BAB I PENDAHULUAN A. Latar Latar Belakang Belakang
Secara akademik, pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerrti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang tujuannya mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik itu, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Karena Karena itu muatan muatan pendid pendidika ikan n karakt karakter er secara secara psikol psikologi ogiss mencak mencakup up dimensi dimensi moral reasonin easoning, g, moral moral feeling feeling,, dan moral moral behavi behaviour our (Lickona:1 (Lickona:11!, 1!, atau dalam arti utuh sebagai morality yang morality yang mencakup moral judgment and moral behaviour baik behaviour baik yang bersi"at prohibition-oriented prohibition-oriented morality maupun morality maupun pro-social pro-social morality (#iager, morality (#iager, 1$%& Kohlberg& 1%'& isenberg-)erg& 1*1!. Secara pedagogis, pendidikan karakter seyogyanya dikembangkan dengan dengan menerapka menerapkan n holistic approach, approach, dengan dengan penger pengertia tian n bahwa bahwa + Effective character education is not adding a program or set of programs. Rather it is a tranformation of the cult cultur uree and and life life of the the scho school ol” ” ()e ()erk rkow owit it: : ... ...
dala dalam m goodcharacter. goodcharacter.com: com: 1!: 1!:
Sementara itu Lickona (1992 ( 1992 menegaskan menegaskan bahw: + !n character education, it"s it"s clear #e #ant our children are able to judge #hat is right, care deeply about #hat is right, and then do #hat they believe to be right-even in the face of pressure form #ithout and temptation from #ithin. Kebutuhan akan pendidikan karakter ternyata terjadi juga di /S0 pada saat memasuki abad 1, karena beberapa alasan mendasar sebagai berikut (Lickona, 11: -1! a. $here $here is a clear clear and and urg urgent ent need. need. b. $ransmitting ransmitting values values is and and al#ays al#ays has been been the #or% #or% of civilisat civilisation. ion. c. $he school school""s role as moral moral educat educator or becomes becomes more more vital at a time #hen millions of children get little moral teaching from their parents and #hen value-centered influence such as church or temple are also absent from their lives. d. thereis thereis a common common ethical ethical ground ground even in our our values-confl values-conflicted icted society society.. e. &emocr &emocraci acies es have have a special special need need for moral moral educa educatio tion. n. f.
$here is no such thing thing as value-free education. education.
Page | 1
g. 'oral (uestions are among the great (uestion facing both the individuals and human race. h. $here $here is a broa broad-b d-base ased, d, gro#i gro#ing ng support support for values values educatio education n in the schools ari sitasi tersebut bahwa pendidikan nilai2moral memang sangat diperlukan atas dasar argumen: adanya kebutuhan nyata dan mendesak& proses tranmisi nilai sebagai proses peradaban& peranan sekolah sebagai pendidik moral yang 3ital pada saat melema melemahny hnyaa pendid pendidika ikan n nilai nilai dalam dalam masyar masyaraka akat& t& tetap tetap adanya adanya kode kode etik etik dalam dalam masyarakat yang sarat kon"lik nilai& kebutuhan demokrasi akan pendidikan moral& kenyat kenyataan aan yang yang sesungg sesungguhn uhnya ya bahwa bahwa tidak tidak ada pendid pendidika ikan n yang yang bebas bebas nilai& nilai& persoalan moral sebagai salah satu persoalan dalam kehidupan, dan adanya landasan yan g kuat dan dukungan luas luas terhadap pendidikan moral di sekolah. Smua argumen argumen terse tersebu butt tamp tampak akny nyaa masi masih h rele3 rele3an an untu untuk k menj menjad adii cermi cermina nan n kebu kebutu tuha han n akan akan pendidikan nilai2moral di 4ndonesia pada saat ini. #roses demokasi yang semakin meluas dan tantangan globalisasi yang semakin kuat dan beragam disatu pihak dan dunia persekolahan persekolahan dan pendidika pendidikan n tinggi tinggi yang lebih mementingk mementingkan an penguasaan penguasaan dimensi pengetahuan dan mengabaikan pendidikan nilai2moral saat ini, merupakan alasan yang kuat bagi 4ndonesia untuk membangkitkan komitmen dan melakukan gerakan nasional pendidikan karakter.Lebih jauh dari itu adalah 4ndonesia dengan masyar masyaraka akatny tnyaa yang yang ber-)h ber-)hinn inneka eka tungga tunggall ika dan dengan dengan "alsa"ah "alsa"ah negaran negaranya ya #ancasila #ancasila yang sarat dengan dengan nilai dan moral, merupakan merupakan alasan "iloso"ik-ideol "iloso"ik-ideologis, ogis, dan sosial-kultu sosial-kultural ral tentang tentang pentingny pentingnyaa pendidikan pendidikan karakter untuk untuk dibangun dibangun dan dilaksanakan secara nasional dan berkelanjutan. alam alam kontek kontekss kehidu kehidupan pan bermas bermasyar yaraka akat, t, berban berbangsa gsa,, dan berneg bernegara ara 4ndone 4ndonesia, sia, diyakini bahwa nilai dan karakter yang secara legal-"ormal dirumuskan sebagai "ungsi dan tujuan pendidikan nasional, harus dimiliki peserta didik agar mampu menghadapi tant tantan anga gan n hidu hidup p pada pada saat saat ini ini dan dan di masa masa mend mendat atan ang g akan akan data datang ng.. Kare Karena na itu itu pengembangan nilai yang bermuara pada pembetukan karakter bangsa yang diperoleh melalu melaluii berbag berbagai ai jalur jalur,, jenjan jenjang, g, dan jenis jenis pendid pendidika ikan, n, akan akan mendor mendorong ong mereka mereka menj menjad adii angg anggot otaa masy masyara araka kat, t, anak anak bang bangsa, sa, dan dan warg wargaa nega negara ra yang yang memi memilik likii kepribadian unggul seperti diharapkan dalam tujuan pendidikan nasional. Sampai saat ini, secara kurikuler telah dilakukan berbagai upaya untuk menjadikan pendidikan lebih mempunyai makna bagi indi3idu yang tidak sekadar memberi pengetahuan pada Page | 2
tataran koginiti", tetapi juga menyentuh tataran a"ekti" dan konati" melalui mata pelajaran #endidikan 0gama, #endidikan Kewarganegaraan, #endidikan 4#S, #endidikan )ahasa 4ndonesia, dan #endidikan 5asmani. 6amun demikian harus diakui karena kondisi jaman yang berubah dengan cepat, maka upaya-upaya tersebut ternyata belum mampu mewadahi pengembangan karakter secara dinamis dan adapti" terhadap perubahan tersebut. 7leh karena itu pendidikan karakter perlu dirancang-ulang dan dikemas kembali dalam wadah yang lebih komprehensi" dan lebih bermakna. #endidikan
karakter
perlu
dire"ormulasikan
dan
direoperasionalkan
melalui
trans"ormasi budaya dan kehidupan sekolah. /ntuk itu, dirasakan perlunya membangun wacana dan sistem pendidikan karakter yang sesuai dengan konteks sosial kultural 4ndonesia yang ber- )hine%a $unggal !%a dengan nilai-nilai 0gama dan #ancasila sebagai sumber nilai dan rujukan utamanya. Kebutuhan tersebut bukan hanya dianggap penting tetapi sangat mendesak mengingat berkembangnya godaan-godaan (temptations! dewasa ini marak dengan tayangan dalam media cetak maupun noncetak (tele3isi, jaringan maya, dll! yang memuat "enomena dan kasus perseteruan dalam berbagai kalangan yang memberi kesan seakanakan bangsa kita sedang mengalami krisis etika dan krisis kepercayaan diri yang berkepanjangan. #endidikan karakter bangsa diharapkan mampu menjadi alternati" solusi berbagai persoalan tersebut. Kondisi dan situasi saat ini tampaknya menuntut pendidikan karakter yang perlu ditrans"ormasikan sejak dini, yakni sejak pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi secara holistik dan sinambung.
