96
Desain Tebal Perkerasan Beton (Rigid pavement) dengan Metode Bina Marga Pd T-14 2003
Diketahui data parameter untuk perencanaan perkerasan kaku sebagai berikut:
Jumlah Lajur = 2 x 2 (Awal), 2 x 3 (Akhir)
Umur Rencana (UR) = 20 tahun
Laju pertumbuhan Lalu lintas ( i=% ) = 5 % per tahun
Koefisien Distribusi Kendaraan
Jumlah lajur setiap arah = 2 lajur
Lebar tiap lajur = 3,6 meter
Status fungsi jalan = Arteri (Jalan tol)
CBR tanah dasar = 6 %
Direncanakan Kuat Lentur (FS) = 45 kg/cm2 = 4.5 Mpa
Direncanakan Kuat Tekan (K-350) ,fc'= 290,5 kg/cm2 =29.05 Mpa
Bahan pondasi bawah direncanakan base B (granular material)
Mutu baja tulangan, direncanakan:
BJTP 24 (f y : tegangan leleh = 28300 psi)
BJTD 40 (f y : tegangan leleh = 47500 psi)
Koefisien gesek antara pelat beton dengan pondasi (μ) = 1,3
Bahu jalan direncanakan beton
Direncanakan memakai ruji (dowel)
Direncanakan perkerasan beton untuk jalan 2 lajur 2 arah:
Perkerasan beton bersambung tanpa tulangan (BBTT)
Perkerasan beton bersambung dengan tulangan (BBDT)
Perkerasan beton menerus dengan tulangan (BMDT)
Data (LHR) lalu-lintas harian rata-rata dari hasil survai lalu-lintas ruas Jl. Batang Kuis – Bandara Kuala Namu, Kec. Tanjung Morawa tahun 2013 :
Sedan, Jeep, Station, Wagon = 15189
Micro truck, pick up, Mobil hantaran = 429
Angkutan Penumpang Sedang = 823
Bus Kecil = 514
Bus besar = 468
Truck Ringan 2 sumbu = 669
Truck Sedang 2 sumbu = 357
Truck 3 sumbu = 134
Truck Gandengan = 22
Truck semi trailer = 17
Langkah-langkah Perhitungan Tebal Pelat Beton
Analisis lalu-lintas Kendaraan Niaga:
Jenis
Konfigurasi Beban
Jumlah
Jumlah
Jumlah
STRT
STRG
STdRG
Kendaraan
Sumbu ton
Kend
Sb per
Sb
BS
JS
BS
JS
BS
JS
RD
RB
RGD
RGB
(bh)
Kend (bh)
(bh)
(ton)
(ton)
(ton)
(ton)
(ton)
(ton)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
Angkutan -
1
1
-
-
514
-
-
-
-
-
-
-
-
Penumpang Sedang (MP)
Bus besar
3
5
-
-
468
2
936
3
468
5
468
-
-
Truck Ringan 2 sumbu
2
4
-
-
669
2
1338
2
669
-
-
-
-
4
669
-
-
-
-
Truck Sedang 2 sumbu
5
8
-
-
357
2
714
5
357
8
357
-
-
Truck 3 sumbu
6
14
134
2
268
6
134
-
14
134
Truck Gandengan
6
14
5
5
22
4
88
6
22
-
-
14
22
5
22
-
-
-
-
5
22
-
-
-
-
Total
3344
825
156
RD=Roda depan, RB=Roda Belakang, RGD=Roda Gandeng Depan,RGB=Roda Gandeng Belakang, BS=Beban Sumbu, JS=Jumalah Sumbu, STRT=Sumbu Tunggal Roda Tunggal, STRG=Sumbu tunggal roda ganda, STdRG=Sumbu tandem roda Ganda
Tabel 4.9 Perhitungan jumlah sumbu berdasarkan jenis dan bebannya.
Jumlah sumbu kendaraan niaga (JSKN) selama umur rencana (20 tahun).
