Jurnal Ilmiah AgrIBA No.1 Edisi Maret Tahun 2013
DAMPAK PENAMBANGAN PASIR LAUT DARI SUDUT PANDANG PEMBANGUNAN EKONOMI BERKELANJUTAN Oleh : Chuzaimah Anwar.
Dosen Fakultas Pertanian Universitas IBAPalembang ABSTRAK Tujuan dari tulisan ini adalah untuk mengetahui dan menjelaskan dampak yang terjadi pada nelayan lokal dan kehidupan biota perairan laut (terumbu karang), jika penambangan pasir laut dilanjutkan, berdasarkan tujuan pembangunan ekonomi berkelanjutan (tujuan ekonomi, sosial dan ekologi). Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data sekunder. Hasil tulisan didapatkan bahwa 1) Dampak penambangan pasir laut ditinjau dari tujuan sosial dan ekonomi yaitu terhadap Pendapatan Asli daerah (PAD) memberikan dampak yang positif, namun pendapatan yang diperoleh tidak seimbang dengan jumlah kerusakan yang ditimbulkan terhadap lingkungan ; terhadap kesempatan kerja memberikan dampak yang relatif kecil, karena tenagakerja yang direkrut tidak banyak berasal dari sekitar lokasi penambangan ; terhadap pendapatan nelayan berakibat pada berkurangnya pendapatan nelayan-nelayan lokal sehingga membuat kehidupan nelayan tersebut semakin terpuruk (miskin), 2)Dampak penambangan pasir laut ditinjau dari tujuan ekologi ; terhadap terumbu karang, sangat berpengaruh pada kematian polip dan penurunan fotosintesa, yang berakibat pada kematian biota karang. Selain itu hancumya terumbu karang yang menyebabkan hilangnya atau berkurangnya ikan di perairan tersebut ; terhadap stabilitas pantai, menyebabkan abrasi pantai yang intensif Kata Kunci: Dampak, pasir laut, sosial, ekonomi, ekologi
nyata dari pers dan pemerintah. Karena di masa yang akan mendatang tantangan baru terhadap sektor ini terus bermunculan, mulai dari liberalisasi perdagangan, perkembangan teknologi serta otonomi daerah yang semuanya itu harus dijawab. Ketidakhati-hatian menerjemahkan persoalan mendasar sektor ini dapat menimbulkan distorsi kebijakan pembangunan.
PENDAHULUAN Latar Belakang Sektor kelautan dan perikanan sebagai sektor yang berbasis pada sumberdaya alam serta jasa-jasa lingkungan diharapkan dapat menjadi pilar keunggulan komparatif bangsa dalam pembangunan ekonomi, menghadapi persaingan global serta mampu meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.
Produksi perikanan dalam periode 1999-2002 diperkirakan mengalami peningkatan sebesar 4,08% yakni dari 4,89 juta ton pada tahun 1999 menjadi 5,52 juta ton pada tahun 2002. Sumbangan produksi nasional masih didominasi oleh usaha penangkapan. Sementara itu, dalam periode
Untuk mewujudkan serta menumbuhkembangkan sektor kelautan dan perikanan menjadi seperti yang kita harapkan adalah mustahil apabila hanya dilihat secara sektoral dan tanpa dukungan keputusan politik serta pemihakan yang 37
ISSN : 2303 - 1158
Jurnal Ilmiah AgrIBA No.1 Edisi Maret Tahun 2013
yang sama pertumbuhan produksi budidaya perikanan sebesar 8,93% jauh lebih tinggi dari produksi penangkapan yang hanya 2,97%. Pada tahun 2002, devisa yang disumbangkan dari ekspor hasil perikanan mencapai US$ 1.941,70 juta dengan volume ekspor sebesar 0,32 juta ton. Walaupun volume ekspomya menurun dibandingkan tahun 2000 sebesar 39,20%, tetapi nilai ekspor mengalami kenaikan sebesar 16%. Hal ini didorong oleh kenaikan harga rata-rata yang cukup pesat yakni sekitar 91%. Fakta menunjukkan bahwa mutu produk perikanan Indonesia semakin baik. Dilihat dari neraca perdagangan hasil perikanan, dalam tahun 2002 masih terdapat surplus sebesar US$ 1.799,74 juta, dibandingkan dengan tahun 2000 surplus neraca perdagangan meningkat sebesar 15,17%. (Dahuri et al, 2001)
Buruknya kinerja pembangunan kelautan dan perikanan kita disebabkan oleh kelemahan yang ada pada diri bangsa, paling tidak ada 3 penyebab utama ketertinggalan sektor ini: 1.
2.
3.
Rendahnya kesadaran kita akan pentingnya sumberdaya kelautan bagi pembangunan ekonomi nasional Masih minimnya kemampuan sumberdaya manusia dalam mengelola dan memanfaatkan kekayaan dan potensi perikanan Kondisi politik negara yang belum kondusif terhadap pengembangan dan pembangunan sektor perikanan dan kelautan.
