAMPAK P
1.
Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan
2.
Luas wilayah penyebaran dampak
TP
3.
Intensitas dampak
P
Lamanya dampak berlangsung
P
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
KETERANGAN Jumlah penduduk terkena dampak 2950 keluarga di empat desa tapak blok PLTU (Ujungnegoro, Karanggeneng, Ponowareng, dan Kedungsegog) atau 32,2 % dari total keluarga di wilayah studi Dampak menyebar di 4 desa (Ujungnegoro, Karanggeneng, dan Ponowareng, kedongsegog); atau 32,2 % dari total keluarga di wilayah studi Intensitas dampak cukup mengingat perbedaan sikap yang mengganggu kebersamaan warga dan menimbulkan kurang harmonisnya hubungan sebagian masyarakat dengan pemrakarsa. Selain itu, meskipun hanya terjadi di 23,1% dari total desa di wilayah studi namun tiga desa diantaranya merupakan lokasi tapak blok PLTU. Dampak diprediksikan akan berlangsung selama tahap 3-9
NO.
4. 5.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak Sifat Kumulatif dampak
6.
Berbalik atau tak berbaliknya dampak 7. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Sifat Penting Dampak Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
SIFAT PENTING DAMPAK P P
TP
KETERANGAN prakonstruksi dan sapat berlanjut hingga tahap konstruksi Menimbulkan dampak sekunder pada persepsi m asyarakat Dapat bersifat kumulatif karena sebelum kegiaatan prakonstruksi telah muncul perbedaan sikap terhadap rencana kegiatan Dengan pengelolaan tertentu dampak dapat dipulihkan
-
Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
P
Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, survei terhadap perubahan pola hubungan sosial masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi penurunan, sehingga dampak tergolong Negatif Penting (NP).
Mekanisme aliran dampak kegiatan survei terhadap perubahan pola hubungan sosial bersifat langsung pada komponen lingkungan sosial ekonomi dan budaya dan selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada lingkungan sosial lainnya.
Keresahan Masyarakat Aktivitas survei dan pengadaan lahan diprediksi akan menimbulkan keresahan masyarakat di tapak Blok PLTU. Sejak awal sikap masyarakat terhadap rencana kegiatan telah terbelah ke dalam sikap yang berharap rencana kegiatan dapat terealisasi dan sikap yang menolak. Terbelahnya sikap masyarakat terhadap rencana kegiatan, utamanya di Desa Ujungnegoro, Ponowareng, dan Desa Karanggeneng, diiringi dengan informasi awal tentang rencana pembangunan PLTU yang diperoleh oleh warga lebih banyak dari sumber di luar pemrakarsa. Hal tersebut memunculkan informasi yang tidak akurat, akibatnya informasi yang berkembang seringkali kurang jelas dan kurang benar. Ketidakjelasan informasi yang berkembang memunculkan ketidakpastian tentang rencana kegiatan yang akan dilakukan, misalnya luas kebutuhan lahan dan kejelasan lokasi rencana proyek serta isu penggusuran permukiman. Hal tersebut menimbulkan keresahan masyarakat sekitar rencana proyek. Keresahan masyarakat juga muncul karena ada kekhawatiran akan kehilangan lahan dan pekerjaan, terganggu kegiatan nelayan di laut, serta warga yang mendukung proyek juga muncul kekhawatiran tidak bisa bekerja di proyek. Aktivitas survei dan pengadaan lahan diprediksikan akan meningkatkan keresahan masyarakat di empat desa meliputi Desa Ujungnegoro, Karanggeneng, Ponowareng, dan Desa Kedungsegog. Ketidakseimbangan lingkungan sosial yang muncul PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 10
akibat survei dan pengadaan lahan bersifat negatif. Rona kualitas lingkungan dari parameter keresahan masuk pada kriteria sedang atau pada skala 3 (lampiran 2P), dalam artian lingkungan tempat tinggal cukup tenang. Kegiatan survei dan pengadaan lahan diprediksikan akan menyebabkan keresahan masyarakat, sehingga menurunkan kualitas lingkungan menjadi skala 2. Dengan demikian besaran dampak terhadap meningkatnya keresahan masyarakat pada tahap prakonstruksi adalah tergolongKecil (lampiran 2P) dengan nilai perubahan dampaknya Negatif Satu (-1).
Analisis rinci penentuan dampak kegiatan survei terhadap meningkatnya keresahan masyarakat lihat Lampiran 3D poin 1.1.1.3. Penentuan sifat penting dampak tertera padaTabel 3.4 berikut ini.
Tabel 3.4 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Survei terhadap Meningkatnya Keresahan Masyarakat NO. 1.
2.
3.
4. 5.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan Luas wilayah penyebaran dampak
SIFAT PENTING DAMPAK P
P
Intensitas dampak
P
Lamanya dampak berlangsung
P
Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak Sifat Kumulatif dampak
P
6.
Berbalik atau tak berbaliknya dampak 7. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Sifat Penting Dampak Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
P
TP -
P
KETERANGAN Jumlah penduduk terkena dampak 2.950 keluarga (32,2% dari total keluarga di wilayah studi). Dampak terjadi di 4 desa (Desa Ujungnegoro, Karanggeneng, Ponowareng, dan Kedungsegog); atau 32,2% dari total desa di wilayah studi Intensitas dampak cukup mengingat: (a) perbedaan sikap yang makin mengganggu kebersamaan warga; (b) muncul kekhawatiran kehilangan lahan dan pekerjaan, serta gangguan pada kegiatan nelayan. Dampak diprediksikan akan berlangsung pada tahap prakonstruksi hingga tahap konstruksi Menimbulkan dampak sekunder pada pola hubungan sosial dan persepsi Dapat bersifat kumulatif karena sebelum kegiaatan prakonstruksi telah muncul perbedaan sikap terhadap rencana kegiatan Dampak dapat dipulihkan dengan perlakuan terprogram Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, survei terhadap keresahan masyarakat masuk kategoridampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi penurunan, sehingga dampak tergolong Negatif Penting (NP). Untuk mewujudkan terciptanya kesimbangan baru dan memulihkan keresahan
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 11
masyarakat dalam sistem lingkungan sosial diperlukan fasilitasi dan penyediaan sarana serta prasarana baru yang menjadi kebutuhan masyarakat yang terkena dampak.
Mekanisme aliran dampak kegiatan survei terhadap meningkatnya keresahan masyarakat bersifat langsung pada komponen lingkungan sosial ekonomi dan budaya dan selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada lingkungan sosial lainnya.
Perubahan Persepsi Masyarakat Kegiatan survei lokasi Blok PLTU diprediksi akan menimbulkan dampak pada persepsi yang bersifat positif dan negatif. Persepsi positif masyarakat muncul pada saat adanya kegiatan survei akan menumbuhkan harapan pembangunan dan menumbuhkan juga harapan untuk dapat memetik manfaatnya. Banyak harapan diutarakan oleh warga yang menunggu terwujudnya pembangunan PLTU. Sedangkan dampak negatif akan muncul dikarenakan kekhawatiran akan keberlanjutan pekerjaan mereka. Selain itu menurunnya keharmonisan hubungan antara warga yang belum menerima rencana pembangunan PLTU dengan warga yang mendukung proyek dan pemrakarsa dapat menimbulkan persepsi negatif. Rona awal kualitas lingkungan pada aspek persepsi masyarakat masuk dalam kategori baik atau skala 4 (Lampiran 2P). Persepsi negatif akan menurun kondisi kualitas lingkungan menjadiskala 3 (Lampiran 2P), yang berarti lebih bersikap netral terhadap kehadiran PLTU. Dengan demikian besaran dampak terhadap munculnya persepsi masyarakat pada tahap pra konstruksi adalah Negatif, dengan nilai besaran dampak adalah Negatif Satu (1). Dampak negatif berarti terjadi ketidakseimbangan dalam lingkungan sosial yang jika tidak ada fasilitasi dan penyediaan sarana serta prasarana baru yang menjadi kebutuhan masyarakat yang terkena dampak dapat menimbulkan reaksi negatif, utamanya dari masyarakat di Desa Ujungnegoro, Karanggeneng, Ponowareng, dan Desa Kedungsegog . Analisis rinci penentuan dampak kegiatan survei terhadap perubahan persepsi masyarakat lihat Lampiran 3D poin 1.1.1.4. Penentuan sifat penting dampak tertera padaTabel 3.5 berikut ini.
Tabel 3.5 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Survei terhadap Perubahan Persepsi Masyarakat NO. 1.
2.
3.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan Luas wilayah penyebaran dampak
SIFAT PENTING DAMPAK P
P
Intensitas dampak
P
Lamanya dampak
P
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
KETERANGAN Jumlah penduduk yang terkena dampak adalah keluarga di 4 desa terkena dampak yakni 2950 keluarga atau 32,2% dari total keluarga di wilayah studi. Dampak terjadi pada 4 desa wilayah studi meliputi: desa Ujungnegoro, Karanggeneng, Ponowareng, Kedungsegog, Intensitas dampak cukup mengingat: tajamnya perbedaan sikap masyarakat di desa Ujungnegoro, Karanggeneng, Ponowareng; dan Kedungsegog;. Dampak diprediksikan akan berlangsung selama
3 - 12
NO.
4.
5.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING berlangsung Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak Sifat Kumulatif dampak
6.
SIFAT PENTING DAMPAK TP
P
Berbalik atau tak berbaliknya TP dampak 7. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Sifat Penting Dampak P Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
KETERANGAN tahap prakonstruksi hingga konstruksi Tidak membawa dampak ikutan pada komponen lain
Dapat bersifat kumulatif karena sebelum kegiaatan prakonstruksi telah muncul perbedaan sikap terhadap rencana kegiatan Dengan pengelolaan terprogram dampak dapat dipulihkan Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, survei terhadap perubahan persepsi masyarakat masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi penurunan, sehingga dampak tergolong Negatif Penting (NP). Untuk mewujudkan terciptanya kesimbangan baru guna meningkatkan dan memulihkan persepsi dalam sistem lingkungan sosial diperlukan fasilitasi dan penyediaan sarana serta prasarana baru yang menjadi kebutuhan masyarakat yang terkena dampak.
Mekanisme aliran dampak kegiatan survei terhadap perubahan persepsi masyarakat bersifat langsung pada komponen lingkungan sosial ekonomi dan budaya dan selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada lingkungan sosial lainnya.
b. Pengadaan Lahan Munculnya Spekulan Tanah Lahan tapak blok PLTU sebagian besar adalah sawah irigasi semi teknis milik penduduk yang umumnya menjadi mata pencaharian utama, sehingga kegiatan pembebasan tanah menjadi isu yang besar. Munculnya perbedaan sikap warga yang cukup tajam dalam menerima kehadiran PLTU membuat situasi lingkungan sangat sensitif untuk memperbincangkan rencana kegiatan. Muncul penolakan yang kuat terhadap kehadiran orang luar yang akan mengusik lahan pertaniannya. Hal tersebut diprediksikan akan menghambat munculnya spekulan tanah, Spekulan yang pernah muncul di tiga desa tersebut diatas sekitar 9 orang atau 1,8% dari total pemilik lahan yang terkena dampak untuk power blok PLTU.
Rona awal spekulan tanah
berada pada kategori skala 4 (spekulan yang pernah muncul berkisar 1-<2% dari total pemilik lahan (lampiran 2P) yang kemudian menghilang. Kegiatan pengadaan lahan diprediksikan tidak akan mengubah sistem lingkungan yang ada; dengan demikian skala kualitas lingkungan dari parameter spekulan tanah tidak berubah akan tetap pada kategori skala 4. Dengan demikian besaran dampak terhadap munculnya spekulan
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 13
tanah pada tahap prakonstruksi adalah tergolong Tidak Ada Dampak dengan nilai perubahan dampaknya Tidak Ada Perubahan (0). Analisis rinci penentuan dampak kegiatan pengadaan lahan terhadap munculnya spekulan tanah lihat Lampiran 3D poin 1.1.2.1. Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.6 berikut ini.
Tabel 3.6 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Pengadaan Lahan Blok PLTU terhadap Munculnya Spekulan Tanah NO. 1.
2.
3.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan Luas wilayah penyebaran dampak
Intensitas dampak
SIFAT PENTING DAMPAK TP
P
TP
Lamanya dampak TP berlangsung 4. Banyaknya komponen TP lingkungan hidup lain yang terkena dampak 5. Sifat Kumulatif dampak TP 6. Berbalik atau tak berbaliknya TP dampak 7. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi SIfat Penting Dampak TP Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
KETERANGAN Munculnya dampak spekulan tanah sangat kecil, hanya terbatas pada 504 pemilik lahan yang akan terkena pembebasan atau 18,7% dari total jumlah keluarga yang ada di desa lokasi tapak blok PLTU. Dampak menyebar di 3 desa (Ujungnegoro, Karanggeneng, dan Ponowareng); meskipun hanya 23,1% dari total desa di wilayah studi namun tiga desa tersebut merupakan lokasi tapak blok PLTU. Munculnya spekulan tanah Intensitas dampaknya rendah karena adanya penolakan yang tinggi terhadap kehadiran orang atau pihak lain yang mengusik lahan pertaniannya. Walaupun berlangsung di 3 desa dalam kurun waktu yang relatif singkat tetapi tidak menimbulkan perubahan lingkungan yang drastis. Dampak hanya akan berlangsung pada tahap prakonstruksi Tidak ada komponen lain yang terkena dampak
Dampak tidak bersifat kumulatif Dampak dapat dipulihkan dengan perlakuan tertentu Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Tidak Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, kegiatan pengadaan lahan terhadap munculnya spekulan tanah masuk kategori Dampak Tidak Penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan tidak terjadi perubahan dampak, sehingga dampak tergolong Tidak Penting (TP).
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 14
Perubahan Pola Mata Pencaharian Lahan untuk tapak Blok PLTU seluas 226,4 ha yang sebagian besar berupa sawah produktif, kebun melati, dan sekitar 3 - 4 ha tanah rawa. Sebanyak 504 pemilik lahan akan kehilangan lahan selamanya, namun mereka memperoleh ganti rugi dengan nilai yang memungkinkan untuk mencari atau membeli lahan pengganti. Kehilangan lahan bagi pemilik merupakan dampak negatif, namun dengan nilai ganti rugi yang memadai akan merupakan dampak positif. Di lokasi rencana Blok PLTU ini terdapat sekitar 1.176 buruh tani; meliputi buruh tani sawah, buruh „meret’ , dan buruh petik melati. Khusus buruh „meret’ ini (terdapat 6 kelompok, jumlah semuanya sekitar 150 orang) diasumsikan masih bisa bekerja di tempat lain, maka terdapat sekitar 1.025 buruh tani yang menyandarkan nafkah keluarganya di lahan pertanian pada lokasi rencana Blok PLTU. Selain itu juga terdapat petani penggarap. Yakni warga desa setempat yang tidak mempunyai lahan namun menggarap di lokasi rencana Blok PLTU dengan sistem sewa kepada pemilik lahan. Buruh tani dan petani penggarap yang selama ini mencari nafkah di lokasi Blok PLTU diprakirakan akan kehilangan pekerjaan. Hal ini disebabkan karena keterikatan mereka pada dusun dan atau desa sebagai lokasi atau sumber mata pencaharian sangat tinggi. Sehingga ketika kehilangan pekerjaan karena hilangnya lahan pertanian mereka, para buruh tani dan petani penggarap ini lebih memilih bekerja di desanya daripada mencari pekerjaan di desa lain. Beralih pekerjaan nampaknya juga akan sulit dilakukan, mengingat terbatasnya keahlian di bidang lain. Sebagai akibatnya, para buruh tani dan petani penggarap akan mengandalkan lahan pertanian yang tersisa. Dengan luas lahan pertanian yang telah berkurang, sementara jumlah buruh tani dan petani penggarap yang relatif tetap maka kalaupun mereka masih bisa bekerja pendapatannya akan berkurang dibandingkan dengan sebelumnya. Rona awal mata pencaharian khususnya untuk buruh tani dan petani penggarap ini termasuk dalam kategori skala 3 (lampiran 2P). Hilangnya lahan pertanian seluas 226,4 ha yang berdampak pada hilangnya pekerjaan dalam artian masyarakat yang bertani di lahan tersebut menjadi penganggur sehingga terjadi ketidakseimbangan lingkungan sosial yang negatif akibat kegiatan pengadaan lahan. Ketidakseimbangan lingkungan sosial ini jika tidak dilakukan fasilitasi dan penyediaan sarana serta prasarana baru yang menjadi kebutuhan masyarakat yang terkena dampak dapat menimbulkan reaksi negatif, sehingga kondisi ini akan menurunkan skala kualitas lingkungan menjadiskala 2. Dengan demikian besaran dampak terhadap hilangnya mata pencaharian akibat adanya kegiatan pada tahap prakonstruksi adalah tergolong Kecil (lampiran 2P) dengan nilai perubahan dampaknya Negatif Satu (-1). Analisis rinci penentuan dampak kegiatan pengadaan lahan terhadap munculnya perubahan pola matapencaharian dapat dilihat pada Lampiran 3D poin 1.1.2.2. Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.7 berikut ini. Tabel 3.7 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Pengadaan Lahan Blok PLTU terhadap Perubahan Pola Mata Pencaharian NO. 1.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING Besarnya jumlah penduduk
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
SIFAT PENTING DAMPAK P
KETERANGAN Jumlah penduduk yang terkena dampak sekit ar 1.176 3 - 15
NO.
2.
3.
4.
5.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan Luas wilayah penyebaran dampak
SIFAT PENTING DAMPAK
buruh tani dan 504 petani pemilik lahan tapak proyek yang akan dibebaskan. TP
Intensitas dampak
P
Lamanya dampak berlangsung Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak Sifat Kumulatif dampak
P
6.
KETERANGAN
Dampak menyebar di 3 desa tapak lokasi blok PLTU yakni desa Ujungnegoro, Karanggeneng, dan Ponowareng (23,1% dari total desa di wilayah studi). Intensitas dampak cukup mengingat: (a) umumnya bertani sebagai satu-satunya matapencaharian turun temurun; (b) terbatasnya keahlian sehingga tidak mudah beralih profesi; (c) meskipun dampak hanya terjadi di wilayah 23,1% dari seluruh total desa wilayah studi, namun merupakan lokasi tapak blok PLTU. Dampak akan berlangsung selamanya
P
Menimbulkan dampak sekunder pada pendapatan dan persepsi.
P
Matapencaharian adalah salah satu sumber kehidupan, sehingga dampak bersifat kumulatif Melalui pengelolaan terprogram dampak dapat dipulihkan dengan perlakuan terencana Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Berbalik atau tak berbaliknya TP dampak 7. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Sifat Penting Dampak P Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, kegiatan pengadaan lahan Blok PLTU terhadap perubahan pola mata pencaharian masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi penurunan, sehingga dampak tergolong Negatif Penting (NP). Untuk mewujudkan terciptanya kesimbangan baru guna memulihkan terganggunya pola matapencaharian warga diperlukan fasilitasi dan penyediaan sarana serta prasarana baru yang menjadi kebutuhan warga yang kehilangan lahan dan atau kehilangan pekerjaan.
Mekanisme aliran dampak kegiatan pengadaan tanah terhadap perubahan pola mata pencaharian bersifat langsung pada komponen lingkungan sosial ekonomi dan budaya dan selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada lingkungan sosial lainnya.
Keresahan Masyarakat Aktivitas pengadaan lahan diprediksikan akan menimbulkan keresahan masyarakat di tapak Blok PLTU. Sejak awal sikap masyarakat terhadap rencana kegiatan telah terbelah ke dalam sikap yang berharap
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 16
rencana kegiatan dapat terealisasi dan sikap yang menolak. Rona kualitas lingkungan dari parameter keresahan masuk pada kriteria sedang atau pada skala 3 (lampiran 2P). Pengadaan lahan diprediksikan akan meningkatkan keresahan masyarakat. Terbelahnya sikap masyarakat terhadap rencana kegiatan dibarengi pula dengan informasi awal tentang rencana pembangunan PLTU yang diperoleh oleh warga lebih banyak dari sumber di luar pemrakarsa. Hal tersebut cukup memunculkan informasi yang tidak akurat, akibatnya informasi yang berkembang seringkali kurang jelas dan kurang benar. Ketidakjelasan informasi yang berkembang memunculkan ketidakpastian tentang rencana kegiatan yang akan dilakukan; misalnya luas kebutuhan lahan dan kejelasan lokasi rencana proyek, isu penggusuran. Hilangnya lahan pertanian seluas 226,4 ha yang berdampak pada hilangnya pekerjaan dalam artian masyarakat yang bertani di lahan tersebut menjadi penganggur. Dengan demikian terjadi ketidakseimbangan lingkungan sosial yang negatif akibat kegiatan pengadaan lahan. Ketidakseimbangan ini dapat menimbulkan reaksi negatif jika tidak dilakukan fasilitasi dan penyediaan sarana serta prasarana baru yang menjadi kebutuhan masyarakat yang terkena dampak, sehingga akan menurunkan skala kualitas lingkungan menjadi skala 2 yang berarti masyarakat sangat resah dengan isu tersebut.
Dengan demikian besaran dampak terhadap meningkatnya keresahan masyarakat pada tahap prakonstruksi adalah tergolong Kecil (lampiran 2P) dengan nilai perubahan dampaknya Negatif satu (-1). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.8 berikut ini. Analisis rinci penentuan dampak kegiatan pengadaan lahan terhadap keresahan masyarakat dapat dilihat pada Lampiran 3D poin 1.1.2.3. Tabel 3.8 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Pengadaan Lahan Blok PLTU terhadap Keresahan Masyarakat NO. 1.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING
SIFAT PENTING DAMPAK P
2.
Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan Luas wilayah penyebaran dampak
3.
Intensitas dampak
P
Lamanya dampak berlangsung
P
Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak Sifat Kumulatif dampak
P
Berbalik atau tak berbaliknya dampak
TP
4. 5.
6.
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
TP
P
KETERANGAN Jumlah penduduk yang terkena dampak sekitar 1.176 buruh tani dan 504 petani pemilik lahan tapak proyek yang akan dibebaskan Dampak menyebar di 3 desa tapak lokasi blok PLTU yakni desa Ujungnegoro, Karanggeneng, dan Ponowareng (23,1% dari total desa di wilayah studi). Intensitas dampak cukup mengingat; (a) kekawatiran yang tinggi akan kehilangan matapencaharian; (b) keterikatan pada lahan pertanian yang tinggi; dan (c) meskipun dampak hanya terjadi di wilayah 23,1% dari seluruh total desa wilayah st udi, namun merupakan lokasi tapak blok PLTU.. Dampak diprediksikan akan berlangsung pada tahap prakonstruksi hingga tahap konstruksi Menimbulkan dampak sekunder pada persepsi masyarakat. Dapat bersifat kumulatif karena sebelum kegiaatan prakonstruksi telah muncul perbedaan sikap terhadap rencana kegiatan Dampak dapat dipulihkan dengan perlakuan terprogram 3 - 17
NO.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING
7.
SIFAT PENTING DAMPAK -
Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Sifat Penting Dampak P Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
KETERANGAN Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, kegiatan pengadaan lahan Blok PLTU terhadap meningkatnya keresahan masyarakat masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi penurunan, sehingga dampak tergolong Negatif Penting (NP). Dalam mewujudkan terciptanya kesimbangan baru guna menghilangkan atau mengurangi keresahan masyarakat diperlukan fasilitasi dan penyediaan sarana serta prasarana baru yang menjadi kebutuhan warga yang kehilangan lahan dan atau kehilangan pekerjaan.
Mekanisme aliran dampak kegiatan pengadaan lahan PLTU terhadap meningkatnya keresahan masyarakat bersifat langsung pada komponen lingkungan sosial ekonomi dan budaya dan selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada lingkungan sosial lainnya.
Perubahan Persepsi Masyarakat Kegiatan pengadaan lahan lokasi Blok PLTU diprediksi akan menimbulkan dampak pada persepsi yang bersifat negatif. Persepsi negatif akan muncul dikarenakan kekhawatiran akan kehilangan matapencaharian utama mereka dalam pertanian, yang merupakan mata pencaharian turun menurun. Rona awal kualitas lingkungan pada aspek persepsi masyarakat masuk dalam kategori baik atau skala 4 (Lampiran 2P). Dengan demikian besaran dampak terhadap munculnya persepsi masyarakat pada tahap prakonstruksi adalah Negatif, dengan nilai besaran dampak adalah Negatif Satu (-1). Persepsi negatif akan menurunkan kondisi kualitas lingkungan menjadi skala 3 (Lampiran 2P), yang berarti lebih bersikap netral terhadap kehadiran PLTU. Dampak negatif berarti terjadi ketidakseimbangan dalam lingkungan sosial yang jika tidak ada fasilitasi dan penyediaan sarana serta prasarana baru yang menjadi kebutuhan masyarakat yang terkena dampak dapat menimbulkan reaksi negatif, utamanya dari masyarakat di Desa Ujungnegoro, Karanggeneng, Ponowareng, dan Kedungsegog. Analisis rinci penentuan dampak kegiatan survei terhadap perubahan persepsi masyarakat lihat Lampiran 3D poin 1.1.1.4. Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.9 berikut ini.
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 18
Tabel 3.9 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Pengadaan Lahan terhadap Perubahan Persepsi Masyarakat NO. 1.
2.
3.
4. 5.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan Luas wilayah penyebaran dampak
SIFAT PENTING DAMPAK P
TP
Intensitas dampak
P
Lamanya dampak berlangsung
P
Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak Sifat Kumulatif dampak
TP
6.
P
Berbalik atau tak berbaliknya TP dampak 7. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Sifat Penting Dampak P Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
KETERANGAN Jumlah penduduk yang terkena dampak sekitar 1.176 buruh tani dan 504 petani pemilik lahan tapak proyek yang akan dibebaskan Dampak menyebar di 3 desa tapak lokasi blok PLTU yakni desa Ujungnegoro, Karanggeneng, dan Ponowareng (23,1% dari total desa di wilayah studi). Intensitas dampak cukup mengingat; (a) kekawatiran yang tinggi akan kehilangan matapencaharian; (b) keterikatan pada lahan pertanian yang tinggi; dan (c) meskipun dampak hanya terjadi di wilayah 23,1% dari seluruh total desa wilayah studi, namun merupakan lokasi tapak blok PLTU.. Dampak diprediksikan akan berlangsung selama tahap prakonstruksi hingga konstruksi Tidak membawa dampak ikutan pada komponen lain Dapat bersifat kumulatif karena sebelum kegiaatan prakonstruksi telah muncul perbedaan sikap terhadap rencana kegiatan Dengan pengelolaan terprogram dampak dapat dipulihkan Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, kegiatan pengadaan lahan Blok PLTU terhadap perubahan persepsi masyarakat masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi penurunan, sehingga dampak tergolong Negatif Penting (NP). Untuk mewujudkan terciptanya kesimbangan baru guna meningkatkan dan memulihkan persepsi masyarakat diperlukan fasilitasi dan penyediaan sarana serta prasarana baru yang menjadi kebutuhan masyarakat yang terkena dampak.
Mekanisme aliran dampak kegiatan pengadaan lahan terhadap perubahan persepsi masyarakat bersifat langsung pada komponen lingkungan sosial ekonomi dan budaya dan selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada lingkungan sosial lainnya.
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 19
3.1.2 a.
Tahap Konstruksi
Penerimaan Tenaga Kerja
Peningkatan Kesempatan Kerja Kegiatan konstruksi PLTU pada kondisi puncak kegiatan akan melibatkan tenaga kerja ±10.400 orang, dimana sekitar 40 - 45% di antaranya dapat diisi oleh tenaga kerja lokal sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan. Di 13 desa wilayah studi terdapat sekitar 8.810 penduduk usia produktif yang belum memiliki perkerjaan tetap, dan analisis data sekunder menunjukkan bahwa penduduk usia kerja yang belum memiliki pekerjaan tetap di desa-desa wilayah studi mencapai kisaran 35 - 50% (Lampiran 3D). Rona awal kesempatan kerja masuk dalam kategori skala 3 (Lampiran 2P). Kegiatan penerimaan tenaga kerja akan memberi kesempatan kerja yang bisa diisi oleh tenaga kerja lokal utamanya pekerjaan yang non-skill seperti tenaga kerja kasar, tukang kayu, tukang batu, tukang angkut, dan petugas lapangan. Munculnya kesempatan kerja ini merupakan dampak positif bagi masyarakat. Hal ini berarti muncul ketidakseimbangan dalam lingkungan sosial yang bersifat positifdan untuk pelaksanaan rencana pembangunan PLTU. Munculnya kesempatan kerja diperkirakan akan dapat merubah tingkat pengangguran sehingga meningkatkan kualitas lingkungan menjadi skala 5, yakni sebagian besar penduduk usia kerja memiliki pekerjaan dan atau pekerjaan sampingan (Lampiran 2P). Dengan demikian besaran dampak terhadap munculnya kesempatan kerja tergolong Sedang (Lampiran 2P) dengan nilai perubahan dampaknya Positif Dua (+2). Analisis rinci penentuan dampak kegiatan penerimaan tenaga kerja terhadap peningkatan kesempatan kerja dapat dilihat pada Lampiran 3D poin 1.2.1.1. Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.10 berikut ini.
Tabel 3.10 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Penerimaan Tenaga Kerja Konstruksi PLTU terhadap Tingkat Kesempatan Kerja NO. 1.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING
SIFAT PENTING DAMPAK P
2.
Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan Luas wilayah penyebaran dampak
3.
Intensitas dampak
P
Lamanya dampak berlangsung
P
Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak Sifat Kumulatif dampak
P
Berbalik atau tak berbaliknya dampak
P
4. 5. 6.
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
P
P
KETERANGAN Jumlah manusia terkena dampak sekitar 8.810 penduduk usia produktif yang belum memiliki pekerjaan tetap. Dampak terjadi pada 13 desa wilayah studi meliputi: desa Ujungnegoro, Karanggeneng, Ponowareng, Kedungsegog, Kenconorejo, Simbangjati, Beji, Tulis, Sembojo, Wringingintung, Wonokerso, Bakalan, dan Juragan. Intensitas dampak tinggi mengingat; (a) keragaman matapencaharian di wilayah studi cukup terbatas dan (b) penduduk usia kerja yang belum meiliki pek erjaan tetap di desa-desa wilayah studi berkisar 35 – 50%. Dampak akan berlangsung selama tahap konstruksi sekitar 5 tahun Menimbulkan dampak sekunder pada pendapatan dan persepsi masyarakat Matapencaharian adalah salah satu sumber kehidupan, sehingga dampak bersifat kumulatif Melalui pengelolaan yang baik dampak positif dapat ditingkatkan 3 - 20
NO. 7.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING
SIFAT PENTING DAMPAK -
Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Sifat Penting Dampak P Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
KETERANGAN Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, kegiatan penerimaan tenaga kerja konstruksi PLTU masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi peningkatan, sehingga dampak tergolong Positif Penting (PP). Untuk mewujudkan terciptanya kesimbangan baru guna meningkatkan dampak positif peningkatan kesempatan kerja sehingga tercipta suasana kondusif dalam masyarakat diperlukan fasilitasi dan penyediaan kesempatan kerja yang sangat dibutuhkan masyarakat.
Mekanisme aliran dampak kegiatan penerimaan tenaga kerja PLTU terhadap munculnya kesempatan kerja bersifat langsung pada komponen lingkungan sosial ekonomi dan budaya dan selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada lingkungan sosial lainnya.
Perubahan Pola Mata Pencaharian Tersedianya kesempatan kerja bagi penduduk sekitar rencana kegiatan pembangunan PLTU diprediksikan akan memberi dampak secara langsung pada matapencaharian warga yang kehilangan matapencaharian yakni para petani pemilik, petani penggarap, dan buruh tani.. Kegiatan penerimaan tenaga kerja akan menciptakan ketidakseimbangan lingkungan sosial berupa perubahan individu-individu warga yang tidak memiliki pekerjaan menjadi bisa bekerja, ataupun memiliki pekerjaan yang lebih baik. Keseimbangan baru dapat dicapai hanya jika ada fasilitasi dan penyediaan sarana dan prasarana kebutuhan pekerjaan. Jika fasilitasi dilakukan reaksi masyarakat sangat kecil dan tidak menimbulkan gejolak. Rona awal mata pencaharian masuk dalam kategori skala 3 artinya penduduk usia kerja memiliki pekerjaan, namun sebagian kecil waktu masih menganggur (Lampiran 2P). Kegiatan penerimaan tenaga kerja akan memberi kesempatan meningkatkan kualitas lingkungan menjadi skala 5 karena dapat memberikan pekerjaan baru bagi penduduk yang telah kehilangan mata pencaharian. Dengan demikian besaran dampak terhadap perubahan pola mata pencaharian pada tahap penerimaan tenaga kerja tergolong Sedang (Lampiran 2P) dengan nilai perubahan dampaknya Positif Dua (+2). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.11 berikut ini. Analisis rinci penentuan dampak kegiatan penerimaan tenaga kerja terhadap perubahan pola matapencaharian dapat dilihat pada Lampiran 3D poin 1.2.1.2.
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 21
Tabel 3.11 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Penerimaan Tenaga Kerja Konstruksi PLTU terhadap Perubahan Pola Mata Pencaharian NO. 1.
2.
3.
4.
5.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan Luas wilayah penyebaran dampak
SIFAT PENTING DAMPAK P
P
Intensitas dampak
P
Lamanya dampak berlangsung Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak Sifat Kumulatif dampak
P
6.
P
P
Berbalik atau tak berbaliknya TP dampak 7. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Sifat Penting Dampak P Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
KETERANGAN Jumlah manusia terkena dampak sekitar 8.810 penduduk usia produktif yang belum memiliki pekerjaan tetap. Dampak terjadi pada 13 desa wilayah studi meliputi: desa Ujungnegoro, Karanggeneng, Ponowareng, Kedungsegog, Kenconorejo, Simbangjati, Beji, Tulis, Sembojo, Wringingintung, Wonokerso, Bakalan, dan Juragan. Intensitas dampak tinggi mengingat; (a) keragaman matapencaharian di wilayah studi cukup terbatas dan (b) penduduk usia kerja yang belum meiliki pekerjaan tetap di desa-desa wilayah studi berkisar 35 – 50%. Dampak akan berlangsung selama masa konstruksi sekitar 5 tahun Terganggunya matapencaharian akan membawa dampak ikutan pada persepsi masyarakat Matapencaharian adalah salah satu sumber kehidupan, sehingga dampak bersifat kumulatif Melalui pengelolaan terprogram dampak positif dapat ditingkatkan Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, kegiatan penerimaan tenaga kerja konstruksi PLTU terhadap perubahan pola mata pencaharian masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi peningkatan, sehingga dampak tergolong Positif Penting (PP). Untuk mewujudkan terciptanya kesimbangan baru guna meningkatkan dampak positif pada pola matapencaharian dalam masyarakat diperlukan fasilitasi dan penyediaan kesempatan kerja yang sangat dibutuhkan masyarakat.
Mekanisme aliran dampak kegiatan penerimaan tenaga kerja konstruksi PLTU terhadap perubahan pola mata pencaharian bersifat langsung pada komponen lingkungan sosial ekonomi dan budaya dan selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada lingkungan sosial lainnya.
Perubahan Tingkat Pendapatan Kegiatan penerimaan tenaga kerja tahap konstruksi diprediksikan dapat menimbulkan dampak positif pada pendapatan. Adanya kesempatan kerja terutama terserapnya tenaga kerja lokal akan memunculkan dampak PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 22
positif pada masyarakat. Rona awal pendapatan masyarakat masuk dalam kategoriskala 3 (Lampiran 2P), yakni sebagian besar masayarakat memiliki pendapatan pada kisaran upah minimum Kabupaten Batang (tahun 2012 sebesar Rp.970.000,-). Perubahan tingkat pendapatan (yang merupakan dampak sekunder dari adanya kesempatan kerja) selama masa konstruksi akan memunculkan ketidakseimbangan dalam lingkungan sosial dan keseimbangan baru akan dicapai hanya jika ada fasilitasi dan penyediaan sarana dan prasarana kebutuhan pekerjaan. Kegiatan penerimaan tenaga kerja diperkirakan akan meningkatkan kualitas lingkungan dari parameter perubahan tingkat pendapatan menjadi skala 5. Dengan demikian besaran dampak terhadap meningkatnya peluang berusaha
pada tahap konstruksi adalah tergolong Sedang
(Lampiran 2P) dengan nilai perubahan dampaknya Positif Dua (+2). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.12 berikut ini. Analisis rinci penentuan dampak kegiatan penerimaan tenaga kerja terhadap perubahan tingkat pendapatan dapat dilihat pada Lampiran 3D poin 1.2.1.3.
Tabel 3.12 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Penerimaan Tenaga Kerja Konstruksi PLTU terhadap Perubahan Tingkat Pendapatan NO. 1.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING
SIFAT PENTING DAMPAK P
2.
Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan Luas wilayah penyebaran dampak
3.
Intensitas dampak
P
Lamanya dampak berlangsung
TP
Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak Sifat Kumulatif dampak
P
4. 5.
6.
Berbalik atau tak berbaliknya dampak 7. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Sifat Penting Dampak Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
P
P
P -
P
KETERANGAN Jumlah manusia terkena dampak sekitar 8.810 penduduk usia produktif yang belum memiliki pekerjaan tetap. Dampak terjadi pada 13 desa wilayah studi meliputi: desa Ujungnegoro, Karanggeneng, Ponowareng, Kedungsegog, Kenconorejo, Simbangjati, Beji, Tulis, Sembojo, Wringingintung, Wonokerso, Bakalan, dan Juragan. Intensitas dampak tinggi mengingat rona lingkungan dari parameter pendapatan masuk pada kategori sedang, yang berarti masih sangat dibutuhkan tambahan pendapatan Dampak hanya akan berlangsung tahap konstruksi Menimbulkan dampak sekunder pada persepsi masyarakat Pendapatan masyarakat sekitar proyek sangat membutuhkan tambahan pendapatan, sehingga dampak bersifat kumulatif Melalui pengelolaan yang baik dampak positif dapat ditingkatkan Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Penting
3 - 23
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, penerimaan tenaga kerja konstruksi PLTU terhadap perubahan tingkat pendapatan masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi peningkatan, sehingga dampak tergolong Positif Penting (PP). Untuk mewujudkan terciptanya kesimbangan baru guna meningkatkan dampak positif pada perubahan (peningkatan) pendapatan diperlukan fasilitasi dan penyediaan kesempatan kerja yang sangat dibutuhkan masyarakat.
Mekanisme aliran dampak kegiatan penerimaan tenaga kerja konstruksi PLTU terhadap penurunan pendapatan bersifat langsung pada komponen lingkungan sosial ekonomi dan budaya dan selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada lingkungan sosial lainnya.
Perubahan Persepsi Masyarakat Persepsi masyarakat yang muncul pada kegiatan penerimaan tenaga kerja bisa bersifat positif dan negatif. Persepsi positif muncul karena terbukanya kesempatan kerja, peluang usaha sehingga terjadi kenaikan pendapat masyarakat yang menerima manfaat. Penerimaan tenaga kerja sebagian juga diisi oleh tenaga kerja dari luar. Masuknya tenaga kerja dari luar yang memiliki nilai dan norma yang mungkin berbeda dengan nilai dan norma masyarakat lokal. Perbedaan nilai dan norma ini dikhawatirkan akan mengganggu nilai dan norma masyarakat lokal sehingga memunculkan persepsi negatif, utamanya di desa Karanggegeng. Rona awal kualitas lingkungan pada aspek persepsi masyarakat masuk dalam kategori baik atau skala 4 (Lampiran 2P). Dengan demikian besaran dampak terhadap munculnya persepsi masyarakat pada tahap konstruksi adalah Positif, dengan nilai besaran dampak adalah Positif Satu (+1). Besaran dampak positif 1 meningkatkan skala kualitas lingkungan dari parameter persepsi menjadiskala 5 (Lampiran 2P) yang artinya masyarakat bisa menerima rencana pembangunan PLTU. Dampak bersifat positif berarti ada ketidakseimbangan, namun kondisi lingkungan sosial cukup kondusif untuk pelaksanaan rencana pembangunan PLTU. Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.13 berikut ini. Analisis rinci penentuan dampak kegiatan penerimaan tenaga kerja terhadap perubahan persepsi masyarakat dapat dilihat pada Lampiran 3D poin 1.2.1.4.
Tabel 3.13 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Penerimaan Tenaga Kerja Konstruksi PLTU terhadap Perubahan Persepsi Masyarakat NO. 1.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING
2.
Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan Luas wilayah penyebaran dampak
3.
Intensitas dampak
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
SIFAT PENTING DAMPAK P
P
P
KETERANGAN Jumlah manusia terkena dampak dari 13 desa yang diteliti, yakni 40.732 jiwa. Dampak terjadi pada 13 desa wil ayah studi meliputi: desa Ujungnegoro, Karanggeneng, Ponowareng, Kedungsegog, Kenconorejo, Simbangjati, Beji, Tulis, Sembojo, Wringingintung, Wonokerso, Bakalan, dan Juragan. Intensitas dampak cukup tinggi mengingat masyarakat 3 - 24
NO.
4. 5.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING
Lamanya dampak berlangsung Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak Sifat Kumulatif dampak
SIFAT PENTING DAMPAK
P TP P
6.
Berbalik atau tak berbaliknya TP dampak 7. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Sifat Penting Dampak P Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
KETERANGAN masih sangat membutuhkan pekerjaan dan tambahan pendapatan Dampak akan berlangsung selama tahap konstruksi. Tidak membawa dampak ikutan pada komponen lain Dapat bersifat kumulatif karena dan kemungkinan berlanjut pada tahap operasi Dampak positif dapat ditingkatkan dan dampak negatif dapat dipulihkan dengan pengelolaan terprogram Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, kegiatan penerimaan tenaga kerja konstruksi PLTU terhadap perubahan persepsi masyarakat masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi peningkatan, sehingga dampak tergolong Positif Penting (PP). Untuk mewujudkan terciptanya kesimbangan baru guna meningkatkan persepsi positif dalam masyarakat diperlukan fasilitasi dan penyediaan sarana serta prasarana baru yang menjadi kebutuhan masyarakat yang terkena dampak.
Mekanisme aliran dampak kegiatan penerimaan tenaga kerja konstruksi blok PLTU terhadap perubahan persepsi masyarakat bersifat langsung pada komponen lingkungan sosial ekonomi dan budaya dan selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada lingkungan sosial lainnya.
Gangguan terhadap Adat Istiadat (Nilai dan Norma) Kegiatan penerimaan tenaga kerja pada tahap konstruksi PLTU akan melibatkan banyak tenaga kerja, yang sebagian besar diantaranya tenaga kerja dari luar. Masuknya tenaga kerja dari luar yang memiliki nilai dan norma yang mungkin berbeda dengan nilai dan norma masyarakat lokal. Perbedaan nilai dan norma ini dikhawatirkan akan mengganggu nilai dan norma masyarakat lokal. Interaksi antara penduduk sekitar dengan tenaga kerja dari luar selama ±5 tahun diperkirakan akan berdampak pada berubahnya kebiasaan pada masyarakat setempat. Namun demikian masyarakat setempat sampai saat ini masih memegang teguh adat istiadat sepanjang hidupnya, sehingga kalaupun ada perubahan tidaklah memberi dampak yang siginifikan untuk dapat mengubah kebiasaan masyarakat setempat. Di lain pihak, tenaga kerja dari luar, seperti umumnya masyarakat “timur”, tetap akan menjaga kesantunan dan penghargaan pada tradisi setempat. Rona awal kualitas lingkungan dari parameter adat istiadat masuk kategori baik, atau skala 4 dalam artian adat istiadat kuat dijalankan masyarakat (Lampiran 2P). Dengan demikian kehadiran tenaga
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 25
kerja dari luar diperkirakan hanya akan mengubah kualitas lingkungan menjadi skala 3 yang berarti adat istiadat dijalankan tidak sekuat sebelum banyaknya pendatang yang bekerja di pembangunan PLTU (Lampiran 2P). Besaran dampak terhadap perubahan adat istiadat adalah tergolong Kecil (Lampiran 2P) dengan nilai perubahan dampaknya Negatif Satu (-1), yang berarti
terjadi ketidakseimbangan dalam
lingkungan; jika tidak ada fasilitasi dan penyediaan sarana serta prasarana baru yang menjadi kebutuhan masyarakat untuk menjaga tegaknya norma dan nilai setempat dapat menimbulkan reaksi negatif, utamanya dari masyarakat Desa Ujungnegoro yang mengkhawatirkan terganggunya kesakralan Maqam Syeikh Maulana Maghribi. Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.14 berikut ini. Analisis rinci penentuan dampak kegiatan penerimaan tenaga kerja terhadap gangguan adat istiadat (nilai dan norma) dapat dilihat pada Lampiran 3D poin 1.2.1.5. Tabel 3.14 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Penerimaan Tenaga Kerja Konstruksi PLTU terhadap Gangguan Adat Istiadat (Nilai dan Norma) NO. 1.
2.
3.
4.
5.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan Luas wilayah penyebaran dampak
SIFAT PENTING DAMPAK P
KETERANGAN Jumlah manusia terkena dampak sekitar 11.898 atau 29,2 % dari total penduduk di wilayah studi
P
Dampak terjadi pada 3 desa wilayah studi meliputi: desa Ujungnegoro, Karanggeneng, Ponowareng,
Intensitas dampak
P
Lamanya dampak berlangsung Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak Sifat Kumulatif dampak
P
Intensitas dampak sedang, jumlah tenaga kerja luar diperkirakan sekitar 5720 – 6240 orang yang kemungkinan akan tinggal tersebar di desa wilayah studi Dampak diprediksikan akan berlangsung pada tahap prakonstruksi hingga tahap konstruksi Menimbulkan dampak sekunder pada pola hubungan sosial dan persepsi
6.
P
P
Berbalik atau tak berbaliknya TP dampak 7. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Sifat Penting Dampak P Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
Dapat bersifat kumulatif, meskipun hanya terjadi pada tahap konstruksi namun periode konstruksi ini akan memakan waktu ±5 tahun. Dampak dapat dipulihkan dengan perlakuan terprogram Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, kegiatan penerimaan tenaga kerja konstruksi PLTU terhadap gangguan adat istiadat masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi penurunan, sehingga dampak tergolong Negatif Penting (NP). Untuk mewujudkan terciptanya PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 26
kesimbangan baru diperlukan fasilitasi dan penyediaan sarana serta prasarana baru untuk menjaga norma dan nilai setempat.
Mekanisme aliran dampak kegiatan penerimaan tenaga kerja konstruksi blok PLTU terhadap gangguan adat istiadat (nilai dan norma) bersifat langsung pada komponen lingkungan sosial ekonomi dan budaya dan selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada lingkungan sosial lainnya.
b. Mobilisasi Peralatan dan Material Penurunan Kualitas Udara Penurunan kualitas udara pada tahap konstruksi PLTU bersumber dari pengoperasian kendaraan pengangkut alat-alat berat dan material. Metode prakiraan dampak penting untuk penurunan kualitas udara (Debu, NO2, dan SO2) menggunakan rumus Gaussian (line source) sebagai berikut :
(,) =
2 (2)
1 2
exp −
1 2
( )2
Dimana : C (x,z)
: Konsentarsi Pencemar udar pada koordinat x dan z (ugr/m3)
Q L
: Laju emisi per unit jarak (gr/dt.m)
z
: Ketinggian penerima (receptor) di atas tanah
u
: Kecepatan angin rata-rata pada arah sumbu x (m/dt)
: Koeffisien dispersi vertikal gaussian (m)
Pada kegiatan mobilisasi alat dan material diperkirakan akan melibatkan kendaraan pengangkut berbahan bakar solar sebanyak 230 kendaraan per hari. Jika dalam 1 hari waktu operasional adalah selama 8 jam, maka dalam 1 jam kendaraan yang melewati jalur transportasi adalah sebanyak 29 buah truck, dengan jarak tempuh dari tapak PLTU menuju jalan raya adalah sepanjang 5,4 km.
Dalam prakiraan dampak diasumsikan pemakaian bahan bakar kendaraan truck adalah 0,2 liter solar untuk jarak tempuh 1 km, kecepatan rata-rata kendaraan sekitar 20 km/jam yang beroperasi selama 8 jam sehari, kecepatan angin rata-rata pada lokasi studi sebesar 2,63 m/dt, koefisien disperse Gaussian ( ) pada stabilitas atm B adalah sebesar 3,43 m dan ketinggian penerima (z) sebesar 2 m. Faktor emisi kendaraan
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 27
berbahan bakar solar berdasarkan standar WHO adalah sebesar 2,01 kg/m3 untuk parameter partikulat, 6,36 kg/m3 untuk parameter polutan SO2, dan 7,21 kg/m3 untuk parameter polutan NO2. Perhitungan dilakukan hanya untuk kendaraan yang dilakukan mobilisasi via darat, sedangkan alat berat yang mobilisasinya melaui laut tidak diperhitungkan. Berdasarkan asumsi dan data tersebut di atas maka dapat dihitung konsumsi bahan bakar dari alat-alat berat seperti pada Tabel 3.15 berikut ini.
Tabel 3.15 Konsumsi Bahan Bakar Alat-Alat Berat NO 1
JENIS KENDARAAN Truck
BERAT JENIS SOLAR (KG/L) 0,86
JARAK TEMPUH (KM) 1.242 JUMLAH
KONSUMSI BBM (M3 /HARI) 0,214 0,214
Sumber : Hasil Analisa, 2013
Faktor emisi untuk masing-masing parameter kualitas udara dari sumber pembakaran dapat dilihat pada Tabel 3.16 berikut ini. Tabel 3.16 Faktor Emisi Bahan Bakar JENIS KENDARAAN
JENIS PENCEMAR BAHAN BAKAR
SATUAN DEBU (KG/M3)
NO2 (KG/M3)
SO2 (KG/M3)
Mesin diesel Solar m3 2,01 7,21 6,36 Sumber : WHO Offset Publication No. 62: Rapid Assessment of Sources of Air, Water and Land Pollution, WHO Geneva, 1982.
Besarnya emisi dari mobilisasi peralatan dan material merupakan perkalian antara faktor emisi dengan pemakaian bahan bakar. Sehingga berdasarkan perkiraan konsumsi bahan bakar dan faktor emisi tersebut di atas, besarnya emisi untuk masing-masing parameter kualitas udara akibat kegiatan mobilisasi peralatan berat sebagai berikut : 1. Debu = 0,214 x 2,01
= 0,430 Kg/hari atau 0,005 gr/dt
2. NO2 = 0,214 x 7,21
= 1,543 Kg/hari atau 0,018 gr/dt
3. SO2 = 0,214 x 6,36
= 1,361 Kg/hari atau 0,016 gr/dt
Sehingga kontribusi (C) kegiatan mobilisasi peralatan dan material tahap konstruksi terhadap parameter kualitas udara adalah sebagai berikut : a) Debu = 0,00031 µg/Nm3 b) NO2
= 0,00112 µg/Nm3
c) SO2
= 0,00099 µg/Nm3
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 28
Khusus untuk parameter debu prakiraan peningkatannya juga berasal dari resuspensi debu yang terangkat ke udara akibat pergerakan roda truk. Penurunan kualitas udara (debu) akibat dari kegiatan Mobilisasi Alat dan Material rencana pembangunan PLTU dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
eu = 5,9 (s/12) (S/30) (W/7)0,7 (w/4)0,5 (d/365)
Dimana : eu = jumlah debu per panjang jalan (lb/mil) s = silt content (%) S = kecepatan kendaraan (mil/jam) W = berat kendaraan (ton) w = jumlah roda kendaraan d = jumlah hari tidak hujan dalam 1 tahun
Berdasarkan data lapangan diketahui silt content adalah sebesar 0,1%, kecepatan kendaraan sekitar 20 km/jam, berat kendaraan sekitar 20 ton, jumlah roda kendaraan 10 buah, jumlah hari tidak hujan dalam setahun adalah 214 hari, maka diperoleh jumlah debu per panjang jalan adalah sebesar 11,12 µg/m3. Bila diasumsikan luas pengadukan/ dispersi debu adalah sebesar 100 m2 maka konsentrasi debu di lokasi tersebut adalah sebesar 111,20 µg/m3. Jika ditambahkan dengan kontribusi debu dengan memperhatikan emisi kendaraan, maka kontribusi peningkatan debu (TSP) total menjadi 111,20031 µg/m3. Konsentrasi ambien terhadap parameter debu dan gas oleh sumber pembakaran bahan bakar solar pada kegiatan mobilisasi dan transportasi peralatan berat sebagai berikut :
Tabel 3.17 Prakiraan Peningkatan Kadar Emisi NO
LOKASI
SATUAN µg/Nm3
1 2 3 4
U2 U6 µg/Nm3 U7 µg/Nm3 U8 µg/Nm3 BAKU MUTU Sumber : Hasil Analisa, 2013
DEBU 45,07 52,49 116,5 89,89 230
RONA AWAL NO2 33,55 42,29 13,06 7,58 150
SO2 25 25 25 25 365
RONA AKHIR DEBU NO2 45,07 33,55 52,49 42,29 116,5 13,06 89,89 7,58 230 150
SO2 25 25 25 25 365
Keterangan : Baku Mutu Kualitas Udara Ambien mengacu pada SK. GUB. JATENG No. 8 Tahun 2001 Lokasi Pengukuran : U2 :
Area pemukiman Dusun Rowokudo, Desa Ujungnegoro
U6 :
Area pemukiman Desa Simbang Jati
U7 :
Lap. Bola Desa Kencono Rejo
U8 :
Balai Desa Ponowareng
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 29
Berdasarkan Tabel 3.17 di atas menunjukan bahwa kegiatan konstruksi diperkirakan akan memberikan beban pencemaran udara berupa Debu, NO2, dan SO2 dengan besaran yang relatif kecil. Kontribusi debu (TSP), SO2, dan NO2 diperkirakan masih berada di bawah baku mutu lingkungan yang ditetapkan oleh Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 8 Tahun 2001.
Rona awal dari kualitas udara di sekitar lokasi proyek masih tergolong sedang dan memiliki kualitas lingkungan skala 3, sedangkan kondisi rona akhir menunjukkan penurunan yang tidak terlalu signifikan untuk parameter gas NO2 dan SO2, namun khusus untuk parameter debu nilainya sangat significant, sehingga skala kualitas lingkungan berubah menjadi skala 2. Dengan demikian besaran dampak terhadap kualitas udara dengan adanya kegiatan konstruksi PLTU adalah Kecil dengan nilai perubahan dampaknya Negatif Satu (-1). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.18 berikut ini.
Tabel 3.18 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Mobilisasi Alat dan Material Konstruksi PLTU terhadap Penurunan Kualitas Udara NO.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING
SIFAT PENTING DAMPAK P
1.
Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan
2.
Luas wilayah penyebaran dampak
P
3.
Intensitas dampak
TP
Lamanya dampak berlangsung
P
Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak 5. Sifat Kumulatif dampak 6. Berbalik atau tak berbaliknya dampak 7. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Sifat Penting Dampak Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
P
4.