Lalu-lintas Rencana:
JSKN = 365 x JSKNH x R (R diambil dari Tabel 4)
= 365 x 3344 x 36.8
= 4.49 x 10^7
JSKN rencana = 0,5 x 44,9 x 10^7 (C diambil dari Tabel 4)
= 2.246 x 10^7
Jenis
Beban
Jumlah
Proporsi
Proporsi
Lalu-lintas
Repetisi
Sumbu
Sumbu
Sumbu
Beban
Sumbu
Rencana
yang terjadi
(ton)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
=(4)*(5)*(6)
STRT
6
134
0.06
0.77
22460000
1013057
5
357
0.16
0.77
22460000
2687867
4
669
0.29
0.77
22460000
5036926
3
468
0.20
0.77
22460000
3523590
2
669
0.29
0.77
22460000
5036926
Total
2297
1.00
STRG
8
357
0.43
0.19
22460000
1853924
5
468
0.57
0.19
22460000
2420780
Total
825
1.00
STdRG
14
156
1.00
0.04
22460000
810118
Total
156
1.00
Komulatif
22,383,187
Tabel 4.10 : Perhitungan repetisi sumbu rencana
Proporsi sumbu = Jumlah Sumbu total tiap jenis Sumbutotal sumbu semua jenis sumbu
Proporsi beban = Jumlah Sumbu tiap beban Sumbujumlah sumbu total semua beban pada setiap jenis sumbu
Perhitungan tebal pelat beton
Jenis bahu : beton
Umur rencana : 20 tahun
JSK : 2.246 x 10^7
Faktor keamanan beban : 1,1 (Tabel 4)
Kuat tarik lentur beton (f'cf) asumsi umur 28 hari : 45 kg/cm2 = 4,5 Mpa
Jenis dan tebal lapis pondasi bawah : stabilisasi semen 10 cm (acuan SNI No.03-6388-2000/ SNI No.03-1743-1989)
Tebal taksiran pelat beton : 16 - 18 mm (Gambar 24 s/d 31)
tebal pelat minimum berdasarkan Pd T-14 2003 : 15 mm
CBR tanah dasar : 6 %
CBR efektif : 40 % (Gambar 3)
Gambar 4.3.1: CBR tanah dasar efektif dan tebal pondasi bawah
Dicoba Pelat beton 16 mm
Jenis
Beban
Beban
Repetisi
Faktor
Analisa Fatik
Analisa Erosi
Sumbu
Sumbu
Rencana
yang
Tegangan
Repetisi
Persen
Repetisi
Persen
ton (kN)
Per roda
terjadi
& Erosi
Ijin
Rusak
Ijin
Rusak
(kN)
(%)
(%)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
=Beban Sumbu
=(4)*100
=(4)*100
/2*Fkb
/(6)
/(8)
STRT
6 (60)
33.00
1013057
TE = 1.13
TT
0
TT
0
5 (50)
27.50
2687867
FRT = 0.25
TT
0
TT
0
4 (40)
22.00
5036926
FE = 1.99
TT
0
TT
0
3 (30)
16.50
3523590
TT
0
TT
0
2 (20)
11.00
5036926
TT
0
TT
0
STRG
8 (80)
22.00
1853924
TE =1.65
TT
0
TT
0
5 (50)
13.75
2420780
FRT =0.37
TT
0
TT
0
FE = 2.6
STdRG
14 (140)
19.25
810118
TE =1.44
TT
0
TT
0
FRT = 0.32
FE =2.55
Total
0%<100%
0%<100%
Keterangan:
TE=tegangan ekivalen, FRT=faktor rasio tegangan, FE=Faktor erosi, TT=tidak terbatas
Beban per roda = beban sumbu2* Fkb
Faktor tegangan dan erosi (TE dan FE) didapat dari tabel tegangan ekivalen dan faktor erosi untuk perkerasan tanpa bahu beton atau dengan bahu beton (Pd T-14-2003 halaman 23 -25)
