BAB I PENDAHULUAN
I.1
PENGERTIAN PETROGRAFI Petrologi : Merupakan cabang ilmu geologi yang mempelajari mengenai asal usul, keterdapatan dan sejarah dari batuan. Petrografi Batuan : Merupakan bagian dari ilmu petrologi yang mempelajari tentang deskripsi dan klasifikasi batuan dengan menggunakan bantuan mikroskopi polarisasi. Deskripsi batuan secara petrografis, hal yang penting diperhatikan adalah
identifikasi komposisi mineral dan
tekstur batuan. Pengelompokkan atau pengklasifikasian batuan didasarkan pada hasil pengamatan tekstur dan komposisi mineralogi utama (rock forming minerals).
Buku Panduan Praktikum Petrograf
Page 1
BAB II MIKROSKOP
Mikroskop yang dipergunakan untuk pengamatan sayatan tipis dari batuan, pada prinsipnya sama dengan mikroskop yang biasa dipergunakan dalam pengamatan biologi. Keutamaan dari mikroskop ini adalah cahaya (sinar) yang dipergunakan harus sinar terpolarisasi. Karena dengan sinar itu beberapa sifat dari kristal akan nampak jelas sekali. Salah satu faktor yang paling penting adalah warna dari setiap mineral, karena setiap mineral mempunyai warna yang khusus. Untuk mencapai daya guna yang maksimal dari mikroskop polarisasi maka perlu difahami benar bagian-bagiannya serta fungsinya di dalam penelitian. Setiap bagian adalah sangat peka dan karenanya haruslah dijaga baik-baik. Kalau mikroskop tidak dipergunakan sebaiknya ditutup dengan kerudung plastik. Bagian-bagian optik haruslah selalu dilindungi dari debu, minyak dan kotoran lainnya. Perlu kiranya diingat bahwa buttr debu yang betapapun kecilnya akan dapat dibesarkan berlipat ganda sehingga akan mengganggu jalannya pengamatan.
II.1
Definisi Mikroskop Polarisasi Mikroskop polarisasi ini berbeda dengan mikroskop biasa yang dipakai pada bidang biologi, kedokteran, atau bidang lainnya, di mana mikroskop hanya memperbesar benda yang diamati. Mikroskop polarisasi menggunakan cahaya yang terbias/ dibelokkan, bukan cahaya terpantul. Selain itu, perbedaannya pada beberapa komponen khusus yang hanya terdapat pada mikroskop ini, antara lain keping analisator, polarisator, kompensator, dan lensa amici bertrand. Jenis/tipe dari mikroskop ini cukup beragam, ada beberapa tipe yang biasa digunakan misalnya tipe Olympus, Bausch & Lomb, dan Reichert.
Buku Panduan Praktikum Petrograf
Page 2
II.2
Bagian-bagian mikroskop polarisasi dan fungsinya a.
Kaki Mikroskop Merupakan tempat tumpuan dari seluruh bagian mikroskop, bentuknya ada yang bulat dan ada yang seperti tapal kuda (U). Pada mikroskop tipe Bausch & Lomb, kaki mikroskop juga digunakan untuk menempatkan cermin. Pada tipe olympus yang akan kita gunakan, kaki mikroskop sebagai tempat lampu halogen sebagai sumber cahaya pengganti cermin.
Buku Panduan Praktikum Petrograf
Page 3
b. Substage Unit Polarisator atau ” lower nicol ” Merupakan suatu bagian yang terdiri dari suatu lembaran polaroid. Berfungsi untuk menyerap cahaya secara terpilih (selective absorbtion), sehingga hanya cahaya yang bergetar pada satu arah bidang getar saja yang bisa diteruskan. Dalam mikroskop lembaran ini diletakkan sedemikian hingga arah getaran sinarnya sejajar dengan salah satu benang silang pada arah N-S atau E-W. Diafragma Iris Terdapat di atas polarisator, alat ini berfungsi untuk mengatur jumlah cahaya yang diteruskan dengan cara mengurangi atau menambah besarnya apertur/bukaan diafragma. Hal ini merupakan faktor penting dalam menentukan intensitas cahaya yang diterima oleh mata pengamat, karena kemampuan akomodasi mata tiap-tiap orang relatif berbeda. Fungsi penting lainnya adalah untuk menetapkan besarnya daerah pada peraga yang ingin diterangi, juga dalam penentuan relief, di mana cahaya harus dikurangi sekecil mungkin untuk pengamatan “garis becke”. Kondensor
Terletak pada bagian paling atas dari “substage unit”. Kondensor berupa lensa cembung yang berfungsi untuk memberikan cahaya memusat yang datang dari cermin di bawahnya. Lensa kondensor dapat diputar/diayun keluar dari jalan cahaya apabila tidak digunakan/difungsikan. Fungsi kondensor lebih lanjut akan dibahas pada bab konoskop.
Meja Objek
Bentuknya berupa piringan yang berlubang di bagian tengahnya sebagai jalan masuknya cahaya. Meja objek ini berfungsi sebagai tempat menjepit preparat/peraga. Meja objek ini dapat berputar pada sumbunya yang vertikal, dan dilengkapi dengan skala sudut dalam derajat dari 0 sampai 360o
Pada bagian tepi meja terdapat tiga buah sekerup pemusat untuk memusatkan perputaran meja pada sumbunya (centering).
Tubus Mikroskop Buku Panduan Praktikum Petrograf
Page 4
Bagian ini terletak di atas meja objek dan berfungsi sebagai unit teropong. Terdiri atas beberapa bagian antara lain : Lensa Objektif • Merupakan bagian paling bawah dari tubus mikroskop, berfungsi untuk menangkap dan memperbesar bayangan sayatan mineral dari meja objek. • Biasanya pada mikroskop polarisasi terdapat tiga buah lensa objektif dengan perbesaran yang berbeda, tergantung keinginan pengamat, dan biasanya perbesaran yang digunakan adalah 4x, 10x dan 40x, kadang ada yang 100x. Lubang Kompensator • Adalah suatu lubang pipih pada tubus sebagai tempat memasukkan kompensator, suatu bagian yang digunakan untuk menentukan warna interferensi • Kompensator berupa baji kuarsa atau gips yang menipis ke arah depan, sehingga pada saat dimasukkan lubang akan menghasilkan perubahan warna interferensi pada mineral Analisator • Adalah bagian dari mikroskop yang fungsinya hampir sama dengan polarisator, dan terbuat dari bahan yang sama juga, hanya saja arah getarannya bisa dibuat searah getaran polarisator (nikol sejajar) dan tegak lurus arah getaran polarisator (nikol bersilang) Lensa Amici Bertrand • lensa ini difungsikan dalam pengamatan konoskopik saja, untuk memperbesar gambar interferensi yang terbentuk pada bidang fokus balik (back focal plane) pada lensa objektif, dan memfokuskan pada lensa okuler.
Lensa Okuler
Buku Panduan Praktikum Petrograf
Page 5
• Terdapat pada bagian paling atas dari tubus mikroskop, berfungsi untuk memperbesar bayangan objek dan sebagai tempat kita mengamati medan pandang. Pada lensa ini biasanya terdapat benang silang, sebagai pemandu dalam pengamatan dan pemusatan objek pengamatan.
Buku Panduan Praktikum Petrograf
Page 6
Buku Panduan Praktikum Petrograf
Page 7
KURVA PLAGIOKLAS
Buku Panduan Praktikum Petrograf
Page 8
BAB III MINERAL III.1 Pengertian Mineralogi Mineralogi adalah salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari asal usul genesa mineral, sifat fisik dan kimianya serta klasifikasi dan pemanfaatannya. Minerologi terdiri dari kata mineral dan logos, dimana mengenai arti mineral mempunyai pengertian berlainan dan bahkan dikacaukan dikalangan awam. Sering diartikan sebagai bahan bukan organic ( Anorganik).
III.2 Pengertian Mineral Sedangkan mineral adalah suatu zat ( fasa ) padat yang terdiri dari unsur atau persenyawaan kimia yang dibentuk
secara alamiah oleh proses-proses anorganik,
mempunyai sifat-sifat kimia dan fisika tertentu dan mempunyai penempatan atom-atom secara beraturan di dalamnya, atau dikenal sebagai struktur kristal. Selain itu kata mineral juga mempunyai banyak arti, hal ini tergantung darimana kita meninjaunya. Mineral dalam arti farmasi lain dengan pengertian di bidang geologi. Istilah mineral dalam arti geologi adalah zat atau benda yang terbentuk oleh proses alam, biasanya bersifat padat serta tersusun dari komposisi kimia tertentu dan mempunyai sifatsifat fisik yang tertentu pula. Mineral terbentuk dari atom-atom serta molekul-molekul dari berbagai unsur kimia, dimana atom-atom tersebut tersusun dalam suatu pola yang teratur. Keteraturan dari rangkaian atom ini akan menjadikan mineral mempunyai sifat dalam yang teratur. Mineral pada umumnya merupakan zat anorganik. ( Murwanto, Helmy, dkk. 1992 ) Maka pengertian yang jelas dari batas mineral oleh beberapa ahli geologi perlu diketahui walaupun dari kenyataannya tidak ada satupun persesuaian umum untuk definisinya.
Buku Panduan Praktikum Petrograf
Page 9
Definisi mineral menurut beberapa ahli : 1. L.G. Berry dan B. Mason, 1959 Mineral adalah suatu benda padat homogen yang terdapat di alam terbentuk secara anorganik, mempunyai komposisi kimia pada batas – batas tertentu dan mempunyai atom – atom yang tersusun secara teratur. 2. D.G.A Whitten dan J.R.V. Brooks, 1972 Mineral adalah suatu bahan padat yang secara structural homogen mempunyai komposisi kimia tertentu, dibentuk oleh proses alam yang anorganik. 3. A.W.R. Potter dan H. Robinson, 1977 Mineral adalah suatu bahan atau zat yang homogen mempunyai komposisi kimia tertentu atau dalam batas – batas dan mempunyai sifat – sifat tetap, dibentuk dialam dan bukan hasil suatu kehidupan. Sebagian besar mineral – mineral ini terdapat dalm keadaan padat, akan tetapi dapat juga berada dalam keadaan setengah padat, gas, ataupun cair. Mineral – mineral padat itu biasanya terdapat dalam bentuk – bentuk kristal, yang agak setangkup, dan yang pada banyak sisinya dibatasi oleh bidang – bidang datar. Bidang – bidang geometric ini memberi bangunan yang tersendiri sifatnya pada mineral yang bersangkutan. Minyak bumi misalnya adalah mineral dalam bentuk cair, sedangkan gas bumi adalah mineral dalam bentuk gas. Sebagian dari mineral dapat juga dilihat dalam bentuk amorf, artinya tidak mempunyai susunan dan bangunankristal sendiri. Pengenalan atau dterminasi mineral – mineral dapat didasarkan atas bebagai sifat dari mineral – mineral tersebut.
