Semen (cement (cement ) merupakan perekat hidrolik hasil industri dari paduan bahan baku: batu kapur/gamping sebagai bahan utama dan lempung/tanah liat liat atau atau baha bahan n peng pengga gant ntii lain lainny nya a denga dengan n hasi hasill akhi akhirr beru berupa pa pada padata tan n berbentuk bubuk/bulk bubuk/bulk . Tahap pembuatan semen meliputi : persiapan bahan baku yang diperoleh dari penggalian batuan digunung hingga penyimpanan digu diguda dang ng,,
penge engeri ring ngan an dan dan
peng penggi gili ling ngan an baha bahan n
bak baku
di
raw raw
mill mill,,
pemb pembak akar aran an di kiln, kiln, peng penggi gilin linga gan n klinker menja menjadi di semen semen diman dimana a pada pada prose oses ini klinker di klinker digi gili ling ng bers bersam ama-s a-sam ama a denga dengan n gypsum dan terakhir terakhir proses pengepakan. Raw mill merupakan merupakan merupakan merupakan tahap penggilingan penggilingan pertama pertama untuk untuk produksi produksi semen. semen.
Material Material utama seperti seperti batu kapur kapur dan tanah tanah liat akan
dica dicamp mpur ur deng dengan an corrective corrective material material sepert sepertii pasir pasir besi besi dan pasir silika. silika. eempat eempat bahan bahan dari dari masing masing-ma -masin sing g bin akan akan ditaka ditakarr secara secara otomat otomatis is menggunakan load cell lalu cell lalu diumpankan ke raw mill melalui mill melalui belt conveyor . !ros !roses es yang yang terj terjad adii di raw raw mill mill ada " macam yaitu grinding, grinding, drying, drying, classifying, dan transporting. Type raw mill mill yang terdapat di #ndarung $ yait yaitu u vertical raw mill, mill, dimana dimana penggi penggiling lingan an materia materiall menggu menggunak nakan an tyre roller dan dan mema meman% n%aa aatk tkan an udar udara a pana panas s pada pada kiln untu untuk k pros proses es drying. drying. &dap &d apun un masa masala lah h yang yang seri sering ng terj terjad adii pada pada raw raw mill mill #nda #ndaru rung ng $ yait yaitu u terjadinya terjadinya block pada sliding chute sehingga chute sehingga material raw mill mill menumpuk di sliding chute. chute. 'al ini menyebabkan terganggunya proses produksi dan bisa mengakibatkan menurunnya target produksi perusahaan.
enisi *a+ Mill ($ertical *a+ mill) #ni merupakan tahap penggilingan pertama menggunakan alat yang bernama ra+ mill. ahan baku umumnya mengandung kadar oksida utama seperti a, Si, &l0, dan 1e0. i tahap ra+ material di tentukan nilai paramaternya seperti 2S1 (rasio a terhadap ketiga oksida lainnya), SM (rasio Si terhadap &l0 dan 1e0), dan &M (rasio &l0 dan 1e0). Material utama seperti batu kapur dan clay akan dicampur dengan correcti3e material seperti pasir besi dan pasir silika. eempat bahan dari masing-masing bin akan ditakar secara otomatis menggunakan load cell lalu cell lalu diumpankan ke ra+ mill melalui me lalui belt con3eyor. !roses yang terjadi di ra+ mill ada " macam yaitu grinding, drying, classi%ying, dan transporting. •
Grinding
Material akan digiling dari ukuran masuk sekitar 7,5 cm menjadi max 90μm. Penggilingan menggunakan menggunakan gaya centrifugal di mana material yang diumpankan diumpankan dari atas akan terlempar terlempar
ke samping karena putaran table dan akan tergerus le! rller yang berputar karena putaran table itu sendiri. •
"rying
Material akan mengalami pengeringan dengan target kadar misture max #$. Prses ini memanfaatkan panas gas sisa dari pre!eater%kiln. Material yang tela! digiling akan kntak langsung dengan !t gas yang masuk melalui n&&le lu're ring. Material keluar ra( mill bersu!u sekitar )0*, gas masuk bersu!u +00%+50 * dan keluar bersu!u 90%#00 *. •
*lassifying
