Latar Belakang Perusahaan PT. MTU PT. Multi Tambangjaya Utama (PT. MTU) adalah perusahaan pemegang Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) generasi III dengan kode wilayah KW 04 PB 0134. Wilayah perjanjiannya terletak di daerah Kabupaten Barito Selatan, Barito Utara dan Barito Timur, Propinsi Kalimantan Tengah. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral nomor : 321.K/30/DJB/2009 tanggal 26 Juni 2009 tentang permulaan tahap kegiatan operasi produksi pada wilayah Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara PT Multi Tambangjaya Utama seluas 24.970 Ha untuk selama 30 (tiga puluh) tahun yang berlaku mulai tanggal 4 Mei 2009 sampai dengan tanggal 3 Mei 2039. Penambangan di blok Kananai merupakan awal penambangan saat memasuki periode eksploitasi. Luas area yang telah dibuka sejak awal produksi Mei 2009 sampai akhir September 2012 kuranglebih 534 hektar. sebesar
350.000
ton
ROM
Dari target rencana produksi tahun pertama
batubara
sampai
akhir
Desember
2009
dapatdirealisasikanproduksi 439.039 ton ROM batubara dengan pencapaian target produksi sebesar 125%. Memasuki tahap operasi produksi tahun 2013, PT. MTU merencanakan peningkatan produksi dari 1.200.000 ton per tahun menjadi 3.000.0000 ton per tahun di 2015. Blok PKP2B PT. MTU memiliki luas 24.970 ha, terbagi kedalam 11 Blok prospek, dimana perlu pengembangan dan perluasan eksplorasi pada blok-blok yang belum terdapat data, dengan menggunakan Metoda SNI untuk pengerjaan Eksplorasinya.
Lokasi Daerah Penyelidikan
Daerah PKP2B PT. Multi Tambangjaya Utama (PT. MTU) terletak di Kecamatan GunungBintang Awai, Gunung Pureidan Dusun Tengah, Kabupaten Barito Selatan, Barito Utara dan Barito Timur, Propinsi Kalimantan Tengah. Setelah mengalami penciutan wilayah sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral Nomor : 214.K/40.00/DJG/2004, tanggal 3 September 2004 dan diperpanjang dengan Surat Keputusan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral Nomor 321.K/40.00/DJG/2005 tanggal 13 Juni 2005. Wilayah PKP2B PT. MTU memiliki luas sekitar 24.970 Ha, yaitu terdiri dari Blok malintut 1, Malintut 2, Kananai 1, Kananai 2, KananaiTimur 1, KananaiTimur 2, SiungMalopot, TawoKarau, Lumuh, Swalang, dan Muntok.(lihatGambar 1.1).
Gambar 1.1.Peta Blok Lokasi PKP2B PT. MTU Ampah merupakan ibu kota Kecamatan Dusun Tengah, Kabupaten Barito Timur, dilewati oleh jalan trans Kalimantan yang menghubungkan antara Banjarmasin dan Muara Teweh. Lokasi PKP2B PT. MTU, khususnya ke Blok Malintut 1, malintut 2, Kananai 1, Kananai 2, kananai Timur 1, kananai Timur 2, Siung malopot, Tawo karau, kurang lebih 50 km. Wilayah perjanjian juga dapat dicapai lewat jalan air dari Banjarmasin dengan menyusuri sungai Barito kearah Buntok. Selanjutnya dari buntok perjalanan dilanjutkan melalui jalan darat menuju wilayah konsesi. Selain melalui jalan darat, perjalanan dari Buntok juga dapat
ditempuh melalui jalan air kearah Muara Bambanen dan selanjutnya dari Muara Bambanen perjalanan dilanjutkan dengan melewati jalan logging kayu yang sudah ada menuju ke Blok1 sejauh 60 km.
Gambar 1.2. Peta Lokasi dan Kesampaian daerah lokasi PKP2B PT. MTU
Keadaan Lingkungan Morfologi Umum Daerah Penyelidikan Morfologi daerah penelitian dapat dibedakan menjadi dua satuan Morfologi, yaitu satuan morfologi perbukitan dan satuan morfologi dataran. Satuan morfologi perbukitan terdapat di bagian timur meliputi daerah Kananai, Lumuh, Malopot, dan Swalang Mea. Satuan morfologi dataran umumnya berada di sebelah barat daerah penelitian kearah bantaran sungai barito.
