0
Tanggal: 11 July 2016 Kode Saham: TLKM
Harga: Rp 4,070 (11 Juli 2016)
Rekomendasi: BUY Target Harga: Rp 4,573
I nvestment Summary Market Summary Harga Penutupan 52-wk High/Low Jumlah Saham Beredar Market Cap. P/E (TTM) EV (TTM) Beta Div. Yield
Rp 4,070 Rp 4,250/2,485 100,062 juta 407,253 miliar 24.57 427,119 miliar 0.65 2.33%
Sumber: Reuters
Data Profitabilitas 2013 7.5% Rev. Growth 70.8% Gross Margin EBITDA Margin 50.4% ROE (%) 25.3% ROA (%) 11.9%
2014 8.1% 69.7% 51.1% 22.8% 10.9%
2015 14.2% 69.1% 50.2% 21.7% 10.1%
Sumber: Reuters
TLKM Laba Per Saham (EPS)
Kami menginisiasi rekomendasi BUY terhadap saham PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk (TLKM) sebesar Rp 4,573 untuk tahun 2016, kenaikan 12.3% dari harga penutupan tanggal 11 Juli 2016. Rekomendasi kami berdasarkan beberapa hal sebagai pendorong: Tingkat Pertumbuhan Laba Bersih yang Konsisten – Pada tahun 2015, TLKM berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp 15,489 miliar, meningkat 7% yoy. Dan kami memprediksi bahwa TLKM mampu memperoleh laba bersih 2016F sebesar Rp 18,200 (miliar), meningkat 18% yoy. Peforma Manajemen – TLKM telah berhasil menjaga untuk menjadi pemain utama di industri telekomunikasi Indonesia. Manajemen berhasil beradaptasi dengan lingkugan industri yang dinamis dengan membaca kebutuhan konsumen dan menerapkan strategi yang baik untuk mempertahankan profitabilitas, seperti cluster based pricing untuk segmen legacy (voice call dan SMS). Pertumbuhan Segmen Digital – Industri telekomunikasi di Indonesia masih memiliki peluang besar untuk berkembang, terutama didorong oleh tingkat penetrasi smartphone yang relatif rendah dengan konsumsi data pengguna yang juga masih relatif rendah. Selain itu, tingkat pengguna internet, terutama berbasis broadband, juga cenderung rendah di Indonesia. Hal ini memberikan peluang bagi TLKM melalui layanan IndiHome Triple Play.
182.67
200
147.42
149.83
157.77
2013
2014
2015
Valuasi – Metode valuasi menggunakan Discounted Cash Flow model (DCF) dengan asumsi WACC 9.17% dan terminal growth 1.5%, kami memperoleh nilai intrinsik saham TLKM sebesar Rp 4,573. Hal ini mencerminkan tingkat pertumbuhan TLKM di tengah meningkatnya persaingan di ind ustri, terutama di segmen layanan data (digital). Lebih lanjut, TLKM sekarang diperdagangkan dengan 7.48x EV/EBITDA 2016F dan 22.28x P/E 2016, lebih tinggi dari ratarata industri. Kami melihat bahwa hal ini menunjukkan posisi TLKM sebagai penguasa pasar industri telekomunikasi Indonesia.
150 100 50 0 2016F
Sumber: Reuters, Analis
Strong B alance Sheet – TLKM memiliki rasio likuiditas dan solvabilitas yang baik,. Current ratio dan quick ratio tahun selama 5 tahun terakhir terus berada di atas rata-rata industri,. Selain itu, TLKM memiliki rasio Debt to Equty yang relatif rendah dibandingkan pesaingnya, EXCL dan ISAT.
) p R ( r a b m e L r e p a g r a H
6,000 5,000
6,000 TLKM
IHSG
5,500
4,000
5,000
3,000
4,500
2,000
4,000
1,000
3,500
0
3,000
Key Financial Ratio
Current Ratio Quick Ratio D/E Debt Ratio Debt/EBITDA
2014 1.06 1.05 0.35 0.26 0.51
2015 1.35 1.34 0.46 0.32 0.67
2016F 1.38 1.36 0.40 0.29 0.61
Times Interest
25.2
20.7
14.33
Sumber: Reuters, Analis
Profil Perusahaan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk merupakan entitas pemerintah yang bergerak di industri telekomunikasi dan layanan jaringan multinasional dengan saham dipegang pemerintah sebesar 52.55% dan 47.45% dipegang publik. Perusahaan didirikan pada tanggal 19 November 1991 dan sahamnya diperdagangkan di IDX (Jakarta, Indonesia) dan NYSE (New York, Amerika Serikat). TLKM merupakan perusahaan terbesar pertama di industri (kapitalisasi pasar maupun operasional).
Dalam juta
Deskripsi Bisnis Pertumbuhan dua digit perusahaan dengan persentase laba bersih, pendapatan, dan EBITDA masing-masing sebesar 7%, 14.2%, dan 12.6% di tengah persaingan industri yang kompetitif dengan XL Axiata dan Indosat Ooredoo yang masih mencetak rugi bersih. Anak perusahaan berhasil membangun 17.869 BTS dan menjaring 12.056 pelanggan seluler pada 2015.
