REVISI (DR Hadyana)
EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN KATUK DALAM KEBERHASILAN MENYUSUI
Oleh:
Suryawan A, Gunanegara RF, Sastrawinata US, SurachmanT
BAGIAN/KSM OBSTETRI DAN GINEKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA RS IMMANUEL BANDUNG
2
2008
ABSTRAK
Latar Belakang: Praktek menyusui ASI di Indonesia semakin menurun dari tahun ke tahun. Produksi ASI yang tidak mencukupi merupakan keluhan yang sering diutarakan oleh ibu terutama minggu pertama nifas dan mengenai sekitar 50-80% wanita hamil. Daun katuk (Saoropus (Saoropus androgynus) androgynus) dikenal dalam pengobatan tradisional di Asia selatan dan Asia tenggara sebagai obat penambah ASI Tuju Tujuan an : Men Menil ilai ai efek efekti tivi vita tass eks ekstr trak ak daun daun katu katuk k dal dalam am kebe keberh rhas asil ilan an meny menyus usui ui ASI ASI eksklusif selama periode penellitian. Met Metode ode : Pene Penellitian tian pros prospe pekt ktif if sec secar araa acak acak ter terko kont ntro roll mel melibatk batkan an 80 80 oran orang g ibu ibu hamil dengan usia kandungan ≥37 minggu yang bersalin di RS Immanuel Bandung. Kelo Kelomp mpok ok kelol kelolaa menda mendapa patk tkan an ekstr ekstrak ak daun daun katuk katuk seda sedang ngkan kan kelom kelompo pok k kont kontro roll mendapatkan plasebo, diminum setiap hari selama 4 minggu. Peserta penelitian dipantau selama selama 4 minggu minggu lewat telepon. Keberhasil Keberhasilan an menyusui yaitu pemberian pemberian ASI eksklusif eksklusif selama periode penelitian tanpa minuman atau makanan tambahan. Hasil : Pem Pemberian eks ekstrak dau daun kat katuk te ternya nyata tid tidak mem memper perlihat hatkan kan per perbeda edaan yang bermakna dalam keberhasilan menyusui. Kesi Kesimp mpul ulan an : Pengg Pengguna unaan an ekstr ekstrak ak daun daun katuk katuk tidak tidak bermakn bermaknaa dalam dalam kebe keberh rhas asil ilan an menyusui ASI. Kata Kata Kunci Kunci : Ekstr Ekstrak ak daun daun katuk, katuk, keberh keberhasi asilan lan menyus menyusui. ui.
dr Rimonta F Gunanegara, SpOG Bagian/KSM Obstetri Ginekologi FK Universitas Kristen Maranatha RS Immanuel Bandung Jl Kopo 161 Bandung 40234 Tel. 022-5201656 HP 081 321 744 516 e-mail:
[email protected]
2
2008
ABSTRAK
Latar Belakang: Praktek menyusui ASI di Indonesia semakin menurun dari tahun ke tahun. Produksi ASI yang tidak mencukupi merupakan keluhan yang sering diutarakan oleh ibu terutama minggu pertama nifas dan mengenai sekitar 50-80% wanita hamil. Daun katuk (Saoropus (Saoropus androgynus) androgynus) dikenal dalam pengobatan tradisional di Asia selatan dan Asia tenggara sebagai obat penambah ASI Tuju Tujuan an : Men Menil ilai ai efek efekti tivi vita tass eks ekstr trak ak daun daun katu katuk k dal dalam am kebe keberh rhas asil ilan an meny menyus usui ui ASI ASI eksklusif selama periode penellitian. Met Metode ode : Pene Penellitian tian pros prospe pekt ktif if sec secar araa acak acak ter terko kont ntro roll mel melibatk batkan an 80 80 oran orang g ibu ibu hamil dengan usia kandungan ≥37 minggu yang bersalin di RS Immanuel Bandung. Kelo Kelomp mpok ok kelol kelolaa menda mendapa patk tkan an ekstr ekstrak ak daun daun katuk katuk seda sedang ngkan kan kelom kelompo pok k kont kontro roll mendapatkan plasebo, diminum setiap hari selama 4 minggu. Peserta penelitian dipantau selama selama 4 minggu minggu lewat telepon. Keberhasil Keberhasilan an menyusui yaitu pemberian pemberian ASI eksklusif eksklusif selama periode penelitian tanpa minuman atau makanan tambahan. Hasil : Pem Pemberian eks ekstrak dau daun kat katuk te ternya nyata tid tidak mem memper perlihat hatkan kan per perbeda edaan yang bermakna dalam keberhasilan menyusui. Kesi Kesimp mpul ulan an : Pengg Pengguna unaan an ekstr ekstrak ak daun daun katuk katuk tidak tidak bermakn bermaknaa dalam dalam kebe keberh rhas asil ilan an menyusui ASI. Kata Kata Kunci Kunci : Ekstr Ekstrak ak daun daun katuk, katuk, keberh keberhasi asilan lan menyus menyusui. ui.
