ARTIKEL PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI PT. DAMAITEX SEMARANG
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Pengolahan Limbah Industri
Oleh: Nur Adhayani
H1E114022
Siti Mahdalena
H1E114029
Nida Salamah
H1E114050
Ghina Naufalin Sabrina
H1E114214
Canciana
H1E114232
Rifqi Maulid Rezky
H1E113233
Iqbal Kurniawan
H1E115009
KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK LINGKUNGAN BANJARBARU 2017
2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
PT. Damaitex Ltd, Semarang Alamat : Jl. Simongan Raya No. 100, Ngemplak Simongan, Semarang Barat, Kota Semarang, Jawa Tengah
Di era global yang sekarang ini, banyak berdirinya industri industri. Baik itu industri formal maupun non formal. Industri tersebut tiap harinya akan melakukan suatu proses produksi, untuk memenuhi permintaan dari konsumen. Namun harus diperhatikan pula, bagaimana proses produksi yang tiap harinya melakukan produksi, limbah yang dihasilakanpun di hasilakanpun akan ada dan harus benar-benar tidak luput dari pengawasan untuk nantinya jika dibuang ke lingkungan tidak akan mencemari,
3
baik itu tanah, udara, maupun air. Disamping itu banyak sekali permintaan produksi juga mempengaruhi bagaimana perusahaan menerapkan produksi bersih dalam perusahaannya. Artinya dari proses awal hingga akhir limbah yang dihasilkan dari proses produksi tidak ada, atau dengan kata lain limbah dikelolah untuk dimanfaatkan. Produksi bersih berfokus pada usaha pencegahan dan penanggulangan dari terbentuknya limbah, yang merupakan salah satu indikator inefisiensi. Dengan demikian, usaha pencegahan tersebut harus dilakukan sejak awal proses produksi dengan mengurangi terbentuknya limbah serta pemanfaatan limbah yang terbentuk melalui daur ulang. Produksi bersih merupakan sebuah strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif atau pencegahan dan terpadu yang perlu diterapkan secara terus menerus pada proses produksi dan daur hidup produk dengan tujuan mengurangi risiko terhadap manusia dan lingkungan. Hal tersebut, memiliki tujuan untuk meningkatkan produktivitas dengan memberikan tingkat efisiensi yang lebih baik pada penggunaan bahan mentah, energi dan air, mendorong performansi lingkungan yang lebih baik, melalui pengurangan sumbersumber pembangkit limbah dan emisi serta mereduksi dampak produk terhadap lingkungan. Keberhasilan upaya ini akan menghasilkan penghematan yang besar karena penurunan biaya produksi yang signifikan sehingga pendekatan ini dapat menjadi sumber pendapatan. Istilah produksi bersih mulai diperkenalkan oleh UNEP (United Nations Environment Program) pada bulan Mei 1989 dan diajukan secara resmi pada bulan September 1989 pada seminar The Promotion of Cleaner Production di Canterbury, Inggris. Indonesia sepakat untuk mengadopsi definisi yang disampaikan oleh UNEP tersebut. Strategi produksi bersih lebih menekakankan bagaimana pengelolahan lingkungan secara berkelanjutan. Suatu keberhasilan atau pencapaian target pengelolaan lingkungan bukan merupakan akhir suatu upaya melainkan menjadi input bagi siklus upaya pengelolaan lingkungan berikutnya. Mengurangi risiko dalam produksi bersih dimaksudkan dalam arti risiko keamanan, kesehatan,.