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
P TP
KETERANGAN Jumlah penduduk yang terkena dampak negatif adalah perkalian antara luas lahan yang terkena dampak dengan kepadatan rata-rata penduduk/km2 pada 6 desa yang dilewati yaitu 1.632 jiwa/km2. Jadi jumlah penduduk yang dapat terkena dampak sebanyak 352 jiwa. Luas wilayah persebaran dampak pada jarak 20 m sebelah kiri dan 20 m sebelah kanan dengan jarak sejauh 5,4 km, atau luas wilayah persebarannya adalah 0,216 km 2. Wilayah yang terpengaruh dampak adalah Desa Ujungnegoro, Ponowareng, Karanggeneng, Kenconorejo, Simbangjati dan Beji. Intensitas kontribusi dampak adalah sebagai berikut : a) Debu = 111,20 µg/Nm3 b) NO2 = 0,00112 µg/Nm3 c) SO2 = 0,00099 µg/Nm3 Nilai tersebut tergolong significant khusus untuk parameter debu. Dampak berlangsung hanya satu tahapan kegiatan yaitu saat tahap konstruksi. Terdapat komponen lain yang terkena dampak yakni kesehatan masyarakat. Dampak penurunan kualitas udara bersifat kumulatif Dampaknya dapat dipulihkan (berbalik)
TP
Dampak penting yang ditimbulkan dapat ditanggulangi oleh teknologi yang tersedia
P
Penting
3 - 30
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, mobilisasi alat dan material pada tahap konstruksi PLTU terhadap penurunan kualitas udara masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi penurunan, sehingga dampak tergolong Negatif Penting (NP).
Mekanisme aliran dampak kegiatan mobilisasi alat dan material konstruksi PLTU terhadap penurunan kualitas udara bersifat langsung pada komponen lingkungan fisik kimia dan selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada lingkungan sosial lainnya
.
Peningkatan Kebisingan Mobilisasi material konstruksi menuju tapak PLTU menggunakan truk (HS20-44) dengan kapasitas angkut 20 – 50 ton. Truk angkut tersebut akan mengangkut material dengan perkiraan frekuensi maksimum 230 kali per hari. Dengan rute yang akan dilewati dari jalur pantura adalah masuk dari Desa Beji di sebelah selatan kemudian melewati Desa Simbangjati, Kenconorejo, Ponowareng, Karanggeneng, dan Desa Ujungnegoro menuju ke tapak lokasi power block di sebelah utara. Kegiatan tersebut diperkirakan akan menimbulkan kebisingan.
Rona awal tingkat kebisingan disekitar lokasi kegiatan berdasarkan hasil pengukuran lapangan menunjukkan hasil yang masih di bawah baku mutu kecuali di lokasi Rel Kereta Api Desa Ponowareng (75,5 dBA) dan Lapangan Bola Desa Kenconorejo (63,8 dBA) sehingga berdasarkan hasil pengukuran rata-rata kebisingan tercatat sebesar 55 dBA dan dikategorikan skala 3.
Perkiraan intensitas kebisingan yang akan timbul terhadap jarak tertentu dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
2 = 1 − 10.
2 1
Dimana : LP1
= Tingkat kebisingan pada jarak r1, dB(A)
LP2
= Tingkat kebisingan pada jarak r2, dB(A)
r 1
= Jarak pengukuran kebisingan dari sumber kebisingan 1
r 2
= Jarak pengukuran kebisingan dari sumber kebisingan 2
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 31
Pada tahap mobilisasi peralatan dan material akan menggunakan 3 jenis truk yaitu Heavy Truck (intensitas bisingnya 80 dBA), Pick Up Truck (intensitas bisingnya 78 dBA) dan Dump Truck (intensitas kebisingannya 75 dBA). Berdasarkan rumus tersebut di atas dan intensitas sumber bisingnya maka dapat di hitung persebaran intensitas bising terhadap jarak tertentu, dari satu sumber bising. Namun apabila sumber bisingnya banyak untuk receptor yang menerima intensitas bising dengan nilai yang sama maka nilainya di tambah 3 dBA. Hasil perhitungan kondisi terburuk pada kegiatan mobilisasi alat dan material terhadap intensitas kebisingan disajikan pada Tabel 3.19 berikut ini. Tabel 3.19 Kebisingan yang Ditimbulkan Akibat Kegiatan Mobilisasi Alat dan Material Pada Berbagai Jarak dari Sumber KEBISINGAN JENIS KENDARAAN SUMBER (dBA)
JARAK DARI S UMBER (M) 10
20
50
100
200
500
600
Heavy trucks
80
73
70
66
63
60
56
55
Pick up trucks
77
70
67
63
60
57
53
52
Dump trucks
70
63
60
56
53
50
46
45
Sumber : Hasil Analisa, 2013
Paparan kebisingan dump truck yang melewati jalan diperkirakan sekitar 70 - 80 dBA pada sumber dampak. Pada jarak sekitar 10 m kebisingan sekitar 63 - 73 dBA, pada jarak 600 m intensitas kebisingannya akan menurun sampai sesuai dengan baku mutu yaitu antara 45 – 55 dBA. Oleh karena itu kebisingan yang ditimbulkan dapat mengganggu kenyamanan penduduk yang dilewati yang berjarak maksimal 500 m tegak lurus dari as jalan yang dilalui, sehingga rona akhir menunjukan penurunan skala kualitas lingkungan menjadi skala 1. Dengan demikian besaran dampak terhadap peningkatan kebisingan akibat adanya kegiatan mobilisasi peralatan dan material pada tahap konstruksi adalah Sedang dengan nilai perubahan dampaknya Negatif Dua (-2). Sedangkan Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.20 berikut ini.
Tabel 3.20 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Mobilisasi Alat dan Material PLTU terhadap Peningkatan Kebisingan NO.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING
SIFAT PENTING DAMPAK P
1.
Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan
2.
Luas wilayah penyebaran dampak
P
3.
Intensitas dampak
P
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
KETERANGAN Jumlah manusia yang terkena dampak adala dengan cara mengalikan Kepadatan rata-rata penduduk/km2 pada 6 desa yang dilewati yaitu 1.632 jiwa/km2 dengan luas sebaran dampak (6,48 km2) yaitu sebanyak 10.575 jiwa Luas wilayah persebaran dampak adalah 600 m ke kiri dan ke kanan dari as jalan (1,2 km) dikalikan panjang jalan yang dilalui (5,4 km) yaitu 6,48 km2 Intensitas dampak cukup tinggi yaitu antara 70 – 80 dBA pada sumbernya dan berangsur-angsur menurun seiring dengan pertambahan jarak. Pada jarak 300 m,intensitasnya berkisar antara 50 – 55 dBA (sesuai dengan baku tingkat kebisingan berdasarkan KepmenLH no. 48 tahun 1996) 3 - 32
NO.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING Lamanya dampak berlangsung
4. 5.
Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak Sifat Kumulatif dampak
6.
Berbalik atau tak berbaliknya dampak 7. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Sifat Penting Dampak Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
SIFAT PENTING DAMPAK TP P TP
TP
KETERANGAN Dampak dapat berlangsung selama satu tahapan kegiatan yaitu kegiatan mobilisasi mobilisasi alat dan material Menimbulkan dampak sekunder dan dampak lanjutan lainnya seperti gangguan pendengaran dan kenyamanan. Dampak tidak bersifat kumulatif karena kegiatan mobilisasi alat berat dan material berhenti setelah kegiatan selesai, sehingga dampak yang ditimbulkan sifatnya menjaditidak penting. Dampaknya dapat dipulihkan (berbalik)
P
Dampak penting negatif yang ditimbulkan tidak dapat ditanggulangi oleh teknologi yang tersedia
P
Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, mobilisasi alat dan material pada tahap konstruksi PLTU terhadap peningkatan kebisingan masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi penurunan, sehingga dampak tergolong Negatif Penting (NP).
Mekanisme aliran dampak kegiatan mobilisasi alat dan material PLTU terhadap peningkatan kebisingan bersifat langsung pada komponen lingkungan fisik kimia dan selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada lingkungan sosial lainnya
.
Gangguan Lalulintas Darat (Traffic) Gangguan lalulintas darat tahap konstruksi PLTU bersumber dari mobilisasi peralatan dan material konstruksi padatahap konstruksi yang akan menyebabkan peningkatan bangkitan lalulintas. Mobilisasi peralatan dan material konstruksi terlihat pada kegiatan keluar dan masuknya kendaraan proyek yang membawa peralatan dan material konstruksi sehingga diperkirakan menyebabkan arus lalulintas akan terhambat. Kendaraan proyek yang menuju tapak proyek PLTU meliputi truk (HS20-44) dengan kapasitas angkut 20 - 50 ton. Truk angkut tersebut akan mengangkut material dengan perkiraan frekuensi maksimum 230 kali per hari dengan rute yang akan dilewati dari jalur pantura adalah masuk dari Desa Beji di sebelah selatan kemudian melewati Desa Simbangjati, Kenconorejo, Ponowareng, dan Desa Karanggeneng menuju ke tapak lokasi power block di sebelah utara. Kebutuhan beton lainnya (beton in-situ) akan disuplai dari batching plant yang akan dibangun di dalam lokasi tapak rencana PLTU dengan bahan baku yang akan diambil dari penyedia yang berada di wilayah sekitar lokasi rencana PLTU.
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 33
Ruas Jalan Desa Beji (Akses Jalan sebelah Timur) Berdasarkan Tabel 3.21 di bawah, perkiraan volume bangkitan lalulintas pada kondisi tanpa proyek di ruas Beji pada tahun 2013 sebesar 223 smp/jam. Perkiraan bangkitan lalulintas sampai dengan tahun 2019 dihitung berdasarkan proyeksi pertumbuhan penduduk di sekitar lokasi proyek. Penambahan jumlah bangkitan kendaraan sampai dengan tahun 2019 adalah sebesar 6 smp/jam. Penambahan tersebut tidak memberikan pengaruh negatif dikarenakan tingkat pelayanan masih berada diskala 5 .
Tabel 3.21 Volume Kendaraan pada Kondisi Tanpa Proyek di Ruas Desa Beji (Ruas Jalan sebelah Timur) TAHUN KODE
JENIS KENDARAAN
EKSISTING (2013)
2014
2015
2016
2017
2018
2019
3
3
3
3
3
3
3
146
147
147
148
149
149
150
34
34
34
35
35
35
35
40
40
40
40
41
41
41
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
TOTAL
223
224
225
226
227
228
229
KAPASITAS
2.624
V/C
0,0850
0,0854
0,0858
0,0862
0,0866
0,0870
0,0874
Kendaraan Umum UM
Tak Bermotor
MC
LB
Sepeda motor Kendaraan berat menengah/ truk sedang Kendaraan ringan/ penumpang Bus Besar
LT
Truk Besar
MHV LV
TINGKAT LAYANAN 5 5 5 5 5 5 5 Sumber : Hasil Analisa, 2013 Ket : - Laju pertumbuhan (r) Kec.Tulis : 0,20 - Laju pertumbuhan (r) Kec.Kandeman : 0,75 - Rata-rata laju pertumbuhan : 0,47 - Kapasitas : tipe jalan dua lajur dua arah tak terbagi (2/2 UD); Co = 3.100; FCw= 0,91; FCsp =1; FCsf= 0,93 (MKJI, 1997)
Berdasarkan Tabel 3.22 di bawah, bangkitan lalulintas pada kondisi dengan proyek di ruas Beji pada tahun 2013 sebesar 231 smp/jam. Dalam 6 tahun masa konstruksi volume bangkitan lalulintas tertinggi terjadi di tahun 2016 sebesar 241 smp/jam dan menurun menjadi 230 smp/jam pada tahun 2019 saat masa konstruksi mulai berakhir.
Kondisi dengan dan tanpa proyek relatif tidak menunjukan perbedaan yang berarti karena penambahan volume kendaraan pada tahun awal/ eksisting dan kondisi puncak hanya sebesar 10 smp/jam dengan tingkat skala 5 dan akan sejajar/ sama dengan kondisi tanpa proyek saat kegiatan konstruksi berakhir seperti tampak pada grafik (Gambar 3.1). PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 34
Tabel 3.22 Volume Kendaraan pada Kondisi Dengan Proyek di Ruas Desa Beji (Ruas Jalan sebelah Timur) TAHUN KODE
JENIS KENDARAAN
EKSISTING (2013)
2014
2015
2016
2017
2018
2019
3
3
3
3
3
3
3
146
147
147
148
149
149
150
34
34
34
35
35
35
35
40
40
40
40
41
41
41
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
3
4
4
4
2
0
1
1
2
2
2
1
0
5
6
8
9
8
5
0
0
0
0
0
0
0
0
3
3
3
3
3
3
3
146
147
147
148
149
149
150
36
37
38
39
38
37
35
41
41
42
42
42
42
41
0
0
0
0
0
0
0
5
6
8
9
8
5
1
TOTAL
231
234
239
241
241
237
230
KAPASITAS
2.624
V/C
0,0882
0,0892
0,0911
0,0918
0,0917
0,0902
0,0877
Kendaraan Umum UM Tak Bermotor MC Sepeda motor Kendaraan berat MHV menengah/ truk sedang Kendaraan ringan/ LV penumpang LB Bus Besar LT
Truk Besar
Kendaraan Konstruksi MC
LT
Sepeda motor Kendaraan berat menengah/ truk sedang Kendaraan ringan/ penumpang Truk (HS20-44)
MC
Sepeda motor
MHV LV
Kendaraan Umum dan Kendaraan Konstruksi UM
Tak Bermotor
MC
LB
Sepeda motor Kendaraan berat menengah/ truk sedang Kendaraan ringan/ penumpang Bus Besar
LT
Truk Besar
MHV LV
TINGKAT LAYANAN 5 5 5 5 5 5 5 Sumber : Hasil Analisa, 2013 Ket : - Komposisi kendaraan : LV/ Kendaraan penumpang = 18.38%; MHV/ Kendaraan berat menengah/ truk sedang = 32,60%; LT/ Truk Besar/trailer/container = 46,83% dan MC/ Sepeda Motor = 2,19% (sumber : PLTU Tanjung Jati di Jepara Jawa Tengah) - Volume ruas Beji : volume ruas Bakalan = 50% : 50% - Kapasitas : tipe jalan dua lajur dua arah tak terbagi (2/2 UD); Co = 3100; FCw= 0,91; FCsp =1; FCsf= 0,93 (MKJI, 1997)
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 35
245
VOLUME LALU LINTAS DENGAN DAN TANPA PROYEK TAHUN 2013 - 2019 (SMP/JAM)
241 240
240
239
237
235 234
231
DENGAN PROYEK 230
TANPA PROYEK
230 229
228
227
226
225 225 224
223
220 TAHUN DENGAN PROYEK
231
234
239
241
240
237
230
TANPA PROYEK
223
224
225
226
227
228
229
Gambar 3.1 Grafik Volume Lalulintas pada Kondisi Dengan dan Tanpa Proyek di Ruas Desa Beji (Akses Jalan sebelah Timur)
Ruas Jalan Desa Bakalan (Akses Jalan sebelah Barat) Berdasarkan Tabel 3.23 di bawah, perkiraan volume bangkitan lalulintas pada kondisi tanpa proyek di ruas Bakalan pada tahun 2013 sebesar 233 smp/jam. Perkiraan bangkitan lalulintas sampai dengan tahun 2019 dihitung berdasarkan proyeksi pertumbuhan penduduk di sekitar lokasi proyek. Penambahan jumlah bangkitan kendaraan sampai dengan tahun 2019 adalah sebesar 7 smp/jam. Penambahan tersebut tidak memberikan pengaruh negatif dikarenakan tingkat pelayanan masih berada diskala 5. Tabel 3.23 Volume Kendaraan pada Kondisi Tanpa Proyek di Ruas Desa Bakalan (Akses Jalan sebelah Barat) TAHUN KODE
JENIS KENDARAAN
EKSISTING (2013)
2014
2015
2016
2017
2018
2019
Kendaraan Umum
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 36
TAHUN KODE
JENIS KENDARAAN
EKSISTING (2013) 1
2014
2015
2016
2017
2018
2019
1
1
1
1
1
1
UM
Tak Bermotor
MC
148
148
149
150
151
151
152
6
6
6
6
6
6
6
58
59
59
59
59
60
60
LB
Sepeda motor Kendaraan berat menengah/ truk sedang Kendaraan ringan/ penumpang Bus Besar
0
0
0
0
0
0
0
LT
Truk Besar
20
20
20
20
20
21
21
TOTAL
233
235
236
237
238
239
240
KAPASITAS
2.624
V/C
0,0890
0,0894
0,0898
0,0902
0,0907
0,0911
0,0915
MHV LV
TINGKAT LAYANAN 5 5 5 5 5 5 5 Sumber : Hasil Analisa, 2013 Ket : - Laju pertumbuhan (r) Kec.Tulis : 0.20 - Laju pertumbuhan (r) Kec.Kandeman : 0.75 - Rata-rata laju pertumbuhan : 0.47 - Kapasitas : tipe jalan dua lajur dua arah tak terbagi (2/2 UD); Co = 3100; FCw= 0,91; FCsp =1; FCsf= 0,93 (MKJI, 1997)
Berdasarkan Tabel 3.24 di bawah, bangkitan lalu lintas pada kondisi dengan proyek di ruas Bakalan pada tahun 2013 sebesar 242 smp/jam. Dalam 6 tahun masa konstruksi volume bangkitan lalu lintas tertinggi terjadi di tahun 2016 dan 2017 sebesar 251 smp/jam dan menurun menjadi 241 smp/jam pada tahun 2019 saat masa konstruksi mulai berakhir.
Kondisi dengan dan tanpa proyek relatif tidak menunjukan perbedaan yang berarti karena penambahan volume kendaraan pada tahun awal/ eksisting dan kondisi puncak hanya sebesar 9 smp/jam dengan tingkat pelayanan 5 masuk kategori skala 5 dan akan sejajar/ sama dengan kondisi tanpa proyek saat kegiatan konstruksi berakhir seperti tampak pada grafik (Gambar 3.2).
Tabel 3.24 Volume Kendaraan pada Kondisi Dengan Proyek di Ruas Desa Bakalan (Akses Jalan sebelah Barat) TAHUN KODE
JENIS KENDARAAN
EKSISTING (2013)
2014
2015
2016
2017
2018
2019
1
1
1
1
1
1
1
148
148
149
150
151
151
152
6
6
6
6
6
6
6
Kendaraan Umum UM
Tak Bermotor
MC
Sepeda motor Kendaraan berat menengah/ truk sedang
MHV
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 37
TAHUN KODE
JENIS KENDARAAN
LB
Kendaraan ringan/ penumpang Bus Besar
LT
Truk Besar
LV
EKSISTING (2013)
2014
2015
2016
2017
2018
2019
58
59
59
59
59
60
60
0
0
0
0
0
0
0
20
20
20
20
20
21
21
0
0
0
0
0
0
0
2
3
4
4
4
2
0
1
1
2
2
2
1
0
5
6
8
9
8
5
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
Kendaraan Konstruksi MC
LT
Sepeda motor Kendaraan berat menengah/ truk sedang Kendaraan ringan/ penumpang Truk (HS20-44)
MC
Sepeda motor
MHV LV
Kendaraan Umum dan Kendaraan Kosntruksi UM
Tak Bermotor
MC
148
149
149
150
151
151
152
8
9
10
10
10
9
7
59
60
61
61
61
61
60
LB
Sepeda motor Kendaraan berat menengah/ truk sedang Kendaraan ringan/ penumpang Bus Besar
0
0
0
0
0
0
0
LT
Truk Besar
25
26
28
29
28
25
21
TOTAL
242
245
250
251
251
247
241
KAPASITAS
2.624
V/C
0,0922
0,0932
0,0951
0,0959
0,0958
0,0943
0,0918
MHV LV
TINGKAT LAYANAN 5 5 5 5 5 5 5 Sumber : Hasil Analisa, 2013 Ket : - Komposisi kendaraan : LV/ Kendaraan penumpang = 18.38%; MHV/ Kendaraan berat menengah/ truk sedang = 32,60%; LT/ Truk Besar/trailer/container = 46,83% dan MC/ Sepeda Motor = 2,19% (sumber : PLTU Tanjung Jati di Jepara Jawa Tengah) - Volume ruas Beji : volume ruas Bakalan = 50% : 50% - Kapasitas : tipe jalan dua lajur dua arah tak terbagi (2/2 UD); Co = 3100; FCw= 0,91; FCsp =1; FCsf= 0,93 (MKJI, 1997)
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 38
VOLUME LALU LINTAS DENGAN DAN TANPA PROYEK TAHUN 2013 - 2019 (SMP/JAM) 253
251
251
250
248
247
245
243 DENGAN PROYEK 242
TANPA PROYEK
241
240
239
238 238
237
236
235
233
233 TAHUN DENGAN PROYEK
242
245
250
251
251
247
241
TANPA PROYEK
233
235
236
237
238
239
240
Gambar 3.2 Grafik Volume Lalulintas pada Kondisi Dengan dan Tanpa Proyek di Ruas Desa Bakalan (Akses Jalan sebelah Barat)
Rona awal dari kondisi bangkitan lalu lintas pada ruas Beji dan ruas Bakalan keduanya masih masuk dalam skala 5 , begitu pula kondisi bangkitan lalu lintas kedua ruas tersebut pada saat rona akhir (dengan adanya proyek) diprakirakan tidak menunjukan perbedaan yang berarti karena penambahan volume kendaraan pada tahun awal/ eksisting dan kondisi puncak hanya sebesar 10 smp/jam pada ruas Beji dan 9 smp/jam pada ruas Bakalan sehingga skala kualitas lingkungan tidak terjadi perubahan tetap pada skala 5. Dengan demikian besaran dampak terhadap bangkitan lalu lintas kendaraan akibat adanya kegiatan mobilisasi peralatan dan material adalah tergolong Tidak Ada Dampak dengan nilai perubahan dampaknya Tidak Ada Perubahan (0). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.25 berikut ini.
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 39
Tabel 3.25 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Mobilisasi Alat dan Material Konstruksi PLTU terhadap Gangguan Lalulintas Darat FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING
NO.
SIFAT PENTING DAMPAK P
KETERANGAN
1.
Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan
2.
Luas wilayah penyebaran dampak
P
3.
Intensitas dampak
TP
Lamanya dampak berlangsung
TP
Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak 5. Sifat Kumulatif dampak 6. Berbalik atau tak berbaliknya dampak 7. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Sifat Penting Dampak Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
TP
Jumlah manusia yang terkena dampak adala dengan cara mengalikan Kepadatan rata-rata penduduk/km2 pada 6 desa yang dilewati yaitu 1.632 jiwa/km2 dengan luas sebaran dampak (6,48 km2) yaitu sebanyak 10.575 jiwa dan bisa meningkat lagi jika di hitung jumlah penduduk yang melewati ruas jalan pantura. Luas wilayah persebaran dampak adalah 600 m ke kiri dan ke kanan dari as jalan (1,2 km) dikalikan panjang jalan yang dilalui (5,4 km) yaitu 6,48 km 2 Intensitas tergolong rendah karena penambahan volume kendaraanhanya 10 smp/jam pada ruas jalan Beji dan 9 smp/jam pada ruas jalan Bakalan. Dampak akan berlangsung selama masa konstruksi Hanya merupakan dampak primer
TP TP
Tidak kumulatif Dampaknya dapat dipulihkan (berbalik)
TP
Dampak penting yang ditimbulkan ditanggulangi oleh teknologi yang tersedia
P
Penting
4.
dapat
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, mobilisasi alat dan material pada tahap konstruksi PLTU terhadap lalulintas darat masuk kategori dampak penting, dilihat dari jumlah manusia yang terkena dampak. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan tidak terjadi penurunan skala kualitas namun dampak tergolong Penting (P).
Mekanisme aliran dampak kegiatan mobilisasi alat dan material konstruksi PLTU terhadap lalulintas darat bersifat langsung pada komponen lingkungan fisik kimia dan selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada lingkungan sosial lainnya.
Kerusakan Infrastruktur Jalan dan Jembatan Selain dapat menyebabkan gangguan lalu-lintas darat, dapat pula terjadi kerusakan prasarana jalan di sekitar lokasi kegiatan proyek akibat kegiatan konstruksi PLTU antara lain disebabkan oleh kegiatan mobilisasi peralatan dan material bangunan. Kerusakan jalan dapat terjadi apabila beban kendaraan yang melewati jalan tersebut melebihi kapasitas/ daya dukung jalan yang ada, di samping tingginya frekuensi/ PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 40
intensitas lalu lintas dengan bobot muatan yang berat.
Rute yang akan dilewati kendaraan proyek dari jalur pantura adalah dari Desa Beji di sebelah selatan kemudian melewati Desa Simbangjati, Desa Kenconorejo, dan Desa Ponowareng menuju ke tapak lokasi power block di sebelah utara. Jalur jalan lingkungan dan jembatan yang akan dilalui mobilisasi alat berat dan pengangkutan material bangunan tergolong jalan kabupaten kelas 3b dengan kemampuan beban gandar 8 ton (Dinas Perhubungan Kabupaten Batang, 2013). Melihat kondisi yang ada maka dapat dikategorikan skala kualitas jalan yang ada saat ini adalah baik. Pada saat ini Pemerintah Kabupaten Batang bersamasama dengan PT BPI telah melakukan pelebaran dan perkuatan jalan serta jembatan tersebut, sehingga skalanya tergolong skala 4.
Berdasarkan informasi dari Dinas Perhubungan Kabupaten Batang, maka untuk kelas jalan di wilayah Desa Beji dengan kelas jalan 3b (beban gandar 8 ton), maka dapat dilalui kendaraan ringan n = 25 kendaraan/4jam. Perkerasan pada jalan-jalan tersebut diasumsikan dapat bertahan 3 tahun (36 bulan) tanpa pemeliharaan. Selama kegiatan mobilisasi alat berat dan pengangkutan material bangunan dan material dengan beban total maksimum 50 ton diperkirakan beban (w) = 8,3 ton (rata-ratadump truck dengan muatan dan alat berat lainnya) dengan frekuensi (n) = 76 kendaraan/4 jam. Sehingga tingkat kerusakan jalan adalah :
Lt
36 bl
630 t / 100 t
36 bl
6,3
5,7 bulan
Kegiatan konstruksi PLTU berpotensi menimbulkan dampak peningkatan beban jalan dan jembatan terutama pada saat pengangkutan peralatan dan material yang mengggunakan kendaraan berat. Jalan lingkungan tersebut diperkirakan akan rusak setelah dilewati oleh alat berat dan pengangkutan material bangunan dan material setelah 5,7 bulan. Kegiatan konstruksi jalan tersebut menyebabkan kerusakan jalan, tetapi kemungkinan tidak mengganggu lalu lintas kendaraan karena saat ini telah dilakukan perbaikan pada bagian jalan yang rusak dan perkuatan jalan serta jembatan sehingga skalanya tergolongskala 3.
Dengan demikian besaran dampak kerusakan infrastruktur jalan dan jembatan akibat adanya kegiatan mobilisasi peralatan dan material adalah tergolong Kecil dengan nilai perubahan dampaknya Negatif 1 (-1). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.26 berikut ini.
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 41
Tabel 3.26 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Mobilisasi Alat dan Material Konstruksi PLTU terhadap Kerusakan Infrastruktur Jalan dan Jembatan NO.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING
SIFAT PENTING DAMPAK P
1.
Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan
2.
Luas wilayah penyebaran dampak
P
3.
Intensitas dampak
P
Lamanya dampak berlangsung
TP
Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak Sifat Kumulatif dampak
P
4. 5.
6.
TP
Berbalik atau tak berbaliknya dampak
TP
Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Sifat Penting Dampak Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
TP
7.
P
KETERANGAN Jumlah manusia yang terkena dampak adala dengan cara mengalikan Kepadatan rata-rata penduduk/km2 pada 6 desa yang dilewati yaitu 1.632 jiwa/km2 dengan luas sebaran dampak (6,48 km2) yaitu sebanyak 10.575 jiwa Luas wilayah persebaran dampak adalah 600 m ke kiri dan ke kanan dari as jalan (1,2 km) dikalikan panjang jalan yang dilalui (5,4 km) yaitu 6,48 km 2 Intensitas tergolong relatif sedang, mengingat kondisi jalan sebagian besar sudah cukup baik dan akan semakin meningkatkan intensitas pada saat tahap konstruksi PLTU. Dampak akan berlangsung selama mobilisasi peralatan dan material selama konstruksi. Dampak sekunder lain berupa timbulnya keresahan dan persepsi negatif masyarakat. Dampak dapat terakumulasi bila tidak dilakukan pelebaran dan perbaikan jalan khususnya di sekitar jalan masuk menuju tapak pembangkit. Dampaknya dapat dipulihkan (berbalik) dengan melakukan perbaikan jalan untuk areal jika terjadi kerusakan akibat kendaraan proyek. Dampak penting negatif yang ditimbulkan dapat ditanggulangi oleh teknologi yang t ersedia dengan perkuatan jalan dan jembatan. Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, mobilisasi alat dan material pada tahap konstruksi PLTU terhadap kerusakan infrastruktur jalan dan jembatan masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi penurunan, sehingga dampak tergolongNegatif Penting (NP).
Mekanisme aliran dampak kegiatan mobilisasi alat dan material konstruksi PLTU terhadap lalulintas darat bersifat langsung pada komponen lingkungan fisik kimia dan selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada lingkungan sosial lainnya.
Peningkatan Peluang Berusaha Kegiatan mobilisasi peralatan dan material diperkirakan akan memberikan dampak positif terhadap peluang usaha. Peralatan dan material untuk konstruksi PLTU yang dibawa ke tapak power block akan melalui Desa Beji, Simbangjati, Kenconorejo, Ponowareng, Karanggeneng, dan Desa Ujungnegoro. Frekuensi transportasi
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 42
peralatan dan material diperhitungkan sekitar 230 kali per hari. Kehadiran tenaga kerja dari luar pada kegiatan ini akan membutuhkan makan/ minum dan kebutuhan sehari-hari, serta butuh tempat tinggal. Berbagai kebutuhan hidup tenaga kerja pada kegiatan mobilisasi peralatan dan material tersebut akan menimbulkan peluang berusaha bagi warga di sekitar proyek; yang berarti akan muncul ketidakseimbangan dalam lingkungan masyarakat, dan untuk mewujudkan keseimbangan baru harus dilakukan fasilitasi dan penyediaan sarana prasarana baru. Rona awal mata pencaharian masuk dalam kategoriskala 3 dimana 5 10% rumah tangga berpotensi untuk memetik manfaatnya (Lampiran 2P). Dimana jumlah 5 – 10% rumah tangga ini merupakan rumah tangga yang mempunyai pekerjaan utama di bidang perdagangan dan jasa. Munculnya peluang usaha diperkirakan akan meningkatkan kualitas lingkungan menjadi skala 5, yakni mampu memberikan peluang usaha pada lebih dari 15% rumah tangga di wilayah yang terkena dampak (Lampiran 2P). Dengan demikian besaran dampak terhadap meningkatnya peluang berusaha pada tahap konstruksi adalah tergolong Sedang (Lampiran 2P), dengan nilai perubahan dampaknya Positif Dua (+2). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.27 berikut ini. Analisis rinci penentuan dampak kegiatan mobilisasi alat dan material terhadap peningkatan peluang berusaha dapat dilihat pada Lampiran 3D poin 1.2.2.1.
Tabel 3.27 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Mobilisasi Alat dan Material Konstruksi PLTU terhadap Peningkatan Peluang Berusaha NO. 1.
2.
3.
4.
5.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan Luas wilayah penyebaran dampak
SIFAT PENTING DAMPAK P
P
Intensitas dampak
P
Lamanya dampak berlangsung
TP
Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak Sifat Kumulatif dampak
P
6.
P
Berbalik atau tak berbaliknya P dampak 7. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Sifat Penting Dampak P Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
KETERANGAN Jumlah penduduk yang terkena dampak mencakup 4.642 keluarga di desa yang dilalui jalur transportasi untuk mobilisasi peralatan dan material Dampak mencakup desa yang akan dilalui transportasi alat dan material meliputi desa Beji, Simbangjati, Kenconorejo, Ponowareng, Karanggeneng, dan Ujungnegoro Intensitas dampak sedang mengingat terbatasnya peluang usaha di desa-desa yang dilalui kendaraan proyek dan desa tapak blok PLTU Dampak hanya akan berlangsung pada tahap konstruksi Menimbulkan dampak sekunder pada pendapatan dan persepsi masyarakat Peluang berusaha yang muncul bersifat kumulatif selama tahap konstruksi berlangsung Melalui pengelolaan yang baik dampak positif dapat ditingkatkan Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Penting
3 - 43
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, mobilisasi alat dan material pada tahap konstruksi PLTU terhadap peluang berusaha masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi peningkatan, sehingga dampak tergolong Positif Penting (PP). Untuk mewujudkan terciptanya kesimbangan baru yang positif diperlukan fasilitasi dan penyediaan sarana serta prasarana baru untuk menjaga peluang warga yang terkena dampak memanfaatkan peluang usaha yang muncul.
Mekanisme aliran dampak peningkatan peluang berusaha pada kegiatan konstruksi PLTU bersifat langsung pada komponen lingkungan sosial ekonomi dan budaya dan selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada lingkungan sosial lainnya.
Gangguan Kesehatan Masyarakat Kegiatan konstruksi pembangunan PLTU menyebabkan aktivitas dan volume lalulintas bertambah yang berakibat terjadinya pencemaran udara. Pencemaran udara yang diakibatkan lalulintas kendaraan menyebabkan peningkatan emisi gas buang kendaraan dan debu akibat buruknya kualitas jalan masuk menuju lokasi Blok PLTU sehingga mengakibatkan terjadinya peningkatan prevalensi penyakit saluran pernapasan.
Penelitian Zou, dkk. (1997) menunjukan bahwa debu yang ada di jalan-jalan adalah debu yang sangat halus. Karena halusnya, debu yang berukuran kurang dari 10 mikron yang dilepaskan oleh knalpot kendaraan bermotor atau dari gesekan roda dengan muka jalan akan terhirup organ pernafasan tanpa mampu disaring oleh bulu-bulu halus hidung, selanjutnya diteruskan ke organ-organ pernafasan bagian dalam. Debu dengan ukuran 5 - 10 mikron yang ikut masuk saat kita mengambil nafas tertahan dan tertimbun dalam saluran nafas bagian atas (dari hidung - faring). Debu ukuran 3 - 5 mikron yang ikut masuk saat kita mengambil nafas akan tertahan pada saluran nafas bagian tengah (dari trakea - bronkhiolus) dan debu ukuran 1 - 3 mikron akan tertimbun pada saluran nafas bagian bawah (bronkhiolus terminalis - alveolus). Debu dengan ukurannya kurang dari 1 mikron akan berdifusi keluar masuk alveolus dan akan ikut keluar saat nafas dihembuskan. Pengaruh bahan pencemar dapat meningkatkan resiko atau penyakit pada seseorang atau sekelompok orang. Pengaruh ini dapat diperberat oleh beberapa faktor seperti umur dan ada tidaknya penurunan kapasitas paru dan jantung. Anak-anak dan para lanjut usia rentan terhadap infeksi saluran nafas oleh karena kapasitas, fungsi parunya dan imunitasnya kurang sempurna.
Kegiatan konstruksi power block PLTU diperkirakan akan memberikan beban pencemaran udara berupa debu, NO2, dan SO2. Kontribusi debu, SO2, dan NO2 diperkirakan masih berada dibawah baku mutu lingkungan yang ditetapkan oleh Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 8 Tahun 2001.
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 44
Akses kendaraan berat menuju lokasi tapak power block dari jalur pantura akan masuk dari Desa Beji di sebelah selatan kemudian melewati Desa Tulis, Simbangjati, Kenconorejo, Ponowareng, Juragan, Bakalan, Wonokerso, Karanggeneng, dan Desa Ujungnegoro. Cara mengurangi konsentrasi pencemar khususnya debu dapat dilakukan dengan cara mengurangi sumber pencemar dan menjauhkan jarak antara sumber dengan penerima merupakan solusi yang cukup sulit untuk dilaksanakan, terutama pada masa kontruksi pembangunan PLTU. Hal yang paling mungkin dilakukan adalah dengan cara mengurangi masuknya zat pencemar ke dalam rumah dan menciptakan kondisi di dalam rumah yang lebih sehat dan nyaman. Adanya pagar dengan tingkat kerapatan antara 85 - 100%, ketinggian minimal 1,3 m dan jarak pagar dengan dinding minimal 2,5 m dapat pula mengurangi masuknya zat pencemar ke dalam rumah dan menciptakan kondisi di dalam rumah yang lebih sehat dan nyaman.
Rona awal dari kondisi pola penyakit pada angka kesakitan infeksi saluran pernapasan bagian atas masih masuk dalam skala 4 dimana urutan 2 - 5 bukan merupakan penyakit infeksi, dengan adanya mobilitas kendaraan yang melewati jalan-jalan di desa dengan frekuensi maksimum untuk truk angkut 230 kali per hari maka diprakirakan akan terjadi peningkatan pola penyakit terutama ISPA sebesar 30 % sehingga skala kualitas lingkungan menjadi skala 3 dimana pola penyakit pada urutan 1 - 3 merupakan penyakit infeksi dan 4 - 5 bukan penyakit infeksi. Dengan demikian besaran dampak terhadap kondisi kesehatan masyarakat akibat adanya kegiatan mobilisasi peralatan dan material adalah tergolong Kecil dengan nilai perubahan dampaknya Negatif Satu (-1). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.28 berikut ini.
Tabel 3.28 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Mobilisasi Alat dan Material Konstruksi PLTU terhadap Gangguan Kesehatan Masyarakat NO.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING
SIFAT PENTING DAMPAK P
1.
Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan
2.
Luas wilayah penyebaran dampak
P
3.
Intensitas dampak
P
4.
Lamanya dampak berlangsung Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak
P P
5. 6.
Sifat Kumulatif dampak Berbalik atau tak berbaliknya dampak
TP TP
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
KETERANGAN Kepadatan rata-rata penduduk/km2 pada 6 desa yang dilewati yaitu 1.632 jiwa/km2 dengan luas sebaran dampak (6,48 km2) yaitu sebanyak 10.575 jiwa.. Luas wilayah persebaran dampak adalah 600 m ke kiri dan ke kanan dari as jalan (1,2 km) dikalikan panjang jalan yang dilalui (5,4 km) yaitu 6,48 km2Wilayah yang terpengaruh dampak adalah Desa Ujung negoro, Karanggeneng, Ponowareng, Kenconorejo, Simbangjati, Beji. Intensitas dampak yang ditimbulkan dari kegiatan ini cukup berat, dapat terjadi peningkatan penderita penyakit ISPA sampai 30%. Lamanya dampak > Satu tahapan kegiatan Kegiatan ini akan menimbulkan dampak sekunder dan dampak lanjutannya terhadap kenyamanan masyarakat dan kesehatan masyarakat Dampaknya tidak bersifat kumulatif Dampak yang timbul merupakan dampak terbalikkan, atau dapat dipulihkan 3 - 45
NO.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING
7.
Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Sifat Penting Dampak Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
SIFAT PENTING DAMPAK TP
P
KETERANGAN Dampak penting negatif yang ditimbulkan tidak dapat ditanggulangi oleh teknologi yang tersedia Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, mobilisasi alat dan material pada tahap konstruksi PLTU terhadap kesehatan masyarakat masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi penurunan, sehingga dampak tergolong Negatif Penting (NP).
Mekanisme aliran dampak kegiatan mobilisasi alat dan material konstruksi PLTU terhadap gangguan kesehatan bersifat langsung pada komponen lingkungan fisik kimia (udara) dan berlanjut pada aspek kesehatan masyarakat.
Perubahan Persepsi Masyarakat Kegiatan mobilisasi peralatan dan material dengan perkiraan jumlah truk yang melintas mencapai 230 unit per hari diperkirakan dapat menimbulkan penurunan kualitas udara, kebisingan dan gangguan lalulintas darat, jika dalam pelaksanaannya dapat dikelola dengan baik, maka tidak akan menimbulkan persepsi negatif masyarakat. Munculnya kebisingan dan peningkatan arus lalulintas bisa mengganggu kenyamanan masyarakat yang berdekatan dengan jalur akses jalan. Dampak negatif berarti terjadi ketidakseimbangan dalam lingkungan sosial yang jika tidak ada fasilitasi dan penyediaan sarana serta prasarana baru yangdapat menimbulkan reaksi negatif dari masyarakat di jalur tranportasi peralatan dan material. Fasiltasi dan penyediaan sarana dan prasarana dapat menghilangkan persepsi negatif tersebut. Di sisi lain juga muncul persepsi positif karena adanya peluang usaha dan peningkatan pendapatan. Ketidakseimbangan yang muncul akibat dampak yang bersifat positif terjadi karena kondisi lingkungan sosial cukup kondusif untuk kegiatan mobilisasi peralatan dan material. Rona awal kualitas lingkungan pada aspek persepsi masyarakat masuk dalam kategori baik atau skala 4. (Lampiran 2P). Kegiatan mobilisasi peralatan dan material diprediksikan akan meningkatkan skala kualitas lingkungan menjadiskala 5 (Lampiran 2P) dengan besaran dampak adalah Positif Satu (+1).
Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.29 berikut ini. Analisis rinci penentuan dampak kegiatan mobilisasi alat dan material terhadap perubahan persepsi masyarakat dapat dilihat pada Lampiran 3D poin 1.2.2.2.
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 46
Tabel 3.29 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Mobilisasi Alat dan Material Konstruksi PLTU terhadap Perubahan Persepsi Masyarakat NO. 1.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING
SIFAT PENTING DAMPAK P
2.
Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan Luas wilayah penyebaran dampak
3.
Intensitas dampak
P
Lamanya dampak berlangsung
P
Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak Sifat Kumulatif dampak Berbalik atau tak berbaliknya dampak
TP
4. 5. 6.
7.
P
P TP
Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Sifat Penting Dampak P Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
KETERANGAN Jumlah penduduk yang terkena dampak mencakup 4.642 keluarga di desa yang dilalui jalur transportasi untuk mobilisasi peralatan dan material Dampak mencakup desa yang akan dilalui transportasi alat dan material meliputi desa Beji, Simbangjati, Kenconorejo, Ponowareng, Karanggeneng, dan Ujungnegoro Intensitas dampak cukup tinggi karena: (a) frekuensinya kendaraan tinggi; (b) memberikan peluang usaha Dampak diprediksikan akan berlangsung hanya selama tahap konstruksi Tidak membawa dampak ikutan pada komponen lain Dapat bersifat kumulatif selama tahap konstruksi Dampak positif dapat ditingkatkan dan dampak negatif dapat dipulihkan melalui pengelolaan terprogram. Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, mobilisasi alat dan material pada tahap konstruksi PLTU terhadap perubahan persepsi masyarakat masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi peningkatan, sehingga dampak tergolong Positif Penting (PP). Untuk mewujudkan terciptanya kesimbangan baru berupa peningkatan persepsi positif dan memulihkan persepsi negatif yang muncul, diperlukan fasilitasi dan penyediaan sarana serta prasarana baru untuk
menjaga dan
mempertahankan persepsi positif di kalangan masyarakat yang terkena dampak.
Mekanisme aliran dampak kegiatan mobilisasi alat dan material konstruksi PLTU terhadap perubahan persepsi masyarakat bersifat langsung pada komponen lingkungan fisik kimia (udara) dan berlanjut pada aspek sosial ekonomi dan budaya.
Gangguan terhadap Kenyamanan Kegiatan mobilisasi peralatan berat yang terdiri dari backhoe, bulldozer, trailer, dump truck/ mixer truck, crawler crane, truck crane, pilling barge, crane barge, pile driver,forklift , dan material konstruksi seperti pasir , semen, batu, kawat besi, serta lalu-lintas tenaga kerja diperkirakan menimbulkan kebisingan yang pada
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 47
akhirnya akan mempengaruhi kenyamanan tinggal masyarakat sekitar proyek. Paparan kebisingan dump truck yang melewati jalan diperkirakan sekitar 95 - 108 dBA pada sumber dampak. Pada jarak sekitar 61 m kebisingan menurun menjadi 75 - 80 dBA dan pada jarak sekitar 100 m dapat menurun sekitar 55 - 60 dBA. Oleh karena itu kebisingan yang ditimbulkan dapat mengganggu penduduk yang dilewati (tinggal berjarak sekitar 10 - 300 m dari jalan). Dari kegiatan sejenis yang ada (PLTU Tanjung Jati B Jepara) selama masa konstruksi sekitar delapan ratus tenaga kerja dari luar membawa kendaraan sepeda motor yang digunakan untuk transportasi ke lokasi proyek. Jalan-jalan yang kemungkinan akan dilalui adalah jalur barat BakalanUjungnegoro. Pada jalur ini selain permukiman juga akan melewati beberapa fasilitas umum. Untuk desa Baklalan fasilitas umum yang akan terlewati meliputi mushola, masjid, dan balai Desa Bakalan. Sedangkan desa Ujungnegoro, fasilitas umum yang terlewati adalah sekolah dasar, perpustakaan, mushola, Madrasah Tsanawiyah, dan lapangan. Pada jalur Beji-Kenconorejo-Ponowareng fasilitas umum yang terlewati di Desa Beji adalah mushola di Kantor Dinas Perkebunan. Kemudian di Desa Kenconorejo fasilitas umum yang terlewati adalah lapangan, masjid, Balai Desa Kenconorejo, Sekolah Dasar Negeri 2, Mushola, Puskesmas Pembantu, dan Taman Kanak-kanak. Sedangkan di Desa Ponowareng, fasilitas umum yang terlewati adalah mushola, masjid, dan Balai Desa Ponowareng. Kenyamanan warga yang tinggal di pinggir jalan dan kegiatan-kegiatan warga di fasilitas umum tersebut diperkirakan akan terganggu kenyamanannya. Dengan demikian kegiatan mobilisasi peralatan dan material memunculkan ketidakseimbangan di lingkungan sosial, akibat perubahan (penurunan) kenyamanan, namun penurunan kenyamanan ini dapat dikelola sehingga muncul keseimbangan baru. Rona awal kenyamanan masuk pada kriteria baik atau skala 4 artinya masyarakat merasa nyaman tinggal di lingkungan tempat tinggalnya (Lampiran 2P). Aktivitas proyek diperkirakan akan menurunkan skala kualitas kenyamanan menjadi skala 3 artinya masyarakat masih cukup nyaman dengan munculnya dampak negatif dari pembangunan PLTU seperti kebisingan dan peningkatan kepadatan lalulintas. Dengan demikian besaran dampak terhadap kenyamanan akibat adanya kegiatan pada tahap konstruksi adalah tergolong Kecil (Lampiran 2P), dengan nilai perubahan dampaknya Negatif Satu (1). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.30 berikut ini. Analisis rinci penentuan dampak kegiatan mobilisasi alat dan material terhadap gangguan kenyamanan dapat dilihat pada Lampiran 3D poin 1.2.2.3.
Tabel 3.30 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Mobilisasi Alat dan Material Konstruksi PLTU terhadap Gangguan Kenyamanan NO. 1.
2.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan Luas wilayah penyebaran dampak
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
SIFAT PENTING DAMPAK P
P
KETERANGAN Jumlah penduduk yang terkena dampak mencakup 4.642 keluarga di desa yang dilalui jalur transportasi untuk mobilisasi peralatan dan material Dampak tersebar di desa-desa yang dilalui transportasi alat dan material meliputi desa Beji, Simbangjati, Kenconorejo, Ponowareng, Karanggeneng, dan Ujungnegoro 3 - 48
NO. 3.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING Intensitas dampak
Lamanya dampak berlangsung 4. Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak 5. Sifat Kumulatif dampak 6. Berbalik atau tak berbaliknya dampak 7. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Sifat Penting Dampak Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
SIFAT PENTING DAMPAK P P P P TP -
P
KETERANGAN Intensitas dampak cukup tinggi karena frekuensi kendaraan yang tinggi. Dampak hanya akan berlangsung tahap konstruksi Menimbulkan dampak sekunder pada persepsi masyarakat Dampak bersifat kumulatif Melalui pengelolaan yang baik dampak negatif dapat diminimalkan Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, mobilisasi alat dan material pada tahap konstruksi PLTU terhadap gangguan kenyamanan masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi penurunan, sehingga dampak tergolong Negatif Penting (NP). Untuk mewujudkan terciptanya kesimbangan baru berupa pulihnya kenyamanan tinggal, diperlukan fasilitasi dan penyediaan sarana serta prasarana baru untuk menjaga dan mempertahankan kenyamanan.
Mekanisme aliran dampak kegiatan mobilisasi alat dan material konstruksi PLTU terhadap gangguan kenyamanan bersifat langsung langsung pada komponen lingkungan fisik kimia (udara) dan berlanjut pada aspek sosial ekonomi dan budaya.
Peningkatan Pendapatan Kegiatan mobilisasi peralatan dan material diperkirakan akan memberi dampak positif terhadap peluang berusaha dan memberi dampak ikutan adanya peningkatan pendapatan. Kegiatan mobilisasi yang cukup padat dan banyaknya tenaga kerja dari luar akan membuka peluang berusaha dengan usaha pemenuhan kebutuhan hidup para tenaga kerja dari luar tersebut. Berbagai peluang berusaha meliputi penyediaan tempat tinggal dan pemenuhan kebutuhan makan/ minum serta kebutuhan hidup sehari-hari. Rona awal pendapatan masyarakat masuk dalam kategori skala 3 (Lampiran 2P). Adanya prediksi terjadi perubahan pendapatan akibat adanya peluang usaha selama kegiatan mobilisasi peralatan dan material akan menciptakan ketidakseimbangan pada lingkungan sosial yang diperkirakan akan meningkatkan kualitas lingkungan menjadi skala 5 (Lampiran 2P). Dengan demikian besaran dampak terhadap peningkatan pendapatan pada tahap konstruksi adalah Sedang (Lampiran 2P), dengan nilai perubahan dampak adalah Positif Dua (+2). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.31 berikut ini. Analisis rinci penentuan dampak kegiatan mobilisasi alat dan material terhadap gangguan kenyamanan dapat dilihat pada PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 49
Lampiran 3D poin 1.2.2.4. Tabel 3.31 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Mobilisasi Peralatan dan Material terhadap Peningkatan Pendapatan NO. 1.
2.
3.
4.
5.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan Luas wilayah penyebaran dampak
SIFAT PENTING DAMPAK P
P
Intensitas dampak
P
Lamanya dampak berlangsung
TP
Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak Sifat Kumulatif dampak
P
6.
P
Berbalik atau tak berbaliknya P dampak 7. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Sifat Penting Dampak P Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
KETERANGAN Jumlah penduduk yang terkena dampak meliputi 4.642 keluarga yang dilalui jalur t ransportasi menuju proyek. Dampak tersebar di desa-desa yang dilalui transportasi alat dan material meliputi desa Beji, Simbangjati, Kenconorejo, Ponowareng, Karanggeneng, dan Ujungnegoro Intensitas dampak tinggi mengingat: (a) peluang usaha akan menambah pendapatan keluarga; (b) sekitar 35 – 50% keluagra masih memerlukan bantuan anggota keluarganya dalam mencukupi kebutuhan hidup. Dampak hanya akan berlangsung tahap konstruksi berlangsung Menimbulkan dampak sekunder pada persepsi masyarakat Pendapatan menjadi salah satu sumber penunjang utama kehidupan, sehingga dampak bersifat kumulatif Melalui pengelolaan yang baik dampak positif dapat ditingkatkan Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, mobilisasi alat dan material pada tahap konstruksi PLTU terhadap peningkatan pendapatan masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi peningkatan, sehingga dampak tergolong Positif Penting (PP). Dalam mewujudkan terciptanya kesimbangan baru yang positif diperlukan fasilitasi dan penyediaan sarana serta prasarana baru untuk menjaga peluang warga yang terkena dampak memanfaatkan peluang usaha yang muncul.
Mekanisme aliran dampak peningkatan pendapatan pada kegiatan mobilisasi peralatan dan material bersifat langsung pada komponen lingkungan sosial ekonomi dan budaya dan selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada lingkungan sosial lainnya.
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 50
c.
Pematangan Lahan
Penurunan Kualitas Udara Penurunan kualitas udara khususnya debu pada tahap konstruksi PLTU bersumber dari pengoperasian alatalat berat, mobilisasi alat dan material pada saat pematangan lahan. Penurunan kualitas udara (debu) akibat dari kegiatan pematangan lahan rencana pembangunan PLTU dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
eu = 5,9 (s/12) (S/30) (W/7)0,7 (w/4)0,5 (d/365)
Dimana : eu = jumlah debu per panjang jalan (lb/mil) s = silt content (%) S = kecepatan kendaraan (mil/jam) W = berat kendaraan (ton) w = jumlah roda kendaraan d = jumlah hari tidak hujan dalam 1 tahun
Berdasarkan data lapangan di ketahui silt content adalah sebesar 0,2%, kecepatan kendaraan sekitar 20 km/jam, berat kendaraan sekitar 20 ton, jumlah roda kendaraan 10 buah, jumlah hari tidak hujan dalam setahun adalah 214 hari, maka diperoleh jumlah debu per panjang jalan adalah sebesar 22,245 µg/m3. Bila diasumsikan luas pengadukan/ dispersi debu adalah sebesar 100 m2 maka konsentrasi debu di lokasi tersebut adalah sebesar 222,45 µg/m3.
Berdasarkan data rona awal untuk konsentrasi debu di lokasi tapak proyek pada pintu masuk area Maqam Syeikh Maulana Maghribi Desa Ujungnegoro adalah sebesar 54,52 µg/Nm3 dan permukiman penduduk Dukuh Rowokudo Desa Ujungnegoro sebesar 45,07 µg/Nm3, bila kegiatan pematangan lahan berlangsung maka akan terjadi penambahan debu di Desa Ujungnegoro sebesar 222,45 µg/Nm3, sehingga kondisi rona akhir debu di lokasi proyek akan meningkat menjadi 276,97 µg/Nm3. Bila dibandingkan dengan baku mutu kualitas udara berdasarkan SK. Gubernur Jawa Tengah No. 08 tahun 2001 (untuk konsentrasi debu : 230 µg/Nm3) maka konsentrasi debu di rencana tapak proyek nilainya telah melampaui baku mutu.
Rona awal dari kualitas udara di sekitar lokasi proyek masih dalam kondisi sedang dan memiliki skala 3, sedangkan kondisi rona akhir menunjukan penurunan skala kualitas lingkungan menjadi skala 1. Dengan demikian besaran dampak terhadap kualitas udara dengan adanya kegiatan pematangan lahan PLTU adalah
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 51
tergolong Sedang dengan nilai perubahan dampaknya Negatif Dua (-2). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.32 berikut ini.
Tabel 3.32 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Pematangan Lahan PLTU terhadap Penurunan Kualitas Udara NO.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING
SIFAT PENTING DAMPAK P
1.
Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan
2.
Luas wilayah penyebaran dampak
P
3.
Intensitas dampak
P
Lamanya dampak berlangsung
P
4.