dr Rimonta F Gunanegara, SpOG Bagian/KSM Obstetri Ginekologi FK Universitas Kristen Maranatha RS Immanuel Bandung Jl Kopo 161 Bandung 40234 Tel. 022-5201656 HP 081 321 744 516 e-mail:
[email protected]
3
EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN KATUK DALAM KEBERHASILAN MENYUSUI Gunanegara RF, Suryawan A, Sastrawinata US, Surachman T Bagian/KSM Obstetri Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha RS Immanuel Bandung
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Praktek menyusui ASI di Indonesia semakin menurun dari tahun ke tahun, dari 42% pada tahun 1997 menjadi 40% pada tahun 2002.(1) Kecenderungan Kecenderungan ini ternyata ternyata ditemui di negara-negara berkembang lainnya seperti di Filipina dari 20% pada tahun 1998 menjadi 16% pada 2003, Vietnam dari 29% pada 1998 menjadi 15% pada 2002. Thail Thailand and merupa merupakan kan negara negara paling paling rendah rendah dengan dengan hanya hanya 5,4% ibu menyus menyusui ui ASI ekskusif.(1,2) Kecenderungan ini mungkin terjadi karena makin banyaknya ibu yang berkeja penuh-waktu dan pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif e ksklusif yang kurang adekuat.(2) Ibu-ibu di negara maju seperti amerika utara dan eropa justru memperlihatkan kecenderungan yang meningkat untuk menyusui ASI eksklusif dalam bulan-bulan pertama kelahiran.(1,2) WHO merangkum hasil studi dari efek-efek menyusui awal pada langkah 4 dari 10 Langkah Sukses Menyusui yang menyatakan “Menolong ibu memulai menyusui dalam waktu waktu 30 menit menit setela setelah h kelahi kelahiran” ran”..(3,4) Banyak Banyak penelit penelitian ian yang yang menyat menyatakan akan tentan tentang g pentingnya kontak kulit ke kulit antara ibu dan bayinya dalam menyusui pertama kali terutama dalam waktu 30 menit setelah persalinan. (5) Dari pengamatan-pengamatan yang dilakukan di berbagai rumah sakit, terkadang cukup sulit bagi ibu untuk melakukan hal ini, karena bayi-bayi belum siap untuk mulai menyusui karena banyaknya prosedur prosedur klinis yang dilakukan di RS, beberapa diantaranya tidak saja menghambat kontak dini antara ibu dan bayinya tapi juga diragukan kegunaannya untuk bayi.(6,7) Selain itu terdapat bukti bahwa operasi seksio sesar merupakan penghambat yang signifikan terhad terhadap ap implem implement entasi asi dari dari rumah rumah sakit sakit yang ramah ramah terhada terhadap p bayi bayi untuk untuk memula memulaii
4 menyusui.(8) Praktek rawat gabung sedini mungkin agar ibu dan bayi selalu berdekatan dalam satu ruangan ternyata sangat menunjang keberhasilan menyusui.
(8)
Keberhasilan
menyusui juga tampak lebih tinggi pada bayi yang mulai menyusui lebih dini dibandingkan dengan bayi yang mulai menyusui lebih lambat. (9,10) Produksi ASI yang tidak mencukupi merupakan keluhan yang sering diutarakan oleh ibu terutama minggu pertama nifas dan mengenai sekitar 50-80% wanita hamil
(11)
Banyak sekali obat-obatan yang ditawarkan kepada mereka untuk mengurangi keluhan tersebut, salah satunya adalah daun katuk, yang diduga dapat menambah produksi ASI (12,13)
. Daun katuk (Saoropus androgynus) ternyata telah dikenal dalam pengobatan
tradisional di Asia selatan dan Asia tenggara sebagai obat penambah ASI
(13,14)
. Penelitian
lain menyatakan inisiasi menyusui dini memegang peranan penting pada keberhasilan menyusui. (15) Penelitian ini bertujuan untuk menilai efektivitas ekstrak daun katuk dengan dosis yang dianjurkan dalam menambah produksi ASI untuk keberhasilan menyusui ASI dan sebagai pembanding kami menggunakan plasebo. Perbandingan lain adalah usia ibu, paritas, jenis persalinan, jenis kelamin bayi, dan penambahan minuman tambahan selain ASI.
5
1.2. Rumusan Masalah Dari uraian di atas, maka penjabaran hal-hal spesifik yang dipertanyakan terkait dengan masalah yang dihadapi, yaitu bagaimanakah efektivitas pemberian ekstrak daun katuk dalam keberhasilan menyusui ASI?
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1. Maksud Penelitian Maksud penelitian adalah menilai efektivitas ekstrak daun katuk dalam keberhasilan menyusui ASI. 1.3.2. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui efektivitas ekstrak daun katuk dalam keberhasilan menyusui ASI.
1.4. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengungkapkan informasi yang bermanfaat bagi pengembangan bidang-bidang : 1) Aspek teoritis (keilmuan) Penjelasan hubungan antara pemberian ekstrak daun katuk dengan keberhasilan menyusui ASI. 2) Aspek praktis (guna laksana) Pemberian ekstrak daun katuk dapat menambah produksi ASI sehingga menunjang keberhasilan menyusui ASI.
6
2. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 2.1. Bahan Penelitian Penelitian akan dilakukan di Ruang rawat nifas Debora dan Poliklinik Kebidanan Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha RS Immanuel Bandung, mulai bulan 1 Oktober 2007 – 31 Maret 2008. Ibu yang bersalin di RS Immanuel akan dimasukkan ke dalam penelitian bila memenuhi kriteria inklusi. kenudian ibu-ibu ini kan dibagi menjadi dua kelompok, kelompok pertama akan diberikan kapsul berisi ekstrak daun katuk dan kelompok berikutnya mendapatkan kapsul plasebo, dan dipantau selama 4 minggu dengan setiap minggu akan dihubungi melalui telepon, ibu akan diberikan kuesioner untuk diisi. Pada penelitian ini kami akan menggunakan Asifit® buatan PT Kimia Farma berisi simplisia daun kering katuk 114 mg, vit B12 20 mcg, vit B6 15 mg, vit B2 2,5 mg dan vit B1 10 mg. Plasebo yang digunakan merupakan sacharine 100 mg.
2.2. Metode Penelitian Penelitian ini dirancang menggunakan metode pengkajian intervensional/trial serta uji klinis secara acak tersamar tunggal (randomized single blinded control trial ).
2.3. Subjek Penelitian 2.3.1. Kriteria inklusi -
Wanita hamil dengan usia kehamilan ≥ 37 minggu
-
Hamil tunggal hidup
-
Persalinan spontan normal
-
Bersedia ikut dalam penelitian dengan mengisi lembar informed consent .
-
Memiliki alamat dan nomor telepon yang jelas di Bandung dan mudah untuk dihubungi. 2.3.2. Kriteria ekslusi
7 -
Mempunyai penyakit lain yang menyebabkan pemberian ASI dihindari.
-
Alergi terhadap ekstrak daun katuk dan/atau vitamin B komplek
-
Mengalami komplikasi kehamilan seperti preeklamsi berat, eklamsi, kelainan jantung
atau
keadaan
lain
yang
memnyebabkan
pemberian
ASI
tidak
memungkinkan. -
Tidak mengikuti > 1 kali pemeriksaan pemantauan ulang.
