Directional Coupler
1
Directional Coupler Pendahuluan Di era digital dan globalisasi sekarang ini dibutuhkan komunikasi secara digital yang cepat, murah, dan efisien, oleh karena itu dibutuhkannya teknologi untuk memenuhi kebutuhankebutuhan modern saat ini. Pada bidang optika terpadu (integrated (integrated optics), optics), directional coupler merupakan komponen kunci dalam pembuatan rangkaian optika terpadu. Hal ini karena kanalkanal rangkaian optika terpadu dibuat membentuk struktur directional-coupler. Struktur directional-coupler yang paling sederhana biasanya tersusun atas dua buah pandu gelombang kanal sejajar yang ditumbuhkan pada suatu subtrat, dengan jarak pisah (lebar gap) beberapa panjang gelombang optik. Fungsi utama directional-coupler adalah sebagai devais pemindah daya optik, yang kinerjanya didasarkan antara lain pada kegayutan indeks bias efektifnya terhadap frekuensi, medan optik, dan atau medan luar. Indeks bias efektif yang dimaksud adalah nilai indeks bias dari seluruh kombinasi indeks bias bahan-bahan directional-coupler yang dirasakan oleh setiap moda gelombang. Pada directional-coupler linear yang dibuat dari bahan-bahan optik linear, perpindahan dayanya didasarkan pada kegayutan indeks bias efektif terhadap frekuensi dan kelinearannya terhadap penerapan medan luar, sehingga devais ini disamping dapat beroperasi secara p asif tanpa penerapan medan luar, juga dapat dioperasikan secara aktif melalui kendali tegangan. Sedangkan pada directional-coupler tak linear, indeks bias linear efektifnya gayut secara tak linear terhadap medan optik, dan untuk yang terbuat dari bahan-bahan optik mirip Kerr (Kerr-like) perpindahan dayanya dapat diatur melalui intensitas cahaya masukan. Directional-coupler linier lazim digunakan pada sistem komunikasi optik, antara lain sebagai saklar optik, modulator, polarisator, dan WDM. Sedangkan directional-coupler tak linier disamping digunakan pada pengoperasian sistem komunikasi optik seluruhnya ( All All Optical Switching ), ), juga difungsikan sebagai gerbang logika optik (NOT, AND, NAND, OR, NOR) yang merupakan k omponen utama dalam pembuatan komputer optik.
Fandi Musthofa Ananda Saputra (4211412026)
Fisika Universitas Negeri Semarang
Directional Coupler
2
Pembahasan 1. Pengertian Directional Coupler
Directional coupler adalah piranti optik yag tersusun atas dua pandu gelombang kanal sejajar yang saling berdekatan dalam orde panjang gelombang optik yang ditanam pada satu substrat. Struktur geometri directional coupler ditanam pada suatu subtrat. Struktur geometri directional
coupler
dapat
ditunjukkan
pada gambar 1.1. Dari gambar
tersebut
dapat diketahui bahwa s merupakan
lebar
(yaitu jarak antar kanal), h adalah masing-masing
kanal
lebar
sepanjang
arah lateral,
d adalah kedalaman setiap kanal, adalah
panjang
dan
interaksi.
