Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan
1(1), 110-121
UJI KEUNGGULAN ALAT PERAGA WAYANG ABJAD KONTEKSTUAL DALAM PENCAPAIAN KEMAMPUAN BACA TULIS ANAK KELOMPOK B TK NEGERI SINGARAJA Dewi Arum Widhiyanti Metra Putri, Luh Putu Putrini Mahadewi, dan Ni Luh Sukraningsih Jurusan Pendidikan Pendidikan Guru TK Fakultas Ilmu Ilmu Pendidikan Undiksha Abstrak
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan perbedaan kemampuan baca tulis antara pembelajaran yang menggunakan alat peraga wayang abjad kontekstual dengan pembelajaran yang menggunakan alat peraga kartu huruf pada anak Kelompok B TK Negeri Singaraja. Penelitian ini adalah merupakan penelitian ekpserimen kuasi (eksperimen semu) dengan rancangan penelitian “Pretest-Postest Pretest-Postest Nonequivalent Control Group Design”. Subjek penelitian ini adalah anak kelompok B TK Negeri Singaraja. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah tes tindakan dengan alat pengumpul data berupa lembar observasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif dan statistik inferensial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan baca tulis antara pembelajaran yang menggunakan alat peraga wayang abjad kontekstual dengan pembelajaran yang menggunakan alat peraga kartu huruf pada anak Kelompok B TK Negeri Singaraja, dengan t = 2,71 dan t tabel tabel =2,02 untuk db = 38 dan taraf signifikansi 5%. Ini berarti bahwa kemampuan baca tulis anak melalui pembelajaran menggunakan alat peraga wayang abjad kontekstual lebih baik dibandingkan dengan kemampuan baca tulis anak melalui pembelajaran menggunakan menggunakan kartu huruf.
Kata-kata kunci: alat peraga, kemampuan, baca tulis
Abstract
This research is aimed to describe the difference of reading and writing skills between learning by using contextual alphabet
JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, Desember 2007
110
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan
1(1), 110-121
wayang visual aid and learning that using letter card visual aid on children in group B of TK Negeri Singaraja. This research is quasi experiment with pretest and posttest non equivalent control group design. The subject of the research is the children in group B of TK Negeri Singaraja. To collect the data it is used performance testing method and recorded by using observation form. To analysis the data it is involved two kinds of technique analysis, they are descriptive statistic and inferential statistic. The result shows that there is a difference of reading and writing skills between learning that using contextual alphabet wayang visual aid and learning that using letter card visual aid on children in group B of TK Negeri Singaraja with t observation = 2,71 and t table = 2,02 for degree of freedom= 38 and level of significance 5%. Reading and writing skills in learning by using contextual alphabet wayang visual aid is better than learning by using letter card for children in group B of TK Negeri Singaraja.
Keywords: visual aids, skills, reading and writing
Pendahuluan Pembelajaran pada anak usia dini khususnya Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan wahana untuk mengembangkan potensi seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minat masing-masing anak. Anderson (1993) mengemukakan bahwa Pendidikan TK memberikan kesempatan untuk mengembangkan kepribadian anak, oleh karena itu pendidikan untuk anak TK perlu menyediakan berbagai kegiatan yang dapat mengembangkan berbagai aspek perkembangan yang meliputi: aspek kognitif, bahasa, sosial, emosi, fisik, dan motorik. Proses pembelajaran anak TK memang masih menjadi permasalahan di Indonesia pada beberapa tahun terakhir. Ini disebabkan oleh karena pola pembelajaran yang dilaksanakan cenderung berorientasi akademik dan menganggap bahwa konsep-konsep yang ada pada diri anak tidak berkembang secara spontan melainkan harus ditanamkan dan diserap oleh anak melalui perlakuan orang dewasa. Hal ini tentu saja bertentangan dengan hakikat pembelajaran di TK yang menekankan anak sebagai pebelajar yang aktif. Apabila anak TK diajarkan dan bukannya dibelajarkan, maka pengembangan berbagai potensi anak secara optimal tidak akan tercapai. Rachmawati (2005) mengemukakan bahwa memberikan kegiatan belajar
JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, Desember 2007
111
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan
1(1), 110-121
