EKSPOR IMPOR PENGENALAN PENGENALAN DAN PROSEDUR L/C (LETTER OF CREDIT)
Nama Kelompok: 1. Agung Anggono 2. Dwi Amelia Putri 3. Gherby Chandra P 4. Herbet Sinurat 5. Mawaddah Masdaningrum 6. Oktaviana Andini
MANAJEMEN BISNIS PROGRAM STUDI D3 AKUNTANSI POLITEKNIK NEGERI BATAM TAHUN AJARAN 2017/2018
Letter of Credit Dalam Pasal 2 UCPDC Revisi 2007, mendefinisikan Letter of Credit sebagai setiap janji, bagaimanapun dinamakan atau diuraikan, yang bersifat irrevocable dan karenanya merupakan janji pasti dari issuing bank untuk membayar presentasi yang sesuai. Dalam transaksi L/C ini bank hanya melihat dan berkepentingan dalam dokumendokumen saja dan tidak terlibat dalam barang-barang. Karena itu L/C tidak menjamin importir bahwa isi pengapalan adalah sesuai dengan yang disebut dalam “ sales contract ” antar kedua pihak eksportir dan importir. Letter of Credit (L/C) sering disebut juga dengan istilah Documentary Credit , yang memiliki beberapa istilah seperti Authority To Purchase, Authority To Pay yang memiliki arti yang sama.
Istilah L/C tersebut tidak lain adalah untuk mencerminkan p engertian akan pentingnya penggunaan L/C oleh bank sebagai alat yang mampu untuk membiayai penyerahan barang dagang. Letter of Credit memiliki beberapa peran dalam perdagangan internasional, diantaranya : Memudahkan pelunasan pembayaran transaksi ekspor. Mengamankan dana yang disediakan importir untuk membayar barang impor. Menjamin kelengkapan dokumen pengapalan. Letter of Credit (L/C) didefinisikan sebagai suatu surat yang dikeluarkan oleh suatu bank atas permintaan importir yang ditujukan kepada eksportir di luar negeri yang menjadi relasi importir tersebut, yang memberikan hak kepada eksportir itu untuk menarik wesel-wesel atas importir bersangkutan. Definisi lain yang lebih luas adalah suatu pernyataan yang dikeluarkan oleh bank untuk mempertaruhkan credit (tingkat kepercayaan) akan dirinya yang telah cukup dikenal baik, sebagai pengganti credit terhadap importir tersebut, yang mungkin baik juga tapi tidak begitu dikenal.
Dalam publikasi terbitan ICC dinyatakan bahwa L/C adalah perjanjian tertulis dari sebuah bank (issuing bank ) yang diberikan kepada penjual (beneficiary) atas permintaannya dan sesuai dengan instruksi pembeli (applicant ) untuk melakukan pembayaran yaitu dengan cara membayar, mengaksep atau menegodiasi wesel sampai jumlah tertentu dalam jangka waktu yang ditentukan dan atas dokumen-dokumen yang ditetapkan.
1. Mengidentifikasi Jenis-Jenis Pembayaran Ekspor Dalam kegiatan ekspor impor proses pembayaran antara negara dapat dilakukan melalui berbagai cara antara lain dengan cara: 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Pembayaran di muka (advance payment) Secara Tunai (Cash Payment) Pembayaran Kemudian (Open Account) Wesel Inkaso (Collection Draft ) Konsinyasi (Consignment ) Letter Of Credit (L/C)
1. Pembayaran di Muka
Dalam sistem ini, pembeli membayar di muka kepada penjual sebelum barang-barang dikirim oleh penjual.
