WATERPASS 1
GRUP PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2014
GROUP : II
PENGUKURAN WATERPASS ( W1 )
NAMA PERCOBAAN : PENGUKURAN WATERPASS (W1)
TUJUAN PERCOBAAN :
Mengenal prinsip kerja dan kegunaan dari waterpas
Menggunakan alat waterpass dengan baik dan benar cara menggunakannya
Mencari ketinggian titik pada suatu lokasi beserta jaraknya sehingga dapat digambarkan areal yang diukur ke dalam suatu media dengan skala tepat
Penentuan sudut horizontal
ALAT – ALAT YANG DIGUNAKAN
Waterpass
Statis
Baak ukur
Jalon
Patok Kayu
Unting – unting
Payung
Meter gulung
Kompas
Gambar 1. Alat – alat pendukung waterpas
FUNGSI MASING – MASING ALAT
Waterpass : Alat Ukur penyipat datar.
Statif : Tempat kedudukan dan berdirinya alat – alat
Waterpass
Baak Ukur : Alat pembantu Waterpass untuk menentukan bedatinggi, membaca Benang Atas, Benang Tengah dan Benang Bawah
Jalon / Rambu Ukur : Untuk membantu alat Waterpass dalamMemperjelas sasaran yang akan di bidik.
Patok kayu : Untuk menentukan letak titik yang akan di ukur.
Unting – Unting : Untuk menyetel dasar ( untuk pendekatan ) sumbupertama terhadap patok tempat berdirinya alat
Payung : Untuk melindungi alat Waterpass dari pengaruhcuaca.
Meter gulung : Untuk mengukur tinggi alat dan jarak pegas.
Kompas : untuk menentukan arah utara dan selatan
GAMBAR DAN BAGIAN – BAGIAN WATERPASS (B21)
5
5
213
2
1
3
7
7
4
4
6
6
Gambar 2. Waterpass
Lensa objektif
Untuk melihat/membentuk bayangan dari objek yang baik sejelas mungkin
baak ukur
1A
1
A
Nivo
Untuk mengetahui bahwa kedua garis yakni garis bidik dan sumbu mekanis sudah dalam keadaan horizontal
Gambar 3. Gelembung nivo
Skrup pengatur nivo
Untuk mengatur bidan nivo agar datar dan tegak lurus pada sumbu pertama
Lensa okuler
Untuk melihat bayangan silang pada bak ukur yang menjadi benda (bacaan benang baak) yang terlihat atau jatuh pada fokus mata (benang diagragma)
Skrup pengatur lensa objektif
Untuk mengatur pembentukan bayangan nagar sasaran atau baak ukur terlihat jelas
Skrup pengatur halus
Untuk mengatur dan memutar waterpasss seccara halus ke arah sasaran sehingga garis silang diafragma berada tepat di baak ukur.
Skrup pengatur bidikan
Untuk memperjelas pembentukan bayangan benang silang diagragma pada waterpass.
TEORI
A. Pemakaian dalam sifat datar / Waterpass dalam menetukan beda tinggi
Syarat-syarat yang harus dipenuhi sebelum melakukan pengukuran adalah sebagai berikut :
Garis bidik teropong harus sejajar dengan garis nivo.
Garis arah nivo harus tegak lurus pada sumbu pertama.
Garis mendatar diafragma harus tegak lurus pada sumbu pertama.
Sistem pembacaan Baak Ukur
Posisi pembacaan dilakukan pada saat :
Benang Nivo mendatar di tengah-tengah.
Benang vertikal berhimpit dengan garis tengah rambu.
Benang datar diafragma tegak lurus sumbu pertama.
Rambu dalam sumbu Vertikal (tegak lurus)
Nivo harus dalam posisi koinsudensi.
Setelah syarat terpenuhi maka pembacaan rambu sudah dapat dilakukan.
Garis Sumbu Utama
Garis Sumbu Utama
Garis Bidik Teropong
Pada gambar diatas terlihat bayangan sebagian dari baak ukur dan terliahat pula adanya tiga benang yang sejajar secara horizontal satu sama lain. Benang itu adalah benang tengah yaitu benang melalui optis dan benang atas serta benang bawah yang sejajar benang tadi. Untuk kontrol, apakah pembacaan kita sudah tepat dipakai rumus:
Rumus : BT =
Hal ini memberi kita kontrol terhadap pengamatan benag tengah. dan hasil pembacan Ba,Bt,Bb kita dapat menentukan panjangnya jarak optis antara tempat berdirinya baak ukur, jika dimisalkan tempay berdirinya alat titik A dan tempat berdirinya baaj ukur titik B maka :
d = ( Ba – Bb ) x 100
jarak optis (d ) baak ukur
titik A titik B
Penentuan beda tinggi antara dua titik dilakukan dengan cara waterpassing atau sifat datar.
