DARAH & SISTEM PEREDARAN DARAH
Disusun untuk memenuhi tugas laporan praktikum fisi ologi hewan Dosen Pengampu : Anti Damayanti Asisten Praktikum : Mbak Aim
Oleh: Januardi Husin S
(10680018)
PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2014
A. TUJUAN
Tujuan dari diadakannya praktikum kali ini adalah: 1. Mengetahui pengaruh perbedaan jenis kelamin terhadap jumlah eritrosit 2. Mengetahui pengaruh akivitas fisik terhadap denyut jantung
B. DASAR TEORI
Darah adalah jaringan ikat dengan matriks cair yang disebut plasma tempat sel darah merah, sel darah putih, dan fragmen sel yang disebut platelet tersuspensi. Darah beredar ke dan dari jantung melalui jejaring pembuluh-pembuluh darah. Tiga tipe utama pembuluh darah adalah arteri, vena, dan kapiler. Arteri membawa darah menjauhi jantung ke organ-organ di seluruh tubuh. Kapiler adalah pembuluh-pembuluh mikroskopik dengan dinding-dinding yang sangat tipis dan berpori-pori. Zat-zat kimia melintasi kapiler, dipertukarkan melalui difusi antara darah dan cairan interstisial di sekeliling sel-sel jaringan. Pada ujung ‘hilir’, kapiler-kapiler bergabung menjadi venula dan venula-venula bergabung menjadi vena, pembuluh-pembuluh yang membawa darah kembali ke jantung (Campbell, 2008). Darah tersusun atas plasma darah dan sel darah. Sel darah mencakup eritrosit, leukosit, dan trombosit. Plasma darah mengandung ± 90 % air dan berbagai zat terlarut di dalamnya (Isnaeni, 2006). Sel darah merah atau eritrosit merupakan sel-sel darah yang paling banyak. Setiap mm3 darah manusia mengandung 5-6 juta sel-sel darah merah, dan ± 25 triliun sel-sel jenis ini di dalam 5 liter darah di tubuh. Fungsi utama eritrosit adalah transport O2, dan strukturnya terkait dengan fungsi tersebut. Meskipun ukurannya kecil, satu eritrosit mengandung ± 250 juta molekul hemoglobin. Leukosit berfungsi untuk memerangi infeksi. Sebagian diantaranya bersifat fagositosik, menelan dan mencerna mikroorganisme maupun sisa-sisa dari sel tubuh yang sudah mati. Secara normal, 1 mm3 darah manusia mengandung sekitar 5000 – 10000 leukosit, dan jumlahnya meningkat secara temporer setiap kali tubuh memerangi infeksi. Platelet atau trombosit adalah fragmen-fragmen sitoplasma yang terlepas dari sel-sel sumsum tulang terspesialisasi. Fungsinya dalam penggumpalan darah (Campbell, 2008). Darah memiliki peran sebagai berikut: 1. Sebagai alat pengangkut bermacam-macam substansi yaitu : a) Substansi resprasi seperti: Oksigen, karbondioksida, b) Substansi nutrisi seperti glukosa, asama amino, asam lemak, dan gliserol dari usus keseluruh tubuh,
c) Substansi ekskresi (zat-zat sisa) seperti urea, asam urat, kreatinin, d) Substansi pengaturan seperti hormon diangkut dari sumbernya ke jaringan-jaringan yang memerlukan. 2. Mengatur keseimbangan cairan antara darah dan jaringan 3. Mengatur keseimbangan asam-basa (pH) darah 4. Mencegah pendarahann 5. Sebagai alat pertahanan tubuh 6. Mengatur suhu tubuh, karena air yang terdapat di dalam darah mempunyai tiga macam sifat yang sesuai untuk kepentingan tersebut yaitu panas jenis air relatif tinggi (Wulangi, 1993). Sistem sirkulasi darah tersusun atas berbagai komponen utama, yaitu jantung, pembuluh, dan cairan tubuh yang beredar (bersirkulasi). Jantung berfungsi sebagai pompa penggerak cairan, sedangkan pembuluh berfungsi sebagai saluran yang akan dilalui oleh cairan yang beredar ke seluruh tubuh. Cairan tersebut berupa darah dan cairan limfe. Sistem sirkulasi pada hewan dibagi menjadi