pada anak didik harus memperhatikan kematangan atau tahap perkembangan anak didik, alat bermain, metode yang digunakan, waktu, serta tempat bermain. Bertolak dari keadaan tersebut, pada Kurikulum TK 2004, kegiatan pembelajaran di TK diarahkan ke sistem pembelajaran kelas yang berpusat pada anak melalui area-area. Dalam pembelajaran yang berpusat pada anak melalui area-area tersebut, interaksi yang terjadi adalah upaya guru membelajarkan anak, bukan kegiatan guru mengajar dan anak belajar. Peran guru adalah sebagai fasilitator dan motivator, sehingga guru dituntut untuk lebih kreatif dalam menyiapkan sarana yang diperlukan di masing-masing area tersebut. Berdasarkan hasil observasi guru di masing-masing kelas pada kelompok B di TK Negeri Singaraja, salah satu area yang perlu mendapatkan perhatian serius adalah area baca tulis. Pada area baca tulis, terlihat kemampuan anak masih kurang terutama di dalam mengenal huruf seperti menghubungkan dan menyebutkan tulisan sederhana dengan simbol yang melambangkannya, contoh: gambar bola di bawahnya diisi tulisan “b o l a”. Di samping itu, anak juga kurang mampu membedakan kata-kata yang mempunyai suku kata awal yang sama seperti “kaki-lali”, dan lain-lain. Anak juga masih kurang dalam kemampuan mencontoh huruf begitu pula meniru membuat garis lengkung, miring, datar, membuat lingkaran, bujur sangkar, dan memegang pensil dengan benar. Penggunaan alat peraga yang menarik perhatian dan dekat dengan lingkungan anak akan meningkatkan minat dan gairah anak untuk belajar khusunya di area baca tulis. Alat peraga/alat bermain adalah kelengkapan penting dalam penyelenggaraan pendidikan di TK. Alat peraga/alat bermain adalah semua benda dan alat yang bergerak maupun yang tidak bergerak yang digunakan untuk menunjang kelancaran penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar, bermain dan bekerja di sekolah, agar dapat berlangsung dengan teratur, efektif dan efisien sehingga tujuan pendidikan di TK dapat tercapai (Depdiknas, 2003). Selama ini, anak TK menggunakan alat peraga kartu huruf untuk memperoleh kemampuan baca tulis. Kartu huruf adalah gambar huruf yang dituangkan pada selembar karton berbentuk kartu yang cukup besar (Oberlander, 2002). Kartu-kartu tersebut memuat huruf yang ditulis dengan huruf besar dan huruf kecil. Anak hanya mengamati huruf-huruf yang tertuang pada kartu. Kartu tersebut terkadang cepat rusak karena tidak sengaja disobek atau basah oleh tangan anak yang berkeringat. Di samping
JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, Desember 2007
112
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan
1(1), 110-121
itu, pada kartu tersebut tidak disertai contoh gambar orang atau benda nyata yang ditemui anak sehari-hari yang menerangkan penggunaan huruf yang dipelajari, sehingga anak kurang bisa mengaitkan antara apa yang dipelajarinya dengan lingkungan sekitarnya. Anak cenderung menghafal huruf yang terdapat pada kartu dan kurang mengkaitkan dengan penerapan huruf-huruf itu untuk menerangkan orang atau benda yang sering ditemuinya sehari-hari. Dengan demikian pembelajaran yang terjadi akan kurang menjembatani antara apa yang diperoleh anak di TK dengan kemampuan yang seharusnya dimiliki anak untuk menghadapi lingkungannya. Berdasarkan gambaran tersebut, peranan guru sebagai fasilitator benarbenar dibutuhkan. Guru dituntut untuk lebih kreatif dalam menyiapkan alat peraga/alat bermain yang memfasilitasi pembelajaran anak. Alat peraga/alat bermain digunakan sebagai sarana untuk membangkitkan motivasi anak dalam melakukan kegiatan bermain sambil belajar di area baca tulis. Alat peraga/alat bermain yang dimaksud adalah alat peraga/alat bermain yang bahannya mudah didapat, mudah dibuat guru, mudah digunakan dalam pembelajaran, menarik perhatian anak, dekat dengan lingkungan anak (kontekstual), dan inovatif. Salah satunya adalah alat peraga wayang abjad kontekstual. Wayang abjad adalah bermacam-macam bentuk alfabet dari a sampai z yang ditulis pada karton berbentuk segi empat dan diberi tangkai agar anak bisa memegang seperti wayang (Oberlander, 2002). Selain mudah digunakan, alat peraga wayang abjad kontekstual juga tidak mudah rusak karena ada tempat bagi anak untuk memegang dengan benar. Dan yang lebih penting lagi, alat peraga wayang abjad kontekstual akan menjembatani kemampuan yang diperoleh anak di TK dengan lingkungan. Hal ini disebabkan karena pada alat peraga wayang abjad kontekstual tersebut disertai gambar yang huruf awalnya sesuai dengan huruf yang dipelajari. Dengan demikian, kegiatan bermain sambil belajar akan lebih aplikatif, kontekstual, dan menyenangkan bagi anak. Berdasarkan latar belakang masalah, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut. “Apakah terdapat perbedaan kemampuan baca tulis antara pembelajaran yang menggunakan alat peraga wayang abjad kontekstual dengan pembelajaran yang menggunakan alat peraga kartu huruf pada anak kelompok B TK Negeri Singaraja?” Sejalan dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan, adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan perbedaan kemampuan baca tulis antara pembelajaran yang menggunakan alat peraga wayang abjad
JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, Desember 2007
113
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan
1(1), 110-121
kontekstual dengan pembelajaran yang menggunakan alat peraga kartu huruf pada anak kelompok B TK Negeri Singaraja. Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut. (1) Sebagai bahan masukan terhadap pemikiran dan peningkatan kreativitas guru. (2) Sebagai upaya pembelajaran di Area Baca Tulis dalam meningkatkan kemampuan anak khususnya dalam kemampuan baca dan tulis. (3) Sebagai bahan informasi bagi peneliti lain yang berminat dalam penelitian lanjutan yang relevan dalam pembelajaran di TK. Metode Subjek dalam penelitian ini adalah anak Kelompok B TK Negeri Singaraja yang terdiri dari dua kelas, yaitu A & B dengan jumlah dan karakteristik yang hampir sama. Objek penelitian ini adalah kemampuan baca tulis anak. Untuk mengukur kemampuan baca tulis anak digunakan tes tindakan yang direkam dengan teknik observasi dan instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah lembar observasi. Menurut Patmonodewo (1993), “Observasi adalah cara pengumpulan data penilaian yang pengisiannya berdasarkan pengamatan langsung terhadap sikap dan perilaku anak.” Carolyn Seefeldt (dalam Beaty, 1994) menyatakan, meskipun observasi dikatakan sebagai metode paling kuno, tetapi banyak digunakan dan merupakan cara yang terbaik untuk menilai anak yang mencakup pertumbuhan dan perkembangannya, bukan pada kesalahan yang dilakukan anak. Observasi dilakukan pada situasi yang natural dan tidak dibuat-buat. Hal-hal yang perlu diobservasi adalah perkembangan emosi, bermain sosial, perilaku prososial, perkembangan motorik kasar dan halus, perkembangan kognitif, bahasa, keterampilan membaca dan menulis dini, keterampilan seni dan imajinasi. Berdasarkan paparan tersebut, pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode observasi, sehingga instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah lembar observasi Hal-hal yang diobservasi dalam penelitian ini adalah kemampuan baca tulis anak yang meliputi: kemampuan anak dalam membedakan kata-kata yang mempunyai suku kata awal yang sama, kemampuan menirukan kembali 4-5 urutan kata, dan kemampuan meniru membuat garis tegak, miring, lengkung. Indikator pencapaian kemampuan tersebut sudah ditentukan dalam Kurikulum TK 2004 yang berlaku secara nasional sehingga item-item tes tindakan dalam penelitian ini mengacu pada indikator tersebut sehingga tidak
JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, Desember 2007
114
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan
1(1), 110-121
dicari validitas dan reliabilias tes. Kemampuan baca tulis tersebut disajikan dalam bentuk skor-skor untuk dapat dianalisis secara statistik. Penelitian yang dilakukan ini merupakan kuasi eksperimen/eksperimen semu dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah “ Pretest-Postest Nonequivalent Control Group Design”. Desain penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Desain Peneitian Kelompok
Pre-test
Perlakuan
Post-test
E K
O O
X1 X2
O1 O2
Keterangan: E = Kelompok eksperimen K = Kelompok kontrol O = Pre-test X1 = Perlakuan berupa penggunaan alat peraga wayang abjad kontekstual X2 = Penggunaan alat peraga kartu huruf O1 = Post-test kelompok eksperimen O2 = Post-test kelompok kontrol
Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data tentang kemampuan baca tulis anak yang merupakan data kuantitatif dan dianalisis dengan statistik inferensial. Statistik inferensial adalah semua penyelidikan yang didasarkan atas data statistik beserta petunjuk-petunjuk tentang ketelitian dan kemantapan daripada keputusan yang diambil berdasarkan teori probabilitas (Hadi, 2000). Statistik inferensial digunakan untuk menggeneralisasikan hasil penelitian yang meliputi estimasi (perkiraan) dan pengujian hipotesis. Untuk menguji terdapat tidaknya perbedaan kemampuan baca tulis antara yang menggunakan alat peraga wayang abjad kontekstual dan yang menggunakan alat peraga kartu huruf, maka data yang diperoleh dianalisis dengan uji prasyarat meliputi uji normalitas dan uji homogenitas serta uji hipotesis menggunakan uji t dua pihak (ekor) dengan masing-masing rumus perhitungan sebagai berikut.
JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, Desember 2007
115
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan
1(1), 110-121
(1) Uji Normalitas Sebelum dilakukan pengujian untuk mendapatkan kesimpulan, maka data yang diperoleh perlu diuji normalitasnya. Untuk menguji normalitas data digunakan uji Kolmogorov-Smirnov dan pengujian menggunakan SPSS seri 14. (2) Uji Homogenitas Selain uji normalitas data, perlu juga diuji homogenitasnya dengan rumus (Sudjana, 1996) F hit
=
S12 S 22
Dengan kriteria pengujian: jika F hit < F tabel maka data dikatakan homogen. Uji dilakukan dengan taraf signifikansi 5% dengan derajat kebebasan untuk pembilang n1-1 dan derajat kebebasan untuk penyebut n2 - 1. (3) Uji Hipotesis
t hit
=
x1 − x 2 S gab
1
+
n1
1 n2
(Sudjana, 1996) dengan : x1
= rata-rata gain score kelompok eksperimen (diperoleh dari skor postest – skor pretest kelompok
eksperimen) x 2
= rata-rata gain score kelompok kontrol (diperoleh dari skor postest – skor pretest kelompok
kontrol) Sgab n1 n2
= standar deviasi gabungan = jumlah subyek dari kelompok eksperimen = jumlah subyek dari kelompok kontrol
Kriteria pengujian yaitu terima Ho jika –t 1-½ < t < t 1-½ , t 1-½ diambil dari daftar distribusi t dengan dk = (n1 + n2 – 2) dan α = 5%. α
JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, Desember 2007
α
α
116
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan
1(1), 110-121
Hasil
Berdasarkan penelitian, data tentang kemampuan baca tulis anak yang diperoleh melalui pre-test dan post test untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol seperti terangkum pada Tabel 2. Tabel 2 Data tentang Kemampuan Baca Tulis Anak
Variabel No 1 2 3
N X SD
Pre-test
Post-test
E
K
E
K
20 66,00 6,29
20 66,00 6,29
20 80,00 4,29
20 75,15 4,56
Gain Score E K
20 14,00 5,91
20 9,15 5,27
Ket: K=kelompok kontrol, E=kelompok Eksperimen Untuk mengetahui terdapat tidaknya perbedaan kemampuan baca tulis antara pembelajaran yang menggunakan alat peraga wayang abjad kontekstual dengan pembelajaran yang menggunakan alat peraga kartu huruf pada anak kelompok B TK Negeri Singaraja, maka dilakukan pengujian terhadap H0 statistik. Sebelum uji hipotesis dilakukan, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas terhadap gain score kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. a. Uji Normalitas Hasil uji normalitas terhadap gain score kemampuan baca tulis anak untuk kelompok eksperimen sebagaimana tercantum dalam Tabel 3. Tabel 3 Normalitas Data Kemampuan Baca Tulis X1 (Kelompok Eksperimen) Kolmogorov-Smirnov(a) X1
Shapiro-Wilk
Statistic
df
Sig.
Statistic
df
Sig.