B. Tujuan
Kegiatan #engembangan #endidikan Karakter melalui pendidikan secara nasional bertujuan untuk: 1. mengembangkan &esign #endidikan Karakter yang akan menjadi rujukan konseptual dan operasional pengembangan, pelaksanaan, dan penilaian pada setiap jalur dan jenjang pendidikan&
C. Hasil-hasil yang diharapkan
8asil yang diharapkan dari kegiatan tersebut adalah sebagai berikut. Page | 3
1. &esign #endidikan Karakter yang akan menjadi rujukan konseptual dan operasional pada setiap jalur, jenjang pendidikan, dan jenis pendidikan.
Page | 4
BAB II PEAN!"AT NILAI #UB#TAN#I PENDIDI"AN "AA"TE A. Nilai-nilai Dasar yang ter$uat dala$ #tandar "%$petensi Lulusan "L' Pendidiksan Dasar dan Pendidikan (enengah.
alam #ermendiknas 6.92$ tentang Standar kompetensi lulusan secara "ormal sudah digariskan untuk masing-masing jenis atau satuan pendidikan sejumlah rumusan Standar
Kompetensi
Lulusan
(SKL!.5ika
diremati
secara mendalam,
sesungguhnya hampir pada setiap rumusan SKL tersebut implisit atau eksplisit termuat substansi nilai2karakter. )erikut ini dicoba untuk menangkap substansi nilai2karakter yang ada pada setiap SKL tersebut.
Substansi 6ilai2Karakter yang ada pada SKL SK20K
N%. 1
u$usan #"L Nilai)"arakter )erperilaku sesuai dengan ajaran agama yang I$an dan ta*+a
dianut sesuai dengan perkembangan remaja engembangkan diri secara optimal dengan
!igih, adil
meman"aatkan kelebihan diri serta memperbaiki 9
kekurangannya enunjukkan sikap percaya diri dan bertanggung
;
jawab atas perilaku, perbuatan, dan pekerjaannya )erpartisipasi dalam penegakan aturan-aturan disiplin
'
sosial enghargai keberagaman agama, bangsa, suku,
Tanggung ja+a
nasi%nalistik
ras, dan golongan sosial ekonomi dalam lingkup $
global embangun
dan
menerapkan
in"ormasi
dan
kreati
pengetahuan secara logis, kritis, kreati", dan %
ino3ati" enunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, Bernalar, kreati
*
kreati", dan ino3ati" dalam pengambilan keputusan enunjukkan kemampuan mengembangkan
ja+a budaya belajar untuk pemberdayaan diri enunjukkan sikap kompetiti" dan sporti" untuk !igih, adil
Peduli
,tanggung
Page | 5
1
mendapatkan hasil yang terbaik enunjukkan kemampuan menganalisis
dan
ernalar
11
memecahkan masalah kompleks enunjukkan kemampuan menganalisis gejala
ernalar
1
alam dan sosial eman"aatkan lingkungan secara produkti" dan Peduli,
19
ja+a bertanggung jawab )erpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, nasi%nalistik
tanggung
berbangsa, dan bernegara secara demokratis dalam 1;
wadah 6egara Kesatuan
1' 1$
budaya engapresiasi karya seni dan budaya enghasilkan karya kreati", baik
1%
maupun kelompok enjaga kesehatan dan keamanan diri, kebugaran
1*
jasmani, serta kebersihan lingkungan )erkomunikasi lisan dan tulisan secara e"ekti" dan #antun
1
santun emahami hak dan kewajiban diri dan orang lain Teruka, adil
dalam pergaulan di masyarakat enghargai adanya perbedaan pendapat dan
Teruka, adil
1
berempati terhadap orang lain enunjukkan keterampilan membaca dan menulis
!igih,teruka
naskah secara sistematis dan estetis enunjukkan keterampilan menyimak, membaca, !igih, ernalar
indi3idual
kreati kreati Bersih, peduli
menulis, dan berbicara dalam bahasa 4ndonesia 9
dan 4nggris enguasai kompetensi program keahlian dan
Ber/isi, gigih,
kewirausahaan baik untuk memenuhi tuntutan
tanggung ja+a
dunia kerja maupun untuk mengikuti pendidikan tinggi sesuai dengan kejuruannya
"%nigurasi Nilai)karakter untuk se$ua #atuan Pendidikan
Secara psikologis dan sosial kultural pembentukan karakter dalam diri indi3idu merupakan "ungsi dari seluruh potensi indi3idu manusia (kogniti", a"ekti", konati", dan psikomotorik! dalam konteks interaksi sosial kultural (dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat! dan berlangsung sepanjang hayat. Kon"igurasi karakter dalam konteks totalitas Page | 6
proses psikologis dan sosial-kultural tersebut dapat dikelompokan dalam: 0lah Hati *+piritual and emotional development , 0lah Pikir *intellectual development, 0lah aga dan "inestetik
*hysical and %inestetic development, dan 0lah asa dan "arsa (
ffective and reativity development yang secara diagramatik dapat digambarkan sebagai berikut.