dan lebar lateral masing-masing
gap
Z
Kedalaman Gambar 1.1. Struktur
directional cou ler
kanal
dirancang hanya dapat memandu gelombang optik mode tunggal (single mode). Directional coupler merupakan perangkat pasif yang berfungsi sebagai pencabang pada jaringan koaksial. Prinsip kerja dari directional coupler ini hampir sama dengan splitter , yaitu pembagian sinyal masukan. Pada directional coupler terdapat dua jenis redaman yait tap loss dan insertion loss. Tap loss yaitu besarnya losspada keluaran yang digunakan untuk menjangkau tempat yang lebih dekat,sedangkan insertion loss yaitu besarnya loss pada salah satu keluaran yang digunakan untuk menjangkau tempat yang lebih jauh. Pada lebar gap yang kecil gelombang evanescent moda dasar dari kedua kanal sepanjang daerah gap tersebut saling berinteraksi menghasilkan efek kopling atau efek gandengan yang kekuatannya tergantung pada panjang gelombang optik yang merambat di dalamnya (Rubiyanto, Agus.,et-al., 2006). Timbulnya kopling berpengaruh terhadap perambatan daya gelombang optik disepanjang kanal sehingga gelombang optik yang masuk pada salah satu kanal pada jarak tertentu yang disebut jarak kopling semua dayanya dipindahkan ke kanal yang lain. Oleh karena itu dengan karakteristik seperti ini maka directional coupler dapat dirancang sebagai perangkat WDM , pemisah polarisasi, saklar optik dan sebagainya.
Fandi Musthofa Ananda Saputra (4211412026)
Fisika Universitas Negeri Semarang
Directional Coupler
3
Proses perpindahan daya gelombang optik antar kanal dapat dijelaskan menggunakan mode tergandeng (couple mode theory). Berdasarkan teori ini bila lebar gap cukup besar maka gelombang evanescent
moda
dasar
dari
kedua
kanal
(dilambangkan dengan A dan B) di sepanjang daerah gap tidak menimbulkan kopling , sehingga pada masing-masing kanal gelombang optik pada moda Gambar 1.2. Deskripsi
teori moda terkoper terkopel
terhadap perambatan gelombang optik dalam directional-coupler
dasar tersebut dapat merambat secara individu. Sebaliknya bila lebar gap kedua kanal sangat kecil
maka gelombang evanescent moda dasar disepanjang daerah gap tersebut saling memberikan gangguan ( perturbation), kopling antar keduanya menyebabkan amplitudo gelombang optik yang merambat pada masing-masing kanal berubah sepanjang jarak rambatnya. 2. Coupled-Li ne Di rectional Couplers
Ketika terdapat dua saluran transmisi yang unshielded yang berdekatan, daya dapat dikopel diantara saluran tersebut, karena adanya interaksi medan elektromagnetik. Saluran yang dihubungkan itu disebut sebagai coupled transmission lines, dan biasanya terdiri dari tiga konduktor yang berdekatan.
Gambar 2.1 Skema desain Coupled-Line Directional Couplers .
Coupled-LineDirectional Couplers Sebagai contoh penggunaan coupled-line directional coupler untuk pengukuran daya datang dan daya pantul, adalah 20 dB, artinya bila pada port 1 k ita Fandi Musthofa Ananda Saputra (4211412026)
Fisika Universitas Negeri Semarang
Directional Coupler
4