sistem sirkulasi terbuka dan sistem sirkulasi tertutup. Sistem sirkulasi terbuka ditemukan pada Mollusca dan Arthropoda. Sementara, sistem sirkulasi tertutup ditemukan pada Annelida, Mollusca jenis Cephalopoda, dan Vertebrata. Sistem sirkulasi terbuka tidak memungkinkan timbulnya tekanan yang tinggi dan kontinyu dalam pembuluh darah, seperti pada sistem tertutup. Oleh karena itu, sistem sirkulasi terbuka biasanya dimiliki oleh hewan yang berukuran kecil yang aktivitasnya sangat terbatas (Isnaeni, 2006). Alat peredaran pada manusia terdiri dari pembuluh darah dan jantung. Terdapat tiga macam pembuluh darah yaitu: a) pembuluh nadi atau arteri, ialah pembuluh yang mengangkut darah dari jantung ke seluruh tubuh. Pembuluh ini dibedakan menjadi aorta, arteri, dan arteriole. Aorta adalah pembuluh darah yang langsung berhubungan dengan jantung. Arteri adalah cabang dari aorta, sedangkan arteriol adalah pembuluh nadi yang berhubungan dengan kapiler, b) Pembuluh balik atau vena, yaitu pembuluh yang mengangkut darah dari seluruh organ tubuh menuju ke jantung. Vena dibedakan menjadi venule, vena, dan vena cava. Venule adalah pembuluh balik yang berhubungan dengan kapiler. Vena menerima darah dari venule, sedangkan vena cava adalah pembuluh balik besar yang langsung berhubungan dengan jantung, c) Pembuluh kapiler, yaitu pembuluh halus yang
menghubungkan arteriole dengan venule. Kapiler merupakan pembuluh halus yang dindingnya hanya setebal selapis sel. Pada pembuluh inilah terjadi pertukaran oksigen dari darah dengan karbondioksida jaringan (Sloane, 2004). Jantung berongga ditemukan pada vertebrata. Jantung itu merupakan organ berotot yang mampu mendorong darah ke berbagai bagian tubuh. Jantung bertanggung jawab untuk mempertahankan aliran darah dengan bantuan sejumlah klep yang melengkapinya. Untuk menjamin kelangsungan sirkulasi, jantung berkontraksi secara periodik. Apabila cairan tubuh berhenti bersirkulasi maka hewan mati. Otot jantung berkontraksi terus-menerus tanpa mengalami kelelahan. Jantung mamalia terletak di daerah dada, dibungkus oleh selaput tipis yang dinamakan perikardium. Jantung tersebut memiliki empat rongga, terdiri atas dua ruang serambi yang berdinding tipis dan dua buah bilik yang berdinding tebal. Serambi dan bilik berkontraksi secara bergantian. Urutan peristiwanya dinamakan siklus jantung atau siklus kardiak (Isnaeni, 2006). Denyut nadi dan tekanan darah merupakan faktor-faktor yang dipakai sebagai indikator untuk menilai sistem kardiovaskuler seseorang. Selain dua hal tersebut, biasanya dapat dilakukan pengukuran kolesterol dalam darah – yakni dengan mengukur rasio LDL atau kolesterol jahat terhadap HDL atau kolesterol baik; serta tes doppler. Tes ini digunakan untuk menentukan seberapa baik sirkulasi darah ke seluruh sistem kardiovaskular. Pemeriksaan ini menggunakan instrumen komputer yang canggih untuk mengukur secara akurat tekanan darah atau voleme darah, yang mengalir ke seluruh sistem sirkulasi, termasuk tangan, kaki, tungkai, lengan dan leher (Sanif, 2008). Tekanan darah adalah gaya yang ditimbulkan oleh darah terhadap satuan luas dinding pembuluh darah (arteri). Tekanan ini harus adekuat, yaitu cukup tinggi untuk menghasilkan gaya dorong terhadap darah dan tidak boleh terlalu tinggi yang dapat menimbulkan kerja tambahan bagi jantung. Tekanan darah orang dewasa normal 120/80 mmHg (milimeter air raksa) nilai 120 menunjukan tekanan sistole sedangkan 80 menunjukkan diastole (Saladin, 2003).
