TUGAS MATA KULIAH TEORI AKUNTANSI RINGKASAN MATERI KULIAH (RMK) : 1. BAB
8
PELAPORAN
FINANSIAL
NON
REGULASI:
PERTIMBANGAN TEORI-TEORI BERORIENTASI SISTEM 2. JURNAL : INVESTOR PROTECTION UNDER UNREGULATED FINANCIAL REPORTING (JAN BARTON , GREGORY WAYMIRE)
Disusun oleh : NAMA
: YUYUNG RIZKA ANESWARI
NIM
: 146020300111015
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2014
BAB 8 PELAPORAN FINANSIAL NON REGULASI: PERTIMBANGAN TEORITEORI BERORIENTASI SISTEM “Systems-oriented theories” adalah teori legitimasi dan teori stakeholder. Dalam systems-based perspective, suatu entitas diasumsikan dipengaruhi oleh dan juga mempengaruhi masyarakat. Gray, Owen dan Adams (1996) menyatakan bahwa suatu organisasi dan masyarakat yang berorientasi ke sistem akan memungkinkan kita melihat peran informasi pada hubungan yang terjadi antara organisasi, negara, individu, dan grup. Berdasarkan teori legitimasi dan stakeholder, kebijakan pengungkapan akuntansi dipandang sebagai strategi untuk mempengaruhi hubungan organisasi dengan pihak-pihak lain. Teori legitimasi dan stakeholder diaplikasikan untuk menjelaskan mengapa perusahaan melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial dalam laporan tahunannya. Teori ini juga dapat untuk menjelaskan mengapa perusahaan memilih mengadopsi teknik akuntansi tertentu. Teori Ekonomi Politik Teori legitimasi dan stakeholder adalah teori yang diderivasi dari teori ekonomi politik (Gray, Owen dan Adams,1996). Gray mendefinisikan ekonomi politik sebagai kerangka pikir yang mengkaitkan masalah sosial, politik dan ekonomi. Masalah ekonomi tidak dapat dipisahkan tanpa memperhatikan masalah sosial.
Dengan
menggunakan
ekonomi
politik
seorang
peneliti
dapat
memperhatikan isu-isu (sosial) yang lebih luas yang berdampak pada perusahaan, dan informasi apa yang harus diungkapkan. Guthrie dan Parker (1990) menyatakan bahwa perspektif ekonomi politik memandang pelaporan akuntansi sebagai dokumen sosial, politik, dan ekonomi. Pelaporan akuntansi digunakan sebagai alat untuk pembangunan, penjagaan, dan legitimasi institusi-institusi ekonomi dan politik. Pengungkapan mempunyai kapasitas untuk menyalurkan makna-makna sosial, politik, dan ekonomi bagi pembaca laporan yang plural.
2
Ringkasan Oleh YUYUNG RIZKA ANESWARI (146020300111015)
Teori Legitimasi Berdasarkan teori legitimasi menyatakan organisasi secara kontinyu mencari cara agar beroperasi dalam batas norma-norma masyarakat, artinya bahwa operasi perusahaan dipandang oleh orang lain sebagai hal yang legitimate. Norma yang ada selalu berubah, sehingga perusahaan harus menyesuaikan. Teori legitimasi didasarkan pada ide bahwa ada kontrak sosial antara perusahaan dengan masyarakat. Masyarakat sekarang mengharapkan perusahaan untuk....melakukan pencegahan kerusakan lingkungan, menjamin adanya keamanan bagi konsumen, karyawan. Karena itu, perusahaan dengan lingkungan sosial yang jelek akan sulit meneruskan operasinya. Teori legitimasi menekankan perusahaan untuk mempertimbangkan hak-hak publik. Kegagalan untuk memenuhi harapan sosial (kontrak sosial) ini akan menimbulkan sangsi dari masyarakat. Ide kontrak sosial ini bukanlah barang baru, tapi sudah lama didiskusikan oleh para filsuf seperti Thomas Hobbes, John Locke, dan Rousseou. Cara atau alat perusahaan untuk melegetimasi menurut Dowling dan Pfeffer adalah sebagai berikut: 1.
menyesuaikan output, tujuan, dan metode operasinya sesuai norma legitimasi masyarakat
2.
menggunakan alat komunikasi untuk mengubah pandangan masyarakat.
3.
mengkomunikasikan maksudnya agar sesuai dengan simbol-simbol legitimasi masyarakat.
4.
