!
!
EFTLSJQTJ! QSPHSBN!QFMBUJIBO!
PILOT PROJECT UNTUK AKSELERASI PENYELARASAN PENDIDIKAN DAN DUNIA KERJA :
Revitalisasi Pendidikan Pertanian melalui Program AGROINVENTS dan AGROPRENEURSHIP Latar Belakang Bidang agrokompleks merupakan kelompok bidang dunia kerja yang memiliki kapasitas lapangan pekerjaan cukup tinggi. Bidang ini terutama tumbuh seiring pertumbuhan populasi dan kebutuhan pangan. Hasil pemetaan untuk wilayah Malang dan sekitarnya, menunjukkan bahwa pada tahun 2011, bidang pertanian akan mengalami perubahan jumlah tenaga kerja yang diprediksikan sebesar 76% sebagai pemenuhan kebutuhan pengembangan, dan 24% saja sebagai proses regenerasi SDM. Permintaan utama untuk bidang agribisnis-agroindustri secara berturut-turut adalah untuk mengisi posisi manajer sebanyak 17% dari posisi saat ini, 16% untuk penyelia dan 7% untuk pelaksana, dengan rata rata pertumbuhan lapangan kerja 13%. Sisi lain dari fakta permintaan tenaga kerja menunjukkan pasokan untuk bidang ini terbukti sangat rendah. Tercatat, pertumbuhan pasokan lulusan SMK untuk bidang pertanian adalah 0%. Artinya tidak ada pertumbuhan jumlah lulusan untuk mengimbangi pertumbuhan permintaan.
Hal ini diakibatkan berbagai latar belakang,
terutama animo calon siswa yang rendah, image publik tentang pertanian yang pada akhirnya mengakibatkan trade off bidang pertanian. Hal yang lebih memprihatinkan juga ditunjukkan oleh kinerja Lembaga Kursus dan Pelatihan di bidang Pertanian. Pertumbuhan negatif peserta didik, dan menyusutnya jumlah lembaga menunjukan kapasitas pasokan yang sangat rendah. saat ini di Jawa Timur tercatat 29 LKP bidang Pertanian, Perikanan, Peternakan dan Pertamanan yang merupakan cabang penting agrokompleks. Hanya 4 dari 29 LKP yang memiliki catatan kinerja. Sebagian besar LKP menyatakan tidak memiliki peserta atau peminat bagi kursus maupun pelatihan yang di miliki. Faktor utama yang menjadi penyebab rendahnya jumlah peserta didik adalah rendahnya preferensi publik atas bidang pertanian. Menyikapi latar belakang peserta kursus dan pelatihan yang dididik LKP selama ini, sebagian besar adalah mereka yang memiliki atau berkeinginan untuk berwirausaha di bidang pertanian. Rendahnya aktivitas LKP pertanian merupakan gambaran rendahnya preferensi masyarakat terhadap pertanian sebagai salah satu bidang potensial untuk berwirausaha. Selain faktor eksternal yang berasal dari preferensi publik, banyak pendapat menunjuk pada lemahnya sistem pengelolaan LPK (budaya) dalam (a) mempublikasikan
kemampuannya, (b) membentuk kompetensi lulusan untuk memenuhi permintaan industri dan (c) membentuk pembiasaan lulusan untuk melakukan aktivitas wirausaha. Pencapaian kompetensi yang belum optimal disebabkan karena banyak faktor antara lain kompetensi guru / instruktur, kemampuan mengajar guru / instruktur, input siswa dan peserta didik, ketersediaan sarana praktika dan motivasi siswa / peserta didik yang belum memadai. Pembiasaan wirausaha yang belum optimal, terutama disebabkan oleh motivasi peserta didik, ketersediaan sarana untuk memulai wirausaha dan tidak dimilikinya metodologi pembiasaan wirausaha. Pasar tenaga kerja, yang menggambarkan prospek pasca pendidikan yang kurang terarah juga merupakan salah satu penyebab rendahnya kapasitas pasokan. Tidak seluruh pasokan pendidikan pertanian dapat diterima di bidang pertanian maupun lapangan kerja. Keterbatasan pengetahuan dan kemampuan serta motif mandiri, menjadi faktor pembatas lulusan untuk diterima dunia kerja maupun berwirausaha. Selain animo masyarakat umum untuk mendalami dunia pertanian, menurunnya peminat bidang pertanian yang terjadi secara menyeluruh juga tampak dari pendidikan formal. Di Kota Malang saja tercatat hanya 3 dari 51 SMK yang memiliki bidang Agribisnis dan Agroindustri sebagai konsentrasi.