Tujuan Penelitian Permintaan akan bahan galian pasir laut semakin meningkat terutama dari negara Singapura. Peningkatan kebutuhan tersebut seiring dengan laju pembangunan yang pesat sehingga membutuhkan perluasan lahan khususnya daratan. Untuk memenuhi kebutuhan lahan tersebut diperlukan kegiatan reklamasi berupa pengurugan pantai. Kegiatan ini memerlukan pasokan bahan galian pasir laut yang cukup besar.
Berbagai kejadian terakhir seperti pencurian pasir besar-besaran di propinsi Riau sangat mengusik harga diri bangsa. Betapa tidak ratusan juta meter kubik pasir laut asal Indonesia tersebut ternyata digunakan untuk memperlauas daratan negara Singapura. Luas Singapura telah bertambah 25% pada akhir 2001 dengan proyek reklamasinya tersebut (Anonymous, 2001)
Daerah di Indonesia yang berdekatan dengan Singapura adalah kota Batam dengan pulau-pulaunya seperti Batam, Singkep dan Karimun yang mempunyai potensi cadangan pasir laut untuk dikembangkan. Cadangan pasir laut yang terletak diperairan pulau tersebut dapat dijadikan tumpuan harapan bagi daerahdaerah sebagai sumber pendapatan daerah. Keuntungan yang diperoleh misalnya iuran wajib produksi (royalti), pajak dan Iain-Iain yang merupakan pendapatan asli daerah (PAD), disamping keuntungan lain seperti kesempatan kerja baik secara langsung maupun tidak langsung. Namun keberadaan suatu sumberdaya alam, seperti cadangan pasir laut, jangan hanya dieksploitasi untuk tujuan ekonomi saja, tetapi juga harus
Akibat penambangan yang luar biasa tersebut, kerugian dan kerusakan mulai dirasakan. Para neiayan yang biasanya pulang dengan hasii yang meiimpah, kini hanya pulang dengan seperempatnya saja. Selain itu, jumlah pulau di Indoesia kurang, sekurangnya 10 pulau di perairan Riau hilang dan tenggelam. Terumbu karang yang merupakan surga laut dan tempat ikan mencari makan telah rusah dengan kata lain ekosistem laut mulai berubah oleh alat berat dan pipa-pipa penyedot pasir. Hal ini akan berimplikasi pada kondisi laut yang tidak subur lagi dan nelayanpun enggan melaut karena berkurangnya ikan diperairan laut.
38 ISSN : 2303 - 1158
Jurnal Ilmiah AgrIBA No.1 Edisi Maret Tahun 2013
memperhatikan komponen lingkungannya seperti ekoiogi. Sebab sumberdaya alam (pasir laut) merupakan modal (alamiah) yang dikelola untuk kepentingan kesejahteraan masyarakat. Pengelolaan sumberdaya yang baik dan berkelanjutan sangat terkait dengan kesejahteraan manusia sedangkan kalau tidak hati-hati akan menimbulkan degradasi lingkungan yang serius.
(4) pemeliharaan dan peningkatan daya dukung serta kualitas lingkungannya dan (5) peningkatan peran pemersatu bangsa.
sebagai
Atas dasar potensi kelautan yang kita miliki, sesungguhnya peran dan konstribusi sektor kelautan terhadap pembangunan ekonomi nasional masih dapat ditingkatkan namun kenyataannya, walaupun potensi sumberdaya kelautan yang kita miliki cukup besar, ternyata kinerja pembangunannya masih jauh dari harapan.
Apabila ditinjau dari tujuan pembangunan ekonomi berkelanjutan, kegiatan penambangan dapat menimbulkan dampak positif maupun dampak negatif, baik secara langsung maupun tidak langsung terutama terhadap morfologi pantai, kualitas air, biota darat, biota perairan dan sosial ekonomi masyarakat. Oleh karenanya, Adapun tujuan dari tulisan ini adalah untuk mengetahui dan menjelaskan dampak yang terjadi pada nelayan lokal dan kehidupan biota perairan laut (terumbu karang), jika penambangan pasir laut dilanjutkan, berdasarkan tujuan pembangunan ekonomi berkelanjutan (tujuan ekonomi, sosial dan ekologi).