4
manusia dan lingkungan serta hilanganya sumber daya alam dan biaya perbaikan atau pemulihan. Produksi bersih dapat dijadikan sebuah model pengeloaan lingkungan dengan mengedepankan efisiensi yang tinggi pada sebuah industri, sehingga timbulan/hasil limbah dari sumbernya dapat dicegah dan dikurangi. Penerapan produksi bersih akan menguntungkan industri karena dapat menekan biaya produksi, adanya penghematan, dan kinerja lingkungan menjadi lebih baik. Penerapan produksi bersih di suatu kawasan industri dapat digunakan sebagai pendekatan untuk mewujudkan Kawasan Industri Berwawasan Lingkungan. PT. Damaitex adalah salah satu industri tekstil finishing bleaching degan jenis produksi kain mori kapas dan rayon, berlokasi di Simongan kota Semarang. Sudah sejak lama perusahaan berusaha mengolah air limbahnya dengan pendekatan pengolahan limbah yang sudah terbentuk supaya dapat memenuhi syarat untuk dibuang ke lingkungan. Pada saat ini perusahaan sudah menyempurnakan pengolahan air limbahnya dengan sistem fisika - kimia-biologis lumpur aktif, namun parameter debit masih diatas ambang Baku Mutu Limbah Cair Industri Tekstil yang disyaratkan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja sumber limbah pada pabrik tekstil finishing bleaching pt. damaitex semarang 2. Bagaimana proses pengolahan limbah pada pabrik tekstil finishing bleaching pt. damaitex semarang 3. Bagaimana proses produksi bersih pada pabrik tekstil finishing bleaching pt. damaitex semarang
1.3 Tujuan
1. Mengetahui sumber pencemar di PT. Damaitex Semarang 2. Mengetahui bagaimana Produksi Bersih diterapkan di PT. Damaitex Semarang 3. Mengetahui pengelolahan limbah yang dilakukan oleh PT. Damaitex Semarang
5
1.4 Manfaat
a. Mengenal dan mengetahui profil tentang PT. Damaitex Semarang b. Mengetahui dan memahami bagaimana cara produksi dari awal hingga akhir proses produksi di PT. Damaitex Semarang c. Mengetahui dan memahami bagaimana pengelolahan dan penanganan limbah Di PT. Damaitex Semarang
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.
Profil PT. Damaitex Semarang
PT. Damaitex Semarang merupakan industri tekstil finishing bleaching (pemutihan) yang berlokasi di Jl. Simongan No. 100, Kelurahan Ngemplak Simongan, Kecamatan Semarang Barat, Kota Semarang. Luas lahan 16.702 m 2 dengan lahan terbuka 59,07 % dan lahan tertutup 41,93 %. Jumlah karyawan 230 orang dengan status 25 orang pegawai tetap dan 205 orang pegawai lepas/kontrak. Waktu operasional pabrik adalah 24 jam sehari. Jenis produksi adalah kain mori (tekstil finishing bleaching) dengan kapasitas real 50.000 m/hari dan kapasitas menurut ijin 70.000 m/hari. Jenis produksi kain mori kapas dan rayon dengan kapasitas produksi tergantung order, untuk tahun 2007 komposisinya adalah 80% kapasdan 20 % rayon. PT. Damaitex Semarang menggunakan produk tekstil yang terbuat dari bahan baku alami, buatan maupun serat anorganik. Bahan-bahan alamiah contohnya kapas, woll, linen, bdan yute (rami dan goni). Bahan-bahan buatan berupa bahan kimia maupun produk yang terbuat dari selulosa. Bahan buatan yang dihasilkan pabrik kimia misalnya polyester (PETP),
Polyamide (PA), polyacrylonitrile
(PAN), polypropylene (PP), dan lainnya. Bahan-bahan yang terbuat dari selulosa misalnya rayon dan acetylcellulose. Bahan anorganik misalnya batu, karbon, dan logam. Produk tekstil biasanya berupa yarn/benang, produk lembaran kain tenun, kain rajut, dan karpet, baju, dan lain-lain. Selain itu, PT. Damaitex adalah pabrik tekstil finishing bleaching yang mengelola air limbahnya dengan pengolahan air limbah sebelum dibuang ke lingkungan. Air limbah terolah belum memenuhi Baku Mutu Limbah Cair yang dipersyaratkan. Pendekatan pengolahan limbah sebelum dibuang ke lingkungan mempunyai berbagai kelemahan. Kelemahan-kelemahan ini dapat didekati dengan gabungan penerapan produksi bersih dan pengolahan limbah yang sudah terbentuk.
7
2.