Permasalahan peminat yang
cenderung sangat rendah juga terjadi di wilayah Kabupaten Malang yang hanya memiliki 5 SMK dengan bidang Agribisnis dan Agroindustri, dari 87 SMK. Secara makro di jawa timur terdapat 105 SMK dengan bidang pertanian sebagai salah satu konsentrasi, dari 1.485 SMK. Bukan hanya dalam tingkat pendidikan menengah, degradasi minat bidang pertanian juga terjadi. Merujuk studi yang dilakukan Sjafrida dan Firdaus (2009 dalam Firdaus (2013)) dalam kurun waktu lima tahun terakhir terjadi penurunan minat siswa untuk belajar di perguruan tinggi dalam bidang pertanian. Bidang pertanian hanya dipilih oleh 12% peserta seleksi masuk perguruan tinggi, jumlah ini jauh di bawah bidang MIPA dan sosial.
Deskripsi Program Program ini didasarkan keinginan menarik minat sebanyak banyaknya pemuda untuk kembali menyukai bidang pertanian. Sebagai pilot project hal ini dilakukan dalam skala yang lebih kecil. Beberapa dasart penting yang melatarbelakangi model program adalah sebagai berikut :
1. Sebagian besar lapangan pekerjaan di bidang pertanian pada dasarnya adalah bidang kewirausahaan dimana produksi pertanian dan pengolahan produk pertanian dilakukan. 2. Generasi muda cenderung menghindari pertanian karena pekerjaan wirausaha pertanian, kurang elegan, kotor, beresiko tinggi dan tidak menjanjikan. 3. Generasi muda menyukai berbagai hal pekerjaan dengan muatan teknologi tinggi. 4. Keterampilan bidang pertanian tidak dapat diajarkan tetapi dipraktekkan dan dialami 5. Mencetak entrepreneur membutuhkan pendampingan yang memungkinkan peserta mengelami satu siklus penuh produksi pertanian dengan resiko rendah. Untuk itu UNITRI melibatkan dua buah LKP (Lembaga Kursus Pelatihan) di bidang pertanian yaitu : BIOTECH AGRO INDONESIA (LKP-BAI) dan SENTRA AGROBIS BANYULEGI (LKP-SAB). Sebagaimana permasalahan umum pendidikan pertanian kedua LKP juga mengalami pandangan dimana masyarakat dan peserta didik tidak menerima informasi yang cukup tentang peluang petanian hortikultura dan pertanianpadat teknologi . Interpretasi yang salah tentang keadaan pekerjaan, peluang lapangan kerja dan opsi profesi yang tersedia menyebabkan rendahnya peminat dan secara simultan memberi efek trade off peminat pelatihan. Peningkatan daya tarik pada bidang pertanian membutuhkan sebuah mekanisme dimana setiap pemangku kepentingan dalam bidang pertanian yang terkait dengan bidang studi dan potensi pelatihan pertanian, dapat berinteraksi secara aktif. Interaksi informasi ini diharapkan akan memberi wawasan yang luas dan komprehensif tentang potensi teknologi budidaya pertanian, profesi, peluang kerja dan wirausaha serta keadaan pekerjaan pertanian yang tersedia bagi peserta didik dan peserta pelatihan. Program kerja ini diharapkan mampu menjadi PUBLIKASI Profil Lembaga, Kemampuan Lembaga, Inovasi, program layanan pelatihan dan Profil Lulusan sebagai upaya peningkatan kinerja penyelarasan di Lembaga Pendidikan. Untuk program ini di berikan nama AGROINVENT. Program kerja ini terdiri dari dua komponen utama yaitu : (a) Pengembangan sistem informasi yang memungkinkan LKP dan Lembaga Pendidikan untuk menginformasikan kemampuan (invention) dan bidang kursus yang dimiliki serta menjadi fasilitator dalam memberikan informasi kerja terpadu pada masyarakat, lulusan pendidikan formal
dan alumni LKP.