2. SECARA TUNAI ( CASH PAYMENT ) ATAU PEMBAYARAN DIMUKA ( ADVANCE PAYMENT )
Dalam sistem pembayaran ini pembeli (Importir) membayar dimuka ( pay in advance) kepada penjual (Eksportir) sebelum barang-barang dikirim oleh penjual tersebut. Ini berarti importer memberikan kredit kepada eksportir untuk mempersiapkan barang-barangnya. Faktor pertimbangan dilakukannyan sistem ini antara lain : a. Kepercayaan Importir terhadap ekspor b. Keyakinan importir bahwa negara eksportir tidak akan melarang ekspor c. Keyakinan importir bahwa pemerintah importir mengijinkan pembayaran dimuka
Pelaksanaan sistem ini lazim digunakan dalam kondisi pasar yang baik bagi penjual. Besarnya pembayaran biasanya 100 % dari besarnya barang yang diekspor. Dalam sistem pembayaran ini importir menanggung segala resiko, baik pembayaran yang dilakukan atau kemungkinan tidak dikirimnya barang-barang yang dipesan. 3. PEMBAYARAN KEMUDIAN ( OPEN ACCOUNT )
Sistem pembayaran dimana belum dilakukan pembayaran apa-apa oleh importir kepada eksportir sebelum barang dikapalkan atau tiba dan diterima importir atau sebelum waktu tertentu
yang telah disepakati. Eksportir setelah melakukan pengapalan barang akan mengirimkan invoice kepada importir.Dalam invoice tersebut eksportir akan mencantumkan tanggal dan waktu tertentu kapan importir harus melakukan pembayaran. Sistem pembayaran ini dapat terjadi apabila : a. b. c. d.
Ada kepercayaan penuh antara eksportir dan importir Barang-barang dan dokumen akan langsung dkorim kepada pembeli Eksportir kelebihan dana Eksportir yakin tidak ada peraturan di negara importir yang melarang transfer pembayaran.
Resiko-resiko yang dapat terjadi dalam sistem pembayaran ini antara lain : a. Eksportir tidak mendapat perlindungan apakah importir akan membayar. b. Dalam hal importir tidak membayar, eksportir akan kesulitan dalam membuktikann ya di pengadilan karena tidak ada bukti-bukti c. Penyelesaian perselisihan akan menimbulkan biaya bagi eksportir. 4. WESEL INKASO ( COLLECTION DRAFT )
Dalam sistem ini eksportir memiliki hak pengawasan barang-barang sampai weselnya (draft ) dibayar importir. Eksportir atau penarik wesel (drawer ) mengapalkan barang sementara dokumen pemilikan atas pengiriman barang secara langsung atau melalui bank importir dikirim ke importir Penyerahan dokumen kepada importir didasarkan pada : D/P ( Document against Payment ) : penyerahan dokumen kepada importir dilakukan apabila importir telah membayar D/A ( Document against Acceptance) : penyerahan dokumen kepada importir dilakukan apabila importir telah mengaksep weselnya 5. KONSINYASI ( CONSIGNMENT )
Sistem pengiriman barang-barang ekspor pada importer di luar negri di mana barang-barang tersebut dikirim oleh ekspotir sebagai titipan untuk dijualkan oleh importir dengan harha yang telah ditetapkan oleh eksportir, arang-barang yang tidak terjual akan dikembalikan kepada eksportir. Dalam system ini eksportir memegang hak milik atas barang, sedangkan importir hanya merupakan pihak yang dititipi barang untuk dijual. Resiko yang dapat timbul dalam system ini antara lain : a. Modal terlalu lama tertimbun pada barang yang diperdagangkan.
b. Tidak ada kepastian eksportir akan menerima pembayaran. c. Eksportir dapat menjadi korban kenakalan importir yang melaporkan barang yang terjual tidak sesuai dengan yang sebenarnya. d. Bila impotir tidak membayar, tidak ada bukti untuk menuntutnya di pengadilan.