Sesuai dengan Dowling dan Pfeffer, perusahaan dapat menggunakan laporan tahunan perusahaan sebagai public disclosure. Misal, perusahaan menyediakan informasi untuk menagkal berita negatif.
5.
Hurst (1970) menyatakan bahwa salah satu fungsi akuntansi adalah untuk melegitimasi eksistensi perusahaan. Perusahaan yang beroperasi tidak sesuai dengan norma/harapan masyarakat akan kena penalti. Istilah “lisensi beroperasi” merujuk ke pengertian “kontrak sosial”.
Uji Empirik Terhadap Teori Legitimasi Pada penelitian yang dilakukan oleh Hogner (1982) meneliti corporate social reporting dalam laporan tahunan pada US Steel Corporation selama 8 tahun
3
Ringkasan Oleh YUYUNG RIZKA ANESWARI (146020300111015)
menunjukkan bahwa luasnya social disclosure dari tahun ke tahun bervariasi, dan variasi tsb mungkin karena harapan masyarakat yang juga berubah. Bagaimana cara perusahaan menentukan harapan-harapan masyarakat? Caranya dengan meneliti melalui koran/media. Media biasanya bisa membentuk opini harapan masyarakat. Brown dan Deegan menyatakan bahwa liputan media terhadap isu tertentu merupakan proxy hal-hal yang menjadi perhatian masyarakat. Media Agenda Setting Theory. Semakin tinggi liputan media berkorelasi dengan tingginya pengungkapan dalam laporan tahunan. Teori legitimasi sangat mirip dengan political cost hypothesis yang ada dalam positive accounting theory. Selain ada kemiripan, ada juga perbedaanya yaitu teori legitimasi tidak berdasarkan pada asumsi ekonomi bahwa semua tindakan didorong oleh kepentingan pribadi (maksimisasi kesejahteraan). Juga tidak menggunakan asumsi efisiensi pasar. Teori Stakeholder Teori Stakeholder mempunyai 2 cabang yaitu cabang yang ethical (moral/noramtif) dan cabang positif (managerial) : a. Teori stakeholder ethikal Teori ini menyatakan bahwa semua stakeholder mempunyai hak untuk diperlakukan secara fair oleh perusahaan. Siapa pun stakeholder harus diperlakukan dengan baik. Stakeholder mempunyai hak instrisik yang tidak boleh dilanggar (seperti gaji yang wajar). Definisi stakeholder (Freeman & Reed): grup atau individu yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh pencapaian tujuan perusahaan. Clarkson membagi stakeholder menjadi 2 yaitu stakeholder primer dan sekunder. Stakeholder primer adalah pihak yang mempunyai kontribusi nyata terhadap perusahaan, tanpa pihak ini perusahaan tidak akan bisa hidup. Sedang stakeholder sekunder adalah pihak yang tidak akan mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan secara langsung. Menurut Clarkson stakeholder primer harus diperhatikan oleh manajemen agar perusahaan bisa hidup. Namun pernyataan ini ditentang oleh teori stakeholder cabang etika yang beragumentasi bahwa semua stakeholder mempunyai hak yang sama untuk diperhatikan oleh manajemen.
4
Ringkasan Oleh YUYUNG RIZKA ANESWARI (146020300111015)
Semua stakeholder mempunyai hak untuk mendapatkan informasi mengenai bagaimana dampak perusahaan bagi mereka. Berkaitan dengan hak informasi, Gray menyarankan menggunakan perspektif model akuntabilitas. Akuntabilitas adalah kewajiban untuk menyediakan laporan atas tindakan mereka sebagai wujud tanggungjawabnya. Akuntabilitas meliputi 2 kewajiban: 1) kewajiban/tanggungjawab melakukan tindakan tertentu, 2) tanggungjawab menyediakan laporan akibat tindakan tersebut. Dengan model akuntabilitas tersebut, maka pelaporan dianggap dipicu oleh tanggungjawab, bukan dipicu karena permintaan. b. Teori Stakeholder Managerial Teori ini lebih terpusat pada organisasi (organization-centered). Perusahaan harus mengidentifikasi perhatian para stakeholder. Semakin penting stakeholder bagi perusahaan, semakin banyak usaha yang harus dikeluarkan untuk mengelola hubungannya dengan stakeholder ini. Informasi adalah elemen penting yang dapat dipakai oleh perusahaan untuk mengelola (memanipulasi) stakeholder agar supaya terus mendapatkan dukungan. Perusahaan