Iklim
Daerah penelitian beriklim tropis kering – panas, mempunyai dua musim yaitu musim penghujan yang umumnya jatuh setiap akhir bulan November–April, sedangkan musim kering dari bulan Mei sampai bulan Oktober. Temperatur rata-rata tahunan 26,92o C, curah hujan tahunan di daerah telitian kisaran sedang antara 1.817,8 mm sampai 3.082 mm. Sedangkan kelembaban relatif rata-rata adalah 79,63%. Data curah hujan untuk periode bulan 2009 – April 2013, dapat dilihat pada Tabel 1-1. Tabel 1.1 Data Curah Hujan PT. MTU ( mm)
Tata Guna Lahan Wilayah PKP2B PT. MTU secara umum seluruh wilayahnya merupakan bekas konsesi perusahaan HPH (Hak Penguasaan Hutan). Aktifitas pengambilan kayu sampai saat ini masih berlangsung, baik yang dilakukan oleh pemilik HPH maupun penebangan liar oleh penduduk sekitar. Sarana perhubungan dapat melewati jalan air dengan menyusuri sungai Barito. Sedangkan jalan darat melewati jalan logging kayu yang sudah ada di daerah area
Blok 1.
Tataguna lahan PPKP2B menurut Peta Kawasan Hutan termasuk kedalam Kawasan Hutan Produksi (40 %), Kawasan Hutan Produksi Terbatas (30%), Areal Penggunaan Lain (20%), Hutan Produksi Konversi (5%), dan Kawasan Hutan Lindung (5%).
Gambar 1.3. Peta Tataguna Lahan berdasarkan Peta Kawasan Hutan daerah lokasi PKP2BPT. MTU
Penduduk dan Sosial Kemasyarakatan Penduduk asli di daerah ini terdiri dari beberapa Suku Dayak, antara lain: Dayak Manyan yang beragama Kristen atau Hindu Kaharingan, Dayak Dusun dan Dayak Bakumpai yang beragama Islam, serta Dayak Bawo yang menempati area disekitar muara sungai di dalam hutan yang beragama Hindu Kaharingan. Desa-desa baru yang tumbuh dari program transmigrasi oleh pemerintah umumnya ditempati oleh suku Jawa, Bali, Sunda, Lombok, Madura dan Flores. Kegiatan ladang berpindah dengan jalan membakar hutan sangat sering dilakukan oleh penduduk sekitar, terutama di daerah Kananai sampai dengan Sungai Riyee. Tanaman yang diusahakan umumnya berupa tanaman padi pada musim hujan dan setelah panen biasanya ditanami tanaman karet. Kegiatan ekonomi di pasar-pasar umumnya dikuasai oleh suku Banjar yang datang dari daerah Kalimantan Selatan.
Keadaan Flora dan Fauna
Vegetasi di daerah penelitian dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu tumbuhan alam dan tumbuhan yang ditanam. Tumbuhan alam terdiri atas tumbuhan yang membentuk hutan belukar, baik primer maupun sekunder, terutama menempati daerah perbukitan, seperti ulin, meranti, balau, kayu kapur dan bangkirai. Sedangkan tumbuhan yang ditanam dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu tanaman musiman dan tanaman tahunan. Tanaman musiman umunya berupa padi gunung, jagung dan ketela pohon yang ditanam dengan cara lahan berpindah. Tanaman tahunan umumnya berupa tanaman karet, baik yang ditanam secara tradisional oleh masyarakat maupun oleh perkebunan milik negara. Waktu Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan eksplorasi detil sebelumnya telah dilakukan oleh PT. MTU, dan telah mendapatkan persetujuan dengan mengembangkan eksplorasi tingkat lanjut yang meliputi pemetaan geologi detil, pengambilan contoh batubara dan pemboran detil dengan interval tertentu sesuai dengan standar SNI yang berlaku.