Sistem informasi ini juga memuat berbagai
informasi perkembangan teknologi yang dapat dimanfaatkan oleh publik dalam pengembangan diri / pembalajaan mandiri (agrolearning). Sistem informasi ini akan dikemas dalam bentuk buletin baik elektronik maupun konvensional. Komponen berikutnya adalah : (b) Kunjungan Lembaga,
ditujukan untuk
memperkenalkan LKP pada lembaga-lembaga potensial seperti Sekolah (SMU/SMK), Industri dan Pemerintah Lokal (Kelurahan dan Desa). Kegiatan ini dimaksudkan untuk secara langsung memperkenalkan / mempromosikan profil LKP, menawarkan kerjasama strategis pengembangan kompetensi dan pemanfaatan inovasi LKP dan menjaring calon peserta didik untuk mengikuti pelatihan yang dipersiapkan kedua LKP / Lembaga Pendidikan. Kunjungan ini akan merupakan awal bagi program kedua (pengembangan AGROPRENEURSHIP) dan penjajagan komitmen / kemitraan antar lembaga untuk kerjasama strategis. Bangunan program ini dapat digambarkaan dalam bagan berikut :
LKP-SAB dan LKP-BAI memiliki karakteristik komoditas kembangan yang berbeda, namun berpeluang untuk mengembangkan kelompok peserta didik yang sama dengan program pelatihan yang spesifik pada potensi masing-masing. Revitalisasi program pelatihan dengan memberikan muatan teknologi yang memadai, inisiasi dan muatan kewirausahaan yang cukup dan mekanisme pendampingan pasca pelatihan yang terstruktur merupakan han yang harus dilakukan. Untuk merevitalisasi program pelatihan diperlukan penyusunan kurukilum pelatihan yang mengandung berbagai muatan diatas. Agar dapat mendorong mental wirausaha, diperlukan seleksi motivasi bagi calon peserta didik. Penyediaan sarana pelatihan wirausaha juga merupakan hal yang harus dilakukan. Model kegiatan wirausaha yang terembeded dengan kegiatan pelatihan diharapkan akan memberikan kesiapan peserta didik untuk langsung terjun
berwirausaha. Ketersediaan sarana praktek wirausaha juga akan menjadi medium pendampingan pasca pelatihan yang efektif. Permasalahan peserta didik dalam praktek akan dapat secara langsung di amati dan dikelola oleh pengelola LKP. Guna membangun model ini disepakati untuk melaksanakan program yang diberi nama AGROPRENEURSHIP. Program ini di namakan demikian karena adanya pola dan sistem pelatihan berorientasi wirausaha yang spesifik bagi produk pertanian. Program ini disusun atas aktivitas-aktivitas : 1. Pengembangan Kurikulum dan master design program Agropreneurship (dilakukan dengan penyiapan sarana dan prasarana, rekrutmen dan seleksi peserta, pelatihan dan inisiasi) 2. Pengembangan Aktivitas Agropreneurship (dilakukan sebagai aktivitas pasca pelatihan berupa kegiatan produksi, publikasi dan pemasaran) Bangun program ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Program AGROPRENEURSHIP akan diarahkan membentuk pola kerja dan unit produktif yang dikelola LKP secara berkelanjutan. Unit produktif tersebut diharapkan akan : (a) terstruktur dan tercakup dalam kurikulum atau program kerja lembaga mitra strategis LKP , (b) menjadi tempat belajar bagi siswa / masyarakat yang ingin menekuni wirausaha,
(c) sebagai ajang bagi masyarakat umum
membangun minat dan kecintaan pada bidang pertanian, (d) menjadi program /
metode menempa karakter mandiri dan pembekalan keterampilan hidup yang terpadu bagi peserta didik. Pada kahirnya diharapkan program ini akan dapat menjadi master program pengembangan pelatihan / Kompetensi pertanian yang menarik minat generasi muda untuk mengikuti.