6. LETTER OF CREDIT (L/C)
Suatu surat yang dikeluarkan oleh suatu bang atas permintaan importir yang ditujukan kepada eksportir di luar negri yang menjadi relasi importir tersebut, yang memberikan hak kepada eksportir itu untuk menarik wesel-wesel atas importir bersangkutan. Sistem pembayaran dengan L/C merupakan cara yang paling aman bagi eksportir untuk memperoleh hasil dari penjualan barangnya dari importir, sepanjang eksportir dapat menyerahkan dokumen-dokumen sesuai dengan yang disyaratkan dalam L/C. Kepastian akan amannya kepentingan kedua belah pihak (eksportir dan importir) dengan menggunaan L/C antara lain: Kepada penjual dipastikan akan adanya pembayaran bilamana dokumen-dokumen pengapalan lengkap sesuai dengan syarat L/C Kepada importir dipastikan bahwa pembayaran hanya dapat dilakukan oleh bank bila sesuai dengan persyaratan L/C. Pembayaran yang dipastikan itu pun tergantung dari jenis L/C yang dibuka yaitu apakah L/C tersebut irrevocable atau irrevocable comfirmed. Demikian juga dari segi tenor (jangka waktu) pembayaran wesel dapat diatur apakah wesel segera dibayar yakni dengan sight L/C yang weselnya ditarik at sight, atau usance term L/C , dimana eksportir akan menarik wesel berjangka yang disebut time draft yang harus di aksep oleh bank dan dibayarkan setelah jatuh tempo. Dalam transaksi L/C ini bank hanya melihat dan berkepentingan dalam dokumen-dokumen saja dan tidak terlibat dalam barang-barang. Karena itu L/C tidak menjamin importir bahwa isi pengapalan adalah sesuai dengan yang disebut dalam “ sales contract ” antar kedua pihak eksportir dan importir. Terdapat tiga kontrak terpisah yang dikaitkan dengan L/C yaitu : 1. Kontrak jual beli ( sales contract ) antara penjual (eksportir dan pembeli (importir). 2. Instrumen L/C yang merupakan kontrak antara eksportir (beneficiary) dan bank pembuka L/C (issuing bank ). 3. L/C atau “perjanjian jaminan” yang merupakan kontrak antara importir (applicant) dan bank pembuka L/C (issuing bank )
Tata cara pembayaran dengan menggunakan L/C dapat dilihat pada gambar serta penjelasan berikut : Importir meminta kepada banknya (bank devisa) untuk membuka suatu L/C untuk dan atas nama eksportir. Dalam hal ini, importir bertindak sebagai opener . Bila importir sudah memenuhi ketentuan yang berlaku untuk impor seperti keharusan adanya surat izin impor, maka bank melakukan kontrak valuta (KV) dengan importir dan melaksanakan pembukaan L/C atas nama importir. Bank dalam hal ini bertindak sebagai opening/issuing bank . Pembukaan L/C ini dilakukan melalui salah satu koresponden bank di luar negri. Koresponden bank yang bertindak sebagai perantara kedua ini disebut sebagai advising bank atau notifiying bank . Advising bank memberitahukan kepada eksportir mengenai pembukaan L/C tersebut. Eksportir yang menerima L/C disebut beneficiary. Eksportir menyerahkan barang ke Carrier , sebagai gantinya Eksportir akan mendapatkan bill of lading . Eksportir menyerahkan bill of lading kepada bank untuk mendapatkan pembayaran. Paying bank kemudian menyerahkan sejumlah uang setelah mereka mendapatkan bill of lading tersebut dari eksportir. Bill of lading tersebut kemudian diberikan kepada Importir. Importir menyerahkan bill of lading kepada Carrier untuk ditukarkan dengan barang yang dikirimkan oleh eksportir. Skema Pembukaan L/C :