Metoda dan Perlatan Kegiatan eksplorasi di wilayah PKP2B PT. MTU ada dua kegiatan, yaitu kegiatan pemetaan, drilling, dan Topografi. 1. Perlengkapan lapangan yang dipergunakan selama kegitan pemetaan, yaitu: Kompas Geologi (Brunton) GPS, Garmin (76 CSx) Camera Digital Klinometer (Suunto) Palu Geologi (Estwing) Plastik Sampel 2. Perlatan yang digunakan dalam kegitan drilling, yaitu: Mesin drilling RC (Reserve Circulation) Geofisika logging (OYO GWS 3630) Jackro 240 Jackro 300 Camera Digital Core Box
Plastik Sample Alat-alat tulis Meter ukur GPS, Garmin (76 CSx) 3. Survei Topografi dilakukan dengan menggunkan metode Lidar (Light Detection and Ranging), alat yang digunakan, yaitu:
Survey Aircraft dengan Pilatus Porter PC 6
Orthophotoprosesing system (PCI Geomatica) Geologi Umum dan Geologi Regional Elemen utama dari struktur geologi pulau Kalimantan dapat dilihat pada Gambar 2.1.Blok PKP2B PT. MTU berada di dalam bagian selatan dari Kutai Basin yang berumur Tersier. Kutai Basin dibatasi di sebelah barat oleh Kuching High dan Sunda Shield. Bagian selatan dari Kutai Basin dibagi menjadi dua, yaitu Asam Asam Sub-basin dan Pasir Sub-basin yang berada di bagian timur dari pegunungan Meratus dan Barito Sub-basin yang berada di bagian barat dari pegunungan Meratus. Wilayah perjanjian PT. MTU berada di Barito Subbasin. Proses deposisi dimulai dari Eocene dengan marin transgresi. Ini merupakan bagian utama dari siklus transgresi – regresi yang merupakan efek dari basin sedimentasi yang terjadi di Asia Tenggara selama periode Tersier. Marin transgresi mencapai puncaknya pada Akhir Oligocene di bagian barat dari Kutai Basin, dan pada awal Miocene Tengah di bagian timur. Munculnya sedimen klastik mendominasi di area Kuching High ke arah barat. Batuan karbonat berkembang dengan baik pada areal yang lebih stabil di bagian selatan, Barito Sub-basin dan Paternoster Platform. Pegunungan Meratus nampaknya memunculkan punggungan selama Paleogene, dan masih terjadi sedimentasi tetapi dengan akumulasi yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan basin-basin yang lain yang ada di sekitarnya.
Akibat tektonik mengangkat Kuching High selama Oligocene Akhir yang mengakibatkan deposisi regresiv delta berurutan ke dalam Kutai Basin, yang diikuti di bagian barat sampai timur migrasi dari garis pantai, dan juga migrasi dari pusat deposisi utama. Pegunungan Meratus mengalami pengangkatan selama Miocene Akhir dan hal itu merupakan kontribusi sedimen klastik ke dalam Barito Sub-basin di bagian barat dan Asam Asam dan Pasir Subbasin di timur.
Gambar 2.1. Elemen utama struktur Geologi Pulau Kalimantan Gambar 2.2. Peta Geologi regional Blok PKP2B PT. MTU Geomorfologi Regional Barito Sub-basin secara regional meliputi beberapa kenampakan geomorfologi: dataran rendah dan rawa-rawa di bagian tengah barat dan berangsur-angsur berubah menjadi agak curam sampai perbukitan curam di bagian timur, selatan, dan utara. Liniasi morfologi di daerah perbukitan kemungkinan berhubungan dengan kehadiran sistem lipatan di Kalimantan Tengah yang memanjang membentuk sinklin – antiklin secara seri.Di bagian
timur dan selatan dari Barito Sub-basin terdiri dari dataran tinggi curam dimana kemungkinan tersingkap batuan Pre-Tertier dan Awal Tersier.
Sungai Barito yang mengalir ke arah selatan sangat mempengaruhi situasi dari bagian tengah dari Barito Sub-basin.Hampir semua anak - anak cabang sungainya mengalir paralel masuk ke dalam sungai Barito, tetapi makin ke arah hulu membentuk pola dendritik.Pola pengaliran trelis mendominasi searah dengan punggungan yang berada di bagian tepi dari basin ini.
Stratigrafi Regional
Wilayah perjanjian teletak di bagian tengah dari Barito Sub-basindi Kalimantan Tengah, secara garis besar proses sedimentasinya terbentuk selama Tersier. Peta geologi lembar Buntok skala 1 : 250.000 meliputi seluruh wilayah perjanjian dan interpretasi awal telah disusun oleh Soetrisno, S.Supriatna, E. Rustandi, P. Sanyoto, K.Hasank (tahun 1994).