C. ALAT, BAHAN, & CARA KERJA
1. Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam acara perhitungan jumlah eritrosit adalah: Alat
Bahan
Gelas Objek; Kaca Penutup; Mikroskop Cahaya;
Hemasitometer
Tipe
Darah Mencit Betina; Larutan Hayem
Improve
Neubauer
Alat yang digunakan dalam acara pengaruh fisik terhadap denyut jantng manusia adalah: Stopwatch; dua anak tangga; metronome 2. Cara Kerja 2.i). Menghitung jumlah eritrosit Pada mikropipet, darah dihisap hingga menunjukan angka 0,5. Kemudian ujungnya dibersihkan dengan kertas isap. Setelah itu, larutan hayem yang ada dalam botol flakon dihisap sampai angka 101. Karet yang digunakan untuk menghisap dilepaskan dari pipet. Pipet dipegang pada kedua ujung ibu jari dan jari telunjuk, dikocok selama dua menit. Dua sampai tiga tetes pertama dibuang, tetes selanjutnya yang digunakan untuk menghitung jumlah eritrosit. Selanjutnya, bilik hitung dan gelas penutupnya disiapkan. Ujung pipet ditempelkan pada tepi gelas penutu hingga cairan dalam pipet dapat masuk dengan sendirinya ke dalam bilik hitung. Terakhir, eritrosit yang terdapat di dalam kedua bilik dihitung. Cara menghitung eritrosit: Satu kotak bertulis R memiliki luas 1/25 mm2 dengan kedalaman 0,1mm. ada 5 daerah hitung sehingga volume yang dihitung: 1/25 x 5 x 0,1 = 0,02mm3
2.ii). Pengaruh Aktivitas Fisik Terhadap Tekanan Darah Sebelum melakukan aktivitas penghitungan denyut nadi, terleih dahulu dilakukan pemisahan antara praktikan laki-laki dan praktikan perempuan. Setelah itu, dilakukan pembagian lagi antara laki-laki yang sering olah raga dan yang jarang olah raga. Pada perempuan pun dilakukan pemilahan yang sama. Denyut nadi normal praktikan dihitung selama 15 detik (DJ0). Praktikan diminta untuk melakukan aktivitas turun naik tangga selama 3 menit. Denyut nadi praktikan dihitung lagi selam 15 detik pertama (DJ15’’) sejak berhenti melakukan aktivitas fisik. Setelah itu dilakukan lagi penghitungan denyut nadi praktikan selama masing-masing satu menit. Penghitungan dilakukan secara berkala mulai dari denyut nadi menit pertama (DJ1), denyut nadi menit kedua (DJ2), dan denyut nadi menit ketiga (DJ3).
D. HASIL & PEMBAHASAN
1. Penghitungan Eritrosit Penghitungan jumlah eritrosit mencit bertina kelompok
jumlah eritrosit (jt/ml) 1 2 3 4 5 6 7
hasil rata-rata
9,255 5,23 4,89 5,01 5,72 6,021
Praktikum menghitung jumlah eritrosit mempunyai tujuan mengetahui perbandingan jumlah eritrosit pada mencit jantan dan betina. Pada percobaan menghitung jumlah eritrosit pada satu mencit betina, didapatkan hasil yang beragam antara setiap kelompok yang melakukan percobaan. Dari tujuh kelompok yang melakukan percobaan, ada tiga kelompok yang gagal mendapatkan hasil jumlah eritrosit. Kegagalan dalam menghitung jumlah eritrosit ini dikarenakan hemasitometer pada bilik hitung (R) tidak menunjukan garis kotak-kotak. Sehingga tidak dapat dilakukan perhitungan meskipun sel eritrositnya tampak.
Empat dari lima kelompok yang melakukan percobaan, menunjukan hasil yang hampir seragam, yaitu jumlah eritrosit pada mencit betina berkisar antara 4-5 juta sel/mL darah. Satu kelompok menunjukkan hasil jauh di atasnya, yaitu 9,225 juta sel/mL darah. Hal ini dikarenakan terjadi sedikit kekeliruan dalam penghitungan. Perbedaan dalam menghitung jumlah eritrosit bisa disebabkan beberapa hal, seperti tidak maksimalnya saat melakukan pengocokan darah sehigga larutan tidak tercampur secara merata. Bisa juga karena ketidaktelitian pada saat menghitung jumlah eritrosit yag ada pada kotak R. Dengan demikian, data yang dipakai adalah hasil terbanyak dalam penghitungan, yaitu jumlah eritrosit pada mencit betina berkisar antara 4,89-5,72 juta sel/mL darah . Sedangkan, berdasarkan jurnal penelitian yang dilakukan oleh Asmitra Sembiring, Masitta Tanjung, dan Emita Sabri, ditemukan data bahwa jumlah eritrosit pada mencit jantan adalah 6,135jt/mL. Dengan demikian, jumlah eritrosit pada mecit jantan lebih banyak
daripada jumlah eritrosit betina. Berdasarkan teori, dalam setiap mm3 darah terdapat 5 juta sel darah. Jangka hidup sel darah merah kira- kira 120 hari. Sel- sel darah merah yang telah tua akan ditelan oleh sel- sel fagostik yang terdapat dalam hati dan limpa. Jumlah sel darah merah pada wanita normal kira- kira 4,5 juta sel/mm3 darah. Sedangkan untuk laki- laki normal 5 juta/mm3 darah. Meskipun demikian nilai-nilai ini dapat turun-naik dalam suatu kisaran yang luas sekali, tergantung pada faktor-faktor seperti ketinggian tempat seorang hidup dan kesehatan. Wanita normal mempunyai ± 4,5 juta sel dalam setiap milimeter kubik darah. Pada laki-laki normal, rata-rata jumlah ± 5 juta sel. Meskipun demikian nilai-nilai ini dapat turun-naik dalam suatu kisaran yang luas sekali, tergantung pada faktor-faktor seperti ketinggian tempat seorang hidup dan kesehatan (Kimball,1993).