* Importir datang ke salah satu bank devisa untuk membuka L/C atas nama eksportir. Dalam hal ini importir bertindak sebagai opener. * Jika importir sudah memenuhi ketentuan yang berlaku untuk impor seperti keharusan adanya Surat Izin Impor, maka bank melakukan penutupan Kontrak Valuta (KV) dengan importir dan melakukan pembukaan L/C atas nama importir. Dalam hal ini bank devisa tempat importir mengajukan permintaan pembukaan L/C disebut sebagai Opening atau Issuing Bank. Bank devisa inilah yang memberikan jaminan kepada eksportir. Karenanya “nilai” L/C sangat tergantung pada nama baik dan reputasi dari bank devisa yang membuka L/C tersebut. * Opening Bank mengirimkan pemberitahuan pembukaan L/C pada salah satu koresponden bank di luar negeri. Koresponden bank ini bertindak sebagai Advising Bank atau Notifying Bank. Bank ini harus bank devisa yang resmi dari negara yang bersangkutan. * Advising bank memberitahukan kepada eksportir mengenai pembukaan L/C tersebut. Eksportir yang menerima L/C disebut Beneficiary. Kalau eksportir sudah memenuhi semua syarat dokumen yang tercantum dalam L/C tersebut, maka ia berhak atas sejumlah uang yang dikirimkan importir sebagai tanda pembayaran barang yang diimpor. Setelah menerima L/C, eksportir mengurus pengiriman barang dan melengkapi semua dokumen yang diperlukan. Misalnya dokumen pengapalan, yang harus diberikan kepada Advising Bank sebagai syarat pengambilan uang yang tercantum dalam L/C tersebut. Eksportir harus mempelajari dengan seksama semua keterangan yang tercantum dalam L/C. Kalau semua ketentuan itu tidak dipenuhi secara tepat dan cermat, maka bank dari importir yang membuka L/C berhak menolak dokumen pengapalan yang diajukan dan menolak membayar beban atas L/C tersebut. Demikian pula bagi importir. Untuk menjamin barang yang nantinya diterima sesuai yang dipesan, maka harus memperhatikan jenis atau sifat L/C yang dipilih dan perincian dokumen pengapalan yang harus dipenuhi oleh eksportir. Misalnya, Anda mengimpor tekstil yang bagus (kualitas A), tapi ternyata barang yang diterima kurang bagus (kualitas B). Jika anda tak mencantumkan dokumen sertifikat mutu dalam daftar persyaratan L/C, maka uang yang sudah dibayarkan kepada eksportir melalui Advising Bank tak dapat dibatalkan. Bagi importir, jenis L/C yang paling aman adalah L/C berdokumen niaga (Commercial Documentary L/C ). L/C itu mewajibkan eksportir penerima L/C menyerahkan dokumen pengapalan yang membuktikan kepemilikan barang serta dokumen penunjang lainn ya sebagai
syarat untuk memperoleh pembayaran dari dana yang tersedia pada L/C tersebut. Jadi, eksportir berhak mengambil dana kalau dokumen yang dibawa sesuai syarat yang tercantum dalam L/C. Dengan demikian, importir memperoleh jaminan, barang yang diterima dalam keadaan lengkap dan utuh. Sementara eksportir pun punya jaminan bahwa barang yang dikirm dibayar sesuai kesepakatan jual-beli. Sekalipun eksportir tidak mengenal importir, dengan adanya L/C sudah merupakan jaminan bahwa tagihannya pasti dilunasi bank sesuai ketentuan. Isi pokok L/C: Nomor dan tanggal L/C Jenis dan sifat L/C yang dibuka Nama dan alamat eksportir (penerima L/C) Jumlah dana yang tersedia Uraian barang dan jumlahnya Perincian dokumen pengapalan yang disyaratkan, seperti: Bill of lading Faktur perdagangan Daftar pengepakan Daftar kubikasi Daftar timbangan Keterangan negara asal Sertifikat mutu Laporan kebenaran pemeriksaan Polis asuransi, dll Batas waktu pengapalan terakhir Batas waktu berlaku L/C Syarat pengapalan seperti partial shipment, transhipment, dll Ketentuan negosiasi dokumen pengapalan. Jenis-jenis L/C