Stratigrafi regional penyusun Blok PKP2B PT.MTU berdasarkan Peta Geologi Regional adalah satuan Granit Kapur (Kgr), Batuan Vulkanik Kasale (Kvh), Formasi Pitap (Ksp), Formasi tanjung (Tet), Formasi Montalat (Tomm), Formasi berai (Tomb), Formasi Warukin (Tomw), dimana Formasi pembawa batubaranya adalah Formasi Tanju ng (Tet), Formasi Montalat (Tomm), Formasi Warukin (Tomw).
Formasi Pitap (Ksp) Batuan sedimen dan vulkanik tak terpisahkan, yang bersusun berlapisan. Batuan sedimen ; batulanau kelabu tua, batugamping kristalin kelabu tua, batupasir-halus kelabu, serpih merah dan serpih napalan; tebal lapisan antara 20 cm-300 cm, sebagian terlipat, batuan vulkanik : andesit, basalt dan ampibolit. Andesit dan basalt berupa leleran berwarna kelabu hijau, terubah menjadi mineral lempung, kalsit ataupun klorit, berpiroksen dan forfiritik.Basalt berteksture pilotaksit dan amigdaloid.
Granit Cretaceous (Kgr). Granit biotit berwarna hijau terang, sebagian terdapat joint. Singkapannya berasosiasi dengan Formasi Pitap dan Formasi Haruyan dan terdistribusi pada perbukitan yang berelief tinggi. Adapun variasi batuannya berupa : biotit, granodiorit, adamelit/granit gneiss dan beberapa memperlihatkan tekstur graphitic/myrmekitic. Unit ini mengintrusi Formasi Pitap, dan berumur Cretaceous Akhir. Di lapangan terlihat granit berumur lebih tua dibandingkan dengan Formasi Tanjung yang berada di atasnya.
Kasale Volcanic/Volcanic Rock (Kvh). Sebagian besar terdiri dari basalt abu-abu, dengan tekstur porphyritic sampai phylotaxitic. Berkembang sebagai dyke, sill dan stock. Hasil alterasinya membentuk mineral lempung, kalsit dan clorit. Unit ini penyebarannya membentuk area perbukitan yang kasar dan tinggi, ketebalannya mencapai 50 meter, dan bisa dikorelasikan dengan Cretaceous Akhir dari Formasi Haruyan (Kvh).
Formasi Tanjung (Tet) Formasi Tanjung adalah batuan sedimen Tersier tertua yang ditemukan di Barito Sub-basin, dimana diendapkan tidak selaras di atas basement Pra-Tersier dan diatasnya terdapat batugamping Formasi Berai. Formasi Tanjung berumur Eocene. Formasi Tanjung tersingkap secara luas di bagian utara dari basin dan di bagian timur sepanjang sayap barat dari pegunungan Meratus.
Di bagian utara ditemukan di bagian atas dari Kapuas dekat Kualakurun, terdiri dari konglomerat di bagian bawah diikuti oleh batupasir, lempung batubara dan sering andesitic agglomerat dan diendapkan pada lingkungan terrestrial sampai paralic.
Di bagian hilir dari sungai Kahayan dekat pulau Pisau, terdiri dari Batupasir kasar, batulempung pasiran, batubara dan batugamping tipis yang ditutupi oleh serpih dengan kandungan Discocyclina.
Di daerah utara perbatasan antara Barito – Kutai cross high, di daerah Pararawen antiklin, Formasi Tanjung mencapai ketebalan 2250 meter terdiri dari batupasir, lempung dan batubara. Konglomerat basal di tempat ini tidak dijumpai. Ketebalannya semakin berkurang ke arah barat, mencapai sekitar 950 meter di sungai Lemu. Semakin ke arah barat Kualakurun ketebalannya bervariasi tetapi secara umum berkurang sekitar 500 meter.