Sumber dan Jenis Limbah IndustriTekstil
Pencemaran lingkungan akibat industri tekstil adalah berupa pencemaran debu yang dihasilkan dari penggunaan mesin berkecepatan tinggi dan limbah cair yang berasal dari tumpahan dan air cucian tempat pencelupan larutan kanji dan proses pewarnaan. Zat warna tekstil merupakan gabungan dari senyawa organik tidak jenuh, kromofor dan auksokrom sebagai pengaktif kerja kromofor dan pengikat antara warna dengan serat. Kapas mentah mengandung kotoran seperti lilin kapas, zat-zat lemak, senyawa pektin, protein, debu dan tanah (Pratiwi, 2010). Industri tekstil termasuk salah satu industri yang menggunakan air dalam jumlah yang sangat banyak dalam proses produksinya. Teknologi proses produksi dalam industri tekstil pada umumnya dapat dilakukan secara proses kering atau proses basah. a. Proses kering Proses ini dilakukan dalam industri tekstil tidak memerlukan air sebagai medium proses, tetapi hanya digunakan sebagai bahan pembantu saja. Yang termasuk dalam proses kering tekstil antara lain adalah proses pembuatan benang (pemintalan), pembuatan kain (pertenunan), perajutan dan pembuatan kain jadi (garment). b. Proses Basah Proses ini dilakukan pada industri tekstil yang menggunakan air sebagai medium proses, sehingga proses tidak dapat berlangsung tanpa adanya air sebagai bahan penolong utama. Proses penyempurnaan tekstil merupakan proses basah yang paling banyak menimbulkan pencemaran di lingkungan industri tekstil yang meliputi industri tekstil pemutihan, pencelupan, pencapan. Proses penyempurnaan sendiri meliputi proses: 1. Penghilangan kanji 2. Pemasakan 3. Penggelantangan 4. Mercerisasi 5. Pencelupan
8
6. Pencapan 7. Pencucian 8. Penyempurnaan akhir
Dari beberapa kegiatan tersebut akan menimbulkan beberapa jenis limbah yang dapat berdampak negatif terhadap kondisi lingkungan jika tidak dilakukan penanganan khusus sebelum dibuangan kebadan air. Jenis limbah yang dihasilkan adalah sebgai berikut: a. Larutan penghilang kanji Mengandung zat kimia penganji dan penghilang kanji pati, PVA, CMC, enzim, asam. Selain itu, penghilang kanji biasanya memberikan BOD yang paling banyak dibandingkan dengan proses-proses lain (Wedyatmo,2015). b. Pemasakan, Mercerisasi kapas dan Pemucatan kain Menghasilkan asam, basa, COD, BOD, padatan tersuspensi dan zat-zat kimia. Proses-proses ini menghasilkan limbah cair dengan volume besar, pH yang bervariasi dan beban pencemaran yang tergantung pada proses dari zat kimia yang digunakan. c. Pewarnaan dan pembilasan Menghasilkan air limbah yang berwarna dengan COD tinggi dan bahan bahan lain dari zat warna yang dipakai seperti phenol dan logam. Di Indonesia zat warna berdasar logam (khrom) tidak banyak dipakai (Atikah,2016).
Parameter utama pencemaran air untuk industri tekstil terdiri dari TSS, BOD, Khrom total, Phenol, pH, Warna dan Suhu. Selain itu parameter lain yang mungkin ada dalam limbah cair di pabrik tekstil adalah sulfida, amonia, nitrogen, seng, tembaga, dan nikel. Pencemaran organik yang mungkin ada adalah benzene, naftalena, kloroetilena, kloro etana, dan ptalat. Jumlah air buangan yang dikeluarkan oleh industri tekstil tergantung pada jenis proses dan faktor lain yang berpengaruh. Salah satu cara yang tepat untuk menghitung jumlah air buangan adalah memasang flowmeter pada air buangan keluar. Sebagaimana diketahui tekstil dapat dibagi 3 kelompok yaitu cotton, wool,
9
dan sintetis yang tahapan proses dan pewarnaannya berlainan. Disamping itu masing - masing kelompok dapat diproses dengan berbagai cara dengan menggunakan
bahan
kimia
yang
berbeda-beda
terutama
pada
proses
pewarnaannya, oleh karena itu limbahnya juga berlainan komponennya. Apabila limbah cair tidak dikelola secara baik dapat berpengaruh negatif pada lingkungan. Pengaruhnya tergantung karakteristik limbahnya. Apabila BOD tinggi dibuang ke badan air penerima akan mengambil oksigen dari badan air penerima, pengendapan dari bahan tersuspensi dan terendap mengakibatkan keadaan tanpa oksigen. Alkalinitas yang tinggi dan adanya bahan-bahan beracun sperti sulfide dan chromium akan mempengaruhi kehidupan di badan air penerima, beberapa bahan pewarna juga beracun. Warna pada badan air penerima akan sangat mengganggu apabila air akan digunakan untuk air industri. Adanya sulfida menyebabkan limbah bersifat korosif, khususnya untuk bangunan beton. Ammonia yang tinggi dapat mengganggu kehidupan di air selain itu apabila digunakan untuk air irigasi menyebabkan padi bertambah subur tetapi tidak berbuah (gabuk). Kandungan Na yang tinggi pada air limbah dapat merusak struktur tanah, apabila digunakan untuk irigasi (tanaman akan mati). a.