Revocable L/C: L/C yang sewaktu-waktu dapat dibatalkan atau diubah secara sepihak olehopener atau oleh issuing bank tanpa memerlukan persetujuan dari beneficiary. Irrevocable L/C: L/C yang tidak bisa dibatalkan selama masa berlaku (validity) yang ditentukan dalam L/C tersebut dan opening bank tetap menjamin untuk menerima wesel-wesel yang ditarik atas L/C tersebut. Pembatalan mungkin juga dilakukan, tetapi harus atas persetujuan semua pihak yang bersangkutan dengan L/C tersebut. Irrevocable dan Confirmed L/C: L/C ini diangggap paling sempurna dan paling aman dari sudut penerima L/C (beneficiary) karena pembayaran atau pelunasan wesel yang ditarik atas L/C ini dijamin sepenuhnya oleh opening bank maupun oleh advising bank , bila segala syarat-syarat dipenuhi, serta tidak mudah dibatalkan karena sifatnya yang irrevocable. Clean Letter of Credit: Dalam L/C ini tidak dicantumkan syarat-syarat lain untuk penarikan suatuwesel. Artinya, tidak diperlukan dokumen-dokumen lainnya, bahkan pengambilan uang dari kredit yang tersedia dapat dilakukan dengan penyerahan kuitansi biasa. Documentary Letter of Credit: Penarikan uang atau kredit yang tersedia harus dilengkapi dengan dokumen-dokumen lain sebagaimana disebut dalam syarat-syarat dari L/C. Documentary L/C dengan Red Clause: Jenis L/C ini, penerima L/C (beneficiary) diberi hak untuk menarik sebagian dari jumlah L/C yang tersedia dengan penyerahan kuitansi biasa atau dengan penarikan wesel tanpa memerlukan dokumen lainnya, sedangkan sisanya dilaksanakan seperti dalam hal documentary L/C . L/C ini merupakan kombinasi open L/C dengan documentary L/C. Revolving L/C: L/C ini memungkinkan kredit yang tersedia dipakai ulang tanpa mengadakan perubahan syarat khusus pada L/C tersebut. Misalnya, untuk jangka waktu enam bulan, kredit tersedia setiap bulannya US$ 1.200, berarti secara otomatis setiap bulan (selama enam bulan) kredit tersedia sebesar US$ 1.200, tidak peduli apakah jumlah itu dipakai atau tidak. Back to Back L/C: Dalam L/C ini, penerima (beneficiary) biasanya bukan pemilik barang, tetapi hanya perantara. Oleh karena itu, penerima L/C ini terpaksa meminta bantuan banknya untuk membuka L/C untuk pemilik barang-barang yang sebenarnya dengan menjaminkan L/C yang diterimanya dari luar negeri. Harus Bank Devisa Bank yang berhak menerima pembukaan L/C dan yang menjadi korespondennya harus Bank Devisa. Tak bisa Bank Umum atau BPR. Bank devisa adalah bank yang memperoleh surat penunjukan Bank Indonesia untuk dapat melakukan kegiatan usaha perbankan dalam valuta asing. Bank devisa dapat menawarkan jasa-jasa bank yang berkaitan denganmata uang asing tersebut seperti transfer keluar negeri, jual beli valuta asing, transaksi eksport import, dan jasa jasa valuta asing lainnya. Contohnya, BCA, BRI, BNI, Bank Mandiri, Bank Danamon, CIMB
Niaga, dan sebagainya. “Kalau importir di sini membuka L/C di Bank Devisa tapi bank yang ditunjuk untuk menjadi korespondennya di luar negeri itu bank umum, maka bisa jadi indikasi adanya L/C fiktif,” kata Amir MS yang menekuni dunia ekspor impor puluhan tahun.