Waterpassing adalah suatu pengukuran titik atau tinggi titik dimana selisih tinggi antara titik-titik yang berdekatan ditentukan dengan sisi horizontal yang ditujukan ke yang rambu-rambu (baak ukur) yang vertical. Dengan pertolongan suatu nivo maka garis bidik dibuat horizontal. Garis bidik yang horizontal tersebut diarahkan pada baak ukur yang ditempatkan pada titik yang akan ditentukan selisihnya.
TBTA HA-BAB
TB
TA
HA-B
A
B
H(A–B) = Ta – BtB
TA = tinggi alat di titik A
BtB = benang tengah pada titik B
HA-B = TA – TB,
Pada jarak yang datar, bidang-bidang nivo dianggap sebagai bidang mendatar yang saling sejajar satu sama lain.
..............................................................................................Bidang datar
A B
Pada titik A
Pada titik B
Prinsip pengukuran beda tinggi dengan cara waterpassing adalah garis mendatar pada alat yang diarahkan pada mistar yang berdiri tegak. Pengukuran dengan cara waterpassing merupakan cara penentuan beda tinggi yang paling teliti dan cara baromatis adalah paling tidak teliti. Pada percobaan ini dilaksanakan atau digunakan adalah dengan waterpassing atau sifat datar .
Pada pengukuran tinggi dengan cara menyipat datar, yang dicari selalu titik potong garis bidik yang mendatar dengan mistar yang dipasang diatas titik, sedang diketahui bahwa garis bidik adalah garis lurus yang menghubungkan titik potong dua benang atau garis diafragma titik tengah lensa obyektif teropong, maka pada pengukuran akan selalu dibaca pada mistar – mistar tempat titik potong dua garis diafragma itu pada mistar.
Waktu melakukan pembacaan pada mistar-mistar, gelembung nivo selalu ditempatkan ditengah-tengah supaya pembacaan dilakukan dengan garis bidik yang mendatar ( syarat utama telah dipenuhi ). Sehingga sumbu pertama letaknya tegak lurus ( syarat tambahan pertama telah dipenuhi ). Bila garis mendatar diafragma tidak tegak lurus pada sumnbu pertama, garis mendatar a – a diafragma akan miring. Titik potong garis bidik dengan mistar ditentukan dengan menentukan perbandingan antara x dan y lagi sedemikian rupa sehingga dua angka perbandingan harus mempunyai jumlah yang sama dengan 10, supaya x dinyatakan dalam mm bila suatu garis pada mistar adalah 1 cm penentuan x dan y akan lebih mudah dilakukan, bila garis a – a diafragma mendatar sehingga perbandingan itu dicari akan dapat harga x yang sama. Berlainan dengan keadaan dimana selalu diambil titik potong dua garis diafragma sendiri baris a – a garis diafragma mendatar, bila letak tegak lurus dengan gelembung nivo ditengah– tengah penentuan tempat titik potong dua garis diafragma yang merupakan titik potong garis bidik dan mistar, maka lebih mudah dikerjakan dan jalannya pekerjaan dengan sendirinya akan lebih cepat.