Baku mutu limbah cair industri tekstil
Baku Mutu Limbah Cair industri adalah batas maksimum limbah cair yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan. Baku Mutu Limbah Cair industri tekstil diIndonesia mengacu pada Kep.Men.51/Men,LH/1Q/1995, sesudah tahun 2000, acuannya adalah lampiran B Men.Kep.Men tersebut. Berdasarkan acuan tersebut masing - masing daerah membuat BMLC dengan ketentuan boleh lebih ketat namun tidak boleh lebih longgar. Tabel 1 : BMLC industri tekstil lampiran B Kep.Men 51/Men/LH/10/1995
10
b.
Definisi Produksi Bersih
Di era globalisasi seperti sekarang ini pertumbuhan industri pada berbagai skala menjadi suatu tren di berbagai negara mulai dari industri makanan, hingga indstri kimia. Keberadaan industri dalam berbagai skala dan jenis ditujukan sebagai solusi dalam mengatasi persoalan ekonomi pada masing-masing Negara. Perkembangan
pembangunan
disamping
meningkatkan
kesejahteraan
manusia juga menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup. Industrialisasi dan urbanisasi yang cepat di banyak negara juga telah mengakibatkan pencemaran yang serius. Untuk mengatasi pencemaran yang dihasilkan, saat ini industri telah menitik beratkan pada pengolahan limbah sebagai pengelolaan lingkungan pada proses tahap akhir (end-of-pipe). Namun metode pengolahan tahap akhir ini sangatlah mahal. Oleh karena itu timbul pemikiran perlunya konsep pencegahan pencemaran, yang akhirnya menuju kepada “Produksi Bersih”. Produksi bersih a dalah alternatif untuk strategi manajemen lingkungan. (Suhartini, 2008). Produksi bersih merupakan suatu cara untuk mengelola proses produksi, serta menghasilkan produk dan jasa secara lebih efisien. Dengan menerapkan metodologi dan teknologi produksi bersih dalam kegiatan operasional, maka suatu perusahaan atau instansi mendapat manfaat langsung secara ekonomi melalui penghematan energi, air, bahan baku, sumber daya, dan mengurangi limbah dan dapat mendaur ulang sumber daya bahan baku dan dapat memanfaatkan produk
11
samping. Selain itu, produksi bersih merupakan bagian dari konsep produksi dan konsumsi yang berkelanjutan (Nurdalia, 2006).
c.
Penerapan Produksi Bersih Pada Industri Tekstil
Penerapan produksi bersih pada industri tekstil antara lain dapat dilakukan dengan cara: A. Reduksi limbah pada sumber
1.
Ketatalaksanaan rumah tangga yang baik antara lain mencegah terjadinya kebocoran,
ceceran-ceceran
mengembangkan
program
pelatihan
dan
kompetisiyang dapat meningkatkan partipasi karyawan, menerapkan sistem FIFO dalam penggudangan. 2.
Pengurangan penggunaan air a. Pemasangan alat ukur air ( flow meter ) pada lokasi tertentu dalam pipa air, sehinggapemakaian air dapat diperkirakan dan juga dengan cepat dapat terdeteksi apabila terjadi pemakaian air yang berlebihan. b. Pemasangan alat penghentian otomatis air untuk menghindari terjadinya kebocoran dan kerusakan lain selama pabrik tidak beroperasi. c. Penggunaan secara konsisten prinsip counter current untuk semua proses
pencucian.
3.
Perubahan material input a. Mengganti surfactan yang mempunyai rantai bercabang dengan jenis yang linier sehingga lebih mudah terurai di alam b. Penggantian cat warna celup dengan jenis yang mempunyai affinitas tinggi (90 %) dapat mengurangi pemakaian air dan memperbaiki kualitas air
4.
buangan. Pemilihan dan modifikasi proses dan peralatan, misal : a. Pemutihan dengan peroksida b. Mercerisasi panas menggantikan mercerisasi dingin dapat menghindari pencucian terpisah. c. Kombinasi zat warna dispersi dengan zat warnareaktif/ direk untuk pencelupan
kain dengan kandungan selulosa yang rendah.
12
5.
Mengoptimalkan pemakaian zat kimia dan menghindarkan pemakaian bahan kimia berbahaya.