2. Pengaruh Aktivitas Fisik Terhadap Tekanan Darah Perbandingan level DJ1 kondisi perbandingan X1 X2 Y1 Y2
rata-rata DJ1 123 98,71 110,2 89
keterangan stamina
Perbandingan level stamina: praktikan X1 X2 Y1 Y2
level stamina 96,37 108,307 103,734 120,09
keterangan sangat baik sangat baik sangat baik sangat baik
Perbandingan jumlah oksigen maksimal yang dapat digunakan (VO2 Max) praktikan VO2 Max keteranga X1 40,48 baik X2 43,44 baik Y1 63,618 superior Y2 65,634 superior
Keterangan: X1: perempuan jarang berolah raga X2: perempuan sering berolah raga Y1: laki-laki jarang berolah raga Y2: laki-laki sering berolah raga
Pada acara perhitungan denyut jantung terhadap aktivitas fisik, bertujuan untuk mengetahui tekanan darah seseorang. Ada empat perlakuan yang digunakan dalam acara ini, yaitu pemisahan praktikan berdasarkan kategori perbedaan antara denyut jantung laki-laki dan perempuan, serta perbedaan denyut jantung antara orang yang sering berolah raga dan tidak sering berolah raga. Pemisahan ini dilakukan karena antara orang yang sering berolah raga dan yang jarang berolah raga memiliki perbedaan jumlah tekanan darahnya. Begitu pula dengan perbedaan jenis kelamin, diyakini bahwa terdapat perbedaan jumlah tekanan denyut jantung antara laki-laki dan perempuan. Sementara itu, ada tiga kategori yang dijadikan acuan sebagai penghitungan, yaitu perbandingan denyut jantung praktikan pada menit pertama (DJ1) setelah aktivitas fisik, perbandingan level stamina, dan perbandingan jumlah kadar oksigen maksimal (VO2 Max) yang digunakan seseorang setelah aktivitas fisik.
Pada perabandingan level DJ1, didapatkan hasil: (1) peremuan memiliki jumlah denyut jantung lebih banyak jika dibandingngkan dengan laki-laki. (2) orang yang jarang berolah raga memiliki jumlah jumlah denyut jantung lebih banyak ketimbang orang yang sering berolah raga. Data di atas menunjukan fakta bawa kebiasaan beraktifitas memilik pengaruh yang penting terhadap kondisi tekanan denyut jantung seseorang. Prinsipnya, jika sering berolah raga maka tubuh terbiasa pula dengan aktivitas fisik . Dengan demikian, tubuh yang
sering berolah raga memerlukan energi lebih sedikit dalam metabolisme. Orang yang jarang berolah raga membutuhkan energi yang lebih banyak, sehingga pada saat proses homeostasis setelah gerak fisik selama 3 menit, tubuh memerlukan pompa jantung lebih banyak. Hal ini berfungsi untuk mengalirkan oksigen lebih banyak ke seluruh tubuh. Artinya, semakin tinggi jumlah DJ1, maka semakin buruk atau semakin tidak terbiasanya orang tersebut dengan aktivitas fisik.
Prinsip ini pula yang digunakan untuk mengetahui pengaruh perbedaan jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan. Secara umum, laki-laki lebih terbiasa dengan aktivitas fisik dibandingkan perempuan, sehingga pada saat melakukan aktivitas fisik selama 3 menit, lakilaki menunjukan angka denyut jantung lebih sedikit. Perempuan membutuhkan sirkulasi O2 lebih banyak untuk proses homeostasis setelah beraktivitas fisik selama 3 menit. Pada perbandingan level stamina, didapatkan hasil bahwa orang yang sering berolah raga memiliki level stamina lebih tinggi daripada yang jarang berolah raga.