posisi gelembung nivo tidak tepat ditengahposisi gelembung nivo tepat ditengah
posisi gelembung nivo tidak tepat ditengah
posisi gelembung nivo tepat ditengah
Posisi gelembung nivo yang salah posisi gelembung nivo yang benar
B.Membuat garis mendatar Diafragma harus tegak lurus pada sumbu pertama
Tempatkan nivo sejajar dengan dua skrup penyetel dan mengeser gelembung ketengah – tengah dengan kedua skrup penyetel diputar, putar nivo 90o dan mengeser gelembung ketengah –m tengah dengan penyetel ke tiga. Karena garis arah nivo teleh dibuat tegak lurus dengan sumbu pertama, maka dengan tegak lurusnya sumbu pertama pada dua jurusan yang mendatar sumbu pertama menjadi tegak lurus. Arahkan teropong kesatu titik tertentu dan tempatkan titik itu pada ujung kiri garis mendatar diafragma, goyangkan sekarang teropong dengan sumbu pertama sebagai sumbu putar. Bila garis mendatar diafragma telah tegak lurus pada sumbu jadi mendatar, maka didalam teropong titik akan bergerak diatas garis mendatar dan setelah tiba disebelah kanan, titik akan berhimpit dengan ujung kanan garis datar diafragma. Bila garis mendatar diafragma belum mendatar jadi belum tegak lurus pada sumbu pertama yang letaknya tegak lurus, maka setelah tiba di sebelah kanan titik tidak berhimpit dengan ujung kanan garis mendatar diafragma tetapi tiba dititk P.
Putar sekarang seluruh diafragma sedemikian sehingga jarak Pa1 menjadi ½ yang berarti bahwa ujung kanan garis mendatar diafragma menjadi a2 a2' yang letaknya mendatar. Ulangi pekerjaan ini pada pemutaran teropong dengan sumbu pertama sebagai sumbu putar, tidak bergerak diatas garis mendatar diafragma itu.
C. Persiapan pengukuran dengan alat Waterpass
Sebelum peraktek kelapangan dilakukan terlebih dahulu peninjauan lokasi yang akan diukur dan mengetahuitujuan dari pada pengukuran tersebut. dan selanjutnya membuat sket-sket yang berhubungan dengan pekerjaan yang diinginkan. Sehingga sket tersebut merupakan dasar sementara untuk pekerjaan selanjutnya. Setelah itu periksa alat yang akan dipergunakan apakah alat tersebut dalam keadaan baik atau tidak baik.
D. Lembaran Rumus Yang Dipakai Dalam Perhitungan W1
Perhitungan Beda Tinggi (elevasi)
Rumus : Elevasi titik n = Titik BM di A + Δh (A-B)
Δh (n-m) = Tinggi Alat di A – BT titik
Perhitungan Jarak Optis (d)
Rumus : d = (Ba – Bb) x 100
Jarak Optis (d)
Kontrol Benang Tengah (Bt)
Rumus :Bt =
PROSEDUR PERCOBAAN
Membuat situasi daerah, lapangan atau areal yang akan dilakukanpercobaan.
Menentukan dua titik patok untuk tempat berdirinya alat yaitu A dan B.
Menentukan 6 titik disekeliling pesawat waterpass.
Mendirikan statif lalu mengunci sekrup pengunci setelan kepala statifdiatursedatar mungkin, keadaan kaki kira-kira membentuk segitiga sama kaki, lalu kaki statif diinjak ketanah hingga kaki statif kokoh.
Memasang unting-unting pada pengunci pesawat kira-kira 0,5 cm – 1 cm dari titik agar diketahui secara kasar bahwa pesawat berada pada titik yang telah ditentukan.
Lalu instrumen penyipat datar dipasang diatas statif sekrup pengunci dikuncikan sekedarnya, supaya pesawat mudah di geser saat disetel.
Sekrup pengunci pesawat dikencangkan dengan hati-hati supaya kedudukan pesawat tidak berubah lagi.
Mengatur teropong sejajar dengan dua sekrup pengatur penyetel nivo, (Sekrup A dan B) kemudian sekrup pengunci dikecangkan.
Sumbu pertama harus vertical.
Garis bidik teropong harus sejajar garis nivo.
Benang mendatar diafragma tegak lurus sumbu pertama.
Setelah pesawat memenuhi syarat diatas maka pengukuran sudah dapat dimulainamun terlebih dahulu baak ukur kita letakkan tegak lurus pada patok-patok yang telah ditentukan.
Membidik teropong mulai dari titik yang pertama, baca : Ba, Bt, Bb.Pada waktu melakukan pembacaan baak ukur dilakukan pengontrolan bacaan. Kemudian pindah ketitik 2 ,membaca kembali nilai-nilai Ba, Bt, Bb.
Demikian seterusnya sampai titik 6.
Pindahkan alat untuk penempatan kedua.
Pesawat disetel kembali untuk siap dioprasikan
Membidik teropong pada salah satu titik ( titik 7 ) pada pengukuran kedua ini.