hubungkan sebuah sumber 0 dBm (1 mW) daya ini akan dikopel ke port 3 sebesar – 20 dB (10 – 2 kali), yaitu – 20 dBm. Gambar 2.1 memperlihatkan setup directional coupler untuk mengukur daya datang dan daya pantul. Generator dengan impedansi Z 0 dipasang pada port 1 bedan yang tidak diketahui, Z , pada port 2, sedangkan port 3 dan port 4 diterminasi dengan beban yang sesuai dengan impedansi kopler, Z 0, agar daya yang datang pada port-port ini seluruhnya diserap. Bila daya masukan dari generator pada port 1 adalah P 1% akan dikopel ke port 3 dan 99% menjadi daya yang datang ke beban, P = 99% P .Bila Z ≠ Z , sebagian daya yang datang ini akan dipantulkan sebesar P0 yang 1% nya dikopel ke port 4 dan dikembalikan ke sumber sebesar 99%.. Pada directional coupler ini terdapat masalah untuk mencapai cross state yang sempurna tanpa adanya tegangan, untuk mendapatkan cross talk yang benar-benar kecil faktor toleransi fabrikasi menjadi sangat kritikal. Penggunaan reversed delta beta coupler dapat mengatasi permasalahan ini, dengan memisah electrode menjadi dua bagian, maka kondisi cross dan bar state dapat diatur pda range yang relatif lebar. Permasalahannya sekarang dibutuhkan dua tegangan catu untuk tiap switch. 3. L ange Di rectional Coupler
Secara umum, kopling pada coupled line coupler mengalami ketidaktepatan untuk memenuhi nilai faktor kopling 3 dB atau 6 dB. Salah satu cara untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan menambahkan kopling diantara sisi coupled line dengan menggunakan beberapa lines parallel , sehingga fringing fields pada kedua sisi dapat memberikan kontribusi untuk kopling. Hal ini dapat diimplementasikan pada directional coupler jenis Lange Directional Coupler , seperti terlihat pada gambar 3.1
Fandi Musthofa Ananda Saputra (4211412026)
Fisika Universitas Negeri Semarang
Directional Coupler
5
Gambar 3.1 Skema desain Lange Directional Coupler
Kopler ini dapat dengan mudah mendapatkan nilai 3 dB coupling ratio, dengan bandwidth yang lebar. Selain itu, beda fasa antara kedua output (output dan coupled ) adalah 90° sehingga disebut juga tipe quadrature coupler . Namun ada beberapa kekurangan dari kopler ini, antara lain jalur (lines) sangat sempit sehingga seperti terlihat menyatu (berhimpitan), dan kopler ini sulit dalam hal fabrikasi yang menggunakan kawat untuk menghubungkan antar lines. 4. Kopling Paralel Pandu Gelombang
Jika dua buah pandu gelombang cukup dekat sehingga medan-medan di dalam pandu gelombang tersebut overlap (saling tumpang-tindih), cahaya dapat terkopel dari satu pandu gelombang ke pandu gelombang lainnya. Daya optik dapat ditransferkan antara pandu-pandu gelombang, sehingga dapat digunakan untuk membuat optika tergandeng optical-coupler dan saklar optik. Prinsip dasar kopling pandu gelombang dapat dijelaskan sebagai berikut : tinjaulah dua gelombang planar yang sejajar yang dibuat dari dua kanal dengan panjang d, jarak pisah 2a, dan indeks bias n1 dan n2 yang menempel di dalam medium dengan indeks bias n yang besarnya kurang dari n1 dan n2 sebagaimana diilustrasikan pada gambar 4.1.
Fandi Musthofa Ananda Saputra (4211412026)
Fisika Universitas Negeri Semarang
Directional Coupler
6
Gambar 4.1. Kopling antara dua pandu gelombang planar paralel. Pada z 1 cahaya seluruhnya dalam pandu gelombang
1, pada z2 gelombang-gelombang tersebut terbagi sama rata, dan pada z 3 hampir seluruhnya pada seluruhnya pada pandu gelombang 2.