III.3 Jenis Mineral Mineral ada yang merupakan unsur bebas dan ada yang merupakan bentuk persenyawaan. 1.
Silicates Menyusun 95 % bagian litosfer dan mantel bumi bagian atas. Komposisi utamanya adalah Silicon ( Si ) dan Oksigen ( O ).
Buku Panduan Praktikum Petrograf
Page 10
o Framework silicates, yang paling berlimpah di alam adalah : Quartz Feldspars: Orthoclase,
Kaya akan Kalium ( K )
Plagioclase,
Kaya akan Kalsium ( Ca ) dan Natrium ( Na )
o Sheet silicates Micas Muscovite, kaya akan Alumunium ( Al ) dan berwarna cerah Biotite, kaya akan Besi ( Fe ) dan berwarna gelap o Chain silicates Pyroxenes, berantai tunggal Amphiboles, berantai ganda o Single tetrahedron Olivine 2.
Oxides Tersusun dari Oksigen ( O ) dan logam atau ion-ion lain. Hematite
(Fe2O3)
Magnetite (Fe3O4) Corundum (Al2O3 3.
Carbonates Tersusun dari ion inti ( CO3 )2 , yang berkombinasi atau bergabung dengan Ca, Mg, Fe, Cu, dan lain-lain. Terdapat kurang lebih 80 jenis mineral karbonat, tetapi yang paling umum adalah : Calcite Aragonite Dolomite
Buku Panduan Praktikum Petrograf
Page 11
4.
Sulfides Merupakan kombinasi atau gabungan satu atau lebih logam dengan sulfur ( S ). Contohnya adalah :
5.
Galena
(PbS)
Pyrite
(FeS2)
Kalkopirit
(CuFeO2)
Sulfates Penyusun utamanya adalah ion Sulfat ( SO4 ) yang berkombinasi atau bergabung dengan Ca, Ba, Mg, Fe, Cu, dan lain-lain. Contohnya adalah :
6.
Gypsum
(Ca SO4 2 H2O )
Anhydrite
(Ca SO4)
Barite
(Ba SO4 )
Posphates Penyusun utamanya adalah ion Fosfat ( PO4 ) yang berkombinasi atau bergabung dengan Ca, Ba, Mg, Fe, Cu, dan lain-lain. Contohnya adalah : Apatite
7.
(2(Ca5 PO4)3 F )
Native elements Contoh mineralnya adalah : Logam
:
Gold
(Au)
Silver
(Ag)
Platinum
(Pt)
Non-Logam : Diamond
(C)
Graphite
(C)
Sulfur
(S)
Buku Panduan Praktikum Petrograf
Page 12
III.4 Mineral utama pembentuk batuan beku o
o
Kelompok Olivin (ortorombik) : •
Forsterit
(Mg2 SiO4)
•
Olivin
(Mg Fe SiO4)
•
Fayalit
(Fe SiO4)
Kelompok piroksen: •
•
o
o
o
o
Klinopiroksen (monoklin) : Augit
(Ca,Fe,Mg,Al SiO3)
Diopsid
(Ca,Fe,Mg,Al SiO3)
Ortopiroksen (ortorombik) : Enstatite
(MgSiO3)
Hyperstene
(Mg,Fe SiO3)
Kelompok amfibol
Ca2(Mg,Fe)2 Si8O22(OH)2 :
•
Hornblende (monoklin)
•
Actinolite
•
Tremolite
•
Glaucophane
Kelompok mineral mika •
Biotit (monoklin)
•
Muskovit (monoklin)
Kelompok K Felspar •
Ortoklas (monoklin)
•
Sanidine (monoklin)
•
Mikroklin (triklin)
Kelompok plagioklas
(H2K Al3SiO4)3 :
(K Al Si3O8) :
(Ca – Na)AlSi3O8 :
Monoklin - triklin o
Kuarsa
(SiO2)
hexagonal
Buku Panduan Praktikum Petrograf
Page 13
Bowen’s Raction Series
III.5 Sifat Fisik Mineral III. 5. 1 Kilap ( Lustre ) Gejala ini terjadi apabila pada mineral dijatuhkan cahaya refleksi dan kilap suatu mineral sangat penting untuk diketahui. Beberapa kilap yang sering digunakan adalah sebagai berikut : o Kilap Logam ( Metallic Lustre ), kilap yang dihasilkan dari mineralmineral logam, seperti Galena, Grafit, Hematit, Kalkopirit, Magnetit, Pirit. o Kilap Sub Logam ( Sub Metallic Lustre ), kilap yang dihasilkan dari mineral hasil alterasi mineral sebelumnya, seperti Ilmenit ( FeO. TiO2) o Kilap Non Logam (Non Metallic Lustre),
Buku Panduan Praktikum Petrograf
Page 14
~ Kilap Intan (Adamantin Lustre), kilap sangat cemerlang seperti pada intan permata, seperti Intan. ~
Kilap Kaca (Vitreous Lustre), kilap seperti pada pecahan kaca, seperti Kalsit, Kwarsa.
~ Kilap Sutera (Silky Lustre), kilap seperti sutera, biasanya terlihat pada mineralmineral yang menyerat, seperti Aktinolit, Asbes, Gipsum ~ Kilap Damar (Resinous Lustre), kilap seperti damar, seperti Sphalerit, Monasit ~ Kilap Mutiara (Pearly Lustre), kilap seperti mutiara, biasanya terlihat pada bidang-bidang belah dasar mineral, seperti Nefelin, Opal, Serpentin, Brukit. ~ Kilap Tanah (Limonit Lustre) atau kilap guram ( Dull ), biasanya terlihat pada mineral-mineral yang kempal, seperti Bauxit, Kaolin, Limonit ~ Kilap Lemak ( Greasy Lustre ), kilap seperti lemak, seakan-akan terlapis oleh lemak, seperti Nefelin. III. 5. 2 Warna ( Colour ) Mineral seperti Magnetite dan Galena mempunyai warna tetap, tetapi ada beberapa mineral akan mempunyai warna yang bervariasi. Warna-warna dari mineral antara lain :
Putih
: Kaolin ( Al2O3.2SiO2.2H2O ), Gypsum ( CaSO4.H2O ), Milky Kwartz (Kwarsa Susu) ( SiO2 )
Kuning
: Belerang ( S )
Emas
: Pirit ( FeS2 ), Kalkopirit ( CuFeS2 ), Ema ( Au )
Hijau
: Klorit ((Mg.Fe)5 Al(AlSiO3O10) (OH)), Malasit ( Cu CO3Cu(OH)2 )
Biru
: Azurit ( 2CuCO3 .Cu (OH)2), Beril ( Be3 Al2 (Si6O18))
Merah
: Jasper, Hematit ( Fe2O3 )
Coklat
: Garnet, Limonite ( Fe2O3)
Abu-abu
: Galena ( PbS )
Buku Panduan Praktikum Petrograf
Page 15
Hitam
: Biotit ( K2 (MgFe)2 (OH)2 (AlSi3O10)), Grafit ( C ), Augit
III. 5. 3 Kekerasan (Hardness) Kekerasan merupakan ketahanan mineral terhadap suatu goresan. Kekerasan relatif dari suatu mineral tertentu dengan suatu urutan mineral yang dipakai sebagai standart kekerasan. Mineral yang mempunyai kekerasan lebih kecil akan mempunyai bekas goresan pada tubuh mineral tersebut. Untuk standart kekerasan biasa yang dipakai adalah skala kekerasan dari “MOHS” yang mempunyai 10 pembagian skala, dimulai dari skala untuk mineral yang terlunak dan skala 10 untuk mineral yang terkeras. Skala kekerasan Mineral “MOHS” Skala Kekerasan
Mineral
Rumus Kimia
1
Talc
H2Mg3 (SiO3)4
2
Gypsum
CaSO4. 2H2O
3
Calcite
CaCO3
4
Fluorite
CaF2
5
Apatite
CaF2Ca3 (PO4)2
6
Orthoklase
K Al Si3 O8
7
Quartz
SiO2
8
Topaz
Al2SiO3O8
9
Corundum
Al2O3
10
Diamond
C
Sebagai perbandingan dari skala tersebut diatas, maka dibawah ini akan disajikan beberapa alat penguji standart kekerasan, yaitu : o Kuku jari tangan Buku Panduan Praktikum Petrograf
2,5 Page 16
o Kawat tembaga
3
o Pecahan kaca
5,5 - 6
o Kikir Baja/ jarum baja
6,6 – 7
III. 5. 4 Cerat (Streak) Cerat merupakan warna mineral dalam bentuk hancuran/ serbuk. Hal ini dapat diperoleh bila mineral digoreskan pada keping porselin kasar, atau dengan membubuk mineral, kemudian warna bubuk itu dilihat. Cerat tersebut sama dengan warna mineralnya, tetapi dapat juga berbeda dengan dengan warna mineralnya. Warna cerat untuk mineral tertentu umumnya tetap walaupun warna mineralnya berubah-ubah. Contohnya : • Pirit
: berwarna keemasan namun jika digoreskan pada plat porselin akan meninggalkan jejak berwarna hitam.
• Hematite
: berwarna merah namun bila digoreskan pada plat porselin akan meninggalkan jejak berwarna merah kecoklatan.