2. Proses Letter of Credit (L/C) Berikut ini proses dan prosedur pembukaan letter of credit atau L/C 1. Terjadi kesepakatan jual-beli suatu barang antara penjual dan pembeli. Seluruh syarat dan kondisi secara detail dituangkan dalam suatu kontrak penjualan (sales contract) secara tertulis. 2. Pembeli (applicant) mengajukan ke bank untuk dibukakan dengan melampirkan kontrak penjualan. Syarat dan kondisi tertulis di dalam isi kontrak penjualan. 3. Pengajuan pembukaan L/C merupakan salah satu bentuk kredit, sehingga pengajuan tersebut diproses sama seperti kredit lainnya Bank pembuka L/C disebut Opening Bank. 4. L/C yang telah diterbitkan kemudian diteruskan oleh Opening Bank ke Advising Bank di negara penjual berada. Umumnya Advising bank ini merupakan bank privatnya penjual. Advising bank bertugas juga untuk memberikan advis ke penjual (vendor). 5. Barang dikirim via kapal laut (sea freight) atau kapal udara (air freight). Penjual mendapatkan Bill of Lading sebagai bukti tanda terima pengapalan (kapal laut) atau Airway Bill untuk kapal udara. 6. Bill Of Lading, Invoice, Packing List, faktur, beserta dokumen-dokumen lainnya oleh si penjual dibawa ke bank untuk dinegosiasikan. Apabila seluruh dokumen lengkap (complled with) dan tidak ada diskrepensi artinya seluruh dokumen yang terlampir sama dan sesuai dengan syarat kondisi yang tercantum dan diminta pada L/C, negotiating bank akan melakukan pembayaran kepada penjual. Bank yang melakukan pembayaran tersebut disebut Negotiating Bank. Advising Bank bisa saja sama dengan Negotiating bank atau bisa saja berbeda sesuai dengan rancangan awal.
3. Substansi Letter of Credit L/C adalah jaminan pembayaran yang pasti apabila menyerahkan dokumen yang complete. LC adalah Suatu surat yang dikeluarkan oleh suatu bank atas permintaan importir yang ditujukan kepada eksportir di luar negeri yang menjadi relasi importir tersebut, yang memberikan
hak kepada eksportir itu untuk menarik wesel-wesel atas importir bersangkutan. Inilah Sistem pembayaran dengan L/C. Hal ini merupakan cara yang paling aman bagi e ksportir untuk memperoleh hasil dari penjualan barangnya dari importir, sepanjang eksportir dapat menyerahkan dokumen-dokumen sesuai dengan yang disyaratkan dalam L/C. Kepastian akan amannya kepentingan kedua belah pihak (eksportir dan importir) dengan menggunaan L/C antara lain: Kepada penjual dipastikan akan adanya pembayaran bilamana dokumen-dokumen pengapalan lengkap sesuai dengan syarat L/C. Kepada importir dipastikan bahwa pembayaran hanya dapat dilakukan oleh bank bila sesuai dengan persyaratan L/C. Pembayaran yang dipastikan itu pun tergantung dari jenis L/C yang dibuka yaitu apakah L/C tersebut irrevocable atau irrevocable comfirmed. Demikian juga dari segi tenor (jangka waktu) pembayaran wesel dapat diatur apakah wesel segera dibayar yakni dengan sight L/C yang weselnya ditarik at sight, atau usance term L/C , dimana eksportir akan menarik wesel berjangka yang disebut time draft yang harus di aksep oleh bank dan dibayarkan setelah jatuh tempo. Manfaat L/C bagi nasabah. a. eksportir mendapat jaminan pembayaran atas barang yang mereka ekspor. b. sedangkan bagi importir mendapat Jaminan penerimaan barang yang mereka impor. c. Menghindari korespondensi yang berkali-kali. Tetapi L/C juga memiliki beberapa kelemahan, antara lain : 1. Bagi Eksportir: Jika dokumen mengandung discrepancy(ies) atau penyimpangan, maka meskipun barang telah dikapalkan/dikirim sesuai dengan pesanan, eksportir berpotensi tidak memperoleh pembayaran (karena bank hanya berurusan dengan dokumen) atau bila dibayarkan dipotong biaya discrepancy. 2. Bagi Importir: Biaya-biaya yang sehubungan dengan transaksi L/C, pembukaan L/C, Akseptasi, dll. dirasakan mahal oleh para nasabah. Fungsi Letter of Credit Merupakan realisasi dari kontrak yang ada sebelumnya. Terdapat tiga kontrak terpisah yang dikaitkan dengan L/C yaitu :