BAB III "EAN!"A P0#E# PE(BUDA1AAN DAN PE(BEDA1AAN "AA"TE A. #trategi Penge$angan Pendidikan "arakter pada "%nteks (akr%
#engembangan nilai2karakter dapat dilihat pada dua latar2domain, yaitu pada latar makro dan latar mikro. Latar makro bersi"at nasional yang mencakup keseluruhan konteks perencanaan dan ilmpementasi pengembangan nilai2karakter yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan pendidikan nasional. #ada latar makro program pengembangan nilai2karakter dapat digambarkan sebagai berikut. =ambar 1. Konteks akro #engembangan Karakter
Page | 7
Penjelasan !a$ar2 a. Secara makro pengembangan karakter dapat dibagi dalam tiga tahap, yakni peren3anaan, pelaksanaan, dan e/aluasi hasil. . #ada tahap perencanaan dikembangkan perangkat karakter yang digali,
dikristalisasikan, dan dirumuskan dengan menggunakan berbagai sumber, antara lain pertimbangan: (1! "iloso"is - 0gama, #ancasila, // 1;', dan // 6. >ahun
9
beserta
ketentuan
perundang-undangan
turunannya&(!
pertimbangan teoritis- teori tentang otak, psikologis, nilai dan moral, pendidikan (pedagogi dan andragogi! dan sosial-kultural& dan (9! pertimbangan empiris berupa pengalaman dan praktek terbaik *best practices dari antara lain tokohtokoh, sekolah unggulan, pesanren, kelompok kultural dll. 3. #ada tahap implementasi dikembangakan pengalaman belajar *learning e/periences dan proses pembelajaran yang bermuara pada pembentukan karakter dalam diri indi3idu peserta didik. #roses ini dilaksanakan melalui proses pembudayaan dan pemberdayaan sebagaimana digariskan sebagai salah satu prinsip penyelenggaraan pendidikan nasional. #roses ini berlangsung dalam tiga pilar pendidikan yakni dalam sekolah, keluarga, dan masyarakat. alam masing-masing pilar pendidikan akan ada dua jenis pengalaman belajar *learning e/periences yang dibangun melalui dua pendekatan yakni inter/ensi dan haituasi. alam inter3ensi dikembangkan suasana interaksi belajar dan pembelajaran yang sengaja dirancang untuk mencapai tujuan pembentulkan karakter dengan menerapkan kegiatan yang terstruktur *structured learning e/periences. Sementara itu dalam habituasi diciptakan situasi dan kondisi Page | 8
*persistence life situation yang memungkinkan peserta didik di sekolahnya, di rumahnya, di lingkungan masyarakatnya membiasakan diri berprilaku sesuai nilai dan menjadi karakter yang telah diinternalisasi dan dipersonalisai dari dan melalui proses inter3ensi. Kedua proses tersebut- inter3ensi dan habituasi harus dikembangkan secara sistemik dan holistik. d. #ada tahap e3aluasi hasil, dilakukan asesmen untuk perbaikan berkelanjutan yang sengaja dirancang dan dilaksanakan untuk mendikteksi aktualisasi karakter dalam diri peserta didik sebagai indikator bahwa proses pembudayaan dan pemberdayaan karakter itu berhasil dengan baik. B. #trategi Penge$angan Budaya dan "arakter pada "%nteks (ikr%
#ada konteks mikro pengembangan karakter berlangsung dalam konteks suatu satuan pendidikan atau sekolah secara holistik *the #hole school reform. Sekolah sebagai leading sector , berupaya meman"aatkan dan memberdayakan semua lingkungan belajar yang ada untuk menginisiasi, memperbaiki, menguatkan, dan menyempurnakan secara terus menerus proses pendidikan karakter di sekolah. #rogram pengembangan karakter pada latar mikro dapat digambarkan sebagai berikut.
=ambar . Konteks ikro #engembangan 6ilai2Karakter
Page | 9
Penjelasan !a$ar. a. Secara mikro pengembangan nilai2karakter dapat dibagi dalam empat pilar, yakni
kegiatan belajar-mengajar di kelas, kegiatan keseharian dalam bentuk budaya sekolah *school culture0 kegiatan ko-kurikuler dan2atau ekstra kurikuler, serta kegiatan keseharian di rumah, dan dalam masyarakat. b. alam kegiatan elajar-$engajar di kelas pengembangan nilai2karakter dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan terintegrasi dalam semua mata pelajaran *embeded approach. Khususu, untuk mata pelajaran #endidikan 0gama dan #endidikan Kewarganegaraan,
karena memang misinya adalah
mengembangkan nilai dan sikap maka pengembangan nilai2karakter harus menjadi "okus utama yang dapat menggunakan berbagai strategi2metode pendidikan nilai *valuecharacter education. /ntuk kedua mata pelajaran tersebut
nilai2karakter
dikembangkan
sebagai
dampak
pembelajaran
(instructional effects dan juga dampak pengiring (nurturant effects. Sementara itu untuk mata pelajaran lainnya, yang secara "ormal memiliki misi utama selain pengembangan nilai2karakter, wajib dikembangkan kegiatan yang memiliki dampak pengiring *nurturant effects berkembangnya nilai2karakter dalam diri peserta didik.
Page | 10
c. alam lingkungan sek%lah dikondisikan agar lingkungan "isik dan sosial-kultural sekolah memungkinkan para peserta didik bersama dengan warga sekolah lainnya terbiasa membangun kegiatan keseharian di sekolah yang mencerminkan perwujudan nilai2karakter. d. alam kegiatan k%-kurikuler , yakni kegiatan belajar di luar kelas yan g terkait langsung pada suatu materi dari suatu mata pelajaran, atau kegiatan ekstra kurikuler, yakni kegiatan sekolah yang bersi"at umum dan tidak terkait langsung
pada suatu mata pelajaran, seprti kegiatan okter Kecil, #alang erah
perlu dikembangkan proses pembiasaan dan penguatan
*reinforcement dalam rangka pengembangan nilai2karakter. e. i lingkungan keluarga dan $asyarakat diupayakan agar terjadi proses penguatan dari orang tua2wali serta tokoh-tokoh masyarakat terhadap prilaku berkarakter mulia yang dikembangkan di sekolah menjadi kegiatan keseharian di rumah dan di lingkungan masyarakat masing-masing.
Konteks mikro pengembangan nilai2karakter
merupakan latar utama yang
harus di"asilitasi bersama oleh #emerintah aerah dan Kementrian #endidikan 6asional. engan demikian terjadi proses sinkronisasi antara pengembangan nilai2karakter secara psiko-pedagogis di kelas dan di lingkungan sekolah, secara sosio-pedagogis di lingkungan sekolah dan masyarakat, dan pengembangan nilai2karakter secara social-kultural nasional. /ntuk itu sekolah perlu di"asilitasi untuk dapat mengembangkan budaya sekolah *school culture. #engembangan budaya sekolah ini perlu menjadi bagian integral dari pengembangan sekolah sebagai entitas otonom seperti dikonsepsikan dalam managemen berbasis sekolah ()S!. engan demikian setiap satuan pendidikan secara bertahap dan sistemik ditumbuhkembangkan menjadi sekolah-sekolah yang dinamis dan maju & self-rene#al schools (#urkey dan 6o3ak: 1!