Dalam miliar
Dalam ribu
JASA
JASA
INTER
MOBILE
FIXED
KONEKSI &
Segmentansi Bisnis
Kegiatan bisnis perusahaan dapat dibagi menjadi 6 berdasarkan jenis
TRAFIK INTER
Jasa Legasi
Fixed Voice
Jasa Mobile Broadband
Fixed Broadband
layanan yang ditawarkan:
NASIONAL
[Jasa Seluler] Jasa teknologi GSM oleh Telkomsel dengan empat produk Interkoneks i
utamanya: Kartu Halo, Simpati, AS, dan Loop. Perusahaan juga
Bisnis
menyediakan layanan mobile broadband melalui produk Telkomsel Flash. [Jasa Fixed ] Perusahaan menawarkan produk yang bernama IndiHome yang
JARINGAN
ENTREPRISE
CONSUMER
DAN INFRA
DIGITAL
DIGITAL
ICT Platform Smart Enabler
E-Commerce
[Interkoneksi dan Trafik Internasional] Jasa interkoneksi serta bisnis
STRUKTUR
Satelit Menara
memaketkan layanan fixed line telepon, broadband internet, dan layanan TV.
Video/TV Mobile Digital
internasional
dimana
layanan
internasional
dioperasikan
melalui
Telekomunikasi Indonesia International Pte. Ltd. di 10 negara. [Jaringan dan Infrastruktur] Layanan satelit dan penyewaan menara. [E ntrepri se Di gital] Layanan di bidang informasi melalui ICT Platform dan
Smart Enabler Platform . PORTOFOLIO PRODUK
[Consumer Digital] Penawaran jasa untuk pelanggan yang berasal dari E-
commerce, video/TV , dan mobile digital , seperti jasa permainan dan musik.
2
Company’s Outlook [Monetisasi Sepuluh Juta H ome F ibers Passed: Strategi Marketing yang Bermain]
Monetisasi sepuluh juta home fibers passed perusahaan akan dieksekusi melalui layanan IndiHome yang masih memiliki banyak ruang pertumbuhan, mengingat baru 6% rumah tangga di Indonesia yang memiliki akses layanan fixed broadband . Namun kami belum melihat faktor yang menyebabkan kebiasaan masyarakat Indonesia dalam mengakses internet melalui smart phone akan berubah (70% dari total pengguna internet). Sehingga pertumbuhan di segmen ini lebih didukung oleh
strategi pemasaran; terlebih bisnis telepon kabel telah mengalami saturasi dengan pendapatan perusahaan dari telepon tidak bergerak semakin menurun.
[Stagnansi Pertumbuhan Layanan Legasi: Kanibalisasi Atas Bisnis Digital]
Pertumbuhan segmen data, internet, dan IT akan menghambat pertumbuhan jasa pesan singkat dan telepon seluler melalui aplikasi seperti WhatsApp dan Skype (VoIP). Namun, mengingat 60% konsumen Telkomsel masih menggunakan feature phone dan 2G maka segmen ini masih berpotensi menjadi salah satu kontributor pendapatan terbesar dengan pertumbuhan
yang secara signifikan melambat seiring dengan konversi konsumen ke smart phone dan 3G/4G-LTE yang didukung dengan kebijakan akselerasi perusahaan melalui kerjasama dengan Samsung dengan cara menyatukan produk handsets dengan kartu Simpati. Kecenderungan ini sejalan dengan kondisi di industri Tekomunikasi Indonesia dan global seiring dengan proses digitalisasi masyarakat yang dipicu dengan perkembangan teknologi secara masif. [Pertumbuhan Segmen Data, Internet, dan IT: Akselerasi Penetrasi Smart Phone di Indonesia]
Peningkatan pendapatan perusahaan beberapa tahun ke depan berasal dari pertumbuhan segmen data, internet, dan IT yang saat ini memegang 46.7% dari total pendapatan. Pertumbuhan segmen ini dipicu oleh akselerasi penetrasi smart phone yang masih memiliki ruang bertumbuh (60% total penduduk Indonesia belum terhubung dengan internet, 2015).1 Saat ini 40% konsumen Telkomsel sudah menggunakan smart phone , dengan pertumbuhan 53% p.a., maka perusahaan berpotensi meraup manfaat besar atas tren ini, didukung dengan kebijakan belanja modal yang dialokasikan lebih dari 60% Dalam persen
untuk segmen seluler pada tahun 2016. [Blended ARPU Stabil Meningkat: Orientasi High Value
Costumer dan Efek Perubahan Strategi Pesaing Pasar] Strategi anak perusahaan Telkomsel dalam memasarkan produk 4G-LTE ke High Value Costumer (HVC) yang menggunakan gadget dengan intensitas data tinggi dan membutuhkan
kualitas
internet
terbaik
mendukung
perusahaan untuk terus meningkatkan blended ARPU selama Dalam ribu
tiga tahun terakhir (Rp 37, 39, dan 43 ribu berturut-turut); selain itu, kenaikan ini juga didukung oleh strategi segmentasi
1 Dengan asumsi bertambahnya kalangan menengah ke atas karena pertumbuhan PDB yang stabil berkisar 4 -6 % p.a., didukung dengan keterbukaan masyarakat akan kemajuan teknologi,
dan penetrasi berbagai smartphone dengan fitur yang semakin variatif dan terjangkau, kami percaya bahwa penetrasi smarthphone akan berdampak pada pertumbuhan segmen data, internet, dan IT, terlebih 70% dari akses internet di Indonesia dioperasikan melalui smartphone.
pasar, cluster-based pricing, dan beralihnya konsumen dari 2G ke 3G dan 3G ke 4G. Melihat dari sisi eksternal melalui analisis strategi yang diambil kompetitor, XL Axiata cenderung berorientasi pada persaingan non-harga melalui implementasi 3R yang bertujuan untuk meningkatkan distribusi produk, profitabilitas, brand equity , dan mendanai ekspansi jaringan 4GLTE sedangkan Indosat Oredoo cenderung berupaya untuk meningkatkan kesehatan laporan posisi keuangan, inovasi produk dan servis, serta investasi pada keberlangsungan jaringan; sehingga, kami tidak melihat faktor yang akan memicu persaingan harga yang tidak rasional yang dapat menekan blended ARPU perusahaan dalam beberapa tahun ke depan.