Pada kasus ini, tiap pandu gelombang diasumsikan sebagai mode-tunggal. Jarak pisah antara dua pandu gelombang sedemikian rupa sehingga medan optik diluar pandu gelombang satu bertupang tindih (overlap) secara tipis (slighty) dengan pandu gelombang lainnya. Pendekatan secara formal untuk mengkaji propagasi cahaya di dalam struktur tersebut dapat dilakukan dengan menuliskan persamaan Maxwell pada daerah yang berbeda serta dengan menggunakan syarat batas (boundary condition) untuk menentukan mode-mode gelombang pada keseluruhan sistem. Mode-mode tersebut berbeda dari setiap pandu gelombang dalam keadaan terisolasi. Sebuah analisis eksak sangatlah sulit untuk mengkaji permasalahan tersebut. Untuk kopling yang lemah dari pandu-pandu gelombang, sebuah teori pendekatan sederhana yang disebut dengan teori mode tergandeng atau coupled-mode theory biasanya dapat menjelaskan fenomena tersebut. Teori mode tergandeng (coupled-mode theory) mengasumsikan bahwa mode-mode pada setiap pandu gelombang dalam ketidakhadiran pandu gelombang lain, dianggap sama,
()exp(
misal
z) dan
()exp(
z), dan sehingga kopling tersebut mengganti
amplitudo dari mode gelombang tanpa menyebabkan distribusi transverse spasial atau konstanta
Fandi Musthofa Ananda Saputra (4211412026)
Fisika Universitas Negeri Semarang
Directional Coupler
7
propagasinya. Amplitudo dari mode pandu gelombang 1 dan 2 merupakan fungsi z, yaitua1(z) dan a2(z). Tujuan teori kopling adalah menentukan mode a1(z) dan a2(z) melalui syarat batas. Kopling dapat dipandang sebagai efek hamburan atau scattering . Medan pada pandu gelombang 1 terhambur dari pandu gelombang 2, membentuk sebuah sumber cahaya sehingga mengubah amplitudo medan di dalam pandu gelombang 2. Medan pada pandu gelombang 2, membentuk sebuah sumber cahaya sehingga mengubah amplitudo medan di dalamnya. Medan tersebut memliki efek yang sama seperti pada pandu gelombang 1. Sebuah analisis dari interaksi mutual menyebabkan dua buah persamaan differensial kopel sehingga menentukan variasi amplitudo a1(z) dan a2(z). Hal tersebut dapat ditunjukkan bahwa amplitudo a1(z) dan a2(z) ditentukan melalui dua persamaan differensial orde satu kopel.
= exp( ∆) (), = exp(∆)(),
(2.1) (2.2)
Pers. Mode kopel dimana
∆ =
(2.3)
merupakan phase mismatch (selisih fasa) per satuan panjang dan
+ = ( ) ∫ ()() − ()() = ( ) ∫−−
(2.3)
(2.4)
Merupakan koefisien kopling. Kita dapat memahami dari persamaan 2.1 dan 2.2 bahwa variasi perubahan a1 sebanding dengan a2. Besarnya koefisien kesebandingan tersebut sebanding dengan hasil kali koefisien
∆
kopling dan faktor phase mismatch exp(j
Fandi Musthofa Ananda Saputra (4211412026)
).
Fisika Universitas Negeri Semarang
Directional Coupler
8
Anggaplah bahwa amplitudo cahaya yang memasuki pandu gelombang satu merupakan a1(0) sehingga tidak ada cahaya yang memasuki pandu gelombang 2, a2(0) = 0, kemudian persamaan 2.1 dan 2.2 dapat diselesaikan melalui syarat batas tersebut seperti halnya solusi harmonik.
() = (0) ∆ cos ∆ sin () = (0) ∆ sin,
(2.5.a)
(2.5.b)
dimana
= ∆
(2.6)
c = (c12c21)1/2
(2.7)
dan
Gambar 4.2. Perubahan periodik daya antara pandu gelombang 1 dan 2
Daya optik
()|()| ()|()| dan
Fandi Musthofa Ananda Saputra (4211412026)
akibatnya :
Fisika Universitas Negeri Semarang
Directional Coupler
∆ () = (0)[ ]
(2.8)
() = (0) ||
(2.9)
.
9
Daya tersebut diubah secara periodik antara dua pandu gelombang seperti yang telah diilustrasikan pada gambar 2.2. Lamanya periode sebesar
2/
. Konservasi atau kekekalan daya dibukuhkan
sehingga c12=c21 =c. Ketika pandu gelombang identik misal n1=n2 ,
=
, dan ∆ β =0, dua pandu gelombang
disebut berada pada keadaan fasa yang bersesuain (sefasa) phase matched . Persamaan 2.8 dan 2.9 dapat disederhanakan menjadi :
() = (0) () = (0)
(2.10)
(2.11)
Perubahan daya antar pandu gelombang kemudian secara lengkap dapat diilustrasikan pada gambar 2.4.