tidak akan memperhatikan semua kepentingan stakeholder secara sama, tapi hanya kepada yang sangat powerfull saja. Power stakeholder (kreditor, pemilik, dll) dipandang sebagai fungsi tingkat kontrol stakeholder terhadap sumber daya perusahaan. Semakin tinggi tingkat kontrol stakeholder terhadap sumber daya perusahaan, maka semakin tinggi perhatian perusahaan terhadap stakeholder ini. Perusahaan yang sukses adalah perusahaan yang dapat memuaskan permintaan berbagai stakeholder. Uji Empirik Terhadap Teori Stakeholder Manfaat dari penggunaan teori ini digunakan untuk menguji kemampuan stakeholder
dalam
mempengaruhi
disclosure
CSR
(corporate
social
responsibility). Roberts (1992) menemukan bahwa ukuran power stakeholder dan kebutuhan informasi yang terkait dapat menjelaskan mengenai level dan tipe disclosure CSR. Neu, Warsame, dan Pedwell (1998) juga mendukung temuan bahwa sekelompok stakeholder tertentu dapat menjadi lebih efektif dari pada kelompok yang lain dalam meminta disclosure CSR. Hasil ini mengindikasikan bahwa perusahaan menjadi lebih responsif terhadap permintaan stakehoder
5
Ringkasan Oleh YUYUNG RIZKA ANESWARI (146020300111015)
finansial dan regulator (pemerintah) dibanding stakeholder pemerhati lingkungan. Ini menunjukkan bahwa perusahaan menghadapi situasi dimana para stakeholder saling bersaing kepentingannya, maka perusahaan akan memilih stakeholder yang paling penting. Sayangnya Teori stakeholder manajerial tidak secara langsung memberikan resep mengenai informasi apa yang harus diungkapkan. Sehingga ini akan menimbulkan masalah “siapa stakeholder yang paling penting (powerfull), dan informasi apa yang dibutuhkan oleh stakeholder”.
6
Ringkasan Oleh YUYUNG RIZKA ANESWARI (146020300111015)
INVESTOR PROTECTION UNDER UNREGULATED FINANCIAL REPORTING PENDAHULUAN Salah satu pandangan yang sering muncul setelah krisis keuangan bahwa kerugian investor akan lebih rendah jika manajer memilih untuk menyediakan pelaporan keuangan berkualitas tinggi. Pandangan seperti ini muncul di Inggris abad ke-19 setelah periode dimana tingkat kegagalan bisnis yang tinggi (Littleton, 1933, hlm. 272-287), dan di Amerika Serikat setelah kemerosotan pasar saham pada bulan Oktober 1929 dan 2000-2001 (Pecora, 1939; DPR AS, 2002). Dalam setiap kasus ini, pandangan ini sebagian didorong oleh perubahan besar dalam peraturan pelaporan keuangan. Keteraturan ini tentu menimbulkan pertanyaan: Sejauh mana manajer, absen mandat peraturan, sebenarnya menyediakan kualitas pelaporan keuangan yang lebih tinggi yang meringankan kerugian investor selama krisis keuangan? Tentang masalah ini Kami menyediakan bukti di US dengan menguji apakah pemegang saham perusahaan dengan pelaporan keuangan berkualitas tinggi selama akhir 1920-an mengalami kerugian yang lebih kecil di crash pasar saham Oktober 1929. Secara khusus, kami memeriksa dua hipotesis. Kekhawatiran pertama sejauh mana, dengan tidak adanya mandat peraturan, manajer secara sukarela menyediakan pelaporan keuangan berkualitas tinggi yang konsisten dengan kepentingan ekonomi investor. Hipotesis kedua adalah apakah kebijakan laporan keuangan yang dipilih dalam lingkungan pelaporan tidak diatur terkait dengan perlindungan investor menguntungkan sebagaimana tercermin dalam pengembalian saham biasa kurang negatif di Oktober 1929. Ketersediaan bukti yang berkenaan dengan hubungan antara kualitas pelaporan keuangan dan return saham selama crash pasar adalah jarang dan didasarkan data internasional. Johnson et al. (2000) tidak menemukan hubungan antara pengukuran khusus dari suatu negara atas kualitas akuntansi dengan kinerja pasar saham di Asia Timur selama krisis 1997-1998. Menggunakan dua proksi1 tertentu perusahaan untuk kualitas akuntansi (audit eksternal oleh Big 6 auditor 1
Proksi maknanya adalah sebuah angka yang dapat digunakan untuk mewakili nilai sesuatu dalam perhitungan.