tau bisa disebut separating, maksdunya adala! material yang tela! digiling le! rller akan terangkat le! gas panas mele(ati separatr yang ada di bagian atas table, material yang tela! cukup lembut sesuai target akan lls mele(ati separatr sedangkan material msai! kasar akan jatu! kembali ke table untuk digiling. •
-ransprting
eperti yang disebutkan di prses classifying, gas panas selain sebagai pengering material juga sebagai alat transprtasi ke prses selanjutnya. Prduk ra( mill yang disebut ra( meal akan diba(a gas mele(ati beberapa cyclne sebagai alat separatr terak!ir. omponen *a+ mill
!rinsip kerja *a+ mill Setelah bahan baku tersebut dicampur,maka itu lah yang disebut *a+ Materi al. ahan baku tersebut kemudian masuk ke dalam unit operasi yang disebut *a+ Mill (*M),
-ujuan utama /a( Mill adala! #. Grinding Material campuran yang masuk di!aluskan lagi, yang semula 700 mm, setela! keluar dari /M menjadi 9 Mikr. 1. "rying Material campuran dikeringkan sampai kelembaban #$. Media pengeringan adala! !t gas yang berasal dari 2iln 32iln tar kita ketemu di depan Gan !e!e4 +. -ransprt ntuk menjelaskan ini !arus tau dulu prinsip kerja /M %.%6 ntinya, !t gas yang dipakai untuk ngeringin material juga berfungsi untuk mentransprtasikan material campuran tersebut. 8ayangin aja Gan, 7 Mikr kal ditiup !t gas kan terbang dia " . eparating
elama prses di /M, material yang suda! !alus kemudian menuju ta!apan prses berikutnya, sedangkan yang masi! kasar akan terus mengalami penggilingan 3grinding4 sampai !alus. etela! keluar dari /M, ba!an material ini disebut dengan istila! /a( Mix atau /a( Meal. /a( meal ini kemudian masuk lagi ke sebua! strage atau biasa disebut 8lending il. elain bertujuan untuk penyimpanan sementara, 8lending il berfungsi untuk tempat !mgeni&atin. Prses :mgeni&atin intinya sama kek Pre%!mgeni&atin, cuma ukurannya aja yang beda dan ba!an penyusunnya juga suda! tercampur. Pre%!mgeni&atin materialnya !anya limestne saja, sedangkan :mgeni&atin terdiri dari empat ba!an baku semen. e!ingga prses !mgenisasi yang dilakukan bertujuan untuk memaksimalkan pencampuran dari keempat ba!an tersebut.
Studi kasus ronologi kejadian berdasarkan historical card
"ari historical card , diperle! kesimpulan jenis equipment yang sering bermasala! adala! slide c!ute pada feed gate yang penyebab utamanya adala! blck pada c!ute. nalisa pesifikasi Meng!itung beban yang diterima c!ute Meng!itung kecepatan aliran c!ute First we can assume that the mass flow rate is constant throughout the flow. The equation for continuity of flow is: Q = w A V = constant where : w is the bulk density kg/m A is the cross!sectional area m " V is the #elocity m/s and Q is the mass flow rate kg/s Although some #ariation in bulk density would no doubt occur along the chute in most cases the #ariation is small. Therefore we can assume that the #olume flow rate is constant. A V = constant $ook at a discharge chute under a bin or ho%%er. &f the chute is large in relation to the a%erture the discharge rate is go#erned only by the a%erture and is not influenced by the chute. 'owe#er( if the chute guides and sha%es the material flow %arts of the chute can form a flow restriction( or cause a granular )um%( within the chute. A study of chutes must therefore start with a study of the flow of material through an orifice. *imensional analysis suggests that the mass flow rate Q should be %ro%ortional to: Q = + , *".where * is the orifice diameter m and + is the orifice flow coefficient. Friction in Long Chutes