BAB I4 DE#AIN PENDIDI"AN "AA"TE Page | 11
A. "erangka Penge$angan udaya sek%lah
)udaya sekolah memiliki cakupan yang sangat luas, pada umumnya mencakup kegiatan ritual, harapan, hubungan sosial-kultural, aspek demogra"i, kegiatan kurikuler, kegiatan ekstrakurikuler, proses pengambilan keputusan, kebijakan maupun interaksi sosial antar komponen di sekolah. )udaya sekolah adalah suasana kehidupan sekolah dimana peserta didik berinteraksi dengan sesamanya, guru dengan guru, konselor dengan peserta didik, antar tenaga kependidikan, antara tenaga kependidikan dengan pendidik dan ppeserta didik, , dan antar anggota kelompok masyarakat dengan warga sekolah sekolah. 4nteraksi internal kelompok dan antar kelompok terikat oleh berbagai aturan, norma, moral serta etika bersama yang berlaku di suatu sekolah. Kepemimpinan, keteladanan, keramahan, toleransi, kerja keras, disiplin, kepedulian sosial, kepedulian lingkungan, rasa kebangsaan,
dan
tanggungjawab merupakan nilai-nilai yang dikembangkan dalam budaya s ekolah. Selain itu, budaya sekolah diyakini merupakan salah satu aspek yang berpengaruh terhadap perkembangan anak. enurut penelitian r. >eerakiat 5areonsttasin (! tentang pengaruh sekolah terhadap perkebangan anak, ditemukan empat hal utama (input dan output! yang saling mempengaruhi. ?ang terpenting adalah iklim atau budaya sekolah. 5ika suasana sekolah penuh kedisiplinan, kejujuran, kasih sayang maka hal ini akan menghasilkan output yang diinginkan berupa katakter yang baik. #ada saat yang sama , guru akan merasakan kedamaian dan suasana sekolah seperti itu akan meningkatkan pengelolaan kelas. engan pengelolaan kelas yang baik maka akan menyebebakan prestasi akademik yang tinggi. Sebuah temuan penting lainnya adalah bila siswa memeiliki karakter yang baik, maka hal ini akan berpengaruh langsung terhadap prestasi akademik yang tinggi. Karena itu langkah pertama dalam mengaplikasikan pendidikan karakter di sekolah adalah menciptkan suasana atau iklim sekolah yang cocok yang akan membantu trans"ormasi guru-guru dan siswa, juga sta"-sta" sekolah. 8al ini termasuk di dalamnya adalah objeti3e atau tujuan yang tepat untuk sekolah, misi sekolah, kepemimpinan sekolah, kebijakan dan 3isi pihak manajemen moral para sta" dan guru, serta partisipasi orang tua dan siswa. Sesunngguhnya, semua langkah dalam model pembelajaran nilai-nilai karakter ini akan berkontribusi terhadap buadya sekolah. Sebagai salah satu contoh kecil tentang kebersihan lingkungan sekolah, baik di kamar mandi2@A, di ruang kelas, di lorong-lorong maupun di luar gedung sekolah2taman sekolah. 8al itu hanya dapat dilakukan di sekolah dengan dukungan manajemen sekolah yang Page | 12
mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap kebersihan lingkungan. Kondisi sekolah seperti itu dilaksanakan melalui program sekolah bersama antara manajemen sekolah, guru, siswa dan orang tua siswa. i setiap sudut ruang, terdapat tempat sampah yang dapat digunakan untuk menyimpan sampah kering dan basah serta sampah yang dapat di daur ulang. Siswa dikondisikan untuk membuang sampah ke tempat yang sesuai dengan jenis sampah dan melalui pembiasaan seperti itu diharapkan kepedulian siswa menjadi lebih tinggi terhadap kebersihan lingkungan.
B. Integrasi nilai dala$ kegiatan intrakurikuler dan k%kurikuler
#erencanaan dan pelaksanaan pendidikan budaya dan karakter bangsa dilakukan oleh kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan (konselor! secara bersama-sama sebagai suatu komunitas pendidik diterapkan ke dalam kurikulum melalui kegiatan-kegiatan sebagai berikut. Pr%gra$ Penge$angan Diri
alam program pengembngan diri, perencanaan dan pelaksanaan pendidikan budaya dan karakter bangsa dilakukan melalui pengintegrasian kedalam kegiatan sehari-hari sekolah yaitu melalui hal-hal sebagai berikut. a.
"egiatan rutin sek%lah
Kegiatan rutin merupakan kegiatan yang dilakukan peserta didik secara terus menerus dan konsisten setiap saat. Aontoh kegiatan ini adalah: upacara pada hari besar kenegaraan, pemeriksaan kebersihan badan (kuku, telinga, rambut dan lainlain! setiap hari Senin, beribadah bersama2sembahyang bersama setiap dluhur (bagi yang beragama 4slam!, berdoa waktu mulai dan selesai pelajaran, mengucap salam bila bertemu guru2tenaga kependidikan yang lain dan sebagainya. .
"egiatan sp%ntan
Kegiatan spontan yaitu kegiatan yang dilakukan secara spontan pada saat itu juga. Kegiatan ini dilakukan biasanya pada saat guru dan tenaga kependidikan yang lain mengetahui adanya perbuatan yang kurang baik dari peserta didik yang harus dikoreksi pada saat itu juga. 0pabila guru mengetahui adanya perilaku dan sikap yang kurang baik maka pada saat itu juga guru harus melakukan koreksi sehingga peserta didik tidak akan melakukan tindakan yang tidak baik tersebut. Aontoh kegiatan tersebut adalah: membuang sampah tidak pada tempatnya, berteriakPage | 13
teriak sehingga mengganggu pihak lain, berkelahi, melakukan bullying, memalak, berlaku tidak sopan, mencuri, berpakaian tidak senonoh dan sebagainya. Kegiatan spontan berlaku untuk perilaku dan sikap peserta didik yang tidak baik dan yang baik sehingga perlu dipuji, misalnya: memperoleh nilai tinggi, menolong orang lain, memperoleh prestasi dalam olahraga atau kesenian, berani menentang2mengkoreksi perilaku teman yang tidak terpuji dan sebagainya. 3.
Teladan
Keteladanan adalah perilaku dan sikap guru dan tenaga kependidikan yang lain dalam memberikan contoh terhadap tindakan-tindakan yang baik sehingga diharapkan menjadi panutan bagi peserta didik untuk mencontohnya. 5ika guru dan tenaga kependidikan yang lain menghendaki agar peserta didik berperilaku dan bersikap sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa maka guru dan tenaga kependidikan yang lain adalah orang yang pertama dan utama memberikan contoh bagaimana berperilaku dan bersikap sesuai dengan nilai-nilai terebut. isalnya berpakaian rapi, datang tepat pada waktunya, bekerja keras, bertutur kata sopan, kasih sayang, perhatian terhadap peserta didik, jujur, menjaga kebersihan dan sebagainya. d.
Pengk%ndisian
/ntuk mendukung keterlaksanaan pendidikan budaya dan karakter bangsa maka sekolah harus dikondisikan sebagai pendukung kegiatan tersebut. Sekolah harus mencerminkan kehidupan sekolah yang mencerminkan nilai-nilai dalam budaya dan karakter bangsa yang diinginkan. isalnya toilet yang selalu bersih, bak sampah ada di berbagai tempat dan selalu dibersihkan, sekolah terlihat rapi dan alat belajar ditempatkan teratur.