Banyaknya komponen P lingkungan hidup lain yang terkena dampak 5. Sifat Kumulatif dampak P 6. Berbalik atau tak berbaliknya TP dampak 7. Kriteria lain sesuai dengan TP perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Sifat Penting Dampak P Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
KETERANGAN Jumlah penduduk yang terkena dampak negatif lebih besar daripada yang memperoleh manfaat yaitu penduduk yang tinggal dekat dengan lokasi PLTU yaitu penduduk di Desa Ujungnegoro, Karanggeneng dan Ponowareng dengan total jumlah penduduk 12.258 orang. Luas wilayah persebaran dampak lebih luas dibandingkan dengan luas rencana kegiatan yaitu mencakup tiga desa terdekat dengan total luas 10,384 km2. Intensitas dampak tergolong tinggi karena dengan adanya pematangan lahan kadar debu dapat melebihi baku mutu lingkunganyaitu sebesar 276,97 µg/Nm3. Dampak berlangsung tergolong sedang yaitu pada saat kegiatan pematangan lahan pada tahap konstruksi sekitar satu tahun. Terdapat komponen lain yang terkena dampak yakni kesehatan masyarakat, dan gangguan biota darat. Dampak penurunan kualitas udara bersifat kumulatif Dampaknya dapat dipulihkan (berbalik) Dampak penting negatif yang ditimbulkan tidak dapat ditanggulangi oleh teknologi yang tersedia Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak kegiatan pematangan lahan pada tahap konstruksi PLTU terhadap penurunan kualitas udara masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi penurunan, sehingga dampak tergolong Negatif Penting (NP).
Mekanisme aliran dampak kegiatan pematangan lahan PLTU terhadap penurunan kualitas udara bersifat langsung pada komponen lingkungan fisik kimia dan selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada lingkungan sosial lainnya.
Penurunan Kualitas Air Permukaan Sungai yang ada di lokasi power block bukan merupakan sungai alami tetapi merupakan saluran PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 52
pembuangan musiman yang hanya dialiri air ketika saat hujan saja. Kegiatan pematangan lahan akan merubah profil tanah yaitu susunan horizon tanah, struktur dan agregasi tanah, ketebalan solum tanah, sehingga pori-pori tanah lebih cenderung menjadi pori aerasi (makro), sebagai akibat sekundernya adalah lemahnya ikatan antar butiran tanah, sehingga mudah hancur oleh air hujan, mudahnya butiran tanah terbawa oleh aliran air permukaan akan menyebabkan peningkatan TSS (Total Suspended Solids) pada air permukaan terutama pada saat musim hujan.
Untuk mengetahui hasil sedimen akibat pematangan lahan dapat dihitung dengan terlebih dahulu menentukan erosivitas hujan dengan menggunakan data curah hujan bulanan, faktor erodibilitas tanah, penilaian kelas lereng, faktor penutupan lahan, dan teknik konservasi tanah (perhitungan terlampir). Hasil perhitungan erosi tanah seperti tertera pada Tabel 3.33 berikut ini.
Tabel 3.33 Jumlah Erosi LOKASI
TATA GUNA LAHAN
T1
Kebun Campuran
T2
Sawah
TEKSTUR TANAH lempung berpasir lempung berpasir
R
K
LS
C
P
EROSI SEBELUM (TON/HA/TH)
EROSI SETELAH (TON/HA/TH)
1637,3
0,306
0,25
0,01
1
1,2525345
2,0040552
1637,3
0,36
0,25
0,01
1
1,47357
2,357712
Setelah mengetahui jumlah erosi total maka dapat dihitung produksi sedimen dengan formula berikut ini :
Y = E (SDR) Ws
Tabel 3.34 Produksi Sedimen KODE
LOKASI
T1 T2
Desa Ujungnegoro Desa Karanggeneng
EROSI TON/HA/TH SEBELUM SESUDAH 1,25 2 1,47 2,36
PRODUKSI SEDIMEN TON/TH SEBELUM SESUDAH 169,8 271,68 199,68 320,58
Dengan melihat perkiraan produksi sedimen sebelum dan sesudah pematangan lahan maka akan terjadi peningkatan jumlah sedimen sesudah pematangan lahan yang kemungkinan terbawa kedalam air sungai. Peningkatan jumlah sedimen yang masuk ke sungai dapat dilihat padaTabel 3.35 berikut ini.
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 53
Tabel 3.35 Peningkatan Jumlah Sedimen yang Masuk ke Sungai SKALA KUALITAS LINGKUNGAN SEBELUM 169,8 sedang (3) 199,68 sedang (3)
PRODUKSI SEDIMEN
SKALA KUALITAS LINGKUNGAN SESUDAH 271,68 buruk (2) 320,58 buruk (2)
PRODUKSI SEDIMEN
SELISIH
1 1
Dengan demikian besaran dampak peningkatan sedimen terhadap penurunan kualitas air sungai adalah tergolong Kecil dengan nilai perubahan dampaknya Negatif Satu (-1). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.36 berikut ini.
Tabel 3.36 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Pematangan Lahan PLTU terhadap Penurunan Kualitas Air Permukaan NO.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING
SIFAT PENTING DAMPAK TP
1.
Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan
2.
Luas wilayah penyebaran dampak
TP
3.
Intensitas dampak
TP
Lamanya dampak berlangsung
TP
4.
Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak
P
5.
Sifat Kumulatif dampak
TP
6.
Berbalik atau tak berbaliknya dampak
TP
7.
Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
TP
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
KETERANGAN Jumlah penduduk yang terkena dampak tergolong kecil karena dampak terjadi di sungai-sungai alami dalam lokasi proyek dan didalam lokasi tapak proyek seluas 226,4 Ha tidak terdapat pemukiman penduduk. Wilayah sebaran dampak tergolong kecil hanya meliputi beberapa sungai kecil dalam tapak proyek (Sungai Karanggeneng, Sungai Sendang dan Sungai Jamban) dengan panjang sungai dalamm tapak PLTU sekitar 1,5 km dengan lebar sungai sekitar 2 – 5 m atau luas sekitar 0,0075 Km2. Intensitas dampak tergolong kecill karena pada kebun campuran produksi sedimen 169,8 menjadi 271,68 Ton/tahun dan pada sawah 199,68 menjadi 320,58 Ton/tahun.Produksi sedimen tanpa kegiatan sudah tergolong tinggi. Jumlah penduduk yang terkena dampak tergolong kecil karena dampak terjadi di sungai-sungai alami dalam lokasi proyek dan didalam lokasi tapak proyek seluas 226,4 Ha tidak terdapat pemukiman penduduk. Komponen lain yang terkena dampak adalah biota air laut seperti ikan dan terumbu karang dan mata pencaharian nelayan karena sungai-sungai bermuara ke laut. Dampak tidak bersifat kumulatif karena karena setelah pekerjaan pematangan lahan selesai, dampak akan berhenti. Dampak dapat berbalik karena setelah pematangan lahan selesai kondisi sungai-sungai kembali pulih Dampak penting negatif dapat ditanggulangi oleh teknologi yang tersedia. 3 - 54
NO.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING
Sifat Penting Dampak Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
SIFAT PENTING DAMPAK TP
KETERANGAN Tidak Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak kegiatan pematangan lahan pada tahap konstruksi PLTU terhadap penurunan kualitas air permukaan masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi penurunan, sehingga dampak tergolongNegatif Penting (NP).
Perubahan Bentang Alam Kegiatan pematangan lahan terdiri dari kegiatan pembersihan permukaan lahan(land clearing), pemotongan bukit (cut), dan kegiatan penimbunan dan perataan lahan (fill). Kegiatan pembersihan permukaan lahan meliputi pembersihan semak-semak, penebangan pohon-pohon, pengumpulan batang, cabang dan ranting, serta pemindahan hasil pembersihan dari rencana tapak power block . Seluruh batang, semak-semak, ranting dan daun-daunan dikumpulkan di lokasi tertentu pada tapak kegiatan. Dalam pematangan lahan tidak dilakukan pembakaran, hal ini untuk mengantisipasi timbulnya cemaran asap serta kemungkinan terjadinya kebakaran di sekitar lokasi pematangan lahan. Penebangan pohon dilakukan dengan menggunakan gergaji mesin (chain saw) untuk pohon dengan
>
20 cm, pohon yang lebih kecil ditebang dengan parang dan
kampak. Pembersihan tunggul-tunggul kayu akan dilakukan dengan cara dicabut dengan menggunakan tripper atau didorong dengan menggunakan bulldozer. Hilangnya vegetasi dapat meningkatkan terjadinya erosi. Salah satu manfaat vegetasi adalah mencegah terjadinya erosi, karena kemampuan akar tanaman terutama yang berakar dalam - dapat mengikat lapisan tanah, dan menampung cadangan air. Di sisi lain pengupasan sebagian bukit di sebelah barat tapak proyek, akan menyisakan igir lereng dengan kelerengan lebih dari 45%. Kelerengan yang terjal dengan tanpa vegetasi sebagai penutup lahan akan meningkatkan laju erosi.
Kegiatan pemotongan bukit dilakukan dari ketinggian 7 - 25 mdpl (sebagian besar berketinggian 17 mdpl) menjadi 3 mdpl dengan perkiraan volume tanah sebesar 4 juta m3.Pemotongan bukit dilakukan pada perbukitan sebelah Barat tapak power block . Volume tanah hasil pemotongan bukit sebesar 4 juta m3selanjutnya dimanfaatkan untuk kegiatan penimbunan dan perataan lahan pada lokasi power block yang ketinggiannya di bawah 3 mdpl, yang mencakup sekitar 60% areal. Dengan demikian kegiatan pematangan lahan akan menyebabkan terjadinya perubahan bentang alam.
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 55
Dengan dilaksanakannya kegiatan pematangan lahan akan mengakibatkan hujan yang jatuh langsung menimpa permukaan tanah dan akan mengubah besarnya faktor vegetasi penutup (C) dan faktor pengelolaan erosi (P), dimana pada gilirannya akan mengakibatkan meningkatnya erosi hingga 60% yaitu dari erosi alami 1,25 - 1,47 ton/ha/th meningkat menjadi 2 - 2,36 ton/ha/th. Erosi akan berlangsung dalam waktu yang relatif lama yaitu sampai dengan saat pelaksanaan konstruksi tapak proyek atau ±4 tahun. Erosi yang terjadi berpotensi akan terbawa kedalam air sungai yang terletak relatif dekat dengan lokasi pematangan lahan. Kajian grafis bentuk lahan sebelum dan setelah kegiatan pematangan lahan seperti terlihat pada Gambar 3.33 berikut ini.
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 56
Gambar 3.3 Perubahan Bentang Alam akibat Kegiatan Pematangan Lahan Tapak Blok PLTU
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 57
Rona awal kondisi bentang alam sebelum dilakukan pematangan lahan di lokasi power power block termasuk termasuk dalam katagori skala 3 dengan 3 dengan kriteria ketinggian bukit berkisar antara antara 7 - 25 mdpl, satuan perbukitan landai berbukit, tutupan vegetasi berupa kebun pekarangan, kerapatan vegetasi sedang. Setelah dilakukan pematangan lahan, terjadi pemotongan bukit menjadi areal datar berketinggian 3 mdpl, tidak ada vegetasi penutup, dan terbentuk lereng terjal di sisi Barat, sehingga kualitas lingkungan akan turun menjadi skala 2. 2. Dengan demikian besaran dampak dari perubahan bentang alam pada kegiatan pematangan lahan adalah tergolong Kecil Kecil dengan nilai perubahan dampaknya Negatif Satu (-1). (-1). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.37 berikut ini.
Tabel 3.37 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Pematangan Lahan PLTU terhadap Perubahan Bentang Alam NO.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING
1.
Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan
2.
Luas wilayah penyebaran dampak
SIFAT PENTING DAMPAK TP
P
KETERANGAN Untuk kegiatan persiapan lahan ini tidak ada. Daerah yang akan dibersihkan merupakan daerah yang telah dibebaskan. sehingga tidak terdapat permukiman ataupun penduduk yang tinggal di lokasi yang dibersihkan. Sesuai dengan rencana pembangunan sarana dan prasarana, luas wilayah persebaran dampak pematangan lahan tergolong tinggi mencakup 226,4
Rona awal kondisi bentang alam sebelum dilakukan pematangan lahan di lokasi power power block termasuk termasuk dalam katagori skala 3 dengan 3 dengan kriteria ketinggian bukit berkisar antara antara 7 - 25 mdpl, satuan perbukitan landai berbukit, tutupan vegetasi berupa kebun pekarangan, kerapatan vegetasi sedang. Setelah dilakukan pematangan lahan, terjadi pemotongan bukit menjadi areal datar berketinggian 3 mdpl, tidak ada vegetasi penutup, dan terbentuk lereng terjal di sisi Barat, sehingga kualitas lingkungan akan turun menjadi skala 2. 2. Dengan demikian besaran dampak dari perubahan bentang alam pada kegiatan pematangan lahan adalah tergolong Kecil Kecil dengan nilai perubahan dampaknya Negatif Satu (-1). (-1). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.37 berikut ini.
Tabel 3.37 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Pematangan Lahan PLTU terhadap Perubahan Bentang Alam NO.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING
SIFAT PENTING DAMPAK TP
1.
Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan
2.
Luas wilayah penyebaran dampak
P
3.
Intensitas dampak
P
Lamanya dampak berlangsung
TP
4.
Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak
P
5.
Sifat Kumulatif dampak
P
6.
Berbalik atau tak berbaliknya dampak
P
7.
Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Sifat Penting Dampak Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
TP
P
KETERANGAN Untuk kegiatan persiapan lahan ini tidak ada. Daerah yang akan dibersihkan merupakan daerah yang telah dibebaskan. sehingga tidak terdapat permukiman ataupun penduduk yang tinggal di lokasi yang dibersihkan. Sesuai dengan rencana pembangunan sarana dan prasarana, luas wilayah persebaran dampak pematangan lahan tergolong tinggi mencakup 226,4 ha. Intensitas dampak pada erosi tergolong kecil karena erosi terjadi hanya pada saat hujan, namun terhadap pemotongan bukit tergolong besar karena akan memotong bukit dari ketinggian 17 m menjadi 3 m dengan volume tanah sebesar 4 juta m 3. Dampak berlangsung selama aktifitas konstruksi yaitu sekitar 3 tahun. Komponen lain yang terkena dampak adalah biota air laut seperti ikan dan t erumbu karang dan mata pencaharian nelayan karena sungai-sungai bermuara ke laut. Dampak bersifat kumulatif, mengingat kegiatan pematangan lahan ini selain bersifat membersihkan permukaan lahan dari vegetasi yang ada namun juga melakukan perubahan terhadap bentukan bentang alam. Pematangan lahan akan tidak berbalik karena setelah pematangan lahan bentang alam yang terganggu tidak dapat kembali ke keadaan semula. Dampak penting negatif dapat ditanggulangi oleh teknologi yang tersedia. Penting
3 - 58
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak kegiatan pematangan lahan pada tahap konstruksi PLTU terhadap perubahan bentang alam masuk kategori dampak penting. penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi penurunan, sehingga dampak tergolongNegatif tergolong Negatif Penting (NP).
Mekanisme aliran dampak kegiatan pematangan lahan PLTU terhadap perubahan bentang alam bersifat langsung pada komponen lingkungan fisik kimia dan selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada lingkungan biologi darat.
Gangguan terhadap Flora Darat Kegiatan konstruksi PLTU di prakirakan akan berdampak pada vegetasi atau flora darat di lokasi blok PLTU. Pada saat kegiatan pematangan lahan akan membuka tutupan lahan (land coverage) yang coverage) yang akan digunakan sebagai tapak pembangunan bangunan utama (Power Block) Block) PLTU yaitu termasuk fasilitas ruang pembangkit, penimbunan batubara, pengolahan limbah cair, dan fasilitas lainnya yang akan sangat berpengaruh pada vegetasi darat khususnya wilayah tapak proyek di sisi sebelah barat yang ekosistemnya masih relatif alami.
Tabel 3.38 Nilai 3.38 Nilai Kesamaan Kerapatan Antara Rona Awal Dengan Kondisi Setelah Ditebang di Lokasi Mangrove JUMLAH INDIVIDU (KLO) POHON PANCANG SEMAI TOTAL Bakau Akar Rhizopora sp 6 1 7 Butun Barringtonia 3 3 Jumlah 9 1 10 Sumber : Data Primer Survei Lapangan, 2013 JENIS
NAMA ILMIAH
TEBANGAN (KLP) 0 0 0
W 0 0 0
Berdasarkan Tabel 3.38 di 3.38 di atas, maka Nilai kesamaan komunitasnya adalah sebagai berikut :
(IS) = ((2x0)/(10+0)) x 100% = 0 %
Nilai diatas menunjukan bahwa antara kondisi KLo dan setelah ditebang (dipindahkan) dari segi jumlah individu (kerapatan) hanya mempunyai tingkat kesamaan 0 % artinya akan terjadi kehilangan jumlah individu mangrove sekitar 100 %. Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 201 Tahun 2004 tentang Kriteria Baku dan Pedoman Penentuan Kerusakan Mangrove, maka kondisi mangrove di lokasi tapak proyek dapat dikategorikan sudah rusak/ jarang karena kerapatannya di bawah 1.000 pohon/ha.
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 59
Tabel 3.39 Kriteria Baku Kerusakan Mangrove KERAPATAN (POHON/HA) Sangat Padat > 75 > 1.500 Baik Sedang ≥50 – ≤ 75 ≥ 1.000 1.000 – – ≤ 1.500 1.500 Rusak Jarang < 50 < 1.000 Sumber : Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 201 Tahun 2004 KRITERIA
PENUTUPAN (%)
Secara jumlah individu mangrove yang ditemukan memang kondisinya sudah masuk dalam kategori buruk namun berdasarkan keterdapatan flora yang bernilai penting maka kondisi rona awal di lokasi kegiatan PLTU masuk dalam kategori skala 3. 3. Sedangkan pada saat kondisi rona akhir yaitu pada saat kegiatan pematangan lahan yang akan menghilangkan seluruh individu vegetasi yang ada berdasarkan perhitungan prakiraan dampak maka skala kualitas lingkungan akan menurun menjadiskala menjadi skala 1. 1. Dengan demikian besaran dampak dari kegiatan pematangan lahan pada komponen flora darat adalah tergolongSedang tergolong Sedang dengan dengan nilai perubahan dampaknya Negatif Dua (-2). (-2).
Begitu pula dengan kondisi jenis-jenis vegetasi yang lain, jika pematangan lahan akan dilakukan pada areal seluas 226,4 Ha (pada areal Blok PLTU) maka tidak berbeda jauh dengan kondisi mangrove yang ditemukan artinya dari segi jumlah individu (kerapatan) akan terjadi kehilangan jumlah individu sebesar 100 %. Areal seluas 226,4 Ha tersebut mencakup dua titik pengamatan yaitu BD 2 dan BD 3 dimana ditemukan jenis vegetasi sengon(Albazia sengon(Albazia falcataria) falcataria) dan cokelat (Theobroma cacao) cacao) yang mendominasi di areal BD 2 dan jenis melati (Jasminum sambac) pada lokasi BD 3. Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.40 berikut ini.
Tabel 3.40 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Pematangan Lahan PLTU terhadap Gangguan Flora Darat NO.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING
SIFAT PENTING DAMPAK P
1.
Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan
2.
Luas wilayah penyebaran dampak
TP
3.
Intensitas dampak
P
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
KETERANGAN Jumlah penduduk yang menerima manfaat dari kegiatan pematangan lahanlebih sedikit dari jumlah manusia yang terkena dampak negatif penting, jika diasumsikan penduduk yang menerima manfaat adalah para pekerja lokal yang dilibatkan pada kegiatan proyek sekitar 10.400 orang maka dibandingkan dengan jumlah penduduk yang terkena dampak negatifnya yang kehilangan kebun dan lahan sawahnyaserta dampak turunannya dari kondisi vegetasi yang hilang yaitudari 13 desa yang terkena dampak terdekat berjumlah 41.092 orang maka dampaknya menjadi penting. Wilayah yang terpengaruh langsung dengan kegiatan pematangan lahan pembangunan PLTU terbatas pada areal kegiatan konstruksi seluas 226,4 Ha Intensitas dampak gangguan flora darat dinilai sedang, populasi terkena dampak terpengaruh karena kerapatan 3 - 60
NO.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING
SIFAT PENTING DAMPAK
Lamanya dampak berlangsung
P
4.
Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak
P
5.
Sifat Kumulatif dampak
TP
6.
Berbalik atau tak berbaliknya dampak 7. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Sifat Penting Dampak Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
TP
KETERANGAN pohon dari <1000 berubah menjadi 0. Rencana usaha atau kegiatan akan menyebabkan perubahan pada sifat-sifat fisik atau hayati sehingga menimbulkan gangguan terhadap flora darat. berlangsung selama tahap konstruksi dan bisa berlanjut sampai tahap operasiyang berarti lebih dari 3 t ahun. Menimbulkan dampak sekunder dan dampak lanjutan lainnya, hilangnya vegetasi berpengaruh terhadap keberlangsungan fauna yang ada di dalamnya (merupakan satu mata rantai kehidupan) Tidak kumulatif karena kegiatan pembangunan konstruksi bangunan utama PLTU berhenti setelah pembangunan selesai, sehingga dampak yang ditimbulkan sifatnya menjaditidak penting. Dampaknya dapat dipulihkan
TP
Dampak penting yang ditimbulkan dapat ditanggulangi oleh teknologi yang tersedia
P
Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak kegiatan pematangan lahan pada tahap konstruksi PLTU terhadap gangguan flora darat masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi penurunan, sehingga dampak tergolongNegatif Penting (NP).
Gangguan terhadap Fauna Darat Kegiatan konstruksi PLTU pada saat pematangan lahan akan membuka tutupan lahan (land coverage) yang akan digunakan sebagai tapak pembangunan bangunan utama (Power Block) PLTU diprakirakan selain berdampak pada flora darat juga akan berdampak pada fauna darat. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan rona awal lokasi kegiatan PLTU tergolong dalam skala 4 dan masih ditemukannya fauna yang dilindungi terutama dari jenis aves dari 70 jenis burung yang ditemukan 14 jenis di antaranya masuk dalam katagori dilindungi menurut PP Nomor 7 Tahun 1999 tentang pengawetan jenis tumbuhan dan satwa. Sedangkan berdasarkan daftar merah (redlist) 12 jenis masuk Least Concern (LC) dan 2 jenis masuk dalam daftar Near Threatened (NT) dan semuanya bukan spesies endemik Pulau Jawa. Keberadaan jenis-jenis burung pada lokasi berkaitan dengan kondisi vegetasi sebagai tempat beraktivitas, mencari makan, tempat berlindung, beradaptasi maupun bersarang. Oleh karena itu pada saat pematangan lahan dimana vegetasi dilokasi tersebut akan ditebang maupun dipindahkan akan memberikan dampak penurunan terhadap jumlah jenis dan kelimpahan terhadap keberadaan fauna-fauna tersebut, lokasi tempat beraktivitas, mencari makan, tempat berlindung, beradaptasi maupun bersarang fauna tersebut terganggu. Penurunan ataupun dampak negatif
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 61
yang muncul dapat di kategorikan menjadi skala 3 karena jika dibandingkan dengan luasan area yang akan dilakukan pematangan lahan dengan total luasan 13 desa terdampak maupun dari 10 titik sampling fauna darat yang disurvei maka keberadaan fauna-fauna tersebut akan terjadi penurunan. Dengan demikian besaran dampak terhadap gangguan fauna darat pada kegiatan pematangan lahan adalah tergolong Kecil dengan nilai perubahan dampaknya Negatif Satu (-1). Penentuan pentingnya dampak tertera pada Tabel 3.41 berikut ini. Tabel 3.41 Penentuan Sifat Penting Dampak Penting Kegiatan Pematangan Lahan PLTU terhadap Gangguan Fauna Darat
1.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan
NILAI PENTING P
2.
Luas wilayah penyebaran dampak
TP
3.
Intensitas dampak
P
Lamanya dampak berlangsung
P
4.
Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak
P
5.
Sifat Kumulatif dampak
TP
NO.
6.
Berbalik atau tak berbaliknya dampak 7. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Sifat Penting Dampak Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
TP
KETERANGAN Jumlah penduduk yang menerima manfaat dari kegiatan pematangan lahan lebih sedikit dari jumlah manusia yang terkena dampak negatif penting, jika diasumsikan penduduk yang menerima manfaat adalah para pekerja lokal yang dilibatkan pada kegiatan proyek sekitar 10.400 orang maka dibandingkan dengan jumlah penduduk yang terkena dampak negatifnya yang kehilangan kebun dan lahan sawahnya serta dampak turunannya dari kondisi vegetasi dan fauna yang hilang yaitu dari 3 desa yang terkena dampak terdekat berjumlah 41.092 orang maka dampaknya menjadi penting. Wilayah yang terpengaruh langsung dengan kegiatan pematangan lahan pembangunan PLTU terbatas pada areal kegiatan konstruksi seluas 226,4 Ha Intensitas dampak gangguan fauna darat dinilai sedang, rencana kegiatan menyebabkan perubahan pada sifat fisik hayati sehingga menyebabkan spesies dan habitat alaminya terancam kerusakan/punah. Kegiatan berlangsung selama tahap konstruksi dan dapat berlanjut sampai tahap operasi. Menimbulkan dampak sekunder dan dampak lanjutan lainnya, keberlangsungan fauna yang ada di dalamnya (merupakan satu mata rantai kehidupan) Tidak kumulatif karena kegiatan pembangunan konstruksi bangunan utama PLTU berhenti setelah pembangunan selesai, sehingga dampak yang ditimbulkan sifatnya menjadi tidak penting. Dampaknya dapat dipulihkan
TP
Dampak penting negatif yang ditimbulkan dapat ditanggulangi oleh teknologi yang tersedia
P
Penting
3 - 62
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak kegiatan pematangan lahan pada tahap konstruksi PLTU terhadap gangguan fauna darat masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi penurunan, sehingga dampak tergolongNegatif Penting (NP).
Peningkatan Debit Air Larian Kegiatan yang berpotensi meningkatkan terjadinya peningkatan air larian (run off) adalah kegiatan pematangan lahan. Pekerjaan pematangan lahan ini di prakirakan berpotensi meningkatkan air larian dikarenakan akan merubah penggunaan lahan. Besarnya perkiraan debit air larian pada tapak kegiatan dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut ini :
Q = 0,278 . C.I.A
Dimana : Q = Debit limpasan (m3/detik) C = Koefisien limpasan I = Intensitas curah hujan (mm/jam) A = Luas daerah tangkapan hujan (km2)
Tabel 3.42 Nilai Koefisien Limpasan (C) untuk Perhitungan Limpasan
LAHAN
LERENG (%)
0-5 5 - 10 10 - 30 0-5 Padang Rumput 5 - 10 10 - 30 0-5 Pertanian 5 - 10 10 - 30 Sumber : Schwab, et.al (1981) Hutan
LEMPUNG BERPASIR (SANDY LOAM ) 0,10 0,25 0,30 0,10 0,15 0,20 0,30 0,40 0,50
TEKSTUR TANAH LIAT DAN LEMPUNG LIAT BERAT BERDEBU (TIGHT CLAY ) (CLAY AND SILT LOAM ) 0,30 0,40 0,35 0,50 0,50 0,60 0,30 0,40 0,35 0,55 0,40 0,60 0,50 0,60 0,60 0,70 0,70 0,80
Tabel 3.43 Nilai koefisien Limpasan (C) untuk Daerah Sub-Urban/ Urban DESKRIPSI DAERAH Berdasarkan Tutupan Lahan - Daerah Perdagangan - Daerah Hunian Urban
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
NILAI KOEFISIEN LIMPASAN 0,70 – 0,95 0,30 – 0,70
3 - 63
DESKRIPSI DAERAH Daerah Hunian Sub Urban Apartemen Industri Ringan Industri Berat Taman/Kuburan Rel Kereta Api Berdasarkan Jenis Permukaan - Aspal/Semen - Batu Bata - Atap - Lapangan Rumput Tanah Pasir - Lapangan Rumput Tanah Liat Sumber :Hammer, et.al (1981)
-
NILAI KOEFISIEN LIMPASAN 0,25 – 0,40 0,50 – 0,70 0,50 – 0,80 0,60 – 0,90 0,25 – 0,70 0,25 – 0,35 0,76 – 0,95 0,70 – 0,85 0,75 – 0,95 0,05 – 0,20 0,13 – 0,35
Koefisien limpasan pada kondisi saat ini jika dilihat dari topografi kemiringan lereng pada tapak power block adalah 0 - 2 % dan penggunaan lahan adalah lahan pertanian sawah lempung berpasir maka menurut Tabel 3.39 di atas koefisisen limpasan (C) kondisi saat ini adalah 0,30. Berdasarkan rumus tersebut diatas maka besarnya debit air larian pada kondisi saat ini di area power block adalah :
Q = 0,278 x 0,30 x 0,267 mm/jam x 2,264 km2 = 0,0504 m3 /detik
Sedangkan prakiraan dampak untuk kondisi jika terjadi pematangan lahan diperkiraan berdasarkan Tabel 3.43 maka nilai koefisien limpasan masuk dalam kriteria industri berat sehingga akan meningkat pada kisaran 0,60 – 0,90 maka kita ambil angka tertinggi yaitu 0,90. Berdasarkan hal tersebut perkiraan debit air larian pada kondisi setelah pematangan lahan adalah :
Q = 0,278 x 0,90 x 0,267 mm/jam x 2,264 km2 = 0,1512 m3 /detik
Sehinggaantara kondisi KLo dengan KLp terjadi peningkatan debit air larian sebesar 0,1008 m3/detik. Berdasarkan skala kualitas lingkungan kondisi KLo masuk dalam skala 5 dan pada saat KLp juga masih masuk dalam kriteria skala 5 sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai besaran dampaknya tergolongTidak Ada Dampak dengan nilai perubahan dampaknya Tidak Ada Perubahan (0). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.44 berikut ini.
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 64
Tabel 3.44 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Pematangan Lahan PLTU terhadap Peningkatan Debit Air Larian NO.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING
SIFAT PENTING DAMPAK TP
1.
Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan
2.
Luas wilayah penyebaran dampak
TP
3.
Intensitas dampak
TP
Lamanya dampak berlangsung
TP
Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak Sifat Kumulatif dampak
TP
4. 5.
6.
Berbalik atau tak berbaliknya dampak 7. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Sifat Penting Dampak Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
TP
TP
KETERANGAN Jumlah penduduk yang menerima dampak negatif lebih kecil dari jumlah manusia yang terkena dampak positif atau hampir tidak ada penduduk yang terkena dampak perubahan debit air larian. Luas persebaran dampak lebih kecil dibandingkan dengan luas wilayah rencana kegiatan .Wilayah yang terpengaruh langsung dengan kegiatan pematangan lahan pembangunan PLTU terbatas pada areal kegiatan konstruksi seluas 226,4 Ha Intensitas dampak Ringan, populasi terkena dampak tidak terpengaruh. Debit air larian meningkat dari 0,504 menjadi 0,1512 m3/det dan tidak menyebabkan kenaikan melebihi baku mutu. Hanya berlangsung selama tahap konstruksi pematangan lahan Hanya merupakan dampak primer tidak menimbulkan dampak sekunder Tidak kumulatifkarena kegiatan pembangunan konstruksi bangunan utama PLTU berhenti setelah pembangunan selesai, sehingga dampak yang ditimbulkan sifatnya menjaditidak penting. Dampaknya dapat dipulihkan
TP
Dampak penting negatif yang ditimbulkan dapat ditanggulangi oleh teknologi yang tersedia
TP
Tidak Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak kegiatan pematangan lahan pada tahap konstruksi PLTU terhadap peningkatan debit air larian masuk kategori dampak tidak penting penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan tidak terjadi perubahan, sehingga dampak tergolongTidak Penting (TP).
Peningkatan Peluang Berusaha Kehadiran tenaga kerja dari luar yang berjumlah sekitar 5.720 – 6. 240 orang akan membutuhkan makan/ minum dan kebutuhan sehari-hari, serta butuh tempat tinggal. Pemenuhan kebutuhan primer untuk tenaga pendatang ini merupakan peluang usaha bagi masyarakat sekitar lokasi pembangunan PLTU. Dari pengalaman kegiatan sejenis, sebagian tenaga kerja dari luar biasanya juga membawa kendaraan (sepeda motor) untuk kebutuhan transportasi ke tempat kerja. Kendaraan-kendaraan tersebut membutuhkan tempat penitipan sepeda motor, yang berarti juga membuka peluang masyarakat sekitarnya untuk membuka tempat
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 65
penitipan sepeda motor. Rona awal peluang usaha di wilayah studi masuk dalam kategoriskala 3 (Lampiran 2P) dengan peluang berusaha 5 – 10 % rumah tangga. Dimana jumlah 5 – 10% rumah tangga ini merupakan rumah tangga yang mempunyai pekerjaan utama di bidang perdagangan barang dan jasa. Munculnya peluang usaha ini diperkirakan akan memunculkan ketidakseimbangan pada lingkungan sosial yang bersifat meningkatkan kualitas lingkungan menjadi skala 5 (Lampiran 2P) dengan peluang usaha menjadi diatas 15 % rumah tangga dengan pendapatan diatas UMR Kabupaten Batang. Dengan demikian besaran dampak terhadap meningkatnya peluang berusaha pada tahap konstruksi adalah tergolongSedang (Lampiran 2P) dengan nilai perubahan dampaknya Positif Dua (+2). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.45 berikut ini. Analisis rinci penentuan dampak kegiatan pematangan lahan terhadap peningkatan peluang berusaha dapat dilihat pada Lampiran 3D poin 1.2.3.1. Tabel 3.45 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Pematangan Lahan PLTU terhadap Peningkatan Peluang Berusaha NO. 1.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan
NILAI PENTING P
2.
Luas wilayah penyebaran dampak
P
3.
Intensitas dampak
P
Lamanya dampak berlangsung Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak Sifat Kumulatif dampak
TP P
4.
5. 6.
P
Berbalik atau tak berbaliknya P dampak 7. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Sifat Penting Dampak P Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
KETERANGAN Jumlah penduduk yang terkena dampak positif mencakup sekitar 460 - 920 keluarga yang merupakan rumah tangga yang mempunyai pekerjaan utama di bidang perdagangan barang dan jasa Dampak mencakup seluruh wilayah studi meliputi Desa Ujungnegoro, Ponowareng, Karanggeneng, Kedungsegog, Kenconorejo, Simbangjati, Beji, Tulis, Sembojo, Wringingintung, Wonokerso, Bakalan, dan Juragan Intensitas dampak tinggi mengingat terbatasnya peluang usaha. Dampak hanya akan berlangsung tahap konstruksi Menimbulkan dampak sekunder pada pendapatan dan persepsi masyarakat Matapencaharian adalah salah satu sumbernaf, nafkah sehingga dampak bersifat kumulatif Melalui pengelolaan yang baik dampak positif dapat ditingkatkan Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak kegiatan pematangan lahan pada tahap konstruksi PLTU terhadap peluang berusaha masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi peningkatan, sehingga dampak tergolong Positif Penting (PP). Untuk mewujudkan terciptanya
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 66
kesimbangan baru yang positif diperlukan fasilitasi dan penyediaan sarana baru untuk menjaga peluang warga yang terkena dampak memanfaatkan peluang usaha yang muncul.
Mekanisme aliran dampak peningkatan peluang berusaha pada kegiatan konstruksi PLTU bersifat langsung pada komponen lingkungan sosial ekonomi dan budaya dan selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada lingkungan sosial lainnya serta dampak balik pada rencana kegiatan pembangunan PLTU
.
Peningkatan Pendapatan Kegiatan pematangan lahan diperkirakan akan memberi dampak positif terhadap kesempatan kerja, peluang berusaha dan memberi dampak ikutan adanya peningkatan pendapatan. Warga yang memenuhi syarat dan dapat mengambil kesempatan kerja pada tahap konstruksi PLTU secara langsung akan mendapat manfaat peningkatan pendapatan. Di sisi lain banyaknya tenaga kerja dari luar akan membuka peluang berusaha dengan usaha pemenuhan kebutuhan hidup para tenaga kerja dari luar tersebut. Berbagai peluang berusaha meliputi penyediaan tempat tinggal dan pememuhan kebutuhan makan/ minum serta kebutuhan hidup seharihari, selain itu juga peluang membuka penitipan sepeda motor. Rona awal pendapatan masyarakat masuk dalam kategori skala 3 (Lampiran 2P). Dengan demikian terjadi ketidakseimbangan dalam lingkungan sosial, namun demikian perubahan pendapatan akibat adanya peluang usaha selama kegiatan pematangan lahan diperkirakan akan meningkatkan kualitas lingkungan menjadi skala 5 (Lampiran 2P). Dengan demikian besaran dampak terhadap peningkatan pendapatan pada tahap konstruksi adalah Sedang (Lampiran 2P), dengan nilai perubahan dampak adalah Positif Dua (+2). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.46 berikut ini. Analisis rinci penentuan dampak kegiatan mobilisasi alat dan material terhadap gangguan kenyamanan dapat dilihat pada Lampiran 3D poin 1.2.3.2.
Tabel 3.46 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Pematangan Lahan Terhadap Peningkatan Pendapatan NO. 1.
2.
3.
4.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan Luas wilayah penyebaran dampak
SIFAT PENTING DAMPAK P
P
Intensitas dampak
P
Lamanya dampak berlangsung Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak
TP P
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
KETERANGAN Jumlah penduduk terkena dampak sekitar 9.166 keluarga di wilayah studi. Dampak mencakup seluruh wilayah studi meliputi Desa Ujungnegoro, Ponowareng, Karanggeneng, Kedungsegog, Kenconorejo, Simbangjati, Beji, Tulis, Sembojo, Wringingintung, Wonokerso, Bakalan, dan Juragan Intensitas dampak tinggi mengingat: ada peluang untuk memperoleh penambahan dan/atau pendapatan keluarga masih sangat dibutuhkan Dampak hanya akan berlangsung tahap konstruksi Menimbulkan dampak sekunder pada persepsi masyarakat
3 - 67
NO. 5.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING Sifat Kumulatif dampak
6.
SIFAT PENTING DAMPAK P
Berbalik atau tak berbaliknya P dampak 7. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Sifat Penting Dampak P Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
KETERANGAN Pendapatan menjadi salah satu sumber penunjang utama kehidupan, sehingga dampak bersifat kumulatif Melalui pengelolaan yang baik dampak positif dapat ditingkatkan Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak kegiatan pematangan lahan pada tahap konstruksi PLTU terhadap peningkatan pendapatan masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi penurunan, sehingga dampak tergolong Positif Penting (PP). Untuk mewujudkan terciptanya kesimbangan baru yang positif diperlukan fasilitasi dan penyediaan sarana serta prasarana baru untuk menjaga peluang usaha dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar proyek, sehingga warga sekitar proyek dapat memperoleh pendapatan.
Mekanisme aliran dampak peningkatan pendapatan pada kegiatan konstruksi PLTU bersifat langsung pada komponen lingkungan sosial ekonomi dan budaya dan selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada lingkungan sosial lainnya.
Perubahan Persepsi Masyarakat Kegiatan pematangan lahan diperkirakan dapat menimbulkan peluang usaha yang pada gilirannya akan menambah tingkat pendapatan, yang dapat memunculkan persepsi positif. Muncul ketidakseimbangan dari kegiatan ini harus di fasilitasi agar muncul keseimbangan baru.
Rona kualitas lingkungan pada aspek persepsi masyarakat masuk dalam kategori baik atauskala 4 (lampiran 2P) dimana masyarakat mendukung rencana kegiatan pembangunan PLTU. Kegiatan pematangan lahan material diprediksikan akan meningkatkan skala kualitas lingkungan persepsi masyarakat menjadiskala 5 (sangat baik), karena menimbulkan peluang usaha sehingga dapat meningkatkan pendapatan. Penurunan persepsi masyarakat tergolong Kecil (Lampiran 2P) dengan nilai perubahan dampaknya Positif Satu (+1).
Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.47 berikut ini. Analisis rinci penentuan dampak kegiatan mobilisasi alat dan material terhadap gangguan kenyamanan dapat dilihat pada Lampiran 3D poin 1.2.3.3.
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 68
Tabel 3.47 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Pematangan Lahan PLTU terhadap Perubahan Persepsi Masyarakat NO. 1.
2.
3.
4.
5.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan Luas wilayah penyebaran dampak
SIFAT PENTING DAMPAK P
P
Intensitas dampak
P
Lamanya dampak berlangsung Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak Sifat Kumulatif dampak
P TP
P
6.
Berbalik atau tak berbaliknya TP dampak 7. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Sifat Penting Dampak P Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
KETERANGAN Jumlah penduduk yang terkena dampak seluruh penduduk di wilayah studi sejumlah 41.092 jiwa
Dampak mencakup seluruh wilayah studi meliputi Desa Ujungnegoro, Ponowareng, Karanggeneng, Kedungsegog, Kenconorejo, Simbangjati, Beji, Tulis, Sembojo, Wringingintung, Wonokerso, Bakalan, dan Juragan Intensitas dampak cukup tinggi mengingat tajamnya perbedaan sikap masyarakat Dampak diprediksikan akan berlangsung selama tahap konstruksi, namun cukup lama yakni tiga t ahun Tidak membawa dampak ikutan pada komponen lain
Dapat bersifat kumulatif karena dan berlanjut pada tahap operasi Dengan pengelolaan terprogram dampak dapat dipulihkan Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak kegiatan pematangan lahan pada tahap konstruksi PLTU terhadap perubahan persepsi masyarakat masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi penurunan, sehingga dampak tergolong Positif Penting (PP). Untuk mewujudkan terciptanya kesimbangan baru berupa peningkatan persepsi positif dan memulihkan persepsi negatif yang muncul, diperlukan fasilitasi dan penyediaan sarana serta prasarana baru untuk
menjaga dan
mempertahankan persepsi positif di kalangan masyarakat yang terkena dampak.
Mekanisme aliran dampak kegiatan kegiatan konstruksi PLTU terhadap perubahan persepsi masyarakat bersifat langsung pada komponen lingkungan sosial ekonomi dan budaya yang selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada lingkungan sosial lainnya.
d. Kegiatan Pembangunan Bangunan Utama PLTU dan Fasilitas Penunjangnya Peningkatan Getaran Dampak terjadinya peningkatan getaran bersumber dari kegiatan pematangan lahan dan pembangunan PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 69
bangunan utama yang menggunakan beberapa alat-alat berat seperti Dump Truck, Buldozer, Excavator, Compactor, dan Temping Rammer. Berdasarkan hasil pengukuran nilai simpangan getaran ditinjau dari segi kenyamanan dan kesehatan manusia pada seluruh lokasi yang dikorelasikan dengan KEP-49 MENLH/11/1996 sebagai tolok ukur menunjukan bahwa getaran yang tercatat termasuk kriteria tidak mengganggu. Berdasarkan acuan tersebut menunjukan bahwa tingkat getaran masih berada pada kategori diizinkan, artinya termasuk kriteria sangat baik atau tidak mengganggu (Skala 5).
Langkah-langkah yang dilakukan untuk memprakirakan dampak getaran dari pile driver terhadap kerusakan bangunan adalah sebagai berikut :
Asumsi yang digunakan :
- Peralatan yang digunakan untuk pekerjaan kontruksi sebagai sumber dampak getaran adalah Pile driver - Jarak permukiman terdekat adalah sekitar 200 m dari sumber getar
Formula yang digunakan adalah :
PPV(D) = PPVref x [25/D]n
Dimana : PPV(D) = Tingkat kecepatan getaran pada jarak D (in/dt) PPVref = Referensi tingkat kecepatan getaran sumber pada jarak 25 ft untukimpact pile driving adalah 0,644 in/dt D
= Jarak sumber getar dengan reseptor (ft)
n
= propagation coefficient = 1.5
Sehingga berdasarkan rumusan tersebut maka diprakirakan getaran pada reseptor (permukman) yang berjarak sekitar 200 meter (656 ft) adalah sebagai berikut :
PPV(D) = 0,644 x [25/656]1,5 = 0,004 in/dt = 0,1 mm/dt
Langkah-langkah yang dilakukan untuk memprakirakan dampak getaran dari pile driver terhadap kenyamanan penduduk adalah sebagai berikut :
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 70
Asumsi yang digunakan :
- Peralatan yang digunakan untuk pekerjaan kontruksi sebagai sumber dampak getaran adalahPile driver - Jarak permukiman terdekat adalah sekitar 200 m dari sumber getar Formula yang digunakan untuk memprakirakan dampak getaran dari pile driver sesuai dengan U.S.Federal Transit Administration Guidance (2006) :
LV(D) = LV (ref) – 20 log (D/25) Dimana : LV(D) = Tingkat kecepatan getaran pada jarak D (VdB) LV (ref) = Referensi tingkat kecepatan getaran sumber pada jarak 25 ft untukimpact pile driver adalah 104 VdB D
= Jarak sumber getar dengan reseptor (ft)
Sehingga berdasarkan rumusan tersebut maka diprakirakan getaran pada reseptor yang berjarak sekitar 200 meter (656 ft) adalah sebagai berikut :
LV(D) = 104 – 20 log (656/25) = 67,66 VdB = 0,027 micron
Hasil prakiraan dampak getaran yang ditimbulkan oleh aktivitas pile driver terlihat pada Tabel 3.48 berikut ini.
Tabel 3.48 Tingkat Getaran pada Saat Kegiatan Pematangan Lahan dan Bangunan Utama SIMPANGAN (MIKRON) 1 50 0,027 BM*) 8 Sumber : Hasil Perhitungan, (2013) *) Kep-49 MENLH/11/1996 NO
FREKUENSI
KECEPATAN GETARAN (MM/DT) 0,1 1
Dengan membandingkan Kep-49 MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Getaran Terhadap Struktur Bangunan dan Kenyamanan Manusia di lokasi rencana pembangunan PLTU, maka hasil pengukuran tersebut pada jarak 9,3 m dari kegiatan pembangunan bangunan utama tergolong tidak mengganggu. Jarak pemukiman terdekat dari pagar pembatas lahan pembangkit adalah sekitar 200 m, sehingga dampak getaran
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 71
tersebut akan menjadi lebih kecil lagi dan dapat digolongkan kriteria tidak menggangu (Skala 5). Dengan demikian besaran dampak terhadap peningkatan getaran adalah tergolong Tidak ada dampak dengan nilai perubahan dampaknya Tidak Ada Perubahan (0). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.49 berikut ini.
Tabel 3.49 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Pembangunan Bangunan Utama PLTU terhadap Peningkatan Getaran NO.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING
SIFAT PENTING DAMPAK TP
1.
Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan
2.
Luas wilayah penyebaran dampak
TP
3.
Intensitas dampak
P
Lamanya dampak berlangsung
TP
4.
Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak 5. Sifat Kumulatif dampak 6. Berbalik atau tak berbaliknya dampak 7. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Sifat Penting Dampak Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
TP
TP TP
KETERANGAN Jumlah penduduk yang terkena dampaknegatif adalah penduduk yang terdekat dengan lokasi PLTU seperi desa Ujungnegoro, Karanggeneng dan Ponowareng. Jumlah penduduk di tiga desa tersebut adalah sekitar 12.258 orang. Jika diasumsikan penduduk yang terkena dampak adalah yang rumahnya dekat sekali dengan lokasi PLTU sekit ar 5%, maka jumlah penduduk yang terkena dampak adalah sekitar 613 orang. Jumlah ini lebih kecil dari penduduk yang akan menerima manfaat seperti yang bekerja di PLTU sebanyak 10.400 orang. Luas sebaran dampak dampak getaran tergolong kecil kurang dari 200m dari sumber dampak sehingga lebih kecil dari 226,4 Ha. Intensitas dampak tergolong tinggi, dapat melebihi baku mutu lingkungan pada sumber dampak dengan getaran tertinggi 92,1 mikro meter dengan kecepatan tertinggi 7,25 mm/det. Dampak berlangsung selama kegiatan pematangan lahan dan pembangunan bangunan utama PLTU pada tahap konstruksi. Tidak terdapat komponen lain yang terkena dampak yakni gangguan kenyamanan masyarakat dan kerusakan bangunan. Dampak peningkatan getaran tidak bersifat kumulatif Dampaknya dapat dipulihkan (berbalik)
TP
Dampak penting negatif yang ditimbulkan dapat ditanggulangi oleh teknologi yang tersedia
TP
Tidak Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak kegiatan pematangan lahan pada tahap konstruksi PLTU terhadap peningkatan getaran masuk kategori dampak tidak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan tidak terjadi perubahan skala kualitas lingkungan, namun demikian dampak bersifat Tidak Penting (TP).
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 72
Mekanisme aliran dampak kegiatan pematangan lahan dan bangunan utama PLTU terhadap peningkatan getaran bersifat langsung pada komponen lingkungan fisik kimia dan selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada lingkungan sosial lainnya gangguan kenyamanan masyarakat.
Penurunan Kualitas Air Laut Bangunan utama PLTU dan fasilitas penunjangnya yang akan dibangun dan diperkirakan berdampak langsung terhadap air laut adalah pembangunan sistem air pendingin. Sistem air pendingin akan menggunakan pipa intake dan outfall yang dikubur di dasar laut. Pada ujung pipa intake dilengkapi oleh bar screen untuk mencegah biota air tersedot ke dalam intake. Kegiatan konstruksi bangunan utama PLTU terutama untuk bangunan di laut seperti pipa intake dan outfall diperkirakan akan menimbulkan kekeruhan pada air laut dan meningkatnya padatan tersuspensi atau Total Suspended Solids (TSS). Sumber pencemar berasal dari adanya pekerjaan konstruksi yang terbawa kedalam air laut sejak pemasangan pipa intake, pipa outfall , dan penutupan dengan menggunakan material gravel pada bekas galian di laut. Potensi dampak berlangsung terutama selama tahap pengerukan. Oleh karena itu akan sangat berpotensi terjadinya penurunan kualitas air laut, terutama peningkatan total suspended solids (TSS.
Rona awal dari kualitas air laut di sekitar lokasi proyek pembangunan PLTU masih termasuk dalam skala 3 dengan TSS terukur berkisar antara 8 - 18 mg/L .
Rona akhir TSS di sekitar lokasi konstruksi bangunan utama PLTU terutama untuk bangunan di laut seperti pipa intake dan outfall sehingga kualitasnya berubah (<20 mg/l) dengan skala kualitas lingkungan menjadi skala 2. Dengan demikian besaran dampak terhadap kualitas air laut dengan adanya kegiatan operasional PLTU adalah Besar dengan dengan nilai perubahan dampaknya Negatif Satu (-1). Penentuan pentingnya dampak tertera pada Tabel 3.50 berikut ini.
Tabel 3.50 Penentuan Bobot Dampak Penting Kegiatan Pembangunan Bangunan Utama PLTU dan Fasilitas Penunjangnya terhadap Penurunan Kualitas Air Laut NO. 1.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING
2.
Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan Luas wilayah penyebaran dampak
3.
Intensitas dampak
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
SIFAT PENTING DAMPAK TP
P
P
KETERANGAN Jumlah penduduk yang menerima dampak negatifhampir tidak ada karena dampak TSS langsung mempengaruhi kualitas air laut. Wilayah yang terpengaruh langsung adalah pada areal sekitar intake, jalur outfall, dan jetty dan dengan radius sekitar40,39 Km2 disekitar perairan ujungnegoro Roban. Intensitas dampak yang ditimbulkan dari kegiatan ini cukup berat karena pada sumber dampak TSS dapat meningkat mencapai 100 – 280 mg/l dan berlangsung cepat lebih tinggi dari baku mutu 20
3 - 73
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING
NO.
SIFAT PENTING DAMPAK
Lamanya dampak berlangsung
TP
4.
Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak
P
5. 6.
Sifat Kumulatif dampak Berbalik atau tak berbaliknya dampak
TP TP
7.
Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Sifat Penting Dampak Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
P
P
KETERANGAN mg/l. Lamanya dampak meliputi tahapan pengerukan pada intake dan jetty dan pengerukan pada outfall. Dampak berlangsung lebih dari 6 bulan saat pekerjaan pengerukan dilakukan.. Kegiatan pengerukan akan menimbulkan dampak sekunder dan dampak lanjutannya terhadap biota air laut seperti ikan dan terumbu karang, dan mata pencaharian nelayan. Dampaknya tidak bersifat kumulatif Dampak yang timbul merupakan dampak terbalikkan, atau dapat dipulihkan Kegiatan pengerukan yang menimbulkan gangguan terhadap kualitas air laut tidak dapat ditanggulangi oleh teknologi yang tersedia Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak kegiatan pembangunan bangunan utama PLTU dan fasitas penunjang pada tahap konstruksi terhadap penurunan kualitas air laut masuk kategoridampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi penurunan, sehingga dampak tergolong Negatif Penting (NP).
Gangguan terhadap Biota Laut Kegiatan konstruksi bangunan utama PLTU terutama untuk bangunan di laut seperti saluran intake dan outfall diperkirakan akan menimbulkan cemaran dan kekeruhan pada air laut. Kekeruhan air laut ini akan berpengaruh secara langsung terhadap sedimentasi di sekitar Karang Kretek yang terletak sekitar 500 m di sebelah timur pipa outfall dan Karang Maeso yang terletak sekitar 1.000 m di sebelah barat pipa intake. Data Review KKLD menyebutkan bahwa tutupan Karang Kretek <5%, sehingga keberadaannya perlu diperhatikan. Sementara itu hasil penelitian rona awal lingkungan plankton dan benthos di kawasan perairan laut daerah sekitar Terumbu Karang Kretek dan jalur outfall diketahui memiliki kondisi lingkungan sedang (skala 3) dengan indeks keanekaragaman 1,77 – 1,82 dan indeks keanekaragaman benthos 1,24 – 1,28, sehingga diperkirakan akan terjadi penurunan pada skala 1 akibat kekeruhan yang timbul dari kegiatan konstruksi bangunan intake dan outfall . Dengan demikian dampaknya tergolong Sedang dengan nilai perubahan dampaknya Ngetaif Dua (-2). Penentuan pentingnya dampak tertera pada Tabel 3.51 berikut ini.
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 74
Tabel 3.51 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Pembangunan Bangunan UtamaPLTU terhadap Gangguan Biota Laut NO.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING
SIFAT PENTING DAMPAK P
1.
Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan
2.
Luas wilayah penyebaran dampak
TP
3.
Intensitas dampak
TP
4.
Lamanya dampak berlangsung Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak
TP P
5.
Sifat Kumulatif dampak
TP
6.
Berbalik atau tak berbaliknya dampak
P
7.
Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
TP
Sifat Penting Dampak Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
P
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
KETERANGAN Kegiatan konstruksi bangunan utama PLTU terutama bangunan yang berada diperairan laut menyebabkan kekeruhan dan berakibat terhalangnya sinar matahari untuk proses fotosintesis bagi pertumbuhan terumbu karang dan fitoplankton. Hal ini akan mempengaruhi kemelimpahan plankton sebagai sumber makanan bagi beberapa jenis ikan (nekton) dan juga mengurangi kemelimpahan ikan yang hidup di daerah terumbu karang kretek. Sampai saat ini kawasan perairan terumbu karang kretek masih menjadi daerah penangkapan ikan sehingga kegiatan konstruksi tersebut berdampak langsung bagi masyarakat setempat yangbiasa mencari ikan di perairan sekitar kegiatan, karena itu dampak yang ditimbulkandari kegiatan ini menjadi penting (P). Persebaran dampak terjadi pada wilayah yang tidak luas, sehingga dampak menjaditidak penting. Intensitas dampak relatif kecil dan berlangsung sesaat selama kegiatan konstruksi,sehingga dampak yang ditimbulkan dari kegiatan ini sifatnya menjadi tidak penting. Satu tahapan kegiatan Terumbu karang merupakan habitat ikan dan organisme perairan lain (benthos)yang merupakan satu mata rantai makanan. Dengan demikian dampak kegiatanpada komponen lingkungan lain cukup banyak, dan oleh karenanya dampak inisifatnya menjadi penting. Dampak tidak bersifat kumulatif karena kegiatan pembangunan konstruksi bangunan utama PLTU berhenti setelah pembangunan selesai, sehingga dampak yang ditimbulkan sifatnya menjaditidak penting. Dampak yang timbul merupakan dampak tidak terbalikkan, karena menyebabkanmati/rusaknya terumbu karang sebagai habitat biota air laut. Dengan matinyaterumbu kemelimpahan ikan pada suatu perairan menjadi berkurang bahkan hilang.Dampak tersebut merupakan dampak penting. Gangguan terhadap biota laut yang ditimbulkan oleh kegiatan pembangunan bangunan utama PLTU dan fasilitas penunjangnya meskipun memungkinkan dapat ditanggulangi oleh teknologi yang tersedia namun dampak yang ditimbulkan masih bisa terjadi dan berpotensi menimbulkan hilangnya plankton sebagai produser primer Penting
3 - 75
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak kegiatan pembangunan bangunan utama PLTU dan fasitas penunjang pada tahap konstruksi terhadap gangguan biota laut masuk kategoridampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi penurunan, sehingga dampak tergolongNegatif Penting (NP).
Peningkatan Peluang Berusaha Kegiatan konstruksi pembangunan bangunan utama PLTU dan fasilitas penunjang akan melibatkan tenaga kerja baik lokal maupun dari luar. Dari keseluruhan kebutuhan tenaga kerja sebanyak 10.400, tenaga kerja dari luar sekitar 5720 – 6240 orang. Kehadiran tenaga kerja dari luar akan membutuhkan makan/ minum dan kebutuhan sehari-hari, serta butuh tempat tinggal. Dari pengalaman kegiatan sejenis, sebagian tenaga kerja dari luar akan membawa kendaraan (sepeda motor) untuk kebutuhan transportasi ke tempat kerja. Kendaraan-kendaraan tersebut membutuhkan tempat penitipan sepeda motor, yang berarti juga membuka peluang masyarakat sekitarnya untuk membuka tempat penitipan sepeda motor. Hal ini membuka peluang berusaha yang dapat diupayakan oleh warga lokal. Selain itu warga sekitar memiliki kesempatan untuk terlibat secara langsung pada kegiatan konstruksi PLTU sebagai sub-kontraktor atau pemasok kebutuhan material proyek. Kegiatan pembangunan bangunan utama PLTU dan fasilitas penunjangnya akan memunculkan ketidakseimbangan. Rona awal peluang usaha masuk dalam kategoriskala 3, sekitar 5 – 10 % rumah tangga yang selama ini bekerja pada sektor perdagangan barang dan jasa lebih berpotensi menangkap peluang usaha yang ada. Munculnya peluang berusaha diperkirakan akan meningkatkan kualitas lingkungan menjadi skala 5 (Lampiran 2P). Dengan demikian besaran dampak terhadap meningkatnya peluang berusaha pada tahap konstruksi adalah tergolongSedang (Lampiran 2P), dengan nilai perubahan dampaknya Positif Dua (+2). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.52 berikut ini. Analisis rinci penentuan dampak kegiatan pembangunan bangunan utama dan fasilitas penunjang terhadap peningkatan peluang berusaha dapat dilihat pada Lampiran 3D poin 1.2.4.1..
Tabel 3.52 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Pembangunan Bangunan Utama PLTU terhadap Peningkatan Peluang Berusaha NO. 1.
2.
3.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan Luas wilayah penyebaran dampak
SIFAT PENTING DAMPAK P
P
Intensitas dampak
P
Lamanya dampak berlangsung
TP
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
KETERANGAN Jumlah penduduk yang terkena dampak positif 9. 166 keluarga di wilayah studi Dampak mencakup seluruh wilayah studi meliputi Desa Ujungnegoro, Ponowareng, Karanggeneng, Kedungsegog, Kenconorejo, Simbangjati, Beji, Tulis, Sembojo, Wringingintung, Wonokerso, Bakalan, dan Juragan Intensitas dampak tinggi mengingat terbatasnya peluang usaha, utamanya di desa-desa tapak blok PLTU. Dampak hanya akan berlangsung pada tahap
3 - 76
NO.
4. 5.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak Sifat Kumulatif dampak
6.
SIFAT PENTING DAMPAK P P
Berbalik atau tak berbaliknya P dampak 7. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Sifat Penting Dampak P Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
KETERANGAN konstruksi Menimbulkan dampak sekunder pada pendapatan dan persepsi masyarakat Matapencaharian adalah salah satu sumber nafkah keluarga, sehingga dampak bersifat kumulatif Melalui pengelolaan yang baik dampak positif dapat ditingkatkan Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak kegiatan pembangunan bangunan utama PLTU dan fasitas penunjang pada tahap konstruksi terhadap peningkatan peluang berusaha masuk kategoridampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi peningkatan, sehingga dampak tergolong Positif Penting (PP). Untuk mewujudkan terciptanya kesimbangan baru yang positif diperlukan fasilitasi dan penyediaan sarana baru untuk menjaga peluang warga yang terkena dampak memanfaatkan peluang usaha yang muncul.
Mekanisme aliran dampak peningkatan peluang berusaha pada kegiatan konstruksi bersifat langsung pada komponen lingkungan sosial ekonomi dan budaya yang selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada lingkungan sosial lainnya.
Peningkatan Pendapatan Kegiatan pembangunan bangunan utama dan fasilitas penunjangnya diperkirakan akan memberi dampak positif terhadap kesempatan kerja, peluang berusaha dan memberi dampak ikutan adanya peningkatan pendapatan. Warga yang memenuhi syarat dan dapat mengambil kesempatan kerja pada tahap konstruksi PLTU secara langsung akan mendapat manfaat peningkatan pendapatan. Di sisi lain banyaknya tenaga kerja dari luar akan membuka peluang berusaha dengan usaha pemenuhan kebutuhan hidup para tenaga kerja dari luar tersebut. Berbagai peluang berusaha meliputi penyediaan tempat tinggal dan pememuhan kebutuhan makan/ minum serta kebutuhan hidup sehari-hari, selain itu juga peluang membuka penitipan sepeda motor; maka terjadilah ketidakseimbangan. Rona awal pendapatan masyarakat masuk dalam kategori skala 3 (Lampiran 2P) atau sedang. Perubahan pendapatan akibat adanya peluang usaha selama kegiatan pembangunan bangunan utama dan fasilitas penunjangnya diperkirakan akan meningkatkan kualitas lingkungan menjadi skala 5 (Lampiran 2P). Dengan demikian besaran dampak terhadap peningkatan pendapatan pada tahap konstruksi adalah Sedang (lampiran 2P), dengan nilai perubahan dampak adalah PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 77
Positif Dua (+2). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.53 berikut ini. Analisis rinci penentuan dampak kegiatan pembangunan bangunan utama dan fasilitas penunjang terhadap peningkatan pendapatan dapat dilihat pada Lampiran 3D poin 1.2.4.2.
Tabel 3.53 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Pembang unan Bangunan Utama PLTU dan Fasilitas Penunjang terhadap Peningkatan Pendapatan NO. 1.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING
SIFAT PENTING DAMPAK P
2.
Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan Luas wilayah penyebaran dampak
3.
Intensitas dampak
P
TP P
5.
Lamanya dampak berlangsung Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak Sifat Kumulatif dampak
6.
Berbalik atau tak berbaliknya dampak
P
7.
Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Sifat Penting Dampak Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
-
4.
P
P
P
KETERANGAN Jumlah penduduk yang terkena dampak meliputi 9166 KK di seluruh wilayah studi. Dampak mencakup seluruh wilayah studi meliputi Desa Ujungnegoro, Ponowareng, Karanggeneng, Kedungsegog, Kenconorejo, Simbangjati, Beji, Tulis, Sembojo, Wringingintung, Wonokerso, Bakalan, dan Juragan Intensitas dampak tinggi mengingat: (a) penambahan pendapatan keluarga masih sangat dibutuhkan; (b) sekitar 20% keluarga masih berpendapatan dibawah satu juta rupiah per bulan. Dampak hanya akan berlangsung tahap konstruksi Menimbulkan dampak sekunder pada persepsi masyarakat Pendapatan menjadi salah satu sumber penunjang nafkah keluarga, sehingga dampak bersifat kumulatif Melalui pengelolaan yang baik dampak positif dapat ditingkatkan Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak kegiatan pembangunan bangunan utama PLTU dan fasitas penunjang pada tahap konstruksi terhadap peningkatan pendapatan masuk kategoridampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi penurunan, sehingga dampak tergolong Positif Penting (PP). Untuk mewujudkan terciptanya kesimbangan baru yang positif diperlukan fasilitasi dan penyediaan sarana serta prasarana baru untuk menjaga peluang usaha dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar proyek, sehingga warga sekitar proyek dapat memperoleh dan atau meningkatkan pendapatan.
Mekanisme aliran dampak peningkatan pendapatan pada kegiatan konstruksi PLTU bersifat langsung pada komponen lingkungan sosial ekonomi dan budaya dan selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada lingkungan sosial lainnya.
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 78
Perubahan Persepsi Masyarakat Kegiatan pembangunan bangunan utama PLTU dan fasilitas penunjangnya diperkirakan dapat menimbulkan dampak pada munculnya getaran dan penurunan kualitas air laut yang diperkirakan akan memberikan persepsi negative. Dampak negative berarti terjadi ketidakseimbangan dalam lingkungan social yang harus difasilitasi dan disediakan sarana dan prasarana baru agar tidak muncul reaksi negatif dari masyarakat . Fasilitasi dan penyediaan sarana dan prasarana dapat menghilangkan persepsi negatif. Di samping itu kegiatan pembangunan bangunan utama PLTU dan fasilitas penunjangnya diperkirakan juga menciptakan peluang kerja dan peluang berusaha yang akan menimbulkan persepsi positif. Aktivitas pembangunan bangunan utama dan fasilitasnya telah menciptakan ketidakseimbangan pada lingkungan sosial. Rona kualitas lingkungan pada aspek persepsi masyarakat masuk dalam kategori baik atau skala 4 (Lampiran 2P) . Kegiatan pembangunan bangunan utama PLTU dan fasilitas penunjangnya meningkatkan skala kualitas lingkungan menjadi skala 5 (sangat baik) dengan besaran dampak tergolong kecil yaitu Positf satu (+1). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.54 berikut ini. Analisis rinci penentuan dampak kegiatan pembangunan bangunan utama dan fasilitas penunjang terhadap perubahan persepsi masyarakat dapat dilihat pada Lampiran 3D poin 1.2.4.3.
Tabel 3.54 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Pembangunan Bangunan Utama PLTU terhadap Perubahan Persepsi Masyarakat NO. 1.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING
SIFAT PENTING DAMPAK P
2.
Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan Luas wilayah penyebaran dampak
3.
Intensitas dampak
P
Lamanya dampak berlangsung
P
Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak Sifat Kumulatif dampak
TP
4. 5.
6.
P
P
Berbalik atau tak berbaliknya T dampak 7. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Sifat Penting Dampak P Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
KETERANGAN Jumlah penduduk yang terkena dampak mencakup semua warga di 13 desa yakni 41.092 jiwa Dampak mencakup seluruh wilayah studi meliputi Desa Ujungnegoro, Ponowareng, Karanggeneng, Kedungsegog, Kenconorejo, Simbangjati, Beji, Tulis, Sembojo, Wringingintung, Wonokerso, Bakalan, dan Juragan Intensitas dampak cukup tinggi, karena selain memberikan dampak positif secara ekonomi juga memberikan dampak negatif pada kenyamanan Dampak diprediksikan akan berlangsung selama tahap konstruksi, namun cukup lama yakni sekitar 5 tahun Tidak membawa dampak ikutan pada komponen lain Dapat bersifat kumulatif karena berlangsung lama (sekitar 5 tahun) dan kemungkinan dapat berlanjut pada tahap operasi Dengan pengelolaan terprogram dampak dapat dipulihkan Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Penting
3 - 79
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak kegiatan pembangunan bangunan utama PLTU dan fasitas penunjang pada tahap konstruksi terhadap perubahan persepsi masyarakat masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi penurunan, sehingga dampak tergolong Positif Penting (PP). Untuk mewujudkan terciptanya kesimbangan baru berupa peningkatan persepsi positif dan memulihkan persepsi negatif yang muncul, diperlukan fasilitasi dan penyediaan sarana serta prasarana baru untuk menjaga dan mempertahankan persepsi positif masyarakat terhadap kegiatan pembangunan bangunan utama PLTU dan fasilitas penunjangnya.
Mekanisme aliran dampak perubahan persepsi masyarakat pada kegiatan konstruksi bersifat langsung pada komponen lingkungan sosial ekonomi dan budaya dan selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada lingkungan sosial lainnya.
e.
Uji Coba (Commissioning)
Penurunan Kualitas Udara Dampak yang terjadi akibat dari kegiatan Uji Coba (Comissioning) PLTU adalah penurunan kualitas udara dari aktivitas cerobong PLTU. Dengan adanya kegiatan tersebut diperkirakan akan timbul hamburan debu, SO2, dan NO2 yang terdispersi di atmosfer. Besarnya perkiraan konsentrasi udara ambien dapat dihitung dengan cara menjumlahkan antara konsentrasi kualitas udara saat rona awal ditambah dengan konsentrasi kontribusi dari pengoperasian PLTU. Perhitungan gas pencemar dari cerobong asap PLTU sesuai dengan model yang disajikan pada sub-bab Operasional PLTU.
Pada saat pengukuran kualitas udara di sekitar lokasi proyek menunjukan kondisi rona lingkungan hidup awal tercatat tidak ada satu parameter kualitas udara yang melebihi baku mutu lingkungan. Sehingga dapat dikatakan kondisi skala kualitas lingkungan pada rona awal tergolong skala 3. Kondisi rona lingkungan akhir pada kegiatan Uji Coba (Comissioning) PLTU dapat diperkirakan dengan cara menjumlahkan antara konsentrasi pada saat rona awal ditambah dengan konsentrasi kontribusi dari kegiatan Uji Coba (Comissioning) PLTU.
Sesuai dengan model yang disajikan pada sub bab operasional PLTU terlihat bahwa areal terdampak akumulatif kegiatan Uji Coba (Comissioning) akan terjadi di sekitar PLTU dalam radius 1.600 m ke arah tenggara. Cakupan wilayah terdampak di sekitar wilayah Desa Ponowareng, dimana pada radius tersebut berdasarkan simulasi dispersi kualitas udara akan terjadi peningkatan konsentrasi parameter debu mencapai 26,51 µg/Nm3, NO2 sebesar 137,83 µg/Nm3, dan SO2 sebesar 159,03 µg/Nm3.
Hasil permodelan rona akhir polutan dari PLTU bila dibandingkan dengan baku mutu kualitas udara ambien berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah No. 8 Tahun 2001, untuk semua parameter nilainya
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 80
masih di bawah baku mutu lingkungan, namun dengan kontinuitas operasional PLTU maka diperkirakan akan tetap memberikan kontribusi terhadap parameter kualitas lingkungan di udara namun dengan skala yang kecil. Sehingga skala kualitas lingkungan akan berubah menjadiskala 2 . Dengan demikian besaran dampak terhadap penurunan kualitas udara adalah tergolong Kecil dengan nilai perubahan dampaknya Negatif Satu (-1). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.55 berikut ini.
Tabel 3.55 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Uji Coba (Commissioning) PLTU terhadap Penurunan Kualitas Udara NO.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING
SIFAT PENTING DAMPAK P
1.
Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan
2.
Luas wilayah penyebaran dampak
P
3.
Intensitas dampak
P
Lamanya dampak berlangsung
P
Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak
P
4.
5. 6. 7.
Sifat Kumulatif dampak Berbalik atau tak berbaliknya dampak Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Sifat Penting Dampak Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
P TP TP P
KETERANGAN Terdapat pemukiman penduduk yang relatif dekat dengan lokasi PLTU, sehingga akan ada masyarakat di desa terdekat yang terkena dampak Sebaran dampak kualitas udara terutama debu, NO2 dan SO2 mengarah 1.600 m dari cerobong PLTU ke arah tenggara. Jika dilakukan pemasangan Fabric Filter maka konsentrasi debu akan mencapai 50 mg/m3. Dampak akan berlangsung selama kegiatan kegiatan Uji Coba (Commissioning) PLTU. Dampak akan berlangsung selama kegiatan Uji Coba (Commissioning) PLTU dan berlanjut sampai tahap operasional. Komponen lain yang terkena dampak terutama pada penurunan kualitas udara adalah pada komponen biota darat dan kesehatan masyarakat. Kumulatif Berbalik dalam jangka waktu tertentu Dampak penting negatif yang ditimbulkan dapat ditanggulangi oleh teknologi yang tersedia Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak kegiatan Uji Coba (Commissioning) PLTU terhadap kualitas udara masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi penurunan, sehingga dampak tergolong Negatif Penting (NP).
Mekanisme aliran dampak kegiatan kegiatan Uji Coba (Commissioning) PLTU terhadap kualitas udara bersifat langsung pada komponen fisik kimia dan selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada lingkungan sosial lainnya .
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 81
Peningkatan Kebisingan Dampak peningkatan kebisingan yang menonjol bersumber dari kegiatan kegiatan Uji Coba (Commissioning) PLTU. Penurunan kebisingan yang berasal dari operasional PLTU akan saling bersinergi setelah memperhitungkan besarnya kontribusi pencemar yang berasal dari kegiatan Uji Coba(Commissioning) PLTU. Total tingkat kebisingan dengan skenario terburuk adalah 122,8 dB(A) yang berasal dari operasional Coal Crusher .
Rona awal tingkat kebisingan di sekitar lokasi rencana pabrik PLTU yaitu di Desa Ujungnegoro berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan siang malam menunjukan nilai kebisingan sebesar 53,78 dB(A). Nilai kebisingan tersebut masih memenuhi baku mutu yang ditetapkan yaitu sebesar 55 dB(A), untuk lingkungan perumahan. Sehingga skala kualitas lingkungan untuk rona awal masuk dalam katagori skala 3. Rona akhir kebisingansesuai dengan model yang disajikan pada sub bab operasional PLTU terlihat bahwa rona akhir bila dibandingkan dengan baku mutu berdasarkan KEPMEN LH. No. 48/MENLH/11/1996, maka tingkat kebisingan masih di bawah baku tingkat kebisingan yaitu sebesar 55 dB(A) di sekitar pagar pembatas menunjukan kontribusi kebisingan yang sangat kecil dan tidak berdampak pada kebisingan di area sekitar pemukiman penduduk sehingga masuk dalam skala 2. Dengan demikian besaran dampak pada tahap operasional adalah tergolong Kecil dengan nilai perubahan dampaknya Negatif Satu (-1). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.56 berikut ini.
Tabel 3.56 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Uji Coba (Commissioning ) PLTU terhadap Peningkatan Kebisingan NO.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING
SIFAT PENTING DAMPAK TP
1.
Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan
2.
Luas wilayah penyebaran dampak
TP
3.
Intensitas dampak
TP
Lamanya dampak berlangsung
TP
4.
Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak 5. Sifat Kumulatif dampak 6. Berbalik atau tak berbaliknya dampak 7. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Sifat Penting Dampak Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
TP TP TP TP
TP
KETERANGAN Tidak ada kontribusi tingkat kebisingan pada pemukiman penduduk yang relatif dekat dengan lokasi PLTU, sehingga tidak ada penduduk di desa terdekat yang terkena dampak Sebaran dampak kebisingan hanya sebatas pagar pembatas. Tingkat kebisingan saat strat steam blow terjadinya secara tiba-tiba. Dampak akan berlangsung selama kegiatan Uji Coba (Commissioning )PLTU. Tidak ada komponen lain yang terkena dampak dikarenakan sempitnya paparan dampak kebisingan Tidak Kumulatif Berbalik dalam jangka waktu tertentu Dampak penting negatif yang ditimbulkan dapat ditanggulangi oleh teknologi yang tersedia Tidak Penting
3 - 82
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak kegiatan Uji Coba (Commissioning) PLTU terhadap peningkatan kebisingan masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi penurunan, sehingga dampak tergolong Negatif Penting (NP).
Mekanisme aliran dampak kegiatan operasional PLTU terhadap kebisingan bersifat langsung pada komponen fisik kimia dan selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada lingkungan sosial lainnya serta dampak balik pada kegiatan operasional PLTU
.
Penurunan Kualitas Air Laut Salah satu kegiatan Uji Coba (Commissioning) adalah melakukan pembuangan limbah bahang dengan temperatur maksimum pada condenser 40 oC dari sistem pendingin dengan debit buangan 86,8 m3/det. Limbah bahang yang dibuang diperkirakan akan berdampak negatif bagi perairan sekitarnya. Pemodelan telah dilakukan untuk melihat pola sebaran suhu kondisi musim barat dan musim timur. Nilai suhu yang dimodelkan merupakan nilai beda suhu (delta) antara suhu natural dengan suhu buangan sebagai input model sebesar 9,1 oC.
Sesuai dengan model yang disajikan pada sub bab operasional PLTU terlihat bahwa pola sebaran suhu yang cukup signifikan akibat pengaruh arus musiman, jika pada saat musim barat sebaran suhu mengarah ke timur sebaliknya pada saat musim timur pola sebaran suhu mengarah ke barat. Pada musim barat sebaran suhu dengan delta 2 °C dapat mencapai ± 45 m dari outfall ke arah Karang Kretek atau ± 850 m dari Karang Kretek sementara sebaran suhu dengan delta 0,01 °C dapat menyebar pada jarak ± 130 m ke arah Karang Kretek. sehingga dari hasil pemodelan tersebut dapat disimpulkan bahwa pada musim barat sebaran suhu dengan delta 2 °C tidak akan pernah sampai ke Karang Kretek. Pada musim timur sebaran suhu dengan delta 2 °C akan menyebar ke arah intake dengan jarak ± 200 m dari outfall sementara sebaran suhu dengan delta 0,01 0C dapat menyebar pada jarak ± 900 dari outfall , dalam pengertian bahwa penyebaran suhu pada musim timur tidak akan mencapai intake. Selain disajikan dalam bentuk kontur sebaran, model sebaran delta suhu juga disajikan dalam bentuk grafik series hasil cuplikan di 2 titik yang di anggap area sensitif, yakni di area Karang Kretek (saat musim barat) dan di titik intake (saat musim timur). Hasil pencuplikan tersebut disajikan dalam Gambar 3.11 dan Gambar 3.12. Berdasarkan gambar tersebut terlihat bahwa, pada saat musim barat nilai delta suhu 2 0C atau bahkan 0,01 °C tidak akan mencapai Karang Kretek, demikian juga pada saat musim timur nilai delta suhu 2 °C atau bahkan 0,01 °C tidak akan mencapaiintake.
Rona awal dari kualitas air laut di sekitar lokasi proyek pembangunan PLTU masih termasuk dalam skala 3 dengan suhu terukur maksimum 31,2 °C. Dari hasil pemodelan tersebut dapat disimpulkan bahwa pada musim barat sebaran suhu dengan delta 2 °C tidak akan pernah sampai ke Karang Kretek (yang mencapai Karang Kretek hanya delta suhu 0,01 °C). Jika ditambahkan dengan rona awal maka temperatur di sekitar PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 83
titik buangan di sekitar Karang Kretek menjadi sekitar 31,21 °C. Pada jarak 850 m dan sekitar Karang Kretek peningkatan suhu tergolong kecil sehingga tidak merubah skala kualitas lingkungan. Sedangkan peningkatan suhu air laut hingga 2 °C hanya terjadi di sekitar titik buangan hingga radius 45 m dari outfall sehingga sehingga suhu ambien akan meningkat menjadi 33,7 °C penurunan skala kualitas lingkungan menjadiskala 2. Peningkatan suhu tertinggi terjadi di sekitar titik buangan sehingga penurunan skala kualitas lingkungan menjadi skala 2 . Dengan demikian besaran dampak terhadap kualitas air laut dengan adanya kegiatan operasional PLTU adalah tergolong Kecil dengan nilai perubahan dampaknya Negatif Satu (-1). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.57 berikut ini.
Tabel 3.57 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Uji Coba (Commissioning) PLTU terhadap Penurunan Kualitas Air Laut NO.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING
SIFAT PENTING DAMPAK P
1.
Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan
2.
Luas wilayah penyebaran dampak
TP
3.
Intensitas dampak
TP
Lamanya dampak berlangsung
TP
4.
Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak
P
5.
Sifat Kumulatif dampak
P
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
KETERANGAN Kegiatan Uji Coba operasional PLTU yang menimbulkan limbah bahangakan berlangsung selama kegiatan Uji Coba operasional PLTU dengan perubahan keluaran suhu 9,1 oC dapat mengakibatkan pada peningkatan temperatur air laut dan berpengaruh lanjut pada biota laut di sekitarnya terutama di kawasan karang Kretek. Dampak tidak langsung lainnya adalah bagi penduduk setempat yang biasa mencari ikan di daerah tersebut yang berjumlah lebih dari 100 nelayan, namun demikian daya jelajah nelayan tidak terbatas pada area lokasi outfall sehingga dampak yang ditimbulkan dari kegiatan ini tergolong penting.. Daerah terdampak dari sebaran suhu pada musim barat dan musim timur akibat buangan limbah panas berupa peningkatan suhu 2°C dapat menyebar dalam radius berturut 12 Ha dan 10 Ha. Luas sebaran dengan peningkatan suhu 0.01°C juga tidak akan mencapai intake dan Karang Kretek sehingga dampak yang ditimbulkan dari perubahan Kualitas Air Laut dalam hal ini suhu sifatnya tidak penting. Hasil simulasi menunjukan bahwa frekuensi kejadian perubahan suhu yang terburuk dapat terjadi selama musim barat saja sehingga dampak yang ditimbulkan dari kegiatan ini sifatnya menjadi tidak penting. Dampak dapat berlangsung selama kegiatan selama Uji Coba operasional PLTU (+ 8 bulan). Intensitas dampak sedang dan hanya terjadi Musim Barat tetapi akan berlangsung selama kegiatan operasional PLTU. Hasil simulasi menunjukan bahwa frekuensi kejadian selama musim barat sesuai dengan pola pasang surut laut, dimana sebesar 0,01°C sehingga dampak yang ditimbulkan dari kegiatan ini sifatnya menjadi tidak penting. Biota air seperti plankton dan terumbu karang merupakan habitat ikan dan organisme perairan lain (benthos) yang merupakan satu mata rantai makanan namun masih pada kisaran toleransi. Dengan demikian dampak kegiatan berpengaruh pada komponen lingkungan lain cukup banyak, dan oleh karenanya dampak ini sifatnya penting. Dampak bersifat kumulatif karena kegiatan Uji Coba
3 - 84
NO.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING
SIFAT PENTING DAMPAK
6.
Berbalik atau tak berbaliknya dampak
TP
7.
Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
TP
Sifat Penting Dampak P Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
KETERANGAN operasional PLTU berlangsung terus menerus. Dampak yang timbul merupakan dampak terbalikkan, namun dalam selang waktu 6 bulan (perubahan musim). Kenaikan temperatur 2°C dapat berbalik tetapi intensitasnya tidak sering sehingga dampak tersebut merupakan dampak tidak penting. Kegiatan Uji Coba operasional PLTU yang menimbulkan limbah bahang namun demikian PLTU ini akan dibangun dengan menggunakan teknologi Ultra Super Critical (USC) menurunkan sehingga dampat tersebut sifatnya menjadi tidak penting. Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak kegiatan Uji Coba (Commissioning) PLTU terhadap kualitas air laut masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi penurunan, sehingga dampak tergolong Negatif Penting (NP).
Mekanisme aliran dampak kegiatan operasional PLTU terhadap kualitas air laut bersifat langsung pada komponen fisik kimia dan selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada lingkungan biologi lainnya serta dampak balik pada kegiatan operasional PLTU.
Gangguan terhadap Biota Laut Gangguan terhadap biota laut pada saat tahap Uji coba (comissioning) PLTU merupakan dampak turunan dan juga merupakan dampak langsung terhadap biota laut akibat adanya peningkatan suhu sebesar 40 °C yang keluar dari sistem pendingin PLTU pada saat operasi. Peningkatan suhu air laut ini dapat berpengaruh secara langsung terhadap kehidupan biota laut di sekitar Karang Kretek yang terletak ± 900 m di sebelah timur pipa outfall dan Karang Maeso yang terletak ± 2.900 m di sebelah barat pipaoutlet atau ± 1.750 m dari intake. Berdasarkan hasil simulasi persebaran perubahan suhu tersebut terlihat bahwa, pada saat musim barat nilai sebaran suhu dengan delta 0,010C tidak dapat menyebar sampai ke Karang Kretek. Data Review KKLD (2012) menyebutkan bahwa tutupan Karang Kretek <5%, dan rona awal lingkungan plankton dan benthos menurut skala kualitas masuk dalam kategori skala 3. Sementara itu rona awal suhu air laut di sekitar Karang Kretek dan Karang Maeso berkisar antara 31,2 oC. Kisaran suhu ini tidak cukup mendukung kehidupan dan pertumbuhan plankton dan benthos. Dengan adanya kegiatan operasional PLTU yang dapat menimbulkan suhu tinggi perairan dari sistem pendingin akan semakin menurunkan kondisi kelimpahan plankton dan benthos maka skala kualitas lingkungan pada saat kegiatan berlangsung akan menurun menjadi skala 1. Dengan demikian sifat penting dampak terhadap penurunan biota laut adalah tergolong Sedang PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 85
dengan nilai perubahan dampaknya Negatif Dua (-2). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.58 berikut ini.
Tabel 3.58 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Uji Coba (Comissioning) PLTU terhadap Gangguan pada Biota Laut NO.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING
SIFAT PENTING DAMPAK P
1.
Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan
2.
Luas wilayah penyebaran dampak
TP
3.
Intensitas dampak
TP
Lamanya dampak berlangsung
TP
4.
Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak
P
5.
Sifat Kumulatif dampak
P
6.
Berbalik atau tak berbaliknya dampak
P
7.
Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Sifat Penting Dampak Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
TP
P
KETERANGAN Kegiatan uji coba operasional PLTU akan berakibat terganggunya biota laut termasuk kemelimpahan ikan yang ada di sekitar perairan Ujungnegoro. Dampak tidak langsung lainnya adalah bagi penduduk setempat yang biasa mencari ikan di daerah tersebut yang berjumlah lebih dari 100 nelayan, namun demikian daya jelajah nelayan tidak terbatas pada area lokasi outfall sehingga dampak yang ditimbulkan dari kegiatan ini tergolong penting Kegiatan uji coba operasional PLTU yang berlangsung selama operasional berpotensi menyebabkan persebaran dampak terjadi pada wilayah seluas 10 sampai dengan 12 Ha dibandingkan dengan luas perairan Ujungnegoro, sehingga dampak menjadi tidak penting Intensitas dampak yang ditimbulkan dari kegiatan ini sedang karena terjadi perubahan suhu (terjadi peningkatan 2oC) sementara peningkatan suhu tersebut hanya terjadi pada musim barat dan tidak sampai ke terumbu karang yang ada di Karang Kretek sehingga intensifat dampat sifatnya tidak penting terhadap biota laut Berlangsung selama tahap uji coba operasional (+ 8 bulan) terutama pada saat musim barat dan tidak menerus sehingga sifat dampaknya tidak penting. Terumbu karang merupakan habitat ikan dan organisme perairan lain (benthos) yang merupakan satu mata rantai makanan. Dengan demikian dampak kegiatan pada komponen lingkungan lain cukup banyak, dan oleh karenanya dampak ini sifatnya menjadi penting Dampak bersifat kumulatif karena berlangsung terus menerus selama kegiatan uji coba operasional PLTU Dampak yang timbul merupakan dampak tidak terbalikkan, karena dapat menyebabkan mati/rusaknya terumbu karang sebagai habitat biota air laut. Dampak tersebut merupakan dampak penting. Kegiatan uji coba operasional PLTU yang menimbulkan gangguan terhadap biota laut dapat ditanggulangi oleh teknologi yang tersedia Penting
3 - 86
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak kegiatan Uji Coba (Commissioning) PLTU terhadap biota laut masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi penurunan, sehingga dampak tergolong Negatif Penting (NP).
Mekanisme aliran dampak kegiatan operasional PLTU terhadap biota air laut bersifat langsung pada komponen biologi dan selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada lingkungan sosial ekonomi lainnya.
Perubahan Persepsi Masyarakat Perubahan persepsi masyarakat yang muncul pada kegiatan uji coba (comissioning) PLTU berpotensi menimbulkan dampak penurunan kualitas udara, kebisingan, penurunan kualitas air laut, dan biota laut pada akhirnya akan menimbulkan persepsi negatif masyarakat. Persepsi negatif sebagian masyarakat ini diperkirakan hanya terpusat pada desa-desa di sekitar PLTU yakni Ujungnegoro, Karanggeneng, Ponowareng, dan Kedungsegog. Dampak persepsi yang negatif berarti terjadi ketidakseimbangan dalam lingkungan sosial yang jika tidak ada fasilitasi dan penyediaan sarana serta prasarana baru yang menjadi kebutuhan masyarakat yang terkena dampak dapat menimbulkan reaksi negatif, utamanya dari masyarakat di Desa Ujungnegoro, Karanggeneng, Ponowareng, dan Kedungsegog . Rona kualitas lingkungan pada aspek persepsi masyarakat masuk dalam kategori baik atau Skala 4 (Lampiran 2P). Persepsi negatif akan menurunkan skala lingkungan menjadi skala 3 dengan besaran dampak adalah kecil yaitu Negatif Satu (-1). Penentuan sifat penting dampaktertera pada Tabel 3.59 berikut ini. Analisis rinci penentuan dampak kegiatan uji coba (comissioning) terhadap perubahan persepsi masyarakat dapat dilihat pada Lampiran 3D poin 1.2.5.1.
Tabel 3.59 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Uji Coba (Comissioning) PLTU terhadap Perubahan Persepsi Masyarakat NO. 1.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING
2.
Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan Luas wilayah penyebaran dampak
3.
Intensitas dampak
4.
SIFAT PENTING DAMPAK P
P
P
Lamanya dampak berlangsung
P
Banyaknya komponen lingkungan
TP
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
KETERANGAN Jumlah manusia yang terkena dampak sekitar 41.092 jiwa Dampak terjadi di seluruh wilayah studi (13 desa) yakni Desa Ujungnegoro, Karanggeneng, Wonokerso, Bakalan, Juragan, Ponowareng, Kenconorejo, Simbangjati, Beji, Tulis, Sembojo,dan Wringingintung. Intensitas dampak cukup tinggi hanya terjadi di desa yang berdekatan dengan PLTU meliputi Ujungnegoro, Karanggeneng, Ponowareng, dan Kedungsegog. Untuk desa-desa lainnya intensitas dampaknya sedang. Dampak diprediksikan akan berlangsung singkat pada akhir tahap konstruksi sekitar 8 bulan Tidak membawa dampak ikutan pada komponen lain
3 - 87
NO.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING hidup lain yang terkena dampak Sifat Kumulatif dampak
5.
SIFAT PENTING DAMPAK P
6.
Berbalik atau tak berbaliknya TP dampak 7. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Sifat Penting Dampak P Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
KETERANGAN
Dapat bersifat kumulatif karena meskipun hanya berlangsung selama 8 bulan namun dampak dapat berlanjut hingga tahap operasi dan masyarakat sekitar akan memulai babak baru hidup berdampingan dengan pembangkit yang akan mulai beroperasi Dengan pengelolaan terprogram dampak dapat dipulihkan Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak kegiatan Uji Coba (Commissioning) PLTU terhadap perubahan persepsi masyarakat masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi penurunan, sehingga dampak tergolong Negatif Penting (NP). Untuk mewujudkan terciptanya kesimbangan baru guna memulihkan persepsi negatif yang muncul, diperlukan fasilitasi dan penyediaan sarana serta prasarana baru untuk menjaga dan mempertahankan persepsi positif masyarakat terhadap kegiatan uji coba PLTU.
Mekanisme aliran dampak perubahan persepsi masyarakat pada kegiatan operasional PLTU bersifat langsung pada komponen lingkungan sosial ekonomi dan budaya yang selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada lingkungan sosial lainnya serta dampak balik pada rencana kegiatan pembangunan PLTU.
3.1.3 a.
Tahap Operasi
Penerimaan Tenaga Kerja
Peningkatan Kesempatan Kerja Pada tahap operasi akan dilakukan penerimaan tenaga kerja untuk tenaga operasi. Kebutuhan tenaga kerja diperkirakan sekitar 450 orang yang umumnya membutuhkan keahlian yang lebih tinggi pada tahap konstruksi. Rona awal kesempatan kerja masuk pada skala 3. Kegiatan penerimaan tenaga kerja akan meningkatkan kualitas lingkungan menjadi skala 4 (lampiran 2P). Kesempatan kerja yang diperkirakan dapat diisi oleh tenaga kerja lokal sangat kecil, sehingga peningkatan kesempatan kerja adalahKecil (lampiran 2P), dengan nilai besaran dampak Positif Satu (+1). Pada kegiatan penerimaan tenaga kerja ini telah terjadi ketidakseimbangan pada lingkungan sosial. Penentuan sifat penting dampak tertera padaTabel 3.60 berikut ini. Analisis rinci penentuan dampak kegiatan penerimaan tenaga kerja terhadap peningkatan kesempatan kerja dapat dilihat pada Lampiran 3D poin 1.3.1.1. PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 88
Tabel 3.60 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Penerimaan Tenaga Kerja Operasional PLTU terhadap Peningkatan Kesempatan Kerja NO. 1.
2.
3.
4.
5.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan Luas wilayah penyebaran dampak
SIFAT PENTING DAMPAK P
P
Intensitas dampak
TP
Lamanya dampak berlangsung Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak Sifat Kumulatif dampak
P
6.
KETERANGAN Jumlah penduduk yang terkena dampak meliputi penduduk usia produktif yang belum memiliki pekerjaan tetap di tiga belas desa w ilayah studi, yakni 8.809 jiwa Dampak terjadi di seluruh wilayah studi (13 desa) yakni Desa Ujungnegoro, Karanggeneng, Wonokerso, Bakalan, Juragan, Ponowareng, Kenconorejo, Simbangjati, Beji, Tulis, Sembojo,dan Wringingintung. Intensitas dampak sedang karena sangat t erbatasnya kesempatan kerja yang muncul Dampak akan berlangsung selama tahap operasi
P
Menimbulkan dampak sekunder pada pendapatan dan persepsi masyarakat
P
Dampak bersifat kumulatif, kesempatan kerja adalah salah satu cara untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga Melalui pengelolaan yang baik dampak positif dapat ditingkatkan Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Berbalik atau tak berbaliknya TP dampak 7. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Sifat Penting Dampak P Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak kegiatan penerimaan tenaga kerja operasional PLTU terhadap kesempatan kerja masuk
kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas
lingkungan terjadi penurunan, sehingga dampak tergolong Positif Penting (PP). Untuk mewujudkan terciptanya kesimbangan baru guna meningkatkan dampak positif peningkatan kesempatan kerja sehingga tercipta suasana kondusif dalam masyarakat diperlukan fasilitasi dan penyediaan kesempatan kerja yang sangat dibutuhkan masyarakat.
Mekanisme aliran dampak kegiatan operasi PLTU terhadap peningkatan kesempatan kerja bersifat langsung pada komponen lingkungan sosial ekonomi dan budaya dan selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada lingkungan sosial lainnya.
Perubahan Pola Mata Pencaharian Kegiatan pada tahap operasi berarti pula hilangnya mata pencaharian pada tahap konstruksi, hal ini karena pada tahap operasi dibutuhkan tenaga kerja yang membutuhkan keahlian tertentu. Kebutuhan tenaga kerja
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 89
pada tahap operasi ini hanya 450 orang dengan kompetensi tinggi. Rendahnya kompetensi tenaga kerja lokal mengakibatkan rendahnya pula kesempatan tenaga kerja lokal untuk bisa bekerja pada tahap operasi PLTU. Dengan demikian tenaga kerja lokal akan kembali ke pekerjaan awal. Ketika luas lahan pertanian sudah berkurang dan ruang gerak nelayan juga menjadi sedikit berkurang; maka kehilangan pekerjaan merupakan dampak negatif. Namun ketidakseimbangan yang terjadi ini dapat dikelola dengan fasilitasi dan penyediaan sarana dan prasarana yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat terdampak sehingga muncul keseimbangan baru yang kondusif untuk operasi PLTU.
Rona mata pencaharian pada tahap konstruksi masuk dalam kategori skala 3 (Lampiran 2P). Kegiatan penerimaan tenaga kerja meningkatkan skala kualitas lingkungan menjadi Skala 4 (Lampiran 2P). Dengan demikian besaran dampak terhadap perubahan pola mata pencaharian akibat adanya kegiatan pada tahap operasi tergolong Kecil dengan nilai perubahan dampaknya Positif Satu (+1). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.61 berikut ini. Analisis rinci penentuan dampak kegiatan penerimaan tenaga kerja terhadap perubahan pola mata pencaharian dapat dilihat pada Lampiran 3D poin 1.3.1.1.
Tabel 3.61 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Penerimaan Tenaga Kerja terhadap Perubahan Pola Mata Pencaharian NO. 1.
2.
3.
4.
5.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan Luas wilayah penyebaran dampak
SIFAT PENTING DAMPAK P
P
Intensitas dampak
P
Lamanya dampak berlangsung Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak Sifat Kumulatif dampak
P P
6.
P
Berbalik atau tak berbaliknya TP dampak 7. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Sifat Penting Dampak P Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
KETERANGAN Jumlah penduduk yang terkena dampak meliputi 4.160 – 4.680 orang Dampak terjadi di seluruh wilayah studi (13 desa) yakni Desa Ujungnegoro, Karanggeneng, Wonokerso, Bakalan, Juragan, Ponowareng, Kenconorejo, Simbangjati, Beji, Tulis, Sembojo,dan Wringingintung. Intensitas dampak tinggi mengingat mat apencaharian menjadi sumber nafkah hidup keluarga Dampak akan berlangsung selamanya Akan membawa dampak ikutan pada komponen persepsi Matapencaharian adalah salah satu sumber kehidupan, sehingga dampak bersifat kumulatif Dengan pengelolaan terprogram dampak dapat dipulihkan Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Penting
3 - 90
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak kegiatan penerimaan tenaga kerja operasional PLTU terhadap pola mata pencaharian masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi penurunan, sehingga dampak tergolong Positif Penting (PP). Untuk mewujudkan terciptanya kesimbangan baru guna berupa tidak terganggunya pola matapencaharian, maka diperlukan fasilitasi dan penyediaan kesempatan kerja yang sangat dibutuhkan masyarakat.
Mekanisme aliran dampak kegiatan operasi PLTU terhadap perubahan pola mata pencaharian bersifat langsung pada komponen lingkungan sosial ekonomi dan budaya dan selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada lingkungan sosial lainnya.
Perubahan Tingkat Pendapatan Peluang berusaha yang dapat dimanfaatkan oleh penduduk lokal pada kegiatan operasional PLTU diprediksi akan memberikan dampak positif terhadap kenaikan pendapatan. Rona awal pendapatan masuk dalam kategori kualitas Skala 3. Munculnya peluang berusaha diperkirakan akan meningkatkan kualitas lingkungan menjadi kualitas Skala 4. Dengan demikian besaran dampak terhadap meningkatnya pendapatan pada tahap operasi unit PLTU tergolong Rendah dengan nilai perubahan dampaknya Positif Satu (+1). Analisis rinci penentuan dampak kegiatan operasional unit PLTU terhadap perubahan tingkat pendapatan dapat dilihat pada Lampiran 3D. Penentuan sifat penting dampak tertera padaTabel 3.62 berikut ini. Tabel 3.62 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Operasi PLTU terhadap Perubahan Tingkat Pendapatan NO. 1.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING
SIFAT PENTING DAMPAK P
2.
Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan Luas wilayah penyebaran dampak
3.
Intensitas dampak
P
Lamanya dampak berlangsung
P P
5.
Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak Sifat Kumulatif dampak
6.
Berbalik atau tak berbaliknya dampak
TP
7.
Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
-
4.
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
P
P
KETERANGAN Jumlah penduduk yang terkena dampak mencakup 8199 keluarga Dampak mencakup desa-desa yang dekat dengan jalan yang menghubungkan PLTU dengan jalan raya pantura, meliputi desa Tulis, Beji, Simbangjati, Kenconorejo, W onokerso, Kedungsegog, Ponowareng, Karanggeneng, Ujungnegoro, Bakalan, dan Juragan. Intensitas dampak tinggi karena pendapatan menjadi sumber nafkah untuk pemenuhan kebutuhn keluarga Dampak akan berlangsung selama t ahap operasi atau selamanya Menimbulkan dampak sekunder pada persepsi masyarakat Dampak bersifat kumulatif karena sensitivitasnya yang tinggi dan akan berlangsung selama tahap operasi Melalui pengelolaan yang baik dampak positif dapat ditingkatkan Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi 3 - 91
NO.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING
teknologi Sifat Penting Dampak Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
SIFAT PENTING DAMPAK P
KETERANGAN
Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak kegiatan penerimaan tenaga kerja operasional PLTU terhadap peningkatan pendapatan masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi penurunan, sehingga dampak tergolong Positif Penting (PP).
Untuk mewujudkan
terciptanya keseimbangan baru guna meningkatkan pendapatan masyarakat diperlukan fasilitasi baru dan penyediaan sarana prasarana untuk kesempatan kerja dan peluang berusaha yang sangat dibutuhkan masyarakat.
Mekanisme aliran dampak kegiatan penerimaan tenaga kerja terhadap perubahan pendapatan masyarakat bersifat langsung pada komponen lingkungan social ekonomi dan budaya selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada lingkungan social lainnya.
Keresahan Masyarakat Aktivitas operasional PLTU diprediksikan akan menimbulkan keresahan masyarakat di sekitar lokasi PLTU. Sejak awal sikap masyarakat terhadap rencana kegiatan masyarakat berharap rencana kegiatan dapat terealisasi agar banyak tenaga lokal yang terserap. Ketidakpastian jumlah tenaga kerja lokal yang akan terserap pada saat operasional PLTU ini diprediksikan akan meningkatkan keresahan masyarakat. Rona awal kualitas lingkungan dari parameter keresahan masuk pada kriteria sedang atau pada skala 3 (lampiran 2P); dimana masyarakat menyadari hanya tenaga kerja dengan keterampilan khusus yang diterima bekerja di PLTU; sementara tenaga pendukung seperti petugas keamanan dan kebersihan jumlah yang diterima pun terbatas. Ketidakseimbangan yang terjadi ini perlu difasilitasi melalui penyediaan sarana serta prasarana baru untuk menciptakan keseimbangan di lingkungan sosial. Keresahan masyarakat diprediksikan akan menurunkan kualitas lingkungan menjadi skala 2 artinya masyarakat cukup resah terhadap peluang mendapatkan pekerjaan. Dengan demikian besaran dampak terhadap meningkatnya keresahan masyarakat pada tahap operasional adalah tergolong Kecil dengan nilai perubahan dampaknya Negatif Satu (-1). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.63 berikut ini. Analisis rinci penentuan dampak kegiatan penerimaan tenaga kerja terhadap keresahan masyarakat dapat dilihat pada Lampiran 3D poin 1.3.1.3.
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 92
Tabel 3.63 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Penerimaan Tenaga Kerja terhadap Keresahan Masyarakat NO. 1.
2.
3.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan Luas wilayah penyebaran dampak
SIFAT PENTING DAMPAK P
P
Intensitas dampak
P
Lamanya dampak berlangsung
P
4.
Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak 5. Sifat Kumulatif dampak 6. Berbalik atau tak berbaliknya dampak 7. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Sifat Penting Dampak Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
P
P TP -
P
KETERANGAN Jumlah penduduk yang terkena dampak meliputi 9166 KK Dampak terjadi di seluruh wilayah studi (13 desa) yakni Desa Ujungnegoro, Karanggeneng, Wonokerso, Bakalan, Juragan, Ponowareng, Kenconorejo, Simbangjati, Beji, Tulis, Sembojo,dan Wringingintung. Intensitas dampak tinggi mengingat perbedaan sikap yang makin mengganggu kebersamaan warga Dampak diprediksikan akan berlangsung selama tahap operasional Menimbulkan dampak sekunder pada persepsi
Dapat bersifat kumulatif Dampak dapat dipulihkan dengan perlakuan terprogram Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak kegiatan penerimaan tenaga kerja operasional PLTU terhadap keresahan masyarakat masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi penurunan, sehingga dampak tergolong Negatif Penting (NP). Untuk mewujudkan terciptanya kesimbangan baru guna memulihkan keresahan masyarakat sehingga tercipta suasana kondusif dalam masyarakat diperlukan fasilitasi dan penyediaan kesempatan kerja yang sangat dibutuhkan masyarakat.
Mekanisme aliran dampak kegiatan operasional PLTU terhadap meningkatnya keresahan masyarakat bersifat langsung pada komponen lingkungan sosial ekonomi dan budaya dan selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada lingkungan sosial lainnya.
Perubahan Persepsi Masyarakat Persepsi masyarakat yang muncul pada kegiatan penerimaan tenaga kerja bersifat positif. Persepsi positif muncul karena terbukanya kesempatan kerja sehingga terjadi kenaikan pendapatan masyarakat yang menerima manfaat. Persepsi positif memunculkan ketidakseimbangan pada lingkungan sosial yang harus dikelola dengan baik agar kondisi lingkungan menjadi kondusif untuk operasi PLTU. Rona kualitas lingkungan PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 93
pada aspek persepsi masyarakat masuk dalam kategori baik atau Skala 4 (lampiran 2P). Persepsi positif akan meningkatkan kualitas lingkungan menjadi skala 5 dengan besaran dampak Positif Satu (+1). Peningkatan kualitas lingkungan muncul karena aka nada upaya fasilitasi untuk menciptakan keseimbangan baru.
Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.64 berikut ini. Analisis rinci penentuan dampak kegiatan penerimaan tenaga kerja terhadap perubahan persepsi masyarakat dapat dilihat pada Lampiran 3D poin 1.3.1.4.
Tabel 3.64 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Penerimaan Tenaga Kerja terhadap Perubahan Persepsi Masyarakat NO. 1.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING
SIFAT PENTING DAMPAK P
2.
Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan Luas wilayah penyebaran dampak
3.
Intensitas dampak
P
Lamanya dampak berlangsung Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak Sifat Kumulatif dampak
P TP
Berbalik atau tak berbaliknya dampak
TP
4. 5. 6.
7.
Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Sifat Penting Dampak Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
P
P
-
P
KETERANGAN Jumlah manusia terkena dampak sekitar 8810 penduduk usia produktif yang belum memiliki pekerjaan tetap. Dampak terjadi pada 13 desa wilayah studi meliputi: desa Ujungnegoro, Karanggeneng, Ponowareng, Kedungsegog, Kenconorejo, Simbangjati, Beji, Tulis, Sembojo, Wringingintung, Wonokerso, Bakalan, dan Juragan. Intensitas dampak cukup tinggi mengingat: (a) masyarakat masih sangat membutuhkan tambahan pendapatan; (b) kesempatan kerja yang tersedia sangat sedikit. Dampak akan berlangsung selama tahap konstruksi. Tidak membawa dampak ikutan pada komponen lain Dapat bersifat kumulatif karena dan kemungkinan berlanjut pada tahap operasi Dampak positif dapat ditingkatkan dan dampak negatif dapat dipulihkan dengan pengelolaan terprogram Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak kegiatan penerimaan tenaga kerja operasional PLTU terhadap perubahan persepsi masyarakat masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi penurunan, sehingga dampak tergolong Positif Penting (PP). Untuk mewujudkan terciptanya kesimbangan baru berupa peningkatan dan pemulihan persepsi positif diperlukan fasilitasi dan
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 94
penyediaan kesempatan kerja yang sangat dibutuhkan masyarakat.
Mekanisme aliran dampak kegiatan penerimaan tenaga kerja tahap operasi blok PLTU terhadap perubahan persepsi masyarakat bersifat langsung pada komponen lingkungan sosial ekonomi dan budaya dan selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada lingkungan sosial lainnya.
b. Penanganan Batubara Penurunan Kualitas Udara Batubara (Coal) sebagai bahan bakar utama PLTU yang akan diangkut dari barge langsung dengan menggunakan Receiving Conveyor dan ditampung pada staker-reclaimer di Coal Storage Area. Hal ini dimaksudkan untuk pengaturan cadangan batubara agar seimbang untuk menjaga kestabilan operasional PLTU selama 30 hari. Batubara yang akan dikirim ke unit menggunakan belt conveyor , melalui beberapa menara transfer dan penghancur batubara (coal crusher).
Konsumsi batubara selama operasional PLTU adalah 490 ton/jam untuk 1 unit pembangkit sehingga untuk 2 unit pembangkit adalah sebesar 980 ton/jam. Cadangan batubara untuk keperluan operasi PLTU tersebut disimpan di lokasi penampungan batubara (Coal Yard) yang mampu menampung kebutuhan selama 30 hari operasi. Tempat penampungan batubara seluas 15,53 Ha dengan sistem terbuka mempunyai kapasitas 792.000 metric ton dengan ketinggian tumpukan tidak lebih dari 15 meter. Berdasarkan hasil analisis batubara diketahui bahwa kandungan abu batubara adalah 3,5%, dan diperkirakan sekitar 10% abu batubara yang akan terbang serta kecepatan angin rata-ratanya adalah 2,63 m/dt, sehingga kandungan abu batubara adalah sebesar 362,27 g/m. bila luas wilayah sebaran adalah sebesar 0,96 km2 maka konsentrasi debu batubara di lokasi tersebut adalah 368,58 ug/Nm3. Kondisi rona awal kualitas udara untuk konsentrasi debu adalah masih memenuhi baku mutu yaitu masuk katagoriskala 3 .
Untuk mengurangi hamburan abu batubara maka dilakukan penyiraman dengan spray water sprinker sehingga kondisi batubara selalu dalam keadaan lembab. Penyimpanan batubara tersebut diperkirakan akan menimbulkan dampak penurunan kualitas udara di sekitar lokasi coal yard . Jika kondisi angin menuju pemukiman penduduk akan menambah potensi penurunan kualitas udara khususnya TSP ke daerah pemukiman penduduk terdekat seperti Dukuh Rowokudo – Desa Ujungnegoro. Pada beberapa PLTU yang telah beroperasi terindikasi adanya penurunan kualitas udara yang dirasakan oleh masyarakat yang tinggal relatif dekat dengan areal penumpukan batubara. Dengan memperhatikan analogi dari beberapa PLTU yang sudah beroperasi tersebut di atas, maka kondisi rona akhir kualitas udara (TSP) setelah adanya kegiatan operasional PLTU menjadi sebesar 122,64 µg/Nm3. Konsentrasi tersebut tercatat pada permukiman yang berjarak sekitar 500 m dari lokasi pembangkit, sehingga perubahan tergolong skala 2. Dengan demikian besaran dampak terhadap kualitas udara karena kegiatan penanganan batubara adalah tergolong kecil
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 95
dengan nilai perubahan dampaknya Negatif Satu (-1). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.65 berikut ini.