B. Pemanfaatan
1. Energi panas : gas buang dari mesin diesel yang mempunyai suhu 400 OC dialirkan melalui alat penukar panas. Panas yang dihasilkan digunakan untukmemanaskan air, menghasilkan uap, sehingga dapat meminimisasi pemakaian bahan bakar. 2. Kumpulan debu serat dari ruang hembus, serat yang jatuh dan sisa penyisiran dan pembersihan limbah serat kain dari proses pemintalan dapat dimanfaatkan kembali dengan menggunakan mesin pintal khusus untuk memproduksi benang sebagai produk sekunder misalnya berupa benang kasar, karpet, produk non woven dan sebagainya. 3. Recovery caustic soda dari buangan mercerisasi. Air buangan mercerisasi yang mengandung soda dan p.H nya tinggi apabila dibuang akan mencemari lingkungan jadi harus diolah terlebih dahulu maka dapat di-recoverycaustic sodanya. 4. Penggunaan kembali sisa pasta printing . Pada proses printing dengan mesin flat printing maupun rotaryprinting selalu akan terdapat sisa pasta printing . Sisatersebut akan berada pada rackel dan pada selang dari pompa ke rackel, serta pada gentong tempat pasta. Sisa pasta printing bila dibuang ke lingkungan akan memberikan beban cemaran yang cukup tinggi karena mengandung zat warna, pengental, zat pengemulsi dan bahan pembantu lainnya sehingga memberikan beban COD dan BOD yang tinggi. Pasta printing bila dikumpulkan sampai batas waktu tertentu (kira-kira 1minggu hingga 1 bulan) masih dapat digunakan lagi atau dapat dikumpulkan untuk mendapatkan warna hitam. 5. Pemanfaatan kembali CO2 dari gas buang untuk menetralisasi air limbah. Hal ini dapat mengurangi kebutuhan asam yang digunakan untuk mengolah air limbah sebelum dibuang kelingkungan.
13
d.
Langkah-Langkah Penerapan Produksi Bersih Di Perusahaan
Dalam rangka penerapan program teknologi produksi bersih di perusahaan secara garis besar langkah - langkah penting yang dapat ditempuh adalah sebagai berikut : 1.
Komitmen manajemen puncak merupakan langkah awalyang harus diperoleh dalam pelaksanaan programteknologi produksi bersih. Hal ini dapat dimulai denganpembuatan proposal program. Dalam proposal hendaknyaditonjolkan secara jelas tentang keuntungan pelaksanaanprogram dan peluang-peluang keberhasilan sehingga akandidapat dukungan dari manajemen puncak.
2.
Pembentukan tim satgas produk bersih yang terdiri dariwakil-wakil dari unit utama.Tugas dan tanggung jawab Tim adalah antara lain: - Mendapatkan persetujuan dan dukungan dari manajemen. - Membuat sasaran program. - Membuat jadwal pelaksanaan. - Memilih anggota Tim pengumpul data. - Membuat prosedur untuk memantau aliran limbah. - Melaksanakan penelitian serta survai dalam pabrik. - Mengadakan studi kelayakan beberapa alternatif pemecahan. - Memilih beberapa alternatif yang layak untuk dilaksanakan. - Memonitor kinerja salah satu kegiatan yang telah berhasil dilaksanakan.
3. Menetapkan sasaran kerja dan membuat jadwal sasaran kerja harus didefinisikan secara jelas sedapat mungkin dapat dikualifikasikan dalam bentuk besaran terukur, dengan demikian dapat dijadikan pedoman keberhasilan pelaksanaan program. 4. Pengumpulan data aliran limbah Tujuan dari kegiatan adalah mengidentifikasikan dan mengkarakterifikasi fasilitas-fasilitas aliran limbah. Data aliran limbah yang dikumpulkan meliputi : - Tempat, sumber limbah bahan kimia berbahaya maupun bahan kimia yang tidak berbahaya. - Macam bahan bakar yang menyebabkan terjadinya limbah. - Laju aliran sumber limbah tersebut dan frekuensi pengeluaran limbah.
14
- Karakteristik sumber limbah - Pengelolaan limbah-limbah sebelumnya - Efisiensi proses yang dioperasikan selama ini 5.