Kontrak jual beli ( sales contract ) antara penjual (eksportir) dan pembeli (importir). Instrumen L/C yang merupakan kontrak antara eksportir (beneficiary) dan bank pembuka L/C (issuing bank ). L/C atau “perjanjian jaminan” yang merupakan kontrak antara importir (applicant) dan bank pembuka L/C (issuing bank ) Tata cara menggunakan L/C :
1) Importir meminta kepada banknya (bank devisa) untuk membuka suatu L/C untuk dan atas nama eksportir. Dalam hal ini, importir bertindak sebagai opener . Bila importir sudah memenuhi ketentuan yang berlaku untuk impor seperti keharusan adanya surat izin impor, maka bank melakukan kontrak valuta (KV) dengan importir dan melaksanakan pembukaan L/C atas nama importir. Bank dalam hal ini bertindak sebagai opening / issuing bank . Pembukaan L/C ini dilakukan melalui salah satu koresponden bank di luar negeri. Koresponden bank yang bertindak sebagai perantara kedua ini disebut sebagai advising bank atau notifiying bank . Advising bank memberitahukan kepada eksportir mengenai pembukaan L/C tersebut. Eksportir yang menerima L/C disebut beneficiary. 2) Eksportir menyerahkan barang ke Carrier , sebagai gantinya Eksportir akan mendapatkan bill of lading . 3) Eksportir menyerahkan bill of lading kepada bank untuk mendapatkan pembayaran. Paying bank kemudian menyerahkan sejumlah uang setelah mereka mendapatkan bill of lading tersebut dari eksportir. Bill of lading tersebut kemudian diberikan kepada Importir. 4) Importir menyerahkan bill of lading kepada Carrier untuk ditukarkan dengan barang yang dikirimkan oleh eksportir. Bank opening L/C dimana eksportir akan menarik wesel berjangka yang disebut time draft yang harus di aksep oleh bank dan dibayarkan setelah jatuh tempo. Adanya akseptasi ini memperkuat terlaksananya pembayaran karena akseptasi diatas wesel. Tetapi ada juga yang tak memakai wesel yang disebut dengan Deffered payment dimana ada pernyataan akan dibayar kemudian. Prinsip-Prinsip Letter of Credit Hal yang urgent bahwa Aplikasi LC berisi kausul yang diadopsi dari SALES CONTRACT. Merujuk pada aturan yang ada pada UCP. Melibatkan perbankan sebagai penjamin utama atas transaksi LC. Melibatkan lembaga-lembaga lain sebagai supporting system pelaksnaaan LC misalnya: Pabean, Shipment, Asuransi, SGS(Société Générale de Surveillance), dll.
Untuk melaksanakan prinsip prinsip maka sangat perlu meneliti klausul klausul pada LC agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Penelitian Letter of Credit
1) 2) 3) 4)
L/C harus Irrevocable. Valuta dalam Convertible Currency di Bank Indonesia. Usahakan sifatnya bukan L/C Restricted. Expiry Date harus : minimal 21 hari setelah latest shipment; tang gal harus tegas menyatakan hari, bulan dan tahun. 5) Dalam L/C Usance, drawee harus Issuing Bank. 6) Nominated Bank dan Availability L/C harus jelas. 7) Bila L/C Red Clause, redaksi kalimat harus benar bahwa dapat diremburs. Syarat Bill of Lading : Consignee to order of Negotiating Bank atau “to order”; Bukan diterbitkan Freight Forwarder; Penyerahan Dokumen di bawah 7 hari setelah shipment date dilarang; Syarat : “Second Endorsement Carrier” harus ditolak; Nama Nominated Carrier harus direkomendasikan oleh INSA.