• Augite
: Ceratnya abu-abu kehijauan
• Biotite
: Ceratnya tidak berwarna
• Orthoklase
: Ceratnya putih
III. 5. 5 Belahan (Cleavage ) Belahan merupakan kecendrungan mineral untuk membelah diri pada suatu arah atau lebih yang dikontrol oleh struktur atom. Belahan mineral akan selalu sejajar dengan bidang permukaan kristal yang rata, karena belahan merupakan gambaran dari struktur dalam dari kristal. Belahan tersebut akan menghasilkan kristal menjadi bagian-bagian kristal yang kecil, yang setiap bagian kristal dibatasi oleh bidang yang rata. Berdasarkan dari bagus atau tidaknya permukaan bidang belahannya, belahan dapat dibagi menjadi : o Sempurna ( Perfect ) Buku Panduan Praktikum Petrograf
Page 17
Yaitu apabila mineral mudah terbelah melalui arah belahannya yang merupakan bidang yang rata dan sukar pecah selain melalui bidang belahannya. Contoh: Calcite Muscovite
Halite
Galena o Baik ( Good ) Yaitu apabila mineral mudah terbelah melalui bidang belahannya yang rata, tetapi dapat juga terbelah. Contoh: Apatite Cassiterite Native Sulphur o Jelas (Distinct) o Tidak Jelas (Indistinct) Berdasarkan banyaknya belahan pada mineral, belahan dapat dibagi menjadi : o Belahan 1 arah, contohnya : Muskovit o Belahan 2 arah ( 60O/120O ), contohnya : Feldspar o Belahan 3 arah ( 90O ), contohnya : Halit, Galena o Belahan 3 arah ( 60O/90O ), contohnya : Kalsit o Belahan 4 arah, contohnya
: Fluorit.
III. 5. 6 Pecahan (Fracture) Merupakan kecendrungan mineral untuk terpisah dalam arah yang tidak teratur. Tidak dikontrol kuat oleh struktur atom. Apabila suatu mineral mendapatkan tekanan yang melampaui batas plastisitas dan elastisitasnya, maka mineral tersebut akan pecah. Pecahan dapat dibagi menjadi : o Choncoidal
: Pecahan yang memperlihatkan gelombang yang melengkung dipermukaannya,
seperti
kenampakan
pada
botol
pecah.
Contohnya : Quartz ( Kwarsa ) Buku Panduan Praktikum Petrograf
Page 18
o Hackly
: Pecahan dimana permukaannya tidak teratur dengan ujungujung yang runcing. Contohnya : Native Metals ( Cu, Ag )
o Even
: Pecahan mineral dengan permukaan bidang pecah kecil-kecil dengan
ujung
pecahan
masih
mendekati
bidang
datar.
Contohnya : Limonit, Muscovite, Talc, Biotite, Mineral Lempung. o Uneven
: pecahan yang kasar dengan permukaan yang tidak teratur dengan ujung-ujung yang runcing. Contohnya : Garnet, Hematite, Kalkopirit, Magnetit.
o Splintery
: pecahan mineral yang hancur menjadi kecil-kecil dan tajam menyerupai benang atau berserabut. Contohnya : Augit, Hipersten, Anhydrite, Serpentine.
o Earthy
: pecahan mineral yang hancur seperti tanah. Contohnya : Kaoline,
III. 5. 7 Bentuk ( Form ) Apabila dalam pertumbuhannya tidak mengalami gangguan apapun, maka mineral akan mempunyai bentuk kristal yang sempurna. Tetapi bentuk sempurna ini jarang didapatkan karena di alam gangguan-gangguan tersebut selalu ada. Mineral yang dijumpai di alam srering bentuknya tidak berkembang sebagaimana mestinya, sehingga sulit untuk mengelompokan mineral kedalam sistem kristalografi. Sebagai gantinya dipakai istilah perawakan kristal ( crystal habit ), bentuk khas mineral ditentukan oleh bidang yang membangunnya, termasuk bentuk dan ukuran relatif bidang-bidang tersebut. Perawakan kristal dibedakan menjadi 3 golongan, yaitu : a. Perawakan memanjang ( Elongated Habits ) Meniang ( Columnar ) Bentuk kristal prismatik yang menyerupai bentuk tiang. Contohnya : Tourmaline, Pyrolusite, Wollastonite. Menyerat ( Fibrous ) Bentuk kristal yang menyerupai serat-serat kecil. Contohnya : Asbestos, Gypsum, Silimanite, Tremolite, Pyrophillite. Buku Panduan Praktikum Petrograf
Page 19
Menjarum ( Acicular ) Bentuk kristal yang menyerupai jarum-jarum kecil. Contohnya : Natrolite, Glaucophane. Menjaring ( Reticulate ) Bentuk kristal yang kecil panjang yang tersusun menyerupai jaring. Contohnya : Rutile, Cerussite. Membenang ( Filliform ) Bentuk kristal kecil-kecil yang menyerupai benang. Contohnya : Silver Merabut ( Cappilery ) Bentuk kristal yang kecil-kecil menyerupai rambut. Contohnya : Cuprite, Bysolite. Mondok ( Stout, Stubby, Equant ) Bentuk kristal pendek, gemuk sering terdapat pada kristal-kristal dengan sumbu c lebih pendek dari sumbu lainnya. Contohnya : Zircon. Membintang ( Stellated ) Bentuk kristal yang tersusun menyerupai bintang. Contohnya : Pirofilit. Menjari ( Radiated ) Bentuk-bentuk kristal yang tersusun menyerupai bentuk jari-jari. Contohnya : Markasit, Natrolit. b. Perawakan Mendatar ( Flattened Habit ) Membilah ( Bladed ) Bentuk kristal yang panjang dan tipis menyerupai bilah kayu, dengan perbandingan antara lebar dengan tebal sangat jauh. Contohnya : Kyanite, Glaucophane, Kalaverit. Memapan ( Tabular ) Bentuk kristal pipih menyerupai bentuk papan, dimana lebar dengan tebal tidak terlalu jauh. Contohnya : Barite, Hematite, Hypersthene. Membata ( Blocky )
Buku Panduan Praktikum Petrograf
Page 20
Bentuk kristal tebal menyerupai bentuk bata, dengan perbandingan antara tebal dan lebar hampir sama. Contohnya : Microline. Mendaun ( Foliated ) Bentuk kristal pipih dengan melapis ( lamellar ) perlapisan yang nudah dikupas/dipisahkan. Contohnya : Mica, Talk, Chlorite.
Memencar ( Divergent ) Bentuk kristal yang tersusun menyerupai bentuki kipas terbuka. Contohnya : Gypsum, Millerite. Membulu ( Plumose ) Bentuk kristal yang tersusun membentuk tumpukan bulu. Contohnya : Mica c. Perawakan Berkelompok ( Rounded Habits ) o Mendada ( Mamillary) Bentuk kristal bulat-bulat menyerupai buah dada ( breast like ). Contohnya : Malachite, Opal, Hemimorphite. o Membulat ( Colloform ) Bentuk kristal yang menunjukan permukaan yang bulat-bulat. Contohnya : Glauconite, Cobaltite, Bismuth, Geothite, Franklinite, Smallite. o Membulat jari ( Colloform Radial ) Bentuk kristal yang membulat dengan struktur dalam memencar menyerupai bentuk jari. Contohnya : Pyrolorphyte. o Membutir ( Granular ) Kelompok kristal kecil yang berbentuk butiran. Contohnya : Olivine, Anhydrite, Chromite, Sodalite, Alunite. o Memisolit ( Pisolitin ) Kelompok kristal lonjong sebesar krikil, seperti kacang tanah. Contohnya : Gibbsite, Pisolitic Limestone. o Stalaktit ( Stalactitic ) Buku Panduan Praktikum Petrograf
Page 21
Bentuk kristal yang membulat dengan litologi gamping. Contohnya : Geothite. o Mengginjal ( Reniform ) Bentuk kristal yang menyerupai bentuk ginjal. Contohnya : Hematite. III. 5. 8 Berat Jenis (Specific Gravity) Berat jenis adalah angka perbandingan antara berat suatu mineral dibandingkan dengan berat air pada volume yang sama. Cara yang umum untuk menentukan berat jenis yaitu dengan menimbang mineral tersebut terlebih dahulu, misalnya beratnya x gram. Kemudian mineral ditimbang lagi dalam keadaan di dalam air, misalnya beratnya y gram. Berat terhitung dalam keadaan di dalam air adalah berat miberal dikurangi dengan berat air yang volumenya sama dengan volume butir mineral tersebut. Rumus perhitungan berat jenis:
Berat Jenis =
III. 5. 9 Sifat Dalam sifat mineral kita berusaha untuk mematahkan, memotong, menghancurkan, membengkokkan atau mengiris.Yang termasuk sifat ini adalah
Rapuh (brittle) : mudah hancur tapi bias dipotong-potong, contoh : kwarsa, orthoklas, kalsit, pirit.
Mudah ditempa (malleable) : dapat ditempa menjadi lapisan tipis, seperti : emas, tembaga.
Dapat diiris (secitile) : dapat diiris dengan pisau, hasil irisan rapuh, contoh : gypsum.
Fleksible : mineral berupa lapisan tipis, dapat dibengkokkan tanpa patah dan sesudah bengkok tidak dapat kembali seperti semula. Contoh : mineral talk, selenit.
Blastik : mineral berupa lapisan tipis dapat dibengkokkan tanpa menjadi patah dan dapat kembali seperti semula bila kita henikan tekanannya, contoh : muskovit.