7
Ringkasan Oleh YUYUNG RIZKA ANESWARI (146020300111015)
dan daftar US ADR), Mitton (2002) mendokumentasikan hubungan positif antara kualitas pelaporan dan return saham perusahaan selama krisis Asia Timur. Glaeser et al. (2001) membandingkan kinerja pasar saham di Polandia dan Republik Ceko setelah jatuhnya komunisme pada tahun 1989. Polandia mengadopsi Peraturan pelaporan ketat (bersama dengan persyaratan hukum lainnya untuk melindungi pemegang saham) dan mengalami perkembangan pasar modal yang kuat pada 1994-1998. Sebaliknya, selama periode yang sama, pasar keuangan Ceko jauh kurang diatur dan mengalami penurunan substansial dalam kapitalisasi pasar agregat dan jumlah perusahaan yang terdaftar. Fokus kami pada perusahaan-perusahaan di AS pada tahun 1920 menawarkan wawasan melampaui penelitian sebelumnya untuk tiga alasan. Pertama, lingkungan pelaporan tahun 1920an menyajikan variasi crosssectional yang cukup besar dalam pelaporan keuangan, bahkan pada pilihan yang sangat dasar seperti pengungkapan pendapatan dan biaya operasional (Benston, 1969). Oleh karena itu, kita bisa mengembangkan langkah-langkah spesifik perusahaan yang langsung terhadap kualitas pelaporan sukarela dipilih dan mengidentifikasi dengan lebih jelas dari efek pilihan tersebut pada investasi atau kekayaan. Kedua, crash pasar pada October 1929 dipandang sebagai salah satu krisis keuangan yang paling signifikan dalam Sejarah AS (Galbraith, 1972), dan diikuti Perubahan yang luas dalam waktu lima tahun dalam persyaratan pelaporan keuangan dalam sejarah AS (Parrish, 1970). Dengan demikian, pengaturan ini sesuai dengan kebutuhan kita untuk peristiwa yang dianggap sebagai krisis keuangan terkait, sebagian, untuk kekurangan kualitas pelaporan keuangan. Ketiga, dan yang paling penting, pelaporan keuangan AS pra-1930an telah berkembang dalam jangka panjang sebagai bagian dari evolusi yang lebih luas dari pasar keuangan, kontrak dan pengaturan hukum yang terkait, dan lembaga-lembaga lain seperti perantara informasi (Gower, 1920; Fisher, 1933; Hawkins, 1963; Miranti, 1986). Kita menguji/memeriksa pelaporan keuangan dalam pengaturan sehingga mungkin secara fundamental berbeda dari yang baru dibuat, pasar yang tidak diatur seperti di Republik Ceko di pertengahan 1990-an. Kami percaya pengaturan kami memberikan Tes ekonomi yang kuat apakah pilihan pelaporan keuangan sukarela
8
Ringkasan Oleh YUYUNG RIZKA ANESWARI (146020300111015)
oleh manajer dapat mempromosikan perlindungan investor yang menguntungkan dengan tidak adanya persyaratan pelaporan wajib. Kami memberikan contoh model penentu ekonomi pelaporan keuangan sukarela dan tes untuk keberadaan perlindungan investor yang menguntungkan, sekaligus mengontrol endogenitas atas kebijakan pelaporan dan penentu lain dari return saham-periode kecelakaan (crash). Yang pertama kami memberikan contoh model Pilihan manajer mengenai kualitas pelaporan keuangan, yang kita ukur sebagai Laporan laba rugi dan laporan posisi keuangan transparansi, akuntansi konservatisme dan pembelian audit eksternal. Langkah-langkah transparan yang kami gunakan mengasumsikan pemilahan data laporan keuangan memungkinkan pengguna untuk mengidentifikasi dengan lebih baik mendasari faktor ekonomi yang bertanggung jawab untuk perubahan agregat kunci seperti pendapatan dan aset bersih. Pelaporan keuangan yang konservatif lebih dapat meningkatkan kredibilitas informasi ketika investor percaya bahwa manajer mungkin berusaha untuk melebih-lebihkan aset bersih dan pendapatan untuk keuntungan pribadi. Demikian juga, permintaan akan saran audit menunjukkan bahwa Informasi yang dilaporkan lebih mungkin bebas dari keliru dan dengan demikian lebih dapat diandalkan. Kami memperkirakan pilihan model pelaporan dimana variabel dependen merupakan Kombinasi dari atribut kualitas tersebut berasal dari analisis faktor utama (konsisten