C. Pengintegrasian dala$ se$ua (ata Pelajaran
#engembangan nilai-nilai dan karakater diintegrasikan dalam setiap pokok bahasan dari setiap mata pelajaran. 6ilai-nilai tersebut dicantumkan dalam Silabus dan
Page | 14
#rogram #embelajaran (<##!. #engembangan nilai-nilai tersebut dalam Silabus ditempuh melalui cara-cara sebaghai berikut a. mengkaji Standar Kompetensi (SK! dan Kompetensi asar (K! untuk menentukan apakah kandungan nilai-nilai dan karakter yang secara tersirat atau tersurat dalam SK dan K di atas sudah tercakup di dalamnya b. menggunakan tabel 1 yang memperlihatkan keterkaitan antara SK2K dengan nilai dan indikator untuk menentukan nilai yang akan dikembangkan c. mencantumkankan nilai-nilai dan karakter bangsa dalam tabel 1 tersebut ke dalam silabus d. mencantumkan nilai-nilai yang sudah tercantum dalam silabus ke <## e. mengembangkan proses pembelajaran peserta didik akti" yang memungkinkan peserta
didik
memiliki
kesempatan
melakukan
internalisasi
nilai
dan
menunjukkannya dalam perilaku yang sesuai ". memberikan bantuan kepada peserta didik yang mengalami kesulitan untuk internalisasi nilai mau pun untuk menunjukkannya dalam perilaku.
#raktik pendidikan karakter di sekolah bukan hanya menjadi tanggungjawab mata pelajaran 0gama atau #endidikan Kewarganegaraan (#Kn!. Selama ini ada kesan
mata
pelajaran yang lain hanya mengajarkan pengetahuan sesuai dengan bidangnya ilmu, teknologi atau seni. #adahal seharusnya proses pembelajaran nilai-nilai karakter idealnya diintegrasikan di dalam setiap mata pelajaran atau mengintegrasikan nilai-nilai karakter ke dalam antar mata pelajaran. Benomena seperti itu yang tampaknya menjadi alasan Aharles 8andy, seorang bussiness philosopher , yang menganjurkan untuk merombak total pendidikan. alam artikel berjudul inding +ense in 3ncertainty, dia menjelaskan pendidikan selama ini berangkat dari asumsi yang keliru, yaitu bahwa semua problema di dunia ini telah diketahui dan guru mengetahui cara pemecahannya.
5adi tugas guru dipeersepsikan hanya menyampaikan
problema serta cara pemecahannya, dan setelah itu pendidikan dianggap selesai. #adahal senyatanya, problema itu terus berubah dan tentu guru belum mengetahui, apalagi cara pemecahannya. Aharles 8andy menegaskan belajar tentang ilmu pengetahuan tetap penting, tetapi hal itu kini lebih mudah dilakukan, karena banyak sumber in"ormasi yang dapat dipelajari. 7leh karena itu, pendidikan seharusnya diarahkan untuk membantu siswa belajar bagaimana memperoleh ilmu pengetahuan itu dan yang tidak kalah penting adalah apa yang harus dilakukan dengan ilmu pengetahuan itu.
istu tersisat perlunuya karakter sebagai Page | 15
wahana perwujudan dimensi aksiologi dari berilmu. ari situ dapa disimCpulkan bahwa pendidikan seharusnya diarahkan untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam memperoleh pengetahuan dan bagaimana menggunakannya guna memecahkan problema kehidupan dengan ari", kreati", dan bertanggung jawab. #ersoalannya kini adalah bagaimana hubungan antara pedidikan karakter dengan mata pelajaranD
Keduanya tetap diperlukan dan harus saling melengkapi. alam pengembangan
pendidikan %ara%ter, seharusnya mata pelajaran dipahami sebagai pesan dan alat *as medium and message yaitu sebagai wahana pembudayaan dan pemberdayaan indi3idu.. isalnya =uru Bisika harus sadar bahwa pembahasan materi Bisika diarahkan untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam memahami "enomena alam dari sudut pandang teori Bisika, menggali berbagai sumber in"ormasi dan menganalisisnya untuk menyempurnakan pemahaman tersebut, mengkomunikasikan pemahaman tersebut kepada orang lain, dan memahami bahwa "enomena seperti itu tidak lepas dari EperanE Sang #encipta. #engembangan pendidikan karakter seperti itu, dapat dilakukan melalui metoda pembelajaran yang dipilih guru. isalnya, untuk mengembangkan kecakapan berkomunikasi, guru dapat memilih metoda diskusi atau siswa diminta presentasi. /ntuk mengembangkan kecakapan bekerja sama, disiplin, kerja kelompok dalam praktikum dapat diterapkan. ?ang penting adalah bahwa aspek-aspek tersebut sengaja dirancang dan dinilai hasilnya sebagai bentuk hasil belajar pendidikan %ara%ter .
D. Integrasi nilai dala$ kegiatan k%-kurikuler dan ekstrakurikuler.
Kegiatanko-kurikuler dan ekstrakurikuler akan semakin bermakna (meaningful learning ! jika diisi dengan berbagai kegiatan bermuatan nilai yang menarik dan berman"aat bagi siswa. Kecenderungan saat ini adalah munculnya gejala keengganan siswa untuk terlibat dalam kegiatan kesiswaan. asih banyak siswa yang hanya belajar saja, tanpa menghiraukan kegiatan ko-kurikuler apalagi kegiatan ekstra kurikuler. 0lasannya malas, mengganggu konsentrasi belajar, hanya membuang waktu, atau tidak berman"aat. >idak sedikit juga kegiatan siswa yang tidak mendukung peningkatan personal gro#th and development . isalnya kegiatannya bagus yaitu seminar ilmiah, namun siswa banyak yang berkerumun di luar ruangan karena menjadi panitia logistik, penerima tamu. 0khirnya siswa yang berorganisasi menjadi panitia tidak mendapatkan pembelajaran dari seminar tersebut. #adahal pekerjaan teknis sebenarnya dapat disederhanakan.