Formasi Berai (Tomb). Selama Oligocene dampai awal Miocene seluruh area sangat stabil sekali dengan kondisi pengendapan laut dangkal. Hasil pengendapan dari Formasi Berai didominasi paparan batugamping. Formasi Berai terdiri dari batugamping berselang-seling dengan batulempung, napal dan batubara, sebagian tersilikakan mengandung limonit, fosil foram besar. Formasi ini diendapkan pada lingkungan laut dangkal dengan ketebalan mencapai 1250 meter. Formasi ini menyebar pada daerah-daerah yang curam dan perbukitan karst.
Formasi Montalat (Tomm). Formasi ini terdiri dari lapisan silang siur batupasir kuarsa putih, kalkareus lokal, interbedding dengan batulanau dan batubara, berumur Oligocene (P19 - N3). Formasi ini diendapkan pada laut dangkal dan terbuka. Ketebalan mencapai sampai 1400 meter. Formasi ini menjari (interfingering) dengan Formasi Berai dengan hubungan selaras di atas Formasi Tanjung.
Formasi Warukin (Tmw). Delta regresi menutupi Formasi Berai dan berumur Miosen Tengah. Delta ini kemungkinan berawal dari utara dan barat laut dan ketebalannya mencapai beberapa ribu dekat pegunungan Meratus. Tersusun dari semi kompak sampai batupasir kasar, sebagian konglomerat interkalasi dengan batulanau dan serpih. Formasi ini membentuk hubungan selaras di atas Formasi Berai dan Montalat.
Gambar 2.3. Stratigrafi regional daerah PKP2B PT. MTU (lembar Buntok, 1994)
Sejarah Geologi Regional Barito Sub-basin yang berada di Kalimantan Tenggara, meliputi area Seluas 70.000 kilometer persegi.Ke arah barat dibatasi oleh Paparan Sunda dan dipisahkan oleh Pater Noster yang melewati Kutai Basin ke arah utara.Ke arah timur dibatasi oleh pegunungan Meratus, dan ke arah selatan dibatasi oleh laut Jawa. Secara garis besar proses sedimentasi di Barito Sub-basin terdiri dari satu kali siklus transgresi dengan sedikit arah pergerakan maju dan mundur ke arah laut yang berlangsung dari waktu ke waktu pada tempat yang berbeda-beda.
Di atas basement topografi Pre-Tersier, secara perlahan-lahan terjadi transgresi di Eocene Awal sampai Eocene Tengah diendapkan pertama kali sedimen tersier yaitu Formasi Tanjung yang terdiri dari batupasir serpih, konglomerat di bawah pengaruh lingkungan air tawar sampai air payau dan delta, dengan peningkatan pengaruh laut pada sedimentasi di atasnya.
Selama Oligocene sampai Awal Miocene seluruh area sudah stabil pada kondisi laut dangkal.Hasil pengendapannya berupa Formasi Berai yang didominasi oleh paparan batugamping dengan pertumbuhan lokal. Secara intensif menyebar dari Pater Noster bagian timur dan hampir semua dari Kraton dari paparan Sunda di sebelah barat, dan dari sisi bagian selatan Pater Noster melewati selatan sampai laut Jawa.
Pada akhir Miocene Tengah mengalami pengangkatan blok Meratus yang mengakibatkan Barito Basin terisolasi dari laut terbuka ke arah timur. Kecepatan penurunan basin juga diikuti dengan pengangkatan di bagian barat yang diikuti aktivitas erosi.Fase erosi ini menyumbangkan material pengendapan yang cukup tebal pada lingkungan paralic berupa Formasi Warukin dan Dahor.
Orogin pada Plio-Pleistocene menyebabkan pergerakan ke arah barat dari blok Meratus, pelipatan dan antiklin seri yang mungkin dikontrol oleh kenampakan pada basement. 2.1.
Geologi Lokal dan Sumberdaya Mineral
Ada perbedaan antara peta geologi lembar Buntok skala 1 : 250.000, oleh Supriatna dkk. 1981 dengan Laporan Pertamina Petroleum Geologists, 1980 (Depositional Environment and Hydrocarbon Prospects, Tanjung Formation, Barito Basin, Kalimantan). Urutan stratigrafi yang disusun oleh Pertamina didasarkan atas eksplorasi intensif, seismic, dan drilling yang dilakukan secara berkesinambungan, sehingga hasil penelitian Pertamina lebih dipercaya sebagai acuan.