dengan Bushman et al., 2004a). Variabel independen kami meliputi proksi untuk kemungkinan faktor penentu pilihan pelaporan keuangan oleh manajer(Watts dan Zimmerman, 1986; Healy dan Palepu, 2001). Hal ini termasuk biaya informasi dalam pasar ekuitas, potensi konflik kontrak dan kontrol antara penggugat dengan aset perusahaan, prospek kehilangan kekayaan pemegang saham karena pesaing dan tanggapan pemerintah untuk produk perusahaan yang sukses di pasar, dan ketersediaan informasi alternatif bagi investor untuk digunakan dalam menilai klaim dan pemantauan manajemen. Bukti kami menunjukkan bahwa faktor-faktor ini berhubungan dengan ukuran kami akan kualitas pelaporan keuangan. Persetujuan dan kontrol konflik memainkan peran penting dalam kebijakan pelaporan sukarela manajer. Misalnya, ukuran kualitas kami (didasarkan pada transparansi laporan laba rugi, audit dan
9
Ringkasan Oleh YUYUNG RIZKA ANESWARI (146020300111015)
konservatisme) secara positif terkait dengan leverage2. Konsisten dengan pendapat Ahmed et al (2002), keberadaan konflik pengukuran atas pendapatan yang potensial dapat mempengaruhi distribusi untuk penggugat juga dikaitkan dengan pelaporan yang lebih konservatif. Temuan ini konsisten dengan permintaan yang telah lama berkaitan dengan informasi akuntansi berdasarkan kontrak (Watts, 1977, 2003; Watts dan Zimmerman, 1983). HISTORICAL CONTEXT Corporate reporting before October 1929 Tak lama setelah 1900, pelaporan keuangan eksternal perusahaan industri AS relatif terbatas karena banyak perusahaan yang jarang menyediakan laporan keuangan (Hawkins, 1963; Ringkas, 1987; Sivakumar dan Waymire, 1993). Penggabungan negara hukum mensyaratkan perusahaan untuk mengungkapkan laporan tahunan tetapi tidak menetapkan mengenai bentuk atau kontennya. Selama tiga dekade berikutnya, pelaporan perusahaan secara bertahap menjadi lebih informatif sebab manajer merespon tuntutan para bankir dan pengguna laporan keuangan lain untuk melakukan pengungkapan yang lebih luas (Hawkins, 1963). Manajer perusahaan mencari pembiayaan utang yang memiliki dorongan untuk memberikan informasi tersebut, sesuai dengan Penelitian ini menunjukkan permintaan lama untuk informasi akuntansi yang sehubungan dengan kontrak utang (Watts, 1977). Peningkatan dispersi ekuitas kepemilikan juga menyebabkan pelaporan keuangan yang lebih luas. Perjanjian pencatatan NYSE mulai mensyaratkan perusahaan yang diperdagangkan di bursa untuk mengungkapkan informasi keuangan lebih lanjut (Shultz, 1936, pp. 16-22). Tak lama setelah 1900, perjanjian ini diperlukan perusahaan industri untuk mengungkapkan laporan keuangan tahunan untuk terdaftar di NYSE; setelah tahun 1910, perjanjian biasanya termasuk komitmen untuk mengungkapkan data laba interim. Namun, sesuai dengan perjanjian listing pada dasarnya bersifat sukarela sebelum 1929 (Hawkins, 1963). Peneliti menganggap bahwa pemisahan kepemilikan dan kontrol selama awal abad ke-20, kurang lebih karena mekanisme tata kelola perusahaan yang kurang 2
Leverage : rasio modal pinjaman perusahaan (utang) dengan nilai dari saham biasa (equity)
10
Ringkasan Oleh YUYUNG RIZKA ANESWARI (146020300111015)
berkembang, manajer diizinkan untuk beroperasi perusahaan lebih untuk kepentingan mereka sendiri daripada untuk kepentingan shareholders (Ripley, 1927, hlm 37-38;. Berle dan Means, 1932). Karena sebagian besar manajer mengendalikan pelaporan keuangan eksternal, mereka diduga bisa menutupi efek dari agency problem dengan memanipulasi angka akuntansi atau menekan pengungkapan informasi yang relevan. Perilaku seperti itu sulit untuk dihukum karena tanggung jawab hukum manajer untuk pelaporan keuangan yang menyesatkan atau palsu jauh lebih terbatas dari hari ini (Benston, 1973). Namun, keputusan manajer untuk menekan pengungkapan mungkin juga konsisten dengan kepentingan pemegang saham. Beberapa manajer tidak mengungkapkan pendapatan atau penghasilan interim dengan alasan bahwa pesaing akan menggunakan informasi tersebut untuk mengikis keunggulan kompetitif perusahaan (Ripley, 1927, hlm 188;. Benston 1973, hal 144). Awal abad 20 juga ditandai dengan permusuhan pemerintah terhadap perusahaanperusahaan besar, yang tercermin dalam bagian dari undang-undang antitrust seperti 1890 Sherman Act dan 1914 Clayton Act. Sehingga manajer memiliki dorongan yang kuat untuk menghindari biaya politik atau memanipulasi informasi, terutama berkenaan dengan perusahaan mereka