Gambar 4.3. perubahan daya antara pandu gelombang 1 dan 2 pada kasus phase-matched=0
Fandi Musthofa Ananda Saputra (4211412026)
Fisika Universitas Negeri Semarang
Directional Coupler
10
Gambar 4.4. Optikal-kolpler (a) saklar daya dari satu pandu gelombang ke pandu gelombang
lain, (b) sebuah kopler 3-dB Kita kemudian memiliki sebuah devais sebagai kopling dinginkan fraksi daya optik dari satu pandu ke pandu gelombang yang lain. Pada jarak z = L0 =
/2
, disebut jarak transfer, daya tersebut
ditransferkan secara lengkap dari pandu gelombang satu ke pandu gelombang 2 (Gambar 2.6.a). Pada jarak L0/2, setengah daya telah ditransfer sehingga devais bekerja sebagai kopler 3-dB (Gambar 2.6.b) 5. H ybri d Ring
Hybrid Ring atau disebut juga rat-race merupakan jenis directional coupler dengan beda fasa 180° antara kedua port output. Sinyal masuk pada port 1, kemudian dibagi ke port 2 dan 3 sebagai keluaran dan port 4 sebagai port isolasi. Jika input diposisikan pada port 4, maka sinyal akan dibagi sama besar pada port 2 dan 3 dengan beda fasa 180°, dan port 1 menjadi port isolasi. Kopler hibrid adalah jenis passive device yang terdiri dari empat port, yaitu port 1 digunakan sebagai port gelombang yang masuk (port input), port 2 sebagai output, port 3 adalah port untuk mengkopling (coupled port ), dan port 4 digunakan sebagai isolation port.
Fandi Musthofa Ananda Saputra (4211412026)
Fisika Universitas Negeri Semarang
Directional Coupler
11
Gambar 5.1. beda fasa pada Hybrid Ring
Pada hybrid ring ini dibatasi oleh frekuensi yang tergantung oleh panjangnya lingkaran. Peningkatan bandwidth didapatkan dengan tambahan pada beberapa bagian circuit atau lingkaran yang simetri. 2.1.4 Branch-Line Hybrid Coupler Branch-Line Hybrid Coupler disebut juga Quadratue Hybrids dengan beda fasa 90° pada port output dan coupled . Hybrid tipe ini sangat mudah direalisasikan dengan menggunakan mikrostrip atau stripline dengan tujuan mendapatkan nilai kopling 3 dB. Branch-Line Hybrid Coupler dapat dilihat pada gambar dibawah.
Gambar 5.2. Skema desain Hybrid Ring
Prinsip kerja kopler Branch-Line Hibrid, yaitu output [S21] dan kopling [S31] memiliki nilai -3dB, masing-masing nilai ini di dapat den gan mengatur panjang impedansi tiap saluran yang berbeda- beda. Beda fasa 90o tergantung dari panjang λ/4, pada saat [S21] panjangnya λ/4 dan saat di [S31] panjangnya 2λ/4 jadi selisih antara [S21] dan [S31] adalah λ/4 yaitu sama dengan 90o.