History Penambangan Pasir Laut Mempertimbangkan kerusakan yang timbul akibat pengerukan pasir laut, maka pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan dan peraturan. Dimulai dengan penandatanganan nota kesepakatan bersama antara Memperindag, KSAL dan Gubernur Riau pada tahun 2002 yang menghentikan kegiatan ekspor laut. Selanjutnya pada tahun yang sama dibuatlah Surat Keputusan Bersama (SKB) 3 Menteri yaitu Memperindag, Meneg Lingkungan Hidup dan Menkepri yang berisi pernyataan pemberhentian sementara waktu seluruh kegiatan pengusahaan pasir laut.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pembangunan kelautan Indonesia kedepan adalah suatu sistem pembangunan yang memanfaatkan ekosistem laut beserta segenap sumberdaya yang terkandung di dalamnya untuk kesejahteraan bangsa secara berkelanjutan (on sustainable basis). Profil pembangunan bidang kelautan dijabarkan ke dalam lima tujuan yang harus dicapai yaitu: (1) meningkatkan masyarakat pesisir
laut
Pada tahun yang sama dikeluarkan Inpres No.2 tahun 2002 tentang pengendalian pasir laut yang berisikan pembekuan sementara kegiatan pengusahaan pasir laut tanpa kecuali sehingga hal ini melahirkan Keppres No.33 tahun 2002 yang mensyaratkan terbentuknya Tim Pengendali dan Pengawas Pengusahaan Pasir Laut (P4L). Selain pembentukan tim tersebut pemerintah juga mengeluarkan kebijakan kuota dan zonasi. Sistem kuota secara otomatis akan membatasi jumlah pasir laut yang akan diekspor. Kebijakan tersebut terdapat dalam SK Memperindag No.598 tahun 2002 tentang penetapan jumlah pasir laut yang akan diekspor dan ditetapkan
kesejahteraan
(2) meningkatnya peran sektor kelautan sebagai sumber pertumbuhan ekonomi, (3) peningkatan gizi masyarakat melalui peningkatan konsumsi ikan,
39 ISSN : 2303 - 1158
Jurnal Ilmiah AgrIBA No.1 Edisi Maret Tahun 2013
harga pasir laut yaitu 3 dolar Singapura per meter kubik. Kebijakan zonasi pengerukan pasir laut bertujuan mengisolir luasan wilayah yang rusak akibat pengerukan pasir laut dengan penerapan ini, maka praktis 50% kawasan penambangan pasir laut telah ditutup. Tujuan kebijakan tersebut adalah untuk membatasi secara ketat pengerukan pasir laut atau menghentikan penambang pasir laut oleh pengusaha. Menurut Budiman (2003), di sisi lain pemerintah kabupaten Karimun sangat bertumpu pada ekspor pasir laut ini, karena hampir 85% dari PAD atau Rp. 75 miliar berasal dari ekspor pasir laut yang pada tahun 2002 total PAD sebesar Rp. 90 miliar, sementara total APBD tahun 2002 sebesar Rp. 350 miliar. Manfaat Sumberdaya Masyarakat Nelayan
Laut
Riau, laut mempunyai berbagai fungsi. Pertama, sebagai sumber mata pencaharian utama sebahagian besar masyarakat. Kedua, sebagai sarana transportasi antar masyarakat kepulauan. Ketiga, sebagai wadah untuk berinteraksi antar masyarakat. Dalam Ramdan et al (2003), Jalur penangkapan ikan di suatu wilayah seperti Kepulauan Riau telah diatur berdasarkan Kepmentan No.392/Kpts/IK. 120/4/99 tentang jalur-jalur penangkapan ikan. Jalur penangkapan ikan di wilayah perairan bebas di bagi menjadi 3 jalur penangkapan, yaitu jalur penangkapan I yang diukur dari permukaan laut pada saat pasang surut terendah adalah sampai sejauh 3 mil laut dan perairan pantai di luar 3 mil laut sampai dengan 6 mil laut. Untuk jalur penangkapan II meliputi perairan di luar jalur penangkapan II sampai dengan batas terluar dari Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEE).
bagi
Sumberdaya air laut merupakan komponen lingkungan yang harus dipertahankan kualitasnya, karena berkaitan erat dengan kehidupan nelayan di sekitar penambangan pasir yang secara tidak langsung akan mempengaruhi kesehatan masyarakat akibat air laut tercemar. Pada saat operasi penambangan, komponen kualitas air yang akan meningkat secara kasat mata adalah kekeruhan yang diakibatkan oleh meningkatnya kandungan zat pada saat tersuspensi. Padatan tersuspensi akan meningkat tajam bila saat pengisian pasir ke tongkang karena sebagian air yang tercampur lumpur akan ke luar dari tongkang dan bercampur dengan air iaut di sekitar penambangan. Oleh karena itu kualitas air laut harus dipertahankan karena berkaitan dengan pemanfaatan sumberdaya laut bagi masyarakat nelayan.