-
Kepatuhan penggunaan obat selama penelitian kurang.
-
Memutuskan untuk tidak memberikan ASI.
-
Pindah alamat dengan alamat baru tidak jelas atau tidak diketahui atau pindah ke luar kota.
2.4. Penentuan Ukuran sampel Sejalan dengan pendekatan analisis data yang dipergunakan di atas, maka ukuran sampel ditetapkan berdasarkan rumus besar sampel untuk menguji dua proporsi yaitu:
[z 1-α√ 2ρ (1- ρ) + z 1-β√ ρ1(1- ρ1)+ ρ2(1- ρ2)]2 n= (ρ 1 – ρ2)2
Keterangan : 1) ρ 1 : persentase keberhasilan menyusui pada kelompok kelola (80%) 2) ρ 2 : persentase keberhasilan menyusui pada kelompok kontrol (50%)
ρ 1+ ρ
2
ρ = --------------------- =
0,65
%
2 Data-data berasal dari hasil penelitian terdahulu (14). Dengan mengambil taraf kepercayaan 95% dan power test 95%, diperoleh besar sampel minimal per kelompok adalah: 30 per kelompok.
8 Pemilihan subjek penelitian dipilih secara konsekutif sampling yang memenuhi kriteria di atas. Alokasi ke dalam kelompok perlakuan dilakukan secara ‘Random Blok Permutasi’. Untuk lebih jelas, alur penelitian disajikan dengan bagan di bawah ini.
ALUR PENELITIAN Wanita bersalin
Kriteria inklusi
80 orang
Pengacakan
40 kasus kelola
40 kasus kontrol
Pengamatan selama 4 minggu
Gb. 2.1. Bagan Alur Penelitian
Peserta penelitian akan dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok kelola dan kelompok kontrol, pembagian
dilakukan
secara acak.
Kelompok kelola akan
mendapatkan kapsul ekstrak daun katuk dan kelompok kontrol akan mendapatkan plasebo, keduanya akan diminta memakan obat setiap hari sebanyak satu kali sehari setiap pagi selama 4 minggu.
9 Penilaian keberhasilan menyusui ASI eksklusif peserta penelitian dilakukan dengan menggunakan kuesioner, pertama dilakukan saat peserta menerima obat di RS Immanuel, sebelum obat dikonsumsi. Keberhasilan menyusui yaitu pemberian ASI eksklusif selama periode penelitian tanpa pemberian minuman atau makanan tambahan apapun. Preparat ekstrak daun katuk maupun plasebo yang diberikan pada peserta penelitian telah dimasukkan kedalam kapsul yang mempunyai bentuk, besar dan berwarna sama, kemudian dimasukkan kedalam kantung obat tertutup, sehingga diharapkan peserta penelitian tidak mengetahui isinya. Keberhasilan menyusui ASI akan dinilai kembali setiap minggu dengan menggunakan kuesioner lewat telepon atau saat peserta kontrol ke RS, untuk menilai keberhasilan menyusui yang dialami peserta penelitian.
2.5. Analisis Data Analisis data disesuaikan dengan tujuan penelitian, uji statistik yang digunakan adalah Uji chi kuadrat untuk membandingkan perbedaan dua proporsi. Seluruh perhitungan akan dikerjakan dengan menggunakan piranti lunak SPSS for Windows ver 13.0. Kemaknaan uji statistik ditentukan berdasarkan nilai ρ< 0,05.
2.7. Etika Penelitian Penelitian dilakukan setelah mendapat ijin dari Kepala Bagian/KSM Obstetri dan Ginekologi FK. UKM / RS.Immanuel Bandung, Komite Etik , Direktur RS. Immanuel Bandung. Pemilihan peserta penelitian dilakukan atas dasar sukarela, bukan paksaan dan peserta telah memperoleh penjelasan tentang keuntungan dan kerugiannya serta menandatangani “informed consent ”.
10 3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil Penelitian Penelitian berlangsung selama 6 bulan sejak 1 Oktober 2007 sampai 31 Maret 2008 di Ruang Nifas Debora dan Poliklinik Hamil RS Immanuel Bandung. Berdasarkan penghitungan jumlah sampel minimal didapatkan 60 orang ibu hamil, tetapi dengan prediksi 10% akan drop-out /loss to follow up/tidak bisa mengikuti penelitian, diputuskan untuk mengambil 80 orang ibu hamil. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan lanjutan berupa pemeriksaan fisik dan saringan laboratorik terhadap 80 ibu hamil dengan umur kehamilan ≥ 37 minggu yang memenuhi kriteria penelitian. Pembagian calon kelompok kelola dan kelompok kontrol dilakukan secara acak menurut alokasi blok permutasi. Setelah penelitian berakhir, ternyata hanya ada 74 kasus yang dapat dianalisis karena enam kasus terdiri dari dua kasus dari kelompok kelola dan empat kasus dari kelompok kontrol ternyata loss to follow up yaitu dua orang tidak dapat mengikuti penelitian karena sulit dihubungi atau pindah ke luar kota, satu orang menolak ikut terus dalam penelitian, dan tiga orang memutuskan untuk tidak memberikan ASI. Dari 74 kasus yang datanya dapat dianalisis, 38 kasus termasuk kedalam kelompok kelola (mendapat ekstrak daun katuk) dan 36 kasus termasuk kedalam kelompok kontrol (mendapat plasebo). Oleh karena itu penelitian ini telah memenuhi persyaratan jumlah sampel minimal yang diperlukan dan layak untuk dianalisis lebih lanjut.