FRT= TE/Kuat lentur beton 28 hari
Analisa fatik dan analisa erosi didapatkan dari gambar/grafik analisis fatik dan beban repetisi ijin berdasarkan rasio tegangan, dengan/tanpa bahu beton.(perencanaan perkerasan jalan beton semen Pd T-14-2003 halaman 26 -28)
Dari hasil perhitungan diatas didapatkan: % rusak fatik lebih kecil dari 100% (tebal pelat aman)
Dicoba Pelat beton 17 mm
Jenis
Beban
Beban
Repetisi
Faktor
Analisa Fatik
Analisa Erosi
Sumbu
Sumbu
Rencana
yang
Tegangan
Repetisi
Persen
Repetisi
Persen
ton (kN)
Per roda
terjadi
& Erosi
Ijin
Rusak
Ijin
Rusak
(kN)
(%)
(%)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
=Beban Sumbu
=(4)*100
=(4)*100
/2*Fkb
/(6)
/(8)
STRT
6 (60)
33.00
1013057
TE = 1.04
TT
0
TT
0
5 (50)
27.50
2687867
FRT = 0.24
TT
0
TT
0
4 (40)
22.00
5036926
FE = 1.93
TT
0
TT
0
3 (30)
16.50
3523590
TT
0
TT
0
2 (20)
11.00
5036926
TT
0
TT
0
STRG
8 (80)
22.00
1853924
TE =1.52
TT
0
TT
0
5 (50)
13.75
2420780
FRT =0.34
TT
0
TT
0
FE = 2.52
STdRG
14 (140)
19.25
810118
TE =1.28
TT
0
TT
0
FRT = 0.28
FE =2.49
Total
0%<100%
0%<100%
Dari hasil perhitungan diatas didapatkan: % rusak fatik lebih kecil dari 100% (tebal pelat aman)
Dicoba Pelat beton 18 mm
Jenis
Beban
Beban
Repetisi
Faktor
Analisa Fatik
Analisa Erosi
Sumbu
Sumbu
Rencana
yang
Tegangan
Repetisi
Persen
Repetisi
Persen
ton (kN)
Per roda
terjadi
& Erosi
Ijin
Rusak
Ijin
Rusak
(kN)
(%)
(%)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
=Beban Sumbu
=(4)*100
=(4)*100
/2*Fkb
/(6)
/(8)
STRT
6 (60)
33.00
1013057
TE = 0.96
TT
0
TT
0
5 (50)
27.50
2687867
FRT = 0.21
TT
0
TT
0
4 (40)
22.00
5036926
FE = 1.85
TT
0
TT
0
3 (30)
16.50
3523590
TT
0
TT
0
2 (20)
11.00
5036926
TT
0
TT
0
STRG
8 (80)
22.00
1853924
TE =1.42
TT
0
TT
0
5 (50)
13.75
2420780
FRT =0.34
TT
0
TT
0
FE = 2.43
STdRG
14 (140)
19.25
810118
TE =1.18
TT
0
TT
0
FRT = 0.28
FE =2.43
Total
0%<100%
0%<100%
Dari hasil perhitungan diatas didapatkan: % rusak fatik lebih kecil dari 100% (tebal pelat aman)
dari tebal taksiran pelat beton 16, 17, dan 18 mm, Maka tebal pelat beton yang dipakai adalah 180 mm.
4..4 Perhitungan Tulangan (dari analisa tebal pelat Bina Marga Pd T 14-2003)
4.4.1 Perkerasan beton bersambung tanpa tulangan
Pemasangan sambungan memanjang ditujukan untuk mengendalikan terjadinya retak memanjang. Jarak antar sambungan memanjang sekitar 3 - 4 m. Sambungan memanjang harus dilengkapi dengan batang ulir dengan mutu minimum BJTU- 24 dan berdiameter 16 mm.