Buku Panduan Praktikum Petrograf
Page 22
III. 5.10 Kemagnetan Merupakan sifat mineral terhadap gaya magnet. Dikatakan sebagai feromagnetik bila mineral dengan mudah tertarik gaya magnet seperti magnetic, phirhotit. Mineralmineral yang menolak gaya magnet disebut diamagnetic, dan yang tertarik lemah yaitu paramagnetic. Untuk melihat apakah mineral mempunyai sifat magnetic atau tidak kita gantungkan pada seutas tali/benang sebuah magnet, dengan sedikit demi sedikit mineral kita dekatkan pada magnet tersebut. Bila benang bergerak mendekati berarti mineral tersebut magnetic. Kuat tidaknya bias kita lihat dari besar kecilnya sudut yang dibuat dengan benang tersebut dengan garis vertikal. III. 5.11 Kelistrikan Sifat listrik mineral dapat dipisahkan menjadi dua, yaitu pengantar arus atau londuktor dan idak menghantarkan arus disebut non konduktor. Dan ada lagi istilah semikonduktor yaitu mineral yang bersifat sebagai konduktor dalam batas-batas tertentu. III. 5.12 Daya Lebur Daya
lebur
mineral
yaitu
meleburnya
mineral
apabila
dipanaskan,
penyelidikannya dilakukan dengan membakar bubuk mineral dalam api. Daya leburnya dinyatakan dalam derajat keleburan. III. 5.13 Transparansi Sifat transparan dari suatu mineral tergantung kepada kemampuan mineral tersebut men-transmit sinar cahaya ( berkas sinar ). Sesuai dengan itu, variasi jenis mineral dapat dibedakan menjadi : • Tembus (Transparant), contohnya : Kalsit, Kuarsa • Agak Tebus/Setengah Tembus (Translucens), contohnya : Opal • Tidak Tembus (Opaq), contohnya : Feldspar, Piroksen, Hornblende III. 5.14 Bau Buku Panduan Praktikum Petrograf
Page 23
Melalui gesekan dan penghilangan dari beberapa zat yang bersifat volitatile melalui pemanasan atau melalui penambahan suatu asam, maka kadang-kadang bau ( Odour ) akan menjadi cirri-ciri yang khas dari suatu mineral. Alliaceous
: Bau seperti bawang
Horse Radish Odour
: Bau dari lobak kuda yang menjadi busuk
Sulphurous
: bau belerang yang sangat menyengat
Bituminous
: bau seperti bau aspal
Fetid
: bau seperti telur busuk
Argillaceous
: bau seperti lempung basah
III. 5.15 Rasa Rasa hanya dipunyai oleh mineral-mineral yang bersifat cair : Astringet
: rasa yang umumnya dimiliki oleh sejenis logam
Sweetist Astringet Saline
: rasa seperti pada tawas
: rasa yang dimiliki garam
Alkaline: rasa seperti pada soda Bitter
: rasa seperti rasa garam pahit
Cooling : rasa seperti rasa sendawa Sour
: rasa seperti asam belerang
III. 5.16 Rabaan Kadang-kadang raba merupakan karakter yang penting. Misalnya, permukaan kristal yang bila diraba serasa menyentuh permukaan benda tertentu, ex: Mengusap talk serasa menyentuh permukaan sabun.
III. 6 Sifat- sifat optik dari mineral - mineral Sifat – sifat optik dari minera dapat diamati dengan menggunakan mikroskop dengan metode tanpa nikol (nikol sejajar) maupun dengan nikol (nikol bersilang) III.6.1
Pengamatan Tanpa Nikol (Nikol Sejajar)
Buku Panduan Praktikum Petrograf
Page 24
Sifat-sifat optik yang dapat diamati adalah ketembusan cahaya, inklusi, ukuran, bentuk, belahan dan pecahan, indeks bias dan relief, warna, dan pleokroisme.
Ketembusan Cahaya Berdasar atas sifatnya terhadap cahaya, mineral dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu mineral yang tembus cahaya/transparent dan mineral tidak tembus cahaya /mineral opak/mineral kedap cahaya. Di bawah ortoskop semua mineral kedap cahaya tampak sebagai butiran yang gelap/hitam. Mineral jenis ini tidak dapat dideskripsikan dengan mikroskop polarisasi, dan dapat dipelajari lebih lanjut dengan mikroskop pantulan. Mineral tembus cahaya dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu mineral berwarna dan mineral tidak berwarna.
Gambar 1.2 Opacity pada mineral
Inklusi Pada kristal tertentu, selama proses kristalisasi sebagian material asing yang terkumpul pada permukaan bidang pertumbuhannya akan terperangkap dalam kristal, dan seterusnya menjadi bagian dari kristal tersebut. Material tersebut dapat berupa kristal yang lebih kecil dari mineral yang berbeda jenisnya, atau berupa kotoran/impurities pada magma, dapat juga berupa fluida baik cairan ataupun gas. Kungkungan dapat dikenali di bawah mikroskop tanpa nikol apabila terdapat perbedaan antara bahan inklusi dengan kristal yang mengungkungnya, misalnya pada ketembusannya, relief maupun perbedaan warna. Bidang batas antara inklusi dengan mineral yang mengungkungnya dapat bersifat seperti batas bidang kristal biasa.
Ukuran mineral
Buku Panduan Praktikum Petrograf
Page 25
Ukuran mineral dapat dinyatakan secara absolut dalam mm atau cm dan sebagainya. Pengukuran lebar dan panjang atau diameter mineral dapat dilakukan dengan bantuan lensa okuler yang berskala.
Bentuk mineral Pengamatan bentuk mineral dilakukan dengan melihat atau mengamati bidang batas/garis batas mineral tersebut. Hal yang perlu diperhatikan adalah apakah kristal tumbuh secara bebas di dalam media cair atau gas, ataukah pertumbuhan tersebut terhalang oleh butir-butir mineral yang tumbuh di sekitarnya, hal ini akan memberikan kenampakan bidang batas yang relatif berbeda.
Apabila kristal tersebut dibatasi oleh bidang kristalnya sendiri secara keseluruhan maka kristal disebut mempunyai bentuk euhedral (gambar a).
Apabila kristal tersebut dibatasi oleh hanya sebagian bidang kristalnya sendiri maka kristal disebut mempunyai bentuk subhedral (gambar b).
Apabila kristal tersebut tidak dibatasi oleh bidang kristalnya sendiri secara keseluruhan maka kristal disebut mempunyai bentuk anhedral (gambar c).
Parameter lain untuk menyatakan bentuk adalah jumlah dan perbandingan panjang bidang-bidang batas kristal, terutama untuk kristal-kristal yang euhedral. Istilah yang sering digunakan antara lain: prismatik, tabular, granular, lathlike, fibrous, foliated, radiated, dan sebagainya. Untuk kristal yang dalam pertumbuhannya terhalang oleh kristal yang lain atau juga terhalang magma yang kental, sering menghasilkan bentuk “incipient crystals”.
Buku Panduan Praktikum Petrograf
Page 26
Belahan Belahan dalam sayatan mineral bisa terlihat dalam bentuk garis-garis yang teratur sepanjang bidang belahannya, di mana kenampakannya bisa sangat baik, baik, buruk atau tidak ada. Dalam hal tertentu sebaiknya orientasi belahan inii ditentukan kedudukannya terhadap sumbu kristalnya. Belahan merupakan sifat fisikyang tetap pada satu jenis mineral yang menunjukkan sifat khas dari struktur atom di dalamnya. -
Belahan satu arah Beberapa mineral dicirikan oleh adanya belahan pada satu arah saja, misalnya pada semua mineral mika. Bidang-bidang belahan akan nampak sebagai garis lurus yang sejajar satu dengan yang lain pada sayatan yang
Buku Panduan Praktikum Petrograf
Page 27
dipotong miring atau sejajar terhadap sumbu kristal atau memotong arah bidang belahan. Sedangkan sayatan yang tegaklurus sumbu kristal atau sejajar bidang belahan, maka belahan tidak akan nampak sama sekali.
Pecahan Pecahan atau fracture adalah kecenderungan dari suatu mineral untuk pecah dengan cara tertentu yang tidak dikontrol oleh struktur atom seperti halnya belahan. Jenis-jenis pecahan yang khas antara lain pecahan seperti gelas (subconchoidal fracture) pada kuarsa, pecahan memotong pada olivin, ortopiroksen dan nefelin.
Indeks Bias dan Relief
Buku Panduan Praktikum Petrograf
Page 28
Relief adalah ekspresi dari cahaya yang keluar dari suatu media kemudian masuk ke dalam media yang lain yang mempunyai harga indeks bias yang berbeda, sehingga cahaya tersebut mengalami pembiasan pada batas kontak kedua media tersebut. Semakin besar perbedaan harga indeks bias antara kedua media, maka semakin jelas bidang batas natara keduanya. Sebaliknya semakin kecil perbedaan harga indeks bias, maka kenampakan bidang batas antar mineral akan semakin kabur. Untuk mempermudah pengamatan relief di bawah ortoskop, maka sayatan mineral/batuan dilekatkan pada kaca dengan menggunakan media balsam kanada yang mempunyai relief nol (sebagai standar) dengan n = 1.537. Dalam pengamatan dan penilaian relief mineral secara relatif, maka harga relief mineral harus dibandingkan dengan relief standar balsam kanada (n = 1.537) atau relief kuarsa (n = 1.544). setiap mineral yang mempunyai indeks bias kurang dari relief standar disebut memiliki relief negatif, sedangkan mineral yang memiliki indeks bias lebih besar dari standar disebut memiliki relief positif. Cara untuk membedakan jenis relief adalah dengan menggunakan metode garis Becke. Selain penilaian relief Relief tinggipositif/negatif, harga relief suatu mineral juga dinilai berdasar n < 1.443 Contoh: fluorit (n=1.434) tingkatan perbedaan harga indeks bias dengan n standar. Setiap mineral yang mempunyai n relatif dekat dengan n standar yaitu antara 1.545 – 1.599 maka disebut Relief sedang Relief n = 1.494 -1.443 Zeolit (n=1.480) negatif memiliki relief positif rendah. Relief rendah
Relief nol
Relief positif
n = 1.543 -1.493
Plagioklas asam(n=1.518-1.533) nefelin (n=1.526 - 1.546)
Balsam kanada n = 1.537 atau kuarsa nω = 1.544
Relief rendah
n = 1.545 -1.599
Plagioklas basa, klorit,muskovit
Relief sedang
n = 1.600 -1.699
amfibol, turmalin, andalusit, apatit, Biotit, piroksen, olivin
Relief tinggi
n > 1.699 Buku Panduan Praktikum Petrograf
Olivin, piroksen, kianit, sfen
Tabel 1.1 Harga index bias dan relief beberapa jenis mineral dibandingkan dengan n standar
Page 29
Gambar 1.6 Metode garis Becke, (A) mikroskop saat fokus (B) tubus dinaikkan garis putih bergerak ke arah dalam, n mineral > n standar; (C) garis Becke bergerak ke luar, n mineral < n standar
Warna dan pleokroisme Warna yang tampak pada mikroskop polarisasi adalah warna yang dihasilkan oleh oleh sifat cahaya yang bergetar searah dengan arah polarisator. Pada mineral yang bersifat isotropik hanya terdapat satu warna saja yang tidak berubah sama sekali walaupun meja objek diputar, sedangkan pada mineral yang bersifat anisotropik, dapat terjadi dua atau tiga warna yang berbeda tergantung pada arah sayatan mana yang diamati. Seluruh mineral yang menampakkan lebih dari satu warna disebut pleokroik, yang dicirikan oleh dua warna disebut dikroik, dan tiga warna disebut trikroik. Dengan demikian mineral yang isotropik selalu tidak mempunyai pleokroisme, mineral anisotropik sumbu satu akan memiliki pleokroisme dikroik (apabila disayat tidak tegak lurus sumbu optik) dan tanpa pleokroisme (apabila disayat tegak lurus
Buku Panduan Praktikum Petrograf
Page 30
sumbu optik), dan mineral anisotropik sumbu dua akan bersifat trikroik, dikroik, maupun tanpa pleokroisme, tergantung sudut sayatannya. III.6.2
Pengamatan Dengan Nikol (Nikol Bersilang) Pengamatan ortoskopik nikol bersilang (crossed polarized light) dimaksudkan
bahwa dalam pengamatannya digunakan analisator bersilangan dengan polarisator (sinar diserap dalam dua arah yang saling tegak lurus). Sifat yang dapat diamati adalah sifat optik yang berhubungan dengan kedudukan dan jumlah sumbu optik. Sifat optik yang diamati antara lain warna interferensi, gelapan dan kedudukan gelapan serta kembaran.