11 3.1.1. Karakteristik Subjek Penelitian Karakteristik subjek penelitian dari kelompok kelola dan kelompok kontrol dianalisis. Analisis ini dimaksudkan untuk lebih meyakinkan homogenitas subjek penelitian pada tiap-tiap kelompok agar dapat dibandingkan dengan baik. Tabel 3.1. Perbandingan Karakteristik Subjek Penelitian pada kedua kelompok penelitian
Karakteristik Total Usia Ibu (tahun) 18-24 25-29 30-34 35-41
74
Kelola (T) n % 38 51,4
Kontrol (K) n % 36 48,6
12 25 28 9
6 13 15 4
50,0 52,0 53,6 44,4
6 12 13 5
50,0 48,0 46,4 55,6
x2=0,24 ρ=0,971
Pendidikan SMP SMA UNIVERSITAS
8 44 22
4 21 13
50,0 47,7 59,1
4 23 9
50,0 52,3 40,9
x2=0,76 ρ=0,682
Pekerjaan IRT Karyawan Wiraswasta PNS
32 12 21 9
13 8 11 6
40,6 66,7 52,4 66,7
19 4 10 3
59,4 33,3 47,6 33,3
x2=3,45 ρ=0,327
Paritas Pertama Kedua Ketiga atau lebih
25 29 20
14 13 11
56,0 44,8 55,0
11 16 9
44,0 55,2 45,0
x2=0,82 ρ=0,665
Ket: t= uji t ; x2= uji chi kuadrat
Tabel 3.1. memperlihatkan bahwa ditinjau dari karakteristik subjek penelitian, baik dari segi usia ibu, pekerjaan, pendidikan, maupun paritas tidak ditemukan perbedaan yang bermakna antara kelompok kelola dan kelompok kontrol, dengan demikian kedua kelompok ini dapat diperbandingkan.
12 Terlihat bahwa penyebaran subjek penelitian menurut usia pada kedua kelompok ini tidak bermakna secara statistik (ρ=0,971). Dari segi pendidikan, tampak bahwa taraf pendidikan kedua kelompok tidak berbeda jauh, pendidikan SMP, SMA, Universitas masing-masing yaitu 4, 21, 13 kasus pada kelompok kelola dan 4, 23, 9 kasus pada kelompok kontrol, keadaan ini secara statistik tidak bermakna (ρ=0,682). Sementara untuk pekerjaan, subjek penelitian terdiri dari IRT, Karyawan, Wiraswasta, PNS masing-masing yaitu 13, 8, 11, 6 untuk kelompok kelola dan 19, 4, 10, 3 pada kelompok kontrol, penyebaran keadaan ini secara statistik juga tidak bermakna (ρ=0,327). Dari segi paritas, terlihat bahwa perbadingan paritas pertama, kedua dan ketiga atau lebih pada kedua kelompok hampir sama, keadaan ini secara statistik memang tidak bermakna (ρ=0,665). Hasil analisis diatas memperlihatkan bahwa homogenitas subjek penelitian pada kedua kelompok penelitian cukup baik, sehingga kedua kelompok ini dapat dibandingkan dengan baik.
Tabel 3.2. Perbandingan Jenis kelamin bayi pada kedua kelompok penelitian
13
T (Kelola) n % Jenis Kelamin Bayi Laki Perempuan
39 35
20 18
n
51,3 51,4
K (Kontrol) % 19 17
48,7 48,6
x2=0,001 ρ=0,990
Ket: t= uji t ; x2= uji chi kuadrat
Dari segi jenis kelamin bayi, tampak pada tabel 3.2 bahwa penyebaran bayi laki dan bayi perempuan tidak jauh berbeda, 20 bayi laki dan 18 bayi perempuan pada kelompok kelola dan 19 bayi laki dan 17 bayi perempuan pada kelompok kontrol, keadaan ini tidak bermakna secara statistik (ρ=0,990). Tabel 3.3. Perbandingan keberhasilan ASI ekslusif pada kedua kelompok penelitian
T (Kelola) n % ASI eksklusif +
21 53
12 26
57,1 49,1
n
K (Kontrol) % 9 27
42,9 50,9
x2=0,39 ρ=0,530
Ket: t= uji t ; x2= uji chi kuadrat
Terlihat bahwa penyebaran subjek penelitian berdasarkan keberhasilan ASI eksklusif ditandai dengan tidak adanya pemberian minuman tambahan suplementasi selain ASI (susu formula, air gula, dan lain-lain) selama periode penelitian pada kedua kelompok ini tidak berbeda jauh, terdapat 53 kasus pada kelompok kelola dan 27 kasus pada kelompok kontrol yang mengakui tidak memberikan minuman tambahan selain ASI, tapi keadaan ini tidak bermakna secara statistik (ρ=0,530).
14 3.2. Pembahasan Pemilihan subjek penelitian yang akan diikutkan kedalam penelitian ini didasarkan pada pertimbangan untuk mendapatkan subjek penelitian yang normal sambil menyingkirkan faktor-faktor perancu seperti preeklamsi berat, eklamsi, kelainan jantung, persalinan prematur atau keadaan lain yang menyebabkan pemberian ASI tidak memungkinkan. Kelainan-kelainan ini dapat menyebabkan keberhasilan menyusui tidak dapat tercapai sehingga dapat menimbulkan bias pada hasil penelitian. Pemilihan individu dalam rentang usia kehamilan ≥ 37 minggu berdasarkan pada kemampuan bayi untuk menyusui ASI dengan baik
(16)
, sehingga pada kehamilan < 37
minggu pada umumnya kemampuan bayi untuk menyusui masih kurang, dan belum dianjurkan untuk rawat gabung.(17) Individu dengan komplikasi kehamilan seperti preeklamsi atau eklamsi atau kelainan lain sehingga dapat menyebabkan kesejahteraan janin terganggu tidak diikutsertakan dalam penelitian ini dengan pertimbangan bahwa pada individu dan bayinya akan membutuhkan terapi atau tindakan tambahan yang dapat membuat hasil penelitian menjadi bias. Banyak faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi validitas penelitian ini seperti suku bangsa, keluarga, golongan darah, faktor lingkungan, ketinggian tempat tinggal, kebiasaan dan sosioekonomi. Pemilihan kandidat kedalam kelompok kelola dan kontrol dilakukan dengan cara alokasi blok permutasi, diharapkan dapat memberikan kesempatan yang sama kepada semua kandidat yang memiliki berbagai variasi faktor perancu untuk tersebar merata kedalam kedua kelompok tersebut.