I ndustry Overview [Konsolidasi Perusahaan: XL dengan Axis dan Indosat dengan Oredoo]
Merger & Acquisition antara XL dengan Axis pada 2014 dan
Indosat dengan Oredoo pada 2015 menyisakan empat pemain besar dalam industri telekomunikasi yaitu Telkomsel, Indosat Ooredoo, 3 Hutchison, dan XL Axiata dengan pangsa pasar sebesar 47 persen, 21 persen, 16 persen, dan 13 persen berturutturut. Struktur pasar menjadi semakin oligopolis dengan Herfindahl-Hirschman Index sebesar 3.075.2 Kami melihat
industri telekomunikasi akan menghadapi tingkat harga yang semakin stabil dengan perubahan strategi perusahaan berfokus dalam persaingan non-harga, seperti pembangunan infrastruktur jaringan seluler dan inovasi berbagai produk baru. [Digitalisasi Masyarakat Indonesia: Perubahan Orientasi Industri Telekomunikasi]
Berdasarkan Asosiasi Perusahaan Telekomunikasi Indonesia, dalam lima tahun ke depan, tingkat penetrasi internet akan tumbuh berkisar 37-50%, dengan CAGR sebesar 33%. Seiring dengan kebijakan pemerintah Indonesia dalam meningkatan penetrasi internet melalui Rencana Pita Lebar Indonesia dan Palapa Ring Project II, perusahaan di industri telekomunikasi
akan menghadapi pertumbuhan yang bersumber dari segmen digital. Di sisi lain, seiring dengan penetrasi smart phone maka pertumbuhan layanan telepon seluler dan pesan singkat akan melambat dan telepon kabel yang sudah mencapai titik saturasi akan mengalami pertumbuhan negatif.
Competitive Analysis: Porter F ive F orces [ Seller’s Power ] Rendah
Kegiatan operasional perusahaan bergantung pada tarif listrik industri telekomunikasi yang ditentukan oleh PT PLN Indonesia. Penyedia peralatan di bidang telekomunikasi yang banyak berasal dari China sedang mengalami persaingan kompetitif sehingga harga diekspetasikan dalam rentang yang menguntungkan perusahaan.
2
Indeks Herfindahl-Hirschman dihitung dengan mengabaikan kehadiran dua perusahaan kecil dalam industri yaitu Smartfren Telecom dan Bakrie Telecom.
[ Buyer’s Power ] Rendah-Menengah
152,6 juta pelanggan layanan seluler menjadikan setiap konsumen memegang pangsa pasar yang sangat kecil. Namun, konsumen dari kalangan menengah ke bawah dan berusia muda sangat peka terhadap perubahan harga – lebih mementingkan harga dibandingkan kualitas – terutama di pulau Jawa, sebagai domain utama kompetitor – XL Axiata, 3 Hutchison, dan Indosat Ooredoo – menjadikan substitusi antar produk sangat mudah dan biaya substitusi sangat murah. Hal ini didukung oleh fakta bahwa 43,6% penduduk Indonesia menggunakan beberapa SIM (multi SIM) yang menunjukkan bahwa loyalitas konsumen masih rendah dan sangat memungkinkan untuk pindah ke provider lain. Dalam segmen konsumen di luar pulau Jawa, keterbatasan jaringan kompetitor dan persaingan senggang di regional tersebut dimana Telkomsel menguasai lebih dari 86% pangsa pasar menjadikan substitusi antar produk sulit dan biaya substitusi menjadi relatif lebih mahal.
[Competitive R ivalry ] Menengah-Tinggi
Alterasi strategi Indosat Ooredoo dalam membangun jaringan seluler dan serat optik serta pembangunan jaringan 4G-LTE oleh XL
Axiata
yang
didukung
oleh
Huawei
dan
Ericsson
menyebabkan segmen digital semakin kompetitif terutama di pulau Jawa. Kami melihat transformasi perusahaan setelah masa konsolidasi
industri
tengah
memberikan
perbaikan
bagi
kompetitor ditunjukkan dengan laba bersih yang bertumbuh meskipun masih dalam rentang negatif, yang di sisi lain, memberikan risiko tambahan akan peningkatan kompetisi di industri telekomunikasi. Meskipun begitu, kami melihat domain perusahaan yang berada di luar pulau Jawa masih bebas dari penetrasi kompetitor atau persaingan masih senggang.
[Thr eat of New E ntry ] Rendah
Meskipun industri telekomunikasi Indonesia memiliki prospek pertumbuhan yang sangat besar, kebutuhan teknologi berkembang sangat cepat menuntut perusahaan harus bersiap mengeluarkan biaya modal yang intensif agar tidak kalah bersaing. Setelah masa konsolidasi; tersisa empat pemain besar yang menguasai 98% pangsa pasar dalam jasa seluler, dua pemain terbesar dalam jasa fixed broadband – Telkom dan LinkNet – menguasai lebih dari 95% pangsa pasar. Seiring dengan berbagai proyek besar TLKM seperti kehadiran jaringan 4G di 40 kota dan proyek Sulawesi Maluku Papua Cable System (SMPCS), kami melihat perusahaan akan mampu mempertahankan dominansinya di luar pulau Jawa. Lebih lanjut,
kompetitor juga mengalami perbaikan manajemen setelah M&A. Industri yang kian kompetitif terutama di JABODETABEK yang memasuki titik saturasi dan tarif data yang kian menurun, terlebih dengan adanya peraturan pemerintah terkait pembayaran Universal Service Obligation (USO), beban lisensi, dan beban frekuensi terhadap regulator industri, menjadikan hambatan untuk masuk tinggi dan industri tidak menggiurkan bagi pemain baru.