Warna Interferensi Warna interferensi adalah sifat optik yang sangat penting, namun penjelasannya cukup rumit, sehingga kita harus memahami konsep dasarnya secara bertahap. Pada posisi sumbu sinar sembarang terhadap arah getar polarisator inilah, komponen sinar lambat dan cepat tidak diserap oleh analisator, sehingga dapat diteruskan hingga mata pengamat. Karena perbedaan kecepatan rambat sinar cepat dan lambat inilah, maka terjadi yang disebut sebagai beda fase atau retardasi. Semakin besar selisih indeks bias, semakin besar beda fase/retardasinya. Warna interferensi dapat ditentukan dengan memutar meja objek yang terdapat sayatan mineral hingga diperoleh terang maksimal. Warna terang tersebut dicocokkan dengan tabel interferensi Michel – Levy Chart. - polariser + analyser - polariser + isotropic mineral + analyser - polariser + anisotropic mineral + analyser (position perpendicular to the optic axis) - polariser + anisotropic mineral + analyser. Specific position: extinction position - polariser + anisotropic mineral + analyser. General position: interference colour
Buku Panduan Praktikum Petrograf
Page 31
Tanda rentang optik Tanda rentang optik adalah istilah untuk menunjukkan hubungan antara sumbu kristalografi (terutama arah memanjangnya kristal) dengan sumbu sinar cepat (x) dan lambat (z). Tujuannya adalah menentukan sumbu sinar mana (x atau z) yang kedudukannya berimpit atau dekat (menyudut lancip) dengan sumbu panjang kristal. Dengan demikian, TRO hanya dimiliki oleh mineral yang memiliki belahan satu arah atau arah memanjangnya mineral (sumbu c). Jenis tanda rentang optik yaitu : - Length slow (+) = sumbu c berimpit /menyudut lancip dengan arah getar sinar lambat (sumbu z). Keadaan ini dinamakan Addisi yaitu penambahan orde warna interferensi pada saat kompensator digunakan. - Length fast (-) = sumbu c berimpit/menyudut lancip dengan arah getar sinar cepat (sumbu x). Keadaan ini dinamakan Substraksi yaitu pengurangan orde warna interferensi pada saat kompensator digunakan. Penentuan tanda rentang optik dilakukan dengan pengamatan nikol bersilang dengan menggunakan kompensator (keping gips/baji kuarsa). Cara menentukan orientasi optik dan sudut gelapan antara lain: - Letakkan mineral pada posisi sumbu panjang (c) sejajar PP (vertikal) - Putar meja objek sehingga pada terang max - Catat warna interferensinya, orde…
Buku Panduan Praktikum Petrograf
Page 32
- Masukkan keping kompensator, perhatikan gejala yang terjadi, addisi atau subtraksi - Jika subtraksi = z kompensator tegak lurus z indikatriks mineral, à length fast, TRO negatif - Jika addisi = z kompensator sejajar z indikatriks mineral, à length slow, TRO positif - Putar meja ke kiri hingga gelap maks, pada kedudukan ini z atau g sejajar atau tegaklurus PP, catat kedudukan ini Ao - Putar kembali meja objek hingga sumbu panjang kristal sejajar PP, catat kedudukannya Bo - Sudut gelapannya = A-B
Kembaran Selama pertumbuhan kristal atau pada kondisi tekanan dan temperatur tinggi, dua atau lebih kristal intergrown dapat terbentuk secara simetri. Simetri intergrown inilah yang dikenal sebagai kembaran. Kembaran hanya dapat diamati pada nikol bersilang karena kedudukan kisi pada dua lembar kembaran yang berdampingan saling berlawanan, sehingga kedudukan gelapan dan warna interferensi maksimalnya berlainan. Secara genesa, kembaran dapat terbentuk dalam tiga proses yang berbeda yaitu kembaran tumbuh, transformasi, dan deformasi 1.
Kembaran tumbuh/Growth Twins Kembaran ini terbentuk bersamaan pada saat kristalisasi atau pertumbuhan
kristal, di mana dua unit kristal berbagi dan tumbuh dari satu kisi yang sama dengan orientasi berlawananJenis kembaran ini terbagi atas kembaran kontak dan kembaran penetrasi. Contoh jenis kembaran ini adalah kembaran carlsbad pada ortoklas dan kembaran albit pada plagioklas.
Buku Panduan Praktikum Petrograf
Page 33
2.
Kembaran transformasi Kembaran ini dapat terjadi karena kristal mengalami transformasi karena
perubahan P dan T terutama karena perubahan T. Hal ini hanya dapat terjadi pada kristal yang mempunyai struktur dan simetri yang berbeda pada kondisi P dan T yang berbeda. Pada saat P&T berubah, bagian tertentu dari kristal ada yang stabil ada yang mengalami perubahan orientasi kisi, sehingga terjadi perbedaan orientasi pada bagian berbeda dari kristal. Contoh: kembaran dauphin dan kembaran brazil pada kuarsa terbentuk karena penurunan T. Contoh lain adalah kembaran periklin yang terjadi pada saat sanidin (monoklin, high T) berubah menjadi mikroklin (triklin, low T).
Buku Panduan Praktikum Petrograf
Page 34
3.
Kembaran Deformasi/Deformation Twins Kembaran ini terjadi setelah kristalisasi, pada saat kristal telah padat.
Karena deformasi (perubahan P) atom pada kristal dapat terdorong dari posisi semula. Apabila perubahan posisi ini terjadi pada susunan yang simetri, akan menghasilkan kembaran. Contoh kembaran jenis ini adalah polisintetik pada kalsit.
Gambar 1.10 Kembaran deformasi (kanan: kembaran polisintetik plagioklas)
Jenis-jenis kembaran : Pada sistem monoklin: Kembaran Manebach Kembaran swallow tail Kembaran Carlsbad penetrasi Kembaran Baveno
Pada sistem heksagonal: Kembaran Brasil Kembaran Dauphine Kembaran Jepang
Pada sistem triklinik: Kembaran Albit
Pada sistem tetragonal: Kembaran rotasi/putaran
Kembaran Periklin Pada sistem ortorombik: Kembaran rotasi Kembaran staurolit
Buku Panduan Praktikum Petrograf
Pada sistem isometrik: kembaran spinel kembaran besi
Page 35
Gelapan dan kedudukan gelapan Pada pengamatan nikol bersilang, gelapan (keadaan di mana mineral gelap maksimal) dapat terjadi karena tidak ada cahaya yang diteruskan oleh analisator hingga mata pengamat. Pada zat anisotropik syarat terjadinya gelapan adalah kedudukan sumbu sinar berimpit dengan arah getar polarisator dan/atau analisator. Sumbu sinar = sinar cepat (x) dan sinar lambat (z). Sehingga dalam putaran 360 o akan ada empat kedudukan gelapan. Sebaliknya kedudukan terang maksimal (warna interferensi maksimal) terjadi pada saat sumbu sinar membuat sudut 45o terhadap arah getar PP dan AA. - Gelapan sejajar/paralel Kedudukan gelapan di mana sumbu panjang kristal (sumbu c) sejajar dengan arah getar PP dan/atau AA. Sehingga dapat dikatakan sumbu optik berimpit dengan sumbu kristalografi. - Gelapan miring Kedudukan gelapan di mana sumbu panjang kristal (sumbu c) menyudut terhadap arah getar PP dan/atau AA. Sehingga dapat dikatakan sumbu optik menyudut terhadap sumbu kristalografi - Gelapan bergelombang Terjadi pada mineral yang mengalami tegangan/distorsi sehingga orientasi sebagian kisi kristal mengalami perubahan berangsur, dan kedudukan gelapan masing2 bagian agak berbeda. - Gelapan bintik/mottled extinction
Buku Panduan Praktikum Petrograf
Page 36
Umumnya terjadi pada mineral silikat berlapis (mika), hal ini terjadi karena perubahan orientasi kisi kristal secara lokal, sehingga tidak seluruh bagian kristal sumbu sinarnya berorientasi sama.
Buku Panduan Praktikum Petrograf
Page 37
Sifat Optik Rock Forming Minerals 1.
2.
3.
KUARSA Colorless, relief rendah Bentuk tak beraturan, dalam batuan umumnya anhedral Tidak punya belahan Gelapan bergelombang Warna interferensi abu2 orde1 TO sumbu I (+)
ORTOKLAS Colorles tapi agak keruh, relief rendah Pada sayatan 001 terlihat kembaran carlsbad WI abu2 terang orde I TO sumbu 2 (-)
PLAGIOKLAS Colorles tapi agak keruh, relief rendah-sedang kembaran albit atau carlsbad-albit WI abu2 terang orde I TO sumbu 2 (-) dan (+)
Buku Panduan Praktikum Petrograf
Page 38
4. 5.
5.
6.
7.
9. 10.
KLINO PIROKSEN (AUGIT, DIOPSID) Warna bening, abu-abu kecoklatan, prismatik, sayatan//c belahan 1arah, sayatan tegak lurus c belahan 2 arah 90o Gelapan miring, augit 45-54o diopsid 37-44o TO (+) sb2
ORTOPIROKSEN (ENSTANTIN, HIPERSTEN) Sifat optik sama dengan klinopiroksen Yang membedakan adalah gelapannya sejajar (klino=miring) TO sumbu 2 (-) hipersten (+) enstatit
8.