15
Tabel 3.1. memperlihatkan bahwa ditinjau dari karakteristik subjek penelitian, baik dari segi usia, paritas, usia kehamilan, pendidikan, maupun pekerjaan tidak ditemukan perbedaan yang bermakna antara kelompok kelola dan kelompok kontrol, dengan demikian keduaa kelompok ini dapat diperbandingkan. Terlihat bahwa penyebaran subjek penelitian menurut usia pada kedua kelompok ini tidak bermakna secara statistik (ρ=0,971). Dari segi paritas, terlihat bahwa perbadingan paritas pertama, kedua dan ketiga atau lebih pada kedua kelompok hampir sama, keadaan ini secara statistik memang tidak bermakna (ρ=0,665). Beberapa penelitian memperlihatkan bahwa ibu hamil dengan usia remaja dan primigravida mempunyai kecenderungan yang besar untuk megalami kesulitan dalam menyusui bayinya untuk pertama kali dibandingkan dengan ibu yang berusia lebih dewasa atau yang telah pernah menyusui sebelumnya
(16,18)
. Pada penelitian ini
perbandingan usia ibu, primi dan multigravida cukup seimbang ke dalam kedua kelompok penelitian sehingga menghindari bias dalam menganalisis hasil penelitian. Dari segi pendidikan, tampak bahwa taraf pendidikan kedua kelompok tidak berbeda jauh, pendidikan SMP, SMA, Universitas masing-masing yaitu 4, 21, 13 kasus pada kelompok kelola dan 4, 23, 9 kasus pada kelompok kontrol, keadaan ini secara statistik tidak bermakna (ρ=0,682). Sementara untuk pekerjaan, subjek penelitian terdiri dari IRT, Karyawan, Wiraswasta, PNS masing-masing yaitu 13, 8, 11, 6 untuk kelompok kelola dan 19, 4, 10, 3 pada kelompok kontrol, penyebaran keadaan ini secara statistik juga tidak bermakna (ρ=0,327).
16 Pendidikan dan pekerjaan juga dianggap mempuyai pengaruh besar dalam keberhasilan menyusui, sebuah penelitian memperlihatkan bahwa pendidikan ibu dibawah SMA ternyata berhubungan dengan kegagalan menyusui yang lebih tinggi kejadiannya (18) , keadaan ini memang ditunjang kenyataan bahwa sebagian besar dari ibu hamil dengan pendidikan dibawah SMA tersebut ternyata karyawan pabrik (10 dari 12 orang). Penelitian tersebut memperlihatkan bahwa
kesulitan menyusui ASI eksklusif
lebih banyak dikeluhkan oleh ibu yang mempunyai aktivitas/pekerjaan di luar rumah misalnya seperti karyawan
(18)
. Keadaan ini mungkin terjadi karena pengetahuan ibu
tentang menyusui ASI ekslusif yang kurang atau lingkungan tempat kerja dan jam kerja yang tidak mendukung. Pada penelitian ini kami mendapatkan penyebaran ibu hamil dengan taraf pendidikan dan pekerjaan ke dalam kedua kelompok penelitian seimbang. Hasil analisis diatas memperlihatkan bahwa homogenitas subjek penelitian pada kedua kelompok penelitian cukup baik, sehingga kedua kelompok ini dapat dibandingkan dengan baik. Pada Tabel 3.2 tampak bahwa penyebaran bayi laki dan bayi perempuan tidak jauh berbeda, 20 bayi laki dan 18 bayi perempuan pada kelompok kelola dan 19 bayi laki dan 17 bayi perempuan pada kelompok kontrol, keadaan ini tidak bermakna secara statistik (ρ=0,990). Pada sebuah penelitian di Jepang(15), bayi laki jarang yang mendapatkan ASI eksklusif, mungkin karena ibu berpendapat bayi laki membutuhkan energi lebih banyak dibandingkan bayi perempuan sehingga mereka mendapat minuman susu formula atau makanan tambahan lebih dini, keadaan ini juga ditemukan di negara amerika latin(18), Yunani (19) dan Cina (20) .
17 Pada table 3.3. Terlihat bahwa penyebaran subjek penelitian berdasarkan pemeberian minuman tambahan suplementasi selain ASI (susu formula, air gula, dan lain-lain) selama periode penelitian pada kedua kelompok ini tidak berbeda jauh, terdapat 12 kasus pada kelompok kelola dan 9 kasus pada kelompok kontrol yang mengakui memberikan minuman tambahan selain ASI, tapi keadaan ini tidak bermakna secara statistik (ρ=0,530). Pada penelitian ini tidak tampak perbedaan yang bermakna keberhasilan menyusui antara kelompok kelola yang mendapatkan ekstrak daun katuk dengan kelompok kontrol yang mendapatkan plasebo. Masa pengamatan penelitian kami hanya 4 minggu, dengan mempertimbangkan waktu pemantauan yang singkat akan mengurangi jumlah kasus loss to follow up atau drop out . Penelitian terdahulu juga melakukan pemantauan sekitar 4 minggu(15) Sebuah penelitian melakukan pemantauan selama 4 bulan, tanpa menggunakan suplemen daun katuk (15), selain mengalami banyak kasus drop out , ternyata terdapat bias pada hasil penelitiannya, karena jenis penelitiannya retrospektif sebagian besar peserta penelitian lupa kapan waktu mereka mulai menyusui pasca salin. Beberapa penelitian menyatakan ekstrak daun katuk memang terbukti efektif untuk menambah volume ASI dibandingkan plasebo(14), tapi pada penelitian kami ternyata tidak berbeda bermakna dengan pemberian plasebo. Kami memang tidak mengukur volume ASI peserta penelitian, keberhasilan menyusui dinilai berdasarkan pemberian ASI ekslusif selama periode penelitian tanpa adanya pemberian minuman tambahan seperti susu formula atau air gula dan air tajin.