[Rate of Substitution] Menengah - Tinggi
Segmen data, internet, dan IT merupakan substitusi jasa telepon dan pesan singkat sebagai produk yang sama-sama ditawarkan oleh perusahaan, saling bersubstitusi seiring meningkatnya penetrasi smart phone di kalangan konsumen Telkomsel. Kehadiran jasa internet memungkinkan konsumen untuk menggunakan aplikasi seperti Whatsapp dan Skype untuk menggantikan jasa terkait. Konsekuensi atas hal ini adalah pertama, terjadi kanibalisasi antara pesan singkat dan telepon seluler dengan segmen digital. Kedua, substitusi jasa telepon dan pesan singkat namun ke perusahaan kompetitor dengan tarif data yang lebih kompetitif terutama di pulau Jawa.
Qualitative Ri sk A ssestment Analysis Risiko Makroekonomi: Fluktuasi Mata Uang Asing (FR)
Risiko nilai tukar dihadapi perusahaan atas transaksi jual-beli dan kewajiban yang didenominasi mata uang asing dollar Amerika Serikat dan Yen Jepang. Risiko ini menyebabkan perusahaan menanggung sejumlah kerugian seperti meningkatnya nilai liabilitas, biaya belanja modal, dan menekan laba bersih perusahaan. Untuk memitigasi risiko ini, perusahaan menyimpan deposito berdenominasi mata uang asing dengan jumlah minimal 25% dari liabilitas jangka pendek. Pada tahun 2015, rugi bersih atas selisih kurs perusahaan sebesar Rp 46 miliar (4.489 x 10-4 % dari pendapatan konsolidasi).3 Risiko Pasar: Tertekannya Margin Akibat Persaingan yang Agresif (MR)
Industri telekomunikasi yang semakin kompetitif terutama dalam segmen digital dengan perusahaan sejenis dan produk substitusi berpotensi menjadikan perusahaan harus bersaing dalam kompetisi harga. Selain itu, kami melihat bahwa faktor yang memicu strategi diskon yang agresif adalah terkait perseteruan antara Telkomsel dan Indosat Ooredoo yang memanas dengan dicanangkannya tarif telepon seluler Rp1 oleh Indosat Ooredoo. Risiko ini berisiko menjadikan margin perusahaan semakin tertekan, beralihnya konsumen kelas bawah Telkomsel, menurunkan nilai pendapatan, dan laba bersih perusahaan. Risiko Operasional : Ancaman dan Gangguan Operasional Perusahaan (OR1)
Risiko ini meliputi gangguan selama proses operasional yang menyebabkan gangguan pada keberlangsungan jaringan, sistem utama, gateways jaringan perusahaan dan operator perusahaan lain, sambungan telepon tidak bergerak kabel, jaringan interkoneksi, dan perangkat lunak terkait lainnya. Risiko ini juga terkait dengan ancaman fisik seperti seperti adanya banjir, kebakaran, gempa bumi, dan pemadaman listrik ataupun ancaman cyber seperti pencurian data. Meskipun perusahaan belum mengalami kerugian material akibat ancaman cyber , risiko OR1 mengakibatkan perusahaan menanggung beban operasional yang lebih besar akibat terkendalanya proses operasional, menurunkan laba bersih, dan kerugian imaterial seperti menurunnya kepuasan konsumen.
Risiko Operasional: Penundaan Pengembangan dan Peluncuran Satelit (OR2)
Sebagai penyedia layanan satelit, perusahaan akan meluncurkan satelit 3S pada akhir tahun 2016 dan Telkom-4 pada akhir tahun 2017. Penundaan pengembangan dan peluncuran satelit menyebabkan perusahaan menanggung beban operasional lebih besar, berdampak negatif pada kondisi bisnis, performa keuangan, dan operasi perusahaan. Hal ini dikarenakan perusahaan harus menanggung margin yang lebih rendah karena menyewa transponder melalui pihak ketiga dan berisiko kehilangan konsumen dari Indonesia Timur yang masih mengandalkan jaringan dari satelit.
Risiko Regulasi: Risiko Harga Maksimum dan Penurunan Tarif Interkoneksi (RR1)
Rencana pemerintah dalam melakukan intervensi pasar dengan mencanangkan penetapan dasar tarif baru yang lebih rendah untuk jasa interkoneksi terkait dengan adanya lobbying berbagai pihak dapat menekan pendapatan interkoneksi perusahaan yang pada tahun 2015 berkontribusi 4.18% dari total pendapatan. Risiko harga maksimum yang direncanakan akan ditetapkan maksimal 3 kali dari tarif ke sesama operator, dengan tarif lintas operator TLKM yang saat ini mencapai 6-8 kali tarif ke sesama operator, kami melihat bahwa intervensi ini cukup berdampak signifikan terhadap nilai pendapatan
3
Pada tahun 2015, perusahaan memiliki jumlah liabilitas didenominasi mata uang asing dollar Amerika Serikat dan Yen Jepang (dalam jutaan) berturut-turut sebesar US $461.16, JP ¥ 6.497,26, rugi bersih dihitung berdasarkan kurs pada 31 Desember 2015 (data Reuters)
perusahaan. Sedangkan penurunan tarif interkoneksi yang dicanangkan lebih dari 25% selain berdampak material bagi perusahaaan; meskipun, tidak sebesar penetapan harga maksimum, kebijakan ini juga dapat meningkatkan kekompetitifan perusahaan lain dalam hal mengakuisisi pelanggan TLKM.