OLIVIN Abu2 agak kehijauan-transparan Relief tinggi Bentuk poligonal/prismatik Pecahan tak beraturan, tanpa belahan WI orde II Pada bidang pecahan/rekahan sering teralterasi menjadi serpentin
HORNBLENDE Warna kehijauan/kecoklatan, relief tinggi, pleokroisme kuat (dikroik/trikroik), belahan 1 arah atau 2 arah 120o, bentuk prismatik (biasanya memanjang), gelapan miring 12-30o BIOTIT Warna coklat, kemerahan, kehitaman Bentuk berlembar Pleokroisme kuat Gelapan sejajar
MUSCOVIT Bentuk dan sifat optik lain mirip biotit, warna colorless
KALSIT Colorless Belahan sempurna tiga arah Biasganda sangat tinggi TO I (-)
Buku Panduan Praktikum Petrograf
Page 39
11.
TREMOLIT – AKTINOLIT Warna colorless-agak kehijauan, bentuk prismatik memanjang/kolumnar, pleokroisme lemah, gelapan miring 10-20o Untuk bentuk dan sifat optik yang sama, warna kebiruan dengan sudut gelapan 4-6 o =glaukofan
BAB IV KLASIFIKASI BATUAN IV.1 BATUAN BEKU Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari pembekuan magma. Magma adalah zat cair liat pijar panas yang merupakan senyawa silikat dan ada di bawah kondisi tekanan dan suhu tinggi di dalam tubuh bumi. Proses pembekuan merupakan proses Buku Panduan Praktikum Petrograf
Page 40
perubahan fase dari fase cair menjadi fase padat. Proses pembekuan magma akan sangat berpengaruh terhadap tekstur dan struktur primer batuan sedangkan komposisi batuan sangat dipengaruhi oleh sifat magma asal. Pada saat proses pembekuan magma apabila terdapat cukup energi pembentukan kristal maka akan terbentuk kristal-kristal yang berukuran besar sedangkan bila energi pembentukan rendah akan terbentuk kristal yang berukuran halus. Bila pendinginan berlangsung sangat cepat maka kristal tidak terbentuk dan cairan magma membeku menjadi gelas. KLASIFIKASI BATUAN BEKU Dasar Klasifikasi Batuan Beku Klasifikasi kimia • Kelimpahan/kejenuhan SiO2 felsic & mafic Klasifikasi petrografi: • Kriteria tekstur • Indeks warna (CI), min gelap CI > 40, min terang CI < 40 • Kelimpahan mineral tertentu, biasanya olivin, piroksen, hornblende, plagioklas, K felspar, Quartz dan felspatoid
Buku Panduan Praktikum Petrograf
Page 41
IGNEOUS ROCK CLASSIFICATION COLOR
LIGHT COLORED
MEDIUM COLOR
DARK COLOR
CHEMISTRY
FELSIC
INTERMEDIATE
MAFIC
ULTRA MAFIC
COARSE GRAINED
GRANITE
DIORITE
GABBRO
PERIDOTITE
FINE GRAINED
RHYOLITE
ANDESITE
BASALT
KOMATIITE
A PEGMATITE is an igneous rock distinguished by its abnormally large crystals. The crystals are normally larger that a few centimeters and can often be dozens of centimeters long or much longer (meters long). Unlike other PEGMATITE
igneous rocks that develop from the molten state, pegmatites grow from aqueous solutions. The solutions allow for ease of movement of the nutrients to the site of crystal growth. Thus pegmatites can produce large crystals in a short (geologically) period of time. A PORPHYRITIC rock is and igneous rocks that contains two distinct crystal sizes. These distinctly different crystal sizes were produced by different cooling of the liquid rock. Large crystals form slowly beneath the surface of the
PORPHYRITIC
Earth and small crystals form when rapid cooling takes place (normally at or near the surface). The large crystals in a porphyry are called phenocrysts. The term PORPHYRITIC is used as an adjective to describe this distinct texture of igneous rock, e. g., a PORPHYRITIC basalt.
GLASSY
Glassy igneous rocks are formed by very rapid cooling. No crystals were formed during the cooling process. Examples are OBSIDIAN and PUMICE. Fragmental igneous rocks are produced when existing igneous rocks are put under stress or moved causing them to fracture.
FRAGMENTAL
These fragments are then fused to form a new rock. Obviously their is little change in the composition of the rocks. VOLCANIC AGGLOMERATES or VOLCANIC BRECCIAS are examples of the igneous rock type.
KLASIFIKASI BATUAN BEKU PLUTONIK ( IUGS )
KLASIFIKASI BATUAN BEKU VOLKANIK ( IUGS )
IV.1.1 BATUAN BEKU INTERMEDIATE JENUH SILIKA
Tipe Volkanik Andesit Tekstur : porfiritik, pilotasitik, fenokris plagioklas dan mineral-mineral mafik ; olivine, augit, hipersten, hornblende dan biotit, - Andesit olivin (olivine andesite) andesit basaltik (basaltic andesite)Transisi basalt tholeiitik, komposisi mineralogi penciri ; olivin dan labradorit - Andesit piroksen (pyroxene andesite) - Dominan mineral mafik piroksen ; hipersten, augit melimpah zoning plagioklas, andesit hornblende dan andesit biotit - Hornblende and biotit andesite
Latit (latite = trachyandesite) Tekstur : porfiritik, pilotasitik, fenokris plagioklas (andesin atau oligoklas), sering dijumpai sanidin atau anorthoklas menyelimuti plagioklas Piroksen ; diopsidic augite , aigerin-augit menyertai augit dalam tipe alkali. Trakhit (trachyte) Tekstur trakhitik (trachytic texture), alkali felsdpart > 80 % (modal) ; sanidin atau anorthoklas plagioklas (oligoklas atau andesin) olivin (fayalit), clinopiroksen, amfobol dan biotit - Trakhit piroksen (pyroxene trachyte) Dominan mineral mafik piroksen ; diopsidic px atau aegerin-augit, sanidin dominan, plagioklas (andesin atau oligoklas), andesit hornblende dan andesit biotit - Hornblende and biotit trachyte Trakhit melimpah sanidin dan sedikit oligoklas, hornblende, biotit dan diopsid Trakhit peralkalin (peralkaline trachyte)trakhit dominan mineral mafik ; aegerin, reibekit, arfvedsonit (atau cossyrit) dan sedikit fayalit - Keratophyres plagioklas ; albit-oligoklas, reibekit/aegerin, clorit, epidot, uralit
Tipe Plutonik Diorit Tekstur : tekstur granitik (hypidiomorfic granular), poikilitik dan kadang porfiritik, fenokris plagioklas ; andesin atau oligoklas dan mineral-mineral mafik utama ; hornblende dan biotit - diorit porfir (diorite porphyries) tekstur porfiritik dengan fenokris zoning plagioklas,hornblende, biotit, kadangkadang quartz dalam masa dasar anhedral- mafic diorit (meladiorites, IUGS)
granular.
CI tipikal diorit, tetapi mengandung hornblende dan plagioklas ; andesit atau oligoklas, Komposisi SiO2 (45 %) - hornblendite Diorit dengan kendungan hornblende tinggi Monzonit = syenodiorit Tekstur : tekstur granitik (hypidiomorfic granular), myrmekite, poikilitik dan kadang porfiritik, 1/3 Ftot< KF<2/3 Ftot, Quartz < 5 %, fenokris plagioklas; andesin atau oligoklas dan mineral-mineral mafik utama ; hornblende, biotit dan augit (jarang) - monzonit porfir (maonzonite porphyries) Tekstur porfiritik dengan fenokris zoning plagioklas, orthoklas, perhite, mineral mafik jarang,
masa dasar integrowthsodic plagioklas dan
orthoklas, hornblende, augit, biotit, apatit, spene. Syenit Tekstur : tekstur granitik (hypidiomorfic granular), poikilitik dan
kadang
porfiritik KF > 2/3 Ftot,`Quartz < 5 %, fenokris plagioklas ; andesin atau oligoklas dan mineral-mineral mafik utama ; hornblende dan biotit, aegerinaugit, aegerin spene, apatit, zircon - alkali syenit (porfir) KF tinggi =< 95 % Ftot, Quartz < 5 %, orthoklas, mikroklin, albit atau oligoklas, micro-perhite Quartz, Foid , minor. - alkali lime syenit high sodic plagioclase (5 - 30) % modal feldspar mineral mafik; hornblende, biotit, diopsidik augit.
IV.1.2 BATUAN BEKU ASAM (LEWAT JENUH SILIKA) High modal Quartz > 20 % Alkali feldspar
Tipe Plutonik
< 10 % Ftot 10 - 35 % Ftot > 35 % Ftot
Tonalit Granodiorit Granit
Tipe Voklanik Dasit Riolit
KLASIFIKASI BATUAN BEKU ASAM
Tipe Plutonik Tekstur : tekstur granitik, subhedral granular (hypidiomorfic granular), graphic (micrographic), granophyre, myrmekite, porphyry, high modal Quartz > 20 % (anhedral), orthoklas, mikroklin, plagioklas, muskovite Granit Komposis mineralogi ; orthoklas dan mikroklin, Quartz calalkalin granit mengandung biotit, hornblende, piroksen jarang alkali granit mengandung amphibol ; hastingsit, riebeckit dan arfvedsonit (anhedral).