18 Pemberian kapsul ekstrak daun katuk atau plasebo ternyata tidak berbeda secara bermakna, tapi setidaknya memberikan efek positif terhadap sugesti peserta penelitian untuk melanjutkan pemberian ASI, karena dari 80 orang peserta penelitian terdapat 74 orang yang terus menyusui ASI selama periode penelitian. Kami juga memantau usaha menyusui peserta penelitian baik saat kontrol ke rumah sakit atau lewat telepon setiap minggu, ternyata tindakan ini juga direspon positif oleh mereka untuk tidak berhenti memberikan ASI untuk bayinya. Sebuah penelitian juga menyatakan faktor utama yang berpengaruh dalam kegagalan menyusui ASI adalah faktor kepercayaan diri ibu yang rendah dalam kemampuan menyusui. (21) Pada penelitian ini kami mendapatkan kesimpulan bahwa pemberian ekstrak daun katuk ternyata memang tidak lebih baik dibandingkan plasebo dalam keberhasilan menyusui ASI.
IV. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 4.1. Kesimpulan
19 1) Pemberian ekstrak daun katuk tidak lebih baik dibandingkan plasebo dalam keberhasilan menyusui ASI.
4.2. Rekomendasi 1) Dilakukan penelitian lanjutan dengan jumlah subjek penelitian yang lebih besar dengan pemantauan yang lebih lama, sehingga dapat diketahui pengaruhnya terhadap luaran perinatal dan tumbuh kembangnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Breast Feeding Debate. http://abcnews.go.com/International.
20 2. Breast Feeding Debate in Philippines. http://boston.com/news/world/asia/articles 3. UNICEF:
Implementing
the
ten
steps
to
successful
breast-feeding.
http://www.unicef.org/nutrition/files/BFHI_Revised_Section2.4.a_Slides.ppt. 4. WHO/CHD: Evidence
for
the
ten
steps
to
successful
breast-feeding.
http://www.who.int/child-adolescenthealth/publications/NUTRITION/WHO_CHD_98.9.htm 5. Moore RE, Anderson GC, Bergman N: Early skin-to-skin contact for mothers and their healthy newborn infants (Cochrane Review). Cochrane Database Syst Rev 2007, 3:CD003519. 6. Widstrom AM, Ransjo-Arvidson AB, Christensson K, Matthiesen AS, Winberg J, Uvnas-Moberg K: Gastric suction in healthy newborn infants. Effects on circulation and developing feeding behaviour. Acta Paediatr Scand 1987, 76:56672. 7. Righard L, Alade MO: Effect of delivery room routines on success of first breastfeed. Lancet 1990, 336:1105-7. 8. Rowe-Murray HJ, Fisher JRW: Baby friendly hospital practices: cesarean section is a persistent barrier to early initiation of breastfeeding. Birth 2002, 29(2):124131. 9. Dyson L, McCormick F, Renfrew M: Interventions for promoting the initiation of breastfeeding
(Cochrane
Review). Cochrane
Database
Syst Rev 2005,
18(2):CD001688. 10. Taylor PM, Maloni JA, Brown DR: Early sucking and prolonged breast-feeding. Am J Dis Child 1986, 140(2):151-4. 11. Horton S, Sanghvi T, Phillips M, et al (1996). "Breastfeeding promotion and priority setting in health". Health Policy Plan 11 (2): 156–68. 12. Sardjono, O.S., Hasanah, M., Yuliani, S dan Setiawati,A. Produksi Sediaan dari daun katuk (Sauropus androgynus Merr) sebagai obat untuk meningkatkan produksi dan kualitas ASI. RUT. Kantor Menteri Negara Riset& Teknologi. Jakarta, 1996.
21 13. Andria, A.,Marapini.,M. dan Chairul. Analisis kandungan kimia ekstrak daun katuk (Sauropus androgynus (L.) Merr. Dengan GCMS. Warta Tumbuhan Obat Indonesia. 3: 1997. 31–33. 14. Sa’roni, Sadjimin T, Sja’bani M, Zulaela. Effectiveness of the sauropus androgynus (L.) merr leaf extract in increasing mother’s breast milk production. Media Litbang Kesehatan. 2004;XIV:3. 15. Yuko N, Kazuhiko M, Sumihisa H, Kazuyo O. Initiation of breastfeeding within 120 minutes after birth is associated with breastfeeding at four months among Japanese women: A self-administered questionnaire survey. International Breastfeeding Journal 2008, 3:1. 16. Kaneko A, Kaneita Y, Yokoyama E, Miyake T, Harano S, Suzuki K, Ibuka E, Tsutsui T, Yamamoto Y, Ohida T: Factor associated with exclusive breast-feeding in Japan: for activities to support child-rearing with breast-feeding. J Epidemiol 2006, 16(2):57-63 17. Hashimoto T: Breastfeeding. The Japanese Journal of Neonatal Care 2000, 13(12):10-17. 18. Perez-Escamilla R, Lutter C, Segall AM, Rivera A, Trevino-Siller S, Sanghvi T: Exclusive breast-feeding duration is associated with attitudinal, socio-economic and biocultural determinants in three Latin American countries. J Nutr 1995, 125(12):2972-84. 19. Ladomenou F, Kafatos A, Galanakis E: Risk factors related to intention to breastfeed, early weaning and suboptimal duration of breastfeeding. Acta Paediatr 2007, 96(10):1441-4. 20. Graham MJ, Larsen U, Xu X: Sons preference in Anhui Province, China. Int Fam Plan Perspect 1998, 24(2):72-77. 21. Loughlin HH, Clapp-Channing NE, Gehlbach SH, Pollard JC, McCutchen TM. Early termination of breastfeeding: Identifying those at risk. Pediatrics 1985;75;508-513. http://www.pediatrics.org/
Lampiran 1
22 INFORMASI MENGENAI PENELITIAN
EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN KATUK DALAM KEBERHASILAN MENYUSUI Gunanegara RF, Suryawan A, Sastrawinata US, Surachman T Bagian/KSM Obstetri Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha RS Immanuel Bandung
Rimonta F Gunanegara, dr, SpOG, sebagai peneliti dari Fakultas Kedokteran Kristen Maranatha sedang melakukan penelitian untuk mengetahui perbandingan efek ekstrak daun katuk dalam keberhasilan menyusui ASI.