Tabel 3.65 Sifat Penting Dampak Kegiatan Penanganan Batubara terhadap Penurunan Kualitas Udara NO.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING
SIFAT PENTING DAMPAK TP
1.
Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan
2.
Luas wilayah penyebaran dampak
P
3.
Intensitas dampak
P
Lamanya dampak berlangsung
P
Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak Sifat Kumulatif dampak
P
4. 5. 6.
P
Berbalik atau tak berbaliknya TP dampak 7. Kriteria lain sesuai dengan TP perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Sifat Penting Dampak P Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
KETERANGAN Jumlah penduduk yang terkena dampak tidak ada mengingat sebaran debu hanya berada di sekitar pagar pembatas kea rah tenggara, dan di l okasi tersebut bukan merupakan pemukiman penduduk. Luas sebaran dampak terjadi dari lokasi penimbunan batubara kea rah tenggara dengan luas 0,98 km2 Intensitas dampak cukup tinggi dan m elebihi baku mutu yaitu sebesar 368,58 ug/Nm3 Dampak diprakirakan akan berlangsung selama tahap operasi PLTU Terdapat dampak ikutan pada komponen lain yaitu berupa gangguan kenyamanan Dampak bersifat kumulatif karena terganggunya kenyamanan berlangsung terus menerus Dengan pengelolaan terprogram dampak dapat dipulihkan Ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak kegiatan penanganan batubara operasional PLTU terhadap kualitas udara masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi penurunan, sehingga dampak tergolong Negatif Penting (NP).
Peningkatan Kebauan Kegiatan operasional PLTU berpotensi menimbulkan dampak timbulnya peningkatan kebauan. Sumber kebauan berasal dari timbunan batubara untuk proses operasional PLTU. Kebauan yang terpapar dalam waktu tertentu dan sebaran angin yang menuju arah sekitar pemukiman penduduk akan menimbulkan bau sehingga berakibat pada gangguan kenyamanan. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan maka diperoleh rona lingkungan mengenai kondisi kesegaran udara (kebauan) yang berada di pemukiman penduduk di sekitar lokasi PLTU masuk dalam skala 4.
Tempat penyimpanan batubara memiliki luas 15,53 Ha dengan sistem terbuka mempunyai kapasitas 792.000 metric ton dengan ketinggian tidak lebih dari 15 meter dan mampu menampung batubara selama 30 hari. PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 96
Untuk mengurangi debu batubara maka dilakukan penyiraman dengan spray water sprinker d engan kondisi batubara yang lembab dan cukup banyak di tempat penyimpanan batubara tersebut di perkirakan akan menimbulkan dampak lainnya yaitu peningkatan kebauan di lokasicoal yard dan sebaran arah angin menuju pemukiman penduduk akan menambah potensi kebauan terpapar ke daerah pemukiman penduduk. Pada beberapa PLTU terindikasi adanya kebauan yang dirasakan oleh masyarakat yang tinggal relatif dekat dengan area penumpukan batubara. Dengan memperhatikan analogi dari beberapa PLTU yang sudah beroperasi tersebut di atas, maka kondisi rona akhir kebauan setelah adanya kegiatan operasional PLTU tergolong skala 3. Dengan demikian dampak peningkatan kebauan ini tergolong Kecil dengan nilai perubahan dampaknya Negatif Satu (-1). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.66 berikut ini.
Tabel 3.66 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Penanganan Batubara terhadap Peningkatan Kebauan NO. 1.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING
SIFAT PENTING DAMPAK P
2.
Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan Luas wilayah penyebaran dampak
3.
Intensitas dampak
P
Lamanya dampak berlangsung
P
Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak Sifat Kumulatif dampak
P
4. 5. 6.
Berbalik atau tak berbaliknya dampak 7. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Sifat Penting Dampak Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
P
TP TP TP
P
KETERANGAN Jumlah penduduk yang terkena dampak terutama adalah yang bermukim di sekitar Desa Ujungnegoro dengan kepadatan penduduk 1.235 penduduk/km. Luas sebaran dampak terjadi di permukiman terdekat dengan tapak power block yakni sebagian masyarakat di Dukuh Rowokudo – Desa Ujungnegoro Intensitas dampak cukup tinggi, karena kebauan dapat menurunkan kenyamanan yang akan dirasakan langsung oleh warga Dampak diprediksikan akan berlangsung selama tahap operasi PLTU Terdapat dampak ikutan pada komponen lain yaitu berupa gangguan kenyamanan Dapat bersifat kumulatif karena terganggunya kenyamanan berlangsung terus menerus Dengan pengelolaan terprogram dampak dapat dipulihkan Ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak kegiatan penanganan batubara operasional PLTU terhadap peningkatan kebauan masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi penurunan, sehingga dampak tergolongNegatif Penting (NP).
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 97
Penurunan Kualitas Air Laut Kegiatan penanganan batubara PLTU sejumlah 792.000 ton pada coal yard seluas 15,53 Ha mampu menampung batubara untuk suplai pembangkit selama 30 hari. Pada saat musim hujan, penumpukan batubara ini berpotensi menyebabkan sejumlah partikel batubara akan terbawa oleh air hujan dan memasuki air laut. Masuknya sejumlah partikel batubara ke laut dapat meningkatkan kadar TSS pada air laut. Kualitas lingkungan parameter TSS pada air laut saat rona awal lingkungan (tanpa proyek) termasuk skala 3.
Dengan adanya penumpukan batubara di coal yard saat hujan ada kemungkinan sejumlah air limpasan masuk kelaut membawa serta partikel sehingga jumlah TSS meningkat air laut meningkat drastis. Jika diperkirakan debit limpasan dapat mengangkut batu bara sebesar 0,001 % maka batu bara terbawa air hujan masuk ke laut, maka sekitar 0,001/100 x 792.000.000 kg/155.300 m2 atau sama dengan 0,051 kg/m2 padatan batu bara masuk ke laut. atau 5100 mg/m2. Jumlah partikel sebesar ini akan meningkatkan kadar TSS air laut menjadi sangat jauh di atas baku mutu (20 mg/l). Skala kualitas lingkungan dengan proyek menjadi skala 1. Dengan demikian besaran dampak terhadap kualitas air laut akibat adanya kegiatan penanganan batubara PLTU adalah tergolong Sedang dengan nilai perubahan dampaknya Negatif Dua (-2). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.67 berikut ini.
Tabel 3.67 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Penanganan Batubara terhadap Penurunan Kualitas Air Laut NO. 1.
2.
3.
4.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan Luas wilayah penyebaran dampak
SIFAT PENTING DAMPAK TP
P
Intensitas dampak
P
Lamanya dampak berlangsung Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak
TP P
5. 6.
Sifat Kumulatif dampak TP Berbalik atau tak berbaliknya TP dampak 7. Kriteria lain sesuai dengan TP perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Sifat Penting Dampak P Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
KETERANGAN Jumlah manusia yang menerima dampak penurunan kualitas air laut akibat peningkatan TSS hampir tidak ada. Luas persebaran dampak meliputi area perairan pantai wilayah studi seluas 40,39 km2. Intensitas dampak tergolong tinggi karena dari areal coal yard padatan dapat terbawa masuk kelaut sampai 5.100 mg/m2. Satu tahapan kegiatan, tahap operasi PLTU Menimbulkan dampak sekunder dan dampak lanjutan lainnya, jika kualitas laut t ercemar maka dampak sekundernya adalah kelangsungan hidup biota air sebagai satu mata rantai kehidupan. Tidak kumulatif Dampaknya dapat dipulihkan (berbalik)Dampaknya dapat dipulihkan (berbalik) Dampak penting negatif yang ditimbulkan dapat ditanggulangi oleh teknologi yang tersedia Penting
3 - 98
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak kegiatan penanganan batubara operasional PLTU terhadap penurunan kualitas air laut masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi penurunan, sehingga dampak tergolongNegatif Penting (NP).
Mekanisme aliran dampak kegiatan penanganan batubara terhadap kualitas air laut bersifat langsung pada komponen lingkungan fisik kimia
.
Perubahan Persepsi Masyarakat Perubahan persepsi masyarakat yang muncul pada kegiatan penanganan batubara pada operasional PLTU berpotensi menimbulkan dampak penurunan kualitas udara, peningkatan kebauan, penurunan kualitas air laut, gangguan kesehatan. Hal ini akan menimbulkan persepsi negatif bagi masyarakat utamanya yang tinggal di ketiga desa tapak , power block yakni Ujungnegoro, Karanggeneng, dan Ponowareng; yang berarti muncul ketidakseimbangan pada lingkungan sosial. Rona kualitas lingkungan pada aspek persepsi masyarakat masuk dalam kategori baik atau Skala 4 (Lampiran 2P). Kegiatan operasional PLTU menurunkan skala kualitas lingkungan menjadi Skala 3; masyarakat menyadari keberadaan PLTU membawa sisi positif dan negatif bagi masyarakat sekitar, sehingga berpendirian netral. Dengan demikian besaran dampak terhadap perubahan persepsi masyarakat terhadap kegiatan operasional PLTU adalah tergolong Kecil dengan nilai perubahan dampaknya Negatif Satu (-1). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.68 berikut ini. Analisis rinci penentuan dampak kegiatan penanganan batubara terhadap perubahan persepsi masyarakat dapat dilihat pada Lampiran 3D poin 1.3.2.1.
Tabel 3.68 Penentuan Sifat Penting Dampak Penanganan Batubara terhadap Perubahan Persepsi Masyarakat NO. 1.
2. 3.
4.
5. 6. 7.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan Luas wilayah penyebaran dampak Intensitas dampak
SIFAT PENTING DAMPAK P
P P
Lamanya dampak berlangsung
P
Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak Sifat Kumulatif dampak
TP
Berbalik atau tak berbaliknya dampak Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
TP
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
P
-
KETERANGAN Jumlah penduduk yang terkena dampak 12.258 jiwa
Dampak terjadi di 3 desa tapak power block yakni Ujungnegoro, Karanggeneng, dan Ponowareng Intensitas dampak cukup tinggi, karena menurunnya kenyamanan akan dirasakan langsung oleh warga Dampak diprediksikan akan berlangsung selama tahap operasi PLTU Tidak membawa dampak ikutan pada komponen lain
Dapat bersifat kumulatif karena terganggunya kenyamanan berlangsung terus menerus Dengan pengelolaan terprogram dampak dapat dipulihkan Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
3 - 99
SIFAT PENTING DAMPAK Sifat Penting Dampak P Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
NO.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING
KETERANGAN Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak kegiatan penanganan batubara operasional PLTU terhadap persepsi masyarakat masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi penurunan, sehingga dampak tergolong Negatif Penting (NP). Untuk mewujudkan terciptanya kesimbangan baru berupa pemulihan persepsi positif diperlukan fasilitasi dan penyediaan sarana prasaranan baru, sehingga persepsi positif tetap terjaga.
Mekanisme aliran dampak kegiatan penerimaan tenaga kerja konstruksi blok PLTU terhadap perubahan persepsi masyarakat bersifat langsung pada komponen lingkungan sosial ekonomi dan budaya dan selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada lingkungan sosial lainnya. c.
Operasional Unit PLTU
Penurunan Kualitas Udara Dampak yang terjadi akibat dari pengoperasian PLTU adalah penurunan kualitas udara dari aktivitas cerobong PLTU. Dengan adanya kegiatan tersebut diperkirakan akan timbul hamburan debu, SO2, dan NO2 yang terdispersi di atmosfer.
Besarnya perkiraan konsentrasi udara ambien dapat dihitung dengan cara menjumlahkan antara konsentrasi kualitas udara saat rona awal ditambah dengan konsentrasi kontribusi dari pengoperasian PLTU. Perhitungan kontribusi gas pencemar dari cerobong PLTU didasarkan pada data teknis dan asumsi faktor emisi debu, SO2, dan NO2 seperti yang dijelaskan pada Tabel 3.69 berikut ini.
Tabel 3.69 Spesifikasi Teknis Cerobong PLTU NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9
SPESIFIKASI Jumlah Cerobong Tinggi Cerobong Diameter Cerobong Luas penampang Cerobong Kecepatan Aliran Temperatur Debit Gas (32 oC) Debit Gas (25 oC) Kebutuhan Batubara
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
SATUAN
CEROBONG 1
CEROBONG 2
unit m m m2 m/det oC m3/det m3/det ton/jam gr/dt
1 240 8,65 58,74 19,1 32 1.121,85 1.096,10 550 152.778
1 240 8,65 58,74 19,1 32 1.121,85 1.096,10 550 152.778 3 - 100
NO
SPESIFIKASI
SATUAN
CEROBONG 1
CEROBONG 2
Ash Content
%
3,50
3,50
Sulfur Content
%
0,23
0,23
Nitrogen Content
%
0,90
0,90
TANPA PENGELOLAAN gr/dt 5.347 gr/dt 351
5.347 351
Laju Emisi (25 oC) 1 2
Partikulat (Ash) SO2
3
NO2
1 2
Partikulat SO2
gr/dt 1.375 DENGAN PENGELOLAAN gr/dt 54,81 gr/dt 328,83
3 NO2 Sumber : PT BPI, 2013
gr/dt
284,99
1.375 54,81 328,83 284,99
Berdasarkan data-data spesifikasi teknis cerobong tersebut di atas, maka diperoleh konsentrasi emisi yang dikeluarkan dari cerobong asap seperti yang disajikan padaTabel 3.70 berikut ini.
Tabel 3.70 Hasil Perhitungan Emisi Gas di PLTU TANPA DIKELOLA NO PARAMETER CEROBONG CEROBONG 1 2 1 Debu 4.346,20 4.346,20 2 SO2 285,61 285,61 3 NO2 1,117,59 1.117,59 Sumber : Hasil Analisa, 2013 BME Berdasarkan PERMEN LH No. 21 tahun 2008
MAKSIMUM OPERASI CEROBONG CEROBONG 1 2 50 50 300 300 260 260
BME 100 750 750
Berdasarkan Tabel 3.70 di atas, terlihat untuk konsentrasi parameter debu/ partikulat dan NO2 bila tidak dilakukan pengelolaan maka konsentrasinya akan melebihi baku mutu, sedangkan untuk parameter SO2 konsentrasinya masih memenuhi baku mutu. Untuk mereduksi emisi debu dari cerobong akan dilakukan pemasangan alat Fabric Filter dengan efisiensi sebesar 99 %. Untuk mereduksi parameter polutan NO2 yang keluar dari cerobong maka akan digunakan pembakaran batubara dengan suhu rendah (Low NOx Burner). Sedangkan untuk parameter SO2 meskipun tanpa pengolahan nilainya masih di bawah BME. Hal ini dikarenakan batubara yang akan digunakan mempunyai kandungan sulfur (sulphur content) rendah atau di bawah 0,23 %, namun demikian PLTU ini tetap akan dipasang alat pengendali pencemar SO2 yaitu alat Flue Gas Desulfurization.
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 101
Pada saat pengukuran kualitas udara di sekitar lokasi proyek menunjukan kondisi rona lingkungan hidup awal tercatat tidak ada satu parameter kualitas udara yang melebihi baku mutu lingkungan. Sehingga dapat dikatakan kondisi skala kualitas lingkungan pada rona awal tergolong skala 3. Kondisi 3. Kondisi rona lingkungan akhir bila PLTU beroperasi dapat diperkirakan dengan cara menjumlahkan antara konsentrasi pada saat rona awal ditambah dengan konsentrasi kontribusi dari PLTU. Hasil perhitungan untuk masing-masing titik dapat dilihat pada Tabel 3.71 berikut 3.71 berikut ini.
Tabel 3.71 Prakiraan 3.71 Prakiraan Perubahan Kualitas Udara Ambien Akibat Pengoperasian Unit PLTU NO 1 2 3 4 5 6 7 8
LOKASI
SATUAN
AWAL 54,52 45,07 38,09 61,63 85,81 52,49 116,5 89,89
U1 µg/Nm3 U2 µg/Nm3 U3 µg/Nm3 U4 µg/Nm3 U5 µg/Nm3 U6 µg/Nm3 U7 µg/Nm3 U8 µg/Nm3 BAKU MUTU Sumber : Hasil Analisa, 2013
DEBU KONTRI 6,11 14,77 8,75 16,84 9,24 9,75 11,35 13,66 230
AKHIR 60,63 59,84 46,84 78,47 95,05 62,24 127,85 103,55
AWAL 2,21 33,55 33,55 23,81 39,08 13,83 42,29 13,06 7,58
NO2 KONTRI 32,06 76,82 45,51 87,58 87,58 48,05 50,7 59,02 71,01 150
AKHIR 34,27 110,37 69,32 126,66 61,88 92,99 72,08 78,59
AWAL 25 25 25 25 25 25 25 25
SO2 KONTRI 36,99 88,63 52,51 101,05 55,5 58,5 68,1 81,94 365
AKHIR 61,99 113,63 77,51 126,05 80,50 83,50 93,10 106,94
Keterangan : Baku Mutu Kualitas Udara Ambien Ambien mengacu pada SK. GUB. GUB. JATENG No. 8 Tahun 2001 Lokasi Pengukuran : U1 :
Area Maqam di Pantai Ujungnegoro
U2 :
Area pemukiman daerah Rowokudo, Desa Ujungnegoro
U3 :
Tempat PeMaqaman Umum Dusun Kemplang
U4 :
Lap. Bola depan SDN 03 Kenconorejo, Ds. Wonorejo
U5 :
Balai Desa Sembojo
U6 :
Area pemukiman Desa Simbang Jati
U7 :
Lap. Bola Desa Kenconorejo
U8 :
Balai Desa Ponowareng
Dari hasil pengolahan data-data tersebut di atas diperoleh konsentrasi sebarannya polutan gas/ debu dalam bentuk isoplet, yaitu kurva yang menghubungkan kesamaan konsentrasi pada jarak dan ketinggian tertentu. Kontribusi dan kondisi prediksi akhir sebaran gas pencemar dari cerobong PLTU untuk parameter Debu, NO2, dan SO2 dapat dilihat pada Gambar 3.4 sampai dengan Gambar 3.9 berikut ini.
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 102
Gambar 3.4 Isoplet Kontribusi Polutan NO2 (Maksimum Operasi)
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 103
Gambar 3.5 Isoplet Akhir Polutan NO2 (Maksimum Operasi)
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 104
Gambar 3.5 Isoplet Akhir Polutan NO2 (Maksimum Operasi)
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 104
Gambar 3.6 Isoplet Kontribusi Polutan SO2 (Maksimum Operasi)
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 105
Gambar 3.6 Isoplet Kontribusi Polutan SO2 (Maksimum Operasi)
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 105
Gambar 3.7 Isoplet Akhir Polutan SO2 (Maksimum Operasi)
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 106
Gambar 3.7 Isoplet Akhir Polutan SO2 (Maksimum Operasi)
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 106
Gambar 3.8 Isoplet Kontribusi Particulate (Maksimum Operasi)
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 107
Gambar 3.8 Isoplet Kontribusi Particulate (Maksimum Operasi)
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 107
Gambar 3.9 Isoplet Akhir Particulate (Maksimum Operasi)
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 108
Gambar 3.9 Isoplet Akhir Particulate (Maksimum Operasi)
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 108
Areal terdampak akumulatif akan terjadi di sekitar PLTU dalam radius 1.600 m ke arah tenggara. Cakupan wilayah terdampak di sekitar wilayah Desa Ponowareng, dimana pada radius tersebut berdasarkan simulasi dispersi kualitas udara akan terjadi peningkatan konsentrasi parameter debu mencapai 26,51 µg/Nm3, NO2 ebesar 137,83 µg/Nm3, dan SO2 sebesar 159,03 µg/Nm3. Rendahnya konsentrasi kualitas udara ambien terutama disebabkan adanya upaya pengelolaan lingkungan yang terintegrasi ke dalam perencanaan kegiatan proyek berupa buah 2 buah cerobong asap, pemilihan batubara berkadar sulfur rendah, danFabric Filter untuk mereduksi polutan partikulat. Oleh karena itu maka konsentrasi akhir ambien gas-gas pencemar debu dan SO2 rendah yang nilainya masih di bawah baku mutu serta sebarannya terbatas.
Hasil permodelan rona akhir polutan dari pengoperasian unit PLTU bila dibandingkan dengan baku mutu kualitas udara ambien berdasarkan SK.GUB. JATENG No. 8 Tahun 2001, untuk semua parameter nilainya masih dibawah baku mutu lingkungan, namun dengan kontinuitas operasional PLTU maka diperkirakan akan tetap memberikan kontribusi terhadap parameter kualitas lingkungan di udara namun dengan tingkat penurunan kualitas udara tergolong buruk dengan skala 2. Dengan demikian besaran dampak penurunan kualitas udara adalah tergolong Kecil dengan nilai perubahan dampaknya Negatif Satu (-1). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.72 berikut ini. Tabel 3.72 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Operasional PLTU
Areal terdampak akumulatif akan terjadi di sekitar PLTU dalam radius 1.600 m ke arah tenggara. Cakupan wilayah terdampak di sekitar wilayah Desa Ponowareng, dimana pada radius tersebut berdasarkan simulasi dispersi kualitas udara akan terjadi peningkatan konsentrasi parameter debu mencapai 26,51 µg/Nm3, NO2 ebesar 137,83 µg/Nm3, dan SO2 sebesar 159,03 µg/Nm3. Rendahnya konsentrasi kualitas udara ambien terutama disebabkan adanya upaya pengelolaan lingkungan yang terintegrasi ke dalam perencanaan kegiatan proyek berupa buah 2 buah cerobong asap, pemilihan batubara berkadar sulfur rendah, danFabric Filter untuk mereduksi polutan partikulat. Oleh karena itu maka konsentrasi akhir ambien gas-gas pencemar debu dan SO2 rendah yang nilainya masih di bawah baku mutu serta sebarannya terbatas.
Hasil permodelan rona akhir polutan dari pengoperasian unit PLTU bila dibandingkan dengan baku mutu kualitas udara ambien berdasarkan SK.GUB. JATENG No. 8 Tahun 2001, untuk semua parameter nilainya masih dibawah baku mutu lingkungan, namun dengan kontinuitas operasional PLTU maka diperkirakan akan tetap memberikan kontribusi terhadap parameter kualitas lingkungan di udara namun dengan tingkat penurunan kualitas udara tergolong buruk dengan skala 2. Dengan demikian besaran dampak penurunan kualitas udara adalah tergolong Kecil dengan nilai perubahan dampaknya Negatif Satu (-1). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.72 berikut ini. Tabel 3.72 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Operasional PLTU terhadap Penurunan Kualitas Udara NO. 1.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING
SIFAT PENTING DAMPAK P
2.
Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan Luas wilayah penyebaran dampak
3.
Intensitas dampak
P
Lamanya dampak berlangsung
P
Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak
P
4.
5. 6. 7.
Sifat Kumulatif dampak Berbalik atau tak berbaliknya dampak Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Sifat Penting Dampak Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
P
P TP TP P
KETERANGAN Terdapat pemukiman penduduk yang relatif dekat dengan lokasi PLTU, sehingga akan ada penduduk di desa terdekat yang terkena dampak Sebaran dampak kualitas udara terutama debu, NO2 dan SO2 mengarah 1.600 m dari cerobong PLTU ke arah tenggara. Jika dilakukan pemasangan Fabric Filter maka konsentrasi debu akan mencapai 50 mg/m3. Dampak akan berlangsung selama kegiatan operasional PLTU. Dampak akan berlangsung selama kegiatan operasional PLTU. Komponen lain yang terkena dampak terutama pada penurunan kualitas udara adalah pada komponen biota darat dan kesehatan masyarakat. Kumulatif Berbalik dalam jangka waktu tertentu Dampak penting yang ditimbulkan dapat ditanggulangi oleh teknologi yang tersedia Penting
3 - 109
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak kegiatan operasional PLTU terhadap kualitas udara masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi penurunan, sehingga dampak tergolong Negatif Penting (NP).
Mekanisme aliran dampak kegiatan operasional PLTU terhadap kualitas udara bersifat langsung pada komponen fisik kimia dan selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada lingkungan sosial lainnya. Peningkatan Kebisingan Dampak peningkatan kebisingan yang menonjol bersumber dari kegiatan operasional PLTU. Penurunan kebisingan yang berasal dari operasional PLTU akan saling bersinergi. Hasil penyebaran tingkat kebisingan (Isobel) kumulatif dapat dilihat pada Gambar 3.7 setelah memperhitungkan besarnya kontribusi pencemar yang berasal dari operasi PLTU. Total tingkat kebisingan dengan skenario terburuk adalah 122,8 dB(A) yang berasal dari operasional Coal Crusher . Dari gambar tersebut terlihat bahwa sebaran kebisingan masih terkonsentrasi hanya di sekitar lokasi PLTU serta masih terbatas di dalam pagar pembatas.
Rona awal tingkat kebisingan di sekitar lokasi rencana pabrik PLTU yaitu di Desa Ujungnegoro berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan siang malam menunjukan nilai kebisingan sebesar 53,78 dB(A). Nilai kebisingan tersebut masih memenuhi baku mutu yang ditetapkan yaitu sebesar 55 dB(A), untuk lingkungan perumahan. Sehingga skala kualitas lingkungan untuk rona awal masuk dalam katagori skala 3. Rona akhir kebisingan dengan kontribusi kebisingan sebesar 55 dB(A) dari kegiatan PLTU yang hanya sebatas area pagar pembatas menunjukan kontribusi kebisingan yang sangat kecil dan tidak berdampak pada kebisingan di area sekitar pemukiman penduduk sehingga masuk dalam skala 2. Dengan demikian besaran dampak pada tahap operasional adalah tergolong Kecil dengan nilai perubahan dampaknya Negatif Satu (-1). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.73 berikut ini.
Tabel 3.73 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Operasional PLTU terhadap Peningkatan Kebisingan NO.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING
SIFAT PENTING DAMPAK TP
1.
Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan
2.
Luas wilayah penyebaran dampak
TP
3.
Intensitas dampak
TP
Lamanya dampak berlangsung
TP
Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak
TP
4.
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
KETERANGAN Permukiman terdekat adalah Desa Ujungnegoro yang berjarak sekitar 200m. Tidak ada kontribusi tingkat kebisingan pada pemukiman penduduk yang relatif dekat dengan lokasi PLTU, sehingga tidak ada penduduk di desa terdekat yang terkena dampak Sebaran dampak kebisingan hanya sebatas pagar pembatas pembatas dalam are 226,4 Ha. Tingkat kebisingan pada batar pagar PLTU hanya akan mencapai 55 dB(A). Dampak akan berlangsung selama kegiatan operasional PLTU. Tidak ada komponen lain yang terkena dampak dikarenakan sempitnya paparan dampak kebisingan 3 - 110
NO.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING
5. 6.
Sifat Kumulatif dampak Berbalik atau tak berbaliknya dampak
SIFAT PENTING DAMPAK TP TP
7.
Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Sifat Penting Dampak Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
KETERANGAN Tidak Kumulatif Berbalik dalam jangka waktu tertentu
TP
Dampak penting yang ditimbulkan ditanggulangi oleh teknologi yang tersedia
TP
Tidak Penting
dapat
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak kegiatan operasional PLTU terhadap kebisingan masuk kategori dampak tidak penting. penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi penurunan, sehingga dampak tergolong Negatif Tidak Penting (NTP).
Mekanisme aliran dampak kegiatan operasional PLTU terhadap kebisingan bersifat langsung pada komponen fisik kimia dan selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada lingkungan sosial lainnya.
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 111
Gambar 3.10 Sebaran Tingkat Kebisingan Kumulatif
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 112
Peningkatan Paparan TENORM Kegiatan operasional PLTU berpotensi menimbulkan dampak timbulnya peningkatan paparan NORM dan TENORM. Paparan NORM (Naturally ( Naturally Occuring Radioactive Materials) Materials) berasal dari radioaktivitas alam yang terjebak pada batubara yang digunakan sebagai bahan bakar. Paparan TENORM(Technologically TENORM (Technologically Enhanced Naturally Occuring Radioactive Materials) Materials) berasal dari radioaktivitas alam yang ada di dalam fly ash ash dan bottom ash setelah ash setelah mengalami proses pembakaran dalam burning silo karena silo karena volume fly volume fly ash dan ash dan bottom ash dari pembakaran lebih kecil dari pada volume batubara yang dibakar maka terjadi proses pemampatan konsentrasi TENORM yang ada di dalam fly ash dan ash dan bottom ash dibanding ash dibanding konsentrasi NORM semula dalam batubara. Sumber paparan TENORM berasal dari proses pembakaran batubara pada saat operasional. Berdasarkan hasil analisis kualitas lingkungan untuk parameter tingkat konsentrasi aktivitas radioaktivitas alam dalam bentuk
226Ra
sekitar 0,03887 ± 0,00395 Bq/g masih berada di bawah standar konsentrasi
maksimum yang diatur oleh Peraturan Kepala BAPETEN Nomor 9 Tahun 2009 tentang Intervensi terhadap Paparan yang Berasal dari Technologically Enhanced Naturally Occuring Radioactive Materials Materials atau masih masuk dalam skala 5. 5.
Prakiraan dampak dilakukan berdasarkan analogi dan data sekunder dari kegiatan PLTU lain yang sejenis. Berdasarkan Pengkajian Proteksi Radiasi TENORM dari Industri dan Pertambangan (BAPETEN, (BAPETEN, 2007) 2007) pada pertambangan dan industri yang dilakukan sejak tahun 2002 - 2006 tercatat bahwa kontribusi konsentrasi
Peningkatan Paparan TENORM Kegiatan operasional PLTU berpotensi menimbulkan dampak timbulnya peningkatan paparan NORM dan TENORM. Paparan NORM (Naturally ( Naturally Occuring Radioactive Materials) Materials) berasal dari radioaktivitas alam yang terjebak pada batubara yang digunakan sebagai bahan bakar. Paparan TENORM(Technologically TENORM (Technologically Enhanced Naturally Occuring Radioactive Materials) Materials) berasal dari radioaktivitas alam yang ada di dalam fly ash ash dan bottom ash setelah ash setelah mengalami proses pembakaran dalam burning silo karena silo karena volume fly volume fly ash dan ash dan bottom ash dari pembakaran lebih kecil dari pada volume batubara yang dibakar maka terjadi proses pemampatan konsentrasi TENORM yang ada di dalam fly ash dan ash dan bottom ash dibanding ash dibanding konsentrasi NORM semula dalam batubara. Sumber paparan TENORM berasal dari proses pembakaran batubara pada saat operasional. Berdasarkan hasil analisis kualitas lingkungan untuk parameter tingkat konsentrasi aktivitas radioaktivitas alam dalam bentuk
226Ra
sekitar 0,03887 ± 0,00395 Bq/g masih berada di bawah standar konsentrasi
maksimum yang diatur oleh Peraturan Kepala BAPETEN Nomor 9 Tahun 2009 tentang Intervensi terhadap Paparan yang Berasal dari Technologically Enhanced Naturally Occuring Radioactive Materials Materials atau masih masuk dalam skala 5. 5.
Prakiraan dampak dilakukan berdasarkan analogi dan data sekunder dari kegiatan PLTU lain yang sejenis. Berdasarkan Pengkajian Proteksi Radiasi TENORM dari Industri dan Pertambangan (BAPETEN, (BAPETEN, 2007) 2007) pada pertambangan dan industri yang dilakukan sejak tahun 2002 - 2006 tercatat bahwa kontribusi konsentrasi aktivitas dalam bentuk
226Ra
pada tambang batubara berkisar antara 0,001 – – 0,069 Bq/g, sedangkan
konsentrasi aktivitas dalam bentuk
226Ra
pada PLTU batubara berkisar antara 0,002 – – 0,063 Bq/g.
Berdasarkan analogi tersebut terlihat bahwa paparan yang terjadi masih tercatat di bawah standar konsentrasi maksimum yang diatur oleh Peraturan Kepala Bapeten Nomor 9 Tahun 2009 tentang Intervensi terhadap Paparan yang Berasal dari TENORM yaitu konsentrasi aktivitas 1 Bq/g (satu becquerel per gram) untuk tiap radionuklida anggota deret uranium dan thorium. Skala kualitas lingkungan paparan TENORM pada saat rona akhir masih tergolong skala 5. 5. Dengan demikian dapat dikatakan tidak ada dampak dengan nilai perubahan dampaknya Tidak Ada Perubahan (0). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.74 berikut ini.
Tabel 3.74 Penentuan 3.74 Penentuan Sifat Penting Dampak Penting Kegiatan Operasional PLTU terhadap Peningkatan Paparan TENORM NO. 1.
2.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan Luas wilayah penyebaran dampak
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
SIFAT PENTING DAMPAK TP
TP
KETERANGAN Tidak ada kontribusi peningkatan paparan TENORM pada pemukiman penduduk yang relatif dekat dengan lokasi PLTU. Sebaran dampak paparan TENORM akibat pembakaran batubara saat operasi PLTU meliputi desa Ujungnegoro, Karanggeneng dan Ponowreng.
3 - 113
NO. 3.
4. 5. 6. 7.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING Intensitas dampak
SIFAT PENTING DAMPAK TP
Lamanya dampak berlangsung Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak Sifat Kumulatif dampak Berbalik atau tak berbaliknya dampak Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Sifat Penting Dampak Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
P TP TP TP TP TP
KETERANGAN
kontribusi konsentrasi aktivitas dalam bentuk 226Ra 0,002 – 0,063 Bq/g dan Ringan,
tidak menyebabkan perubahan fisik lingkungan maupun peningkatan baku mutu. Berlangsung Selama tahap operasional Ada komponen lain yang terkena dampak dikarenakan paparan dampak TENORM Bersifat Kumulatif Tidak berbalik tetapi dapat dikelola melalui teknologi yang tersedia Dampak penting negatif yang ditimbulkan dapat ditanggulangi oleh teknologi yang tersedia Tidak Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, kegiatan operasional PLTU terhadap paparan TENORM masuk kategori dampak tidak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan tidak terjadi perubahan skala, sehingga dampak tergolong Tidak Penting (TP).
Penurunan Kualitas Air Laut (Peningkatan Suhu Air Laut) Salah satu kegiatan PLTU pada saat beroperasi adalah melakukan pembuangan limbah bahang dengan temperatur maksimum 40 oC dari sistem pendingin dengan debit buangan 86,8 m3/det. Limbah bahang yang dibuang diperkirakan akan berdampak negatif bagi perairan sekitarnya. Pemodelan telah dilakukan untuk melihat pola sebaran suhu kondisi musim barat dan musim timur. Nilai suhu yang dimodelkan merupakan nilai beda suhu (delta) antara suhu natural dengan suhu buangan sebagai input model yaitu sebesar 9,1 oC. Dalam studi ini area pemodelan hidrodinamika dibuat seluas mungkin atau sejauh mungkin dengan area interest / area kajian dengan tujuan untuk mendapatkan aliran batas terbuka pasang surut secara benar. Area pemodelan hidrodinamika, dan thermal dispersion disajikan dalam Gambar pada Lampiran 3. Hidrodinamika, dan dispersi thermal disimulasikan pada bulan Januari (mewakili musim barat) dan bulan Agustus (mewakili musim timur) dengan tujuan untuk memperoleh pengaruh musiman, selain itu karena lokasi studi terletak di pesisir pengaruh pasang surut harus di perhitungkan sehingga simulasi akan dilakukan selama 15 hari dengan asumsi akan diperoleh pasang tertinggi dan surut terendah, karena pada kondisi-kondisi tersebut biasanya pola arus di pesisir sangat kuat dipengaruhi.
Hasil model sebaran suhu maksimum saat musim barat dan musim timur masing-masing disajikan dalam Gambar 3.11 dan Gambar 3.12. Kedua gambar tersebut menunjukan perbedaan pola sebaran suhu yang cukup signifikan akibat pengaruh arus musiman, jika pada saat musim barat sebaran suhu mengarah ke timur
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 114
sebaliknya pada saat musim timur pola sebaran suhu mengarah ke barat. Pada musim barat sebaran suhu dengan delta 2 °C dapat mencapai ± 45 m dari outfall ke arah Karang Kretek atau ± 850 m dari Karang Kretek sementara sebaran suhu dengan delta 0,01 °C dapat menyebar pada jarak ± 130 m ke arah Karang Kretek. sehingga dari hasil pemodelan tersebut dapat disimpulkan bahwa pada musim barat sebaran suhu dengan delta 2 °C tidak akan pernah sampai ke Karang Kretek. Pada musim timur sebaran suhu dengan delta 2 °C akan menyebar ke arah intake dengan jarak ± 200 m dari outfall sementara sebaran suhu dengan delta 0,01 °C dapat menyebar pada jarak ± 900 dari outfall , dalam pengertian bahwa penyebaran suhu pada musim timur tidak akan mencapai intake. Selain disajikan dalam bentuk kontur sebaran, model sebaran delta suhu juga disajikan dalam bentuk grafik series hasil cuplikan di 2 titik yang di anggap area sensitif, yakni di area Karang Kretek (saat musim barat) dan di titik intake (saat musim timur). Hasil pencuplikan tersebut disajikan dalam Gambar 3.11 dan Gambar 3.12. Berdasarkan gambar tersebut terlihat bahwa, pada saat musim barat nilai delta suhu 2 °C atau bahkan 0,01 °C tidak akan mencapai Karang Kretek, demikian juga pada saat musim timur nilai delta suhu 2 0C atau bahkan 0,01 °C tidak akan mencapai intake.
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 115
Gambar 3.11 Pola Sebaran Delta Suhu Maksimum dari Buangan Limbah Sistem Pendingin pada Saat Musim Barat
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 116
Gambar 3.12 Pola Sebaran Delta Suhu Maksimum dari Buangan Limbah Sistem Pendingin pada Saat Musim Timur
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 117
Gambar 3.12 Pola Sebaran Delta Suhu Maksimum dari Buangan Limbah Sistem Pendingin pada Saat Musim Timur
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 117
Gambar 3.13 Grafik Nilai Delta Suhu terhadap Waktu di Area Karang Kretek Hasil Simulasi Selama 15 Hari Kondisi Musim Barat
Gambar 3.13 Grafik Nilai Delta Suhu terhadap Waktu di Area Karang Kretek Hasil Simulasi Selama 15 Hari Kondisi Musim Barat
Gambar 3.14 Grafik Nilai Delta Suhu Terhadap Waktu di Titik Intake Hasil Simulasi Selama 15 Hari Kondisi Musim Timur
Rona awal dari kualitas air laut di sekitar lokasi proyek pembangunan PLTU masih termasuk dalam skala 3 dengan suhu terukur maksimum 31,2 °C. Dari hasil pemodelan tersebut dapat disimpulkan bahwa pada musim barat sebaran suhu dengan delta 2 °C tidak akan pernah sampai ke Karang Kretek (yang mencapai Karang Kretek hanya delta suhu 0,01 °C). Jika ditambahkan dengan rona awal maka temperatur di sekitar titik buangan di sekitar Karang Kretek menjadi sekitar 31,21 °C. Pada jarak 850 m dan sekitar Karang Kretek peningkatan suhu tergolong kecil sehingga tidak merubah skala kualitas lingkungan. Sedangkan peningkatan suhu air laut hingga 2 °C hanya terjadi di sekitar titik buangan hingga radius 45 m dari outfall sehingga sehingga suhu ambien akan meningkat menjadi 33,7 °C penurunan skala kualitas lingkungan menjadiskala 2. Dengan demikian besaran dampak terhadap kualitas air laut dengan adanya kegiatan operasional PLTU adalah tergolong Kecil dengan nilai perubahan dampaknya Negatif Satu (-1). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.75 berikut ini.
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 118
Tabel 3.75 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Operasional PLTU terhadap Peningkatan Suhu Air Laut NO.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING
SIFAT PENTING DAMPAK P
1.
Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan
2.
Luas wilayah penyebaran dampak
TP
3.
Intensitas dampak
TP
Lamanya dampak berlangsung
TP
4.
Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak
P
5.
Sifat Kumulatif dampak
P
6.
Berbalik atau tak berbaliknya dampak
TP
7.
Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
TP
Sifat Penting Dampak Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
P
KETERANGAN Kegiatan operasional PLTU yang menimbulkan limbah bahangakan berlangsung selama kegiatan operasional PLTU dengan perubahan keluaran suhu 9,1oC dapat mengakibatkan pada peningkatan temperatur air laut dan berpengaruh lanjut pada biota laut di sekitarnya terutama di kawasan karang Kretek. Dampak tidak langsung lainnya adalah bagi penduduk setempat yang biasa mencari ikan di daerah tersebut yang berjumlah lebih dari 100 nelayan, namun demikian daya jelajah nelayan tidak terbatas pada area lokasi outfall sehingga dampak yang ditimbulkan dari kegiatan ini tergolong penting.. Daerah terdampak dari sebaran suhu pada musim barat dan musim timur akibat buangan limbah panas berupa peningkatan suhu 2°C dapat menyebar dalam radius berturut 12 Ha dan 10 Ha. Luas sebaran dengan peningkatan suhu 0.01°C juga tidak akan mencapai intake dan Karang Kretek sehingga dampak yang ditimbulkan dari perubahan Kualitas Air Laut dalam hal ini suhu sifatnya tidak penting. Hasil simulasi menunjukan bahwa frekuensi kejadian perubahan suhu yang terburuk dapat terjadi selama musim barat saja sehingga dampak yang ditimbulkan dari kegiatan ini sifatnya menjadi ti dak penting. Dampak dapat berlangsung selama 1 tahapan kegiatan selama operasional PLTU. Intensitas dampak sedang dan hanya terjadi Musim Barat tetapi akan berlangsung selama kegiatan operasional PLTU. Hasil simulasi menunjukan bahwa frekuensi kejadian selama musim barat sesuai dengan pola pasang surut laut, dimana sebesar 0,01°C sehingga dampak yang ditimbulkan dari kegiatan ini sifatnya menjadi tidak penting. Biota air seperti plankton dan terumbu karang merupakan habitat ikan dan organisme perairan lain (benthos) yang merupakan satu mata rantai makanan namun masih pada kisaran toleransi. Dengan demikian dampak kegiatan berpengaruh pada komponen lingkungan lain cukup banyak, dan oleh karenanya dampak ini sifatnya penting. Dampak bersifat kumulatif karena kegiatan operasional PLTU berlangsung terus menerus. Dampak yang timbul merupakan dampak terbalikkan, namun dalam selang waktu 6 bulan (perubahan musim). Kenaikan temperatur 2°C dapat berbalik tetapi intensitasnya tidak sering sehingga dampak tersebut merupakan dampak tidak penting. Kegiatan operasional PLTU yang menimbulkan limbah bahang namun demikian PLTU ini akan dibangun dengan menggunakan teknologi Ultra Super Critical (USC) menurunkan sehingga dampat tersebut sifatnya menjadi tidak penting. Penting
3 - 119
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak kegiatan peningkatan suhu air laut pada kegiatan operasional PLTU masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi penurunan, sehingga dampak tergolong Negatif Penting (NP).
Mekanisme aliran dampak kegiatan operasional PLTU terhadap kualitas air laut bersifat langsung pada komponen fisik kimia dan selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada lingkungan biologi lainnya serta dampak balik pada kegiatan operasional PLTU
.
Perubahan Garis Pantai Rencana pembangunan PLTU di Kabupaten Batang diperkirakan akan mengganggu keseimbangan garis pantai. Gangguan keseimbangan pantai terjadi diperkirakan pada saat operasi berupa kebaradaan dinding pantai (revetment) yang berguna untuk menahan erosi tanah darat ke laut dan menahan gempuran ombak yang datang dari arah laut. Revetment umumnya merupakan solusi untuk menahan laju erosi tanah ataupun untuk pelindung abrasi pantai, akan tetapi sering kali satu solusi dapat menimbulkan permasalahan yang lainnya. Keberadaan revetment diperkirakan akan mengganggu transport sedimen littoral , sehingga garis pantai menjadi tidak seimbang.
Untuk mengetahui dampak adanya revetment terhadap keseimbangan garis pantai, maka dilakukan prediksi perubahan garis pantai selama 12 tahun (2013 - 2025) pada tahap operasi dengan menggunakan data gelombang hasil ramalan dari data angin rata-rata bulanan selama 10 tahun terakhir. Skenario prediksi perubahan garis pantai pada tahap operasi terdiri dari 2 skenario, yakni : (1) Prediksi perubahan garis pantai sebelum ada bangunanrevetment (2) Prediksi perubahan garis pantai setelah ada bangunanrevetment
Input yang digunakan dalam model perubahan garis pantai adalah :
Data kedalaman (batimetri)
Sedimentologi : ukuran butir (grand size), kecepatan jatuh, dan suspensi sedimen
Pasang surut (water level)
Gelombang
Posisi garis pantai
Hasil prediksi perubahan garis pantai sekenario 1 dengan asusmsi belum ada bangunan revetment disajikan dalam Gambar 3.15, sedangkan hasil prediksi sekenario 2 dengan asumsi sudah ada bangunan revetment tersaji dalam Gambar 3.16. Secara alami garis pantai berubah-ubah untuk membentuk keseimbangan, hal ini terlihat dari hasil model sekenario 1 tanpa ada bangunanrevetment-pun garis pantai mengalami perubahan.
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 120
Gambar 3.15 Perubahan garis pantai selama 12 tahun (2013 - 2025) asumsi belum ada bangunanrevetment . (A) Posisi garis pantai yang di overlay dengan citra. (B) jarak perubahan garis pantai
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 121
Gambar 3.16 Perubahan garis pantai selama 12 tahun (2013-2025) asumsi sudah ada bangunanrevetment. (A) Posisi garis pantai yang di overlay dengan citra. (B) jarak perubahan garis pantai
Rona awal dari garis pantai lokasi proyek pembangunan PLTU garis pantainya masih tetap yakni termasuk dalam skala 3, sedangkan kondisi rona akhir pada 12 tahun yang akan datang menunjukan garis pantai yang menjorok ke arah laut sekitar 50 m atau terjadi perubahan sebesar 10 % atau dalam skala 2. Dengan demikian besaran dampak terhadap garis pantai dengan adanya kegiatan operasional PLTU adalah tergolong Kecil dengan nilai perubahan dampaknya Negatif Satu (-1). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.76 berikut ini.
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 122
Tabel 3.76 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Operasional PLTU terhadap Perubahan Garis Pantai NO.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING
SIFAT PENTING DAMPAK P
1.
Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan
2.
Luas wilayah penyebaran dampak
TP
3.
Intensitas dampak
P
4.
Lamanya dampak berlangsung Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak
TP P
5.
Sifat Kumulatif dampak
TP
6.
Berbalik atau tak berbaliknya dampak
TP
Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Sifat Penting Dampak Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
TP
7.
P
KETERANGAN Kegiatan operasional PLTU yang menimbulkan sedimentasi dan abrasi akan berakibat terganggunya kualitas air laut dan berdampak sekunder pada biota laut di sekitarnya sehingga berdampak langsung bagi penduduk setempat yang biasa mencari ikan di daerah tersebut, karena itu dampak yang ditimbulkan dari kegiatan ini menjadi penting. Luas persebaran dampak lebih kecil dibandingkan dengan luas wilayah rencana kegiatan yaitu diperairan pantai Ujungnegoro sepanjang kurang lebih 3km dengan lebar sekitar 300 m ke pantai atau sekitar 0,9 km2. Intensitas dampak sedang dan dapat menimbulkan perubahan fisik dan hayati karena abrasi yang terjadi. Satu tahapan kegiatan selama operasional PLTU. Dampak kegiatan pada komponen lingkungan lain adalah terjadinya abrasi pada sisi sebelah timur dan sedimentasi pada sisi sebelah barat dan komponen lainnya yang terkena dampak adalah aspek sosial ekonomi nelayan, sehingga dampak ini sifatnya penting. Dampak tidak bersifat kumulatif karena kegiatan operasional PLTU berhenti setelah kegiatan selesai, sehingga dampak yang ditimbulkan sifatnya menjadi tidak penting. Dampak yang timbul merupakan dampak terbalikkan jika dilakukan pengelolaan. Kegiatan PLTU dapat ditanggulangi oleh teknologi yang tersedia sehingga dampaknya menjadi dampak tidak penting. Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak kegiatan perubahan garis pantai pada kegiatan operasional PLTU masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi penurunan, sehingga dampak tergolong Negatif Penting (NP).
Gangguan terhadap Biota Laut Gangguan terhadap biota laut pada saat tahap operasional PLTU merupakan dampak turunan dan juga merupakan dampak langsung terhadap biota laut akibat adanya peningkatan suhu sebesar 40 °C yang keluar dari sistem pendingin PLTU pada saat operasi. Peningkatan suhu air laut ini dapat berpengaruh secara langsung terhadap kehidupan biota laut di sekitar Karang Kretek yang terletak ± 900 m di sebelah timur pipa PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 123
outfall dan Karang Maeso yang terletak ± 2.900 m di sebelah barat pipa outlet atau ± 1.750 m dari intake. Berdasarkan hasil simulasi persebaran perubahan suhu tersebut terlihat bahwa, pada saat musim barat nilai sebaran suhu dengan delta 0,01 °C tidak dapat menyebar sampai ke Karang Kretek. Data Review KKLD (2012) menyebutkan bahwa tutupan Karang Kretek <5%, dan rona awal lingkungan plankton dan benthos menurut skala kualitas masuk dalam kategori skala 3. Sementara itu rona awal suhu air laut di sekitar Karang Kretek dan Karang Maeso berkisar antara 31,2 oC. Kisaran suhu ini tidak cukup mendukung kehidupan dan pertumbuhan plankton dan benthos akan dapat berpengaruh terhadap kondisi kelimpahan plankton dan benthos maka skala kualitas lingkungan pada saat operasional PLTU berlangsung akan menurun menjadi skala 1. Dengan demikian sifat penting dampak terhadap penurunan biota laut adalah tergolong Sedang dengan nilai perubahan dampaknya Negatif Dua (-2). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.77 berikut ini.
Tabel 3.77 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Operasional PLTU terhadap Gangguan pada Biota Laut NO.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING
SIFAT PENTING DAMPAK P
1.
Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan
2.
Luas wilayah penyebaran dampak
TP
3.
Intensitas dampak
TP
Lamanya dampak berlangsung
TP
4.
Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak
P
5.
Sifat Kumulatif dampak
P
6.
Berbalik atau tak berbaliknya dampak
P
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
KETERANGAN Kegiatan operasional PLTU akan berakibat terganggunya biota laut termasuk kemelimpahan ikan yang ada di sekitar perairan Ujungnegoro. Dampak tidak langsung lainnya adalah bagi penduduk setempat yang biasa mencari ikan di daerah tersebut yang berjumlah lebih dari 100 nelayan, namun demikian daya jelajah nelayan tidak terbatas pada area lokasi outfall sehingga dampak yang ditimbulkan dari kegiatan ini tergolong penting Kegiatan operasional PLTU yang berlangsung selama operasional berpotensi menyebabkan persebaran dampak terjadi pada wilayah seluas 10 sampai dengan 12 Ha dibandingkan dengan luas perairan Ujungnegoro, sehingga dampak menjadi tidak penting Intensitas dampak yang ditimbulkan dari kegiatan ini sedang karena terjadi perubahan suhu (terjadi peningkatan 2oC) sementara peningkatan suhu tersebut hanya terjadi pada musim barat dan tidak sampai ke terumbu karang yang ada di Karang Kretek sehingga intensifat dampat sifatnya tidak penting terhadap biota laut Berlangsung selama tahap operasional pada saat musim barat dan tidak menerus sehingga sifat dampaknya tidak penting. Terumbu karang merupakan habitat ikan dan organisme perairan lain (benthos) yang merupakan satu mata rantai makanan. Dengan demikian dampak kegiatan pada komponen lingkungan lain cukup banyak, dan oleh karenanya dampak ini sifatnya menjadi penting Dampak bersifat kumulatif karena kegiatan operasional PLTU berlangsung terus menerus selamanya Dampak yang timbul merupakan dampak tidak terbalikkan, karena dapat menyebabkan mati/rusaknya terumbu karang sebagai habitat biota air laut. Dampak 3 - 124
NO.
7.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING
SIFAT PENTING DAMPAK
Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Sifat Penting Dampak
TP
P
KETERANGAN tersebut merupakan dampak penting. penting. Kegiatan operasi PLTU yang menimbulkan gangguan terhadap biota laut dapat ditanggulangi oleh teknologi yang tersedia Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak kegiatan gangguan terhadap biota air pada kegiatan operasional PLTU masuk kategori dampak penting. penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi penurunan, sehingga dampak tergolong Negatif Penting Negatif Penting (NP).
Mekanisme aliran dampak kegiatan operasional PLTU terhadap biota air laut bersifat langsung pada komponen biologi dan selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada lingkungan sosial ekonomi lainnya.
Gangguan Kesehatan Masyarakat Kegiatan operasional PLTU menyebabkan penurunan kualitas udara dari aktivitas cerobong PLTU, kegiatan timbunan batubara dan abu batubara (fly (fly ash) ash) yang akan berhamburan karena tiupan angin. Proses bongkar muat batubara akan menggunakan belt conveyor belt conveyor yang didesain melalui jetty melalui jetty sepanjang sepanjang 2 km. Dampak yang diprakirakan dari kegiatan pembongkaran batubara dengan kapasitas total 2.800 ton per jam atau sebesar 700 ton per jam untuk tiap alat angkut dari kapal ke stock yard adalah tertiupnya debu batubara dengan ukuran kurang dari 10 mikron ke permukiman terdekat. Tempat penyimpanan batubara (coal yard) dengan sistem terbuka mempunyai kapasitas 792.000 metric ton dengan ketinggian tidak lebih dari 15 meter dan mampu menampung batubara selama 30 hari untuk operasional 2 boiler . Luas coal yard 15,53 Ha, tidak menggunakan atap tertutup. Coal yard dilengkapi dengan lapisan clay (300 (300 mm), gravel (100mm), (100mm), dan coal carpet (min (min 200mm). Untuk mengurangi debu batubara, coal yard dilengkapi dengan spray water sprinkler . Dengan adanya kegiatan tersebut diperkirakan akan timbul hamburan debu yang terdispersi di atmosfer.
Senyawa-senyawa pencemar udara di dalam gas cerobong dapat meyebabkan iritasi saluran pernafasan. Untuk jangka waktu yang pendek, keadaan ini dapat saja menjadi penyebab penyakit rhinitis dan faringitas. Dalam waktu yang relatif cukup lama kondisi tersebut dapat berkembang dan dapat mengakibatkan terjadinya bronchitis dan pneumonia. Pengaruh bahan pencemar dapat meningkatkan resiko atau penyakit pada seseorang atau sekelompok orang. Pengaruh ini dapat diperberat oleh beberapa faktor seperti umur dan ada tidaknya penurunan kapasitas paru dan jantung. Anak-anak dan para lanjut usia rentan terhadap infeksi saluran nafas oleh karena kapasitas, fungsi parunya dan imunitasnya kurang sempurna.