Formasi Tanjung (Tet). Sedimen Tersier tertua di wilayah perjanjian adalah Formasi Tanjung yang berumur Eocene.Formasi ini melingkupi baik Blok 2 Swalang – Mea memanjang sampai Kananai antiklin di Blok 1.Batuannya terdiri dari serpih, batupasir dengan berbagai variasi ketebalan dan kadang-kadang ditemukan konglomerat kuarsa di bagian bawah, dan ukuran butirnya menghalus ke arah atas.Grup konglomerat kuarsa ini dipisahkan oleh batulempung dengan lapisan batubara, dolerit dan batulanau.
Formasi Berai (Tomb). Di daerah sebelah barat Kananai di Blok 1, Formasi Berai sangat mudah dibedakan dengan Formasi Tanjung.Formasi Berai yang berumur Oligocene didominasi oleh dicirikan dengan munculnya batugamping.Penyebarannya di bagian utara dari Blok 1 yaitu di sekitar daerah Bintang Ara.
Formasi Warukin (Tmw). Formasi Warukin yang berumur Miocene Tengah menyebar sepanjang daerah sempit sejajar dengan batas barat dari Blok 1 antara sungai Paken dan Kaput.Formasi ini terdiri dari batupasir berselang seling batulanau dan serpih dan sebagian konglomerat.Seluruh areal yang ada penyebaran Formasi Warukin akhirnya diciutkan sebelum akhir tahapan eksplorasi.
Pembahasan stratigrafi wilayah perjanjian secara detil didasarkan atas aturan penamaan satuan litostratigraf tidak resmi dari Komisi Sandi Stratigrafi Indonesia (1972), yaitu mengelompokan lapisan-lapisan batuan secara bersistem menjadi satuan bernama yang bersendikan pada ciri litologi yang dapat diamati di lapangan termasuk jenis batuan, kombinasi serta keseragaman litologi dan gejala gelogi lainnya di lapangan. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka stratigrafi lokal wilayah perjanjian dapat dikelompokan menjadi enam satuan batuan, dengan urut-urutan dari yang paling tua hingga yang paling muda adalah sebagai berikut : •
Satuan batubasal
•
Satuan batugranit
•
Satuan batupasir konglomeratan
•
Satuan batulempung
•
Satuan batugamping
•
Satuan batupasir
Satuan batubasal. Singkapan batuan atau penyebarannya satuan batuan batubasal menempati bagian selatan daerah Tawo.Satuan ini membentuk punggungan kecil dan biasanya dilintasi oleh jalan perusahaan kayu yang pernah beroperasi sebelumnya.Umumnya batuannya sudah lapuk dan warna pelapukannya sangat khas yaitu berwarna merah tua.
Satuan batugranit. Satuan batugranit ini mempunyai penyebaran lateral di daerah sebelah timur Malintut dan membentuk morphologi yang cukup curam. Di lapangan bongkahan batugranit ini tersebar sudah lepas-lepas dari batuan induknya.Tingkat pelapukannya sangat intensif dengan warna pelapukan berwarna merah.Satuan batugranit ini juga muncul di sebelah timur sungai Monyo di sebelah selatan kananai.Satuan batugranit ini berumur Pra-Tersier.
Satuan batupasir konglomeratan. Satuan ini didominasi oleh batupasir yang mengandung konglomerat kuarsa.Dilihat dari litologinya yang didominasi oleh batupasir dengan selingan batulempung dan batubara yang berselang-seling dan ditinjau dari tekstur batuannya yang sangat kasar maka dapat diinterpretasikan satuan batupasir koglomeratan ini merupakan hasil pengendapan fluviatil.Satuan ini menyebar secara luas di Blok 2 Swalang – Mea bagian timur dengan arah penyebaran utara – selatan.Satuan ini dapat dikorelasikan dengan Formasi Tanjung yang berumur Eocene.
Satuan batulempung. Satuan ini mendominasi penyebarannya baik di Blok 1 maupun Blok 2 dan merupakan pembawa utama lapisan batubara yang berumur Eocene dari Formasi Tanjung.Satuan ini menyebar dari barat di daerah Kanani sampai daerah timur di Swalang – Mea.