Adamelit Alkali Feld. 35 - 65 % Ftot granophyre granophric tekxture mineral mafik hedenbergite, fayalite dan dlm batuanperalkalin dijumpai reibeckit. Granodiorit dan Tonalit Quartz > 20 % KF < 10 %
Ftot (Tonalit)
KF 10 - 35 %
Ftot (Granodiorit)
mineral-mineral mafik biotit, hornblende Felsik Tonalit = trondhjemite Plagioklas (andesin aatau oligoklas), Quartzz, dan KF dan biotit kelimpahan sedikit
Tipe Volkanik Tekstur : porfiritik, afanitik atau glassy , aphrik, hylophitik Komppsisi Mineral : Quartz ( tridimit, kristobalit) fenokris plagioklas radialy fibrus spherulites Dasit Fenokris ; plagioklas (lab- olig), Quartz, sanidin beberapa mineral mafik piroksen, hornblende (cumingtonit), biotit . Massa dasar gelasan Rhyolite potassic type, Sanidin, bipiramidal Quartz, biotit, hornblende, diopsidic augit Sodic/peralkaline type Sanidin, anarthoklas, albit , bipiramidal Quartz
IV.1.3 BATUAN BEKU BASA FELSPATHOID : BASA DAN ULTRABASA
Tipe Plutonik Diorit Tekstur : tekstur granitik (hypidiomorfic granular), poikilitik dan kadang porfiritik. Fenokris plagioklas ; andesin atau oligoklas dan mineral-mineral mafik utama ; hornblende dan biotit. - diorit porfir (diorite porphyries) Tekstur porfiritik dengan fenokris zoning plagioklas, hornblende, biotit, kadang-kadang quartz dalam masa dasar anhedral-granular. - mafic diorit (meladiorites, IUGS) CI tipikal diorit, tetapi mengandung hornblende dan plagioklas ; andesit atau oligoklas. Komposisi SiO2 (45 %) - hornblendite Diorit dengan kendungan hornblende tinggi
Tipe Volkanik Andesit Tekstur : porfiritik, pilotasitik fenokris plagioklas dan mineral-mineral mafik ; olivine, augit, hipersten, hornblende dan biotit - andesit olivin (olivine andesite) andesit basaltik (basaltic andesite) Transisi basalt tholeiitik, komposisi mineralogi penciri ; olivin dan labradorit - andesit piroksen (pyroxene andesite) Dominan mineral mafik piroksen ; hipersten, augit melimpah zoning plagioklas. - hornblende and biotit andesite Andesit hornblende dan andesit biotit
IV.1.3 BATUAN BEKU BASA NON-FELSPATHOID Klasifikasi basalt normativ (yodar & tilley, 1962) 1. tholeiit (a). thileiit lewat jenuh (oversaturated tholeiite) normativ quartz dan hipersten (b). tholeiit jenuh (saturated tholeiite) normativ hipersten 2. tholeiit olivin tak jenuh (undersaturated olivine tholeiite) normativ hipersten dan olivin 3. tholeiit olivin (olivine tholeiite)/ basalt olivin (olivine basalt) normativ olivin 4. basalt olivine alkali (alkali olivine basalt) normativ olivine dan nefelin 5. Basanit (basanite) normatif olivin dan nefelin
KLASIFIKASI BATUAN BEKU PLUTONIK BASA (IUGS)
Gambar. Comparison Chart For Visual Percentage Estimation (After Terry and Chilingar, 1955).
IV.2 BATUAN SEDIMEN IV.2.1
BATUAN SEDIMEN KLASTIK
IV.2.2
BATUAN SEDIMEN KARBONAT Klasifikasi pada batuan sedimen karbonat dapat diklasifikasikan menurut klasifikasi Dunham (1962) yang kemudian dikembangkan menjadi klasifikasi Embry & Klovan (1971), klasifikasi Folk (1959) dan klasifikasi untuk batuan campuran silisiklastik-karbonat yaitu Klasifikasi Mount (1985). A. Klasifikasi Dunham (1962) dan Embry & Klovan (1971) Klasifikasi Dunham (1962) didasarkan pada tekstur deposisi dari batugamping. Karena menurut Dunham, dalam sayatan tipis, tekstur deposisional merupakan aspek yang tetap. Kriteria dasar dari tekstur deposisi yang diambil Dunham (1962) berbeda dengan Folk (1959). Dasar yang dipakai oleh Dunham untuk menentukan tingkat energi adalah fabrik batuan. Bila batuan bertekstur mud supported diinterpretasikan terbentuk pada energi rendah karena Dunham beranggapan lumpur karbonat hanya terbentuk pada lingkungan yang berarus tenang. Sebaliknya Dunham berpendapat bahwa batuan dengan fabrik grain supported terbentuk pada energi gelombang kuat sehingga hanya komponen butiran yang dapat mengendap. Batugamping dengan kandungan beberapa butir (< 10 %) di dalam matrikss lumpur karbonat disebut mudstone, dan bila mudstone tersebut mengandung butiran tidak saling bersinggungan disebut wackestone. Lain halnya bila antar butirannya saling bersinggungan disebut packstone atau grainstone; packstone mempunyai tekstur grain-supported dan biasanya memiliki matriks mud. Dunham memakai istilah boundstone untuk batugamping dengan fabrik yang mengindikasikan asal-usul komponen-komponennya yang direkatkan bersama selama proses deposisi (misalnya : pengendapan lingkungan terumbu). Dalam hal ini boundstone ekuivalen dengan istilah biolithite dari Folk. Klasifikasi
Dunham
(1962)
memiliki
kemudahan
dan
kesulitan.
Kemudahannya adalah tidak perlunya menentukan jenis butiran dengan detail karena tidak menentukan dasar nama batuan. Kesulitan adalah di dalam sayatan
petrografi, fabrik yang menjadi dasar klasifikasi kadang tidak selalu terlihat jelas karena di dalam sayatan hanya memberi kenampakan dua dimensi, oleh karena itu harus dibayangkan bagaimana bentuk tiga dimensi batuannya agar tidak salah dalam penafsirannya. Embry dan Klovan (1971) mengembangkan klasifikasi Dunham (1962) dengan membagi batugamping menjadi dua kelompok besar yaitu autochtonous limestone dan allochtonous limestone berupa batugamping yang komponenkomponen penyusunnya tidak terikat secara organis selama proses deposisi. Pembagian allochtonous dan autochtonous limestone oleh Embry dan Klovan (1971) telah dilakukan oleh Dunham (1962) hanya saja tidak terperinci. Dunham hanya memakainya sebagai dasar penglasifikasiannya saja antara batugamping yang tidak terikat (packstone, mudstone, wackestone, grainstone) dan terikat (boundstone) ditegaskan. Sedangkan Embry dan Klovan (1971) membagi lagi boundstone menjadi tiga kelompok yaitu framestone, bindstone,dan bafflestone, berdasarkan atas komponen utama terumbu yang berfungsi sebagai perangkap sedimen. Selain itu juga ditambahkan nama kelompok batuan yang mengandung komponen berukuran lebih besar dari 2 cm > 10 %. Nama yang mereka berikan adalah rudstone untuk component-supported dan floatstone untuk matrix supported.
Tabel Klasifikasi Embry & Klovan (Reijers & Hsü, 1986)
Kelebihan yang lain dari klasifikasi Dunham (1962) adalah dapat dipakai untuk menentukan tingkat diagenesis karena apabila sparit dideskripsi maka hal ini bertujuan untuk menentukan tingkat diagenesis.
Tabel Klasifikasi Dunham (1962)
B. Klasifikasi Folk (1959) Dasar klasifikasi Folk (1959) yang dipakai dalam membuat klasifikasi ini adalah bahwa proses pengendapan pada batuan karbonat sebanding dengan batupasir, begitu juga dengan komponen-komponen penyusun batuannya, yaitu : a. Allochem Analog dengan pasir atau gravel pada batupasir. Ada empat macam allochem yang umum dijumpai yaitu intraklas, oolit, fosil dan pellet b. Microcrystalline calcite ooze Analog dengan matrik pada batupasir. Disebut juga micrite (mikrit) yang tersusun oleh butiran berukuran 1- 4 μm. c. Sparry calcite (sparit) Analog sebagai semen. Pada umumnya dibedakan dengan mikrit karena kenampakannya yang sangat jernih. Merupakan pengisi rongga antar pori.
Tabel Klasifikasi Folk (1959) C. Klasifikasi Mount (1985) Klasifikasi Mount (1985) merupakan klasifikasi deskriptif. Menurutnya sedimen campuran memiliki empat komponen : (1) Silisiclastic sand (kuarsa, feldspar yang berukuran pasir), (2) Mud campuran silt dan clay), (3) Allochem butiran karbonat seperti pelloid, ooid, bioklas, dan intraklas yang berukuran >20 µm), dan lumpur karbonat atau mikrit (berukuran <20 µm). Komponen-komponen tersebut suatu tetrahedral yang memiliki pembagian delapan kelas umum dari sedimen campuran. Nama-nama tiap kelas menggambarkan baik tipe butir dominan maupun komponen antitetik yang melimpah sebagai contoh : batuan yang mengandung material silisiklastik >50 %
berukuran pasir dengan sedikit allochem maka disebut allochemical sandstone. Diagram klasifikasi Mount (1985) dapat dilihat pada gambar dibawah.