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 125
Batubara dan produk buangannya berupa fly ash, bottom ash, ash, dan kerak sisa pembakaran mengandung berbagai logam berat, seperti arsenik, timbal, merkuri, nikel, vanadium, berilium, cadmium, barium, chromium, tembaga, molybdenum seng, selenium, dan radium yang berbahaya jika dibuang di lingkungan. Terdapat tiga faktor berpengaruh dalam timbulnya penyakit atau gangguan saluran nafas akibat debu batubara. Pertama, faktor agen yang berpengaruh antara lain adalah : ukuran partikel, bentuk, konsentrasi, daya larut, sifat kimiawi dan lama paparan. Kedua, faktor individu : perilaku merokok, anatomi dan fisiologi saluran paru dan mekanisme pertahanan tubuh serta sebagai faktor yang ketiga adalah faktor lingkungan, antara lain adalah : perumahan dan sanitasi lingkungan. Kita dapat menghirup debu dalam ukuran 0,1 – 10 – 10 mikron. Debu dengan ukuran 5 – 5 – 10 10 mikron yang ikut masuk saat kita mengambil nafas tertahan dan tertimbun dalam saluran nafas bagian atas (dari hidung – hidung – faring). faring). Debu ukuran 3 – 3 – 5 5 mikron yang ikut masuk saat kita mengambil nafas akan tertahan pada saluran nafas bagian tengah (dari trakea – trakea – bronkhiolus) dan debu ukuran 1-3 mikron akan tertimbun pada saluran nafas bagian bawah (bronkhiolus terminalis – terminalis – alveolus). Debu dengan ukurannya kurang dari 1 mikron akan berdifusi keluar masuk alveolus. Masuknya debu batubara ke saluran nafas dalam waktu lama dapat menyebabkan menyebabkan antrakosis, silikosis, dan bronchitis industri kronik. Prevalensinya tergantung dari ketiga faktor epidemiologi tersebut di atas. Rerata lamanya pajanan diperkirakan sekitar 20 tahun baru baru akan menimbulkan antrakosis, antrakosis, silikosis, antrakosilikosis ataupunbronchitis ataupunbronchitis industry kronik kronik dengan atau tanpa penurunan fungsi paru dan dapat berkembang menjadi fibrosis paru massif progresif yang diikuti dengan penurunan fungsi paru berat. Proses menjadi fibrosis paru massif progresif tetap dapat berjalan meskipun pajanan telah dihindari atau dihentikan.
NO2 merupakan suatu gas iritan yang berwarna merah kecoklatan. NO2 di dalam tubuh akan bergabung secara kimiawi dengan hemoglobin dan membentuk methemoglobin. Pada pemaparan akut dapat menyebabkan demam, sakit kepala, mual dan muntah, batuk, batuk darah, sesak nafas, udema paru, kesadaran menurun dan bahkan dapat terjadi kematian oleh karena kegagalan fungsi pernafasan. Pada keadaan kronik atau menahun, dapat dinilai dari gejala dan tanda yang ada seperti sakit kepala, sulit tidur, nafsu makan menurun, adanya ulkus pada hidung dan mulut, badan lemah, nafsu makan berkurang, erosi gigi serta bronkitis kronik, dan emfisema.
Rona awal dari kondisi pola penyakit pada angka kesakitan infeksi saluran pernapasan masih masuk dalam skala 4 dimana 4 dimana pola penyakit masyarakat di sekitar PLTU urutan 2 sampai 5 bukan penyakit infeksi, dengan adanya aktivitas PLTU maka diprakirakan akan terjadi peningkatan pola penyakit terutama infeksi saluran pernapasan sebesar 50 % sehingga skala kualitas lingkungan menjadi skala 2 2 dimana pola penyakit masyarakat di sekitar PLTU urutan urutan 1 sampai 3 merupakan penyakit infeksi dan urutan 4 - 5 bukan penyakit infeksi. Dengan demikian besaran dampak terhadap kondisi kesehatan masyarakat akibat adanya kegiatan mobilisasi peralatan dan material adalah tergolong Sedang dengan Sedang dengan nilai perubahan dampaknya Negatif Dua (-2).. Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.78 berikut ini. (-2)
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 126
Tabel 3.78 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Operasional PLTU terhadap Kesehatan Masyarakat NO.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING
SIFAT PENTING DAMPAK P
1.
Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan
2.
Luas wilayah penyebaran dampak
P
3.
Intensitas dampak
P
Lamanya dampak berlangsung
P
4.
Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak
P
5. 6.
Sifat Kumulatif dampak Berbalik atau tak berbaliknya dampak
P P
7.
Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
P
Sifat Penting Dampak Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
P
KETERANGAN Jumlah penduduk yang terkena dampak cukup banyak, yaitu hampir seluruh desa namun jumlah terbesar ada di lokasi sebelah timur – – tenggara power block, yaitu di wilayah Desa Ponowareng, Kedungsegog, Roban dan Kenconorejo ( sekitar 6.178) Gangguan kesehatan akan dapat dirasakan masyarakat yang berada di luar kawasan proyek, tapi diprakirakan tidak akan menyebar di luar wilayah kecamatan Intensitas dampak yang ditimbulkan dari kegiatan ini cukup berat, populasi dampak terpengaruh Dampak akan berlangsung cukup lama, bahkan bisa melewati masa pasca operasi komponen yang terkena dampak adalah komponen kenyamanan penduduk, dan komponen kesehatan masyarakat Dampaknyabersifat kumulatif Dampak meningkatnya gangguan kesehatan di wilayah tersebut tidak dapat berbalik atau tidak dapat dikembalikan seperti keadaan semula meskipun telah dikelola dengan baik Dampak peningkatan prevalensi penyakit saluran pernafasan akibat operasionalisasi PLTU meskipun dapat ditanggulangi secara teknologi namun sering kali tidak bisa dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak kegiatan gangguan kesehatan masyarakat pada kegiatan operasional PLTU masuk kategori dampak penting. penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi penurunan, sehingga dampak tergolong Negatif Penting Negatif Penting (NP).
Mekanisme aliran dampak gangguan kesehatan masyarakat pada kegiatan operasional PLTU bersifat langsung pada komponen lingkungan sosial ekonomi dan budaya dan selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada lingkungan sosial lainnya serta dampak balik pada kegiatan operasional PLTU
.
Peningkatan Peluang Berusaha Kegiatan operasional PLTU diperkirakan akan memberikan dampak positif terhadap peluang berusaha masyarakat lokal dengan menyediakan kebutuhan hidup sehari-hari kepada tenaga kerja dari luar. Disamping itu peluang berusaha juga muncul dari operasional PLTU. Dengan demikian ada ketidakseimbangan di PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 127
lingkungan sosial. Rona awal mata pencaharian masuk dalam kategori kualitas skala 3 (Lampiran 2P). Munculnya peluang berusaha diperkirakan akan meningkatkan kualitas lingkungan menjadi kualitasskala 4. Dengan demikian besaran dampak terhadap meningkatnya peluang berusaha pada tahap konstruksi adalah tergolong rendah (Lampiran 2P), dengan nilai perubahan dampaknya Positif Satu (+1). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.79 berikut ini. Analisis rinci penentuan dampak kegiatan operasional unit PLTU terhadap peningkatan peluang berusaha dapat dilihat pada Lampiran 3D poin 1.3.3.1.
Tabel 3.79 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Operasional Unit PLTU terhadap Peningkatan Peluang Berusaha NO. 1.
2.
3.
4.
5.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan Luas wilayah penyebaran dampak
SIFAT PENTING DAMPAK P
P
Intensitas dampak
P
Lamanya dampak berlangsung Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak Sifat Kumulatif dampak
TP P
6.
P
Berbalik atau tak berbaliknya P dampak 7. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Sifat Penting Dampak P Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
KETERANGAN Jumlah penduduk yang terkena dampak mencakup 8.199 keluarga dari desa yang dapat menjadi alternatif akses masuk ke proyek. Dampak mencakup desa-desa yang dekat dengan jalan yang menghubungkan PLTU dengan jalan raya pantura, meliputi desa Tulis, Beji, Simbangjati, Kenconorejo, Wonokerso, Kedungsegog, Ponowareng, Karanggeneng, Ujungnegoro, Bakalan,Wringingintung, Sembojo dan Juragan. Intensitas dampak tinggi karena peluang berusaha yang sedikit akan diperebutkan oleh warga yang cukup banyak Dampak akan berlangsung selama tahap operasi Menimbulkan dampak sekunder pada pendapatan dan persepsi masyarakat Peluang berusaha yang muncul bersifat kumulatif selama tahap opersi berlangsung Melalui pengelolaan yang baik dampak positif dapat ditingkatkan Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak peningkatan peluang berusaha pada kegiatan operasional PLTU masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi peningkatan, sehingga dampak tergolong Positif Penting (PP). Untuk mewujudkan terciptanya keseimbangan baru berupa peningkatan peluang usaha diperlukan fasilitasi dan penyediaan sarana prasaranan baru, sehingga peluang usaha dapat tercipta dan dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar proyek.
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 128
Mekanisme aliran dampak peningkatan peluang berusaha pada kegiatan operasi PLTU bersifat langsung pada komponen lingkungan sosial ekonomi dan budaya dan selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada lingkungan sosial lainnya.
Perubahan Persepsi Masyarakat Kegiatan operasional PLTU berpotensi menimbulkan dampak penurunan kualitas udara, peningkatan suhu air laut, gangguan pada biota air laut, dan gangguan kesehatan. Hal ini dapat menimbulkan persepsi negatif utamanya bagi warga yang tinggal di ketiga desa tapak power block yakni Ujungnegoro, Karanggeneng, dan Desa Ponowareng. Dengan demikian terjadi ketidakseimbangan yang harus difasilitasi dan disediakan sarana prasarana baru untuk menghilangkan persepsi negative sehingga persepsi berubah menjadi positif. Terciptanya peluang berusaha dan peningkatan pendapatan akan menimbulkan dampak positif bagi masyarakat. Rona kualitas lingkungan pada aspek persepsi masyarakat masuk dalam kategori baik atau skala 4. Kegiatan operasional PLTU akan meningkatkan skala kualitas lingkungan menjadiskala 5 (Lampiran 2P); Ketidakseimbangan yang muncul akibat dampak yang bersifat positif terjadi karena kondisi lingkungan sosial cukup kondusif untuk kegiatan operasional PLTU. Dengan demikian besaran dampak terhadap perubahan persepsi masyarakat terhadap kegiatan operasional PLTU adalah tergolong Kecil (Lampiran 2P), dengan nilai perubahan dampaknya Positif Satu (+1). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.80 berikut ini. Analisis rinci penentuan dampak kegiatan operasi PLTU terhadap perubahan persepsi masyarakat dapat dilihat pada Lampiran 3D poin 1.3.3.3.
Tabel 3.80 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Operasi PLTU terhadap Perubahan Persepsi Masyarakat NO. 1.
2.
3.
4.
5.
6.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan Luas wilayah penyebaran dampak
SIFAT PENTING DAMPAK P
P
Intensitas dampak
P
Lamanya dampak berlangsung
P
Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak Sifat Kumulatif dampak
TP
Berbalik atau tak berbaliknya dampak
TP
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
P
KETERANGAN Jumlah penduduk yang terkena dampak 41.092 jiwa, yakni penduduk seluruh desa di wilayah studi. Dampak mencakup desa-desa di wilayah studi, meliputi desa Tulis, Sembojo, Wringingintung, Beji, Simbangjati, Kenconorejo, Wonokerso, Kedungsegog, Ponowareng, Karanggeneng, Ujungnegoro, Bakalan, dan Juragan. Intensitas dampak sedang peningkatan pendapatan yang akan berlangsung selamanya Dampak diprediksikan akan berlangsung selama tahap operasi PLTU Tidak membawa dampak ikutan pada komponen lain
Dapat bersifat kumulatif karena terganggunya kenyamanan dan peningkatan pendapatan akan berlangsung terus menerus Dengan pengelolaan terprogram dampak positif dapat ditingkatkan dan dampak negatif dapat
3 - 129
NO.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING
SIFAT PENTING DAMPAK
7.
Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Sifat Penting Dampak P Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
KETERANGAN dipulihkan Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak perubahan persepsi masyarakat pada kegiatan operasional PLTU masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi peningkatan, sehingga dampak tergolong Positif Penting (PP). Untuk mewujudkan terciptanya keseimbangan baru berupa peningkatan persepsi positif diperlukan fasilitasi dan penyediaan sarana prasaranan baru, sehingga persepsi positif dapat terjaga.
Mekanisme aliran dampak perubahan persepsi masyarakat pada kegiatan operasional PLTU bersifat langsung pada komponen lingkungan sosial ekonomi dan budaya yang selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada lingkungan sosial lainnya.
Peningkatan Ekonomi Lokal dan Regional Kegiatan ekonomi lokal dan regional yang sudah ada pada saat ini dapat dilihat dari struktur perekonomian Kabupaten Batang. Di Kabupaten Batang, sektor perekonomian wilayahnya masih didominasi oleh sektor pertanian. Penduduk Kecamatan Kandeman sebagian pada umumnya bekerja pada empat sektor utama yakni pertanian, industri, perdagangan, dan perkebunan. Sektor pertanian khususnya pertanian tanaman pangan menjadi mata pencaharian 22 % warga Kecamatan Kandeman, kemudian buruh industri menjadi pilihan 16 % warga, sektor perdagangan menjadi pekerjaan 15 % warga dan bekerja pada sektor perkebunan menjadi pilihan 14 % warga.
Dari gambaran matapencaharian penduduk, sektor pertanian masih sangat dominan hampir di semua desa yang diteliti, sementara sektor perdagangan dan dan industri umumnya cukup berkembang di desa-desa yang berdekatan dengan jalan arteri, dan kegiatan pasar. Peluang usaha yang muncul di desa-desa yang diteliti adalah industri rumah tangga (hasil olahan pertanian dan perikanan), perdagangan, jasa, dan angkutan. Dari kajian Baseline Sosial Ekonomi di 10 desa sekitar rencana pembangunan PLTU (BPI dan P5 UNDIP) mencatat usaha yang ada di Desa Ujungnegoro, Karanggeneng, Ponowareng, Beji, Tulis, Kenconoreso, dan Desa Wringingintung. Usaha yang ada diantaranya adalah warung sembako, jasa (konstruksi dan bangunan, bengkel, penggilingan padi, percetakan, simpan pinjam), penjualan hasil laut, pembuatan terasi, dan budidaya bunga melati. Sehingga rona awal masuk ke dalamskala 3. PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 130
Dengan beroperasinya PLTU dan sarana pendukungnya lainnya, akan meningkatkan kegiatan industri dan perekonomian lokal begitu juga regional. Pada gilirannya nanti, berkembangnya kegiatan industri akan mempengaruhi kontribusi pembentukan sektor-sektor perekonomian terhadap PDRB regional sehingga meningkatkan menjadi skala 5. Dengan demikian dampak terhadap kegiatan ekonomi lokal dan regional ini dapat digolongkan sebagai dampak positif yang tergolong Sedang dengan nilai perubahan dampaknya Positif Dua (+2). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.81 berikut ini. Tabel 3.81 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Operasi PLTU terhadap Peningkatan Ekonomi Lokal dan Regional NO. 1.
2.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan Luas wilayah penyebaran dampak
SIFAT PENTING DAMPAK P
P
3.
Intensitas dampak
P
P
4.
Lamanya dampak berlangsung Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak
5.
Sifat Kumulatif dampak
P
6.
Berbalik atau tak berbaliknya dampak
TP
7.
P
Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Sifat Penting Dampak P Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
KETERANGAN Peningkatan kegiatan ekonomi lokal dan regional akan berdampak pada penduduk terutama yang berada di desadesa yang ada di sekitar lokasi operasional PLTU, sebagai pelaku ekonomi di wilayahnya. Luas wilayah persebaran dampak peningkatan kegiatan ekonomi lokal dan regional pada saat operasional PLTU tidak terbatas hanya pada desa-desa terdekat di sekitar PLTU, akan tetapi juga dapat dinikmati oleh masyarakat luas lainnya yang ada di kecamatan, kabupaten, bahkan propinsi Jawa Tengah Lama dan intensitas dampak peningkatan kegiatan ekonomi lokal dan regional bagi masyarakat yang ada di sekitar lokasi operasional PLTU, tidak hanya terbatas pada tahap operasional saja, akan tetapi juga akan bergulir dengan adanya bangkitan aktivitas ekonomi melalui multiplier effect. Dampak akan berlangsung selama tahap operasi atau selamanya Meningkatnya kegiatan ekonomi lokal dan regional akibat pengoperasian unit PLTU di Kabupaten Batang tidak terbatas hanya pada komponen perekonomian lokal itu saja, akan tetapi juga terkait dengan komponen lingkungan yang lainnya, seperti tingkat pendapatan masyarakat dan regional, tingkat pengangguran, tingkat kemiskinan, dan kualitas sumber daya manusia secara keseluruhan pada umumnya. Meningkatnya kegiatan ekonomi lokal dan regional di desadesa, kecamatan, kabupaten dan propinsi dimana operasional PLTU bersifat kumulatif. Peningkatan kegiatan ekonomi lokal dan regional di wilayah Jawa Tengah pada umumnya maupun di kabupaten dan kecamatan terdekat dengan lokal operasional operasional PLTU bersifat berbalik, yaitu dapat berubah sewaktu-waktu dan berbalik tergantung pada kebijakan dan situasi kondisi ketenagakerjaan dan perekonomian nasional dan setempat Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Penting
3 - 131
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak penignkatan ekonomi lokal dan regional pada kegiatan operasional PLTU masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi peningkatan, sehingga dampak tergolong Positif Penting (PP). Untuk mekanisme aliran dampak operasional PLTU terhadap kegiatan ekonomi lokal dan regional yang ada di masyarakat sekitar termasuk dampak langsung pada lingkungan sosial dan saling berantai di antara komponen sosial lainnya.
Perubahan Tingkat Pendapatan Peluang berusaha yang dapat dimanfaatkan oleh penduduk lokal pada kegiatan operasional PLTU diprediksi akan memberikan dampak positif terhadap kenaikan pendapatan. Munculnya peluang usaha yang berdampak pada peningkatan pendapatan berarti terjadi ketidakseimbangan di lingkungan sosial. Rona awal pendapatan masuk dalam kategori kualitas skala 3 (lampiran 2P). Munculnya peluang berusaha diperkirakan akan meningkatkan kualitas lingkungan menjadi kualitas skala 4. Dengan demikian besaran dampak terhadap meningkatnya pendapatan pada tahap operasi unit PLTU tergolong Kecil dengan nilai perubahan dampaknya Positif Satu (+1). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.82 berikut ini. Analisis rinci penentuan dampak kegiatan operasional unit PLTU terhadap perubahan tingkat pendapatan dapat dilihat pada Lampiran 3D poin 1.3.3.2. Tabel 3.82 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Operasi PLTU terhadap Perubahan Tingkat Pendapatan NO. 1.
2.
3.
4.
5.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan Luas wilayah penyebaran dampak
SIFAT PENTING DAMPAK P
P
Intensitas dampak
P
Lamanya dampak berlangsung Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak Sifat Kumulatif dampak
P
6.
P
P
Berbalik atau tak berbaliknya TP dampak 7. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Sifat Penting Dampak P Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
KETERANGAN Jumlah penduduk yang terkena dampak mencakup 8.199 keluarga dari desa-desa yang kemungkinan dimanfaatkan untuk akses ke PLTU. Dampak mencakup desa-desa yang dekat dengan jalan yang menghubungkan PLTU dengan jalan raya pantura, meliputi desa Tulis, Beji, Simbangjati, Kenconorejo, Wonokerso, Kedungsegog, Ponowareng, Karanggeneng, Ujungnegoro, Bakalan, dan Juragan. Intensitas dampak tinggi karena pendapatan menjadi sumber nafkah untuk pemenuhan kebutuhn keluarga Dampak akan berlangsung selama tahap operasi atau selamanya Menimbulkan dampak sekunder pada persepsi masyarakat Dampak bersifat kumulatif karena sensitivitasnya yang tinggi dan akan berlangsung selama tahap operasi Melalui pengelolaan yang baik dampak positif dapat ditingkatkan Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Penting
3 - 132
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak perubahan tingkat pendapatan masyarakat pada kegiatan operasional PLTU masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi peningkatan, sehingga dampak tergolong Positif Penting (PP). Untuk mewujudkan terciptanya keseimbangan baru berupa peningkatan pendapatan diperlukan fasilitasi dan penyediaan sarana prasaranan baru, sehingga peluang usaha dapat tercipta dan dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar proyek yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan.
Mekanisme aliran dampak peningkatan peluang berusaha pada kegiatan operasi PLTU bersifat langsung pada komponen lingkungan sosial ekonomi dan budaya dan selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada lingkungan sosial lainnya serta dampak balik pada rencana kegiatan pembangunan PLTU
.
3.2
TERMINAL KHUSUS/ JETTY
3.2.1
Tahap Konstruksi
Penurunan Kualitas Air Laut Transportasi laut batubara dan minyak diesel untuk keperluan PLTU dilakukan melalui jetty . Spesifikasi jetty tersebut adalah sebagai berikut :
- Ukuran
: 14.000 DWT (Barge)
- Konstruksi
: Stuktur baja dan struktur beton
- Dimensi Dermaga
: ± 400 m x 28 m
- Dimensi Jembatan
: ± 2.400 m x 13,5 m
Proyek pembangunan PLTU Jawa Tengah membangun dermaga/ jetty untuk kegiatan penerimaan batubara dari barge. Lokasi dermaga akan dibangun dengan penjang 2,4 km dari bibir pantai di sebelah utara lokasi pembangkit dengan konstruksi menggunakan struktur cast in situ dan precast . Penentuan 2,4 km ditentukan dari kebutuhan kedalaman laut 7,5 m untuk ukuran barge 14.000 DWT dengan spesifikasi 120 m x 28,5 m x 7 m (draft 6,5 m). Sehingga berdasarkan peta bathymetry , untuk mencapai kedalaman laut 7,5 m maka membutuhkan panjang jetty 2,4 km. Pembangunan jetty menggunakan metode pile driver sedangkan trestle menggunakan pile hammer . Kebutuhan beton untuk pembangunan jetty dan trestle sebesar 27.000 m3. Beton akan disuplai dari batch plant yang berada di tapak proyek dan pemasok beton akan ditentukan sebagai pemasok tunggal selama proses konstruksi.
Pembangunan jetty di perairan laut berpotensi meningkatkan TSS air laut karena masuknya sejumlah material konstruksi ke dalam laut. Kadar kekeruhan air laut pada rona lingkungan awal di perairan laut sekitar rencana PLTU dan jetty tercatat sekitar 1,94 – 2,50 NTU dan TSS air laut tercatat sekitar 8 – 18 mg/l dengan skala 3.
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 133
Rona akhir TSS di sekitar lokasi pembangunan jetty dan trestle meningkat sehingga kualitasnya menurun dengan skala kualitas lingkungan menjadi skala 1. Dengan demikian besaran dampak terhadap kualitas air laut pada kegiatan konstruksi jetty adalah tergolong Sedang dengan nilai perubahan dampaknya Negatif Dua (-2). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.83 berikut ini. Tabel 3.83 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Konstruksi Jetty terhadap Penurunan Kualitas Air Laut NO. 1.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING
SIFAT PENTING DAMPAK TP
2.
Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan Luas wilayah penyebaran dampak
3.
Intensitas dampak
P
Lamanya dampak berlangsung
TP
4.
Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak
P
5.
Sifat Kumulatif dampak
TP
6.
Berbalik atau tak berbaliknya dampak
TP
7.
Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Sifat Penting Dampak Keterangan : P = Penting; TP = Tidak Penting
P
P
P
KETERANGAN Jumlah manusia yang menerima dampak negatif hampir tidak ada karena dampak TSS langsung mempengaruhi kualitas air laut. Wilayah yang terpengaruh langsung adalah pada areal sekitar intake, jalur outfall, dan jetty dan dengan radius sekitar40,39 Km2. Intensitas dampak yang ditimbulkan dari kegiatan ini cukup berat karena pada sumber dampak TSS dapat meningkat mencapai 100 – 280 mg/l dan berlangsung cepat lebih tinggi dari baku mutu 20 m g/l. Lamanya dampak meliputi tahapan pengerukan pada intake dan jetty dan pengerukan pada outfall. Dampak berlangsung lebih dari 6 bulan saat pekerjaan pengerukan dilakukan.. Kegiatan pengerukan akan menimbulkan dampak sekunder dan dampak lanjutannya terhadap biota air laut seperti ikan dan terumbu karang, dan mata pencaharian nelayan. Pembangunan konstruksi jetty dampaknya tidak bersifat kumulatif Dapak dapat berbalik karena setelah pengerukan selesai, TSS air laut dapat kembali pulih. Dampak penting negatif tidak dapat ditanggulangi oleh teknologi yang tersedia. Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak terhadap gangguan kualitas air laut pada kegiatan konstruksi Jetty masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi penurunan, sehingga dampak tergolong Negatif Penting (NP).
Gangguan terhadap Biota Laut Transportasi laut batubara untuk keperluan PLTU dilakukan melalui jetty. Lokasi dermaga akan dibangun dengan jarak 2,4 km dari bibir pantai di sebelah utara lokasi pembangkit dengan konstruksi menggunakan struktur cast in situ dan precast . Pembangunan jetty menggunakan metode pile driver sedangkan trestle
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 134
menggunakan pile hammer .
Rona awal lingkungan perairan laut di sekitar jetty memiliki kecerahan 3,5 - 5 (baku mutu > 3), kekeruhan 1,65 - 1,95 (< 5) dan TSS 14 - 18 (baku mutu 20). Ketiga parameter lingkungan tersebut masih memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan menurut kualitas lingkungan pada rona awal masuk dalam kategori skala 3 yaitu kualitas lingkungan plankton dan benthos dalam kondisi cukup baik.
Pekerjaan konstruksi jetty berpotensi meningkatkan kadar Total Suspended Solids (TSS) air laut sehingga kualitas air laut menurun.Sebaran dampak TSS dapat berlangsung selama 34 bulan sesuai dengan jadwal kontruksi jetty yang direncanakan. Menurunnya kualitas air laut sekitar jetty menyebabkan terganggunya biota laut. atau menurut skala lingkungan pada rona akhir akan menurun menjadi skala 1 sehingga sifat penting dampak adalah tergolong Sedang dengan nilai perubahan dampaknya Negatif Dua (-2). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.84 berikut ini.
Tabel 3.84 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Pembangunan KonstruksiJetty terhadap Gangguan pada Biota Laut NO.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING
SIFAT PENTING DAMPAK P
1.
Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan
2.
Luas wilayah penyebaran dampak
TP
3.
Intensitas dampak
P
4.
Lamanya dampak berlangsung Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak
P P
5.
Sifat Kumulatif dampak
TP
6.
Berbalik atau tak berbaliknya dampak
P
7.
Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Sifat Penting Dampak Keterangan : P= Penting, TP = Tidak Penting
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
TP
P
KETERANGAN Kegiatan pembangunan konstruksi jetty yang dekat dengan kawasan karang kretek akan berakibat terganggunya biota laut termasuk kemelimpahan ikan yang ada sehingga berdampak langsung bagi penduduk setempat yang biasa mencari ikan di daerah tersebut, Wilayah yang terpengaruh langsung terbatas pada areal kegiatan konstruksi Intensitas dampak yang ditimbulkan dari kegiatan ini cukup besarkarena dapat menyebabkan kerusakan fisik dan hayati sehingga dapat melebihi baku mutu berlangsung selama tahap operasional Terumbu karang merupakan habitat ikan dan organisme perairan lain (benthos)yang merupakan satu mata rantai makanan. Dengan demikian dampak kegiatanpada komponen lingkungan lain cukup banyak, dan oleh karenanya dampak inisifatnya menjadi penting Pembangunan konstruksi jetty dampaknya tidak bersifat kumulatif Dampak yang timbul merupakan dampak tidak terbalikkan, karena menyebabkanmati/rusaknya terumbu karang sebagai habitat biota air l aut. Dengan matinyaterumbu kemelimpahan ikan pada suatu perairan menjadi berkurang bahkan hilang. Kegiatan konstruksi jetty yang menimbulkan gangguan terhadap biota laut dapat ditanggulangi oleh teknologi yang tersedia Penting
3 - 135
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak terhadap gangguan kualitas air laut pada kegiatan konstruksi Jetty masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi penurunan, sehingga dampak tergolong Negatif Penting (NP).
Perubahan Garis Pantai Rencana pembangunan Jetty untuk PLTU di kabupaten Batang diperkirakan akan mengganggu keseimbangan garis pantai. Gangguan keseimbangan pantai terjadi diperkirakan pada saat kontruksi berupa berubahnya kedalaman di depan tapak proyek akibat dikeruk dan adanya bangunan dermaga sementara yang menjorok ke arah laut sekitar 50 m. Untuk mengetahui dampak adanya pengerukan dan keberadaan dermaga sementara terhadap keseimbangan garis pantai, maka dilakukan prediksi perubahan garis pantai selama 2 tahun (2013-2015) pada tahap kontruksi dengan menggunakan data gelombang hasil ramalan dari data angin rata-rata bulanan selama 10 tahun terakhir. Skenario prediksi perubahan garis pantai pada tahap kontruksi terdiri dari 2 skenario, yakni : (1) Garis pantai awal diasumsikan belum ada kegiatan pengerukan dan pembangunan dermaga sementara (2) Garis pantai awal diasumsikan sudah ada pengerukan di depan tapak proyek dan keberadaan jetty sementara
Hasil prediksi/ model perubahan garis pantai sekenario 1 dengan asumsi belum ada kegiatan pembangunan di lokasi studi disajikan dalam Gambar 3.17. Dari gambar tersebut terlihat perubahan garis pantai berupa abrasi atapun sedimentasi hasil prediksi selama 2 tahun tidak menunjukkan perubahan yang signifikan. Secara keseluruhan abrasi dan sedimentasi di sepanjang garis pantai tetap terjadi, akan tetapi nilainya relative kecil. Di sekitar tapak proyek dalam kondisi normal atau belum ada kegiatan pembangunan, abrasi atau kemunduran garis pantai terjadi mencapai 4 m, selanjutnya sedimentasi atau majunya garis pantai juga mencapai 2.5 m. Kondisi perubahan garis pantai seperti ini masih dikategorikan normal atau bisa dikatakan garis pantai masih dalam keadaan seimbang.
Hasil prediksi/model perubahan garis pantai sekenario 2 dengan asumsi sudah ada bangunan dermaga sementara yang menjorok ke laut sekitar 50 m dan kontur kedalaman di depan tapak proyek sudah berubah tersaji dalam Gambar 3.18. Secara umum perubahan garis pantai hasil prediksi sekenario 2 selama 2 tahun tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan dengan sekenario 1, akan tetapi ada sedikit perubahan di sekitar dermaga sementara, dimana di dermaga 1 (dermaga sebelah barat) terjadi abrasi dan sedimentasi. Di sebelah sisi barat dermaga 1 garis pantai mengalami sedimentasi hingga 3 m, selanjutnya sebelah timur dermaga tersebut mengalami abrasi atau kemundurun garis pantai hingga 4 m. Perubahan garis pantai akibat dermaga sementara tergolong kecil dan garis pantai masih dalam keadaan seimbang.
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 136
Gambar 3.17 Perubahan garis pantai selama 2 tahun (2013-2015) asumsi belum ada kegiatan pembangunan. (A) Posisi garis pantai yang di overlay dengan citra. (B) jarak perubahan garis pantai
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 137
Gambar 3.18 Perubahan garis pantai selama 2 tahun (2013-2015) asumsi sudah ada kegiatan pembangunan jetty sementara dan perubahan kontur kedalaman. (A) Posisi garis pantai yang di overlay dengan citra. (B) jarak perubahan garis pantai
Rona awal dari garis pantai lokasi proyek pembangunan PLTU garis pantainya masih tetap yakni termasuk dalam skala 3, sedangkan kondisi rona akhir pada 2 tahun yang akan datang setelah konstruksi jetty sementara menunjukkan garis pantai yang menjorok ke arah laut sekitar 3-4 m atau terjadi perubahan skala kualitas menjadi skala 2. Dengan demikian besaran dampak terhadap garis pantai dengan adanya kegiatan operasional PLTU adalah tergolong Kecil dengan nilai perubahan dampaknya Negatif 1 (-1). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.85 berikut ini. Tabel 3.85 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Konstruksi Dermaga Sementara terhadap Perubahan Garis Pantai NO. 1.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
SIFAT PENTING DAMPAK P
KETERANGAN Kegiatan Konstruksi dermaga sementara akan berakibat perubahan garis pantai di sekitar bangunan dermaga sementara dan berdampak
3 - 138
NO.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING
SIFAT PENTING DAMPAK
2.
Luas wilayah penyebaran dampak
TP
3.
Intensitas dampak
P
Lamanya dampak berlangsung
TP
4.
Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak
P
5.
Sifat Kumulatif dampak
TP
6.
Berbalik atau tak berbaliknya dampak
TP
Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Sifat Penting Dampak Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
TP
7.
P
KETERANGAN lanjut bagi penduduk setempat yang biasa mencari ikan dan rebon di daerah tersebut, sehingga dampak yang ditimbulkan dari kegiatan ini menjadi penting. Luas persebaran dampak lebih kecil dibandingkan dengan luas wilayah rencana kegiatan yaitu di perairan pantai Ujungnegoro sepanjang kurang lebih 26 m dengan lebar sekitar 4 m ke pantai atau sekitar 104 m2. Relatif kecil bila dibandingkan dengan luas tapak pembangkit (2.264.000 m2) Intensitas dampak sedang dan dapat menimbulkan perubahan fisik garis pantai karena terjadi sedimentasi hanya 3m pada sisi sebelah barat dan abrasi 4m pada sisi sebelah timur. Satu tahapan kegiatan selama pembangunan dermaga sementara berangsung sekitar4 bulan. Dampak kegiatan pada komponen lingkungan lain adalah terjadinya abrasi pada sisi sebelah timur dan sedimentasi pada sisi sebelah barat dan komponen lainnya yang terkena dampak adalah aspek sosial ekonomi nelayan, sehingga dampak ini sifatnya penting. Dampak tidak bersifat kumulatif karena kegiatan operasional PLTU berhenti setelah kegiatan selesai, sehingga dampak yang ditimbulkan sifatnya menjadi tidak penting. Dampak yang timbul merupakan dampak terbalikkan jika dilakukan pengelolaan. Kegiatan PLTU dapat ditanggulangi oleh teknologi yang tersedia sehingga dampaknya menjadi dampak tidak penting. Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak terhadap perubahan garis pantai pada kegiatan konstruksi Jetty masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi penurunan, sehingga dampak tergolong Negatif Penting (NP).
Gangguan Lalulintas Laut Nelayan Kondisi rona awal lokasi yang akan menjadi rencana Jetty merupakan wilayah transportasi laut dan pelayaran bagi nelayan khususnya nelayan ikan/ rebon di sekitar Karang Kretek dan masuk dalam kategori skala 3 karena wilayah tersebut termasuk cukup tinggi aktivitas pelayarannya karena kemelimpahan udang rebon yang cukup baik di wilayah sekitar Karang Kretek tersebut. Rencana operasional jetty sepanjang 2,4 km yang menjorok ke laut di perkirakan akan menyebabkan gangguan pada transportasi laut atau pelayaran pantai terutama gangguan bagi para nelayan yang sering melintas di sekitar lokasi jetty terutama nelayan yang biasa
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 139
mencari ikan/ rebon di sekitar Karang Kretek. Di perairan Desa Kedungsegog, Ujungnegoro, Karanggeneng, dan Desa Ponowareng terdapat sekitar 963 nelayan yang melewati perairan berjarak 5 - 12 mil laut dari jetty . Terbatasnya area tangkap dan perubahan alur layar nelayan menuju wilayah penangkapan diperkirakan dapat berpengaruh terhadap lalulintas dan ruang gerak nelayan sehingga diperkirakan akan menurunkan skala kualitas lingkungan menjadi skala 2. Dengan demikian besaran dampak terhadap gangguan lalulintas laut akibat konstruksi jetty adalah tergolong Kecil dengan nilai perubahan dampaknya Negatif Satu (-1). Penentuan pentingnya dampak tertera pada Tabel 3.86 berikut ini.
Tabel 3.86 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Pembangunan KonstruksiJetty terhadap Gangguan Lalulintas Laut NO.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING
SIFAT PENTING DAMPAK P
1.
Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan
2.
Luas wilayah penyebaran dampak
P
3.
Intensitas dampak
P
Lamanya dampak berlangsung
P P
5.
Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak Sifat Kumulatif dampak
6.
Berbalik atau tak berbaliknya dampak
TP
4.
7.
Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Sifat Penting Dampak Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
P
-
P
KETERANGAN Jumlah penduduk yang terkena dampak negatif relatif lebih besar meliputi nelayan perairan Desa Kedungsegog, Ujungnegoro, Karanggeneng, dan Ponowareng sekitar 963 nelayandaripada yang memperoleh manfaat dengan dioperasionalkannya jetty. Dampak mencakup seluruh wilayah studi daerah perairan Desa Kedungsegog, Ujungnegoro, Karanggeneng, dan Ponowareng Intensitas dampak cukup tinggi mengingat kegiatan nelayan yang berlangsung setiap hari pada medan yang cukup sulit (di laut) Dampak akan berlangsung selama t ahap operasi atau selamanya Menimbulkan dampak sekunder pada penurunan pendapatan masyarakat nelayan Dampak bersifat kumulatif karena sensitivitasnya yang tinggi Melalui pengelolaan yang baik dampak negatif dapat diminalkan dan dampak positif dapat ditingkatkan Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak terhadap gangguan lalulintas laut pada kegiatan konstruksi Jetty masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi penurunan, sehingga dampak tergolong Negatif Penting (NP). Untuk mewujudkan terciptanya keseimbangan baru guna mengurangi gangguan lalulintas nelayan perlu di fasilitasi dan penyediaan sarana prasarana guna mengurangi gangguan lalulintas laut. Mekanisme aliran dampak kegiatan konstruksi jetty terhadap gangguan lalulintas laut bersifat langsung pada
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 140
komponen social ekonomi budaya dan selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada lingkungan sosial lainnya.
Perubahan Persepsi Masyarakat Kegiatan pada tahap konstruksi jetty, diprediksikan akan terjadi penurunan kualitas air laut, dan gangguan pada biota laut, dan gangguan lalu lintas laut. Aktivitas konstruksi jetty ini dapat menyebabkan terganggunya biota laut di perairan sekitar jetty termasuk perairan sekitar Karang Kretek dan sekitar lokasi tangkap nelayan. Hal ini menyebabkan timbulnya persepsi negatif masyarakat utamanya kaum nelayan, termasuk nelayan kecil pencari rebon. Di perairan Desa Ujungnegoro, Karanggeneng, Ponowareng, dan Desa Kedungsegog terdapat sekitar 963 nelayan. Rona kualitas lingkungan pada aspek persepsi masyarakat termasuk dalam kategori Skala 4 (lampiran 2P). Lokasi penangkapan ikan berada pada jarak sekitar 5 - 12 nautical miles (sekitar 9 – 22 km darat) dengan jalur pelayaran nelayan melintasi daerah dimana jetty direncanakan dibangun. Dengan demikian selama kegiatan konstruksi jetty nelayan harus berlayar memutar menghindari daerah pembangunan jetty . Hal ini berarti muncul ketidakseimbangan di lingkungan sekitar wilayah kerja nelayan yang harus diciptakan keseimbangan baru agar tidak menimbulkan reaksi keras dari para nelayan. Munculnya gangguan ini diperkirakan akan menimbulkan persepsi negatif nelayan terhadap pembangunan jetty dan menurunkan kualitas lingkungan menjadi Skala 3. Dengan demikian besaran dampak perubahan persepsi masyarakat terhadap kegiatan konstruksi jetty adalah tergolong Kecil dengan nilai perubahan dampaknya Negatif Satu (-1). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.87 berikut ini. Analisis rinci penentuan dampak kegiatan konstruksi jetty terhadap perubahan persepsi masyarakat dapat dilihat pada Lampiran 3D poin 2.1.1.1.
Tabel 3.87 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Konstruksi Jetty terhadap Perubahan Persepsi Masyarakat NO. 1.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING
SIFAT PENTING DAMPAK P
2.
Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan Luas wilayah penyebaran dampak
3.
Intensitas dampak
P
Lamanya dampak berlangsung
P
Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak Sifat Kumulatif dampak
TP
4. 5.
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
P
P
KETERANGAN Jumlah penduduk yang terkena dampak 963 nelayan ( 31,5% dari total keluarga dari empat desa sekitar PLTU) Dampak terjadi hanya di perairan sekitar tapak kegiatan mencakup perairan desa Ujungnegoro, Karanggeneng, Ponowareng, dan Kedungsegog atau 30,1% dari total desa di wilayah studi Intensitas dampak cukup tinggi karena kekhawatiran para nelayan tidak mendapat hasil tangkapan sama sekali Dampak hanya akan berlangsung selama tahap konstruksi namun diperkirakan akan berlanjut hingga tahap operasi Tidak membawa dampak ikutan pada komponen lain Dampak dapat bersifat kumulatif selama
3 - 141
NO.
6.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING Berbalik atau tak berbaliknya dampak
Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Sifat Penting Dampak Keterangan : P = Penting,TP = Tidak Penting
SIFAT PENTING DAMPAK TP
7.
-
P
KETERANGAN konstruksi jetty Dengan pengelolaan terprogram dampak dapat dipulihkan Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak terhadap perubahan persepsi masyarakat pada kegiatan konstruksi Jetty masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi penurunan, sehingga dampak tergolong Negatif Penting (NP). Untuk mewujudkan terciptanya keseimbangan baru berupa pemulihan persepsi positif, maka diperlukan fasilitasi dan penyediaan sarana prasaranan baru, sehingga tidak muncul gangguan pada aktivitas nelayan di perairan sekitar rencana konstruksi jetty.
Mekanisme aliran dampak perubahan persepsi masyarakat pada kegiatan konstruksi jetty bersifat langsung pada komponen lingkungan sosial ekonomi dan budaya yang selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada lingkungan sosial lainnya.
3.2.2
Tahap Operasi
Penurunan Kualitas Air Laut Jetty akan digunakan selama tahap operasi PLTU untuk menerima pengiriman batubara. Batubara akan dikirim langsung dari sumbernya di Kalimantan menggunakan barge dengan kapasitas 14.000 DWT yang akan diangkut 560 kali per tahun. Diasumsikan ada 2 barge per hari dengan spesifikasi barge 120 m x 28,5 m x 7 m (draft 6,5m) dengan mempertimbangkan adanya 40 hari libur per tahun. Keluar masuknya barge dari dan ke jetty dapat menyebabkan masuknya sejumlah padatan dari batubara ke dalam laut. Hal ini akan menurunkan kualitas air laut terutama parameter TSS.
Unloading jetty dan construction jetty akan digunakan dalam periode konstruksi pada :
Maret 2015 – April 2015 dengan jumlah 4 – 8 kali untuk 2 – 3 barge per bulan.
Mei 2015 – Oktober 2016 dengan jumlah 120 – 190 kali untuk 5 – 9 barge per bulan.
Pada kondisi rona awal lingkungan, skala kualitas lingkungan rona awal dilihat dari parameter TSS air laut tergolong sedang dengan skala 3. Setelah jetty beroperasi terjadinya ceceran atau tumpahan batubara ke dalam air laut pada area lokasi jetty diprakirakan akanada sedikit sekali penambahan TSS pada air laut karena penanganan batubara sudah ada prosedurnya sehingga skala kualitas lingkungan rona akhir setelah
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 142
operasional jetty diperkirakan menurun menjadi skala 2. Dengan demikian besaran dampak terhadap penurunan kualitas air laut akibat kegiatan konstruksi jetty adalah tergolong Kecil dengan nilai perubahan dampaknya Negatif Satu (-1). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.88 berikut ini.
Tabel 3.88 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Operasional Jetty terhadap Penurunan Kualitas Air Laut NO. 1.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING
SIFAT PENTING DAMPAK TP
2.
Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan Luas wilayah penyebaran dampak
3.
Intensitas dampak
TP
4.
Lamanya dampak berlangsung Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak
TP P
5.
Sifat Kumulatif dampak
TP
6.
Berbalik atau tak berbaliknya dampak 7. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Sifat Penting Dampak Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
TP
TP
KETERANGAN Jumlah penduduk yang menerima dampak positif penting lebih kecil dari jumlah manusia yang terkena dampak negatif penting Wilayah sebaran dampak tergolong kecilhanya sekitar lokasi jetty . Intensitas dampak yang ditimbulkan dari kegiatan ini Ringan, populasi terkena dampak tidak terpengaruh Berlangsung Kurang dari satu tahapan kegiatan Komponen lain yang terkena dampak adalah biota air laut seperti ikan dan terumbu karang, dan mata pencaharian nelayan. Dampak tidak bersifat kumulatif karena bila operasional jetty berhenti maka dampaknya juga berhenti. Dampaknya dapat dipulihkan (berbalik)
TP
Dampak penting negatif yang ditimbulkan dapat ditanggulangi oleh teknologi yang tersedia
TP
Tidak Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak terhadap penurunan kualitas air laut pada kegiatan operasional Jetty masuk kategori dampak tidak penting. Namun dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi penurunan, sehingga dampak tergolongNegatif Tidak Penting (NTP).
Gangguan terhadap Biota Laut Jetty akan digunakan selama tahap operasi PLTU untuk menerima pengiriman batubara. Batubara akan dikirim langsung dari sumbernya di Kalimantan menggunakan barge dengan kapasitas 14.000 DWT yang akan diangkut 560 kali pertahun. Diasumsikan ada 2 barge per hari dengan spesifikasi barge 120 m x 28,5 m x 7 m (draft 6,5 m) dengan mempertimbangkan adanya 40 hari libur per tahun. Keluar dan masuknyabarge dari dan ke jetty dapat menyebabkan masuknya sejumlah padatan dari batubara ke dalam laut.
Rona awal lingkungan perairan laut di sekitar jetty memiliki kecerahan 3,5 - 5 (baku mutu > 3), kekeruhan
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 143
1,65 - 1,95 (< 5) dan TSS 8- 18 (baku mutu 20). Ketiga parameter lingkungan tersebut masih memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan, menurut skala kualitas lingkungan rona awal masuk dalam kategoriskala 3 .
Operasional jetty berpotensi menurunkan kualitas air laut terutama parameter TSS. Menurunnya kualitas air laut sekitar jetty akan berpengaruh terhadap komponen lingkungan lainnya seperti keberadaan biota laut. Pengaruh gangguan biota air laut akibat sebaran dampak kualitas air laut akan mengikuti pola arus di perairan tersebut. Periode pasut di lokasi studi adalah campuran condong semidurnal ke arah timur ketika musim barat dan ke arah barat ketika musim timur, sehingga sebaran dampak diperkirakan ke arah barat dan ke arah timur dimana terdapat Karang Kretek yang berjarak sekitar 500 meter dari jetty yang berpotensi terkena dampak dari penurunan kualitas air laut akibat operasional jetty tersebut. Dengan demikian rona akhir kawasan perairan sekitar jetty akan menurun dan masuk dalam kategori skala 2 sehingga sifat penting dampak adalah tergolong Kecil dengan nilai perubahan dampaknya Negatif Satu -1). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.89 berikut ini.
Tabel 3.89 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Operasional Jetty terhadap Gangguan pada Biota Laut NO.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING
SIFAT PENTING DAMPAK P
1.
Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan
2.
Luas wilayah penyebaran dampak
TP
3.
Intensitas dampak
P
4.
Lamanya dampak berlangsung Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak
P P
5. 6.
Sifat Kumulatif dampak Berbalik atau tak berbaliknya dampak
P P
7.
Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Sifat Penting Dampak Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
TP
P
KETERANGAN Kegiatan operasi jetty yang dekat dengan kawasan Karang Kretek akan berakibat terganggunya biota laut termasuk kemelimpahan ikan yang ada sehingga berdampak langsung bagi penduduk setempat yang biasa mencari ikan di daerah tersebut, Wilayah yang terpengaruh langsung terbatas pada areal sekitar jetty Intensitas dampak yang ditimbulkan dari kegiatan ini cukup besar karena dapat menyebabkan kerusakan fisik dan hayati dan melebihi baku mutu li ngkungan. berlangsung selama tahap operasional jetty Terumbu karang merupakan habitat ikan dan organisme perairan lain (benthos) yang merupakan satu mata rantai makanan. Dengan demikian dampak kegiatan pada komponen lingkungan lain cukup banyak, Operasi jetty dampaknya bersifat kumulatif Dampak yang timbul merupakan dampak tidak terbalikkan, karena menyebabkan mati/ rusaknya terumbu karang sebagai habitat biota air laut. Dengan matinya terumbu kemelimpahan ikan pada suatu perairan menjadi berkurang bahkan hilang. Kegiatan operasi jetty yang menimbulkan gangguan terhadap biota laut dapat ditanggulangi oleh teknologi yang tersedia Penting
3 - 144
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak terhadap gangguan biota laut pada kegiatan operasional Jetty masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi penurunan, sehingga dampak tergolong Negatif Penting (NP).
Gangguan Lalulintas Laut (Peningkatan Potensi Terjadinya Kecelakaan di laut) Kondisi rona awal area yang akan menjadi rencana operasional Jetty merupakan wilayah transportasi laut dan pelayaran bagi nelayan khususnya nelayan ikan/ rebon di sekitar Karang Kretek dan masuk dalam kategori skala 3 karena wilayah tersebut termasuk cukup tinggi aktivitas pelayarannya karena kemelimpahan udang rebon yang cukup baik di wilayah sekitar Karang Kretek tersebut. Rencana operasional jetty sepanjang 2,4 km yang menjorok ke laut di perkirakan akan menyebabkan gangguan pada transportasi laut atau pelayaran pantai terutama gangguan bagi para nelayan yang sering melintas di sekitar lokasi jetty terutama nelayan yang biasa mencari ikan/ rebon di sekitar Karang Kretek. Di perairan Desa Kedungsegog, Ujungnegoro, Karanggeneng, dan Desa Ponowareng terdapat sekitar 963 nelayan yang melewati perairan berjarak 5 - 12 mil dari jetty . Terbatasnya area tangkap dan perubahan alur layar nelayan menuju wilayah penangkapan diperkirakan dapat berpengaruh terhadap lalulintas dan ruang gerak nelayan dan mengganggu pendapatan nelayan berupa penurunan pendapatan sehingga diperkirakan akan menurunkan skala kualitas lingkungan menjadi skala 2. Dengan demikian besaran dampak terhadap gangguan lalulintas laut akibat operasional jetty adalah tergolong Kecil dengan nilai perubahan dampaknya Negatif Satu (-1). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.90 berikut ini.
Tabel 3.90 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Operasional Jetty terhadap Gangguan Lalulintas Laut NO.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING
SIFAT PENTING DAMPAK P
1.
Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan
2.
Luas wilayah penyebaran dampak
P
3.
Intensitas dampak
P
Lamanya dampak berlangsung
P
Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak Sifat Kumulatif dampak
P
Berbalik atau tak berbaliknya dampak Kriteria lain sesuai dengan
TP
4. 5. 6. 7.
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
P
KETERANGAN Jumlah penduduk yang terkena dampak negatif relatif lebih besar nelayan perairan Desa Kedungsegog, Ujungnegoro, Karanggeneng, dan Ponowareng sekitar 963 nelayan daripada yang memperoleh manfaat dengan dioperasionalkannya jetty. Dampak mencakup seluruh wilayah studi daerah perairan Desa Kedungsegog, Ujungnegoro, Karanggeneng, dan Ponowareng Intensitas dampak cukup tinggi mengingat kegiatan nelayan yang berlangsung setiap hari pada medan yang cukup sulit (di laut) Dampak akan berlangsung selama tahap operasi atau selamanya Menimbulkan dampak sekunder pada penurunan pendapatan masyarakat nelayan Dampak bersifat kumulatif karena sensitivitasnya yang tinggi Melalui pengelolaan yang baik dampak negatif dapat diminalkan dan dampak positif dapat ditingkatkan -
3 - 145
NO.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING
SIFAT PENTING DAMPAK
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Sifat Penting Dampak Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
P
KETERANGAN
Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak terhadap gangguan lalulintas laut pada kegiatan operasional Jetty masuk kategori dampak penting. Namun dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi penurunan, sehingga dampak tergolong Negatif Penting (NP). Untuk mewujudkan terciptanya keseimbangan baru guna mengurangi gangguan lalulintas nelayan perlu di fasilitasi dan penyediaan sarana prasarana guna mengurangi gangguan lalulintas laut.
Mekanisme aliran dampak kegiatan operasi jetty terhadap gangguan lalulintas laut bersifat langsung pada komponen social ekonomi budaya dan selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada lingkungan sosial lainnya.
Perubahan Persepsi Masyarakat Rona kualitas lingkungan pada aspek persepsi masyarakat masuk dalam kategori skala 4 (lampiran 2P). Terjadinya gangguan pada biota laut terutama gangguan terhadap Karang Kretek yang dilindungi dapat menyebabkan timbulnya persepsi negatif masyarakat, hal ini karena kegiatan operasional jetty diprakirakan akan menimbulkan gangguan pada aktivitas nelayan terutama yang biasa mencari ikan/ rebon di sekitar Karang Kretek dan perariran dekat pantai. Di perairan Desa Ujungnegoro, Karanggeneng, Ponowareng, dan Kedungsegog terdapat sekitar 963 nelayan yang biasanya melewati perairan sekitar lokasi jetty untuk menuju ke lokasi penangkapan ikan. Lokasi penangkapan ikan berada pada jarak 5 - 12 mil laut sedangkan dermaga jetty yang direncanakan akan dibangun sepanjang 2,4 km. Selama kegiatan operasional dermaga jetty nelayan tidak lagi bisa lewat perairan lokasi dermaga jetty , yang berarti muncul ketidakseimbangan pada lingkungan sosial, utamanya pada wilayah kerja nelayan.
Munculnya gangguan ini diperkirakan akan
menimbulkan persepsi negatif nelayan terhadap pembangunan jetty dan akan menurunkan skala kualitas lingkungan menjadi skala 3. Dengan demikian besaran dampak terhadap perubahan persepsi masyarakat adalah tergolong Kecil dengan nilai perubahan dampaknya Negatif Satu (-1). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.91 berikut ini. Analisis rinci penentuan dampak kegiatan konstruksi jetty terhadap perubahan persepsi masyarakat dapat dilihat pada Lampiran 3D poin 2.1.2.1.
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 146
Tabel 3.91 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Operasional Jetty terhadap Perubahan Persepsi Masyarakat NO. 1.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING
SIFAT PENTING DAMPAK P
2.
Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan Luas wilayah penyebaran dampak
3.
Intensitas dampak
P
Lamanya dampak berlangsung
P
Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak Sifat Kumulatif dampak
TP
Berbalik atau tak berbaliknya dampak 7. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Sifat Penting Dampak Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
TP
4. 5. 6.