Diketahui Tebal pelat = 18 cm
Jumlah lajur setiap arah = 2 lajur
Lebar tiap lajur = 3,6 meter
Mutu baja tulangan, direncanakan:
BJTP 24 (f y : tegangan leleh = 28300 psi)
BJTD 40 (f y : tegangan leleh = 47500 psi)
Dicoba Panjang pelat = 5,0 m dan lebar pelat 3,6 m
Dipilih batang pengikat D-16 mm
Ukuran batang pengikat ruji (batang polos)
Ukuran batang pengikat dapat digunakan sesuai tebal pelat beton pada tabel dibawah ini:
No.
Tebal pelat beton, h(mm)
Diameter ruji (mm)
1
125
20
2
140
24
3
160
28
4
190
33
5
220
36
Dengan tebal pelat = 180 mm, didapatkan diameter ruji = 28 mm, panjang = 450 mm, dan jarak = 300 mm
Menghitung panjang batang pengikat (Sambungan memanjang)
L = (38,3 x φ) + 75
=38,3 x (16) + 75
=687,8 mm 70 cm
Gambar : Sambungan muai arah melintang dan memanjang
Gambar : Sambungan muai arah melintang dengan Ruji/dowel
Gambar : Sambungan muai arah memanjang dengan Tie Bars
Gambar : Contoh aplikasi Perkerasan beton bersambung tanpa tulangan
4.4.2 Perkerasan beton bersambung dengan tulangan
Tebal pelat = 18 cm
Dicoba lebar pelat = 2 x 3,5 m
Panjang pelat = 15 m
Koefisien gesek antara pelat beton dengan pondasi bawah = 1,3
Kuat tarik ijin baja = 240 MPa
Berat isi beton = 2400 kg/m3
Gravitasi (g) = 9,81 m/dt2
Tulangan memanjang
. As=μ.L.M.g.h2.fs
As = 1,3 x 15 x 2400 x 9,81 x 0,18.2x240= 172,16 mm2/m'
Asmin = 0,1% x 180 x 1000 = 180 mm2/m' > Asperlu
Dari grafik dan tabel perhitungan beton bertulang, (Ir. W.C Vis)
Maka digunakan tulangan Ø6 – 100 (As = 262,7mm²)
(dapat menggunakan wire mash ukuran 5,4 x 2,1 m2)
Tulangan melintang
. As=μ.L.M.g.h2.fs
As = 1,3 x (2x3,5) x 2400 x 9,81 x 0,18.2x240= 80,4 mm2/m'
Asmin = 0,1% x 180 x 1000 = 180 mm2/m' > Asperlu
Dari grafik dan tabel perhitungan beton bertulang, (Ir. W.C Vis)
Maka digunakan tulangan Ø6– 100 (As = 262,7mm²)
(dapat menggunakan wire mash ukuran 5,4 x 2,1 m2)
4.4.3 Perkerasan beton menerus dengan tulangan
Tebal pelat = 18 cm
Lebar pelat = 2 x 3,5 m
Kuat tekan beton (fc') = 350 kg/cm²
BJTP 24 (f y : tegangan leleh = 28300 psi = 1990 kg/cm2)
BJTD 40 (f y : tegangan leleh = 47500 psi = 3340 kg/cm2)
Es/Ec = 6
Koefisien gesek antara beton dan pondasi bawah μ = 1,3
fcf = 40 kg/cm²
Ambil fct = 0,5 fcf = 0,5 x 40 = 20 kg/cm²
Sambungan susut dipasang setiap jarak 75 m
Ruji digunakan ukuran diameter 28 mm, panjang 45 cm dan jarak 30 cm
Tulangan memanjang
Ps=100.fct.(1,3-0,2μ)fy-n fct
fcf= 40 kg2,
fct=0.5 fcf=20 kg2
n=6 (dari Kuat tekan beton fc'= 290,5 kg/cm²)
Ps=100x20x(1,3-0,2x1,3)3340-(6x20)
= 0,65 %
As perlu = 0,65 % x 100 x 18,0 = 11,7 cm2
As min = 0,6 % x 100 x 18 = 10,8 cm2/m' < As perlu
Dicoba tulangan diameter 12 jarak 180 mm (As=15,2 cm2)
Untuk tulangan memanjang ambil diameter 12 mm jarak 360 mm
Gambar: Contoh aplikasi Perkerasan beton menerus dengan tulangan memakai
(wire mash)
Pengecekan jarak teoritis antar retakan
Lcr=fct2n.p2.μ.fb(εs.Ec-fct)
U = 4/d = 4/1,2 = 3,33
P = 15,2 /(100 x 12) = 0,0126
Ambil fb = (1,97 f'c )/d= (1,97 290,5 )/1,2 = 27,98 kg/ cm2
Ambil εs = 400 x 10-6
Ec = 14850* f'c = 14850* 290,5 = 253,104 kg/ cm2\
Dikontrol terhadap jarak teoritis antar retakan (Lcr)
Lcr = 2026*0,01262*3.33.27,98 (0.0004*253104-20) = 55,48 cm < Lcr maks (250 cm) …….ok !