Secara umum produksi yang dihasilkan sektor perikanan laut belum optimal, disebabkan rendahnya produktivitas nelayan dalam kegiatan perikanan tangkap. Rendahnya produktivitas nelayan disebabkan oleh tiga faktor utama, yaitu: (1) sebagian besar nelayan merupakan nelayan tradisional dengan teknologi penangkapan yang tradisional, sehingga kapasitas tangkapnya rendah. Hal ini mencerminkan rendahnya kualitas sumberdaya manusia nelayan. (2) adanya ketimpangan tingkat pemanfatan stok ikan antar kawasan perairan laut. Di satu sisi, terdapat kawasan-kawasan perairan yang mengalami kondisi over fishing, seperti Selat Malaka, Pantai Utara Jawa, Selat Bali dan Selat Sulawesi dan Iain-Iain. Namun di sisi lain, masih banyak kawasan perairan laut yang tingkat pemanfaatan sumberdaya ikannya belum optimal atau bahkan belum terjamah sama sekali. (3) telah terjadinya kerusakan ekosistem laut seperti kerusakan hutan mangrove, terumbu karang, dan padang lamun (seagrass beds) yang mana
Manfaat sumberdaya laut bagi masyarakat adalah sebagai sumber mata pencaharian terutama masyarakat nelayan baik tradisional maupun modem sebagai jalur penangkapan ikan dan transportasi laut. Bagi masyarakat di sekitar Kepulauan
40 ISSN : 2303 - 1158
Jurnal Ilmiah AgrIBA No.1 Edisi Maret Tahun 2013
tempat tersebut merupakan habitat ikan dan organisme laut lainnya berpijah, mencari niakan atau membesarkan diri (nursery ground). Kerusakan lingkungan laut ini juga disebabkan oleh pencemaran baik yang berasal dari kegiatan manusia di darat maupun di laut, Hal ini menunjukkan adanya keterkaitan antara kegiatan penambangan pasir laut yang telah dilakukan selama bertahun-tahun baik oleh penambangan yang legal maupun ilegal dengan penurunan produkstivitas perikanan tangkap.
PAD, dengan adanya konstribusi pajak yang diberikan oleh perusahaan kepada pemerintah daerah. Jumlah konstribusi pajak yang diberikan oleh perusahaan kepada pemerintah daerah. Jumlah konstribusi pajak akan bergantung kepada jumlah penambangan pasir yang dihasilkan dan harga jual pasir pada waktu tertentu. Bisnis penambangan pasir laut sebenamya hanya menguntungkan segelintir pihak, pendapatan yang diperoleh daerah (PAD) seperti kabupaten dan propinsi tidak signifikan. Menurut penelitian Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) bahwa bisnis pasir laut ini dalam sehari dapat mengantongi uang sebesar Rp. 20 Miliar, namun yang masuk ke pemerintah lewat PAD hanya sebesar Rp. 70 Miliar per tahunnya.
Dampak Penambangan Pasir Laut Ditinjau dari Fungsi Sosial Ekonomi Sumberdaya alam menyediakan beragam materi dan energi yang dibutuhkan untuk beriangsungnya kegiatan produksi. Sumberdaya tersebut dimanfaatkan sebagai input dari kegiatan produksi/ekonomi yang kemudian menjadi sumber/dana pembangunan. Demikian juga dengan pasir laut, dimana banyak pihak yang berlombalomba melakukan eksploitasi (penambangan) terhadap sumberdaya tersebut karena dinilai sangat menguntungkan dan dapat menjadi salah satu sumber dana pembangunan bagi daerah. Terlebih dengan adanya permintaan pasir yang tinggi dari negara Singapura yang sedang melakukan reklamasi pantai.
Apalagi jika dibandingkan dengan sejumlah degradasi yang ditimbulkan terhadap lingkungan laut tersebut. Selain itu, bisnis pasir laut yang dilakukan secara tidak transparan dan banyak manipulasi ini sangat merugikan bangsa Indonesia umumnya dan pemda setempat khususnya. Misalnya pemalsuan dokumen, penggelapan jumlah muatan dan disinyalir hampir 90 persen dari aktivitas pengerukan penambangan pasir laut di perairan Riau adalah ilegal. Sejak tahun 1978 hingga sekarang, ratusan juta meter kubik pasir laut per tahun yang dikirim ke Singapura, yang tercatat dan dilaporkan hanya berkisar antara 18-75 juta meter kubik atau sama dengan 34,16 juta dollar Singapura per tahun. Akibat manipulasi jumlah volume tersebut negara mengalami kerugian yang besarnya mencapai 1,756 miliar dolar Singapura.
Oleh karena itu, eksploitasi terhadap salah satu sumberdaya kelautan tersebut semakin gencar dilakukan, baik yang legal maupun ilegal. Melihat fenomena tersebut, maka berdasarkan fungsi sosial ekonomi dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan ada beberapa komponen lingkungan yang terkena dampak, diantaranya dampak penambangan pasir laut tersebut terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD), tenagakerja dan pendapatan nelayan.
Menurut kajian Departemen Kelautan dan Perikanan, sejak tahun 1978 kerugian negara atas penambangan pasir laut tersebut mencapai 43,38 miliar dolar Singapura atau setara dengan Rp. 237,321 triliyun. Jumlah kerugian ini diduga bertambah besar apabila dihitung berdasarkan pasir laut yang
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Penambangan pasir laut akan menimbulkan dampak yang positif terhadap 41
ISSN : 2303 - 1158
Jurnal Ilmiah AgrIBA No.1 Edisi Maret Tahun 2013
berhasil diselundupkan yang rata-rata mencapai 200 juta meter kubik per tahun.