Satuan batugamping. Umumnya penyebaran batugamping ini tidak merata atau setempat-setempat.Satuan batugamping ini membentuk pola penyebaran menjari dengan satuan batupasir.Penyebaran
batugamping ini dapat dijumpai di daerah Bintang Ara, Desa Lima dan secara setempatsetempat di sekitar aliran sungai Rui. Satuan batugamping ini dapat dikorelasikan dengan Formasi Berai yang berumur Oligocene. Satuan batupasir. Dinamakan satuan batupasir karena ditinjau dari penyebarannya didominasi oleh lapisan batupasir.Penyebarannya ditemukan di bagian barat Malintut dan umumnya tidak mengandung lapisan batubara.Penyebarannya membentuk pola menjari dengan satuan batugamping dan dapat dikorelasikan dengan Formasi Berai yang berumur Oligocene.
Dari data-data dan korelasi hasil survey dan pemetaan geologi di lokasi PKP2B MTU yang dilakukan di tahun 2012, menghasilkan peta interpretasi geologi detil meliputi lithologi dan struktur geologi yang berkembang di lokasi PKP2B PT. MTU.
Blok PKP2B PT. MTU lithologinya didominasi oleh batulempung dengan perselingan batupasir dan disisipi oleh batubara untuk di bagian utara blok 1 dan blok 2 (Swalang), untuk daerah selatan diblok Siung Malopot dan Tawo Karau terdapat batuan beku berupa andesit dan granit, dengan sedikit batugamping berada di pinggir blok PKP2B PT.MTU. (Peta Terlampir).
Struktur Geologi Lokal
Struktur geologi local wilayah perjanjian
umumnya telah mengalami pengangkatan
membentuk struktur antiklin dan sinklin dengan sumbu lipatan umumnya berarah sama dengan struktur regional yaitu bervariasi arah utara ke selatan sampai timurlaut ke baratdaya. Jenis lipatannya baik yang berbentuk antiklin maupun sinklin berupa lipatan tidak simetris.Sesar yang ada umumnya sesar normal dan sesar geser normal yang sejajar dengan sumbu lipatan. Lipatan. Lipatan utama di bagian tengah dari Blok 1 terdiri dari antiklin Kananai dan sinklin Kananai.Sumbu lipatannya berarah timur laut – barat daya.Sumberdaya batubara Kananai
berada di bagian barat dari antiklin Kananai.Sedangkan batubara Swalang – Mea berada pada sayap barat dari antiklin Swalang – Mea. Sesar. Sesar normal, sesar naik dan sesar geser menyebar di wilayah perjanjian.Sesar-sesar ini umumnya sejajar dengan sumbu lipatan.Sesar utama mengarah timur laut – barat laut sejajar dengan antiklin Kananai.
Gambar 2.4. Peta Geologi Lokal Lokasi PKP2B PT.MTU
2.1.1. Stratigrafi lokal Karakterisitik stratigrafi blok PKP2B PT.Multi Tambangjaya Utama sesuai dari hasil penelitian di lapangan yang terdapat di beberapa tempat adalah perselingan antara batupasir dengan batulempung dengan sisipan batubara, ciri ini merupakan ciri dari Formasi Tanjung (Tet). Di sebelah selatan blok PKP2B PT. MTU terdapat kontak tidak selaras antara batuan beku dengan batuan sedimen dimana kontak tersebut merupakan kontak batuan dari Formasi Tanjung dengan Kgr (granit) dan Kvh (batuan vulkanik) yaitu satuan batuan terobosan.
Stratigrafi PKP2B PT. Multi Tambangjaya Utama didominasi oleh perselingan antara batupasir dengan batulempung dan disisipi oleh batubara, tertindih selaras oleh batugamping yang merupakan ciri dari Formasi Berai (Tomb) dan tidak selaras dengan batuan beku.
Batupasir dengan warna lapuk abu-abu kemerahan, warna segar abu-abu, halus sampai sangat halus, kompak, keras; untuk batulempung berwarna abu-abu, lunak, menyerpih, untuk batubara berwarna hitam, gores hitam, mengkilap, brittle dan batuan beku yang ditemukan di lokasi PKP2B PT. MTU berupa andesit dan granit.
Gambar 2.5. Stratigrafi PKP2B PT. MTU
Plan titik geoteknik area blok Kananai1(Prioritas kerja area IPPKH)
Peta pemboran malintut
Peta pemboran kananai