Maka, dipakai tulangan diameter 12 jarak 180 mm (As=15,2 cm2) dan tulangan melintang ambil diameter 12 mm jarak 360 mm.
4.5 Perhitungan Tulangan (dari analisa tebal pelat AASHTO 1993)
4.5.1 Perkerasan beton bersambung tanpa tulangan
Diketahui Tebal pelat = 280 mm
Jumlah lajur setiap arah = 2 lajur
Lebar tiap lajur = 3,6 meter
Mutu baja tulangan, direncanakan:
BJTP 24 (f y : tegangan leleh = 28300 psi)
BJTD 40 (f y : tegangan leleh = 47500 psi)
Dicoba Panjang pelat = 5,0 m dan lebar pelat 3,6 m
Dipilih batang pengikat D-16 mm
Dengan tebal pelat = 280 mm, dipakai diameter ruji = 28 mm, panjang = 450 mm, dan jarak = 300 mm
Menghitung panjang batang pengikat (Sambungan memanjang)
L = (38,3 x φ) + 75
= 38,3 x (16) + 75
= 687,8 mm 70 cm
4.5.2 Perkerasan beton bersambung dengan tulangan
Tebal pelat = 28 cm
Dicoba lebar pelat = 2 x 3,5 m
Panjang pelat = 15 m
Koefisien gesek antara pelat beton dengan pondasi bawah = 1,3
Kuat tarik ijin baja = 240 MPa
Berat isi beton = 2400 kg/m3
Gravitasi (g) = 9,81 m/dt2
Tulangan memanjang
. As=μ.L.M.g.h2.fs
As = 1,3 x 15 x 2400 x 9,81 x 0,28.2x240= 267.813 mm2/m'
Asmin = 0,1% x 280 x 1000 = 280 mm2/m' > Asperlu
Dari grafik dan tabel perhitungan beton bertulang, (Ir. W.C Vis)
Maka digunakan tulangan Ø8 – 100 (As = 502,7 mm²)
(dapat menggunakan wire mash ukuran 5,4 x 2,1 m2)
Tulangan melintang
. As=μ.L.M.g.h2.fs
As = 1,3 x (2x3,5) x 2400 x 9,81 x 0,28.2x240= 124.98 mm2/m'
Asmin = 0,1% x 280 x 1000 = 280 mm2/m' > Asperlu
Dari grafik dan tabel perhitungan beton bertulang, (Ir. W.C Vis)
Maka digunakan tulangan Ø8 – 100 (As = 502,7 mm²)
(dapat menggunakan wire mash ukuran 5,4 x 2,1 m2)
4.5.3 Perkerasan beton menerus dengan tulangan
Tebal pelat = 28 cm
Lebar pelat = 2 x 3,5 m
Kuat tekan beton K-350 kg/cm², f'c =290,5 kg/cm2
BJTP 24 (f y : tegangan leleh = 28300 psi = 1990 kg/cm2)
BJTD 40 (f y : tegangan leleh = 47500 psi = 3340 kg/cm2)
Es/Ec = 6
Koefisien gesek antara beton dan pondasi bawah μ = 1,3
fcf = 40 kg/cm²
Ambil fct = 0,5 fcf = 0,5 x 40 = 20 kg/cm²
Sambungan susut dipasang setiap jarak 75 m
Ruji digunakan ukuran diameter 28 mm, panjang 45 cm dan jarak 30 cm
Tulangan memanjang
Ps=100.fct.(1,3-0,2μ)fy-n fct
fcf= 40 kg2,
fct=0.5 fcf=20 kg2
n=6 (dari Kuat tekan beton fc'= 290,5 kg/cm²)
Ps=100x20x(1,3-0,2x1,3)3340-(6x20)
= 0,65 %
As perlu = 0,65 % x 100 x 18,0 = 11,7 cm2
As min = 0,6 % x 100 x 18 = 10,8 cm2/m' < As perlu