Oleh karena itu, penambangan pasir laut sangat berimbas terhadap kehidupan para nelayan di sekitar pantai dimana penambangan pasir laut tersebut dilakukan. Berdasarkan studi kasus yang terdapat di sekitar perairan pulau Penyengat Tanjung Pinang Kepulauan Riau, air yang seharusnya bewarna hijau jemih mendadak menjadi keruh kecoklatan, warna air tersebut menjadi tanda bahwa kapal pengeruk pasir sedang beroperasi. Dengan kondisi yang seperti ini, dampak langsung yang dirasakan oleh nelayan adalah berkurangnya ikan di perairan dekat pantai yang secara signifikan berpengaruh terhadap pendapatan yang diterima oleh nelayan. Secara jelas dapat digambarkan dalam tabel berikut.
Tenagakerja Adanya kegiatan penambangan di suatu daerah, biasanya akan berdampak terhadap peningkatan kesempatan kerja. Namun kegiatan penambangan/pengerukan pasir laut tidak banyak merekrut tenagakerja dari lokasi terdekat dimana penambangan pasir laut tersebut dilakukan. Tenagakerja yang direkrut hanya sebatas tenagakerja kasar dan jumlahnya tidak banyak, hanya sekitar 2 -3 orang. Tenagakerja yang banyak direkrut, merupakan tenagakerja kontrakan sudah memiliki pengalaman. Oleh karena itu, dampak yang drtimbulkan dari kegiatan penambangan sangat kecil terhadap peningkatan kesempatan kerja bagi daerah yang dekat dengan lokasi kegiatan penambangan. Selain itu, ada persepsi masyarakat yang beranggapan bahwa bekerja dipenambangan pasir laut bukan hal yang menarik, karena disamping gajinya kecil, juga bekerja sebagai nelayan dianggap lebih menguntungkan karena bisa langsung mendapatkan hasil pada hah itu juga dan tidak terikat pada peraturan perusahaan. Pendapatan Nelayan Kegiatan pengerukan pasir laut dilakukan oleh kapal keruk yang menghisap pasir laut sambil berjalan. Penghisapan itu dilakukan dengan menggunakan pipa dan berkekuatan sangat tinggi. Oleh karena itu ikan-ikan yang berada disekitar kapal akan terhisap dan ikan-ikan yang agak jauh pergi meninggalkan tempat itu. Dengan demikian dalam jangka panjang akan mengakibatkan menurunnya populasi ikan di wilayah operasi penambangan, yang mengakibatkan pula berkurangnya hasil tangkapan para nelayan. Akibat selanjutnya adalah akan berkurang tingkat pendapatan para nelayan. Hal ini disebabkan disamping lokasi pengerukan juga merupakan lokasi penangkapan ikan para nelayan.
42 ISSN : 2303 - 1158
Jurnal Ilmiah AgrIBA No.1 Edisi Maret Tahun 2013
Tabel 1. Pendapatan Nelayan Tanjung Pinang, Kepulauan Riau
Desa/Kecamatan
Nara Sumber
Sebelum Beroperasi
Pendapatan Nelayan Selama Penghentian Operasi (Juli Operasi 2002) (Okt 2003) Rp. 10.000/2hari Rp. 60.000/hari
Desa Parit I
Nelayan A
Rp. 100.000/hari
Kecamatan Karimun Desa Parit IV
Nelayan Tradisonal (Nelayan B)
5 kg/hari @Rp. 18.000 atau Rp. 90.000/hari
(3 ons udang) 1 kg/hari
(25 ons udang) 2-3 kg/hari
atau Rp. 90.000/hari
atau Rp.9000/hari
atau Rp.40.000/hari
Rp 100.000/hari
menganggur
Rp. 30.00060.000/hari
18-20 kg tenggiri/hari @ Rp.25.000 = Rp.450.000475.000/hari
5-6 kg/hari terkadang tidak mendapat hasil sama sekali
Buruh nelayan
Kecamatan Karimun
Desa Moro, Kecamatan Moro Desa Pauh Kecamatan Moro
Nelayan Jaring Udang dan penampung udang (Nelayan C) Nelayan Tenggiri (Nelayan D) Nelayan E
Sumber : MK,Sanny dalam Samudera,(2004)
Dampak Panambangan Pasir ditinjau dari Fungsi Ekologi
Kenyataan lain juga menunjukkan, di perairan Karimun maupun kepulauan Riau yang sudah kehilangan banyak pulau, lautnya menjadi cokelat akibat ditambang pasirnya untuk diekspor. Volume ekspor pasir tahun 2002 dari perairan Karimun, mencapai 3 juta meter kubik pasir per bulan, sehingga tidak heran bila nelayan setempat mengeluhkan jumlah tangkapan ikan yang hanya bisa untuk sekedar bertahan hidup.