P
KETERANGAN Jumlah penduduk yang terkena dampak 963 nelayan ( 31,5% dari total keluarga dari empat desa sekitar PLTU) Dampak terjadi di perairan sekitar tapak kegiatan mencakup perairan desa Ujungnegoro, Karanggeneng, Ponowareng, dan Kedungsegog atau 30,1% dari total desa di wilayah studi Intensitas dampak cukup tinggi karena kekhawatiran para nelayan tidak mendapat hasil tangkapan sama sekali Dampak hanya akan berlangsung selama tahap operasinal jetty Tidak membawa dampak ikutan pada komponen lain Dampak dapat bersifat kumulatif selama tahap operasi jetty Dengan pengelolaan terprogram dampak dapat dipulihkan Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
P
-
P
Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak terhadap Perubahan persepsi masyarakat pada kegiatan operasional Jetty masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi penurunan, sehingga dampak tergolong Negatif
Penting (NP). Untuk mewujudkan terciptanya
keseimbangan baru berupa peningkatan atau pemulihan persepsi diperlukan fasilitasi dan penyediaan sarana prasaranan baru, sehingga persepsi positif dapat tetap terjaga.
Mekanisme aliran dampak perubahan persepsi masyarakat pada kegiatan operasional jetty bersifat langsung pada komponen lingkungan sosial ekonomi dan budaya yang selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada lingkungan sosial lainnya.
3.3
PENGERUKAN
(DREDGING) DAN
PEMBUANGAN
MATERIAL
HASIL
PENGERUKAN
(DUMPING) 3.3.1 a.
Tahap Operasi
Pengerukan (Dredging)
Penurunan Kualitas Air Laut Kegiatan pengerukan (dredging) yang dilakukan dalam rangka pembangunan PLTU terdiri dari 2 tahap. PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 147
Tahap pertama akan melakukan pengerukan di sekitar jalur Intake dan sekitar Jetty dengan total volume 1.086.000 m3 dengan durasi waktu yang dijadwalkan selama 6 bulan. Pengerukan tahap kedua dilakukan di sekitar jalur Outfall dengan total volume 467.000 m3, durasi pengerjaan dijadwalkan selama 2,5 bulan. Alat keruk yang digunakan dalam pengerjaan ini adalah Cutter Suction Dredger (CSD) yang mempunyai kapasitas keruk 300 m3/jam. Berdasarkan pengambilan contoh sedimen di lokasi pengerukan, karateristik sedimen yang akan dikeruk rata-rata terdiri dari pasir (sand) 13,81%, lanau (silt) 55,03%, dan lempung (clay) 31,16% dengan densitas 2.572 kg/m3 .
Material sedimen yang dikeruk dengan menggunakan CSD tidak semua terhisap dan masuk ke dalam bak penampung (barge), akan tetapi sebagian ada yang tumpah dan tentunya akan berdampak terhadap perairan berupa peningkatan kekeruhan atau meningkatnya sedimen tersuspensi. Vlasblom (2005) mengungkapkan bahwa pengerukan menggunakan CSD mempunyai potensi tumpah hingga 30 %, tergantung karateristik material yang dikeruk dan teknis penggunaan alat pada saat pengerukan. Pada kajian ini nilai 30 % tumpahan material sedimen digunakan sebagai masukan model matematis untuk mengetahui penyebaran atau peningkatan sedimen tersuspensi. Perhitungan sedimen sebagai input pemodelan adalah sebagai berikut :
%
.
=
Nilai 231.480 kg/jam akan digunakan sebagai masukan model, nilai tersebut merupakan banyaknya sedimen yang berpotensi meningkatkan kekeruahan atau konsentrasi sedimen tersuspensi (TSS) tiap jam. Material sedimen yang digunakan sebagai input model tersebut masih terdiri dari 3 fraksi sedimen (pasir, lanau, dan lempung) yang mempunyai karakter tersendiri ketika berada di dalam kolom air. Model numerik (software DHI MIKE 21) yang digunakan untuk memodelkan perpindahan sedimen (sediment transport), mampu mengakomodir 8 fraksi sedimen. Sehingga dalam kajian ini 3 fraksi sedimen yang ada di lokasi pengerukan mampu dimodelkan secara bersamaan dengan keluaran model merupakan total konsentrasi dan sebaran dari 3 fraksi tersebut.
Dalam kajian ini simulasi model tidak dilakukan selama 6 bulan ataupun 2,5 bulan mengikuti rencana jadwal pengerukan, akan tetapi hanya disimulasikan selama 15 hari dengan sumber TSS berasal dari sepanjang jalur pengerukan. Simulasi ini diasumsikan dapat mewakili sebaran TSS di sepanjang jalur pengerukan dan mendapatkan gambaran sebaran jauh TSS menyebar dari lokasi pengerukan. Pemodelan sebaran TSS akibat pengerukan dilakukan 2 kondisi musim, yakni musim barat (bulan Januari) dan musim timur (bulan Agustus). Pemodelan sebaran TSS tidak memperhitungkan konsentrasi TSS awal sebagai input model, hal ini
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 148
dikarenakan pengambilan contoh (sampel) air tidak mewakili kondisi 2 musim yang mewakili. Kondisi awal konsentrasi TSS pada skenario model dianggap nol, sehingga keluaran model merupakan penambahan nilai konsentrasi TSS pada perairan studi. Sebagai contoh jika pengukuran TSS di perairan sebesar 10 mg/l dan TSS hasil model sebesar 20 mg/l, maka konsentrasi TSS meningkat menjadi 30 mg/l. Hasil keluaran model tidak disajikan secara keseluruhan akan tetapi hanya disajikan konsentrasi dan sebaran maksimum hasil simulasi selama 15 hari. Dalam studi ini area pemodelan hidrodinamika dibuat seluas mungkin atau sejauh mungkin dengan area interest / area kajian dengan tujuan untuk mendapatkan aliran batas terbuka pasang surut secara benar. Area pemodelan hidrodinamika, dan sedimen transport disajikan dalam Gambar pada Lampiran 3.
Hidrodinamika, dan sedimen transport disimulasikan pada bulan Januari (mewakili musim barat) dan bulan Agustus (mewakili musim timur) dengan tujuan untuk memperoleh pengaruh musiman, selain itu karena lokasi studi terletak di pesisir pengaruh pasang surut harus di perhitungkan sehingga simulasi akan dilakukan selama 15 hari dengan asumsi akan diperoleh pasang tertinggi dan surut terendah, karena pada kondisikondisi tersebut biasanya pola arus di pesisir sangat kuat dipengaruhi. Model hidrodinamika tertera di dalam Lampiran 3, sedangkan hasil model sebaran TSS untuk skenario kondisi terburuk diuraikan sebagai berikut.
TSS Musim Barat Hasil model sebaran TSS maksimum akibat pengerukan tahap 1 dan tahap 2 kondisi musim barat masingmasing disajikan dalam Gambar 3.19 dan Gambar 3.20. Berdasarkan kedua gambar tersebut terlihat pola sebaran TSS akibat pengerukan cenderung bergerak ke arah tenggara maupun ke arah timur. Pergerakan TSS mengikuti pola arus, dimana pada saat musim barat arus dominan mengarah ke timur dan tenggara. Penambahan konsentrasi TSS akibat pengerukan di titik sumber mencapai 280 mg/l, akan tetapi tidak menyebar terlalu jauh. Pada jarak 500 m dari sumber TSS ke arah timur konsentrasi TSS sudah menurun hingga 20 mg/l. Kedua gambar tersebut juga menunjukan sebaran TSS yang mencapai lokasi Karang Kretek konsentrasinya sudah sangat kecil yakni di bawah 5 mg/l. Jarak antara lokasi pengerukan dan lokasi Karang Kretek sekitar 1,2 km.
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 149
Gambar 3.19 Sebaran TSS Maksimum Akibat Pengerukan di Jalur Intake dan Sekitar Jetty (Tahap 1) saat Musim Barat
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 150
Gambar 3.20 Sebaran TSS Maksimum Akibat Pengerukan di Jalur Outfall (Tahap 2) saat Musim Barat
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 151
Gambar 3.20 Sebaran TSS Maksimum Akibat Pengerukan di Jalur Outfall (Tahap 2) saat Musim Barat
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 151
TSS Musim Timur Gambar 3.21 dan Gambar 3.22 masing-masing merupakan sebaran TSS maksimum akibat pengerukan tahap 1 (sekitar Intake dan jetty ) dan tahap 2 (sekitar outfall ) kondisi musim timur. Pola sebaran TSS hasil model kondisi musim timur cenderung berarah kebalikan dengan kondisi musim barat, dimana saat musim timur sebaran TSS cenderung mengarah ke barat ataupun barat laut, arah sebaran ini sesuai dengan arah pergerakan arus yang bergerak ke arah barat. Penambahan konsentrasi TSS maksimum di sekitar lokasi pengerukan mencapai 100 mg/l, nilai ini jauh lebih kecil bila dibandingkan saat musim barat yang mencapai 280 mg/l. Sebaran TSS juga tidak terlalu jauh, pada jarak 500 m ke arah barat penambahan konsentrasi hanya berkisar 8 hingga 10 mg/l. Sebaran TSS yang mencapai Karang Maeso sudah sangat kecil, yakni di bawah 0,5 mg/l. Jarak antara lokasi Karang Maeso dan lokasi pengerukan sekitar 2,5 km.
TSS Musim Timur Gambar 3.21 dan Gambar 3.22 masing-masing merupakan sebaran TSS maksimum akibat pengerukan tahap 1 (sekitar Intake dan jetty ) dan tahap 2 (sekitar outfall ) kondisi musim timur. Pola sebaran TSS hasil model kondisi musim timur cenderung berarah kebalikan dengan kondisi musim barat, dimana saat musim timur sebaran TSS cenderung mengarah ke barat ataupun barat laut, arah sebaran ini sesuai dengan arah pergerakan arus yang bergerak ke arah barat. Penambahan konsentrasi TSS maksimum di sekitar lokasi pengerukan mencapai 100 mg/l, nilai ini jauh lebih kecil bila dibandingkan saat musim barat yang mencapai 280 mg/l. Sebaran TSS juga tidak terlalu jauh, pada jarak 500 m ke arah barat penambahan konsentrasi hanya berkisar 8 hingga 10 mg/l. Sebaran TSS yang mencapai Karang Maeso sudah sangat kecil, yakni di bawah 0,5 mg/l. Jarak antara lokasi Karang Maeso dan lokasi pengerukan sekitar 2,5 km.
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 152
Gambar 3.21 Sebaran TSS Maksimum Akibat Pengerukan di Jalur Intake dan Sekitar Jetty (Tahap 1) saat Musim Timur
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 153
Gambar 3.22 Sebaran TSS Maksimum Akibat Pengerukan di Jalur Outfall (Tahap 2) saat Musim Timur
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 154
Gambar 3.22 Sebaran TSS Maksimum Akibat Pengerukan di Jalur Outfall (Tahap 2) saat Musim Timur
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 154
Rona awal dari kualitas air laut di sekitar lokasi dredging proyek pembangunan PLTU masih termasuk dalam kategori skala 3 dengan TSS terukur berkisar antara 8 - 18 mg/l, Rona akhir TSS di sekitar lokasi pengerukan meningkat saat musim barat 280 mg/l dan saat musim timur 100 mg/l sehingga kisaran TSS saat musim barat menjadi maksimum 298 mg/l dan saat musim timur menjadi maksimum 118 mg/l sehingga kualitasnya jauh diatas baku mutu (20 mg/l) dengan skala kualitas lingkungan menjadi skala 1. Dengan demikian besaran dampak terhadap kualitas air laut dengan adanya kegiatan operasional PLTU adalah tergolong Sedang dengan nilai perubahan dampaknya Negatif Dua (-2). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.92 berikut ini.
Tabel 3.92 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Pengerukan (Dredging) terhadap Penurunan Kualitas Air Laut NO. 1.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING
2.
Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan Luas wilayah penyebaran dampak
3.
Intensitas dampak
SIFAT PENTING DAMPAK TP
P
P
KETERANGAN Jumlah manusia yang menerima dampak negatif hampir tidak ada karena dampak TSS langsung mempengaruhi kualitas air laut. Wilayah yang terpengaruh langsung adalah pada areal sekitar intake, jalur outfall, dan jetty dan dengan radius sekitar40,39 Km2. Intensitas dampak yang ditimbulkan dari kegiatan ini cukup berat karena pada sumber dampak TSS
Rona awal dari kualitas air laut di sekitar lokasi dredging proyek pembangunan PLTU masih termasuk dalam kategori skala 3 dengan TSS terukur berkisar antara 8 - 18 mg/l, Rona akhir TSS di sekitar lokasi pengerukan meningkat saat musim barat 280 mg/l dan saat musim timur 100 mg/l sehingga kisaran TSS saat musim barat menjadi maksimum 298 mg/l dan saat musim timur menjadi maksimum 118 mg/l sehingga kualitasnya jauh diatas baku mutu (20 mg/l) dengan skala kualitas lingkungan menjadi skala 1. Dengan demikian besaran dampak terhadap kualitas air laut dengan adanya kegiatan operasional PLTU adalah tergolong Sedang dengan nilai perubahan dampaknya Negatif Dua (-2). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.92 berikut ini.
Tabel 3.92 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Pengerukan (Dredging) terhadap Penurunan Kualitas Air Laut NO. 1.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING
SIFAT PENTING DAMPAK TP
2.
Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan Luas wilayah penyebaran dampak
3.
Intensitas dampak
P
Lamanya dampak berlangsung
TP
Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak
P
4.
5. 6.
Sifat Kumulatif dampak Berbalik atau tak berbaliknya dampak 7. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Sifat Penting Dampak Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
P
TP TP P
P
KETERANGAN Jumlah manusia yang menerima dampak negatif hampir tidak ada karena dampak TSS langsung mempengaruhi kualitas air laut. Wilayah yang terpengaruh langsung adalah pada areal sekitar intake, jalur outfall, dan jetty dan dengan radius sekitar40,39 Km2. Intensitas dampak yang ditimbulkan dari kegiatan ini cukup berat karena pada sumber dampak TSS dapat meningkat mencapai 100 – 280 mg/l dan berlangsung cepat lebih tinggi dari baku mutu 20 mg/l. Lamanya dampak meliputi tahapan pengerukan pada intake dan jetty dan pengerukan pada outfall. Dampak berlangsung lebih dari 6 bulan saat pekerjaan pengerukan dilakukan.. Kegiatan pengerukan akan menimbulkan dampak sekunder dan dampak lanjutannya terhadap biota air laut seperti ikan dan terumbu karang, dan mata pencaharian nelayan. Dampaknya tidak bersifat kumulatif Dampak yang timbul merupakan dampak terbalikkan, atau dapat dipulihkan Kegiatan pengerukan yang menimbulkan gangguan terhadap kualitas air laut tidak dapat ditanggulangi oleh teknologi yang tersedia Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak terhadap penurunan kualitas air laut pada kegiatan pengerukan (Dredging) masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi penurunan, sehingga dampak tergolong Negatif Penting (NP).
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 155
Gangguan terhadap Biota Laut Pada saat kegiatan pengerukan (dredging) yang dilakukan baik pada tahap pertama maupun tahap kedua diperkirakan akan meningkatkan kekeruhan atau konsentrasi sedimen tersuspensi (TSS) sehingga berdampak langsung pada kehidupan biota air laut. Kekeruhan inilah yang akan mempengaruhi kecerahan perairan dan menghambat intensitas cahaya matahari yang dibutuhkan dalam proses fotosintesis biota perairan (plankton dan terumbu karang). Pengerukan material sedimen juga akan menimbulkan gangguan terhadap benthos sebagai penghuni dasar perairan.
Plankton tidak saja penting bagi kehidupan ikan baik langsung maupun tidak langsung, akan tetapi penting juga bagi segala jenis hewan yang hidup di dalamnya. Tanpa plankton khususnya fitoplankton sebagai produsen primer tidak akan mungkin terjadi kehidupan hewan didalam laut dari permukaan sampai ke dasarnya. Untuk mengetahui perkiraan dampak lingkungan perairan dan dampak terhadap biota atau organisme laut (plankton, benthos, nekton, dan terumbu karang) yang mungkin terjadi akibat kegiatan pengerukan maka perlu dilakukan kajian dengan pemodelan.
Vlasblom (2005) mengungkapkan bahwa pengerukan menggunakan CSD mempunyai potensi tumpah hingga 30 %, tergantung karakteristik material yang dikeruk dan teknis penggunaan alat pada saat pengerukan. Pada kajian ini nilai 30 % tumpahan material sedimen digunakan sebagai masukan model matematis untuk mengetahui penyebaran atau peningkatan sedimen tersuspensi. Perhitungan sedimen sebagai input pemodelan adalah sebagai berikut :
30% x 300 m3 /jam x 2.572 kg/m3 = 231.480 kg/jam
Artinya pengerukan yang dilakukan dalam rangka pembangunan PLTU akan menghasilkan sedimen sebanyak 231.480 kg/jam yang berpotensi meningkatkan kekeruhan atau konsentrasi sedimen tersuspensi (TSS) tiap jam.
Material sedimen yang digunakan sebagai input model tersebut terdiri dari 3 fraksi sedimen (pasir, lanau, dan lempung) yang mempunyai karakter tersendiri ketika berada di dalam kolom air. Model numerik (software DHI MIKE 21) yang digunakan untuk memodelkan perpindahan sedimen (sedimen transport ) mampu mengakomodir 8 fraksi sedimen, sehingga dalam kajian ini 3 fraksi sedimen yang ada di lokasi pengerukan mampu dimodelkan secara bersamaan dengan keluaran model merupakan total konsentrasi dan sebaran dari 3 fraksi tersebut.
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 156
TSS Musim Barat Berdasarkan permodelan TSS musim barat terlihat pola sebaran TSS akibat pengerukan cenderung bergerak ke arah tenggara maupun ke arah timur. Pergerakan TSS mengikuti pola arus, dimana pada saat musim barat arus dominan mengarah ke timur dan tenggara. Penambahan konsentrasi TSS akibat pengerukan di titik sumber mencapai 280 mg/l, akan tetapi tidak menyebar terlalu jauh (luas sebaran kecil). Pada jarak 500 m dari sumber TSS ke arah timur konsentrasi TSS sudah menurun hingga 20 mg/l.
Dari kedua gambar menunjukan sebaran TSS yang mencapai lokasi Karang Kretek konsentrasinya sudah sangat kecil yakni di bawah 5 mg/l. Skala kualitas lingkungan rona awal plankton dan benthos di kawasan perairan laut daerah sekitar Terumbu Karang Kretek dan jalur outfall diketahui memiliki kondisi lingkungan pada skala 3. Diketahui jarak antara lokasi pengerukan dan lokasi Karang Kretek sekitar 1,2 km, serta kondisi kepadatan populasi ikannya rendah (maks. 5 kg/trip). Kegiatan pengerukan dilakukan pada saat tahap konstruksi saja (tahap 1 berlangsung 6 bulan dan tahap 2 dijadwalkan selesai 2,5 bulan). Dengan demikian diperkirakan dampak lingkungan di sekitar Karang Kretek dan jalur outfall akibat pengerukan (dredging) terhadap kondisi plankton dan benthos pada saat musim barat dapat mengalami penurunan menjadiskala 1. Dengan demikian makasifat penting dampak gangguan biota laut terhadap aktivitas dredging pada musim barat adalah tergolong Sedang dengan nilai perubahan dampaknya Negatif Dua (-2).
TSS Musim Timur Pola sebaran TSS hasil model kondisi musim timur cenderung berarah kebalikan dengan kondisi musim barat, dimana saat musim timur sebaran TSS cenderung mengarah ke barat ataupun barat laut, arah sebaran ini sesuai dengan arah pergerakan arus yang bergerak ke arah barat. Penambahan konsentrasi TSS maksimum di sekitar lokasi pengerukan mencapai 100 mg/l, nilai ini jauh lebih kecil bila dibandingkan saat musim barat yang mencapai 280 mg/l. Sebaran TSS juga tidak terlalu jauh (luas sebaran kecil), pada jarak 500 m ke arah barat penambahan konsentrasi hanya berkisar 8 hingga 10 mg/l. Sebaran TSS yang mencapai Karang Maeso sudah sangat kecil, yakni di bawah 0,5 mg/l. Jarak antara lokasi Karang Maeso dan lokasi pengerukan sekitar 2,5 km.
Adanya pengerukan diprakirakan akan menurunkan kualitas lingkungan dan selanjutnya juga akan menurunkan kondisi kualitas plankton dan benthos yang diketahui rona awalnya masuk skala 3 (sedang) dengan indeks keanekaragaman antara 1,0 - 1,88. Sedangkan kondisi rona lingkungan awal komunitas nekton (ikan) di kawasan perairan sekitar lokasi PLTU telah dilakukan sampling melalui penangkapan nekton (ikan) di perairan Ujungnegoro, mulai Sigandu sampai dengan Roban. Dilihat dari jumlah hasil tangkapan menunjukan hasil yang rendah (0 - 2,6 kg/trip), terutama pada pagi dan siang hari. Jenis hasil tangkapan terdiri atas : Udang putih (Penaeus merguiensis), Beloso (Glossogobius giuris), Petek (Leiognathus insidator), Tigawaja (Pseudosciaena aneus), Selar (Caranxsexfasciatus), dan Layur (Trichiurus lepturus). Jenis-jenis
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 157
ikan tersebut tidak ada satupun yang masuk kategori ikan langka, endemik,sedentary atau dilindungi undangundang.
Dengan kondisi seperti uraian tersebut di atas maka diperkirakan dampak lingkungan di sekitar Karang Maeso, intake, jetty, dan jalur outfall akibat pengerukan (dredging) pada saat musim timur dapat dikategorikan akan mengalami penurunan menjadi skala 1. Dengan demikian maka sifat penting dampak gangguan biota laut terhadap aktivitas pengerukan pada musim timur adalah tergolong Sedang dengan nilai perubahan dampaknya Negatif Dua (-2). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.93 berikut ini.
Tabel 3.93 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Pengerukan (Dredging) terhadap Gangguan pada Biota Laut FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING
NO.
SIFAT PENTING DAMPAK P
1.
Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan
2.
Luas wilayah penyebaran dampak
TP
3.
Intensitas dampak
P
4.
Lamanya dampak berlangsung Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak
P P
5. 6.
Sifat Kumulatif dampak Berbalik atau tak berbaliknya dampak
P TP
Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Sifat Penting Dampak Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
TP
7.
P
KETERANGAN Kegiatan pengerukan akan berakibat terganggunya biota laut termasuk kemelimpahan ikan yang ada sehingga berdampak langsung bagi masyarakat nelayanmeliputi nelayan perairan Desa Kedungsegog, Ujungnegoro, Karanggeneng, dan Ponowareng sekitar 963 nelayan, Wilayah yang terpengaruh langsung terbatas pada areal sekitar intake, jalur outfall, dan jetty Intensitas dampak yang ditimbulkan dari kegiatan ini cukup besar karena mengakibatkan perubahan lingkungan sehingga melampaui baku mutu. Satu tahapan kegiatan selama kegiatan pengerukan Kegiatan pengerukan akan menimbulkan penurunan kemelimpahan biota laut dan penurunan pendapatan nelayan serta persepsi negatif masyarakat Dampaknya bersifat kumulatif Dampak yang timbul merupakan dampak terbalikkan, atau dapat dipulihkan Kegiatan pengerukan yang menimbulkan gangguan terhadap biota laut dapat ditanggulangi oleh teknologi yang tersedia Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak terhadap gangguan biota laut pada kegiatan pengerukan (Dredging)
masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi
penurunan, sehingga dampak tergolong Negatif Penting (NP).
Perubahan Persepsi Masyarakat Kegiatan pengerukan (dredging) akan dilakukan dari ujung lokasi pipa intake dan area di sekitar jetty menuju ke arah darat dan direncanakan akan berlangsung selama 6 bulan. Pengerukan di sekitar pipa outfall akan PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 158
dilakukan setelah pekerjaan pengerukan di lokasi pipa intake dan jetty selesai dari ujung pipa menuju ke arah darat yang akan berlangsung selama 2,5 bulan. Dengan demikian total waktu kegiatan sekitar 8,5 bulan hingga satu tahun. Kegiatan pengerukan ini diperkirakan akan menimbulkan persepsi negatif di kalangan para nelayan karena mengganggu aktivitas mereka yang mungkin dapat menurunkan pendapatan mereka. Munculnya ketidakseimbangan lingkungan di sekitar wilayah kerja nelayan ini harus dikelola agar tidak menimbulkan reaksi negatif dari kelompok nelayan. Rona kualitas lingkungan pada aspek persepsi masyarakat masuk dalam kategori Skala 4 (Lampiran 2P). Kegiatan pengerukan dan pembuangan hasil material keruk akan menimbulkan persepsi negatif nelayan dan menurunkan kualitas lingkungan menjadi Skala 3. Dengan demikian sifat penting besaran dampak adalah tergolong kecil dengan nilai perubahan dampaknya Negatif Satu (-1). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.94 berikut ini. Analisis rinci penentuan dampak kegiatan pengerukan (dredging) terhadap perubahan persepsi masyarakat dapat dilihat pada Lampiran 3D poin 3.1.1.1.
Tabel 3.94 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Pengerukan (Dredging) terhadap Perubahan Persepsi Masyarakat NO. 1.
2.
3.
4.
5.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan Luas wilayah penyebaran dampak
SIFAT PENTING DAMPAK P
P
Intensitas dampak
P
Lamanya dampak berlangsung
TP
Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak Sifat Kumulatif dampak
TP
6.
Berbalik atau tak berbaliknya dampak 7. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Sifat Penting Dampak Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
P TP -
P
KETERANGAN Jumlah penduduk yang terkena dampak 963 nelayan ( 31,5% dari total keluarga dari empat desa sekitar PLTU) Dampak terjadi di perairan sekitar tapak kegiatan mencakup perairan desa Ujungnegoro, Karanggeneng, Ponowareng, dan Kedungsegog atau 30,1% dari total desa di wilayah studi Intensitas dampak tinggi karena kekhawatiran para nelayan akan menurunkan hasil tangkapan Dampak hanya akan berlangsung selama tahap kegiatan pengerukan yakni 8,5 bulan Tidak membawa dampak ikutan pada komponen lain
Dampak dapat bersifat kumulatif selama kegiatan pengerukan berlangsung Dengan pengelolaan terprogram dampak dapat dipulihkan Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak terhadap perubahan persepsi masyarakat pada kegiatan pengerukan (Dredging) masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi penurunan, sehingga dampak tergolong Negatif Penting (NP). Untuk mewujudkan terciptanya PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 159
keseimbangan baru berupa peningkatan atau pemulihan persepsi diperlukan fasilitasi dan penyediaan sarana prasaranan baru, sehingga persepsi positif dapat tetap terjaga.
Mekanisme aliran dampak perubahan persepsi masyarakat pada kegiatan pengerukan (dredging) bersifat langsung pada komponen lingkungan sosial ekonomi dan budaya yang selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada lingkungan sosial lainnya.
b. Pembuangan Material Hasil Kerukan (Dumping) Penurunan Kualitas Air Laut Material sedimen hasil pengerukan selanjutnya dibuang (dumping) di laut terbuka dengan menggunakan hopper barge berkapasitas maksimum 1.000 m3. Hopper barge yang digunakan sebanyak 2 buah. Jarak pembuangan dengan lokasi pengerukan sekitar 16 km. Siklus pembuangan lumpur dalam sehari dihitung sebagai berikut : •
Kapasitas hopper barge (Kh)
: 1.000 m3
•
Kapasitas keruk CSD perjam (Kk)
: 300 m3/jam
•
Waktu pengisian hopper barge berdasarkan CSD (Ti)
: Kh/Kk = 3,33 jam
•
Kecepatan kapal penarik/ tag boat (Vb)
: 8 knot (14.816 km/jam)
•
Jarak ke lokasi dumping (S)
: 16 km
•
Waktu tempuh ke lokasi dumping (Tb)
: S/Vb = 1,08 jam
•
Waktu pembuangan material sedimen (Td)
: 1 jam
•
Waktu tempuh kembali ke lokasi pengerukan (Tp)
: 0,75 jam
•
Total waktu yang dibutuhkan 1 siklus pembuangan adalah (Tw)
: Ti+Tb+Td+Tp = 6,16 jam
Jadi waktu yang dibutuhkan 1 siklus untuk membuang material sedimen adalah 6,16 jam, akan tetapi dalam kajian ini dibulatkan menjadi 6 jam. Mengingat hopper barge yang digunakan sebanyak 2 buah dan jam kerja dalam sehari hanya 8 jam, maka dapat diperkirakan dalam satu hari hanya melakukan pembuangan (dumping) material sedimen sebanyak 2 kali.Untuk melihat pola sebaran dan peningkatan TSS akibat dumping material sedimen telah dilakukan pemodelan numerik yakni pembuangan dibuang sekaligus (1.000 m3).
Dalam studi ini area pemodelan hidrodinamika dibuat seluas mungkin atau sejauh mungkin dengan area interest / area kajian dengan tujuan untuk mendapatkan aliran batas terbuka pasang surut secara benar. Area pemodelan hidrodinamika, dan sedimen transport disajikan dalam Gambar pada Lampiran 3.
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 160
Selanjutnya simulasi dilakukan pada kondisi 2 musim yakni musim barat dan musim timur. Model disimulasikan selama 15 hari, dengan tujuan untuk melihat pengaruh pasang purnama (spring tide) dan pasang perbani (neap tide) yang biasanya pada kondisi ini pola aliran air atau arus yang bergerak membawa partikel yang masuk ke peraiaran sangat dipengaruhi atau berkecepatan tinggi. Hasil model hanya disajikan dalam bentuk kontur sebaran maksimum hasil simulasi selama 15 hari. Model hidrodinamika tertera di dalam Lampiran 3, sedangkan hasil model sebaran TSS untuk skenario kondisi terburuk diuraikan sebagai berikut.
TSS Akibat Aktivitas Dumping pada Musim Barat Hasil simulasi model sebaran TSS maksimum akibat pembuangan (dumping) lumpur musim barat disajikan dalam Gambar 3.23. Secara umum pola sebaran TSS mengarah ke timur sesuai dengan arah pergerakan arus dominan. Konsentrasi TSS akibat pembuangan akan menyebar sangat jauh apabila total lumpur dari total kapasitas hopper barge 1.000 m3 dibuang sekaligus. Konsentrasi TSS di sekitar titik dumping area mencapai 800 mg/l dan menyebar hingga 10 km ke arah timur baru dijumpai konsentrasi TSS 10 mg/l.
Gambar 3.23 Sebaran TSS Maksimum Akibat Aktivitas Dumping saat Musim Barat Jika Keseluruhan Lumpur Dibuang Sekaligus
TSS Akibat Aktivitas Dumping pada Musim Timur Pola sebaran TSS maksimum hasil simulasi saat musim timur disajikan dalam Gambar 3.24. Dari gambar tersebut terlihat pola sebaran TSS dominan mengarah ke barat, dimana saat musim timur pola sebaran lebih mengarah ke barat, akan tetapi secara keseluruhan karateristik konsentrasi dan jarak sebaran tidak terlalu berbeda.
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 161
Gambar 3.24 Sebaran TSS Maksimum Akibat Aktivitas Dumping saat Musim Timur Jika Keseluruhan Lumpur Dibuang Sekaligus
Hasil model sebaran TSS akibat dumping baik musim barat dan musim timur jika dihubungkan dengan daerah sensitif terdekat yakni Karang Bapang terlihat tidak mempengaruhi atau sebaran TSS tidak mencapai di lokasi Karang Bapang.
Rona awal dari kualitas air laut di sekitar lokasi dumping proyek pembangunan PLTU masih termasuk dalam skala 3 dengan TSS terukur 10mg/l dan kecerahan 8,5 – 18,68 m, sedangkan kondisi rona akhir TSS 26 mg/l menunjukan skala 1. Dengan demikian besaran dampak terhadap kualitas air laut dengan adanya kegiatan operasional PLTU adalah tergolong Sedang dengan nilai perubahan dampaknya Negatif Dua (-2). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.95 berikut ini.
Tabel 3.95 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Pembuangan (Dumping) terhadap Penurunan Kualitas Air Laut NO.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING
SIFAT PENTING DAMPAK P
1.
Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan
2.
Luas wilayah penyebaran dampak
TP
3.
Intensitas dampak
P
Lamanya dampak berlangsung Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak Sifat Kumulatif dampak
P P
4. 5.
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
TP
KETERANGAN Kegiatan pengerukan akan berakibat terganggunya kualitas air laut termasuk kemelimpahan ikan yang ada sehingga berdampak langsung bagi masyarakat nelayan, Wilayah yang terpengaruh langsung terbatas pada areal sekitar dumping area Intensitas dampak yang ditimbulkan dari kegiatan ini cukup sedang karena mengakibatkan perubahan fisik kimia sehingga melebihi baku mut u lingkungan Satu tahapan kegiatan selama kegiatan dumping Kegiatan pengerukan akan menimbulkan dampak sekunder dan dampak lanjutannya Dampaknya tidak bersifat kumulatif
3 - 162
NO. 6.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING Berbalik atau tak berbaliknya dampak
7.
Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Sifat Penting Dampak Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
SIFAT PENTING DAMPAK TP P
P
KETERANGAN Dampak yang timbul merupakan dampak terbalikkan, atau dapat dipulihkan Kegiatan pengerukan yang menimbulkan gangguan terhadap kualitas air laut tidak dapat ditanggulangi oleh teknologi yang tersedia Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak terhadap penurunan kualitas air laut pada kegiatan pembuangan (Dumping) masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi penurunan, sehingga dampak tergolong Negatif Penting (NP).
Gangguan terhadap Biota Laut Kegiatan dumping adalah merupakan kegiatan pembuangan material hasil pengerukan (dredging) untuk konstruksi intake, outfall, dan jetty . Total volume material yang dikeruk adalah 1.553.000 m3. Dumping area berada di laut berjarak 16 km atau 10 millaut dari lokasi power block ke arah Utara. Kondisi rona awal dari setiap titik di daerah Dumping Area dan Karang Bapang seragam hanya bersubstrat lumpur dengan jarak pandang terbatas. Sementara pada plankton dan benthos ditinjau dari Indeks Keanekaragaman masih dalam kategori baik, tidak didominasi oleh jenis tertentu, meskipun jumlah dan kekayaan tidak terlalu tinggi yang menandakan ekosistem di daerah Dumping Area cukup stabil. Karena itu menurut skala kualitas lingkungan rona awal di daerah ini masuk dalam kategori skala 3.
Kondisi daerah Dumping Area dan karang Bapang di bebarapa titik ditemukan biota laut seperti Ikan Goby (Ctenogobiops aurocingulus), Bulu Babi (Deadema setosum), Pena Laut Sea pen(Pennatula Sp), Bintang laut (Asteria sp.), Sand Dollar (Laganum Sp), Kepiting (Sesarmoides. sp), Kerang (Murex Sp), Tube Anemon (Cerianthus Sp), Ikan Pari (Dasyatis Sp.), Ikan Teri (Stolephorus Sp), dan Ubur ubur (Aurelia Aurita). Jenis biota tersebut sama sekali tidak termasuk biota langka atau endemik dan dilindungi. Dimana dari setiap titik yang telah di survei sama sekali tidak ditemukan terumbu karang hanya ber-substrat lumpur.
Titik Dumping area (DA) dan Luar Dumping Area (LDA) memiliki tingkat kecerahan 8,5 - 18,68 m dengan kedalaman 34 - 40 m kondisi ini menyebabkan peneterasi cahaya matahari sudah sangat berkurang terlebih dengan subtrat dasar berupa lumpur yang menyebabkan dasar perairan mudah menjadi keruh semakin memperparah kondisi itu. Berdasarkan KEPMEN Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004 lampiran 3 tentang baku mutu air laut untuk biota laut kadar pH adalah 7 - 8,5 maka kisaran pH di Dumping area (DA), Luar Dumping Area (LDA), dan sekitar Karang Bapang masih sesuai dengan baku mutu air laut untuk hidupnya PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 163
biota dengan kata lain belum banyak pengaruh dari faktor-faktor kimia yang merubah pH air laut menjadi terlalu asam atau terlalu basa.
Pekerjaan dumping di laut meningkatkan kekeruhan dan padatan tersuspensi air laut. Berdasarkan hasil analisa partikel 3 fraksi menunjukan bahwa material yang akan dikeruk di antaranya mengandung lempung (clay) 31,16% dan material ini yang berpotensi menjadi tersebar di sekitar lokasi kegiatan pembuangan material hasil kerukan (dumping) di laut berupa TSS. Sebaran TSS dapat mencapai areal yang cukup luas dan dikhawatirkan akan mengganggu keberadaan biota air sekitarnya.
Menurunnya kualitas air laut sekitar lokasi dumping menyebabkan terganggunya biota laut. Sebaran gangguan biota laut sejauh dampak terhadap air laut. Rona lingkungan awal di lokasi dumping area masuk dalam kriteria skala 3 (sedang) karena itu akibat kegiatan dumping diprakirakan akan menimbulkan dampak yang menurunkan skala kualitas lingkungan menjadi skala 1
atau terjadi penurunan skala kualitas
lingkungan tergolong Sedang dengan nilai perubahan dampaknya Negatif Dua (-2). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.96 berikut ini.
Tabel 3.96 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Pembuangan (Dumping) terhadap Gangguan pada Biota Laut NO.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING
SIFAT PENTING DAMPAK P
1.
Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan
2.
Luas wilayah penyebaran dampak
TP
3.
Intensitas dampak
P
Lamanya dampak berlangsung
P
Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak Sifat Kumulatif dampak Berbalik atau tak berbaliknya dampak
P
4. 5. 6. 7.
Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Sifat Penting Dampak Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
P TP P
P
KETERANGAN Kegiatan dumping akan berakibat terganggunya biota laut termasuk kemelimpahan ikan atau biota laut yang ada sehingga berdampak langsung bagi penduduk nelayan, Wilayah yang terpengaruh langsung terbatas pada areal sekitar dumping area Intensitas dampak yang ditimbulkan dari kegiatan ini cukup besar karena dapat menyebabkan kerusakan atau gangguan terhadap komponen komponen hayati disekitarnya. Satu tahapan kegiatan selama kegiatan dumping berlangsung Kegiatan dumping akan menimbulkan dampak sekunder dan dampak lanjutannya Dampaknya bersifat kumulatif Dampak yang timbul merupakan dampak terbalikkan, atau dapat dipulihkan Kegiatan dumping yang menimbulkan gangguan terhadap biota laut cukup sulit ditanggulangi oleh teknologi yang tersedia Penting
3 - 164
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak terhadap gangguan biota
laut pada kegiatan
pembuangan (Dumping) masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi penurunan, sehingga dampak tergolong Negatif Penting (NP).
Perubahan Persepsi Masyarakat Kegiatan pembuangan hasil pengerukan (dumping) untuk konstruksi intake dan outfall akan dibuang ke tengah laut. Kegiatan pembuangan material hasil keruk akan menggunakan 4 buah hopper barge untuk mengangkut material kerukan ke lokasi pembuangan dan direncanakan akan berlangsung selama 8,5 bulan. Kegiatan pembuangan (dumping) ini diperkirakan akan mengganggu biota laut terutama lokasi fishing ground sehingga akan menimbulkan persepsi negatif di kalangan para nelayan karena berpotensi menurunkan pendapatan mereka. Dengan demikian terjadilah ketidakseimbangan di lingkungan kerja nelayan yang harus dikelola. Rona kualitas lingkungan pada aspek persepsi masyarakat masuk dalam kategoriSkala 4. Kegiatan pembuangan hasil material keruk akan menimbulkan persepsi negatif nelayan dan menurunkan kualitas lingkungan menjadi Skala 3. sehingga besaran skala lingkungan tergolong Kecil dengan nilai perubahan dampaknya Negatif Satu (-1). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.97 berikut ini. Analisis rinci penentuan dampak kegiatan pembuatan (dumping ) terhadap perubahan persepsi masyarakat dapat dilihat pada Lampiran 3D poin 3.1.2.1.
Tabel 3.97 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Pembuangan Material Keruk (Dumping) terhadap Perubahan Persepsi Masyarakat NO. 1.
2.
3.
4.
5.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan Luas wilayah penyebaran dampak
SIFAT PENTING DAMPAK P
P
Intensitas dampak
P
Lamanya dampak berlangsung
P
Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak Sifat Kumulatif dampak
TP
6.
P
Berbalik atau tak berbaliknya TP dampak 7. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Sifat Penting Dampak P Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
KETERANGAN Jumlah penduduk yang terkena dampak 963 nelayan ( 31,5% dari total keluarga dari empat desa sekitar PLTU) Dampak terjadi di perairan sekitar tapak kegiatan mencakup perairan desa Ujungnegoro, Karanggeneng, Ponowareng, dan Kedungsegog atau 30,1% dari total desa di wilayah studi Intensitas dampak cukup karena kekhawatiran para nelayan kegiatan pembuangan material keruk akan menurunkan hasil tangkapan Dampak hanya akan berlangsung selama tahap kegiatan pembuangan material keruk (dumping ) yakni 8,5 bulan Tidak membawa dampak ikutan pada komponen lain
Dampak dapat bersifat kumulatif selama kegiatan pembuangan material keruk berlangsung Dengan pengelolaan terprogram dampak dapat dipulihkan Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Penting
3 - 165
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak terhadap perubahan persepsi masyarakat pada kegiatan pembuangan (Dumping) masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi penurunan, sehingga dampak tergolong Negatif Penting (NP). Untuk mewujudkan terciptanya keseimbangan baru berupa peningkatan atau pemulihan persepsi diperlukan fasilitasi dan penyediaan sarana prasaranan baru, sehingga persepsi positif dapat tetap terjaga.
Mekanisme aliran dampak perubahan persepsi masyarakat pada kegiatan pembuangan material keruk (dumping) bersifat langsung pada komponen lingkungan sosial ekonomi dan budaya yang selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada lingkungan sosial lainnya.
3.4
JARINGAN TRANSMISI 500 kV (SUTET) DAN GARDU INDUK
3.4.1
Tahap Pra Konstruksi
a.
Pengadaan Lahan Tapak Tower dan Gardu Induk
Munculnya Spekulan Tanah Pengalaman kegiatan pengadaan lahan untuk keperluan Blok PLTU diperkirakan akan menjadi contoh yang baik bagi pemilik tanah calon tapak tower dan Gardu Induk. Dari pengamatan dan wawancara ketika dilakukan penelitian praktek spekulan sangat kecil dalam kegiatan pengadaan lahan. Dalam kegiatan pengadaan lahan untuk tapak tower diperkirakan juga upaya-upaya spekulan tanah untuk bermain di dalamnya sangat kecil, sedangkan untuk gardu induk diprediksikan tidak akan ada spekulan karena lahan rencana tapak gardu induk milik pemerintah. Pengadaan lahan untuk tapaktower akan melibatkan sekitar 17 orang petani dan instansi pemerintah (Dinas Perkebunan) sebagai pemilik lahan lokasi rencana gardu induk. Rona awal spekulan tanah berada pada kategori Skala 4 (lampiran 2P). Kegiatan pengadaan lahan untuk tapak tower diprediksikan tidak akan mengubah skala kualitas lingkungan dari parameter spekulan tanah karena praktek spekulan sangat kecil dalam kegiatan pengadaan lahan tapaktower dan lahan lokasi rencana Gardu Induk sepenuhnya adalah milik Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah sehingga diprediksikan tidak akan ada perubahan keseimbangan lingkungan sosial; oleh karena itu kualitas lingkungan akan tetap pada kategori Skala 4. Dengan demikian besaran dampak terhadap munculnya spekulan tanah pada tahap pra konstruksi adalah tergolong Tidak Ada Dampak dengan nilai perubahan dampaknya Tidak Ada Perubahan (0). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.98 berikut ini. Analisis rinci penentuan dampak kegiatan pengadaan lahan tapak tower dan gardu induk terhadap munculnya spekulan tanah dapat dilihat pada Lampiran 3D poin 4.1.1.1
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 166
Tabel 3.98 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Pengadaan Lahan TapakTower dan Gardu Induk terhadap Munculnya Spekulan Tanah NO. 1.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING
SIFAT PENTING DAMPAK TP
2.
Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan Luas wilayah penyebaran dampak
3.
Intensitas dampak
TP
Lamanya dampak berlangsung
TP
4.
Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak 5. Sifat Kumulatif dampak 6. Berbalik atau tak berbaliknya dampak 7. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Sifat Penting Dampak Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
P
TP TP TP -
TP
KETERANGAN Munculnya dampak spekulan tanah sangat kecil, hanya terbatas pada 355 penduduk yang memiliki lahan yang akan terkena pembebasan. Dampak meliputi desa Simbangjati dan Beji (gardu induk) dan Karanggeneng, Ponowareng, Tulis, Wonokerso, Kenconorejo (53,8% dari seluruh desa yang diteliti) Munculnya spekulan tanah Intensitas dampaknya rendah walaupun berlangsung di 7 desa dalam kurun waktu yang relatif singkat tetapi tidak menimbulkan perubahan lingkungan yang drastis. Dampak hanya akan berlangsung pada satu tahap kegiatan yaitu tahap prakonstruksi Tidak ada komponen lain yang terkena dampak Dampak tidak bersifat kumulatif Dampak dapat dipulihkan dengan perlakuan tertentu Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Tidak Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak kegiatan pengadaan lahan tapakTower dan Gardu Induk terhadap munculnya spekulan tanah masuk kategori dampak tidak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan tidak terjadi perubahan dampak, sehingga dampak tergolongTidak Penting (TP).
Keresahan Masyarakat Keresahan masyarakat diperkirakan akan muncul ketika rencana jalur transmisi tidak diinformasikan dengan jelas kepada para pemilik lahan. Demikian pula dengan rencana tapak tower dan rumah warga yang akan dilalui oleh jaringan transmisi. Informasi lokasi tapak dan luas kebutuhan lahan yang tidak jelas dapat menimbulkan keresahan karena umumnya lahan menjadi sumber mata pencaharian dan sumber nafkah utama kehidupan keluarga. Hal lain yang menjadi sumber keresahan masyarakat adalah adanya keterbatasan ketinggian bangunan jika ada bangunan tower kabel transmisi, dimana berdasarkan Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No. 975.K/47/MPE/1999 tentang Perubahan Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi No. 01.P/47/MPE/1992 tentang Ruang Bebas Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) untuk penyaluran tenaga listrik.
Muncul
ketidakseimbangan lingkungan, khususnya di kalangan pemilik lahan. Kualitas lingkungan awal dari parameter keresahan di wilayah rencana jalur transmisi dan Gardu Induk masuk pada kriteria baik atau pada PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 167
skala 3 (Lampiran 2P) dimana masyarakat merasa nyaman dan tenang tinggal di desanya. Kegiatan pengadaan lahan diprediksikan akan menurunkan kualitas lingkungan karena tingkat keresahan yang akan timbul bisa terjadi sampai pada tingkat resah dengan skala 2. Dengan demikian besaran dampak terhadap meningkatnya keresahan masyarakat pada tahap pengadaan lahan tapak tower dan gardu induk adalah tergolong Kecil dengan nilai perubahan dampaknya Negatif Satu (-1). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.99 berikut ini. Analisis rinci penentuan dampak kegiatan pengadaan lahan tapak tower dan gardu induk terhadap keresahan masyarakat dapat dilihat pada Lampiran 3D poin 4.1.1.2.
Tabel 3.99 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Pengadaan Lahan TapakTower dan Gardu Induk terhadap Keresahan Masyarakat NO. 1.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan
NILAI PENTING P
2.
Luas wilayah penyebaran dampak
P
3.
Intensitas dampak
P
Lamanya dampak berlangsung
TP
4.
Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak 5. Sifat Kumulatif dampak 6. Berbalik atau tak berbaliknya dampak 7. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Sifat Penting Dampak Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
P
KETERANGAN Jumlah penduduk yang terkena dampak negatif relatif kecil untuk gardu induk sekitar 5.694 orang atau (13,9% dari total jumlah penduduk di wilayah studi) dan cukup besar untuk jalur transmisi 15.333 orang (37,3% dari total jumlah penduduk di wilayah studi) Dampak meliputi desa Simbangjati dan Beji (gardu induk) dan Karanggeneng, Ponowareng, Tulis, Wonokerso, Kenconorejo (53,8% dari seluruh desa yang diteliti) Intensitas dampak tinggi karena ketidakpastian lokasi gardu induk dan bagaimana pemanfaatan lahan setelah ada jalur transmisi Dampak hanya akan berlangsung pada tahap prakonstruksi pembangunan jaringan transmisi dan gardu induk Menimbulkan dampak ikutan berupa perubahan persepsi masyarakat
P TP
Dampak bisa bersifat kumulatif Dampak dapat dipulihkan dengan perlakuan tertentu
-
Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
P
Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak kegiatan pengadaan lahan tapakTower dan Gardu Induk terhadap keresahan masyarakat masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi penurunan dampak, sehingga dampak tergolong Negatif
Penting (NP). Untuk
mewujudkan terciptanya keseimbangan baru berupa situasi hilangnya keresahan, maka diperlukan fasilitasi dan penyediaan sarana prasarana baru, sehingga situasi lingkungan yang tenang, tidak ada keresahan dapat pulih kembali. PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 168
Mekanisme aliran dampak kegiatan pengadaan lahan tapak Tower dan Gardu Induk akan menimbulkan dampak penting negatif berupa keresahan masyarakatyang bersifat langsung pada komponen lingkungan sosial ekonomi dan budaya dan selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada lingkungan sosial lainnya.
Perubahan Persepsi Masyarakat Kegiatan survei dan pengadaan lahan tapak Tower dan Gardu Induk diperkirakan akan berdampak pada munculnya persepsi masyarakat yang bisa bersifat positif atau negatif. Persepsi masyarakat tercipta pada saat adanya kegiatan survei lokasi jaringan transmisi. Kegiatan survei ini hanya terbatas pada tahap awal untuk kebutuhan penentuan lokasi proyek, namun kegiatan ini merupakan isu yang cukup besar terkait dengan kepastian penggunaan lahan untuk proyek. Pada saat ini sebagian besar lokasi untuk tapak tower SUTET adalah sawah irigasi semi teknis milik penduduk yang menjadi mata pencaharian utama penduduk. Persepsi positif akan muncul ketika ada kejelasan informasi tentang luas lahan yang akan terkena tapak tower SUTET, kejelasan alur jalur transmisi, dan pemberian kompensasi yang memadai. Sebaliknya persepsi negatif bisa berkembang ketika informasi tentang tapak tower dan alur jalur transmisi tidak jelas, serta kesepakatan kompensasi tidak sesuai harapan, yang berarti muncul ketidakseimbangan. Fasilitasi dan penyediaan sarana prasarana baru dapat menciptakan keseimbangan baru sehingga dampak negative tidak terjadi. Dengan demikian, kemungkinan terjadinya ketidakseimbangan di ligkungan sosial cukup besar. Rona kualitas lingkungan pada aspek persepsi masyarakat masuk dalam kategori Skala 4 (Lampiran 2P). Kegiatan survei, pengadaan lahan dan pemberian kompensasi diperkirakan akan menimbulkan persepsi positif yang meningkatkan kualitas lingkungan menjadi Skala 5 (Lampiran 2P). Dengan demikian besaran dampak terhadap perubahan persepsi masyarakat pada tahap pra konstruksi adalah tergolong Kecil dengan nilai perubahan dampaknya Positif Satu (+1). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.100 berikut ini. Analisis rinci penentuan dampak kegiatan pengadaan lahan tapak tower dan gardu induk terhadap perubahan persepsi masyarakat dapat dilihat pada Lampiran 3D poin 4.1.1.3.
Tabel 3.100 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Pengadaan Lahan TapakTower dan Gardu Induk terhadap Perubahan Persepsi Masyarakat NO.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING
SIFAT PENTING DAMPAK P
1.
Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan
2.
Luas wilayah penyebaran dampak
P
3.
Intensitas dampak
P
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
KETERANGAN Jumlah penduduk yang terkena dampak negatif relatif kecil untuk gardu induk sekitar 5.694 orang atau (13,9% dari total jumlah penduduk di wilayah studi) dan cukup besar untuk jalur transmisi 15.333 orang (37,3% dari total jumlah penduduk di wilayah studi) Dampak meliputi desa Simbangjati dan Beji (gardu induk) dan Karanggeneng, Ponowareng, Tulis, Wonokerso, Kenconorejo dan Wringingintung (53,8% dari seluruh desa yang diteliti) Intensitas dampak cukup karena kepastian lokasi gardu induk dan lokasi tower, yang umumnya
3 - 169
NO.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING
SIFAT PENTING DAMPAK
Lamanya dampak berlangsung 4.
Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak 5. Sifat Kumulatif dampak 6. Berbalik atau tak berbaliknya dampak 7. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Sifat Penting Dampak Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
TP P
KETERANGAN merupakan sawah irigasi teknis akan disosialisasikan. Dampak hanya akan berlangsung pada tahap prakonstruksi Tidak menimbulkan dampak sekunder pada komponen lain
P TP
Dampak bisa bersifat kumulatif Dampak dapat dipulihkan dengan perlakuan tertentu
-
Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
P
Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak kegiatan pengadaan lahan tapakTower dan Gardu Induk terhadap persepsi masyarakat masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi peningkatan dampak, sehingga dampak tergolong Positif
Penting (PP). Untuk
mewujudkan terciptanya keseimbangan baru berupa persepsi positif masyarakat, maka diperlukan fasilitasi dan penyediaan sarana prasaranan baru, sehingga persepsi positif terhadap rencana kegiatan tetap terjaga.
Mekanisme aliran dampak kegiatan pengadaan lahan tapak tower dan Gardu Induk akan menimbulkan dampak penting negatif berupa perubahan persepsi masyarakat yang bersifat langsung pada komponen lingkungan sosial ekonomi dan budaya yang selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada lingkungan sosial lainnya .
b. Kompensasi Right of Way (ROW) Perubahan Persepsi Masyarakat Kegiatan pemberian kompensasi ROW diperkirakan akan berdampak pada munculnya persepsi masyarakat yang bisa bersifat positif atau negatif. Persepsi masyarakat tercipta pada saat pemberian kompensasi dilakukan dengan harga yang memadai melalui musyawarah. Persepsi positif akan muncul ketika ada pemberian kompensasi yang memadai. Dampak persepsi
yang
bersifat positif berarti ada
ketidakseimbangan, namun kondisi lingkungan sosial cukup kondusif untuk pelaksanaan rencana pembangunan jalur transmisi. Rona lingkungan awal untuk persepsi masyarakat adalahBaik atau Skala 4 (Lampiran 2P). Kegiatan kompensasi yang memenuhi harapan warga akan memberi nilai lingkungan menjadi Skala 5. Dengan demikian besaran dampak terhadap perubahan persepsi masyarakat pada tahap kompensasi ROW ini adalah tergolong Kecil (Lampiran 2P), dengan nilai perubahan dampaknya Positif
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 170
Satu (+1). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.101. Analisis rinci penentuan dampak kegiatan kompensasi ROW terhadap perubahan persepsi masyarakat dapat dilihat pada Lampiran 3D poin 4.1.2.1.