Kerangka Pelaksanaan Program Peserta Program Program ini terbuka untuk : 1. Siswa SMK 2. Mahasiswa (terutama di lingkungan fakultas pertanian) 3. Umum (terutama pemuda/i, karang taruna) Pendaftaran Program Bagi calon peserta, masa pendaftaran yang ditetapkan adalah sampai dengan Tanggal 20 Nopember 2013. Mekanisme pendaftaran akan di serahkan pada setiap lembaga yang diundang. Calon peserta akan diterima pendaftarannya dan daftar nama serta jumlah calon peserta dapat di informasikan pada Tim Pelaksana Pilot Project. Peserta dapat melakukan pendaftaran melalui: 1. Formulir yang di miliki lembaga yang diundang, 2. Formulir On Line yang dapat di download di laman Pengumuman www.unitri.ac.id atau dengan mengklik poster kegiatan di laman utama www.unitri.ac.id 3. Formulir On Line yang diminta peserta melalui akun facebook dan email yang tersedia di pengumuman. Seleksi Calon Peserta Program Seleksi Calon peserta program akan dilakukan dengan mekanisme wawancara yang dilaksanakan 21-22 Nopember 2013. Lokasi wawancara dan waktu wawancara akan di beritahukan pada peserta melalui SMS. Pertimbangan seleksi akan dilakukan secara tertutup oleh Tim Pilot Project, berdasarkan isian yang diberikan calon peserta pada formulir pendaftaran. Tim Pilot Project akan memilih sejumlah calon peserta potensial untuk mengikuti program Pelatihan.
Peserta yang dinyatakan Lulus Seleksi dan tidak Lulus Seleksi akan menerima informasi melalui SMS dan e-mail masing-masing. Pelatihan Peserta Program Peserta yang telah lolos seleksi Program akan dibagi dalam kelompok program dan masing masing kelompok akan mengikuti Pelatihan selama 4 hari. Bagi peserta yang lolos seleksi diharapkan dapat membawa surat tugas dari lembaga masing-masing. Pelatihan akan dilaksanakan 23-28 Nopember 2013. Lokasi tiap kelompok dan waktu pelatihan akan disampaikan pada masing masing peserta melalui SMS dan E-mail, serta pada setiap lembaga yang diwakili peserta. Peserta waijib mengikuti seluruh kegiatan pelatihan. Untuk peserta yang tidak mengikuti seluruh kegiatan, Tim Pilot Project berhak menyatakan peserta tersebut Gugur. Pada setiap kegiatan peserta akan memperoleh Pre Test dan post Test kegiatan pelatihan. Pada akhir kegiatan Tim Pilot Project akan melakukan evaluasi akhir Pelatihan. Setiap peserta pelatihan berhak untuk mengikuti seleksi Program Inisiasi dan pendampingan wirausaha. Seleksi Agropreneurship Peserta yang telah mengikuti program pelatihan akan memperoleh isian dan mengikuti wawancara seleksi program Agropreneurship. Seleksi akan dilakukan Tim Pilot Project. Pertimbangan seleksi akan dilakukan Tim secara tertutup didasarkan pada : 1. Evaluasi Pre dan Post Test 2. Evaluasi isian Peserta 3. Penilaian sikap selama pelatihan dan 4. Wawancara Hasil seleksi akan diumumkan dan diinformasikan pada peserta yang lulus maupun tidak lulus melalui SMS dan e-mail masing masing peserta. Inisiasi dan Pendampingan Agropreneurship Peserta yang lulus seleksi Agropreneurship akan dibagi
dalam kelompok
yang berisi 4-6 peserta. Setiap kelompok akan dibentuk menjadi tim kerja pelaksanaan Agropreneurship. Pelaksanaan program Agropreneurship akan dikoordinasikan oleh TIM Pilot Project.
Setiap tim kerja peserta akan berkesempatan untuk melakukan dan
memprektekkan seluruh hasil kegiatan pelatihan. Setiap kelompok akan memperoleh pendanaan biaya usaha sesuai dengan Rencana bisnis yang telah di evaluasi dan disetujui. Program Agropreneurship akan dilaksanakan 28 Nopember – 28 Desember 2013. Setiap
kelompok
berkewajiban
untuk
mengikuti
seluruh
program
Agropreneurship. Program ini akan melaksanakan aktivitas Budidaya hingga pemasaran hasil produksi. Segala bentuk dari hasil kegiatan tersebut akan merupakan
milik
tim
kerja
peserta
yang
penggunaan
selanjutkan
akan
dikoordinasikan dengan lembaga asal peserta. Sertifikat Peserta Peserta yang telah mengikuti baik program pelatihan maupun program Agropreneurship berha akan diberikan Sertifikat Kemampuan yang dikeluarkan oleh Tim Pilot Project.