Laut
Keberadaan sumberdaya alam baik hayati maupun non hayati bersama dengan komponen lingkungan lainnya membentuk suatu ekosistem. Aliran materi dan energi dari setiap sumberdaya dalam ekosistem saling berhubungan dan membentuk kesatuan. Dalam ekosistem yang masih alami, komponen-komponen sumberdaya alam yang ada selalu berupaya mencapai tingkat keseimbangan (equilibrium). Keseimbangan diperlukan untuk menjamin keberiangsungan aktivitas makhluk hidup dan lingkungannya di alam ini secara wajar. Adanya degradasi dalam suatu sumberdaya alam akan mempengaruhi keseimbangan ekosistem tersebut. Salah satu contoh eksploitasi sumberdaya alam yang dapat menyebabkan degradasi lingkungan adalah penambangan pasir laut.
Ekspor pasir laut itu hanya meninggalkan segudang kerusakan lingkungan dan menyengsarakan ribuan nelayan di Riau, sebab mengganggu hasil tangkapan para nelayan tersebut. Hal ini juga yang menjadi penyebab makin bertambahnya jumlah nelayan yang berada di bawah garis kemiskinan dan kondisi ini dapat memunculkan masalah sosial yang lebih parah bila tidak segera ditanggulangi
43 ISSN : 2303 - 1158
Jurnal Ilmiah AgrIBA No.1 Edisi Maret Tahun 2013
seluruh wilayah pesisir dan lautan di seluruh nusantara dan di antaranya terdapat di Kepulauan Riau.
Kerusakan Terumbu Karang Kerusakan penambangan pasir laut merupakan kerusakan yang tidak dapat diperbaharui. Penambangan pasir laut tersebut menyebabkan hancurnya sejumlah terumbu karang dan hilangnya ratusan biota laut. Bahkan akibat kerusakan ini telah menenggelamkan 10 buah pulau kecil dan menurunnya hasil tangkapan ikan nelayan.
Beberapa kegiatan yang dapat merusak ekosistem terumbu karang antara lain, pemboman karang, baik yang menggunakan bahan peledak atau bukan, penggundulan hutan di daratan, pengerukan di sekitar terumbu karang termasuk juga penambangan pasir laut, serta penangkapan ikan menggunakan kalsium sianida (KCn)
Dampak yang terjadi pada terumbu karang salah satunya merupakan dampak dari penurunan kualitas air dalam bentuk peningkatan kekeruhan dan padatan tersuspensi. Partikel penyebab kekeruhan dan padatan tersuspensi pada suatu saat akan mengendap. Dampak langsung pada terumbu karang dapat terjadi dalam dua hal, yaitu: (1) kematian polip dan (2) penurunan fotosintesa zooxantelae. Partikel padat akan menutup mulut polip sehingga mengganggu proses pemakanan dan pemafasan yang pada akhirnya menimbulkan kematian pada biota karang. Kekeruhan juga dapat menghambat daya tembus sinar matahari yang diperlukan oleh alga zooxantelae yang bersimbiosis dengan karang. Akibatnya sintesa menurun dan produktivitas karang akan berkurang. Menurut pakar terumbu karang, bahwa untuk memulihkan kerusakan terumbu karang, dibutuhkan puluhan bahkan bisa mencapai ratusan tahun untuk jenis tertentu.
Ekosistem terumbu karang mempunyai produktivitas organik yang sangat tinggi dibandingkan ekosistem lainnya, demikian pula keanekaragaman hayatinya. Di samping mempunyai fungsi ekologis sebagai penyedia nutrien bagi biota perairan, pelindung fisik, tempat pemijahan, dan Iain-Iain. Terumbu karang juga menghasiikan berbagai produk yang mempunyai nilai ekonomi penting seperti berbagai jenis ikan karang, udang karang, alga, teripang dan kerang mutiara.
Rusaknya terumbu karang tersebutlah yang menyebabkan populasi ikan dan biota lainnya menghilang karena pada habitat tersebutlah berbagai jenis ikan menggantungkan hidupnya. Penambangan pasir laut menghancurkan terumbu karang dan menyebabkan air laut menjadi keruh, seperti yang terjadi di sepanjang perairan Tanjung Balai Karimun. Kondisi tersebut menyebabkan nelayan harus menangkap ikan jauh ketengah lautan karena ikan akan sulit diperoleh di bawah jarak 4 mil.
Di beberapa tempat di Indonesia, karang batu (hard coral) digunakan untuk berbagai kepentingan seperti konstruksi jalan dan bangunan, bahan baku industri dan perhiasan. Dari segi estetika, terumbu karang yang masih utuh menampilkan pemandangan yang sangat indah. Indonesia memilki kurang lebih 50 ribu km2 ekosistem terumbu karang yang tersebar di
Hasil penelitian internasional seabed authority (salah satu badan PBB) menunjukkan bahwa debu-debu halus yang dihasilkan dlam penambangan pasir laut akan mengikuti arus laut, menutupi terumbu karang dan mengganggu kehidupan biota laut. Percobaan tersebut membuktikan, bahwa pengerukan dasar laut bisa menimbulkan debu halus yang disebut
Ekosistem terumbu karang banyak terdapat pada perairan yang dangkal, dimana untuk mencapai petumbuhan maksimum, terumbu karang memerlukan perairan yang jernih dengan suhu normal, gerakan gelombang yang relatif besar, sirkulasi air yang lancar serta terhindar dari proses sedimentasi.