Tabel 3.101 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Kompensasi ROW terhadap Perubahan Persepsi Masyarakat NO. 1.
2.
3.
4.
5. 6.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan Luas wilayah penyebaran dampak
SIFAT PENTING DAMPAK TP
P
Intensitas dampak
P
Lamanya dampak berlangsung Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak Sifat Kumulatif dampak Berbalik atau tak berbaliknya dampak
TP
7.
P
P TP
Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Sifat Penting Dampak P Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
KETERANGAN Jumlah penduduk yang terkena dampak negatif relatif kecil, yakni pemilik lahan sekitar lokasi tower (11 tower)
Dampak meliputi desa Simbangjati dan Beji (gardu induk) dan Karanggeneng, Ponowareng, Tulis, Wonokerso, Kenconorejo (61,5% dari total desa di wilayah studi) Intensitas dampak cukup tinggi, karena kompensasi dilakukan dengan melalui musyawarah. Dampak hanya akan berlangsung pada tahap prakonstruksi Dapat minimbulkan dampak ikutan berupa persepsi pada tahap lanjutan atau tahap konstruksi Dampak bisa bersifat kumulatif Dampak negatif dapat dipulihkan dengan perlakuan tertentu dan dampak positif dapat ditingkatkan dengan program tertentu Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak kegiatan kegiatan kompensasi ROW terhadap munculnya persepsi masyarakat masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi peningkatan dampak, sehingga dampak tergolong Positif
Penting (PP). Untuk
mewujudkan terciptanya keseimbangan baru berupa persepsi positif masyarakat, maka diperlukan fasilitasi dan penyediaan sarana prasaranan baru, sehingga persepsi positif terhadap rencana kegiatan tetap terjaga.
Mekanisme aliran dampak kegiatan kompensasi ROW akan menimbulkan dampak penting negatif berupa perubahan persepsi masyarakat yang bersifat langsung pada komponen lingkungan sosial ekonomi dan budaya yang selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada lingkungan sosial lainnya.
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 171
3.4.2 a.
Tahap Konstruksi
Penerimaan Tenaga Kerja
Peningkatan Kesempatan Kerja Kegiatan penerimaan tenaga kerja konstruksi jaringan transmisi akan melibatkan 53 tenaga kerja konstruksi. Dari seluruh tenaga kerja konstruksi peluang kerja yang bisa diambil oleh warga hanyalah sebagai pekerja kasar yang membutuhkan sekitar 17 tenaga kerja lokal. Meskipun rona awal kesempatan kerja masuk dalam kategori Skala 3 (Lampiran 2 P), peluang kerja yang muncul pada tahap konstruksi jaringan transmisi dan gardu induk relatif kecil dan tidak cukup signifikan; tidak terjadi perubahan yang berarti, sehingga tidak akan mengubah skala kualitas lingkungan yaitu tetap pada Skala 3. Dengan demikian besaran dampak terhadap peningkatan kesempatan kerja pada tahap konstruksi adalah tergolong Tidak Ada Dampak dengan nilai perubahan dampaknya Tidak Ada Perubahan (0). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.102 berikut ini. Analisis rinci penentuan dampak kegiatan penerimaan tenaga kerja konstruksi jaringan transmisi dan gardu induk terhadap peningkatan kesempatan kerja dapat dilihat pada Lampiran 3D poin 4.2.1.1.
Tabel 3.102 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Penerimaan Tenaga Kerja Konstruksi Jaringan Transmisi dan Gardu Induk terhadap Peningkatan Kesempatan Kerja NO. 1.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING
SIFAT PENTING DAMPAK TP
2.
Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan Luas wilayah penyebaran dampak
3.
Intensitas dampak
TP
Lamanya dampak berlangsung
TP
4.
Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak 5. Sifat Kumulatif dampak 6. Berbalik atau tak berbaliknya dampak 7. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Sifat Penting Dampak Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
P
P TP TP -
TP
KETERANGAN Jumlah penduduk yang terkena dampak 4.731 orang yang belum memiliki pekerjaan tetap di jalur t ransmisi dan lokasi gardu induk Dampak meliputi desa Simbangjati dan Beji (gardu induk) dan Karanggeneng, Ponowareng, Tulis, Wonokerso, Kenconorejo Intensitas dampak sedang karena kesempatan kerja yang muncul sangat kecil dibanding penduduk yang membutuhkan kerja Dampak hanya akan berlangsung pada tahap konstruksi Dapat menimbulkan dampak ikutan pada persepsi masyarakat Dampak tidak bersifat kumulatif Dampak dapat dipulihkan dengan perlakuan tertentu Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Tidak Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak kegiatan penerimaan tenaga kerja konstruksi jaringan transmisi SUTET 500 kV dan Gardu Induk terhadap peningkatan kesempatan kerja masuk kategoridampak tidak penting. Namun dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan tidak terjadi perubahan skala kualitas lingkungan, sehingga dampak tergolong Tidak Penting (TP). PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 172
Mekanisme aliran dampak kegiatan penerimaan tenaga kerja konstruksi akan menimbulkan dampak penting negatif berupa perubahan persepsi masyarakat yang bersifat langsung pada komponen lingkungan sosial ekonomi dan budaya dan selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada lingkungan sosial lainnya.
Perubahan Persepsi Masyarakat Persepsi masyarakat yang muncul dapat bersifat positif atau negatif. Persepsi negatif muncul ketika kesempatan kerja yang tersedia tidak bisa dimanfaatkan oleh warga lokal. Ketidakseimbangan yang muncul ini dapat dikelola melalui fasilitasi tertentu sehingga persepsi negative dapat dihilangkan.Persepsi positif akan muncul ketika kesempatan kerja dapat dimanfaatkan oleh penduduk lokal. Rona awal kualitas lingkungan pada aspek persepsi masyarakat masuk dalam kategori baik atau Skala 4. Kegiatan kosntruksi jaringan transmisi dan Gardu Induk diperkirakan dapat meningkatkan kualitas lingkungan menjadiSkala 5 . Dengan demikian besaran dampak terhadap perubahan persepsi masyarakat pada tahap konstruksi adalah tergolong Kecil (lampiran 2 P), dengan nilai perubahan dampaknya Positif satu (-1). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.103 berikut ini. Analisis rinci penentuan dampak kegiatan penerimaan tenaga kerja konstruksi jaringan transmisi dan gardu induk terhadap perubahan persepsi masyarakat dapat dilihat pada Lampiran 3D poin 4.2.1.2.
Tabel 3.103 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Penerimaan Tenaga Kerja Konstruksi Jaringan Transmisi dan Gardu Induk terhadap Perubahan Persepsi Masyarakat NO. 1.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING
SIFAT PENTING DAMPAK P
2.
Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan Luas wilayah penyebaran dampak
3.
Intensitas dampak
P
Lamanya dampak berlangsung
TP
Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak Sifat Kumulatif dampak Berbalik atau tak berbaliknya dampak
TP
Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Sifat Penting Dampak Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
-
4. 5. 6. 7.
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
P
P TP
P
KETERANGAN Jumlah penduduk yang terkena dampak 4.731 orang yang belum memiliki pekerjaan tetap di jalur t ransmisi dan lokasi gardu induk Dampak meliputi desa Simbangjati dan Beji (gardu induk) dan Karanggeneng, Ponowareng, Tulis, Wonokerso, Kenconorejo Intensitas cukup karena kesempatan kerja yang tersediadapat dimanfaatkan oleh penduduk lokal. Dampak hanya akan berlangsung selama tahap konstruksi Tidak membawa dampak ikutan pada komponen lain Dampak bersifat kumulatif Dengan pengelolaan terprogram dampak dapat dipulihkan Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Penting
3 - 173
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak kegiatan Penerimaan Tenaga Kerja Konstruksi Jaringan Transmisi dan Gardu Induk terhadap Perubahan Persepsi Masyarakat masuk kategoridampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi penurunan skala kualitas lingkungan, sehingga dampak tergolong Negatif Penting (NP). Untuk mewujudkan terciptanya keseimbangan baru berupa persepsi positif masyarakat, maka diperlukan fasilitasi dan penyediaan sarana prasaranan baru, sehingga persepsi positif terhadap rencana kegiatan tetap terjaga.
Mekanisme aliran dampak kegiatan penerimaan tenaga kerja konstruksi akan menimbulkan dampak penting negatif berupa perubahan persepsi masyarakat yang bersifat langsung pada komponen lingkungan sosial ekonomi dan budaya dan selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada lingkungan sosial lainnya.
b. Mobilisasi Alat dan Material Penurunan Kualitas Udara Penurunan kualitas udara pada tahap pembangunan SUTET 500 kV dan Gardu Induk bersumber dari pengoperasian kendaraan pengangkut alat-alat berat dan material. Pengangkutan peralatan dan material yang digunakan untuk pembangunan SUTET 500 kV dan Gardu Induk dilakukan dengan menggunakan truk sampai posisi terdekat dan kemudian dibawa dengan tenaga manusia ke lokasi pembangunan.
Metode prakiraan dampak penting untuk penurunan kualitas udara (Debu, NO2, dan SO2) menggunakan rumus Gaussian (line source) sebagai berikut :
(,) =
2 1 2
(2 )
exp −
1 2
(
)2
Dimana : C (x,z)
: Konsentarsi pencemar udara pada koordinat x dan z (ug/m3)
Q L
: Laju emisi per unit jarak (gr/dt.m)
z
: Ketinggian penerima (receptor) di atas tanah (m)
u
: Kecepatan angin rata-rata pada arah sumbu x (m/dt)
: Koeffisien dispersi vertikal Gaussian (m)
Pada kegiatan mobilisasi alat dan material pembangunan SUTET 500 kV dan Gardu Induk diperkirakan akan melibatkan kendaraan pengangkut berbahan bakar solar sebanyak 3 kendaraan truk per hari. Waktu operasional kendaraan adalah selama 8 jamdalam 1 hari, dengan jarak tempuh dari tapak PLTU menuju jalan PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 174
raya adalah sepanjang 5,4 km. Sehingga untuk konstruksi tower dalam satu hari jarak tempuh 3 kendaraan truk dengan kecepatan sekitar 10 km/jam adalah sekitar 240 km.
Dalam prakiraan dampak diasumsikan pemakaian bahan bakar kendaraan truck adalah 0,2 liter solar setiap jarak tempuh 1 km, kecepatan rata-rata kendaraan sekitar 10 km/jam yang beroperasi selama 8 jam sehari, kecepatan angin rata-rata pada lokasi studi sebesar 2,63 m/dt, koefisien disperse Gaussian ( ) pada stabilitas atm B adalah sebesar 3,43 m, koefisien disperse Gaussian () pada stabilitas atm B adalah sebesar 3,43 m dan ketinggian penerima (z) sebesar 2 m. Faktor emisi kendaraan berbahan bakar solar berdasarkan standar WHO adalah sebesar 2,01 kg/m3 untuk parameter partikulat, 6,36 kg/m3 untuk parameter polutan SO2, dan 7,21 kg/m3 untuk parameter polutan NO2. Perhitungan dilakukan hanya untuk kendaraan yang dilakukan mobilisasi via darat, sedangkan alat berat yang mobilisasinya melalui laut tidak diperhitungkan.
Berdasarkan asumsi dan data tersebut di atas maka dapat dihitung konsumsi bahan bakar dari alat-alat berat selama pembangunan SUTET 500 kV dan Gardu Induk seperti pada Tabel 3.104 berikut ini.
Tabel 3.104 Konsumsi Bahan Bakar Alat-Alat Berat NO 1
JENIS KENDARAAN Truck
BERAT JENIS SOLAR (KG/L) 0,86
JARAK TEMPUH (KM) 240 JUMLAH
KONSUMSI BBM (M3 /HARI) 0,041 0,041
Sumber : Hasil Analisa, 2013
Faktor emisi untuk masing-masing parameter kualitas udara dari sumber pembakaran dapat dilihat pada Tabel 3.105 berikut ini.
Tabel 3.105 Faktor Emisi Bahan Bakar JENIS PENCEMAR
JENIS KENDARAAN
BAHAN BAKAR
SATUAN
Mesin diesel
Solar
m3
DEBU (TSP) (kg/m3)
NO2 (kg/m3)
SO2 (kg/m3)
2,01
7,21
6,36
Sumber : WHO Offset Publication No. 62 Rapid Assessment of Sources of Air, Water and Land Pollution, WHO Geneva, 1982.
Besarnya emisi dari peralatan berat merupakan perkalian antara faktor emisi dengan pemakaian bahan bakar. Sehingga berdasarkan perkiraan konsumsi bahan bakar dan faktor emisi tersebut di atas, besarnya emisi untuk masing-masing parameter kualitas udara akibat kegiatan mobilisasi peralatan berat sebagai berikut : PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 175
1. Debu (TSP) : 0,041 x 2,01 = 0,083 kg/hr atau 0,023 gr/dt 2. NO2 : 0,041 x 7,21
= 0,298 kg/hr atau 0,083 gr/dt
3. SO2
= 0,263 kg/hr atau 0,073 gr/dt
: 0,041 x 6,36
Sehingga kontribusi (C) kegiatan mobilisasi peralatan dan material tahap konstruksi terhadap parameter kualitas udara adalah sebagai berikut : a) Debu (TSP) = 0,00009 µg/Nm3 b) NO2
= 0,00033 µg/Nm3
c) SO2
= 0,00029 µg/Nm3
Khusus untuk parameter debu prakiraan peningkatannya juga berasal dari resuspensi debu yang terangkat ke udara akibat pergerakan roda truk. Penurunan kualitas udara (TSP) akibat dari kegiatan Mobilisasi Alat dan Material rencana pembangunan PLTU dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut ini.
eu = 5,9 (s/12) (S/30) (W/7)0,7 (w/4)0,5 (d/365)
Dimana : eu = jumlah debu per panjang jalan (lb/mil) s = silt content (%) S = kecepatan kendaraan (mil/jam) W = berat kendaraan (ton) w = jumlah roda kendaraan d = jumlah hari tidak hujan dalam 1 tahun
Berdasarkan data lapangan diketahui silt content adalah sebesar 0,1%, kecepatan kendaraan sekitar 20 km/jam, berat kendaraan sekitar 20 ton, jumlah roda kendaraan 10 buah, jumlah hari tidak hujan dalam setahun adalah 214 hari, maka diperoleh jumlah debu per panjang jalan adalah sebesar 11,12 µg/m3. Bila diasumsikan luas pengadukan/ dispersi debu adalah sebesar 100 m2 maka konsentrasi debu di lokasi tersebut adalah sebesar 111,20 µg/m3. Jika ditambahkan dengan kontribusi debu dengan memperhatikan emisi kendaraan, maka kontribusi peningkatan debu (TSP) total menjadi 111,20009 µg/m3.
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 176
Konsentrasi ambien terhadap parameter debu dan gas oleh sumber pembakaran bahan bakar solar pada kegiatan mobilisasi dan transportasi peralatan berat sebagai berikut ini.
Tabel 3.106 Prakiraan Peningkatan Kadar Emisi NO
LOKASI
1 2 3 4
SATUAN µg/Nm3
U5 U6 µg/Nm3 U7 µg/Nm3 U8 µg/Nm3 BAKU MUTU Sumber : Hasil Analisa, 2013
DEBU 85,81 52,49 116,5 89,89 230
RONA AWAL NO2 13,83 42,29 13,06 7,58 150
SO2 25 25 25 25 365
DEBU 197,01009 163,69009 227,70009 201,09009 230
RONA AKHIR NO2 13,83 42,29 13,06 7,58 150
SO2 25 25 25 25 365
Keterangan : Baku Mutu Kualitas Udara Ambien mengacu pada SK. GU B. JATENG No. 8 Tahun 2001 Lokasi Pengukuran : U5 :
Balai Desa Sembojo
U6 :
Area pemukiman Desa Simbang Jati
U7 :
Lap. Bola Desa Kenconorejo
U8 :
Balai Desa Ponowareng
Rona awal dari kualitas udara di sekitar lokasi proyek masih tergolong sedang dan memiliki skala 3. Berdasarkan Tabel 3.106 di atas menunjukkan bahwa kegiatan mobilisasi peralatan dan material pembangunan jaringan transmisi diperkirakan akan memberikan beban pencemaran udara berupa kontribusi Debu (TSP), SO2, dan NO2 diperkirakan masih berada di bawah baku mutu lingkungan yang ditetapkan oleh SK. GUB. JATENG No. 8 Tahun 2001. Hasil akhir menunjukkan penurunan yang tidak terlalu signifikan untuk parameter gas NO2 dan SO2, namun khusus untuk parameter debu nilainya significant, sehingga skala kualitas lingkungan berubah menjadi skala 2. Dengan demikian besaran dampak terhadap kualitas udara dengan adanya kegiatan konstruksi PLTU adalah Kecil dengan nilai perubahan dampaknya Negatif Satu (1). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.107 berikut ini. Tabel 3.107 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Mobilisasi Alat dan Material Jaringan Transmisi terhadap Penurunan Kualitas Udara NO.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING
1.
Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan
2.
Luas wilayah penyebaran dampak
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
SIFAT PENTING DAMPAK P
P
KETERANGAN Jumlah penduduk yang terkena dampak negatif lebih besar daripada yang memperoleh manfaat. Kepadatan penduduk/km2 pada 6desa yang dilewati yaitu 1.001 jiwa/km2 dengan asumsi penduduk yang tinggal dekat dengan jalan akses kegiatan mobilisasi adalah 30 % nya atau sekitar 300 jiwa/km2. Sehingga jumlah penduduk yang dapat terkena dampak sebanyak 65 jiwa. Luas wilayah persebaran dampak pada jarak 20 m sebelah kiri dan 20 m sebelah dengan jarak sejauh
3 - 177
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING
NO.
3.
Intensitas dampak
Lamanya dampak berlangsung Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak 5. Sifat Kumulatif dampak 6. Berbalik atau tak berbaliknya dampak 7. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Sifat Penting Dampak Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
SIFAT PENTING DAMPAK
TP
TP
4.
P P TP TP
P
KETERANGAN 5,4 km, atau luas wilayah persebarannya adalah 0,216 km2. Wilayah yang terpengaruh dampak adalah Desa Ponowareng Ujungnegoro, Karanggeneng, Kenconorejo,Simbangjati, Beji dan Sembojo. Intensitas dampak adalah sebagai berikut : a) Debu (TSP) = 111,00009 µg/Nm3 b) NO2 = 0,00033 µg/Nm3 c) SO2 = 0,00029 µg/Nm3 Nilai tersebut tergolong relatif ringan untk parameter SO2, dan NO2 dan cukup significant untuk parameter debu (TSP) Dampak berlangsung hanya satu tahapan kegiatan yaitu saat tahap konstruksi. Terdapat komponen lain yang terkena dampak yakni kesehatan masyarakat. Dampak penurunan kualitas udara bersifat kumulatif Dampaknya dapat dipulihkan (berbalik) Dampak penting negatif yang ditimbulkan dapat ditanggulangi oleh teknologi yang tersedia Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak kegiatan Mobilisasi Alat dan Material Jaringan Transmisi dan Gardu Induk terhadap penurunan kualitas udara masuk kategoridampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi penurunan skala kualitas lingkungan, sehingga dampak tergolong Negatif Penting (NP).
Peningkatan Kebisingan Mobilisasi material pembangunan SUTET 500 kV dan gardu induk menggunakan truk (HS20-44) dengan kapasitas angkut 20 - 50 ton. Truk angkut tersebut akan mengangkut material dengan rute yang akan dilewati dari jalur pantura adalah masuk dari Desa Beji di sebelah selatan kemudian melewati Desa Simbangjati, Kenconorejo, Ponowareng, Karanggeneng, dan Desa Ujungnegoro menuju ke tapak lokasi power block di sebelah utara. Kegiatan tersebut diperkirakan akan menimbulkan kebisingan.
Rona awal tingkat kebisingan di sekitar lokasi kegiatan berdasarkan hasil pengukuran lapangan menunjukkan hasil yang masih dibawah baku mutu sehingga berdasarkan hasil pengukuran rata-rata kebisingan tercatat sebesar 55 dBA dan dikategorikan skala 3. Perkiraan intensitas kebisingan yang akan timbul terhadap jarak tertentu dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 178
2 = 1 − 10.
2 1
Dimana : LP1
= Tingkat kebisingan pada jarak r1, dB(A)
LP2
= Tingkat kebisingan pada jarak r2, dB(A)
r1
= Jarak pengukuran kebisingan dari sumber kebisingan 1
r2
= Jarak pengukuran kebisingan dari sumber kebisingan 2
Pada tahap mobilisasi peralatan dan material Pembangunan SUTET 500 kV dan Gardu Induk akan menggunakan 2 jenis truk yaitu Heavy Truck (intensitas bisingnya 80 dBA) dan Pick Up Truck (intensitas bisingnya 78 dBA). Berdasarkan rumus tersebut di atas dan intensitas sumber bisingnya maka dapat dihitung persebaran intensitas bising terhadap jarak tertentu, seperti yang disajikan padaTabel 3.108 berikut ini.
Tabel 3.108 Kebisingan Puncak dan Kebisingan yang Diduga Akibat Kegiatan Pembangunan SUTET 500 kV dan Gardu Induk Berbagai Jarak dari Sumber KEBISINGAN PUNCAK (dBA) Heavy Trucks 80 Pick Up Trucks 78 Sumber : Hasil Analisa, 2013 MESIN/ ALAT BERAT
JARAK DARI SUMBER (M) 10
20
50
100
200
300
500
70 68
67 65
63 61
60 58
57 55
55 53
53 51
Pada jarak sekitar 10 m kebisingan sekitar 68 - 70 dBA, pada jarak 300 m intensitas kebisingannya akan menurun sampai sesuai dengan baku mutu yaitu antara 53 - 55 dBA. Oleh karena itu kebisingan yang ditimbulkan dapat mengganggu kenyamanan penduduk yang dilewati yang berjarak maksimal 300 m tegak lurus dari as jalan yang dilalui, sehingga rona akhir menunjukkan penurunan skala kualitas lingkungan menjadi skala 1. Dengan demikian besaran dampak terhadap peningkatan kebisingan akibat adanya kegiatan mobilisasi peralatan dan material pada tahap pembangunan SUTET 500 kV dan gardu induk adalah Sedang dengan nilai perubahan dampaknya Negatif Dua (-2). Sedangkan Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.109 berikut ini.
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 179
Tabel 3.109 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Mobilisasi Alat dan Material Pembangunan SUTET 500 kV dan Gardu Induk terhadap Peningkatan Kebisingan NO.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING
SIFAT PENTING DAMPAK P
1.
Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan
2.
Luas wilayah penyebaran dampak
P
3.
Intensitas dampak
P
Lamanya dampak berlangsung
TP
4.
Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak
P
5.
Sifat Kumulatif dampak
TP
6.
Berbalik atau tak berbaliknya dampak 7. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Sifat Penting Dampak Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
TP
KETERANGAN Kegiatan mobilisasi alat berat dan material pada tahap konstruksi PLTU yang menimbulkan peningkatan kebisinganakan berlangsung selama kegiatan konstruksi. Peningkatan kebisingan akan berakibat terganggunya kenyamanan masyarakat sekitar, karena jumlah penduduk yang menerima dampak positif penting lebih besar atau sama dengan jumlah manusia yang terkena dampak negatif penting.Kepadatan penduduk/km2 pada 6 desa yang dilewati yaitu 1.001 jiwa/km2dengan asumsi penduduk yang tinggal dekat dengan jalan akses kegiatan mobilisasi adalah 30 % nya atau sekitar 300 jiwa/km2. Sehingga jumlah penduduk yang dapat terkena dampak sebanyak 65 jiwa. Luas wilayah persebaran dampak lebih luas dibandingkan dengan luas rencana kegiatan mencakup wilayah Desa Ujungnegoro, Simbangjati, Kenconorejo, Beji, Karanggeneng dan Ponowareng Intensitas dampak cukup tinggi yaitu antara 75 – 80 dBA pada sumbernya dan berangsur-angsur menurun seiring dengan pertambahan jarak. Pada jarak 300 m,intensitasnya berkisar antara 53 – 55 dBA (sesuai dengan baku tingkat kebisingan berdasarkan KepmenLH no. 48 tahun 1996) Dampak dapat berlangsung selama satu tahapan kegiatan yaitu kegiatan mobilisasi mobilisasi alat dan material Menimbulkan dampak sekunder dan dampak lanjutan lainnya seperti gangguan pendengaran dan kenyamanan. Dampak tidak bersifat kumulatif karena kegiatan mobilisasi alat berat dan material berhenti setelah kegiatan selesai, sehingga dampak yang ditimbulkan sifatnya menjaditidak penting. Dampaknya dapat dipulihkan (berbalik)
TP
Dampak penting negatif yang ditimbulkan dapat ditanggulangi oleh teknologi yang tersedia
P
Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak kegiatan Mobilisasi Alat dan Material Jaringan Transmisi dan Gardu Induk terhadap peningkatan kebisingan masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi penurunan skala kualitas lingkungan, sehingga dampak tergolong Negatif Penting (NP).
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 180
Mekanisme aliran dampak kegiatan mobilisasi alat dan material konstruksi jaringan transmisi SUTET 500 kV dan Gardu Induk akan menimbulkan dampak penting negatif berupa peningkatan kebisingan yang bersifat langsung pada komponen geofisik-kimia, kemudian menimbulkan rangkaian dampak lanjutan terhadap komponen sosial, ekonomi, budaya, dan kesehatan masyarakat
.
Gangguan Kenyamanan Kegiatan mobilitas alat dan material, pembangunan tower dan gardu induk diperkirakan akan menimbulkan dampak berupa penurunan kenyamanan tinggal penduduk yang dilewati kendaraan proyek serta yang berdekatan dengan lokasi tapak tower dan gardu induk. Lalu-lintas kendaraan akan menimbulkan bising dan debu pada saat pembangunan akan mengganggu kenyamanan warga sekitar kegiatan. Terjadi ketidakseimbangan dalam lingkungan. Rona awal kenyamanan masuk pada kriteria baik atau Skala 4 (lampiran 2P). Aktivitas proyek diperkirakan akan menurunkan kualitas kenyaman menjadi Skala 3, atau merasa cukup nyaman tinggal dipemukiman tempat tinggalnya. sehingga besaran dampak lingkungan dari aspek kenyamanan tergolong Kecil dengan nilai perubahan dampaknya Negatif Satu (-1). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.110 berikut ini. Analisis rinci penentuan dampak kegiatan mobilisasi alat dan material jaringan transmisi terhadap tingkat kenyamanan dapat dilihat pada Lampiran 3D poin 4.2.2.1.
Tabel 3.110 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Mobilisasi Alat dan Material Jaringan Transmisi terhadap Tingkat Kenyamanan NO. 1.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING
SIFAT PENTING DAMPAK P
2.
Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan Luas wilayah penyebaran dampak
3.
Intensitas dampak
P
Lamanya dampak berlangsung
TP
4.
Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak 5. Sifat Kumulatif dampak 6. Berbalik atau tak berbaliknya dampak 7. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Sifat Penting Dampak Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
P
P TP TP -
P
KETERANGAN Jumlah penduduk yang terkena dampak mencakup 21.387 orang (sekitar 52% dari total penduduk diwilayah studi) Dampak meliputi desa Simbangjati dan Beji (gardu induk) dan Karanggeneng, Ponowareng, Tulis, Wonokerso, Kenconorejo (61,5% dari total desa di wilayah studi) Intensitas dampak dampak termasuk sedang karena frekuensi lalu lintas kendaraan proyek tidak tinggi dan lokasi tower berada di persawahan Dampak hanya akan berlangsung pada tahap konstruksi Dapat menimbulkan dampak ikutan pada persepsi masyarakat Dampak tidak bersifat kumulatif Dampak dapat dipulihkan dengan perlakuan tertentu Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Penting
3 - 181
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak kegiatan Mobilisasi Alat dan Material Jaringan Transmisi dan Gardu Induk terhadap tingkat kenyamanan masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi penurunan skala kualitas lingkungan, sehingga dampak tergolong Negatif Penting (NP). Untuk mewujudkan terciptanya keseimbangan baru berupa pulihnya kenyamanan lingkungan, maka diperlukan fasilitasi dan penyediaan sarana prasaranan baru, sehingga lingkungan tempat tinggal tetap nyaman.
Mekanisme aliran dampak kegiatan mobilisasi alat dan material konstruksi jaringan transmisi SUTET 500 kV dan gardu indukakan menimbulkan dampak penting negatif berupa menurunnya tingkat kenyamanan yang bersifat tidak langsung.
Gangguan Kesehatan Masyarakat Kegiatan konstruksi jaringan transmisi 500 kV (SUTET) dan Gardu Induk menyebabkan penurunan kualitas udara dan peningkatan kebisingan yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat. Aktivitas dan volume lalu lintas bertambah yang berakibat terjadinya pencemaran udara. Pencemaran udara yang diakibatkan lalu lintas kendaraan menyebabkan peningkatan emisi gas buang kendaraan dan debu akibat buruknya kualitas jalan masuk menuju areal PLTU. Selain itu mobilisasi alat berat dan material tersebut diperkirakan akan menimbulkan dampak peningkatan kebisingan.
Rona awal dari kondisi pola penyakit pada angka kesakitan infeksi saluran pernapasan bagian atas masih masuk dalam skala 4 artinya pola penyakit masyarakat pada urutan 2 sampai dengan 5 adalah bukan penyakit infeksi, dengan adanya mobilitas kendaraan yang melewati jalan-jalan di desa dengan frekuensi maksimum untuk truk angkut 230 kali per hari maka diprakirakan akan terjadi peningkatan pola penyakit terutama infeksi saluran pernapasan sebesar 30 % sehingga skala kualitas lingkungan menjadi skala 3 dengan pola penyakit masyarakat pada urutan 1 sampai 3 merupakan infeksi dan urutan 4 sampai 5 bukan infeksi. Dengan demikian besaran dampak terhadap kondisi kesehatan masyarakat akibat adanya kegiatan konstruksi jaringan transmisi 500 kV (SUTET) dan Gardu Induk adalah tergolong Sedang dengan nilai perubahan dampaknya Negatif Dua (-2). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.111 berikut ini.
Tabel 3.111 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Mobilisasi Alat dan Material Jaringan Transmisi terhadap Gangguan Kesehatan Masyarakat NO. 1.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
SIFAT PENTING DAMPAK P
KETERANGAN Jumlah penduduk yang terkena dampak cukup banyak, yaitu hampir seluruh desa namun jumlah terbesar ada di lokasi yang menjadi akses truk angkut, yaitu di wilayah Desa Beji di sebelah
3 - 182
NO.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING
SIFAT PENTING DAMPAK
2.
Luas wilayah penyebaran dampak
P
3.
Intensitas dampak
P
4.
Lamanya dampak berlangsung Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak
P P
5. 6.
Sifat Kumulatif dampak Berbalik atau tak berbaliknya dampak 7. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Sifat Penting Dampak Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
TP TP TP
P
KETERANGAN selatan, Desa Simbangjati, Desa Kenconorejo, Desa Ponowareng, dan Desa Karanggeneng, Desa Wonokerso, Desa Tullis. Luas persebaran dampak lebih besar dibandingkan dengan luas wilayah rencana kegiatan Intensitas dampak yang ditimbulkan dari kegiatan ini cukup berat, populasi dampak terpengaruh Lamanya dampak > Satu tahapan kegiatan Kegiatan ini akan menimbulkan dampak sekunder dan dampak lanjutannya terhadap kenyamanan masyarakat dan kesehatan masyarakat Dampaknya tidak bersifat kumulatif Dampak yang timbul merupakan dampak terbalikkan, atau dapat dipulihkan Dampak penting negatif yang ditimbulkan tidak dapat ditanggulangi oleh teknologi yang tersedia Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak kegiatan Mobilisasi Alat dan Material Jaringan Transmisi dan Gardu Induk terhadap penurunan kesehatan masyarakat masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi penurunan skala kualitas lingkungan, sehingga dampak tergolong Negatif Penting (NP).
Perubahan Persepi Masyarakat Persepsi masyarakat yang muncul di masayarat dapat bersifat positif atau negatif. Persepsi negatif muncul katika penurunan kenyamanan tidak dikelola dengan baik dan munculnya kekhawatiran dampak jika jaringan transmisi melewati pemukiman penduduk. Sedangkan persepsi positif akan muncul ketika penurunan kenyamanan dikelola dengan baik, dan meskipun peluang kerja yang muncul hanya kecil namun tenaga kerja lokal tetap dilibatkan dalam pekerjaan konstruksi. Rona kualitas lingkungan pada aspek persepsi masyarakat masuk dalam kategori baik atau Skala 4 (lampiran 2P). Kegiatan konstruksi jaringan transmisi dan gardu induk diperkirakan dapat menimbulkan persepsi negatif menjadi Skala 3, sehingga nilai besaran dampak tergolong Sedang dengan nilai perubahan dampaknya Negatif Satu (-1). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.112 berikut ini. Analisis rinci penentuan dampak kegiatan mobilisasi alat dan material jaringan transmisi terhadap perubahan persepsi masyarakat dapat dilihat pada Lampiran 3D poin 4.2.2.2.
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 183
Tabel 3.112 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Mobilisasi Alat dan Material Jaringan Transmisi terhadap Perubahan Persepsi Masyarakat NO. 1.
2.
3.
FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan Luas wilayah penyebaran dampak
Intensitas dampak
SIFAT PENTING DAMPAK P
P
P
Lamanya dampak TP berlangsung 4. Banyaknya komponen TP lingkungan hidup lain yang terkena dampak 5. Sifat Kumulatif dampak P 6. Berbalik atau tak berbaliknya TP dampak 7. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Sifat Penting Dampak P Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
KETERANGAN Jumlah penduduk yang terkena dampak mencakup 21.387 orang (sekitar 52% dari total penduduk diwilayah studi) Dampak meliputi desa Simbangjati dan Beji (gardu induk) dan Karanggeneng, Ponowareng, Tulis, Wonokerso, Kenconorejo (61,5% dari total desa di wilayah studi) Intensitas dampak dampak termasuk sedang karena frekuensi lalu lintas kendaraan proyek tidak tinggi dan lokasi tower berada di persawahan Dampak hanya akan berlangsung pada tahap konstruksi Tidak membawa dampak ikutan pada komponen lain
Dampak bersifat kumulatif Dengan pengelolaan terprogram dampak dapat dipulihkan Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak kegiatan Mobilisasi Alat dan Material Jaringan Transmisi dan Gardu Induk terhadap perubahan persepsi masyarakat masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi penurunan skala kualitas lingkungan, sehingga dampak tergolong Negatif Penting (NP). Untuk mewujudkan terciptanya keseimbangan baru berupa persepsi positif masyarakat, maka diperlukan fasilitasi dan penyediaan sarana prasaranan baru, sehingga persepsi positif terhadap rencana kegiatan tetap terjaga.
Mekanisme aliran dampak kegiatan mobilisasi alat dan material konstruksi jaringan transmisi SUTET 500 kV dan gardu induk akan menimbulkan dampak penting negatif berupa perubahan persepsi masyarakat yang bersifat tidak langsung.
RANGKUMAN BESARAN DAN SIFAT PENTING DAMPAK Rangkuman besaran dampak dan sifat penting dampak kegiatan pembangunan Bangunan Utama (Power Block) PLTU, Terminal Khusus (Jetty), Pengerukan (Dredging) di laut dan Pembuangan Hasil Pengerukan (Dumping) di laut, serta Jaringan Transmisi 500 kV (SUTET) dan Gardu Induk dapat dilihat pada Tabel 3.112 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 184
sampai dengan Tabel 3.119 berikut ini.
Tabel 3.112 Prakiraan Besarnya Dampak Pembangunan Bangunan Utama (Power Block) PLTU NO I
KEGIATAN PENYEBAB DAMPAK
PERUBAHAN DAMPAK (KLp - KLo)
BESARAN DAMPAK
TAHAP PRAKONSTRUKSI 1. Survei
2. Pengadaan Lahan
II
KOMPONEN LINGKUNGAN
SKALA KUALITAS LINGKUNGAN KLo KLp
Munculnya spekulan tanah
4
4
0
Tidak ada dampak
Pola hubungan sosial
3
2
-1
Kecil
Keresahan masyarakat
3
2
-1
kecil
Perubahan persepsi masyarakat
4
3
-1
Kecil
Munculnya spekulan tanah
4
4
0
Tidak ada dampak
Perubahan mata pencaharian
3
2
-1
Kecil
Keresahan masyarakat
3
2
-1
Kecil
Perubahan persepsi masyarakat
4
3
-1
Kecil
Peningkatan kesempatan kerja
3
5
+2
Sedang
Perubahan pola mata pencaharian
3
5
+2
Sedang
Perubahan tingkat pendapatan Perubahan persepsi masyarakat Gangguan Terhadap Adat Istiadat
3 4 4
5 5 3
+2 +1 -1
Sedang Kecil Kecil
Penurunan kualitas udara
3
2
-1
Kecil
Peningkatan kebisingan
3
1
-2
Gangguan lalulintas darat
5
5
0
Sedang Tidak ada dampak
4
3
-1
Kecil
3
5
+2
Sedang
4
3
-1
Kecil
4 4 3 3 3 3 3 4
5 3 5 1 2 2 1 3
+1 -1 +2 -2 -1 -1 -2 -1
Peningkatan debit larian
5
5
0
Peningkatan peluang berusaha Peningkatan pendapatan Perubahan persepsi masyarakat
3 3 4
5 5 5
+2 +2 +1
Kecil Kecil Sedang Sedang Kecil Kecil Sedang Kecil Tidak ada dampak Sedang Sedang kecil
Peningkatan getaran
5
5
0
TAHAP KONSTRUKSI 1. Penerimaan tenaga kerja
2. Mobilisasi peralatan dan material
3. Pematangan lahan
4. Pembangunan bangunan utama PLTU dan fasilitas lainnya
Kerusakan Infrastruktur jalan dan jembatan Peningkatan peluang berusaha Gangguan kesehatan masyarakat (pola penyakit) Perubahan persepsi masyarakat Gangguan kenyamanan Peningkatan pendapatan Penurunan kualitas udara Penurunan kualitas air permukaan Perubahan bentang alam Gangguan terhadap flora darat Gangguan terhadap fauna darat
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
Tidak ada dampak
3 - 185
NO
KEGIATAN PENYEBAB DAMPAK
5. Uji coba (Comissioning)
III
KOMPONEN LINGKUNGAN Penurunan Kualitas Air Laut Gangguan terhadap biota air laut Peningkatan peluang berusaha Peningkatan pendapatan Perubahan persepsi masyarakat Penurunan kualitas udara Peningkatan kebisingan Penurunan kualitas air laut Gangguan terhadap biota air laut Perubahan persepsi masyarakat
SKALA KUALITAS LINGKUNGAN KLo KLp 3 2 3 1 3 5 3 5 4 5 3 2 3 2 3 2 3 1 4 3
PERUBAHAN DAMPAK (KLp - KLo)
BESARAN DAMPAK
-1 -2 +2 +2 +1 -1 -1 -1 -2 -1
Besar Sedang Sedang Sedang Kecil Kecil Kecil Kecil Sedang Kecil
TAHAP OPERASI 1. Penerimaan tenaga kerja
2. Penanganan Batubara
3. Operasional unit PLTU
Peningkatan kesempatan kerja Perubahan pola mata pencaharian Peningkatan Pendapatan Keresahan masyarakat Perubahan persepsi masyarakat Penurunan kualitas udara
3 3 3 3 4 3
4 4 4 2 5 2
+1 +1 +1 -1 +1 -1
Kecil Kecil Kecil Kecil Kecil Kecil
Peningkatan kebauan
4
3
-1
Sedang
Penurunan kualitas air laut
3
1
-2
Sedang
Perubahan persepsi masyarakat
4
3
-1
Kecil
Penurunan kualitas udara
3
2
-1
Kecil
Peningkatan kebisingan
3
2
-1
Paparan TENORM
5
5
0
Kecil Tidak Ada Dampak
3
2
-1
Kecil
3
2
-1
Kecil
3
1
-2
Sedang
4
2
-2
Sedang
3
4
+1
Kecil
4
5
+1
Kecil
3
5
+2
Sedang
3
4
+1
Kecil
Penurunan kualitas air laut/peningkatan suhu air laut Perubahan garis pantai Gangguan terhadap biota air laut Gangguan kesehatan masyarakat (pola penyakit) Peningkatan peluang berusaha Perubahan persepsi masyarakat Peningkatan Ekonomi lokal dan regional Perubahan Tingkat pendapatan
Tabel 3.113 Prakiraan Besarnya Dampak Pembangunan Terminal Khusus/ Jetty NO I
KEGIATAN PENYEBAB DAMPAK
KOMPONEN LINGKUNGAN
SKALA KUALITAS LINGKUNGAN KLo KLp
PERUBAHAN DAMPAK (KLp - KLo)
BESARAN DAMPAK
TAHAP PRA KONSTRUKSI Tidak ada kegiatan pada tahap ini, sehingga tidak ada dampak yang diprakirakan
II
TAHAP KONSTRUKSI
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 186
NO
KEGIATAN PENYEBAB DAMPAK 1. Konstruksi Jetty
III
KOMPONEN LINGKUNGAN
SKALA KUALITAS LINGKUNGAN KLo KLp
PERUBAHAN DAMPAK (KLp - KLo)
BESARAN DAMPAK
Penurunan kualitas air laut
3
1
-2
Sedang
Gangguan biota laut
3
1
-2
Sedang
Perubahan garis pantai
3
2
-1
Kecil
Gangguan lalulintas laut
3
2
-1
Kecil
Perubahan persepsi masyarakat
4
3
-1
Kecil
Penurunan kualitas air laut
3
2
-1
Kecil
Gangguan biota laut
3
2
-1
Kecil
Gangguan lalulintas laut Perubahan persepsi masyarakat
3 4
2 3
-1 -1
Kecil Kecil
TAHAP OPERASI 1. Operasi Jetty
Tabel 3.114 Prakiraan Besarnya Dampak KegiatanDredging dan Dumping NO I
KEGIATAN PENYEBAB DAMPAK
KOMPONEN LINGKUNGAN
SKALA KUALITAS LINGKUNGAN KLo KLp
PERUBAHAN DAMPAK (KLp - KLo)
BESAR DAMPAK
TAHAP PRA KONSTRUKSI Tidak ada kegiatan pada tahap ini, sehingga tidak ada dampak yang diprakirakan
II
TAHAP KONSTRUKSI Tidak ada kegiatan pada tahap ini, sehingga tidak ada dampak yang diprakirakan
III
TAHAP OPERASI 1. Pengerukan (dredging)
2. Pembuangan material hasil kerukan (dumping) di laut
Penurunan kualitas air laut
3
1
-2
Sedang
Gangguan biota laut
3
1
-2
Sedang
Perubahan persepsi masyarakat
4
3
-1
Kecil
Penurunan kualitas air laut
3
1
-2
Sedang
Gangguan biota laut
3
1
-2
Sedang
Perubahan persepsi masyarakat
4
3
-1
Kecil
Tabel 3.115 Prakiraan Besarnya Dampak Pembangunan Jaringan Transmisi 500 kV (SUTET) dan Gardu Induk NO I
KEGIATAN PENYEBAB DAMPAK TAHAP PRA KONSTRUKSI 1. Pengadaaan lahan tapak tower dan gardu induk
KOMPONEN LINGKUNGAN
SKALA KUALITAS LINGKUNGAN KLo KLp
PERUBAHAN DAMPAK (KLp - KLo)
BESARAN DAMPAK
Munculnya spekulan tanah
4
4
0
Tidak ada dampak
Keresahan masyarakat
3
2
-1
Kecil
Perubahan persepsi masyarakat
4
5
+1
Kecil
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 187
NO
KEGIATAN PENYEBAB DAMPAK 2. Konpensasi Right of Way (ROW)
II
SKALA KUALITAS LINGKUNGAN KLo KLp
KOMPONEN LINGKUNGAN
PERUBAHAN DAMPAK (KLp - KLo)
BESARAN DAMPAK Kecil
Persepsi masyarakat
4
5
+1
Peningkatan kesempatan kerja
3
3
0
Perubahan persepsi masyarakat
4
5
+1
3
3
0
3 4
1 3
-2 -1
Tidak ada dampak Kecil Tidak ada dampak Sedang Kecil
4
3
-1
Kecil
4
3
-1
Kecil
TAHAP KONSTRUKSI 1. Penerimaan tenaga kerja
2. Mobilisasi peralatan dan material Penurunan kualitas udara Peningkatan kebisingan Gangguan kenyamanan Gangguan kesehatan masyarakat (pola penyakit) Perubahan persepsi masyarakat III
TAHAP OPERASI Kegiatan operasional jaringan transmisi mulai dari tower pertama sampai dengan tower ke titik interkoneksi jaringan SUTET 500 kV Jawa-Bali, tidak diprediksi dalam dokumen Amdal ini.
Tabel 3.116 Prakiraan Sifat Penting Dampak Pembangunan Bangunan Utama (Power Block) PLTU NO I
KEGIATAN PENYEBAB DAMPAK
SIFAT DAMPAK (+ / -)
1
2
Munculnya spekulan tanah
-
TP
P
TP
Pola hubungan sosial
-
P
P
Keresahan masyarakat
-
P
Perubahan Persepsi masyarakat
-
Munculnya spekulan tanah
PRAKIRAAN SIFAT PENTING DAMPAK 3
7
PENTING/ TIDAK PENTING
4
5
6
TP
TP
TP
TP
Tidak Penting
P
P
P
P
TP
Penting
P
P
P
P
P
TP
Penting
P
P
P
P
TP
P
TP
Penting
-
TP
P
TP
TP
TP
TP
TP
Tidak Penting
Perubahan mata pencaharian
-
P
P
P
P
P
P
TP
Penting
Keresahan masyarakat
-
P
P
P
P
P
P
TP
Penting
Persepsi Masyarakat
-
P
TP
P
P
TP
P
TP
Penting
+
P
P
P
TP
P
P
P
Penting
-
P
P
P
P
P
P
TP
Penting
-
P
P
P
P
P
P
P
Penting
+
P
P
P
P
TP
P
TP
Penting
-
P
P
P
P
P
P
TP
Penting
-
P
P
P
P
P
P
TP
TAHAP PRA KONSTRUKSI 1. Survei
2. Pengadaan Lahan
II
KOMPONEN LINGKUNGAN
TAHAP KONSTRUKSI 1. Penerimaan tenaga kerja
Peningkatan kesempatan kerja Perubahan pola mata pencaharian Perubahan tingkat pendapatan Perubahan persepsi masyarakat Gangguan terhadap adat istiadat
2. Mobilisasi peralatan Penurunan kualitas udara dan material PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
TP
Penting
3 - 188
NO
KEGIATAN PENYEBAB DAMPAK
4
5
6
7
TP TP
P TP
TP TP
TP TP
P TP
PENTING/ TIDAK PENTING Penting Penting
P
TP
P
TP
TP
TP
Penting
P
P
TP
P
P
P
P
P
P
P
P
TP
TP
+
P
P
P
P
TP
P
TP
Penting
-
P
P
P
P
P
TP
Penting
+
P
P
P
P
P
P
Penting
-
P
P
P
P T P P
P
P
TP
TP
-
TP
TP
TP
TP
P
TP
TP
TP
-
TP P
P TP
P P
TP P
P P
P TP
P TP
TP TP
Penting Tidak Penting Penting Penting
-
P
TP
P
P
P
TP
TP
TP
Penting
-
TP
TP
TP
TP
TP
TP
TP
TP
Tidak Penting
+
P
P
P
TP
P
P
P
Penting
+
P
P
P
TP
P
P
P
Penting
+
P
P
P
P
TP
P
TP
Penting
Peningkatan getaran
-
TP
TP
P
TP
P
TP
TP TP
Tidak Penting
Penurunan kualitas air laut Gangguan terhadap biota air laut Peningkatan peluang berusaha Peningkatan Pendapatan Perubahan persepsi masyarakat
-
TP
TP
P
TP
P
TP
TP
P
Penting
-
P
TP
TP
TP
P
TP
P
TP
Penting
+
P
P
P
TP
P
P
P
Penting
+
P
P
P
TP
P
P
P
Penting
-
TP
TP
P
P
TP
P
TP
Penting
Penurunan kualitas udara
-
P
P
P
P
P
P
TP
TP
Peningkatan kebisingan
-
TP
TP
TP
TP
TP
TP
TP
P
Penurunan kualitas air laut Gangguan terhadap biota air laut Perubahan persepsi masyarakat
-
P
TP
P
TP
P
TP
P
P
Tidak penting Penting
-
P
P
P
P
P
P
P
TP
Penting
-
P
P
P
P
TP
P
TP
Penting
+
TP
P
TP
P
P
TP
TP
Penting
-
P
P
P
P
P
P
TP
Penting
KOMPONEN LINGKUNGAN Peningkatan kebisingan Gangguan lalulintas darat Infrastruktur jalan dan jembatan Peningkatan peluang berusaha Gangguan kesehatan masyarakat Perubahan persepsi masyarakat Gangguan kenyamanan Peningkatan Pendapatan
3. Pematangan lahan Penurunan kualitas udara Penurunan kualitas air permukaan Perubahan bentang alam Gangguan flora darat Gangguan terhadap fauna darat Peningkatan debit larian Peningkatan peluang berusaha Peningkatan Pendapatan Perubahan persepsi masyarakat 4. Pembangunan bangunan utama PLTU dan fasilitas lainnya
5. Uji coba (Comissioning)
III
SIFAT DAMPAK (+ / -) -
1
2
P P
P P
P TP
-
P
P
+
P
-
PRAKIRAAN SIFAT PENTING DAMPAK 3
Penting TP
Penting
Penting
TAHAP OPERASI 1. Penerimaan tenaga Peningkatan kesempatan kerja kerja Perubahan pola mata pencaharian
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
3 - 189
KEGIATAN PENYEBAB DAMPAK
NO
SIFAT DAMPAK (+ / -)
1
2
+
P
P
P
-
P
P
+
P
Penurunan kualitas udara
-
Peningkatan kebauan Penurunan kualitas air laut Perubahan persepsi masyarakat
KOMPONEN LINGKUNGAN
4
5
6
P
P
P
TP
Penting
P
P
P
P
TP
Penting
P
P
P
TP
P
TP
Penting
TP
P
P
P
P
P
TP
TP
Penting
-
P TP
P P
P P
P TP
P P
TP TP
TP TP
TP TP
Penting Penting
-
P
P
P
P
TP
P
TP
Penurunan kualitas udara
-
P
P
P
P
P
P
TP
Peningkatan kebisingan
-
TP
TP
TP
TP
TP
TP
TP
-
TP
TP
TP
P
TP
TP
-
P P
TP TP
TP P
TP TP
P P
-
P
TP
TP
TP
-
P
P
P
+
P
P
-
P
-
Perubahan tingkat pendapatan Keresahan masyarakat Perubahan persepsi masyarakat 2. Penanganan Batubara
3. Operasional unit PLTU
PENTING/ TIDAK PENTING
PRAKIRAAN SIFAT PENTING DAMPAK
Peningkatan paparan TENORM Penurunan kualitas air laut Perubahan garis pantai Gangguan terhadap biota air laut Gangguan kesehatan masyarakat Peningkatan peluang berusaha Perubahan persepsi masyarakat Peningkatan Pendapatan Peningkatan Ekonomi Lokal dan Regional
3
7
Penting
TP
Penting
TP
TP
P TP
TP TP
P TP
Tidak Penting Tidak Penting Penting Penting
P
P
P
TP
Penting
P
P
P
P
P
Penting
P
T P
P
P
P
Penting
P
P
P
TP
P
TP
Penting
P
P
P
P
P
P
TP
Penting
P
P
P
P
P
P
TP
Penting
Tabel 3.117 Prakiraan Sifat Penting Dampak Pembangunan Terminal Khusus/ Jetty NO I
KEGIATAN PENYEBAB DAMPAK
KOMPONEN LINGKUNGAN
SIFAT DAMPAK (+ / -)
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING 1
2
3
4
5
6
7
PENTING / TIDAK PENTING
TAHAP PRA KONSTRUKSI Tidak ada kegiatan pada tahap ini, sehingga tidak ada dampak yang diprakirakan
II
TAHAP KONSTRUKSI 1. Konstruksi Jetty
Penurunan kualitas air laut Gangguan biota laut Perubahan Garis Pantai Gangguan lalulintas laut Perubahan persepsi
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
-
TP
TP
P
P
P
TP
P
P
Penting
-
P
TP
P
P
P
TP
P
TP
Penting
-
P
TP
P
TP
P
TP
TP
TP
Penting
-
P
P
P
P
P
P
TP
Penting
-
P
TP
P
P
TP
TP
TP
Penting
3 - 190
KEGIATAN PENYEBAB DAMPAK
NO
KOMPONEN LINGKUNGAN
SIFAT DAMPAK (+ / -)
1
2
-
TP
TP
TP
-
P
TP
-
P
-
P
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING 3
PENTING / TIDAK PENTING
4
5
6
7
P
P
TP
TP
TP
Tidak penting
P
P
P
P
P
TP
Penting
P
P
P
P
P
TP
Penting
TP
P
P
TP
TP
TP
Penting
masyarakat III
TAHAP OPERASI 1. Operasi Jetty
Penurunan kualitas air laut Gangguan biota laut Gangguan lalulintas laut Perubahan persepsi masyarakat
Tabel 3.118 Prakiraan Sifat Penting Dampak Kegiatan Dredging dan Dumping NO I
KEGIATAN PENYEBAB DAMPAK
KOMPONEN LINGKUNGAN
SIFAT DAMPAK (+ / -)
4
5
6
7
PENTING / TIDAK PENTING
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING 1
2
3
TAHAP PRA KONSTRUKSI Tidak ada kegiatan pada tahap ini, sehingga tidak ada dampak yang diprakirakan
II
TAHAP KONSTRUKSI 1. Pengerukan (dredging)
Penurunan kualitas air laut Gangguan biota laut Perubahan persepsi masyarakat
2. Pembuangan material Penurunan hasil kerukan (dumping) kualitas air laut di laut Gangguan biota laut Perubahan persepsi masyarakat III
-
TP
P
P
TP
P
TP
TP
P
Penting
-
P
TP
P
P
P
P
TP
TP
Penting
-
P
TP
P
P
TP
P
TP
-
P
TP
P
P
P
TP
TP
P
Penting
-
P
TP
P
P
P
P
TP
P
Penting
-
P
TP
P
P
TP
P
TP
Penting
Penting
TAHAP OPERASI Tidak ada kegiatan pada tahap ini, sehingga tidak ada dampak yang diprakirakan
Tabel 3.119 Prakiraan Sifat Penting Dampak Pembangunan Jaringan Transmisi 500 kV (SUTET) dan Gardu Induk NO I
KEGIATAN PENYEBAB DAMPAK
KOMPONEN LINGKUNGAN
TAHAP PRA-KONSTRUKSI 1. Pengadaaan lahan Munculnya tapak tower dan gardu spekulan tanah
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
SIFAT DAMPAK (+ / -)
1
2
-
TP
P
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING 3
TP
TP
4
5
6
TP
TP
TP
7
PENTING / TIDAK PENTING Tidak penting
3 - 191