.145
20
.200(*)
.937
20
.212
Keluaran pada gambar di atas menunjukkan uji normalitas data X1 (kemampuan baca tulis kelompok eksperimen). Pengujian dengan SPSS Seri 14 berdasarkan uji Kolmogorov-Smimov, dapat dirangkum Ho : Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal. H1 : Sampel tidak berasal dari populasi berdistribusi normal.
JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, Desember 2007
117
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan
1(1), 110-121
Dengan demikian, normalitas dipenuhi jika hasil uji tidak signifikan untuk suatu taraf signifikansi ( α) tertentu (biasanya α = 0,05 atau 0,01). Sebaiknya, jika uji signifikan maka normalitas tidak terpenuhi. Untuk menetapkan kenormalan, kriteria yang berlaku adalah sebagai berikut. (1) Tetapkan taraf signifikansi uji, misalkan α = 0,05, (2) bandingkan p dengan taraf signifikansi yang diperoleh, (3) Jika signifikansi yang diperoleh > α, maka sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal, dan (4) jika signifikansi yang diperoleh < α, maka sampel bukan berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Pada hasil di atas diperoleh taraf signifikansi untuk variabel kemampuan baca tulis anak untuk kelompok eskperimen adalah 0,200. Dengan demikian, data berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hasil uji normalitas terhadap gain score kemampuan baca tulis anak untuk kelompok kontrol sebagaimana tercantum dalam Tabel 4 berikut. Tabel 4 Normalitas data kemampuan baca tulis X2 (Kelompok Kontrol) Kolmogorov-Smirnov(a) X2
Shapiro-Wilk
Statistic
df
Sig.
Statistic
df
Sig.
.186
20
.067
.873
20
.013
Hasil analisis pada Tabel 4, ditemukan taraf signifikansi untuk variabel kemampuan baca tulis anak untuk kelompok kontrol adalah 0,067. Dengan demikian, data berasal dari populasi berdistribusi normal. b. Uji Homogenitas Homogenitas varians menggunakan uji- F dengan kriteria: data homogen jika F hitung < F tabel. Hasil uji homogenitas varians yaitu F hitung = 1,26 sedangkan untuk F tabel dengan taraf signifikasi 5% dan dk pembilang = 20 serta dk penyebut = 20 adalah 2,94. Oleh karena F hitung < Ftabel, maka data homogen. c. Uji Hipotesis Berdasarkan hasil pengujian prasyarat diperoleh bahwa data yang berupa gain score dari kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal dan homogen. Untuk itu dilakukan uji hipotesis dengan kriteria:
JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, Desember 2007
118
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan
1(1), 110-121
Terima H 0 jika -t 1-½ < t < t 1-½ , t 1-½ diambil dari daftar distribusi t dengan dk = (n1 + n2 – 2) dan α = 5%. α
α
α
Rangkuman hasil analisis uji-t di tunjukan pada Tabel 5. Tabel 5 Rangkuman Hasil Uji-t
Kelas Eksperimen
N 20
db 38
X 14,00
SD 5,91
Kontrol
20
38
9,15
5,27
t 2,71
ttabel 2,02
Analisis uji-t untuk gain score kemampuan baca tulis anak menunjukkan t hitung =2,71 dan t tabel = 2,02 untuk db = 38 dan taraf signifikansi 5%. Berdasarkan kriteria maka H 0 ditolak, artinya terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan baca tulis antara pembelajaran yang menggunakan alat peraga wayang abjad kontekstual dengan pembelajaran yang menggunakan alat peraga kartu huruf pada anak Kelompok B TK Negeri Singaraja. Pembahasan Berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan baca tulis antara pembelajaran yang menggunakan alat peraga wayang abjad kontekstual dengan pembelajaran yang menggunakan alat peraga kartu huruf pada anak kelompok B TK Negeri Singaraja. Hal ini ditandai dengan hasil uji-t yang menunjukkan bahwa t hitung = 2,71 dan t tabel = 2,02 untuk db = 38 dan taraf signifikansi 5% sehingga t hitung > t tabel, sehingga hipotesis nol ( H o) ditolak. Hasil ini menunjukkan bahwa kemampuan baca tulis anak yang diperoleh melalui pembelajaran dengan menggunakan alat peraga wayang abjad kontekstual lebih baik daripada kemampuan baca tulis yang diperoleh melalui pembelajaran dengan menggunakan alat peraga kartu huruf. Temuan dalam penelitian ini semakin menegaskan bahwa alat peraga/alat bermain adalah kelengkapan penting dalam penyelenggaraan pendidikan di TK. Penggunaan alat peraga yang menarik perhatian dan dekat dengan lingkungan anak dapat meningkatkan minat dan gairah anak untuk belajar di area baca tulis. Penggunaan alat peraga wayang abjad kontekstual terbukti dapat menjembatani kemampuan yang diperoleh anak di TK dengan lingkungan. Hal ini disebabkan karena pada alat peraga wayang
JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, Desember 2007
119
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan
1(1), 110-121
abjad kontekstual tersebut disertai gambar yang huruf awalnya sesuai dengan huruf yang dipelajari. Dengan digunakannya alat peraga wayang abjad kontekstual, kegiatan bermain sambil belajar lebih aplikatif, kontekstual, dan menyenangkan bagi anak. Berbeda halnya dengan pembelajaran menggunakan kartu huruf. Pada kartu hanya terdapat huruf-huruf sehingga memberi peluang besar kepada anak untuk menghafal huruf dan kurang mengkaitkannya dengan penerapan huruf-huruf tersebut untuk menerangkan orang atau benda yang sering ditemuinya sehari-hari. Dengan demikian, penggunaan alat peraga yang tepat dapat memfasilitasi belajar anak dengan lebih efektif. Temuan penelitian ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Oberlander (2002) yang mengemukakan bahwa dengan menggunakan alat peraga wayang abjad kontekstual anak senang dan lebih bersemangat untuk bermain sambil belajar yang pada akhirnya akan lebih cepat untuk meningkatkan kemampuan anak dalam baca tulis. Disadari pula bahwa pada hasil dari penelitian ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, sebagai berikut. (1) Instrumen penelitian yang dipergunakan dan (2) kondisi dan karakteristik anak TK yang unik dan sedang dalam masa pertumbuhan yang paling hebat dan memang keadaan sebenarnya demikian adanya. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan, bahwa terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan baca tulis antara pembelajaran yang menggunakan alat peraga wayang abjad kontekstual dengan pembelajaran yang menggunakan alat peraga kartu huruf pada anak kelompok B TK Negeri Singaraja. Berdasarkan simpulan, dapat diajukan saran-saran sebagai berikut. (1) Dalam rangka pencapaian kemampuan baca tulis anak kelompok B di TK sebaiknya menggunakan alat peraga wayang abjad kontekstual. (2) Guru sebagai pembimbing dan fasilitator di TK senantiasa merancang, mengadakan, menggunakan, dan mengevaluasi alat peraga/alat bermain yang efektif untuk meningkatkan kemampuan anak khususnya kemampuan baca tulis. (3) Guru diharapkan melakukan inovasi secara kontinu untuk meningkatkan gairah dan semangat anak untuk mengembangkan potensinya masing-masing melalui penggunaan alat peraga/alat bermain yang relevan. (4) Kepada pihak sekolah diharapkan mendukung dan bekerjasama dengan guru dalam proses perancangan dan pengadaan alat peraga/alat bermain yang kreatif dan inovatif. (5) Bagi orang tua diharapkan partisipasi aktifnya
JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, Desember 2007
120
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan
1(1), 110-121
melengkapi fasilitas belajar khususnya alat peraga/alat bermain yang dapat menjembatani kehidupan anak di TK dengan kehidupan anak sehari-hari utamanya di lingkungan keluarga.
Daftar Rujukan
Anderson, J. 1993. Quality in early childhood education . New York: The Danish National Federation of Early Childhood and Youth Education. Beaty, J. 1996. Skills for preschool teacher . New Jersey: Prentice Hall. Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004. Jakarta: Depdiknas. Hadi, S. 2000. Metodologi research. Yogyakarta: Andi. Oberlander, J. R. 2002. Slow and steady get me ready . Jakarta: PT. Primamedia Pustaka. Patmonodewo, S. 1995. Buku ajar pendidikan prasekolah . Jakarta: Depdikbud. Rachmawati, Y. 2005. Strategi pengembangan kreativitas pada anak usia taman kanak-kanak . Jakarta: Depdiknas. Sudjana. 1996. Metode statistika. Bandung: Tarsito.
JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, Desember 2007
121