44 ISSN : 2303 - 1158
Jurnal Ilmiah AgrIBA No.1 Edisi Maret Tahun 2013
debri. Debu yang naik ke keatas dan dibawa oleh arus menjadi tailing dan dapat berpidah hingga mencapai 20 - 30 mil jauhnya. Oleh karena itu debri akan berdampak terhadap kelangsungan hidup terumbu karang yang berpengaruh terhadap populasi ikan dan pada akhirnya pendapatan nelayan menjadi berkurang.
system on the national research council and habitat hotline antlantic. Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat dampak serius jangka panjang dari proyek penambangan pasir laut.
Tabel 2. Dampak Penambangan Pasir Laut terhadap Abrasi Pantai Desa/Kecamatan
Juli 2001
Oktober 2003
Dusun Parit 1, Desa Parit Kecamatan Karimun
- Abrasi pantai 12 meter dihitung dari daratan ke titik pasang tertinggi - Pohon kelapa tumbang dua baris dan pantai menjadi landai -> tidak ada beda antara pantai dengan daratan - Permukaan laut naik 30 cm dari biasanya - Satu buah rumah hanyut akibat abrasi
Abrasi pantai 22 meter
Dusun Parit IV, Desa Parit Kecamatan karimun
- Abrasi pantai sejauh 12,7 meter - Air menjadi keruh
Abrasi pantai 21 meter
Dusun Lar Hitam, desa Lubuk Puding kecamatan Karimun
Dulunya tunggul bakau tidak muncul ke permukaan karena tertutup pasir dan lumpur, mulai Juli 2001 pantai menjadi lebih curam dan air pasang masuk kerumah penduduk.
Pantai Lubuk Karimun
Abrasi pantai 19,5 meter
Puding, Kecamatan
Abrasi pantai 37 meter
Sumber: MK,Sanny dalam Samudera,(2004)
Stabilitas Pantai Dampak negatif lainnya dari proyek penambangan pasir laut juga pernah di teliti di amerika Serikat oleh comitee on beach tourishment and protection, marine board, commsion on engineering and technical
Penambangan pasir laut mempunyai dua kegiatan utama, yaitu aktivitas pengerukan dan pengangkutan. Di antara kedua aktivitas tersebut yang diperkirakan akan memberikan dampak adalah pada saat
45 ISSN : 2303 - 1158
Jurnal Ilmiah AgrIBA No.1 Edisi Maret Tahun 2013
aktivitas pengerukan berlangsung, sedangkan aktivitas pengangkutan tidak memberikan dampak yang berarti. Tabel berikut ini menggambarkan dampak penambangan pasir laut terhadap abrasi pantai.
dengan akses terbuka (open acsess) memberikan anggapan bahwa setiap orang atau individu merasa memiliki sumberdaya tersebut secara bersama (common property). Begitu pula halnya dengan sumberdaya lain yang ada di laut, misalnya pasir laut. Menurut Anwar 2002, pada sumberdaya yang bersifat open acsess resource akan terjadi pengurasan yang pada akhirnya terjadi kerusakan sumberdaya. Hal mi terjadi karena semua individu baik nelayan maupun pengusaha merasa mempunyai hak untuk mengeksploitasi sumberdaya laut dan memperiakukannya sesuka hati dalam rangka memaksimumkan keuntungannya. Tetapi tak seorang pun mau memelihara kelestariannya. Oleh karena itu sifat open akses tersebut dapat dikatakan tidak mempunyai hak yang jelas atas sumberdaya yang bersangkutan (rescomune is resnulius).
Apabila dasar perairan dikeruk maka batimetri dasar perairan akan mengalami perubahan yang pada tahap selanjutnya akan mengubah pola gerakan air dan sistem transportasi sedimen di daerah tersebut. Perubahan hidrodinamika masa air tersebut akan memberikan dampak turunan terhadap stabilitas pantai, karena terjadi perubahan komponen arus utama yang sejajar dengan pantai. Arus terbentuk sebagai akibat dari refraksi gelombang pada saat mendekati garis pantai dan muka gelombang menbentuk sudut dengan garis pantai. Pengerukan pasir yang melebihi 10 meter kedalamannya akan menyebabkan perubahan stabilitas lereng lepas pantai dan pada tahap selanjutnya akan menyebabkan kestabilan pantai terganggu dengan adanya abrasi yang lebih intensif.
Menurut Dahuri et.al (2001) dalam pemanfaatan sumberdaya yang bersifat milik bersama atau common property, keseimbangan jangka panjang dalam usaha perikanan tidak dapat dipertahankan karena adanya peluang untuk meningkatkan keuntungan (ekses profit) dari usaha tersebut sehingga terjadi ekstensifikasi usaha secara besar-besaran dibarengi masuknya pengusaha baru yang tergiur dengan nilai rent yang cukup besar. Oleh karenanya, pemanfaatan sumberdaya itu harus mempertimbangkan aspek sustainabillity agar dapat memberikan manfaat yang sama di masa yang akan datang yang tidak hanya terfokus pada masalah ekonomi tetapi juga masalah lain, seperti sosial dan ekologi.
Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Secara Berkelanjutan Pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya perikanan merupakan hal yang cukup sulit dan menantang. Pemanfaatan tanpa disertai dengan pengelolaan bukan saja dapat mengabaikan kemunduran kualitas sumberdaya dan lingkungan tetapi juga berdampak dalam hal distribusi pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Tanpa pengaturan, sektor pembangunan yang tampaknya kuat dapat menjadi dominan sebaliknya sektor yang tampaknya lemah akan semakin berkurang bahkan akhirnya hilang. Sumberdaya perikanan merupakan salah satu sektor perekonomian yang memberikan kontribusi terhadap kesejahteraan masyarakat. Mengingat sifat dari sumberdaya perikanan yang dikenal
46 ISSN : 2303 - 1158
Jurnal Ilmiah AgrIBA No.1 Edisi Maret Tahun 2013
tersebut. Menyingkapi hal tersebut di atas, dapat disarankan :
KESIMPULAN Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Harus adanya undang-undang atau aturan yang tegas tentang pelarangan penambangan ekspor pasir laut oleh pemerintah mengingat lebih banyak mudharat dari pada manfaat yang kita terima. 2. Penegakan hukum terutama di laut harus benar-benar dilaksanakan dan ditegakkan, bagi yang melanggar diberi sangsi tegas. 3. Harus ada penelitian menyeluruh tentang untung ruginya penambangan pasir laut.
1. Dampak penambangan pasir laut ditinjau dari tujuan sosial dan ekonomi : - Terhadap Pendapatan Asli daerah (PAD) memberikan dampak yang pos'rtif, namun pendapatan yang diperoleh tidak seimbang dengan jumlah kerusakan yang ditimbulkan terhadap lingkungan - Terhadap kesempatan kerja memberikan dampak yang relatif kecil, karena tenagakerja yang direkrut tidak banyak berasal dari sekitar lokasi penambangan. - Terhadap pendapatan nelayan berakibat pada berkurangnya pendapatan nelayan-nelayan lokal sehingga membuat kehidupan nelayan tersebut semakin terpuruk (miskin) 2. Dampak penambangan pasir laut ditinjau dari tujuan ekologi : - Terhadap terumbu karang, sangat berpengaruh pada kematian polip dan penurunan fotosintesa, yang berakibat pada kematian biota karang. Selain itu hancumya terumbu karang yang menyebabkan hilangnya atau berkurangnya ikan di perairan tersebut. - Terhadap stabilitas pantai, menyebabkan abrasi pantai yang intensif SARAN Masalah ekspor pasir laut memang sudah berlangsung lama, terutama dalam sepuluh tahun terakhir dimana penyelesaiannya tidak diselesaikan secara konfertiensif oleh pemerintah. Hal ini dapat dilihat dari ketidakkonsistenan aturan yang ditetapkan pemerintah dalam hal penambangan maupun ekspor pasir laut
47 ISSN : 2303 - 1158
Jurnal Ilmiah AgrIBA No.1 Edisi Maret Tahun 2013
Sanim, B. 2003. Bahan Kuliah Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Program Studi llmu Ekonomi Pertanian. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
DAFTAR PUSTAKA Anonymous. 2001. Analisis Dampak Ungkungan Penambangan Pasir Laut di Perairan Selat Philip Kota Batam Propinsi Riau. PT. RiauManipura Mandiri, Jakarta. Anwar, A. 2000. Manajeman Sumberdaya Alam dan Desentralisasi: Peranan Institusi Lokal dalam Pemecahan Konflik-konflik Sumberdaya Alam Wilayah Pesisir. Bahan Kuliah Program Studi llmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Budiman. 2003. Pro-Kontra Ekspor Laut. Suara Pembaruan. Dahuri. R, J. Rais, S.P. Ginting, M.J. Sitepu. 2001. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. PT. Pradnya Paramita. Jakarta. Hendrakusumaatmaja, S. 2004. Sumberdaya Perikanan: Tinjauan Aspek Ekonomi. Bahan Kuliah Ekonomi Sumberdaya Alam. Program Studi llmu Ekonomi Pertanian. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. MK, Sanny. 2004. Kerugian Berlipat dan Bisnis Pasir Laut. Samudera. (11)2: 5-17. Ramdan, H, Yusran, D. Darusman. 2003. Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Otonomi Daerah, Perspektif Kebijakan dan Valuasi Ekonomi. Alqaprint Jatinangor, Bandung. Yakin, A. 1997. Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Teori dan Kebijaksanaan Pembangunan Berkelanjutan. CV. Akademika Presindo, Jakarta.
48 ISSN : 2303 - 1158