Risiko Regulasi: Risiko Kewajiban Network Sharing (RR2)
Rencana pemerintah dalam memberlakukan kebijakan Network Sharing dengan perusahaan dalam industri sejenis dapat berisiko imaterial dengan meningkatkan kemampuan pesaing untuk mendapatkan jaringan dengan kualitas serupa dengan TLKM. Terlepas dari manfaat yang ditawarkan, kebijakan ini dapat menyebabkan pindahnya konsumen ke perusahaan kompetitor dan meningkatkan persaingan di daerah dengan kompetisi senggang, ketika kompetitor dapat melakukan penetrasi ke luar pulau Jawa yang belum banyak tersentuh pesaing.
Risiko Finansial: Perubahan Tingkat Suku Bunga (IR)
Risiko perubahan tingkat suku bunga menyebabkan perusahaan harus membayar beban bunga lebih tinggi atas liabilitas perusahaan. Analisa sensitivitas menunjukkan perusahaan harus menanggung kerugian sebesar Rp 45 miliar setiap kenaikan suku bunga sebesar 25 basis poin.
Risiko Finansial: Risiko Likuiditas (LR)
Buruknya likuiditas perusahaan dapat menganggu kegiatan operasional perusahaan. Saat ini kondisi likuiditas perusahaan dalam taraf sehat dengan current ratio sebesar 135.3%
SWOT Analysis Strengths
Kapitalisasi terbesar kelima di Indonesia dan pemimpin
Threats
Persaingan dalam segmen SLI dengan perusahaan penyedia jasa substitusi seperti Google Talk dan Skype.
pasar di industri telekomunikasi.
Kondisi manajemen pesaing yang semakin membaik akibat
Pertumbuhan laba bersih, pendapatan, EBITDA dua digit
ARPU dan ARPM paling tinggi dibandingkan kompetitor
restrukturisasi setelah M&A mampu mengerosi posisi
Jaringan serat optik dan internet yang sangat baik;
Telkomsel di pulau Jawa.
menciptakan merek premium.
Intervensi harga dan regulasi oleh pemerintah.
Dominansi di luar Pulau Jawa yang senggang persaingan
Melemahnya dominansi perusahaan di bidang fixed broadband di tengah kuatnya persaingan dengan kompetitor dan munculnya pemain baru
Opportunities
Weaknesses
Beban operasional, pemeliharaan, dan operasional yang
populasi muda seiring digitalisasi melalui Proyek Pita Lebar
sangat besar.
Indonesia dan Proyek Palapa Ring II.
Kanibalisasi antara jasa mobile broadband beserta Voice over Internet Protocol (VoIP) dan layanan pesan singkat
Peningkatan masyarakat kalangan menengah & pertumbuhan
Perkembangan penetrasi internet melalui proyek 4G dan penanaman serat optik menjadi peluang memperkuat
& telepon menjadikan pertumbuhan pada segmen tersebut
dominansi perusahaan baik di segmen seluler dan fixed
semakin melambat
services.
Peningkatan penetrasi smart phone dalam beberapa tahun ke depan.
Peningkatan kebutuhan masyarakat akan jaringan internet yang lebih menyeluruh
Valuasi
Asumsi
WACC
9.17%
Risk Free Rate
7.29%
Expected Return
11.50%
Market Premium
4.21%
Dari hasil valuasi kami, nilai intrinsik saham TLKM pada tahun 2016 adalah Rp 4,573, kenaikan 12.3% dari harga penutupan 11 Juli 2016.
Relevered Beta
0.60
Kami menggunakan metode 5 Year - Discounted Cash Flow dengan FCFF ( Free
Cost of Equity
9.80%
Cash Flow to Firm) karena kami yakin bahwa hasil yang diperoleh akan
Pre-tax Cost of Debt
9.57%
mencerminkan nilai intrinsik dari saham dan pertumbuhan jangka panjang perusahaan.
Tax Rate
25%
After tax Cost of Debt
7.2%
Terminal Growth
1.5%
Weighted Average Cost of Capital (WACC) WACC yang kami gunakan sebesar 9.17%, diperoleh berdasarkan after-tax
Sumber: Analis
weighted average cost of debt TLKM pada tahun 2015 yaitu 7.2% dan cost of equity sebesar 9.80%. Sementara itu, Debt ratio dan Equity ratio masing-masing DCF Model – FCFF (* = dalam miliar)
menggunakan average debt dan equity TLKM 2016F-2020F, yaitu 0.24 dan
FCFF 2016F-2020F *
0.76, sebagai target capital structure.
155,097
NPV of FCFF *
87,992
Terminal Value *
392,692
EV *
480,684
(+) Cash *
30,021
(-) Debt & Minority Int. *
53,162
Equity Value *
457,543
Harga TLKM / lembar
Rp 4,573
Cost of E quity Cost of equity adalah 9.80%, diperoleh dengan menggunakan risk-free rate 7.29% berdasarkan 10-year Indonesian Government yield dan expected market return sebesar 11.50% yang merupakan tingkat return rata-rata IHSG selama 5 tahun (Juli 2011-Juli 2016). Levered beta sebesar 0.60 diperoleh dengen melakukan penyesuain terhadap beta TLKM, yaitu 0.65, dengan target capital structure.
Sumber: Analis
Terminal V alue Untuk merefleksikan pertumbuhan jangka panjang dari TLKM, kami 500,000
menggunakan terminal growth sebesar 1.5%, yang telah diperkuat dengan
480,684
analisis sensitivitas. Kami yakin bahwa angka tersebut dapat menunjukkan
400,000 300,000
81.7%
pertumbuhan 100%
dan
sektor
telekomunikasi
Indonesia.