Arahkan pesawat pada titik 7 kemudian melakukan pembacaan, demikian seterusnya sampai titk 12.
Melaporkan hasil praktikum pada dosen pembimbing apakah hasil pengukuran dilapangan sama dengan teori.
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
INSTITUT TEKNOLOGI MEDAN (ITM)
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Jalan Gedung Arca No. 52 Medan – 20217 Telp (061)7363771
TABEL PERCOBAAN W1
ALAT : WATERPASS 1
TANGGAL : 17 NOVEMBER 2014 GROUP : II
TEMPAT ALAT
TITIK BIDIK
PEMBACAAN SUDUT
JARAK PEGAS (m)
SUDUT HORIZONTAL
BA
BT
BB
A
(1.50)
1
1.640
1.565
1.500
13,90
1550
2
1.678
1.580
1.481
19,34
1460
3
1.630
1,530
1.390
26,32
1570
4
1.725
1.565
1.400
32,50
1480
5
1.650
1.450
1.249
40,10
1550
6
1.760
1.530
1.360
46,00
1490
B
2.265
1.845
1.425
84,00
590
B
(1.38)
7
1.410
1.376
1.345
6,50
1460
8
1.307
1.261
1.215
9,20
850
9
1.342
1.275
1.204
13,80
2000
10
1.369
1.269
1.167
20,20
1910
11
1.295
1.255
1.210
8,50
2960
12
1.455
1.380
1.305
15,00
1080
Group : II Medan, 24 November 2014
Dosen Pembimbing
Ir. Syahlan Nasution, M.si
PENENTUAN BEDA TINGGI
h (A-n) = Tinggi Alat di A – Benang Tengah titik n
Tempat Alat Di A Tempat Alat Di B
Dik Tinggi Alat Titik A = 1.50 m Dik Tinggi alat Titik B = 1.38 m
A-1 = Tinggi Alat Titik A – Bt 1 B-7 = Tinggi Alat Titik B – Bt 7
= 1.50 – 1.570 = 1.38 – 1.376
= - 0.070 ( titik 1 ) = + 0,004 ( titik 7 )
A-2 = Tinggi Alat Titik A – Bt 2 B-8 = Tinggi Alat Titik B – Bt 8
= 1.50 – 1.579 = 1.38 – 1.261
= - 0.079 ( titik 2 ) = + 0,119 ( titik 8 )
A-3 = Tinggi Alat Titik A – Bt 3 B-9 = Tinggi Alat Titik B – Bt 9
= 1.50 – 1.510 = 1.38 – 1.275
= - 0.010 ( titik 3 ) = + 0,105 ( titik 9 )
A-4 = Tinggi Alat Titik A – Bt 4 B-10 = Tinggi Alat Titik B – Bt 10
= 1.50 – 1.562 = 1.38 – 1.269
= - 0.062 ( titik 4 ) = + 0.111 ( titik 10 )
A-5 = Tinggi Alat Titik A – Bt 5 B-11 = Tinggi Alat Titik B – Bt 11
= 1.50 – 1.449 = 1.38 – 1.255
= + 0,051 (titik 5) = + 0.125 ( titik 11 )
A-6 = Tinggi Alat Titik A – Bt 6 B-12 = Tinggi Alat Titik B – Bt 12
= 1.50 – 1.560 = 1.38 – 1.38
= - 0.060 ( titik 6 ) = + 0,000 ( titik 12)
A-B = Tinggi Alat Titik A – Bt B
= 1.50 – 1.642
= - 0.142 ( titik B )
PENENTUAN DAN PERHITUNGAN ELEVASI
Elevasi titik n = Titik BM di A + h (A-n)
Elevasi Titik Di A
Elevasi Di Titik A (BM) = +0.00 ( m )
Elevasi Di Titik 1 = Elevasi Titik A + A-1
= 0.00 + (- 0,070)
= - 0,070 m
Elevasi Di Titik 2 = Elevasi Titik A + A-2
= 0.00 + (- 0.079)
= - 0.079 m
Elevasi Di Titik 3 = Elevasi Titik A + A-3
= 0.00 + (- 0.010)
= - 0.010 m
Elevasi Di Titik 4 = Elevasi Titik A + A-4
= 0.00 + (- 0.062)
= - 0.062 m
Elevasi Di Titik 5 = Elevasi Titik A + A-5
= 0.00 + 0,051
= + 0.051 m
Elevasi Di Titik 6 = E levasi Titik A + A-6
= 0.00 + (- 0.060)
= - 0.060 m
Elevasi Di Titik B = Elevasi Titik A + A-B
= 0.00 + (- 0.142)
= - 0.142 m