Latar Belakang ASI adalah nutrisi paling ideal untuk bayi-bayi kita. Banyak penelitian yang menunjukkan kelebihan-kelebihan ASI dibandingkan dengan susu formula, baik dari segi komposisi nutrisinya sampai kedekatan hubungan psikologis antara ibu dan bayinya,suatu hal yang akan mempengaruhi perkembangan jiwanya di masa depan. WHO dan pemerintah saat ini sedang mengkhawatirkan tentang praktek pemberian ASI eksklusif di Indonesia. Praktek menyusui ASI di Indonesia semakin menurun dari tahun ke tahun, dari 42% pada tahun 1997 menjadi 40% pada tahun 2002. Kecenderungan ini ternyata ditemui di negara-negara berkembang lainnya seperti di Filipina dari 20% pada tahun 1998 menjadi 16% pada 2003, Vietnam dari 29% pada 1998 menjadi 15% pada 2002. Thailand merupakan negara paling rendah dengan hanya 5,4% ibu menyusui ASI ekskusif. Kecenderungan ini mungkin terjadi karena makin banyaknya ibu yang berkeja penuh-waktu dan pengetahuan ibu tentang pemberian ASI eksklusif yang sangat kurang. Ibu-ibu di negara maju seperti Amerika Utara dan Eropa justru memperlihatkan kecenderungan yang meningkat untuk menyusui anak-anaknya ASI eksklusif dalam bulan-bulan pertama kelahiran.
23 Produksi ASI yang tidak mencukupi merupakan keluhan yang sering diutarakan oleh ibu terutama minggu pertama nifas dan mengenai sekitar 50-80% wanita. Banyak sekali obat-obatan yang ditawarkan untuk mengurangi keluhan tersebut, salah satunya adalah daun katuk (Saoropus androgynus), yang memang ditunjang oleh beberapa penelitian terbukti dapat menambah produksi ASI. Salah satu langkah dari 10 Langkah Sukses Menyusui yang diperkenalkan oleh WHO adalah “Menolong ibu memulai menyusui dalam waktu 30 menit setelah kelahiran”. Banyak rumah sakit dan rumah besalin yang sudah mempraktekan ini, bila keadaan ibu dan bayinya memnungkinkan, ibu akan dibantu untuk menyusui ASI untuk bayinya yang baru lahir, kemudian ibu dan bayi akan dirawat di ruangan yang sama selama 24 jam (rooming in). Isapan mulut bayi pada puting ibu lah yang akan memicu produksi ASI, semakin sering mulut bayi mengisap puting ibu maka produksi ASI akan semakin banyak, begitu pula sebaliknya. Mengapa anda terpilih? Ibu terpilih diikutkan ke dalam penelitian ini oleh karena ibu baru saja bersalin dan memutuskan untuk menyusui ASI. Akan dilakukan upaya untuk keberhasilan menyusui ASI ibu dengan pemberian ekstrak daun katuk untuk menambah efektivitasnya. Tata cara: Bila ibu bersedia, maka dokter akan memberikan obat ekstrak daun katuk bila ibu terpilih kedalam kelompok kelola dan plasebo berisi sacharin (gula) bila ibu terpilih ke dalam kelompok kontrol. Tentu saja ibu tidak akan mengetahui ke dalam kelompok mana ibu terpilih sampai selesai penelitian. Ibu akan dianjurkan untuk memakan obat sesuai aturan yang nanti akan dijelaskan, kemudian akan dilakukan penilaian. Ibu akan dianjurkan untuk kembali pada hari ke-7 untuk dilakukan penilaian ulangan terhadap keberhasilan menyusui ASI yang ibu rasakan. Ibu akan dihubungi melalui telepon setiap minggu selama satu bulan untuk menilai keberhasilan menyusui ASI.
Manfaat:
24 Keuntungan yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah bila peranan ekstrak daun katuk berpengaruh terhadap keberhasilan menyusui ASI, maka menyusui akan menjadi pengalaman yang menyenangkan. Jasa dan peran ibu sangat besar dalam penelitian ini. Penelitian ini juga diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas wanita dan generasi muda Indonesia. Kesukarelaan: Keikutsertaan ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela disertai tanggung jawab sampai selesainya penelitian ini. Ibu bebas menolak ikut dalam penelitian ini. Bila ibu telah memutuskan untuk ikut serta, ibu juga bebas untuk mengundurkan diri setiap saat dengan alasan apapun tanpa menyebabkan berubahnya kualitas pelayanan dokter bila ibu dalam keadaan sakit. Namun, bila ibu tidak mengikuti dan mentaati instruksi yang diberikan dokter, ibu akan tidak diikutsertakan lagi dari penelitian ini. Kerahasiaan data: Selama ibu ikut dalam penelitian ini, setiap informasi dan data penelitian ini akan diperlakukan secara rahasia sehingga tidak memungkinkan untuk diketahui orang lain.
Penyulit dan kompensasi Apabila terjadi penyulit atau komplikasi yang berhubungan dengan penelitian ini, maka anda akan diberi pertolongan dengan prosedur yang telah baku. Dalam keadaan adanya penyulit atau adanya hal-hal yang belum dimengerti, anda diberi kesempatan untuk menanyakan semua hal yang berhubungan dengan penelitian ini kepada dr Rimonta F Gunanegara, SpOG, di bagian Obstetri dan Ginekologi FK UKM/RS.Immanuel, Jl. Kopo No. 162 Bandung. No. telepon (022)5201656,5201672.
25 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN
Yang bertanda tangan di bawah ini: 1. Nama Ibu :…………………………………………………………... Umur : ………………………………………………………….. Alamat : ………………………………………………………….. Pekerjaan : ………………………………………………………….. 2. Nama Suami : ………………………………………………………….. Umur : ………………………………………………………….. Pekerjaan : ………………………………………………………….. Dengan sesungguhnya menyatakan bahwa: Setelah mendapat penjelasan sepenuhnya dan menyadari serta memahami tentang maksud dan tujuan, manfaat serta resiko yang mungkin timbul dalam penelitian yang berjudul: “ EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN KATUK DALAM KEBERHASILAN MENYUSUI ” Dan setelah mengetahui dan memahami bahwa subjek dalam penelitian ini sewaktuwaktu dapat mengundurkan diri dari keikutsrtaannya, maka saya SETUJU untuk diikutsertakan dalam penelitian/uji klinis dan BERSEDIA BERPERAN SERTA dengan mematuhi semua ketentuan yang berlaku dalam penelitian ini. Demikian surat pernyataan persetujuan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan penuh tanggung jawab tanpa paksaan pihak manapun. Bandung,, …………………..2008 Dokter Yang membuat pernyataan 1. Peserta
(
)
(
) 2. Suami
(
)
26 Lembar Persetujuan Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : …………………………………………………………………... Umur : …………………………………………………………………... Alamat: …………………………………………………………………... …………………………………………………………………...