Jenis komoditi dari daerah tertentu harus relevan. Syarat dan kondisi L/C harus konsisten. Jika L/C mensyaratkan seluruh dokumen dikirimkan melalui Eksportir, maka kondisinya harus remburs Clean Reimbursement ke Bank ketiga. L/C harus Unconditional/ tanpa syarat. Kalau L/C dari Non Corresondent, reimburs-nya harus Clean ke bank ketiga yang merupakan Prime Bank. L/C untuk jumlah besar tanpa didukung data kuat harus diminta konfirmasi ulang dengan Tested Telex. L/C harus tegas menyatakan : This Credit is Subject to Uniform Customs and Practice for Documentary Credits, (1993 Revision), International Chamber of Commerce Publication Number 500 or UCP 600 Proses pembukaan Letter of Credit, dalam praktik yang umum, importir yang berstatus sebagai nasabah giran pada suatu bank menyerahkan dana sebesar nilai L/C yang ia buka sebagai jaminan atas L/C yang ia buka itu. Dana itu disimpan oleh issuing bank di dalam rekening Marginal Deposit (MD), dan akan didebet untuk dibayarkan kepada eksportir setelah dokumen ia terima dan kondisinya clean (complying presentation). Peranan Bank dalam Letter of Credit
1. Issuing Bank Issuing Bank sebagai bank yang menerbitkan L/C mempunyai kewajiban untuk melakukan pembayaran atas setiap L/C yang diterbitkannya sepanjang dokumen yang dipresentasikan sesuai dengan persyaratan L/C. Issuing Bank mempunyai hak untuk menentukan sendiri apakah menerima atau menolak untuk membayar setiap penyerahan dokumen yang mengandung discrepancy/ies (penyimpangan) terhadap syarat L/C, meskipun sekiranya applicant dapat menerima discrepancy/ies tersebut. 2. Advising Bank Advising Bank dalam hal meneruskan L/C atau perubahan/amendment L/C mempunyai kewajiban untuk memastikan bahwa L/C ataupun amendment L/C yang diterima dari Issuing Bank atau Advising Bank pertama adalah benar-benar otentik, dalam Advising Bank tidak dapat meyakini otentisitas dari L/C atau amendment L/C yang diterima, maka Advising Bank berkewajiban untuk memberitahukan beneficiary atau Advising Bank ke-2 bahwa otentisitas L/C ataupun amendment L/C tersebut belum diyakini kebenarannya, namun Advising Bank tidak bertanggung jawab terhadap bonafiditas Issuing Bank. Advising Bank berhak untuk menagih biaya penerusan L/C atau amendment L/C (advising commission) kepada beneficiary, dalam hal beneficiary menolak untuk membayar, maka Advising Bank berhak menagihkannya kepada Issuing Bank atau pemberi intruksi. 3. Confirming Bank Bank yang ikut menambahkan konfirmasinya pada L/C yang diterbitkan (ikut menambahkan jaminan pembayaran). Confirming Bank berkewajiban untuk melakukan pembayaran atau menegosiasi sepanjang dokumen-dokumen yang diserahkan kepadanya sesuai dengan persyaratan L/C. Pada kondisi normal dalam tataran prakteknya alur dokumen suatu L/C yang dikonfirmasi (Confirmed L/C) adalah dokumen dari negotiating Bank diserahkan kepada Confirming Bank dan selanjutnya diserahkan kepada Issuing Bank, sehingga alur pembayarannya adalah Confirming Bank langsung melakukan pembayaran kepada Negotiating Bank tanpa menunggu pembayaran dari Issuing Bank, kemudian baru Issuing Bank membayar kepada Confirming Bank, sehingga apabila Issuing Bank wanprestasi tidak akan mempengaruhi kewajiban Confirming Bank untuk membayar kepada Negotiating Bank.
4. Mengurus dan Menindaklanjuti Perubahan L/C