Tempat Titik Di B
Elevasi Di Titik 7 = Elevasi Titik A + B-7
= - 0.142 + (0,004)
= - 0. 138 m
Elevasi Di Titik 8 = Elevasi Titik A + B-8
= - 0.142 + (0,119)
= - 0.023 m
Elevasi Di Titik 9 = Elevasi Titik A + B-9
= - 0.142 + (0.105)
= - 0.037 m
Elevasi Di Titik 10 = Elevasi Titik A + B-10
= - 0.142 + (0.111)
= - 0.031 m
Elevasi Di Titik 11 = Elevasi Titik A + B-11
= - 0.142 + (0.125)
= - 0.017 m
Elevasi Di Titik 12 = Elevasi Titik A + B-12
= - 0.142 + (0.000)
= - 0.142 m
PERHITUNGAN JARAK OPTIS (d)
Rumus : d = (Ba – Bb) x 100
dA – 1 = (Ba – Bb) x 100
= (1.640 – 1.500) x 100
= 14.00 m
dA-2 = (Ba – Bb) x 100
= (1.678 – 1.481) x 100
= 19.70 m
dA – 3 = (Ba – Bb) x 100
= (1.630 – 1.390) x 100
= 24.00 m
dA – 4 = ( Ba – Bb) x 100
= (1.725 – 1.400) x 100
= 32.50 m
dA-5 = (Ba – Bb) x 100
= (1.650 – 1.249) x 100
= 40.10 m
dA-6 = (Ba – Bb) x 100
= (1.760 – 1.360) x 100
= 46.00 m
dA-B = (Ba – Bb) x 100
= (2.265 – 1.425) x 100
= 84.00 m
dB-7 = (Ba – Bb) x 100
= (1.410 – 1.345) x 100
= 6.50 m
dB-8 = (Ba – Bb) x 100
= (1.307 – 1.215) x 100
= 9.20 m
dB-9 = (Ba – Bb) x 100
= (1.342 – 1.204) x 100
= 13.80 m
dB-10 = (Ba – Bb) x 100
= (1.369 – 1.167) x 100
= 20.20 m
dB-11 = (Ba – Bb) x 100
= (1.295 – 1.210) x 100
= 8.50 m
dB-12 = (Ba – Bb) x 100
= (1.455 – 1.305) x 100
= 15.00 m
KOREKSI KONTROL BENANG TENGAH
Benang Tengah =Ba+Bb2
Titik 1. BA = 1.640 m
BT = 1.565 m BT = 1.640+1.5002=1.570 m
BB = 1.500 m
Titik 2. BA = 1.678 m
BT = 1.580 m BT = 1.678+1.4812=1.579 m
BB = 1.481 m
Titik 3. BA = 1.630 m
BT = 1.530 m BT = 1.630+1.3902=1.510 m
BB = 1.390 m
Titik 4. BA = 1.725 m
BT = 1.565 m BT = 1.725+1.4002=1.562 m
BB = 1.400 m
Titik 5. BA = 1.650 m
BT = 1.450 m BT = 1.650+1.4502=1.449 m
BB = 1.249 m
Titik 6. BA = 1.760 m
BT = 1.530 m BT = 1.760+1.3602=1.560 m
BB = 1.360 m
Titik B. BA = 2.265 m
BT = 1.845 m BT = 2.265+1.4252=1.845 m
BB = 1.425 m
Tempat Alat di B :
Titik 7. BA = 1.410 m
BT = 1.376 m BT = 1.410+1.3452=1.377 m
BB = 1.345 m
Titik 8. BA = 1.307 m
BT = 1.261 m BT = 1.307+1.2592=1.261 m
BB = 1.259 m
Titik 9. BA = 1.342 m
BT = 1.275 m BT = 1.342+1.2042=1.273 m
BB = 1.204 m
Titik 10. BA = 1.369 m
BT = 1.269 m BT = 1.369+1.1672=1.268 m
BB = 1.167 m
Titik 11. BA = 1.295 m
BT = 1.255 m BT = 1.295+1.2102=1.252 m
BB = 1.210 m
Titik 12. BA = 1.455 m
BT = 1.380 m BT = 1.572+1.1712=1.380 m
BB = 1.305 m
PERHITUNGAN WATERPASS I
Tempat & Tinggi alat
Posisi Bidik
Pembacaan Baak Ukur
Jarak Optis
Beda Tinggi
Elevasi (M)
Ket
BA
BT
BB
+
-
A (1,50)
A
-
-
-
-
-
-
0
1
1.640
1.570
1.500
14.00
0.070
- 0.070
2
1.678
1.579
1.481
19.70
0.079
- 0.079
3
1.630
1.510
1.390
24.00
0.010
- 0.010
4
1725
1.562
1.400
32.50
0.062
- 0.062
5
1.650
1.449
1.249
40.10
0.051
0.051
6
1.760
1.560
1.360
46.00
0.060
- 0.060
B
2.265
1.845
1.425
84.00
0.142
- 0.142
B (1,38)
7
1.410
1.377
1.345