Fandi Musthofa Ananda Saputra (4211412026)
Fisika Universitas Negeri Semarang
Directional Coupler
12
Untuk isolasi pada rangkaian di atas memiliki beda fasa 180o yaitu saat [S41] panjangnya λ/4 dan saat dari port 1,menuju port2, dan menuju port3 dan terakhir ke port4 memiliki panjang 3λ/4 jadi memiliki selisih 2λ/4 atau 180o sehingga saling menghilangkanjadi idealnya isolasi adalah 0, cara mendapatkan isolasi yang ideal dengan pengaturan panjang impedansi dan λ/4 karena tiap saluran memiliki panjang yang berbeda-beda. . Namun ada beberapa kekurangan dari kopler ini, antara lain jalur (lines) sangat sempit sehingga seperti terlihat menyatu (berhimpitan), dan kopler ini sulit dalam hal fabrikasi yang menggunakan kawat untuk menghubungkan antar lines. 6. Aplikasi Directional Coupler pada Elektro-optik
Salah satu aplikasi dari efek elektro-optic adalah untuk mengontrol kopling antara dua pandu gelombang yang paralel di dalam sebuah device integrated-optic. Aplikasi tersebut dapat digunakan untuk mentransfer cahaya dari satu pandu gelombang ke pandu gelombang yang lain, sehingga device/ peralatan tersebut berfungsi sebagai sebuah kontrol listrik directional coupler . Kopling cahaya antara dua buah pandu pandu gelombang planar mode tunggal (singlemode planar waveguide) yang paralel telah dibahas pada bagian sebelumnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa daya optik yang dibawa oleh dua pandu gelomabang yaitu P1(z) dan P2(z) bertukar secara periodik sepanjang arah dari penjalaran pada sumbu z. Ada dua buah parameter yang mengatur kekuatan dari proses kopling tersebut. Dua parameter tersebut merupakan koefisien kopling (ϲ) yang bergantung pada dimensi, panjang gelombang, dan indeks refraksi serta ketidaksesuaian konstanta penjalaran ∆β = β1-β2 = 2ᴫ∆n/λ o, dimana ∆n merupakan perbedaan antara indeks refraksi dari pandu gelombang. Jika dua b uah pandu gelombang identik, maka ∆β = 0 dan P2( Lo) = 0. Panjang kopling atau jarak transfers didefinisikan saat jarak z=Lo= ᴫ/2ϲ, dimana daya yang ditransfer secara lengkap dari pandu gelombang 1 ke pandu gelombang 2 yaitu P1( Lo) =0 dan P2(Lo)=P1(0) seperti yang diilustrasikan pada gambar 1.1(a).
=
Untuk sebuah pandu gelombang dengan panjang Lo dan ∆β
≠0
rasio transfer daya
P2(Lo)/P1(0) merupakan sebuah fungsi dari phase mismatch
Fandi Musthofa Ananda Saputra (4211412026)
Fisika Universitas Negeri Semarang
Directional Coupler
/ ∆ T =( ) { [1 ] }, dimana sinc(x) = sin(
πx)/πx
(3.1)
. Gambar 3.1.(b) mengilustrasikan kebergantungan tersebut .
Rasio T memiliki nilai yang maksimum pada saat meningkatnya
∆βL,
dan menghilang saat
pada pandu gelombang kedua.
Gambar 6.1. (a)
13
∆βL = √ 3π
∆βL = 0,dan menurun dengan
. Pada titik ini daya optik tidak ditransfer
Perubahan daya antara dua pandu gelombang yang terkopel secara
lemah secara pararel yang identik, dengan konstanta propagansi yang sama β. Pada z=0 semua daya hanya ada pada pandu gelombang 1. P ada z=Lo semua daya telah ditransfer kedalam pandu gelombang ke-2. (b) Kebergantungan rasio transfer daya ϧ =P2(Lo)/P1(0) pada parameter fase mismatch ∆βLo
Gambar 6.2. Sebuah device directional coupler dengan sistem integrated electro-optic
Fandi Musthofa Ananda Saputra (4211412026)
Fisika Universitas Negeri Semarang
Directional Coupler
14
Kunci dalam pembuatan aktivasi elektrik menggunakan directional coupler merupakan ketergantungan daya kopling pada phase mismatch. Jika mismatch ∆β Lo diubah dari 0 menjadi
√ 3
cahaya berada di dalam pandu gelombang 1. Kontrol elektrik dari ∆β dicapai melalui
penggunaan efek elektro optik. Sebuah medan listrik E digunakan pada salah satu dari dua pandu gelombang yang identik, kedua pandu gelombang tersebut berubah indeks biasnya dengan ∆n=
dimana r merupakan koefisien Pockels. Hasil ini di dalam sebuah pergesaran fasa
/)
∆β Lo=∆n (2ᴫ Lo/λ o) = -(
E .
Directional coupler pada umumnya memiliki struktur geometri seperti tampak pada gambar 3.2. Elektroda diletakkan pada dua pandu gelombang yang terpisah dengan jarak d.