profitabilitas
(Sivakumar dan Waymire, 2003) Perkembangan prinsip akuntansi dan audit sedang dalam masa pertumbuhan pada tahun 1920 (Ely dan Waymire, 1999). Prinsip akuntansi pra-SEC lebih seperti norma yang dikembangkan dalam praktek (Moonitz, 1970); perusahaan kadang-kadang menyimpang dari norma ini tanpa mengungkapkan kebijakan akuntansi khusus (Ripley, 1927, hal. 194). Hanya setelah crash pasar saham pada 1929 NYSE mensyaratkan perusahaan yang terdaftar untuk mengungkapkan kebijakan akuntansi mereka (Shultz, 1936). Pada awal 1930-an, NYSE mulai bekerja sama dengan American Institute of Accountants untuk mengembangkan pernyataan dasar prinsip akuntansi (Miranti, 1986, hlm. 458-460). Pada tahun 1920, tidak ada persyaratan dari federal atau NYSE untuk dilakukan audit eksternal laporan keuangan. Meskipun NYSE tidak memerlukan audit sampai 1934, sebagian besar perusahaan yang terdaftar telah melakukan audit secara sukarela pada pertengahan tahun 1920-an (Mei, 1926), konsisten
11
Ringkasan Oleh YUYUNG RIZKA ANESWARI (146020300111015)
dengan dorongan dari swasta yang besar untuk menghasilkan informasi akuntansi yang kredibel (Watts dan Zimmerman, 1983). Peneliti percaya bahwa abad ke-20 awal, meskipun auditor memiliki kekuatan yang terbatas dalam perselisihan dengan manajemen, namun audit akan meningkatkan akurasi laporan keuangan dan mengurangi optimisme manajerial di pelaporan keuangan (Montgomery, 1913; Moss, 1914). Pasar saham dan penilaian ekuitas pada tahun 1920 Lingkungan pasar saham tahun 1920 adalah mirip dengan tahun 1990-an (Chancellor, 1999, hlm 225-232;. Shiller, 2000, hlm 7-8.). Misalnya, yang paling sejajar dekat dengan rasio agregat harga-pendapatan dari 44 pada awal Januari 2000 adalah September 1929, ketika rasio berdiri di 33. Seperti tingginya tingkat pertumbuhan laba di periode lima tahun yang berakhir pada tahun 1997, laba lebih dari empat kali lipat lebih 1921-1926 karena ekonomi muncul dari resesi yang parah. Selain itu, seperti tahun 1990-an, pada 1920-an adalah periode inovasi teknologi yang cepat, seperti personal computer, internet dan bioteknologi; pada tahun 1920, kemudian mobil, radio penyiaran, listrik dan peralatan rumah tangga listrik. Bahkan istilah-istilah modern seperti ''Ekonomi Baru'' menggambarkan tahun 1990-an mirip seperti istilah '' Era Baru'' yang menggambarkan tahun 1920 (Graham dan Dodd, 1934, hlm 307-316;. Ip, 2000). NYSE adalah pasar saham terkemuka di AS pada saat itu, akuntansi untuk sebagian besar volume perdagangan (Bernheim dan Schneider, 1935, hlm. 222238, 748). Seperti di zaman modern, perdagangan NYSE berlangsung di spesialis kontinyu pasar dengan data transaksi terdistribusi dengan cepat melalui pers keuangan dan informasi jasa melalui telegram. Meskipun jumlah rumah broker diperluas oleh lebih dari 80% di paruh kedua tahun 1920-an (Chancellor, 1999, hal. 199), analis dan perantara canggih lainnya relatif lebih sedikit yng berpartisipasi dalam pasar ekuitas dibandingkan dengan hari ini (Ely dan Waymire, 1999, hal. 25). Namun demikian, harga saham masih tercermin pada analisa fundamental, karena mereka menangkap informasi tidak hanya di pernyataan keuangan agregat seperti laba dan nilai buku ekuitas, tetapi juga lebih kompleks seperti aset tidak berwujud (Ely dan Waymire, 1999).