Evaluasi data Data yang telah dikumpulkan dan diidentifikasi dievaluasi sehingga dapat disimpulkan aliran limbah mana yang paling kritis dan paling memungkinkan untukdiminimalkan beban cemaran. Sebagai tolak ukur evaluasi adalah : - Pertimbangan kesesuaian dengan peraturan yang ada. - Tingkat keracunan - Kuantitas aliran - Biaya mengelola limbah. - Peluang sukses - Daya dukung lingkungan
6. Inspeksi ke lapangan Tujuan inspeksi ke lapangan adalah agar anggota dapat lebih memperdalam pengetahuan tentang operasi harian yang selama ini dilakukan. 7. Realisasi peluang yang mudah Peluang yang mudah dan tidak membutuhkan biaya harus segera direalisasikan. 8. Pemilihan alternatif yang telah ditentukanDalam melaksanakan identifikasi alternatif
peluangproduksi
bersih
susunlah
dalam
suatu
peringkat
lakukandalam suatu forum tukar menukar pendapat untukmengevaluasi temuan beberapa
alternatif
sebelum
dijadikan
keputusan
untuk
dilaksanakan
dampaknya terhadap lingkungan, kemungkinan untuk peningkatan efisiensi dan produktifitas dan lain-lain. 9. Evaluasi ekonomi Alternatif yang telah terpilih berdasarkan kriteria teknik selanjutnya dievaluasi lagi berdasar kriteria ekonomi. Alternatif-alternatif yang tidak dipilih pada saat ini
harus
disimpan
lagidikemudian hari.
karena
ada
kemungkinan
masih
dapat
dipakai
15
10. Rekomendasi Setelah alternatif program teknologi produk bersih diseleksi baik dari aspek teknis, lingkungan dan ekonomi, tahap selanjutnya adalah penyusunan rekomendasi kepadamanajemen dengan tujuan supaya disetujui baik dalam pendanaan maupun penerapan program ini. Cara yang paling efektif dengan menulis laporan dan presentasi. Laporan berisi tentang tujuan dari program dan hasil penelitian serta evaluasi tekno ekonomi, prosedur didalam penyelesaian beberapa alternatif, strategi penerapan serta usulan program yang layak dilaksanakan. Laporan harus dibuat rinci termasuk informasi biaya dan gambaran hasil pengurangan kandungan bahan pencemar. 11. Penerapan alternatif yang terpilih Setelah disetujui oleh pihak mnaajemen maka programproduksi bersih dilaksanakan. Pelaksanaan dilaksanakan dari program yang mudah selain itu juga berdasarkanperhitungan atas dasar seberapa kritis masalah limbah terusharus segera diselesaikan. 12. Pemantauan kemajuan dan presentasi Pemantauan pelaksanaan program dilaksanakan secaraberkala dan hasilnya dipresentasikan baik kepada pihakmanajemen dan anggota tim yang terlibat. 13. Perbaikan berkelanjutan Hal yang tak kalah penting adalah merayakan keberhasilan,mempertahankan target telah dicapai dan selanjutnya mengimplementasikan untuk peluang lainnya. Produksi bersih pada dasarnya adalah bagian dari pekerjaan dan bukan suatu program dan industri harus melaksanakan dengan filosofi perbaikan berkelanjutan (Purwanto,2005).
16
BAB III ISI DAN PEMBAHASAN
a. Parameter Pencemar
Parameter utama pencemaran limbah cair di PT. Damaitex adalah TSS, BOD, khrom total (Cr), dan phenol. Tidak hanya itu, masih ada parameter yang menjadi pencemar dari limbah cair seperti asam, basa, COD, padatan tersuspensi dan zat-zat kimia lainnya. Proses yang menghasilkan limbah cair dengan volume besar ialah pH yang bervariasi. Proses pewarnaan dan pembilasan menghasilkan air limbah yang berwarna dengan COD yang tinggi dan bahan-bahan lain dari zat warna yang dipakai seperti phenol dan logam. Selain itu parameter lain yang mungkin ada dalam limbah cair dipabrik tekstil adalah sulfida, ammonia, nitrogen, seng (Zn), tembaga (Cu) dan nikel. Pencemar organik yang mungkin ada adalah benzene, naftalena, kloro etilena, kloro etana, dan ptalat.
b.
Sumber Pencemar 1. Gas
Sumber pencemar gas berasal dari penggunaan bahan bakar batubara pada boiler yang menghasilkan uap. Pada dasarnya boiler adalah
alat
yang
berfungsi
untuk
memanaskan
air
dengan
menggunakan panas dari hasil pembakaran bahan bakar seperti batubara dan bahan bakar minyak. Panas hasil pembakaran dialirkan ke air sehingga menghasilkan steam (uap air yang memiliki temperature tinggi). 2. Padat
Pada proses produksi industri tekstil pada umumnya menghasilkan limbah padat seperti sisa serat, benang, kain, bahan bungkus seperti plastik dan kertas. Namun, di PT. Damaitex tidak hanya itu saja ada limbah padat sisa kemasan seperti potongan tali plastic (raffia), kardus dan plat seng (ban desser). Kemudian limbah padat rumah tangga atau
17
dari dapur kantin, limbah padat / lumpur hasil pengolahan IPAL, dan limbah padat sisa pembakaran batubara yaitu fly ash dan bottom ash.