≅
Penggunaan voltase V menimbulkan medan listrik E V/d di dalam satu pandu gelombang dan – V/d di dalam pandu gelombang lainnya. Jarak d merupakan jarak efektif yang ditentukan melalui penyelesaian problem elektrostatik (garis-garis medan menuju kebawah pada satu pandu gelombang dan menuju keatas di dalam pandu gelombang lainn ya). Indeks refraksi didalam pandu gelombang satu mengalami kenaikan dan di dalam pandu gelombang lainnya mengalami
Δ =
penurunan. Resultan dari total perbedaan indeks bias 2 faktor fasa mismatch ∆β Lo= -(2
/
saling terkait dengan
)n3r(L0 /d)V yang sebanding dengan penggunaan voltase V .
√ 3π
Voltase V o sangatlah penting untuk mengubah daya optik yang mana ∆βL | o|= : Vo=
√ 3 = √ C π/2c
dimana Lo=
,
dimana
(3.2)
dan c merupakan koefisien kopling. Pernyataan tersebut dimakan
switching voltage.
√ 3πV/ ( ) { [1 3 ]/}
Karena |∆βLo|=
T=
Vo maka persmaan 3.1 menjadi :
.
(3.3)
Persamaan tersebut mengatur kopling daya sebagai sebagai fungsi penggunaan voltase V.
Fandi Musthofa Ananda Saputra (4211412026)
Fisika Universitas Negeri Semarang
Directional Coupler
15
Sebuah directional coupler elektro-optik memiliki ciri khusus yaitu panjang kopling Lo yang besarnya berbading terbalik dengan koefisien kopling c dan dengan switching voltagenya V o yang sebanding dengan c. Parameter c dari suatu directional coupler bergantung pada geometri dan indeks refrasi bahan.
Gambar 6.3. ketergantungan koefisien kopling pada penggunaan voltase V . Ketika V=0, semua daya optik dikople
dari pandugelombang 1 kedalam pandu gelombang 2; ketika V=V o, semua daya optik tersisa pada pandu gelombang pertama.
Directional coupler dengan sistem Integated-optic dapat dibuat dengan cara mendifusikan titanium kedalam subtrat L iNbO3 dengan kemurnian yang tinggi. Switching-voltage V o yang diperoleh biasanya dibawah 10 V dengan kecepatan operasi melebihi 10 GHz. Paparan cahaya difokuskan pada spot sized pada orde
. Pada bagian ujung pandu gelombang memungkinkan
dipadukan pada mode tunggal serat optik terpolarisasi ( single-mode polarization-maintaining optical fiber ). Peningkatan bandwidth dapat diperoleh dengan menggunakan sebuah travelingwave dari device.
Fandi Musthofa Ananda Saputra (4211412026)
Fisika Universitas Negeri Semarang
Directional Coupler
16
DAFTAR PUSTAKA Bahaa E.A Saleh and Teich Malvin, C,. 1991. Fundamental of Photonics. New York : John Wiley and Sons Rubiyanto, Agus.,et-al.2006. Analisis Directional Coupler sebagai Pembagi Daya untuk Mode TE . Jurnal Fisika dan Aplikasinya vol.2(1):1-5
http://dillatkj13.blogspot.com/2010/11/jenis-jenis-jaringan-berikut.html http://elreg-02.blogspot.com/2010/01/hybrid-coupler.html http://aiksumiati.blogspot.com/2009/08/kabel-koaksial.html http://taufalhidayat4690.blogspot.com/2011/12/desain-coupler-untuk-serat-optik.html http://digilib.tes.telkomuniversity.ac.id/index.php?view=article&catid=12:antena&id=638: -hybrid-coupler-&tmpl=component&print=1&page = http://faculty.petra.ac.id/herisw/SKSO/bab_11.htm
Fandi Musthofa Ananda Saputra (4211412026)
Fisika Universitas Negeri Semarang