DEFINISI SUMBER INFORMASI OBAT
Informasi obat adalah setiap data atau pengetahuan objektif, diuraikan secara ilmiah dan terdokumentasi mencakup farmakologi, toksikologi dan penggunaan terapi dari obat. Informasi obat mencakup, tetapi tidak terbatas pada pengetahuan, seperti nama kimia, struktur dan sifatsifat, identifikasi, indikasi, diagnosis atau indikasi terapi, ketersediaan hayati, bioekivalen, toksisitas, mekanisme kerja, waktu mulai bekerja dan durasi kerja, dosis dan jadwal pemberian, dosis yang direkomendasikan, dll Menurut Permenkes RI No. 58 Tahun 2014, Pelayanan Informasi Obat adalah kegiatan penyediaan dan pemberian informasi, rekomendasi obat yang independen, akurat, tidak bias, terkini dan komprehensif yang dilakukan oleh apoteker kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya serta pasien dan pihak lain di luar Rumah Sakit.
JENIS SUMBER INFORMASI DAN CONTOHNYA 1. Sumber Informasi Obat Tersier Sumber informasi obat tersier disebut juga general literature. Kelebihan dari sumber informasi tersier secara umum lengkap, ringkas, untuk topik yg spesifik; paling banyak digunakan dan dibaca oleh praktisi; informasi telah di-review di-review dan dimampatkan; dan mudah untuk dibaca dan dipelajari. Sedangkan untuk keterbatasannya yakni Informasi sudah berumur 2-3 tahun saat buku mulai beredar (lag (lag time associates with publication); publication); pembaca hanya mengandalkan men gandalkan pendapat dari d ari penulis; banyak detil yg hilang; dan d an melihat akurasi informasi seringkali sulit dan time-consuming (Siregar dan Lia, 2003). 2003). Contoh sumber informasi tersier diantaranya: Textbooks contohnya Remington: The Science and Practice of Pharmacy, Handbook of Clinical Drug Data, Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach. Compendia contohnya Martindale: The Complete Drug Reference, Merck Index, The Merck Manual, AHFS Drug Information. Review articles. Full-text computer databases contohnya MICROMEDEX (www.thomsonhc.com) (www.thomsonhc.com) , DRUGDEX® , POISIDEX®. 2. Sumber Informasi Obat Sekunder Sumber informasi sekunder memuat berbagai abstrak, yang merupakan sistem penelusuran kembali untuk pustaka primer dan digunakan untuk menemukan artikel pustaka primer. Dengan pustaka sekunder, memungkinkan apoteker memasuki multi sumber informasi secara cepat dan efisien. Informasi dalam pustaka sekunder dikategorikan atau diindekskan dan diabstrak dari sumber pustaka primer. Sumber informasi sekunder adalah rumit dan sering memerlukan pelatihan tambahan untuk penggunaannya. Selain itu keterbatsan pustaka sekunder harus menggunakan lebih dari
satu abstrak (Siregar dan Lia, 2003). Sumber informasi sekunder sangat membantu dalam proses pencarian informasi yang terdapat dalam sumber informasi primer. Sumber informasi ini dibuat dalam berbagai data base, contoh : medline yang berisi abstrak-abstrak tentang terapi obat, International Pharmaceutikal Abstract yang berisi abstrak penelitian kefarmasian. Contoh lainnya dari beberapa sumber informasi sekunder: Inpharma, International Pharmaceutical Abstract (IPA), Medline, Pharmline (Kurniawan dan Chabib, 2010). 3. Sumber Informasi Obat Primer Sumber pustaka primer adalah artikel orisinil termasuk hasil penelitian, laporan kasus, juga studi evaluatif, dan laporan deskriptif. Kelebihan dari sumber informasi obat primer diantaranya memuat informasi yang detail tentang suatu topik, lebih baru, dan pembaca dapat mengevaluasi validitas hasil penelitian. Sedangkan untuk keterbatasannya sulit akses mendapatkan sumber informasi obat primer, dibutuhkan keahlian dan pengalaman dalam mengevaluasi dengan baik (desain penelitian, metodologi, kualitas data dan melihat adanya bias), membutuhkan waktu lama untuk mengavaluasi artikel dalam jumlah besar, dan banyaknya jurnal yang dipublikasikan dengan spefikasi yang berbeda sehingga sulit menentukan yang sesuai untuk praktek farmasi (Siregar dan Lia, 2003). Contoh jurnal yang dapat digunakan: Pharmacy
Pharmacotherapy http://www.pharmacotherapy.org/
American Journal of Health System Pharmacists (AJHP) http://www.ajhp.org/ Medicine
British Medical Journal (BMJ) http://www.bmj.com/
New England Journal of Medicine (NEJM) http://www.nejm.org/ Contoh pustaka primer : (1). Laporan hasil penelitian (2). Laporan kasus (3). Studi evaluatif (4). Laporan deskriptif
KRITERIA APOTEKER UNTUK PIO Menurut Sumitro (2001), syarat yang harus dipenuhi oleh apoteker sebagai pelaksana PIO antara lain: a) Mempunyai kemampuan mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dengan mengikuti pendidikan pelatihan yang berkelanjutan. b) Mampu menerapkan pendekatan penyelesaian masalah yang sistematik. c) Menunjukkan kompetensi profesional dalam penelusuran, penyeleksian dan evaluasi sumber informasi. d) Mengetahui tentang fasilitas perpustakaan di dalam dan di luar rumah sakit, metodelogi penggunaan data elektronik.
e) Memiliki latar belakang pengetahuan tentang terapi obat. f) Memiliki kemampuan berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan.
Siregar, Charles dan Lia, A. 2003. Farmasi Rumah Sakit: Teori dan Penerapan. Cetakan Pertama. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Halaman. 10-15, 17-18, 22, 25-26, 33-34, 68, 71, 9092. Kurniawan, W. K., dan Chabib, L. 2010. Pelayanan Informasi Obat Teori dan Praktik Graha Ilmu: Yogyakarta DepKes. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.