3. Cair
Sumber pencemar limbah cair pada PT. Damaitex ialah sebagai berikut: a. Utilitas seperti ketel; cooling tower; softener . b. Unit proses -
Produksi cotton seperti kier ketel; mangle; netralisasi dan merseriasi.
-
Produksi rayon, yaitu jigger pada proses desizing, scouring, bleaching, cuci panas dan cuci dingin.
-
Lantai proses
-
Pendinginan mesin
-
Bengkel seperti cecetan minyak
-
Scrubber air (penyerap batubara)
c. Pengolahan Limbah
1. Gas Untuk gas buang yang berasal dari boiler dikelola dengan disemprot dengan air dan abu terbang akan mengendap didalam air.
2. Limbah padat a. Limbah padat sisa kemasan Sisa kemasan/ pengepakan yang dihasilkan dikumpulkan sesuai dengan jenisnya dan secara berkala dijual kepada pengumpul, pengusaha barang bekas/ sisa. b. Limbah padat rumah tangga/ kantin Limbah dari kantin/ dapur dimasukkan dalam bak sampah yang telah tersedia di belakang pabrik. Sampah tersebut kemudian dikumpulkan dalam karung untuk kemudian secara berkala dibuang ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir).
18
c. Limbah padat / lumpur hasil IPAL Limbah padat hasil pengolahan dari IPAL (koagulasi) dikeringkan di drying bed ditampung di bak penampung. lumpur digunakan untuk mengurug tanah di pabrik. d. Limbah Padat Sisa Pembakaran Batubara Limbah padat dari sisa pembakaran batubara menjadi tanggung jawab dari supplier batubara untuk mengelolanya.
3. Limbah cair Untuk mengolah limbah cair, sebelumnya pabrik ini menggunakan sistem koagulasi dengan ferosulfat dan kapur, namun karena air limbah terolahnya sering tidak memenuhi baku mutu limbah cair industri tekstil yang disyaratkan, maka pengolahan air limbah yang sudah ada disempurnakan yaitu dengan proses biologi lumpur aktif. Hal ini disebabkan karena dengan sistem koagulasi kimia sebenarnya lebih cocok untuk mengolah cemaran-cemaran organik tersuspensi maupun koloid, sedang yang terlarut masih belum dapat diolah. Untuk organik terlarut yang biodegradable lebih cocok diolah dengan sistem biologis yaitu lumpur aktif. Proses pengolahan air limbah nya yaitu, air limbah dari kier ketel dicampur air scrubber batubara, masuk pada bak equalisasi lama kemudian masuk bak koagulasi dengan fero sulfat dilanjutkan dengan flokulasi selanjutnya diendapkan lumpur dikeringkan dalam drying bed dan air limbah terolah masuk bak equalisasi baru. Air limbah dari pencucian jigger, merserisasi, spanram, stenter, rendaman, mangle masuk bak penangkap minyak kemudian masuk bak equalisasi baru dicampur dengan air limbah terolah dari kier ketel dan scrubber batubara, setelah itu masuk bak netralisasi dan dinetralkan dengan asam serta diberi nutrisi kemudian masuk bak aerasi (lumpur aktif). Disini akan terjadi pemecahan zatzat organik oleh mikroba lumpur aktif. Selanjutnya diendapkan dalam bak pengendap, sebagian lumpur disirkulasi dan sebagian lagi dikeringkan dalam drying bed, selanjutnya
19
air limbah terolah masuk bak kontrol dan diharapkan sudah memenuhi BMLC industri tekstil untuk dibuang ke lingkungan. Untuk lumpur biologi setelah dikeringkan dapat dibakar atau dimanfaatkan untuk pupuk.
Gambar 3.1 Diagram alir proses pengolahan air limbah PT. Damaitex
Dari hasil analisa air limbah terolah ditinjau dari konsentrasi dan beban pada umumnya sudah memenuhi BMLC Perda Propinsi Jateng No. 10 tahun 2004. Tabel 1 Hasil analisa air limbah IPAL PT. Damaitex
20
Dibandingkan dengan kriteria mutu air berdasarkan kelas dari PP. No. 82/2001 dari parameter air limbah yang dianalisa maka parameter yang telah melewati baku mutuadalah : - Kelas I adalah residu terlarut, COD, BOD, DO, total fosfat, N-NH3, N-N02, seng, sulfat dan phenol. - Kelas II adalah residu terlarut, COD, BOD, DO, seng dan phenol. - Kelas III adalah residu terlarut, COD, BOD, seng dan phenol. - Kelas IV adalah residu terlarut dan BOD.