12
Ringkasan Oleh YUYUNG RIZKA ANESWARI (146020300111015)
Sebuah alasan yang sering dikutip untuk pasar tahun 1920an dalah masuknya investor berpengalaman ke pasar. Sebagai contoh, investment trust (setara dengan reksa dana zaman modern) memungkinkan investor berpengalaman untuk berpartisipasi dalam saham pasar. Kepercayaan ini meningkat dari sekitar 160 pada tahun 1926 menjadi lebih dari 750 pada tahun 1929 (Galbraith, 1972). Investor baru juga menyumbang porsi yang cukup besar dari turnover saham (Putih, 1990;. Kanselir 1999, hlm 204-205). NYSE tidak memiliki pembatasan insider trading atau short selling. Insider trading yaitu orang dalam yang diduga membuat pembelian tambahan yang tidak diinformasikan
kepada
pihak
luar,
menyebabkan
harga
run-up
yang
memungkinkan orang dalam bisa mengeksploitasi keuntungan (Thomas dan Morgan-Witts, 1979). Sebaliknya, short selling terbatas pada akhir 1920, dengan kepentingan singkat yang mewakili kurang dari 1% dari total saham NYSE luar biasa (Carret, 1930; Meeker, 1932). Biaya korslet tidak terlalu tinggi, menunjukkan bahwa rendahnya tingkat bunga pendek tercermin dari keengganan investor untuk melakukan posisi short (Jones dan Lamont, 2002). Karena banyak penjual pendek mengalami kerugian besar selama tahun 1920-an “bull market”, beberapa memiliki keberanian untuk short selling'' sebelum crash 1929 (Meeker, 1932). Pola ini konsisten dengan teori crash pasar di mana short sellers keluar dari pasar selama Harga run-up berkelanjutan (Hong dan Stein, 2003). KESIMPULAN Penelitian ini menggunakan sampel dari 540 perusahaan yang terdaftar di New York Stock Exchange (NYSE) selama crash pasar saham Oktober 1929, kami memberikan bukti bahwa manajer memiliki dorongan untuk melaporkan kualitas Informasi keuangan yang lebih tinggi, dan pelaporan tersebut memberikan perlindungan menguntungkan bagi investor. Penelitian ini mengukur kualitas pelaporan keuangan berdasarkan dimensi transparansi laporan keuangan dan kredibilitas serta mengukur perlindungan bagi investor oleh penurunan kerugian investor selama Oktober 1929 terkait dengan kualitas yang lebih tinggi dari pelaporan keuangan. Berdasarkan analisis empiris,menunjukkan bahwa proksi mengenai kualitas pelaporan keuangan secara signifikan berhubungan dengan
13
Ringkasan Oleh YUYUNG RIZKA ANESWARI (146020300111015)
variabel menangkap variasi crosssectional dalam melaporkan pendorong yang berkaitan dengan ekuitas biaya informasi pasar, kontraktor dan kontrol konflik, potensi biaya yang kompetitif dan biaya peraturan, dan keberadaan informasi alternatif untuk penilaian dan pemantauan. Bukti ini menunjukkan bahwa manajer menanggapi dorongan ekonomi untuk menyediakan laporan keuangan yang berkualitas lebih tinggi bahkan tanpa adanya regulasi. Analisis kami juga menunjukkan bahwa kerugian investor selama crash pasar Oktober 1929 secara statistik dan ekonomis lebih kecil untuk perusahaan dengan kualitas pelaporan keuangan yang lebih tinggi, setelah mengendalikan endogenitas dalam pilihan pelaporan manajer. Temuan ini konsisten dengan gagasan bahwa pelaporan keuangan berkualitas
tinggi ditentukan sendiri manajer terkait dengan
perlindungan yang menguntungkan bagi investor. Temuan penelitian ini berkaitan dengan isu yang dibahas dalam beberapa penelitian sebelumnya dan menyarankan area tambahan penyelidikan. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa perlindungan yang menguntungkan bagi investor dari pelaporan keuangan yang berkualitas tinggi yang diamati di bawah rezim pengungkapan wajib (Johnson et al, 2000;. Glaeser et al, 2001;. Mitton, 2002). Bukti penelitian ini menunjukkan bahwa efek serupa terjadi di bawah rezim pengungkapan sukarela (unregulated). Ini berarti bahwa perjanjian tersendiri (private contracting) dan pengaturan pasar akan dapat berkembang dengan cara mendorong perlindungan bagi investor. Sebuah isu sentral yang belum terselesaikan adalah efek tambahan dari pengungkapan sukarela dibandingkan pengungkapan wajib, dan sifat dari setiap interdependensi antara keduanya. Penelitian tambahan bisa menelusuri perlindungan investor dalam pengaturan di mana pengungkapan wajib diperpanjang (misalnya, perluasan Kisah Efek untuk over-the-counter perusahaan pada tahun 1960) atau di mana pasar modal baru dibuat (misalnya, Jerman Neuer Pasar dianalisis dalam Leuz, 2003). Peneliti selanjutnya juga dapat memeriksa evolusi perusahaan dengan pelaporan keuangan yang kuat untuk memahami, misalnya, apa keadaan memimpin perusahaan tersebut untuk mengadopsi pelaporan yang lebih baik dan apa peran regulasi dimainkan dalam proses. Sebaliknya, analisis lain bisa menyelidiki apakah pelaporan lemah dari perusahaan dipengaruhi secara substansial oleh
14
Ringkasan Oleh YUYUNG RIZKA ANESWARI (146020300111015)
regulasi, yaitu, apakah peraturan laporan keuangan ''pulls up'' perusahaan yang paling lemah. Analisis tersebut akan memberikan bukti yang dibutuhkan pada peran regulasi dalam meningkatkan pengungkapan perusahaan '(Healy dan Palepu, 2001, hlm. 410-415). Penelitian ini juga berkaitan dengan literatur dari accounting choice. Review dari literatur ini, Fields et al. (2001) mencatat bahwa kemajuan telah terhambat oleh berbagai keterbatasan metodologis dalam pekerjaan sebelumnya, seperti gagal untuk menentukan langkah langkah multi atribut dari pelaporan pilihan, untuk mengoreksi masalah endogenitas, dan untuk mencontohkan insentif multipel yang mendorong sebuah pilihan pelaporan. Analisis dan hasil penelitian ini memberikan dukungan untuk pernyataan mereka bahwa penyelesaian masalah ini dapat menghasilkan nilai peneliti mempelajari accounting choice perusahaan. Sementara pilihan metodologis kami disesuaikan dengan pengaturan kita kaji, kami percaya hasil kami menunjukkan bahwa lebih umum Penelitian metodologis pada accounting choice adalah penting. Meskipun bukan merupakan fokus utama dari penelitian ini, bukti dalam penelitian ini memberikan kontribusi untuk penelitian tentang konservatisme akuntansi, sebuah topik yang baru-baru ini telah menghasilkan keuntungan yang cukup besar bagi kalangan akademisi akuntansi (Watts, 2003). Bukti penelitian ini melengkapi penelitian lain menunjukkan bahwa konservatisme adalah fitur lama dari laporan keuangan AS (Basu, 1997; Holthausen dan Watts, 2001; Sivakumar dan Waymire, 2003).
Bukti penelitian ini juga menunjukkan bahwa
konservatisme pre-SEC terkait dengan dorongan pelaporan multipel seperti kontrak utang dan informasi biaya di pasar sekuritas. Penelitian selanjutnya bisa memeriksa hubungan cross-sectional antara konservatisme dan determinasinya yang menggunakan data yang lebih baru. Akhirnya, penelitian ini memperluas penelitian akuntansi sebelumnya yang meneliti hubungan antara informasi akuntansi dan perilaku harga saat kecelakaan pasar (market crash) (Bowen et al, 1989;Keating et al, 2003). Penelitian tersebut mengkaji sejauh mana realisasi spesifik angka akuntansi (misalnya, melaporkan tingkat laba) mempengaruhi harga saham saat market crash. Penelitian ini memperluas penelitian dengan menilai apakah kualitas ex-ante pelaporan
15
Ringkasan Oleh YUYUNG RIZKA ANESWARI (146020300111015)
keuangan (sebagai lawan realisasi tertentu) mempengaruhi crash-period returns. Area untuk penelitian tambahan meliputi faktor ekonomi dan psikologis yang mempengaruhi persepsi investor kualitas pelaporan keuangan dan kecenderungan saham menunjukkan kenaikan harga yang besar diikuti dengan penurunan harga yang tajam.
16
Ringkasan Oleh YUYUNG RIZKA ANESWARI (146020300111015)