SILISICLASTIC >
SAND >
ALLOCHEMS >
NAME
yes
allochemical sandstone
no
micrite sandstone
yes
allochemical mudrock
no
micrite mudrock
yes
sandy allochem limestone
no
sandy micrite
yes
muddy allochem limestone
no
muddy micrite
yes yes no
yes no no
Tabel Klasifikasi Mount untuk penamaan batuan campuran silisiklastik-karbonat (Mount,1985)
IV.3 BATUAN METAMORF Metamorfosa adalah suatu proses pengubahan batuan akibat perubahan P (tekanan), T (temperatur) atau kedua-duanya. Proses metamorfosa merupakan proses isokimia yang tidak terjadi penambahan unsur-unsur kimia. Temperatur yang dibutuhkan berkisar antara 2000 C - 8000C. Proses metamorfosa berjalan tanpa melalui fase cair. Akibat metamorfosa adalah batuan keluar dari kondisi kesetimbangan lama dan memasuki kondisi kesetimbangan yang baru. Perubahan yang terjadi pada tekstur dan assosiasi mineral, sedangkan yang tetap komposisi kimia, fase padat (tanpa melalui fase cair). KLASIIKASI BATUAN METAMORF Klasifikasi batuan metamorf dapat terbagi berdasarkan komposisi kimia dan tekstur. IV.3.1. Klasifikasi berdasarkan komposisi kimia batuan metamorf a. Batuan metamorf sekis pelitik Merupakan batuan sekis yang banyak mengandung Al Di darat berasal dari : lempung, serpih, mudstone b. Batuan metamorf kuarso-feldspatik merupakan Batuan metamorf yang banyak mengandung kuarsa dan feldspar dapat berasal dari batupasir greywacke c. Batuan metamorf yang kalkareous merupakan Batuan metamorf yang banyak mengandung Ca dapat berasal dari batugamping, dolomit d. Batuan metamorf yang basic Batuan metamorf dengan kadar Fe dan Mg tinggi Dapat berasal dari tuff e. Batuan magnesian Batuan metamorf yang kaya Mg saja Dapat berasal dari batuan sedimen yang kaya akan Mg
IV.3.2. Klasifikasi berdasarkan Struktur a. Hornfels/granulose
Batuan metamorf yang terdiri dari mozaic butir-butir yang equidimensional (mineral yang granular/interlocking) dan tidak menunjukkan pengarahan/orientasi/foliasi
Tidak menunjukkan schistosity
Tekstur granoblastik
Struktur granular/hornfelsik
Hasil metamorfosa thermal / metamorfose kontak
b. Slate (batusabak)
Batuan metamorf berbutir halus
Struktur : slaty cleavage (memperlihatkan foliasi yang jelas, tetapi tanpa
agregation banding (selang seling mineral pipih dan granular)
Sebagai hasil metamorfosa regional dari mudstone, siltstone, claystone dan lain-
lain Catatan: makin tinggi derajat metamorfosa, semakin terlihat segregation banding c. Phyllite
Batuan metamorf berbutir halus
Memperlihatkan schistosity
Mulai terlihat segregation banding (meskipun kurang baik, terlihat rekristalisasi
yang lebih kasar dibanding slate, sudah mulai terjadi pemisahan mineral pipih dengan mineral granular
Memperlihatkan kilap karena timbulnya mineral muskovit dan klorit
Butiran lebih halus daripada batusabak
d. Sekis
Batuan metamorf yang sangat schistose,
Butiran – butiran cukup kasar sehingga mineral - mineralnya dapat dibedakan
satu sama lain
segregation banding baik sekali
terdiri dari perulangan mineral – mineral pipih / tabular dengan mineral granular,
orientasi mineral pipih terputus-putus oleh mineral granular (open schistocity)
Struktur close schistose
Sebagai hasil metamorfosa regional
e. Amphibolite
Batuan metamorf yang berbutir sedang – kasar
Terdiri atas mineral hornblende dan plagioklas saja, kadang-kadang ada biotit
dan minera penyerta
Schistosity timbul akibat orientasi dari mineral – mineral prismatik (hornblende)
Schistosity tidak sebaik batuan sekis
Hasil metamorfosa regional berderajat medium-tinggi
f. Gneiss
Batuan metamorf berbutir kasar
Schistosity tidak baik karena terpotong oleh mineral-mineral equidimensional
(kuarsa dan feldspar)
Struktur : open schistose
Hasil metamorfose regional
g. Granulite
Batuan metamorf tanpa mika / ampibol (sedikit)
Tidak ada schistosity
Terdiri atas mineral – mineral equidimensional dan prismatik
Tekstur : granoblastik
Kadang – kadang ada orientasi yang diperlihatkan oleh mineral kuarsa atau
feldspar atau kedua – duanya sehingga sebagai lensa-lensa pipih
Hasil metamorfose regional fasies granulite
h. Marble
Batuan metamorfose yang terdiri dari karbonat (kalsit atau dolomit)
Tekstur granoblastik
Schistosity tidak ada, kalaupun ada sangat buruk dan hanyalah berupa orientasi
dari lensa-lensa kalsit i. Milonit
Batuan metamorf berbutir halus
Sebagai hasil penggerusan yang kuat
Terlihat goresan-goresan ataupun lensa-lensa dari batuan asal yang tidak hancur,
berbentuk seperti mata
Sebagai hasil metamorfose kataklastik
j. Kataklastik
Butiran lebih kasar dari pada milonit
Penggerusan kurang kuat
Tidak ada rekonstitusi kimia
k. Filonit
Gejala dan kenampakan sama dengan milonit
Disini sudah terjadi rekristalisasi
Menunjukkan kilap silky, karena adanya mineral mika
Sebagai hasil penggerusan (granulation) yang kuat sekali
Butiran halus sekali
Fasies Metamorfisme
Pelitic
Muscovite-biotite Andalusite'-muscovite-biotite Andalusite'-cordierite-muscovite-biotite Staurolite-biotite andalusite" Staurolite-cordierite-muscovite
Calcareous 1. Calcic marbles' 2. Magnesian marbles (metadolomites)' 3. Calc-silicate rocks
Basic Magnesian 1. Metaserpenites
2. Alumious types
Plus anyor all of quarts plagioclase K-feldspar
Calcite-tremolite (-quartz) Calcite-diopside (-quartz) Calcite-tremolite-diopside Calcite-diopside-grossular Calcite-dolomite-tremolite-clinohumite Calcite-dolomite-forsterite Calcite-dolomite-forsterite-phlogopite Diopside-epidote-hornblende Diopside-grossular-epidote Diopside-vesuvianite-grossular-wollastonite Diopside and grossular, commonly with significant iron Hornblende-plagiocalse (-biotite, -almandine) Hornblende-plagioclase-diopside
With quartz K-feldspar-sillimanite''-cordierite K-feldspar—sillimanite'' Without quartz. Cordierite-corundum-spinel Cordierite-corundum-sillimanite'' Calcite-wollastonite (-diopside) Calcite-diopside (-forsterite) Calcite-wollastonite-diopside-grossular
Plus biotite (and plagioclase)
Calcite-forstente-periclase Calcite-forsteritemonticellite Cakite-forsterite-spinel Calciteforsterite-diopside
Clinohumitc possible additional phase
Plus any or all biotite, Kfeldspar, plagioclase
Diopside-wollastonite-grossular-vesuvianite Diopside-grossular-anorthite (or calcic plagioclase) Diopside-hypersthene-plagioclase Diopside-olivine-plagioclase
Antigorite-forsterite-tremolite Forsterite-talc-tremolite Forsterite-anthophyllite-tremolite Anthophyllite-talc
Forsterite-enstatite-spinel (-diopside)
Cordierite anthophyllite (-biotite) Anthophyllite-curnmingtonite-biotite
Hypersthene-cordierite (-biotite)
Some Characteristic Mineral Assemblages (Accessory Phases Omitted) in Common Rocks on Contact Aureoles '"Or andalusite. < K-feldspar or plagioclase, or both, possible minor phase. 'Or sillimanite.
Low-grade mineral paragenesis in relation to facies of regional metamorphism (selected mineral assemblages)
Rock type Metapelites
Zeolite and pumpellyite facies Montmorrillonite-illite-quartz-alkali feldspar + pyrophyllite
Metagraywacke
metacherts
Quartz-heulandite + analcime Quartz-albite-laumontite-prehnite-chlorite stilpnomelane Quartz-albite-prehnite-pumpellyite-chlorite stilpnomelane Quartz + iron oxides
Calcareous
Calcite + quartz
Metabasalt
Sphilitic assemblages\; albite-chlorite-epidote orbital pumpellyte + relict augite
Serpentinites and derivative magnesite rocks
Chrysotile and/orbital lizardite + brucite
+ +
Greenschist facies Muscovite (phengitic)-chlorite-quartz-albiteepidote + stilpnomelane orbital chloritoid Same as above plus biotite + almandine; stilpnomelane rare Quartz-albite-epidote-muscovite-chlorite + stilpnomelane Same as above with biotite + almandine; stilpnomelane absent
Blueschist facies Muscovite (phengitic)paragonitelawsonite-chlorite-glaucophane-quartzalbite-sphene
Quartz + iron oxides Quartz-piedmontite-muscovite-spessartinestilpnomelane Calcite-quartz + tremolite orbital talc Calcite-dolomites + tremolite orbital talc Calcite-zoisite-grossular (andraditic) Calcite-albite-epidote Albite-chlorite-epidote + stilpnomelane Albite-actinolite-epidote-chlorite + calcite biotite
Quartz-stilpnomelane-spessatine Quartz-crossite-aegirine + lawsonite
Calcite-quartz + tremolite Antigorite-calcite-talc Antigorite-diopside-forsterite Talc-magnesite + tremolite
Quartz-jedelite-muscovite-chloitelawsonite-glaucophane-sphene Same as above + almandine + epidote
Argonite + lawsonite + glaucophane Calcite + relict aragonite
+
Albite-lawsonite-pumpellyiteglaucophane-chlorite-stilpnomelanesphene Albite-epidote-glaucophane-omphasitechlorite-actinolite Albite-lawsonite-clinozoisite-chlorite + hornblende + almadine Antigorite + tremolite + talc
High-Grade Mineral Paragenesis in Relation to Facies of Regional Metamorphism (Selected Mineral Assemblages) Rock Type Metapelite (micas predominant) and quartzo-feldspathic rocks (quarts and feldspars predominant) Granitic Metacherts Calcareous
Metabasalt and metagabbros Magnesian schist and granulite
Amphibolite Facies Muscovite-biotite-quartz-plagioclase ± orthoclaseaalmandine ± staurolite ± kyanite or sillimanite ± chlorite ± epidote Same as above, with cordierite and andalusite as Al2SiO3 potymorphb Quartz-plagioclase-orthoclase (or microcline)-biotite ± hornblende or muscovite Quartz-diopside (hedenbergitic)-hypersthene-garnet Quartz-diopside-hedenbergite-cummingtonite-garnet Calcite-tremolite-quartz Calcite-diopside-quartz Calcite-diopside-tremolite Calcite-dolomiteforsterite clinohumite Calcite-tremolite-forsterite-phlogopite Zoisite-scapolite-quartz Calcite-plagioclase (An>20) Diopside-zoisite-plagioclase ± hornblende Hornblende-plagiocklase + biotite + alamandite Hornblende-plagiocklase + diopside + almandine Hornblende-plagiocklase – epidote + quartz Antigorite-forsterite-tremolite Forsterite-talc-tremolite Forsterite-anthophyllite-tremolite Forsterite-enstatite-tremolite + spinel Magnesit-anthophyllite (or enstatite)-tremolite Cordierite-anthophyllite
Granulite Facies Quartz- K- feldspar-plagioclase-sillimanile (or kyanite)-almandine-phlogopite Same plus cordierile (kyanile excluded)c
Eclogite Facies
Quartz-orthoclase (or microcline)plagioclase-hypersthene-augitealmandine Quartz-hedenbergite-fayalite-magnetite
Quartz-jadeite-phengile-zositepyrope-rutile
Calcite-dolomite-forsterite spinel Calcite-diopside-wollastonite' Diopside-scapolite-bytownite-grossularandradite
Garnet (magnesian grossular)omphacite ± kyanite
Plagiocklase – diopside-hyperstene-rutile + olivine + spinel + sapphirine
Omphacite-pyrope-almanditerutile + kyanite + amphibolite
Forsterite-enstatite-diopside + spinel
Forsterite-enstatite-diopsidepyrope-spinel