Apabila air limbah terolah dibandingkan dengan air baku sebelum diolah, parameter yang sangat mengalami perubahan adalah residu terlarut, residu tersuspensi, pH, alkalinitas, COD, BOD, minyak dan lemak, deterjen.
d. Produksi Bersih
Upaya produksi bersih yang sudah dilakukan perusahaan antara lain : 1)
Daur ulang sebagian air pendingin mesin yaitu dari proses pendingin merserisasi didinginkan dalam menara pendingin dandigunakan kembali.
2)
Pakai ulang buangan pertama dari proses bleaching cotton.
3)
Bleaching rayon sudah menggunakan H2O2 yaitu bahan pemutihyang lebih ramah lingkungan dibandingkan kaporit. Dalam proses penggelantangan ada berbagai senyawa kimia (oksidator) yang dpat digunakan yaitu khlor aktif, kalsium hipoklorit, natrium hipoklorit dan hidrogen peroksida. Penggunaan hidrogen peroksida lebih ramah lingkungan karena akan terurai menjadi air dan oksigen.
Peluang produksi bersih yang dapat dilakukan: 1)
Pemanfaatan kembali air pendingin mesin pada proses Singeing.Air buangan pendingin mesin singeing ditampung danselanjutnya dapat dimanfaatkan karena relatif masih bersih.
21
2)
Pemanfaatan air limbah terolah untuk menyerap gas buang pembakaran batubara. Proses penyemprotan gas buang yang semula dari air sumur dapat diambildari air limbahterolah.
3)
Pemanfaatan air limbah cucian untuk proses untuk menghilangkan zatzat yang merupakan kotoran dan terdapat pada serat.kain.
4)
Peningkatan penerapan ketatarumahtanggaan yang baik ( Good Housekeeping ). Dengan menerapkan ketatarumahtanggaan yang baik(Good Housekeeping ) yaitu upaya-upaya produksi bersih berupatindakan sederhana untuk mengurangi pemakaian air, energi danbahan kimia maka akan diperoleh manfaat seperti penghematanbiaya, kinerja lingkungan hidup yang lebih baik danpenyempurnaan organisasi. Upaya yang dapat dilakukan antaralain :
a. Menghemat air, energi dan bahan kimia pada semua unit. b. Menghidupkan peralatan jika diperlukan. c. Segera mematikan kran-kran air apabila tidak digunakan. d. Mengukur dan mencatat pemakaian air, energi dan bahankimia. e. Peningkatan kebersihan pabrik. Kebersihan yang baik dapat mengurangi beban cemaran ke lingkungan f. Meningkatkan perawatan pabrik meliputi perawatan alat,mesin dan tempat penyimpanan.
22
BAB IV KESIMPULAN
23
DAFTAR PUSTAKA
Atikah. 2016. Jurnal Redoks. Universitas PGRI Palembang. Vol. 1(2): 6-16. D.A.Wedyatmo. 2015. Pengaruh Jenis Kanji Dan Konsentrasi Resin Terhadap Nilai Flexuralrigidity Pada Proses Finishing Good Kain Kapas. Politeknosains. Vol.14(1): 80-87. Keputusan
Menteri
Negara
Lingkungan
Hidup.1996.
Nomor:
Kep-
51/MENLH/10/1995 Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri . BAPEDAL.
Moertinah,Siti. 2008. Peluang-Peluang Produksi Bersih Pada Industri Tekstil Finishing Bleaching. Semarang: Universitas Diponegoro. Mushandri, Putri. 2011. Teknologi Pengelolaan Dan Pemanfaatan Limbah Design Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) Tekstil . Bogor: Institut Pertanian Bogor. Nurdalia,Ida. 2006. Kajian Dan Analisis Peluang Penerapan Produksi Bersih Pada Usaha Kecil Batik Cap.Semarang: Universitas Diponegoro.
Purwanto. 2005. Penerapan Produksi Bersih untuk Mengembangkan Kawasan Industri Berwawasan Lingkungan. Journal Ilmu Lingkungan Vol.3(2): 53 – 60.
Pratiwi, Yuli.2008.Penentuan Tingkat Pencemaran Limbah Industri Tekstil Berdasarkan Nutrition Value Coeficient Bioindikator . Jurnal Teknologi.Vol 3(2): 129-137.