Dengan
menggunakan asumsi tersebut, kami memperoleh terminal value sebesar
200,000
Rp 392,692 (miliar), atau 81.7% dari total Enterprise Value TLKM 2016F.
100,000 18.31%
Monte Carlo Simulation
0 (miliar)
TLKM
NPV of FCFF
TV
Sumber: Analis
EV
Untuk memperkuat target harga hasil valuasi, kami menggunakan monte carlo simulation dengan black-scholes model . Berdasarkan hasil simulasi dengan 10,000 kali percobaan, kami memperoleh tingkat probabilita kenaikan harga saham di atas 10% (rekomendasi buy) adalah 54.9%. Sumber: Analis
i
r
Sell
Hold
Buy
Analisis Keuangan TLKM secara konsisten membukukan laba bersih dengan memperoleh laju pertumbuhan majemuk tahunan ( CAGR) selama 5 tahun sebesar 8.2% Pada tahun 2015, pendapatan TLKM meningkat sebesar 14.2% yoy didorong oleh pertumbuhan layanan data. Pertumbuhan tersebut terutama disebabkan oleh peningkatan trafik data seluler yang mencapai 110%. Walaupun demikian, hal tersebut diimbangin dengan peningkatan total beban operasional sebesar 16.1% yoy karena terkait pemeliharaan dan peningkatan promosi 4G LTE dan IndiHome Triple P lay. Setelah dipisahkan dengan laba yang diatribusikan kepada entitas anak, laba bersih untuk entitas induk tahun 2015 adalah Rp 15,489 (miliar), meningkat 6% yoy. Katalis Pendorong Pendapatan (miliar)
Sumber: TLKM
CAPEX 2014-2016F 31,000 30,000
35.0% 30.0%
29,000 28,000 27,000 26,000
25.0%
Sebagai pemegang pangsa pasar terbesar di industri telekomunikasi Indonesia, kami memprediksi bahwa TLKM masih akan mengalami peningkatan pendapatan yang cukup signifikan dengan 9.4% CAGR 2016F-2020F. Faktor pendorong utama dari peningkatan pendapatan TLKM adalah segmen layanan data seiring dengan meningkatnya pengguna layanan internet, baik melalui pertumbuhan pengguna IndiHome maupun mobile broadband yang didukung peningkatan akselerasi smartphone. Kami memprediksi bahwa segmen layanan Data Internet & IT Service 2016F akan meningkat sebesar 30% yoy, atau 36,8% dari total pendapatan TLKM 2016F yang kami prediksi. Lebih lanjut, kami yakin bahwa pendapatan dari segmen data akan tetap menjadi katalis utama bagi TLKM, menggantikan pendapatan dari segmen fixed line voice dan SMS yang mulai melambat pertumbuhannya.
20.0% 2014
(miliar)
2015
CAPEX
Proporsi Belanja Modal yang Tinggi, Namun Stabil – Industri telekomunikasi
2016F % of Revenue
Sumber: Reuters, Analis
membutuhkan belanja modal ( capex) yang besar untuk memperluas jaringan dan penambahan infrastruktur. TLKM sebagai pemain besar di industri ini tentunya akan berusaha untuk selalu mempeluas wilayah jaringannya, terutama untuk pembangunan BTS. Kami memprediksi bahwa alokasi belanja modal untuk tahun tahun 2016F-2020F berada adalah 22%-26% dari total pendapatan, sejalan dengan manajemen perusahaan. Kami yakin bahwa alokasi belanja modal tersebut dapat memberikan kontribusi yang signifikan bagi pendapatan perusahaan.
Analisis DuPont 2014
2015
2016F
16.3%
15.1%
15.8%
Ass. Tunv.
0.67
0.67
0.67
Equity M.
2.1
2.1
2.1
22.8%
21.7%
22.4%
Profit Margin
ROE
Sumber: Reuters, Analis
Revenue Breakdown
Interconnection
ratio TLKM di atas 1 dan rata-rata industri. Tahun 2015, TLKM menerbitkan 5 seri
obligasi untuk kepentingan belanja modal dan pengembangan usaha, sehingga Debt/Equity TLKM 2015 menjadi 0.46, naik 0.11. Namun, rasio Debt/Equity TLKM
masih relatif rendah dibandingkan EXCL dan ISAT. Kami memproyeksi bahwa TLKM dapat menjaga rasio Debt/Equity 2016-2020F tersebut dengan rata-rata 0.32. Sementara itu, kami memproyeksi rata-rata rasio EBITDA/Interest Expense (times interest earned ratio) 2016F-2020F sebesar 19.40.
Network and Other Telco Services Fixed Line Voice
120 100 80 60
SMS
40
Waterfall Chart Laba Bersih 2016F
140,000 120,000
140
115,365 (37,243)
100,000 80,000 60,000
(2,577)
40,000
(8,667)
20,000
20 0 (triliun)
Strong Balance Sheet - Dalam 4 tahun terakhir (2012-2015), current ratio dan quick
2015
2016F
Data Internet & IT Service
Sumber: Reuters, Analis
0 (miliar)
Revenue
Operating Exp.
Interest, Net
Tax
(7,800)
18,200
Minority Net Income Interest
Sumber: Analis
9
Appendix PT Telekomunikasi Indonesia Tbk Income Statement (dalam miliar rupiah) 2014
2015
2016F
2017F
2018F
2019F
2020F
Revenue
89,696
102,470
115,365
127,017
138,000
149,156
160,633
Cost of Revenue
27,181
31,702
35,763
39,756
42,780
46,089
49,475
Gross Profit
62,515
70,768
79,602
87,261
95,220
103,067
111,158
S & A Expenses
16,671
19,353
22,496
25,149
27,324
29,533
31,805
D&A
17,131
18,534
19,286
21,344
23,414
25,520
27,792
Other Opr. Exp.