Laki-laki yang sering berolah raga memiki level stamina yang lebih tinggi daripada perempuan yang sering berolahraga. Begitu pula dengan laki-laki atau perempuan yang jarang berolah raga. Hal ini menunjukan bahwa jenis kelamin memengaruhi level stamina seseorang. Dari data yang diambil terhadap percobaan pada praktikan, kendati level stamina orang yang jarang beloh raga lebih rendah, akan tetapi masih termasuk dalam kategori sangat baik karena miliki angka >90 untuk laki-laki dan >86 untuk perempuan. Level stamina yang buruk berada pada orang yang memiliki kisaran angka <42 untuk laki-laki dan <36 untuk perempuan. Sedangkan pada perbandingan jumlah oksigen maksimum yang digunakan oleh seseorang setelah beraktivitas fisik, didapatkan hasil: (1) laki-laki memiliki jumlah VO2 Max lebih tinggi daripada perempuan. (2) orang yang sering berolah raga memiliki jumlah VO2 Max lebih tinggi daripada orang yang jarang berolah raga. Data ini menunjukkan bahwa ada
hubungan antara level stamina dengan jumlah VO2 Max seseorang. Prisnsip yang digunakan adalah, lebih tinggi level staminanya maka lebih tinggi pula jumlah VO2 Max yang ada. Orang yang sering berolah raga, memiliki jumlah VO2 Max yang lebih tinggi karena terbiasa dengan aktivitas fisik . Jumlah VO2 Max mampu untuk digunakan dalam
metabolismenya lebih banyak daripada orang yang jarang berolah raga. Selain jenis kelamin dan kebiasaan berolah raga, usia seseorang juga berpengaruh terhadap jumlah VO2 Max, karena semakin bertambahnya umur seseorang, semakin tidak mampu atau semakin jarang orang tersebut melakukan aktivitas fisik. Sehingga orang tersebut termasuk ke dalam kategori orang yang jarang berolah raga atau tidak terbiasa dengn aktivitas f isik.
E. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan dalam acara praktikum darah dan sistem peredaran darah, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Jenis kelamin berpengaruh terhadap jumlah eritrosit pada mencit. Dari percobaan yang dilakukan, jumlah eritrosit pada mencit bertina berkisar antara 4,89-5,72 juta/mL darah. Sedangkan menurut data dalam jurnal penelitian yang dilakukan oleh Asmitra Sembiring, Masitta Tanjung, dan Emita Sabri, jumlah eritrosit pada mencit jantan adalah 6,135 juta/mL darah. Artinya, mencit jantan memiliki jumlah eritrosit lebih banyak daripada mencit betina. 2. Dalam mengetahui pengaruh fisik terhadap denyut jantung seseorang, ada dua kaegori yang digunakan, yaitu perbedaan jenis kelamin dan kebiasaan seseorang dalam berolah raga. Namun, pada prisnsipnya, kedua kategori tersebut mengarah pada kebiasaan seseorang dalam berkativitas fisik. Ada tiga indikator yang diukur, yaitu perbandingan jumah DJ1, level stamina, dan VO2 Max. Hasil yang diperoleh, orang yang sering beraktivitas fisik memiliki level stamina dan VO2 Max yang lebih tinggi pula. Akan tetapi angka DJ1 yang lebih tinggi justru dimiliki oleh orang yang jarang beraktivitas fisik, karena mereka lebih membutuhkan tekanan darah lebih banyak untuk mengalirkan oksigen guna proses homeostasis.
DAFTAR PUSTAKA
Asmitra Sembiring, Masitta Tanjung, dan Emita Sabri, 2012, Pengaruh Ekstrak Segar Daun Rosela ( Hibiscus Sabdariffa L.) Terhadap Jumlah Eritrosit Dan Kadar Hemoglobin Mencit Jantan ( Mus Musculus L.) Anemia Strain DDW Melalui Induksi Natrium Nitrit (NaNo2), Departemen Biologi, FMIPA, Universitas Sumatera Utara, Medan. Kimball, Jhon W., 1993. Biologi, Jilid 2, Erlangga, Jakarta Isnaeni, Wiwi, 2006, Fisiologi Hewan, Penerbit Kanisius, Yogyakarta Sloane, Ethel, 2004, Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula (Alih Bahasa James Veldman, Editor Edisi Bahasa Indonesia Palupi Widiyastuti), Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Sanif,
Edial,
2008,
Tes
Untuk
Memelihara
Kebugaran
Kardiovaskuler .
(Online,
Http://Www.Jantunghipertensi.Com/Content/2/3/32, Diakses 28 Oktober 2014). Saladin, Ken., 2003, Anatomy & Physiology: The Unity Of Form And Function, Third Edition, Mcgraw-Hill. Wulangi, Kartolo S., 1993, Prinsip-Prinsip Fisiologi Hewan, Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Pendidikan Tinggi, Jakarta.