6.50
0.004
- 0.138
8
1.307
1.261
1.215
9.70
0.119
- 0.023
9
1.342
1.273
1.204
13.80
0.105
- 0.037
10
1.369
1.268
1.167
20.20
0.111
- 0.031
11
1.295
1.252
1.210
8.50
0.125
- 0.017
12
1.455
1.380
1.305
15.00
0,000
- 0.142
Medan, 24 November 2014
Dosen Pembimbing
Ir. Syahlan Nasution, M.si
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dalam pengukuran terdapat kesalahan – kesalahan yang terjadi dari kesalahan itu terlihat jelas dari hasil kontrol perhitungan , misalnya :
Kesalahan praktikan yang kurang melindungi waterpass dari panas sinar matahari, sehingga mengakibatkan kesalahan membaca benang. Dengan demikian kami mengambil kesimpulan bahwa data yang diperoleh dari lapangan masih terdapat beberapa data yang tidak sesuai dengan data yang diperoleh dari hasil perhitungan.
Kesalahan pembacaan benang tengah di A-3, dan A-6 disebabkan kekeliruan si pembaca
Perbedaan nilai juga terjadi pada hasil jarak pegas berdasarkan pengukuran di lapangan dengan hasil perhitungan melalui data yang ada seperti pada A-1 dan A-2, dan yang sangat berbeda adalah pada hasil A-3
B. Saran
Kepada praktikan sebaiknya mendengar dan memperhatikan dengan seksama, seperti langkah – langkah penjelasan dan arahan yang diberikan oleh dosen pembimbing sebelum melaksanakan praktek.
Sebaiknya memeriksa alat terlebih dahulu sebelum dipergunakan dilokasi praktek dan dikontrol dengan cermat alat tersebut, untuk menghindari timbulnya kesalahan pada alat sewaktu praktek, yang dapat mengakibatkan hasil pengukuran dilapangan tidak sesuai atau menyimpang dari hasil perhitungan supaya tidak terjadi hal seperti tersebut diatas atau timbul kesalahan – kesalahan yang diakibatkan oleh alat itu sendiri.
Untuk menghindari besarnya nilai persentase beda jarak, kita dapat melakukan pengukuran antar titik dengan jarak yang pendek tetapi jarak tersebut harus efisien (tidak terlalu pendek), sehingga waktu yang dibutuhkan untuk mengumpulkan data yang diperlukan tidak terlalu lama.
KESIMPULAN BEDA JARAK
Perbedaan jarak titik dilapangan dengan jarak titik analisa data dapat diakibatkan oleh beberapa faktor yaitu :
Pembacaan benang kurang teliti didalam membaca benang pada alat waterpass.
Para praktikan kurang teliti mengukur jarak pegas.
Tingkat elastisitas bahan meter gulung. Dimana persentase beda jarak antar titik berbanding linier terhadap tingkat elastisitas bahan meter gulung, sehingga semakin elastis bahan meter gulung maka semakin besar pula persentase beda jarak antar titik dilapangan dengan jarak titik setelah dianalisa melalui data yang ada.
Keadaan kontur jalan diantara dua titik dilapangan juga mempengaruhi nilai jarak pegas, seperti : polisi tidur, kemiringan jalan, jalan yang bergelombang, dsb. Sedangkan pengukuran jarak melalui waterpass adalah berdasarkan garis lurus.