(664)
463
577
635
690
746
803
Total Opt. Exp.
60,319
70,052
78,122
86,885
94,208
101,888
109,875
Operating Income
29,377
32,418
37,243
40,132
43,792
47,268
50,758
Interest Inc. (Exp.)
(593)
(1,076)
(2,577)
(1,952)
(2,255)
(1,836)
(2,046)
Net Income Before Tax
28,784
31,342
34,667
38,181
41,537
45,432
48,712
Tax
7,338
8,025
8,667
9,545
10,384
11,358
12,178
Net Income After Tax
21,446
23,317
26,000
28,636
31,153
34,074
36,534
Minority Interest
(6,808)
(7,828)
(7,800)
(8,591)
(9,346)
(10,222)
(10,960)
Net Income
14,638
15,489
18,200
20,045
21,807
23,852
25,574
PT Telekomunikasi Indonesia Tbk Balance Sheet (dalam miliar rupiah) 2014
2015
2016F
2017F
2018F
2019F
2020F
20,469
28,117
30,021
32,098
32,608
39,741
44,148
7,139
7,938
8,498
8,902
8,490
9,491
8,993
474
528
577
635
690
746
803
5,623
8,511
9,229
10,161
11,040
11,932
12,851
Other Current Assets
57
2,818
1,154
1,270
1,380
1,492
1,606
Total Current Assets
33,762
47,912
49,478
53,067
54,207
63,402
68,401
PPE, Net
94,809
103,700
114,409
124,820
131,765
139,060
146,607
Other Long Term Assets
12,324
14,561
14,561
14,561
14,561
14,561
14,561
Total Assets
140,895
166,173
178,449
192,447
200,534
217,023
229,569
Accounts Payable
11,830
13,994
14,452
16,867
17,160
19,618
19,990
Accrued Expenses
5,211
8,247
8,047
8,949
9,703
10,494
11,317
Short Term Debt
1,810
602
1,103
1,867
2,376
2,272
2,237
Curr. Port. of LT
5,899
3,842
3,947
9,492
4,144
7,084
5,860
Other Current Liabilities
7,036
8,728
8,281
9,210
9,986
10,800
11,647
Total Current Liabilities
31,786
35,413
35,829
46,384
43,370
50,268
51,052
Long Term Debt
15,743
30,168
29,820
24,139
25,460
24,282
24,783
Assets Cash & Equivalents Acc. Receivables, Net Inventory Prepaid Expenses
Liabilities
Deffered Income Tax
2,743
2,110
2,110
2,110
2,110
2,110
2,110
Minority Interest
18,318
18,292
18,292
18,292
18,292
18,292
18,292
Other Liabilities
4,498
5,054
5,054
5,054
5,054
5,054
5,054
Total Liabilities
73,088
91,037
91,106
95,979
94,286
100,007
101,291
Common Stock
5,040
5,040
5,040
5,040
5,040
5,040
5,040
APIC -CS
2,899
2,935
4,972
4,972
4,972
4,972
4,972
Retained Earnings
63,323
70,457
79,364
88,489
98,268
109,036
120,299
Treasury Stock - CS
(3,836)
(3,804)
(2,541)
(2,541)
(2,541)
(2,541)
(2,541)
Other Equity
381
508
508
508
508
508
508
Total Equity
67,807
75,136
87,343
96,468
106,248
117,016
128,278
Total L & E
140,895
166,173
178,449
192,447
200,534
217,023
229,569
Shareholders’ Equity
PT Telekomunikasi Indonesia Tbk Cash Flow (dalam miliar rupiah) 2014
2015
2016F
2017F
2018F
2019F
2020F
Net Income
14,638
15,489
18,200
20,045
21,807
23,852
25,574
Add: D&A
17,131
18,534
19,286
21,344
23,414
25,520
27,792
Add: Othr. Non-Cash
6,808
7,828
7,800
8,591
9,346
10,222
10,960
Chng. in Acc. Receive.
(708)
(799)
(560)
(404)
412
(1,001)
498
35
(54)
(49)
(58)
(55)
(56)
(57)
(1,161)
(2,888)
(718)
(932)
(879)
(893)
(918)
Chng. in Othr. Curr. Ass.
48
(2,761)
1,664
(117)
(110)
(112)
(115)
Chng. in Acc. Payables
230
2,164
458
2,415
293
2,458
372
Chng. in Accrd Exp.
(53)
3,036
(200)
903
754
791
823
Chng. in Othr. Curr. Lib.
988
1,692
(447)
929
776
814
847
Othr Operating CF Items
(220)
1,428
0
0
0
0
0
37,736
43,669
45,434
52,714
55,760
61,596
65,775
(27,934)
(28,005)
(29,995)
(31,754)
(30,360)
(32,814)
(35,339)
3,186
584
0
0
0
0
0
Cash from Inv.
(24,748)
(27,421)
(29,995)
(31,754)
(30,360)
(32,814)
(35,339)
Free Cash Flow
9,802
15,664
15,439
20,960
25,400
28,782
30,436
Opr. Activities
Chng. in Inv. Chng. in Prepaid Exp.
Cash from Opr. Inv. Activities CAPEX Othr Investing CF Items
Fin. Activities
Financing Cash Flow Items
(5,411)
(7,826)
(7,800)
(8,591)
(9,346)
(10,222)
(10,960)
Dividends
(9,943)
(8,783)
(9,293)
(10,920)
(12,027)
(13,084)
(14,311)
Issue. (Retire.) of Stock, Net
2,541
68
3,300
0
0
0
0
Issue. (Retire.) of Debt, Net
2,730
10,134
258
627
(3,517)
1,658
(757)
(10,083)
(6,407)
(13,535)
(18,883)
(24,890)
(21,648)
(26,029)
Cash from Fin.