&n chutes of rectangular cross!section the ma)or %ortion of the friction losses are due to %articles sliding against the chute bottom. These losses are in the order of ". The remaining losses arise from %articles sliding against the side walls of the chute ! say 0. The total frictional drag is gi#en by: F = u 1 23 4 5 2'/677 where u is the coefficient of wall friction 1 is the total normal force %er unit length of chute bottom at the section considered. 5 is the acti#e %ressure coefficient. 2The ratio of lateral to normal %ressure at the wall7. The frictional drag increases as the width of the chute is reduced. Frictional drag will control flow in o%en channels at low inclination angles( close to the angle of re%ose of the material on the chute surface. 8nder these conditions the discharge rate is controlled by the chute rather than by the bin orifice. For steady( fully de#elo%ed( constant #elocity flow the chute inclination angle( measured from the 9horiontal( should be between the angle of re%ose and the dynamic internal friction angle. ;tudies on millet seed and %olythene %articles ha#e shown that lower and u%%er chute inclination bounds e. ?utside this narrow range flow is either accelerated or choking. V" V3
= cos@ ! sin@ tan9
Also( the im%act force normal to a chute surface is : F1 = m V3 sin@ ,here V" = #elocity after im%act V3 = #elocity before im%act @ = angle of incoming stream relati#e to chute surface 9 = kinematic angle of sliding friction 2tan 9 = coefficient of friction7 F1 = force normal to chute m = mass flow rate There is a %articular combination of @ and 9 that will reduce V " to ero 2@ 4 9 = 0B7. At this and larger angles of @( there is no kinematic sliding of the bulk solid on the chute surface( and the angle 9 is no longer useful in analying the chute. A chute angle test de#elo%ed at Cenike D Cohanson( &nc. measures critical chute angles as a function of im%act %ressure. These angles can be used to dictate the minimum chute angle at an im%act %oint where the #elocity is reduced to ero. The test consists of loading a sam%le of the bulk granular solid on a re%resentati#e cou%on of the chute surface with a range of loads to re%resent different im%act %ressures. After each load is a%%lied for a few seconds( the load is remo#ed and the cou%on is raised about a distant %i#ot %oint. The minimum angle at which the solid slides is %lotted as a function of im%act %ressure. A ty%ical %lot of the test results is shown in Figure ".
lide angle
Persamaan -egangan ; /egangan. ebua! batang kmpsit atau selinder yang dikenai beban tekan akan mengalami peruba!an panjang yang disertai pengurangan luas penampang pada daera! elastic material. dapun kur'a tegangan ; regangan akibat beban tekan dapat ditunjukkan pada gambar 1.<.
"alam penelitian ini terdapat ba!an yang mengalami defrmasi plastis jika terus diberikan tegangan dan ba!an ini tidak akan beruba! kebentuk semula. 8iasanya material teknik terjadi pada daera! elastis yang !ampir berimpitan dengan batas prpsinalistik. Peruba!an panjang ini disebut sebagai regangan teknik 3=eng.4 yang didefinisikan sebagai peruba!an panjang yang terjadi akibat peruba!an statik 3>?4 ter!adap panjang batang mula%mula 3?04.-egangan yang di!asilkan pada prses ini disebut dengan tegangan teknik 3@eng4, dimana didefinisikan sebagai nilai pembebanan yang terjadi 3A4 pada suatu luas penampang a(al 304. -egangan nrmal tesebut akibat beban tekan statik dapat ditentukan berdasarkan persamaan31.#4 A B @ 31.#4 dimana, @ B -egangan nrmal akibat beban tekan statik 3CDm 1 4 A B 8eban tekan 3C4 B ?uas penampang spesimen 3m 1 4. /egangan akibat beban tekan statik dapat ditentukan berdasarkan persamaan31.14. = E delta ?D? delta ? ?%? 2eterangan
= B /egangan akibat beban tekan statik ? B Peruba!an panjang spesimen akibat beban tekan. 3mm4 ? B Panjang spesimen mula%mula 3mm4 Pada prakteknya nilai !asil pengukuran tegangan pada suatu pengujian tarik dan tekan pada umumnya merupakan nilai teknik. /egangan akibat beban tekan yang terjadi, panjang akan menjadi berkurang dan diameter pada spesimen akan menjadi besar, maka ini akan terjadi defrmasi plastis.