Dicoba tulangan diameter 12 jarak 180 mm (As=15,2 cm2)
Untuk tulangan melintang ambil diameter 12 mm jarak 360 mm
Pengecekan jarak teoritis antar retakan
Lcr=fct2n.p2.μ.fb(εs.Ec-fct)
U = 4/d = 4/1,2 = 3,33
P = 15,2 /(100 x 12) = 0,0126
Ambil fb = (1,97 f'c )/d= (1,97 290,5 )/1,2 = 27,98 kg/ cm2
Ambil εs = 400 x 10-6
Ec = 14850* f'c = 14850* 290,5 = 253,104 kg/ cm2\
Dikontrol terhadap jarak teoritis antar retakan (Lcr)
Lcr = 2026*0,01262*3.33.27,98 (0.0004*253104-20) = 55,48 cm < Lcr maks (250 cm) …….ok !
Maka, dipakai tulangan memanjang diameter 12 jarak 180 mm (As=15,2 cm2) dan tulangan melintang ambil diameter 12 mm jarak 360 mm.
Pertimbangan pemilihan tipe perkerasan kaku
Bagaimana perencanaan dipilih untuk dilaksanakan (life cycle cost analysis) di ruas Jalan tol Medan – Kualanamu
Dalam perancangan dibutuhkan pemilihan di antara ketiga tipe perkerasan kaku, yaitu perkerasan beton tanpa tulangan, atau dengan tulangan. Sebagai pertimbangan awal, perkerasan kaku bisa dibuat tanpa dowel bila volume lalu lintas rendah, atau yang lain, bila diantara dasar-dasar dan pelat beton diletakkan lapis pondasi bawah yang distabilisasi dengan semen. Keputusan pemilihan tipe perkerasan kaku, bisaanya lebih didasarkan pada pertimbangan ketersediaan biaya pembangunan.
Untuk panjang pelat kurang dari 5 atau 6 m (20 ft), maka volume tulangan bisaanya bisa diabaikan. Lapisan CTB (cement treated base) menambah daya dukung struktur perkerasan, dan membantu transfer beban melintasi sambungan, baik sambungan dowel, maupun tanpa dowel.
Perkerasan Beton Tak Bertulang
Perkerasan beton tak bertulang bisaanya dibuat bersambungan sehingga disebut perkerasan beton tak bertulang bersambungan (jointed plain concrete pavement, JPCP). Seperti tercermin dalam sebutannya, JPCP terdiri dari blok-blok beton dengan ukuran tertentu dan tebal sekitar 15-30 cm, yang diletakkan diatas lapis pondasi bawah. Pelat beton tak bertulang membutuhkan jarak sambungan melintang dan memanjang yang agak pendek untuk mengendalikan retak termal supaya masih dalam batas-batas toleransi. Karena JPCP dirancang agar tidak terjadi retak-retak diantara sambungan, maka jarak sambungan dibuat minimal dan tulangan temperature tidak diperlukan. Sambungan arah memanjang dicocokkan dengan lebar lajur (sekitar 3,6 m) dan sambungan melintang berkisar antara 4,5 – 9 m atau 15 – 30 ft.