8al ini terpulang kembali pada ada
tidaknya pendampingan oleh guru yang membimbing kegiatan kesiswaan. 5adi kegiatan yang Page | 16
bagaimana yang akan mengembangkan #edidikan KarakterD. Kegiatan yang terencana, terprogram dan tersistem. Setiap kegiatan harus ada coach atau mentornya yang membimbing kemana arah kegiatan tersebut akan dilaksanakan, walau tidak harus setiap saat ada. #rogram ini disajikan dengan sangat menarik, mengikutsertakan teknik-teknik simulasi, role play dan diskusi. #ada peningkatan learning skills, peser ta didik mendapatkan teknik belajar, pemetaan pikiran, dan teknik membaca. Sedangkan thin%ing s%ills di"okuskan pada peningkatan kemampuan menyelesaikan persoalan, pengambilan keputusan. Sementara living s%ills lebih ditekankan pada beberapa hal diantaranya manajemen diri, membangun impian, teknik berkomunikasi, mengelola kon"lik dan mengelola waktu. Lain halnya dengan lembaga yang sudah beberapa tahun memiliki program Siswa /nggulan. Siswa yang menjadi peserta adalah siswa pilihan dari berbagai sekolah yang dinyatakan berprestasi. #rogram ini diisi dengan caring and sharing antara pakar2praktisi dengan siswa seputar isu-isu aktual. Keuntungan program ini adalah dapat menjaring future leader dan membinanya dari sejak awal sebelum mereka lulus. Kemampuan yang ingin ditingkatkan adalah wawasan yang luas, saling menghormati satu sama lain, berjiwa entrepreneur, ber"ikir kreati" dan kemampuan belajar yang lebih baik. Sebenarnya kegiatan pengembangan #edidikan Karakter tidak akan optimal bila hanya dilakukan melalui pelatihan, seminar dan workshop. #engembangan #edidikan Karakter dipraktekkan berulangulang dan didampingi oleh mentor. Seorang pakar dalam bidang pengembangan pendidikan Ahristoph 8anssert dari 5erman menyarankan agar pengembangan #edidikan Karakter untuk siswa 4ndonesia dilakukan dengan cara menjalin jejaring kerja (networking! guru 4ndonesia dengan guru luar negeri yang melibatkan siswa, misalnya dalam bidang penelitian. engan jejaring ini, mau tidak mau siswa akan terpaksa berkomunikasi tulisan dengan menggunakan bahasa asing. Suatu saat siswa ini di"asilitasi untuk bertemu bertukar pikiran, saling menghargai pendapat, mempelajari budaya orang lain dan belajar bekerjasama dalam tim. )erbagai kegiatan /nit Kegiatan Siswa seperti yang diselenggarakan oleh berbagai sekolah lainnya, sudah banyak muatan #edidikan Karakter yang dapat dikembangkan oleh siswa. 8al ini akan berhasil guna jika program yang digulirkan lebih terarah untuk mengembangkan atribut tertentu sesuai dengan kebutuhan populasinya. /nit kegiatan karate saja, apabila dihayati dan benar-benar ditujukan untuk pengembangan pedidikan Karakter siswa, dapat diarahkan untuk memperkuat atribut komitmen, bersemangat, mandiri, dan ketangguhan. Kegiatan pelatihan harus terprogram dengan baik, ada durasi, capaian dan keberlanjutan. 0pakah pelatihan akan diarahkan pada trans"ormasi keyakinan, moti3asi, Page | 17
karakter, impian. Lantas tidak hanya berhenti di pelatihan tanpa adanya coaching oleh para coach yang tangguh, sampai akhirnya dalam durasi tertentu akan terjadi trans"ormasi diri yang seutuhnya. #rijosaksono dalam buku terbarunya berjudul the o#er of $ransformation ('! menuliskan bahwa >rans"ormasi iri hari akan mampu membangun kebiasaan-kebiasaan baru yang lebih baik. alam buku itu juga diuraikan bahwa ada ' prinsip trans"ormasi yaitu: (1! meyakini dan mendayagunakan kekuatan dan anugrah >uhan dalam diri& (! membuat pilihan dan keputusan dalam diri& (9! melakukan kebiasaan-kebiasaan baik secara terus menerus dalam kehidupan ini& ;! mampu membangun interaksi dengan orang lain& ('! mampu bekerja secara sinergis dan kreati" dengan orang lain dalam organisasi.
E. Prinsip dan Pendekatan dan Pr%gra$ Penge$angan Pendidikan "arakter
Secara prinsipil, pengembangan karakter tidak dimasukkan sebagai pokok bahasan tetapi terintegrasi kedalam mata pelajaran, pengembangan diri dan budaya sekolah. 7leh karena itu guru dan sekolah perlu mengintegrasikan nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa ke dalam Kurikulum >ingkat Satuan #endidikan (K>S#, silabus dan <##! yang sudah ada.
#rinsip pembelajaran yang digunakan dalam
pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa mengusahakan agar peserta didik mengenal dan menerima nilai-nilai budaya dan karakter bangsa sebagai milik mereka dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya melalui tahapan mengenal pilihan, menilai pilihan, menentukan pendirian, dan selanjutnya menjadikan suatu nilai sesuai dengan keyakinan diri. engan prinsip ini peserta didik belajar melalui proses berpikir, bersikap, dan berbuat. Ketiga proses ini dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam melakukan kegiatan sosial dan mendorong peserta didik untuk melihat diri sendiri sebagai makhluk sosial.
)erikut prinsip-prinsip yang digunakan dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa:
Page | 18
1. Berkelanjutan mengandung makna bahwa proses pengembangan nilai-nilai budaya
dan karakter bangsa merupakan sebuah proses panjang dimulai dari awal peserta didik masuk sampai selesai dari suatu satuan pendidikan. Sejatinya, proses tersebut dimulai dari kelas satu S atau tahun pertama dan berlangsung paling tidak sampai kelas atau kelas terakhir S#. #endidikan budaya dan karakter bangsa di S0 adalah kelanjutan dari proses yang telah terjadi selama tahun. 2. Melalui semua mata pelajaran, pengembangan diri, dan budaya sekolah
mensyaratkan bahwa proses pengembangan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa dilakukan melalui setiap mata pelajaran, dan dalam setiap kegiatan kurikuler dan ekstra kurikuler. =ambar 1 berikut ini memperlihatkan pengembangan nilai-nilai tersebut melalui keempat jalur tadi:
MATA PELAJARAN
NILAI
PENGEMBANGAN DIRI
BUDAYA SE!LA"
=ambar . #engembangan 6ilai-nilai #endidikan )udaya dan Karakter )angsa #engembangan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa melalui berbagai mata pelajaran yang telah ditetapkan dalam Standar 4si (S4!, digambarkan sebagai berikut:
Page | 19
=ambar 9. #engembangan 6ilai-nilai )udaya dan Karakter )angsa elalui Setiap ata #elajaran
3. Nilai tidak diajarkan tapi dikembangkan *value is neither cought nor taught, it is
learned (8ermann, 1%! mengandung makna bahwa materi nilai-nilai dan karakter bangsa bukanlah bahan ajar biasa. >idak semata-mata dapat ditangkap sendir atau diajarkan, tetapi lebih jauh diinternalisasi melalui proses belajar. 0rtinya, nilai-nilai tersebut tidak dijadikan pokok bahasan yang dikemukakan seperti halnya ketika mengajarkan suatu konsep, teori, prosedur, atau pun "akta seperti dalam mata pelajaran agama, bahasa 4ndonesia, #Kn, 4#0, 4#S, matematika, pendidikan jasmani
dan kesehatan, seni, ketrampilan, dan
sebagainya. ateri pelajaran biasa digunakan sebagai bahan atau media untuk mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa. 7leh karena itu guru tidak perlu mengubah pokok bahasan yang sudah ada tetapi menggunakan materi pokok bahasan itu untuk mengembangkan nilai-nilai dan karakter bangsa. 5uga, guru tidak harus mengembangkan proses belajar khusus untuk mengembangkan nilai. Suatu hal yang selalu haruss diingat bahwa satu akti3itas belajar dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan dalam ranah kogniti", a"ekti" dan psikomotor. Konsekuensi dari prinsip ini nilai-nilai budaya dan karakter bangsa tidak ditanyakan dalam ulangan ataupun ujian. @alaupun demikian, peserta didik perlu mengetahui pengertian dari suatu nilai yang sedang mereka tumbuhkan pada diri mereka. ereka tidak boleh berada dalam posisi tidak tahu dan tidak paham makna nilai terebut. 4. Proses pendidikan dilakukan peserta didik secara akti dan menyenangkan .