Setelah mendapat penjelasan dari petugas, bersedia untuk mengikuti penelitian mengenai: “
EFEKTIVITAS
EKSTRAK
DAUN
KATUK
DALAM
KEBERHASILAN
MENYUSUI ”
Bandung,………………………2008
Dokter,
(
Yang membuat pernyataan
)
(
)
Suami/Saksi
(
)
27
STATUS PESERTA PENELITIAN “ EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN KATUK DALAM KEBERHASILAN MENYUSUI ”
I. IDENTITAS 1. No. pasien
:
2. No. acak
:
3. Tgl. Pemeriksaan pertama
:
4. Nama pasien
:
5. Umur pasien
:
6. Pendidikan
:
7. Pekerjaan
:
8. Nama suami
:
9. Umur suami
:
10. Pendidikan
:
11. Pekerjaan
:
II. KARAKTERISTIK PASIEN 12. Paritas
: G:
13. Riwayat Obstetri
:
14. Kontrasepsi terakhir
:
15. HPHT
:
16. Tgl taksiran persalinan
:
17. Umur kehamilan sekarang:
P:
A:
minggu
III. PEMERIKSAAN FISIK 18. Tinggi badan
:
cm
19. Berat badan
:
kg
20. Jantung
:
21. Paru-paru
:
28 22. Konjungtiva
:
23. Oedem
:
24. Tekanan darah
:
IV. PEMERIKSAAN LABORATORIUM 25. Hb
:
26. Hematokrit
:
27. Lekosit
:
28. Trombosit
:
29.Ureum
:
30. Kreatinin
:
31.GDS
:
33. Urine rutin
:
33. USG
:
V. PERSALINAN 34. Tanggal persalinan/jam
:
35. Jenis kelamin bayi/BB/PB/APGAR: 35. Jenis Persalinan
:
36. Waktu dari persalinan sampai menyusui ASI : 37. Dokter penolong :
V.1 KUNJUNGAN ULANG (Pada hari ke-7) 37. Tgl. Pemeriksaan
:
38. Apakah saat ini ibu masih menyusui ASI? 39. Apakah ibu memberikan minuman tambahan selain ASI? 40. Alasan ibu?
:
29 V.1 KUNJUNGAN ULANG (Pada hari ke-14) 37. Tgl. Pemeriksaan
:
38. Apakah saat ini ibu masih menyusui ASI? 39. Apakah ibu memberikan minuman tambahan selain ASI? 40. Alasan ibu?
:
V.1 KUNJUNGAN ULANG (Pada hari ke-21) 37. Tgl. Pemeriksaan
:
38. Apakah saat ini ibu masih menyusui ASI? 39. Apakah ibu memberikan minuman tambahan selain ASI? 40. Alasan ibu?
:
V.1 KUNJUNGAN ULANG (Pada hari ke-28) 37. Tgl. Pemeriksaan
:
38. Apakah saat ini ibu masih menyusui ASI? 39. Apakah ibu memberikan minuman tambahan selain ASI? 40. Alasan ibu?
:
30 Lampiran 2
Bagaimana cara menyusui yang baik? Seorang ibu menyusui bayinya, adalah suatu anugerah yang sangat tak ternilai dan tindakan yang sangat mulia. Menyusui ASI dapat memberikan nutrisi yang cukup dan ideal untuk bayi anda, melindunginya dari penyakit, mendekatkan bayi anda secara emosionil dan psikologis membuat bayi anda lebih tenang dan nyaman. Ayo, mulai menyusui bayi tersayang anda!
langkah a
langkah c
•
• •
•
•
langkah b
langkah d
Posisikan bayi miring pada samping punggungnya sehingga bayi menghadap anda, dengan perutnya menyentuh anda. Sanggalah bayi dengan bantal, bila perlu, dan hadapkan kearah payudara anda. Tempatkan ibu jari dan jari-jari anda disekitar areola. (lihat langkah a) . Angkat bagian belakang kepala bayi anda dan sentuhlah bibirnya dengan puting payudara anda sampai bayi membuka mulutnya (lihat langkah b). Bantulah bayi untuk “mengulum” payudara anda ke dalam mulutnya dengan menempatkan rahang bawahnya dahulu dibawah puting. (lihat langkah c). Angkat kepala bayi sedikit, tempatkan rahang atasnya ke payudara anda. Yakinkan b ayi anda memasukkan seluruh puting dan paling sedikit 1-2 cm dari areola ke dalam mulutnya. (lihat langkah d).
31
Bagaimana cara menyusui yang baik? 1. Cradle Posisikan bayi anda bersandar pada lengan anda, kepalanya di lipatan depan siku. Sanggalah punggungnya dengan jari anda. Dekatkan bayi anda, perutnya bersentuhan dengan anda, dengan telinganya, bahu dan panggulnya dalam garis lurus.
Cradle
Football
2. Football Posisi ini terutama sangat membantu pada ibu yang m enjalani seksio sesar. Tempatkan bayi anda di atas bantal, dekatkan pada anda, istirahatkan lengan pada bantal dan bawa mulut bayi ke payudara anda, sanggalah kepalanya dengan tangan anda.
Side-lying
3. Side-Lying Posisi ini juga membantu pada ibu dengan seksio sesar atau bila anda ingin sambil beristirahat. Berbaring miring sambil menyusui, tempatkan kepala anda pada bantal, dekatkan bayi, gunakan lengan anda untuk menyangga punggung bayi, gunakan lengan anda yang lain untuk memegang payudara ke mulut bayi.