Untuk perkerasan beton tak bertulang bersambungan (JPCP), Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah (Pd T-14-2003) menyarankan jarak maksimum sambungan arah memanjang 3 – 4 m, dan sambungan arah melintang maksimum 25 kali tebal pelat, atau maksimum 5 m. Bentuk panel-panel pelat beton dibuat mendekati bujur sangkar atau perbandingan maksimum antara panjang dan lebarnya 1,25 : 1.
Walaupun namanya perkerasan beton tak bertulang, namun batang baja pengikat (tie bar), umumnya tetap digunakan pada sambungan arah memanjang guna mencegah terbukanya sambungan ini. Selain batang-batang ruji/dowel yang berfungsi sebagai alat bantu transfer beban juga dipasang pada sambungan-sambungan melintang. Terjaminnya transfer beban yang baik pada sambungan merupakan hal yang sangat penting. Jika transfer beban tidak bekerja dengan baik, maka permukaan jalan tidak menjadi rata (terjadi beda tinggi antara tepi pelat satu dengan yang lannya), sehingga mengganggu kenyamanan lalu lintas.
Kinerja perkerasan beton tak bertulang bergantung pada :
Kerataan permukaan perkerasan awal yang dipengaruhi oleh cara pelaksanaan
Tebal perkerasan yang sesuai untuk mencegah timbulnya retak beton di bagian tengah
Batasan jarak sambungan, juga untuk mencegah retak beton di bagian tengah
Perencanaan dan pelaksanaan sambungan, serta teknik pelaksanaan yang baik.
Perkerasan Beton Bertulang
Perkerasan beton bertulang terdiri dari pelat beton semen Portland dengan tebal tertentu yang diperkuat dengan tulangan-tulangan. Tulangan bisaa berupa batang-batang baja terpisah atau anyaman (welded steel mats). Tulangan-tulangan berfungsi untuk mengendalikan retak dan bukan untuk mendukung beban. retak perkerasan
4.6 Pemilihan antara perkerasan kaku dan perkerasan lentur/flexible pavement dari segi teknis (engineering) dan biaya (Life Cycle Cost Analysis)
Beberapa kelebihan dan kekurangan antara perkerasan kaku dan perekerasan lentur, menurut beberapa sumber :
Perkerasan Kaku
(Rigid Pavement)
Perkerasan Lentur
(flexible pavement)
Biaya konstruksi
Biaya pemeliharaan
Frekuensi pemeliharaan
Penggunaan agregat/m2
Gangguan arus lalu-lintas
CBR tanah dasar
Kenyamanan
Ketahanan slip
Kerusakan ban kendaraan
Lama unsur rencana
Waktu pelaksanaan
Bahan pengikat pokok
Beban yang dapat dipikul
Kelandaian maksimum
Pelaksanaan konstruksi
Mahal
Kecil
Rendah
Sedang
Rendah
Sedang
Kurang (adanya suara bising)
Kurang (apalagi di musim hujan)
Cepat
20 - 40 tahun
Relatif cepat
Produksi dalam negeri
Sedang s/d berat
<10º
Mudah
Relatif murah
Besar
Tinggi
Tinggi
Tinggi (akibat pemeliharaan)
Tinggi
Baik
Baik
Tahan lama
Bertahap
Lebih lama
Masih harus diimport
Ringan s/d sedang
>10 º
Sulit
Tabel 2.1. kelebihan dan kekurangan antara jenis perkerasan lentur dan perkerasan kaku (Sumber : Jurnal Neutron, volume 9, No.1, maret 2009:143-225)
Beberapa kelebihan dan kekurangan dari pemilihan perkerasan kaku, menurut manual desain perkerasan jalan, Kementerian Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga antara lain:
Struktur perkerasan lebih tipis kecuali untuk area tanah lunak yang membutuhkan struktur pondasi jalan lebih besar dari pada perkerasan kaku
Konstruksi dan pengendalian mutu yang lebih mudah untuk area perkotaan tertutup termasuk jalan dengan beban lebih kecil
Biaya pemeliharaan lebih rendah jika dikonstruksi dengan baik, keuntungan signifikan untuk area perkotaan dengan LHRT tinggi
Pembuatan campuran yang lebih mudah (contoh, tidak perlu pencucian pasir)
Beberapa kekurangannya antara lain:
Biaya lebih tinggi untuk jalan dengan lalu lintas rendah
Rentan terhadap retak jika konstruksi diatas tanah dasar lunak
Umumnya memiliki kenyamanan berkendara yang lebih rendah.