Analisis Sensitivitas Perpetuity Growth %
C C A W
4,573
0.5%
1.0%
1.5%
2.0%
2.5%
3.0%
8.50%
4,428
4,679
4,965
5,296
5,682
6,138
9.00%
4,194
4,415
4,666
4,952
5,283
5,669
9.17%
4,120
4,332
4,573
4,846
5,161
5,527
9.50%
3,984
4,181
4,402
4,653
4,940
5,271
10.00%
3,796
3,972
4,169
4,390
4,641
4,928
Peers Comparison Comp.
TLKM
Share Price (11/07/16) Rp4,070
EV (miliar) 427,119,223
Mkt. Cap. (juta)
2014
407,253,223
2015
P/E
EV/EBITDA
P/E
19.34
6.72
19.68
2016F
EV/EBITDA 6.46
P/E 22.28
EV/EBITDA 7.48
EXCL
Rp3,580
63,516,981
38,262,898
-
7.63
-
6.96
-
6.00
ISAT
Rp6,625
60,074,784
35,999,809
-
5.39
-
4.78
-
4.40
AVERAGE MEDIAN
19.34
6.58
19.68
6.07
22.28
5.96
19.34
6.72
19.68
6.46
22.28
6.00
Daftar Pustaka Anonim. 2014. Indonesian Government Needs Private Sector for Faster Internet Connectivity.
http://www.indonesia-
investments.com/news/todays-headlines/indonesian-government-needs-private-sector-for-faster-internetconnectivity/item2524. 3 Juli 2016, 18:28 WIB. Anonim.
2015.
Telecommunications
in
Indonesia:
Telkom,
Indosat
&
XL
Axiata.
http://www.indonesia-
investments.com/business/business-columns/telecommunications-in-indonesia-telkom-indosat-xl-axiata/item5480. 3 Juli 2016, 16:15 WIB. Anonim. 2016. Indonesia Has 100 Million Internet Users, Internet Penetration at 40%. http://www.indonesia-investments.com/news/todays-headlines/indonesia-has-100-million-internet-users-internet penetration-at-40/item6827. 3 Juli 2016, 17:50 WIB. Anonim. 2016. Indonesian Smartphone Users Replace Their Device Every Two Years. http://www.indonesiainvestments.com/news/todays-headlines/indonesian-smartphone-users-replace-their-device-every-twoyears/item6897. 3 Juli 2016, 17:20 WIB. Anonim.
2016.
Palapa
Ring
Project
to
Boost
Indonesia's
Internet
Penetration.
http://www.indonesia-
investments.com/news/todays-headlines/palapa-ring-project-to-boost-indonesia-s-internet-penetration/item6955.
3
Juli 2016, 16:52 WIB. Anonim. 2016. Performance Indonesia's Telecommunication Providers Improves in 2015. http://www.indonesiainvestments.com/finance/financial-columns/performance-indonesia-s-telecommunication-providers-improves-in2015/item6568. 3 Juli 2016, 16:21 WIB.. Anonim. 2016. 4G Technology Brings Opportunities for Indonesia's Telecoms Tower Companies. http://www.indonesiainvestments.com/news/todays-headlines/4g-technology-brings-opportunities-for-indonesia-s-telecoms-towercompanies/item6394. 3 Juli 2016, 18:54 WIB. Asosiasi Profil Pengguna Jasa Internet Indonesia. 2014. Profil Pengguna Internet Indonesia 2014. Jakarta: Pusat Kajian Informasi Universitas Indonesia. Indonesian Telecommunication Providers Association (ATSI). 2015. Summary Report: Building a Digital Indonesia, A Snapshot of the Indonesian Telecommunication Industry . Jakarta.
PT DBS Vickers Indonesia. 2015. Indonesia Industry Focus: Teleco mmunication Sector. Singapura: DBS Bank Ltd. PT DBS Vickers Indonesia. 2016. Indonesia Industry Focus: Teleco mmunication Sector. Singapura: DBS Ban k Ltd. PT Telkom Indonesia Tbk. 2015. Laporan Tahunan: Membangun Masyarakat Digital Indonesia. Jakarta. PT Trimegah Securities Tbk. 2015. Telekomunikasi Indonesia: Company Focus. Jakarta. Thomson Reuters. 2016. Factsheet: Telekomunikasi Indonesia (Persor) Tbk PT.
Disclosure Kepemilikan dan konflik material atas kepentingan Penulis tidak memiliki kepentingan finansial atas perusahaan yang bersangkutan dan juga tidak mengetahui adanya unsur perbedaan kepentingan yang mampu mempengaruhi kredibilitas konten yang tersaji dalam laporan ini. Penerimaan kompensasi Kompensasi penulis bukan pendapatan atas jasa investment banking terkait. Posisi sebagai pemangku jabatan dan direksi Penulis tidak menjabat posisi apapun baik sebagai direksi maupun dewan penasihat dari perusahaan terkait.
Market Making Penulis tidak berlaku sebagai market maker dari perusahaan sekuritas yang bersangkutan.
Disclaimer Informasi yang diungkapkan dalam laporan ini berasal dari berbagai sumber yang tersedia dan dapat diakses oleh publik dan dipercaya dapat diandalkan. Penulis tidak menjamin, baik secara eksplisit maupun implisit, mengenai konten yang terkandung dalam laporan ini baik dari segi kelengkapan maupun ketepatan informasi. Informasi dan laporan ini tidak ditujukan sebagai basis untuk investasi dan kegiatan bisnis terkait lainnya baik oleh individu ataupun entitas.