#rinsip ini menyatakan bahwa proses pendidikan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa dilakukan oleh peserta didik bukan oleh guru. =uru menerapkan prinsip Etut wuri handayaniE dalam setiap perilaku yang ditunjukkan peserta didik. #rinsip ini juga menyatakan bahwa proses pendidikan dilakukan dalam suasana belajar yang menimbulkan rasa senang dan tidak indoktrinati". iawali dengan perkenalan terhadap pengertian nilai yang dikembangkan maka guru menuntun peserta didik agar secara akti" (tanpa mengatakan kepada peserta didik bahwa mereka harus akti" tapi guru merencanakan kegiatan belajar yang menyebabkan Page | 20
peserta didik akti" merumuskan pertanyaan, mencari sumber in"ormasi dan mengumpulkan in"ormasi dari sumber, mengolah in"ormasi yang sudah dimiliki, merekonstruksi
data2"akta2nilai,
menyajikan
hasil
rekonstruksi2proses
pengembangan nilai! menumbuhkan nilai-nilai budaya dan karakter pada diri mereka melalui berbagai kegiatan belajar yang terjadi di kelas, sekolah, dan tugas-tugas di luar sekolah. Penge$angan Pr%ses Pe$elajaran
#embelajaran #endidikan )udaya dan Karakter )angsa menggunakan pendekatan proses belajar peserta didik belajar akti" dan berpusat pada anak, dilakukan melalui berbagai kegiatan di kelas, sekolah, dan masyarakat . 1.
i Kelas dilaksanakan melalui proses belajar setiap mata pelajaran
atau kegiatan
yang dirancang khusus. Setiap kegiatan belajar
mengembangkan kemampuan dalam ranah kogniti", a"ekti", dan psikomotor. 7leh karena itu tidak selalu diperlukan kegiatan belajar khusus untuk mengembangkan nilai-nilai pada pendidikan budaya dan karakter bangsa. eski pun demikian, untuk pengembangan nilai-nilai tertentu seperti kerja keras, jujur, toleransi, disiplin, mandiri, semangat kebangsaan, cinta tanah air, dan gemar membaca dapat dikembangkan melalui kegiatan belajar yang biasa dilakukan guru. /ntuk pegembangan beberapa nilai lain seperti peduli sosial, peduli lingkungan, rasa ingin tahu, dan kreati" memerlukan upaya pengkondisian sehingga peserta didik memiliki kesempatan untuk memunculkan perilaku yang menunjukkan nilai tersebut. .
i Sekolah melalui berbagai kegiatan sekolah yang diikuti seluruh peserta didik, guru, kepala sekolah dan tenaga administrasi di sekolah tersebut, direncanakan sejak awal tahun pelajaran, dan dimasukkan ke Kalender 0kademik dan yang dilakukan sehari-hari sebagai bagian dari budaya sekolah. Aontoh kegiatan yang dapat dimasukkan ke dalam program sekolah adalah Lomba 3okal group antar kelas tentang lagu-lagu bertema cinta tanah air, pagelaran seni, lomba pidato bertema budaya dan karakter bangsa tertentu, pagelaran bertema budaya dan karakter bangsa, lomba olahraga antara kelas, lomba kesenian antara kelas, pameran hasil karya peserta didik bertema budaya dan karakter bangsa tertentu, pameran "oto hasil karya peserta didik bertema budaya dan karakter
Page | 21
bangsa tertentu, lomba membuat tulisan, lomba mengarang lagu, melakukan wawancara kepada tokoh yang berkaitan dengan budaya dan karakter bangsa, mengundang berbagai nara sumber untuk berdiskusi atau berceramah yang berhubungan dengan karakter bangsa. 9.
i Luar sekolah melalui kegiatan ekstra kurikuler dan kegiatan lain yang diikuti oleh seluruh2sebagian peserta didik, dirancang sekolah sejak awal tahun pelajaran, dan dimasukkan ke dalam Kalender 0kademik. isalnya kunjungan ke tempat-tempat yang menumbuhkan rasa cinta terhadap tanah air, menumbuhkan semangat kebangsaan, melakukan pengabdian masyarakat untuk menumbuhkan kepedulian dan kesetiakawanan sosial seperti membantu mereka yang tertimpa musibah banjir, memperbaiki atau membersihkan tempattempat umum, membantu membersihkan2mengatur barang di tempat ibadah tertentu.
Penilaian Hasil Belajar
#enilaian pencapaian nilai-nilai budaya dan karakter didasarkan pada indikator. Sebagai contoh, indikator untuk nilai jujur di suatu semester dirumuskan dengan !mengatakan dengan sesungguhnya perasaan dirinya mengenai apa yang dilihat"diamati" dipelajari"dirasakan# maka guru mengamati (melalui berbagai cara!
apakah yang dikatakan seorang peserta didik itu jujur mewakili perasaan dirinya. ungkin saja peserta didik menyatakan perasaannya itu secara lisan tetapi dapat juga dilakukan secara tertulis atau bahkan dengan bahasa tubuh. #erasaan yang dinyatakan itu mungkin saja memiliki gradasi dari perasaan yang tidak berbeda dengan perasaan umum teman sekelasnya sampai bahkan kepada yang bertentangan dengan perasaan umum teman sekelasnya. #enilaian dilakukan secara terus menerus, setiap saat guru berada di kelas atau di sekolah. odel anecdotal record (catatan yang dibuat guru ketika melihat adanya perilaku yang berkenaan dengan nilai yang dikembangkan! selalu dapat digunakan guru. Selain itu guru dapat pula memberikan tugas yang berisikan suatu persoalan atau kejadian yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan nilai yang dimilikinya. Sebagai contoh, peserta didik dimintakan menyatakan sikapnya terhadap upaya menolong pemalas, memberikan bantuan terhadap orang kikir, atau hal-hal lain yang bersi"at bukan kontro3ersial sampai kepada hal yang dapat mengundang kon"lik pada dirinya.
Page | 22
ari hasil pengamatan, catatan anekdotal, tugas, laporan, dan sebagainya guru dapat memberikan kesimpulannya2pertimbangan tentang pencapaian suatu indikator atau bahkan suatu nilai. Kesimpulan2pertimbangan tersebut dapat dinyatakan dalam pernyataan kualitati" sebagai berikut ini. )>
: )elum >erlihat (apabila peserta didik belum memperlihatkan
tanda-
tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator!. >
: ulai >erlihat (apabila peserta didik sudah mulai memperlihatkan adanya tanda-tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator tetapi belum konsisten!