Pemilihan perkerasan jalan pada ruas jalan tol Medan – Kuala Namu antara perkerasan kaku (Rigid Pavement) dan perkerasan lentur (aspal) dikaji dalam beberapa aspek yaitu:
CBR Tanah Dasar
Masalah CBR tanah dasar
Dari hasil Penyelidikan tanah yang dilakukan oleh instansi pembangunan Jalan bebas hambatan Medan – Kuala Namu dengan alat Dynamic Cone Penetrometer (DCP), didapatkan data-data keberagaman CBR tanah dasar, mulai dari STA 0+275 – STA 0+628 (Ramp 1 Parbarakan), seperti yang ditunjukkan dalam tabel berikut ini:
No.
Lab Test Number
Stationing
L/R
CBR
1
Lab/dcp/pb/Ramp1/001
0+275
Ramp1
5,91
2
Lab/dcp/pb/Ramp1/002
0+325
Ramp1
5,69
3
Lab/dcp/pb/Ramp1/003
0+375
Ramp1
3,23
4
Lab/dcp/pb/Ramp1/004
0+425
Ramp1
3,90
5
Lab/dcp/pb/Ramp1/005
0+475
Ramp1
6,81
6
Lab/dcp/pb/Ramp1/006
0+525
Ramp1
2,91
7
Lab/dcp/pb/Ramp1/007
0+550
Ramp1
7,15
8
Lab/dcp/pb/Ramp1/008
0+575
Ramp1
10,76
9
Lab/dcp/pb/Ramp1/009
0+625
Ramp1
5,02
Tabel : Summary of DCP Test (Location : STA 0+275 – STA 0+628 Ramp 1 Parbarakan)
Dari data CBR diatas, yang paling minimum adalah 2,91 dan terbesar adalah 10,76 , data yang dipakai untuk desain adalah yang terkecil. Jika perkerasan direncanakan menggunakan perkerasan lentur maka pondasi bawah lebih tebal dibandingkan dengan perkerasan kaku. Pasalnya dengan CBR tanah dasar 2,91 harus diperbaiki menjadi persyaratan CBR standard perkerasan jalan yaitu 6%. Jika menggunakan perkerasan kaku pondasi lebih tipis karena dapat distabilisasi dengan beton kurus (lean concrete).
Aspek biaya (Life Cycle Cost Analysis)
Data teknis jalan:
panjang jalan Seksi 2 (Kualanamu – Parbarakan) : 6,155 km
Jumlah lajur : 2 x 2 (Awal), 2 x 3 (Akhir)
Lebar pern lajur : 3.6 m
Lebar bahu Luar : 3.0 m
Lebar bahu dalam : 1.5 m
Jika dianalisis dari segi biaya dapat dipaparkan sebagai berikut:
Typical Cross section Main Road Rigid Pavement
Typical Cross section Main Road Flexible Pavement on soft ground area
Kajian Perbandingan antara Perkerasan Kaku dengan Perkerasan Lentur
No
Uraian
Perkerasan Kaku
Perkerasan Lentur
1.
Dari segi Life Cost Cycle Analysis
Biaya pekerjaaan jalan baru :
Pemeliharaan
Rp.