)
: ulai )erkembang (apabila peserta didik sudah memperlihatkan berbagai tanda perilaku yang dinyatakan dalam indikator dan mulai konsisten!
K
: embudaya (apabila peserta didik terus menerus memperlihatkan perilaku yang dinyatakan dalam indikator secara konsisten!
Indikat%r #ek%lah dan "elas
0da (dua! jenis indikator yang dikembangkan dalam pedoman ini. #ertama adalah indikator untuk sekolah dan kelas. Kedua adalah indikator untuk mata pelajaran. 4ndikator sekolah dan kelas adalah penanda yang digunakan oleh kepala sekolah, guru dan personalia sekolah dalam merencanakan, melaksanakan, dan menge3aluasi sekolah sebagai lembaga pelaksana pendidikan budaya dan karakter bangsa. 4ndikator ini berkenaan juga dengan kegiatan sekolah yang diprogramkan dan kegiatan sekolah sehari-hari (rutin!. 4ndikator mata pelajaran menggambarkan perilaku a"ekti" seorang peserta didik berkenaan dengan mata pelajaran tertentu. 4ndikator dirumuskan dalam bentuk perilaku peserta didik di kelas dan sekolah yang dapat diamati melalui pengamatan guru ketika seorang peserta didik melakukan suatu tindakan di sekolah, tanya jawab dengan peserta didik, jawaban yang diberikan peserta didik terhadap tugas dan pertanyaan guru, serta tulisan peserta didik dalam laporan dan pekerjaan rumah. #erilaku yang dikembangkan dalam indikator pendidikan budaya dan karakter bangsa bersi"at progresi". 0rtinya, perilaku tersebut berkembang semakin komplek antara satu jenjang kelas dengan jenjang kelas di atasnya ( 1-9& ;-$& %-& 1-1! dan bahkan
Page | 23
dalam jenjang kelas yang sama. =uru memiliki kebebasan dalam menentukan berapa lama suatu perilaku harus dikembangkan sebelum ditingkatkan ke perilaku yang lebih kompleks. isalkan,Emembagi makanan kepada temanE sebagai indikator kepedulian sosial pada jenjang kelas 1 F 9. =uru dapat mengembangkannya menjadi +membagi makananE, membagi pensil, membagi buku, dan sebagainya. 4ndikator ber"ungsi bagi guru sebagai kriteria untuk memberikan pertimbangan apakah perilaku untuk nilai tersebut telah menjadi perilaku yang dimiliki peserta didik. /ntuk mengetahui bahwa suatu
sekolah itu
telah
melaksanakan pembelajaran yang
mengembangkan karakter dikembangkan instrumen assessment sebagai berikut. Ases$en 0sesmen dilakukan dengan obser3asi, dilanjutkan dengan monitoring pelaksanaan dan
re"leksi. 1! enaati peraturan perundang-undangan dan ketentuan lainnya 2# enunjukkan perilaku disiplin
5' )ertutur kata secara santun 6' )erpenampilan ("isik! secara sopan 7' )erperilaku santun 1! enunjukkan diri sebagai pendidik
! enunjukkan komitmen terhadap tugas sebagai pendidik 9! enjaga kode etik pro"esi pendidik 1! enaati tata tertib secara konsisten 2# emiliki disiplin diri secara konsisten
1! elaksanakan tugas secara mandiri ! engambil keputusan secara mandiri 9! enilai diri sendiri (melakukan re"leksi diri! 1! )ekerja keras ! elaksanakan tugas secara bertanggung jawab 9! engembangkan diri secara terus menerus sebagai pendidik 1! )ertindak atas dasar keman"aatan peserta didik ! )ertindak atas dasar keman"aatan sekolah 9! )ertindak atas dasar keman"aatan masyarakat 1!enerima kritik dan saran untuk perbaikkan !enempatkan diri secara proporsional 1! engemukakan pendapat yang berpengaruh positi" terhadap peserta didik ! enunjukkan tindakan yang berpengaruh positi" terhadap peserta didik Page | 24
1! )erperilaku yang dihormati oleh peserta didik ! )erperilaku yang dihormati oleh sejawat 9! )erperilaku yang dihormati oleh masyarakat 1! enghargai ajaran agama ! enerapkan ajaran agama 9! enerapkan norma kejujuran ;! enunjukkan keikhlasan 1! )ertutur kata s%pan sehingga menjadi teladan )erperilaku terpuji sehingga menjadi teladan ! )erperilaku ersih sehingga menjadi teladan 9! )erperilaku disiplin sehingga menjadi teladan )erperilaku jujur sehingga menjadi ;! )erperilaku peduli sehingga menjadi teladan 1! engkomunikasikan dan memaknai pesan (message! secara santun ! engembangkan hubungan atas dasar prinsip saling menghormati 9! engembangkan hubungan atas dasar prinsip keterbukaan ;! engembangkan hubungan berasaskan asah, asih, asuh 1! )ekerja sama atas dasar prinsip saling menghormati ! )ekerja sama atas dasar prinsip keterbukaan 9! )ekerja sama atas dasar prinsip saling memberi dan menerima #elaksanaan inter3ensi dan habituasi dilakukan secara bertahap tahunan (multiyears!. 8al itu dapat dibagankan sebagai berikut. 1. #elatihan dilakukan untuk: guru, orang tua, dan masyarakat (perangkat desa2kelurahan!. . >ahun pertama--ketiga, pelatihan dilakukan untuk guru S dan orang tua murid S. 9. >ahun keempat, pelatihan dilakukan untuk guru S# dan S0 serta tenaga kependidikan ;. >ahun kelima untuk dosen dan tenaga kependidikan. odel yang digunakan adalah >7>. Setiap peserta yang sudah dilatih wajib melatih lima orang lain dan melaporkan hasil e3aluasi, demikian seterusnya #ada masa-masa antara dilakukan monitoring dan e3aluasi terhadap kegiatan tersebut
Page | 25
DA8TA PU#TA"A
epdiknas .9. /ndang-undang <4 6o. tahun 9.tentang sistem pendidikan nasional epdiknas,$.E#ermendiknas 6omor 2 $ tentang Standar 4si untuk Satuan #endidikan asar dan enengahE. 5akarta: epdiknas. Kohlberg, 1'. >ahap->ahap #erkembangan oral. iterjemahkan oleh rs. 5ohn de Santo G rs. 0gus Aremers SH. ?ogyakarta: #enerbit Kanisius Kementerian #endidikan nasional 1. #elatihan penguatan metodologi pembelajaran berdasarkan nilai nilai budaya untuk membentuk daya saing dan karakter bangsa. Lickona, >homas. (11!. ducating "or Aharacter: 8ow 7ur School Aan >each oronto, London, Sydney, 0ucland: )antam books.
Page | 26
Page | 27